8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tingkat

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Tingkat Suku Bunga Acuan ( BI Rate)
Tingkat suku bunga acuan atau BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia
setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk
mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight
(PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan
diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada
gilirannya
suku
bunga
kredit
perbankan.
Dengan
mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang
telah ditetapkan.
8
9
2.1.2
Pasar Modal
Menurut UU RI No.8 Tahun 1995 pasar modal didefinisikan
sebagai Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Dalam UU RI No.8 Tahun 1995
bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek pihak – pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
di antara mereka. Efek merupakan surat berharga, yaitu surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Menurut Syahrir, pasar modal adalah salah satu lembaga
yang memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana
atau tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana
jangka panjang yang disebut efek. Pasar modal menyediakan
fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai
kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana (Husnan, 1998)
2.1.3
Efisiensi Pasar Modal
Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua
sekuritas
yang
diperdagangkan
telah
mencerminkan
semua
informasi yang tersedia (Tandelilin, 2007). Menurut Husnan
(2005:256), pasar modal yang efisien merupakan pasar yang hargaharga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi
10
yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga
sekuritas, maka semakin efisien pasar tersebut. Dengan demikian
akan sangat sulit bagi para pemodal untuk mendapatkan tingkat
keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan
transaksi perdagangan di Bursa Efek Beberapa kondisi yang harus
terpenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien yaitu:
1. Ada
banyak
investor
yang
rasional
dan
berusaha
untuk
memaksimalkan keuntungan,
2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang
sama dengan cara yang mudah dan murah,
3. Informasi yang terjadi bersifat acak,
4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga
harga sekuritas berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya
akibat informasi tersebut.
Fama Fama (1970) mengklasifikasikan bentuk pasar yang
efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH), yaitu:
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga surat
berharga saat ini betul-betul menggambarkan seluruh informasi
yang terkandung dalam harga-harga surat berharga di masa-masa
lalu. Informasi masa lalu merupakan informasi yang sudah terjadi.
Jika pasar efisien dalam bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu
tidak dapat dipergunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini
berarti bahwa untuk pasar yang efisien dalam bentuk lemah investor
11
tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan
abnormal return.
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika
harga-harga surat berharga betul-betul menggambarkan seluruh
informasi yang dipublikasikan. Jadi tak seorang pun investor yang
mampu memperoleh tingkat pengembalian yang berlebihan dengan
hanya menggunakan sumber-sumber informasi yang dipublikasikan.
Termasuk jenis informasi ini adalah laporan tahunan perusahaan
atau informasi yang disajikan dalam prospektus, informasi mengenai
posisi perusahaan pesaing, maupun harga saham historis.
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga
sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang
tersedia, termasuk informasi yang privat. Jika pasar modal efisien
dalam bentuk ini maka tidak ada individual atau group dari investor
yang dapat memperoleh abnornal return.
2.1.4
Event Study
Studi
peristiwa
(event
study)
merupakan
studi
yang
mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event
study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi
(information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga
digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat
(Jogiyanto,
2003:318).
Pengujian
kandungan
informasi
dan
12
pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua
pengujian yang berbeda. Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa
pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi
dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi
(information content), maka diharapkan pasar bereaksi pada waktu
pengumuman
tersebut
diterima
oleh
pasar.
Reaksi
pasar
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas
bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return
sebagai
nilai
perubahan
harga
atau
dengan
menggunakan
abnormal return. Menurut Peterson ( 1989 ) dalam jurnal Marwan
dan Faizal ( 1998 ), event study tentang saham adalah suatu
pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal
untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh
pemegang saham akibat dari peristiwa tersebut.
Penelitian event study digolongkan ke dalam empat kategori
(Jogiyanto, 2010 : 7), yaitu :
1. Kandungan Informasi
Event study digunakan untuk menguji kandungan informasi
(information content) dari suatu peristiwa. Jika suatu peristiwa atau
informasi mengandung informasi, maka akan direspon oleh pasar
yang ditunjukkan oleh adanya abnormal return.
