BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tingkat Suku Bunga Acuan ( BI Rate) Tingkat suku bunga acuan atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. 8 9 2.1.2 Pasar Modal Menurut UU RI No.8 Tahun 1995 pasar modal didefinisikan sebagai Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dalam UU RI No.8 Tahun 1995 bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak – pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Efek merupakan surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Menurut Syahrir, pasar modal adalah salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang yang disebut efek. Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana (Husnan, 1998) 2.1.3 Efisiensi Pasar Modal Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2007). Menurut Husnan (2005:256), pasar modal yang efisien merupakan pasar yang hargaharga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi 10 yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, maka semakin efisien pasar tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit bagi para pemodal untuk mendapatkan tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di Bursa Efek Beberapa kondisi yang harus terpenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien yaitu: 1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan, 2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang mudah dan murah, 3. Informasi yang terjadi bersifat acak, 4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. Fama Fama (1970) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH), yaitu: 1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga surat berharga saat ini betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang terkandung dalam harga-harga surat berharga di masa-masa lalu. Informasi masa lalu merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika pasar efisien dalam bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat dipergunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien dalam bentuk lemah investor 11 tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return. 2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga surat berharga betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang dipublikasikan. Jadi tak seorang pun investor yang mampu memperoleh tingkat pengembalian yang berlebihan dengan hanya menggunakan sumber-sumber informasi yang dipublikasikan. Termasuk jenis informasi ini adalah laporan tahunan perusahaan atau informasi yang disajikan dalam prospektus, informasi mengenai posisi perusahaan pesaing, maupun harga saham historis. 3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia, termasuk informasi yang privat. Jika pasar modal efisien dalam bentuk ini maka tidak ada individual atau group dari investor yang dapat memperoleh abnornal return. 2.1.4 Event Study Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2003:318). Pengujian kandungan informasi dan 12 pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Menurut Peterson ( 1989 ) dalam jurnal Marwan dan Faizal ( 1998 ), event study tentang saham adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari peristiwa tersebut. Penelitian event study digolongkan ke dalam empat kategori (Jogiyanto, 2010 : 7), yaitu : 1. Kandungan Informasi Event study digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu peristiwa. Jika suatu peristiwa atau informasi mengandung informasi, maka akan direspon oleh pasar yang ditunjukkan oleh adanya abnormal return. 2. Efisiensi Pasar Pengujian pasar efisien adalah lanjutan dari pengujian kandungan informasi. Jika pengujian kandungan informasi hanya menguji abnormal return sebagai reaksi pasar, pengujian pasar 13 efisien meneruskan dengan menguji kecepatan reaksi pasar tersebut, pasar disebut efisien secara informasi jika suatu peristiwa atau informasi direspon dengan penuh dan cepat oleh pasar. 3. Evaluasi Model Evaluasi model adalah penelitian yang mengevaluasi model mana yang paling sesuai untuk kondisi yang tertentu. 4. Penjelasan Metrik Penelitian kategori penjelasan metrik mencoba menjelaskan penyebab reaksi pasar secara lebih lanjut. Tujuan event study sebagaimana disebutkan oleh Kritzman (1994) adalah untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi sekuritas dan return dari sekuritas tersebut. Selain itu event study dapat juga digunakan untuk mengukur dampak suatu peristiwa ekonomi terhadap nilai perusahaan (MacKinlay, 1997). Lamasigi (2002) menyimpulkan bahwa event study dikembangkan untuk menganalisis reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan. Peristiwa tersebut meliputi peristiwa ekonomi maupun peristiwa nonekonomi untuk mengetahui ada tidaknya abnormal return yang diperoleh pemegang saham. Selain itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa atau pengumuman. Jika suatu peristiwa atau pengumuman mengandung informasi maka pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan 14 harga sekuritas bersangkutan. Reaksi ini biasanya diukur dengan menggunakan konsep abnormal return. Lebih