KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL BIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN INFORMASI JI. Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta 10710 Telepon (021) 3449230 ext. 6347/48; Fax: (021) 3500847 Website:www.kemenkeu.go.id; email: [email protected] SIARAN PERS Nomor: Tanggal : oa. IKLII2013 \b Januari 2013 Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 Tentang Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya Dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, tidak boleh dikurangkan pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali untuk cadangan tertentu yang dibentuk oleh bidang usaha tertentu, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan. Dalam perubahan terakhir Undang-Undang Pajak Penghasilan, yaitu Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008, ketentuan mengenai pembentukan atau pemupukan cadangan yang diperbolehkan diperluas, dengan menambahkan jenis cadangan yang dapat dikurangkan untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak, yang antara lain adalah cadangan piutang tak tertagih untuk badan usaha yang menyalurkan kredit. Sebagai peraturan pelaksana dari Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, sebelumnya telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 (PMK 81/PMK.03/2009) tentang Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya. Dalam PMK 81/PMK.03/2009 tersebut, diatur bahwa cadangan piutang untuk badan usaha yang menyalurkan kredit kepada masyarakat selain bank umum dan bank perkreditan rakyat, diatur hanya meliputi Koperasi simpan pinjam dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Dalam perkembangannya, sesuai dengan arah kebijakan Pemerintah, terdapat badan usaha selain koperasi simpan pinjam dan PT Permodalan Nasional Madani, yang usahanya melakukan penyaluran kredit, akan tetapi belum diatur dalam PMK 81/PMK.03/2009. Berdasarkan hal tersebut, untuk memberikan kepastian hukum dan keadilan, maka Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.011/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 Tentang Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya (PMK 219/PMK.011/2012). Dalam PMK 219/PMK.011/2012, ketentuan dalam Pasal 1 huruf a angka 2 PMK 81/PMK.03/2009 diubah dengan menambahkan cakupan badan usaha selain bank umum dan bank perkreditan rakyat yang menyalurkan kredit, yang diperbolehkan membebankan cadangan piutang tak tertagih untuk kepentingan penghitungan Pajak Penghasilan. Tambahan badan usaha tersebut adalah (I) Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), (if) perusahaan pembiayaan infrastruktur yang melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur, dan (iii) PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA). Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, sedangkan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pend irian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Pengelolaan Aset sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2008. Berdasarkan ketentuan tersebut, kedua 1/2 badan usaha tersebut merupakan badan usaha yang khusus didirikan Pemerintah dengan salah satu fungsinya memberikan pinjaman atau menyalurkan kredit sesuai kegiatan usahanya. Selanjutnya, Perusahaan pembiayaan infrastruktur diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01 012009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. Diatur dalam ketentuan tersebut bahwa kegiatan usaha perusahaan pembiayaan infrastruktur antara lain memberikan pinjaman langsung, refinancing, dan pinjaman subordinasi untuk infrastruktur. Dengan mengingat bahwa badan-badan usaha tersebut merupakan badan usaha yang menyalurkan kredit, maka sebagaimana ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, diperkenankan bagi badan usaha tersebut untuk membentuk cadangan piutang tak tertagih yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak. Besarnya cadangan piutang tak tertagih yang dapat dibiayakan dalam penghitungan Pajak Penghasilan bagi ketiga bidang usaha tambahan tersebut, sebagai berikut: Badan Usaha Besar Cadangan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) a) 1% dari piutang dengan kualitas lancar; b) 5% dari piutang dengan kualitas dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan; c) 15% dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan; d) 50% dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan; dan e) 100% dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur a) 1% dari piutang dengan kualitas lancar; b) 5% dari piutang dengan kualitas yang digolongkan dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan; c) 15% dari piutang dengan kualitas yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan; d) 50% dari piutang dengan kualitas yang digolongkan diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan e) 100% dari piutang dengan kualitas yang digolongkan macet setelah dikurangi dengan nilai agunan. PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA) a) 15% dari piutang dengan kualitas yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan; b) 50% dari piutang dengan kualitas yang digolongkan diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan c) 100% dari piutang dengan kualitas yang digolongkan macet setelah dikurangi dengan nilai aqunan. Selanjutnya, secara lengkap PMK 219/PMK.011/2012 tersebut dapat diakses website Kementerian Keuangan Republik Indonesia (www.kemenkeu.go.id). melalui dl ~ 111983111001 2/2