2. Efisiensi Pasar
Pengujian pasar efisien adalah lanjutan dari pengujian
kandungan informasi. Jika pengujian kandungan informasi hanya
menguji abnormal return sebagai reaksi pasar, pengujian pasar
13
efisien meneruskan dengan menguji kecepatan reaksi pasar
tersebut, pasar disebut efisien secara informasi jika suatu peristiwa
atau informasi direspon dengan penuh dan cepat oleh pasar.
3. Evaluasi Model
Evaluasi model adalah penelitian yang mengevaluasi model
mana yang paling sesuai untuk kondisi yang tertentu.
4. Penjelasan Metrik
Penelitian kategori penjelasan metrik mencoba menjelaskan
penyebab reaksi pasar secara lebih lanjut.
Tujuan event study sebagaimana disebutkan oleh Kritzman
(1994) adalah untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa
yang mempengaruhi sekuritas dan return dari sekuritas tersebut.
Selain itu event study dapat juga digunakan untuk mengukur
dampak suatu peristiwa ekonomi terhadap nilai perusahaan
(MacKinlay, 1997). Lamasigi (2002) menyimpulkan bahwa event
study dikembangkan untuk menganalisis reaksi pasar terhadap
suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan. Peristiwa tersebut
meliputi peristiwa ekonomi maupun peristiwa nonekonomi untuk
mengetahui
ada
tidaknya
abnormal
return
yang
diperoleh
pemegang saham.
Selain itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji
kandungan informasi dari suatu peristiwa atau pengumuman. Jika
suatu peristiwa atau pengumuman mengandung informasi maka
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima
oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan
14
harga sekuritas bersangkutan. Reaksi ini biasanya diukur dengan
menggunakan konsep abnormal return. Lebih lanjut, sebagaimana
disebutkan oleh Suryawijaya & Setiawan (1998) bahwa event study
juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien
(Efficient-Market Hypothesis, EMH) pada bentuk setengah kuat
(semistrong form), seperti yang dilakukan Fama et al (1969), yang
kemudian diikuti oleh berbagai peneliti pada pasar modal lainnya.
Berdasarkan
pengertian
diatas
tampak
bahwa
event
study
merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar atas suatu
peristiwa
yang
informasinya
dipublikasikan
untuk
menguji
kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga
digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (
Wismar’ien, 2004 ). Semakin banyaknya penelitian yang berbasis
pada event study yang mengambil kaitan antara perubahan harga
saham dengan berbagai peristiwa atau informasi yang tidak terkait
langsung
dengan
terintegrasinya
peran
aktivitas
pasar
ekonomi
modal
menunjukkan
dalam
kehidupan
makin
sosial
masyarakat dunia (Suryawijaya & Setiawan, 1998).
2.1.5
Return Saham
Return saham Harga dasar suatu saham sangat erat
kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu
saham dipergunakan di dalam perhitungan indeks harga saham.
Harga saham (price) adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli
saham. Kebanyakan harga saham berbeda dengan nilai saham.
15
Semakin sedikit infomasi yang bisa diperoleh untuk menghitung nilai
saham, maka semakin jauh perbedaan tersebut. (Jogiyanto, 2000).
Dalam melakukan investasi dalam saham, investor selalu
mengharapkan adanya return atau keuntungan. Return saham
adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu
investasi yang dilakukanya (Robert Ang, 1997). Komponen kedua
dalam return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima
karena adanya selisih harga jual dengan harga beli suatu investasi.