lanjut, sebagaimana disebutkan oleh Suryawijaya & Setiawan (1998) bahwa event study juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien (Efficient-Market Hypothesis, EMH) pada bentuk setengah kuat (semistrong form), seperti yang dilakukan Fama et al (1969), yang kemudian diikuti oleh berbagai peneliti pada pasar modal lainnya. Berdasarkan pengertian diatas tampak bahwa event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar atas suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat ( Wismar’ien, 2004 ). Semakin banyaknya penelitian yang berbasis pada event study yang mengambil kaitan antara perubahan harga saham dengan berbagai peristiwa atau informasi yang tidak terkait langsung dengan terintegrasinya peran aktivitas pasar ekonomi modal menunjukkan dalam kehidupan makin sosial masyarakat dunia (Suryawijaya & Setiawan, 1998). 2.1.5 Return Saham Return saham Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham dipergunakan di dalam perhitungan indeks harga saham. Harga saham (price) adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Kebanyakan harga saham berbeda dengan nilai saham. 15 Semakin sedikit infomasi yang bisa diperoleh untuk menghitung nilai saham, maka semakin jauh perbedaan tersebut. (Jogiyanto, 2000). Dalam melakukan investasi dalam saham, investor selalu mengharapkan adanya return atau keuntungan. Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukanya (Robert Ang, 1997). Komponen kedua dalam return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih harga jual dengan harga beli suatu investasi. Tentunya tidak semua investasi memberkan komponen return berupa capital gain atau capital loss. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar intrument investasi yang bersangkutan, yang berarti bahwa instrumen investasi tersebut habis diperdagangkan di pasar. Karena dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan-perubahan nilai suatu investasi. Investasi yang dapat memberikan capital gain seperti obligasi dan saham. Sedangkan yang tidak memberikan komponen return capital gain seperti deposito, tabungan, dan sebagainya. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized retrun) merupakan return yang telah terjadi dan hitungan berdasarkan data historikal dan return realisasi itu penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan sebagai dasar penentuan return ekpektasi (expected return) dan resiko di masa mendatang. 16 Return saham sesungguhnya (Ri,t) diperoleh dari seratus dikali dengan log harga saham harian sekuritas I pada waktu ket(Pi,t) dibagi dengan harga saham harian sekuritas i pada waktu t-1 (Pi,t-1). Dengan rumus sebagai berikut : Sedangkan untuk mendapatkan return atau keuntungan tertentu seorang investor juga harus memperhatikan resiko yang akan ditanggungnya jika ingin memperoleh return tertentu. Resiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaan, berarti semakin besar resiko investasi tersebut. Resiko terdiri dari bermacam-macam sebab, antara lain adalah resiko suku bunga, resiko pasar, resiko inflasi, resiko bisnis, resiko finansial, resiko likuditas, resiko nilai tukar mata uang. Adapun resiko dibagi dengan jenis resiko, yaitu resiko umum yang merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Dan yang satu adalah resiko spesifik (resiko perusahan) adalah resiko yang tidak berkaitan dengan perubahan pasar secara keseluruhan. 2.1.6 Expected Return Expected return saham merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor. Dalam menghitung expected return dapat diukur dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut : 17 a. Capital Asset Pricing Model (CAPM). Expected return diukur dengan mempertimbangkan return pasar dan suku bunga bebas resiko. Model CAPM yang digunakan sebagai dasar perhitungan expected return adalah sebagai berikut : Dimana, Rf = tingkat bunga bebas resiko (risk free rate) Rm = Return pasar β = beta masing-masing saham yang dihitung dengan menggunakan interpolasi dengan menggunakan data return harian. b. Single Index Market Model (SIMM) Pendapatan saham ang diharapkan (expected return) adalah pendapatan yang diharapkan dari suatu saham di masa datang, yang sesuai dengan tingkat resiko dari saham tersebut. Sebelum menghitung expected return terlebih dahulu mencari besarnya koefisien nilai alfa dan beta untuk masing-masing saham dengan cara meregresikan Ri,t dengan Rm,t selama periode yang diteliti. Menghitung normal return dengan menggunakan alfa dan beta yang dihitung sebelumnya, sedangkan market return yang digunakan 18 adalah market return selama periode penelitian. Dihitung dengan menggunakan Single Index Market Model (SIMM) . 