Tentunya tidak semua investasi memberkan komponen return
berupa capital gain atau capital loss. Capital gain sangat tergantung
dari harga pasar intrument investasi yang bersangkutan, yang
berarti bahwa instrumen investasi tersebut habis diperdagangkan di
pasar. Karena dengan adanya perdagangan maka akan timbul
perubahan-perubahan nilai suatu investasi. Investasi yang dapat
memberikan capital gain seperti obligasi dan saham. Sedangkan
yang tidak memberikan komponen return capital gain seperti
deposito, tabungan, dan sebagainya. Return dapat berupa return
realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum
terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.
Return realisasi (realized retrun) merupakan return yang telah terjadi
dan hitungan berdasarkan data historikal dan return realisasi itu
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari
perusahaan sebagai dasar penentuan return ekpektasi (expected
return) dan resiko di masa mendatang.
16
Return saham sesungguhnya (Ri,t) diperoleh dari seratus
dikali dengan log harga saham harian sekuritas I pada waktu ket(Pi,t) dibagi dengan harga saham harian sekuritas i pada waktu t-1
(Pi,t-1). Dengan rumus sebagai berikut :
Sedangkan untuk mendapatkan return atau keuntungan
tertentu seorang investor juga harus memperhatikan resiko yang
akan ditanggungnya jika ingin memperoleh return tertentu. Resiko
merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang
diterima
dengan
return
yang
diharapkan.
Semakin
besar
kemungkinan perbedaan, berarti semakin besar resiko investasi
tersebut. Resiko terdiri dari bermacam-macam sebab, antara lain
adalah resiko suku bunga, resiko pasar, resiko inflasi, resiko bisnis,
resiko finansial, resiko likuditas, resiko nilai tukar mata uang.
Adapun resiko dibagi dengan jenis resiko, yaitu resiko umum yang
merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di
pasar secara keseluruhan. Dan yang satu adalah resiko spesifik
(resiko perusahan) adalah resiko yang tidak berkaitan dengan
perubahan pasar secara keseluruhan.
2.1.6
Expected Return
Expected return saham merupakan tingkat keuntungan yang
diharapkan oleh investor. Dalam menghitung expected return dapat
diukur dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :
17
a. Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Expected return diukur dengan mempertimbangkan return
pasar dan suku bunga bebas resiko. Model CAPM yang digunakan
sebagai dasar perhitungan expected return adalah sebagai berikut :
Dimana,
Rf
= tingkat bunga bebas resiko (risk free rate)
Rm
= Return pasar
β
=
beta masing-masing
saham
yang
dihitung
dengan menggunakan interpolasi dengan menggunakan data return
harian.
b. Single Index Market Model (SIMM)
Pendapatan saham ang diharapkan (expected return) adalah
pendapatan yang diharapkan dari suatu saham di masa datang,
yang sesuai dengan tingkat resiko dari saham tersebut. Sebelum
menghitung expected return terlebih dahulu mencari besarnya
koefisien nilai alfa dan beta untuk masing-masing saham dengan
cara meregresikan Ri,t dengan Rm,t selama periode yang diteliti.
Menghitung normal return dengan menggunakan alfa dan beta yang
dihitung sebelumnya, sedangkan market return yang digunakan
18
adalah market return selama periode penelitian. Dihitung dengan
menggunakan Single Index Market Model (SIMM) .
2.1.7. Abnormal Return
Abnormal Return merupakan tingkat pengembalian yang
dihasilkan oleh saham atau portofolio selama periode tertentu,
dimana tingkat pengembaliaan tersebut berbeda dengan tingkat
pengembalian
yang
diharapkan (Expected
return).
Menurut
Jogiyanto (2010:94), abnormal return merupakan kelebihan dari
imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap
imbal hasil normal. Imbal hasil normal merupakan imbal hasil
ekspektasi (expected return) atau imbal hasil yang diharapkan oleh
investor. Dengan demikian imbal hasil tidak normal (abnormal
return) adalah selisih antara imbal hasil sesungguhnya yang terjadi
dengan imbal hasil ekspektasi.