2.1.7. Abnormal Return Abnormal Return merupakan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh saham atau portofolio selama periode tertentu, dimana tingkat pengembaliaan tersebut berbeda dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected return). Menurut Jogiyanto (2010:94), abnormal return merupakan kelebihan dari imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal. Imbal hasil normal merupakan imbal hasil ekspektasi (expected return) atau imbal hasil yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian imbal hasil tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara imbal hasil sesungguhnya yang terjadi dengan imbal hasil ekspektasi. Penelitian Brown dan Warner ( 1985 ) menyatakan bahwa return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Menurut Brown dan Warner ( 1985 ), return ekspektasi dapat dicari dengan menggunakan tiga model, yaitu : a. Mean-Adjustedmodel Dalam model ini return konstan diasumsikan sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi atau periode sebelum periode peristiwa. 19 b. Market Model Dalam model ini terdapat dua tahap dalam melakukan perhitungan, yaitu membentuk model ekspektasi kemudian menggunakannya untuk mengestimasi return ekspektasi pada periode penelitian (windows event). Model perhitugan ekspektasi ini dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) c. Market-Adjusted Model Model perhitungan ini mengasumsikan bahwa alat penduga terbaik dalam melakukan estimasi return suatu saham adalah return indeks saham itu sendiri. Dengan demikian pada saat kita menggunakan model ini kita tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk mengestimasi return saham yang diamati karena ekspektasi return saham tersebut sama dengan indeks pasar 2.1.8. Trading volume activity (TVA) Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Suad Husnan dkk, 2005). Trading volume activity dijadikan sebagai instrumen yang digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui prameter pergerakan aktivitas volume perdagangan dipasar. Perubahan volume perdagangan saham pada pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan di bursa mencerminkan keputusan investasi investor. Perubahan aktivitas di bursa dapat terjadi karena reaksi pasar modal terhadap suatu informasi. 20 Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor ( Robert Ang, 1997 ). Trading volume activity dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam periode tertentu terhadap jumlah komulatif dari saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Kesimpulannya trading volume activity merupakan suatu bentuk variasi dari event study atau indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi dan peristiwa dengan parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di bursa atau pasar. Menurut Bamber ( 1996 ) dalam Wahyudi ( 2001 ), pendekatan volume perdagangan saham dapat digunakan sebagai proksi reaksi pasar. Argumen yang dikemukakan adalah bahwa volume perdagangan saham lebih merefleksikan aktivitas investor karena adanya suatu informasi baru melalui penjumlahan saham yang diperdagangkan. 2.1.9. Indeks Saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Dengan adanya indeks, investor dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini. Pada Bursa Efek Indonesia 21 terdapat berbagai jenis indeks harga saham diantaranya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (composite stock price index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Penelitian ini akan membahas indeks harga saham gabungan khususnya sektor manufaktur sektor Properti dan Real Estate untuk membandingkan dan mendeskripsikan apakah ada pengaruh ketika terjadi peristiwa pengumuman penurunan BI rate pada sektor tersebut. IHSG menunjukan indeks harga saham yang terdaftar di pasar modal yang dapat diformulasikan sebagai berikut Keterangan : Rmt = return pasar pada saat t. IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada saat t. IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada saat t-1 2.2 Pengembangan Hipotesis Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu peristiwa. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pada saham yang terkait dengan peristiwa dan dapat diukur dengan abnormal return, perubahan trading volume activity serta perubahan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis yang menjelaskan pengaruh peristiwa penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016 terhadap abnormal return, trading volume activity, 22 dan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada saham sektor manufaktur sektor Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia. H1 : Terdapat abnormal return pada saham-saham yang termasuk ke dalam sektor property dan real estate sebelum dan setelah pengumuman kebijakan penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016? H2 : Terdapat perubahan trading volume activity pada sahamsaham yang termasuk ke dalam sektor property dan real estate sebelum dan setelah pengumuman kebijakan penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016? H3 : Terjadi perubahan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebelum dan setelah pengumuman kebijakan penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016? 