Penelitian Brown dan Warner ( 1985 ) menyatakan bahwa
return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Menurut
Brown dan Warner ( 1985 ), return ekspektasi dapat dicari dengan
menggunakan tiga model, yaitu :
a. Mean-Adjustedmodel
Dalam model ini return konstan diasumsikan sama dengan
rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi atau
periode sebelum periode peristiwa.
19
b. Market Model
Dalam model ini terdapat dua tahap dalam melakukan
perhitungan,
yaitu
membentuk
model
ekspektasi
kemudian
menggunakannya untuk mengestimasi return ekspektasi pada
periode penelitian (windows event). Model perhitugan ekspektasi ini
dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary
Least Square)
c. Market-Adjusted Model
Model perhitungan ini mengasumsikan bahwa alat penduga
terbaik dalam melakukan estimasi return suatu saham adalah return
indeks saham itu sendiri. Dengan demikian pada saat kita
menggunakan model ini kita tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk mengestimasi return saham yang diamati karena
ekspektasi return saham tersebut sama dengan indeks pasar
2.1.8. Trading volume activity (TVA)
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah
lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap
jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Suad Husnan dkk,
2005). Trading volume activity dijadikan sebagai instrumen yang
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi
melalui prameter pergerakan aktivitas volume perdagangan dipasar.
Perubahan volume perdagangan saham pada pasar modal
menunjukkan
aktivitas
perdagangan
di
bursa
mencerminkan
keputusan investasi investor. Perubahan aktivitas di bursa dapat
terjadi karena reaksi pasar modal terhadap suatu informasi.
20
Perkembangan
volume
perdagangan
saham
mencerminkan
kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan
manifestasi dari tingkah laku investor ( Robert Ang, 1997 ). Trading
volume activity dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
saham perusahaan yang diperdagangkan dalam periode tertentu
terhadap jumlah komulatif dari saham perusahaan yang beredar
pada periode tertentu.
Kesimpulannya trading volume activity merupakan suatu
bentuk variasi dari event study atau indikator yang dapat digunakan
untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi dan
peristiwa
dengan
parameter
pergerakan
aktivitas
volume
perdagangan di bursa atau pasar.
Menurut Bamber ( 1996 ) dalam Wahyudi ( 2001 ),
pendekatan volume perdagangan saham dapat digunakan sebagai
proksi reaksi pasar. Argumen yang dikemukakan adalah bahwa
volume perdagangan saham lebih merefleksikan aktivitas investor
karena adanya suatu informasi baru melalui penjumlahan saham
yang diperdagangkan.
2.1.9. Indeks Saham
Indeks
harga
saham
adalah
suatu
indikator
yang
menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai
indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan
kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu.
Dengan
adanya
indeks,
investor
dapat
mengetahui
trend
pergerakan harga saham saat ini. Pada Bursa Efek Indonesia
21
terdapat berbagai jenis indeks harga saham diantaranya Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks Harga Saham Gabungan
atau IHSG (composite stock price index), menggunakan semua
saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
Penelitian ini akan membahas indeks harga saham gabungan
khususnya sektor manufaktur sektor Properti dan Real Estate untuk
membandingkan dan mendeskripsikan apakah ada pengaruh ketika
terjadi peristiwa pengumuman penurunan BI rate pada sektor
tersebut.
IHSG menunjukan indeks harga saham yang terdaftar di
pasar modal yang dapat diformulasikan sebagai berikut
Keterangan :
Rmt
= return pasar pada saat t.
IHSGt
= Indeks Harga Saham Gabungan pada saat t.
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada saat t-1
2.2
Pengembangan Hipotesis
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi
dari suatu peristiwa. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan
harga pada saham yang terkait dengan peristiwa dan dapat diukur dengan
abnormal return, perubahan trading volume activity serta perubahan angka
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam penelitian ini dirumuskan
hipotesis yang menjelaskan pengaruh peristiwa penurunan BI Rate pada
tanggal 14 januari 2016 terhadap abnormal return, trading volume activity,
22
dan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada saham sektor
manufaktur sektor Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia.