2.3 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji dampak suatu peristiwa (event study) terhadap abnormal return, trading volume activity maupun Indeks Haarga Saham Gabungan (IHSG) baik yang bersifat nasional maupun internasional, antara lain : 1. Suramaya Suci Kewal (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pengaruh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan pdb terhadap harga saham sectoral dan indeks harga saham gabungan, ketika dilakukan pengujian hipotesis apakah variable suku bunga ( BI Rate) 23 berpengaruh terhadap harga saham mendapatkan hasil yang tidak signifikan atau dalam kata lain tidak terdapat pengaruh. 2. Thobarry, achmad ath (2009) melakukan penelitian dengan judul analisis pengaruh nilai tukar, suku bunga, laju inflasi dan pertumbuhan gdp terhadap indeks harga saham sektor properti (kajian empiris pada bursa efek indonesia periode pengamatan tahun 2000-2008 ), dari penelitian tersebut ketika dilakukan pengujian secara parsial hasilnya menunjukkan variable suku bunga (BI Rate )berpengaruh signifikan terhadap harga saham sector property. 3. Nurhayatie (1999) melakukan penelitian ketika terjadi peristiwa pergantian kepemimpinan Soeharto dan pengaruhnya terhadap abnormal return. Penelitian dilakukan dengan model event study dan uji beda, hasilnya menunjukkan adanya abnormal return antara sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa tersebut. 4. Deni Ardiawan (2015) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kebijakan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh Pemerintah terhadap Harga Saham, Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham (Studi Kasus pada Sektor Aneka Industri dan Sektor Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2015). Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan setelah adanya kebijakan harga BBM oleh pemerintah pada sektor perbankan dan sektor aneka industri dan terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity sebelum dan setelah kenaikan harga BBM tanggal 17 November 2014 pada sektor perbankan, namun pada sektor aneka industri tidak 24 terdapat perbedaan yang signifikan. Pada peritiwa penurunan harga BBM tanggal 1 Januari 2015 dan 21 Januari 2015 pada sektor perbankan dan sektor aneka industri tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 5. Dicky Satria (2014) meneliti tentang reaksi pasar modal Indonesia terhadap peristiwa politik dalam negeri (studi peristiwa: pemilu presiden 2014 dan keputusan mahkamah konstitusi terhadap sengketa hasil pemilu presiden 2014). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat abnormal return di periode peristiwa untuk kedua peristiwa yang diteliti. Oleh karena itu, peristiwa pemilu presiden tahun 2014 dan putusan Mahkamah Konstitusi mengenai sengketa hasil pemilu presiden 2014 memiliki kandungan informasi. 6. Agus Setiyono (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk membuktikan pengaruh peristiwa politik terhadap pasar modal di Indonesia. Peristiwa politik yang difokuskan pada penelitian ini adalah pergantian menteri keuangan. Pergantian menteri keuangan yang akan diteliti hanya pada periode kabinet Indonesia bersatu jilid I dan II yang mana periode kebangkitan pasar modal Indonesia. Penelitian ini menggunakan metodelogi studi peristiwa dengan menetapkan periode estimasi dan periode jendela. Periode estimasi ditetapkan 100 hari sebelum periode jendela, dan periode jendela ditetapkan 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah peristiwa pergantian menteri keuangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks penutupan harian IHSG. Hasilnya terdapat reaksi pasar berupa abnormal return pada periode pengamatan. 25 2.4 Kerangka Penelitian Penelitian ini merupakan studi peristiwa dengan menghubungkan antara peristiwa ekonomi dengan reaksi yang terjadi di pasar modal. Kerangka penelitian ini diawali dengan peristiwa pengumuman kebijakan penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016 sebagai peristiwa yang memiliki kandungan informasi. Terjadinya peristiwa tersebut dapat mempengaruhi reaksi pasar modal berupa perubahan abnormal return, trading volume activity, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada saat diumumkannya penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016. Gambar 2.1 Kerangka Penelitian PRE-EVENT EVENT abnormal return Trading volume activity POST-EVENT abnormal return Pengumuman Penurunan BI Rate Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Trading volume activity Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Rata-rata perubahan abnormal return, trading volume activity, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi pada saat pengumuman penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016 akan memperlihatkan perbedaan antara sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa tersebut. Perbedaan rata-rata perubahan abnormal return, trading volume activity, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi 26 antara sebelum dan sesudah peristiwa tersebut merupakan bentuk reaksi dan ekspektasi yang berbeda dari pasar. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun model kerangka penelitian seperti yang digambarkan pada gambar 2.1 diatas.