H1
: Terdapat abnormal return pada saham-saham yang
termasuk ke dalam sektor
property dan real estate
sebelum dan setelah pengumuman kebijakan penurunan
BI Rate pada tanggal 14 januari 2016?
H2
: Terdapat perubahan trading volume activity pada sahamsaham yang termasuk ke dalam sektor property dan real
estate sebelum dan setelah pengumuman kebijakan
penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016?
H3
: Terjadi perubahan return Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) sebelum dan setelah pengumuman kebijakan
penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016?
2.3
Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji dampak suatu
peristiwa (event study) terhadap abnormal return, trading volume activity
maupun Indeks Haarga Saham Gabungan (IHSG) baik yang bersifat
nasional maupun internasional, antara lain :
1. Suramaya Suci Kewal (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh
pengaruh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan pdb terhadap
harga saham sectoral dan indeks harga saham gabungan, ketika
dilakukan pengujian hipotesis apakah variable suku bunga ( BI Rate)
23
berpengaruh terhadap harga saham mendapatkan hasil yang tidak
signifikan atau dalam kata lain tidak terdapat pengaruh.
2. Thobarry, achmad ath (2009) melakukan penelitian dengan judul
analisis pengaruh nilai tukar, suku bunga, laju inflasi dan pertumbuhan
gdp terhadap indeks harga saham sektor properti (kajian empiris pada
bursa efek indonesia periode pengamatan tahun 2000-2008 ), dari
penelitian tersebut ketika dilakukan pengujian secara parsial hasilnya
menunjukkan variable suku bunga (BI Rate )berpengaruh signifikan
terhadap harga saham sector property.
3. Nurhayatie (1999) melakukan penelitian ketika terjadi peristiwa
pergantian
kepemimpinan
Soeharto
dan
pengaruhnya
terhadap
abnormal return. Penelitian dilakukan dengan model event study dan uji
beda, hasilnya menunjukkan adanya abnormal return antara sebelum
dan sesudah terjadinya peristiwa tersebut.
4. Deni Ardiawan (2015) melakukan penelitian dengan judul Analisis
Kebijakan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh Pemerintah terhadap
Harga Saham, Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham
(Studi Kasus pada Sektor Aneka Industri dan Sektor Perbankan yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2015). Hasil penelitian
menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara
abnormal return sebelum dan setelah adanya kebijakan harga BBM
oleh pemerintah pada sektor perbankan dan sektor aneka industri dan
terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity
sebelum dan setelah kenaikan harga BBM tanggal 17 November 2014
pada sektor perbankan, namun pada sektor aneka industri tidak
24
terdapat perbedaan yang signifikan. Pada peritiwa penurunan harga
BBM tanggal 1 Januari 2015 dan 21 Januari 2015 pada sektor
perbankan dan sektor aneka industri tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
5. Dicky Satria (2014) meneliti tentang reaksi pasar modal Indonesia
terhadap peristiwa politik dalam negeri (studi peristiwa: pemilu presiden
2014 dan keputusan mahkamah konstitusi terhadap sengketa hasil
pemilu presiden 2014). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat abnormal return di periode peristiwa untuk kedua peristiwa
yang diteliti. Oleh karena itu, peristiwa pemilu presiden tahun 2014 dan
putusan Mahkamah Konstitusi mengenai sengketa hasil pemilu
presiden 2014 memiliki kandungan informasi.
6. Agus Setiyono (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
membuktikan pengaruh peristiwa politik terhadap pasar modal di
Indonesia. Peristiwa politik yang difokuskan pada penelitian ini adalah
pergantian menteri keuangan. Pergantian menteri keuangan yang akan
diteliti hanya pada periode kabinet Indonesia bersatu jilid I dan II yang
mana periode kebangkitan pasar modal Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metodelogi studi peristiwa dengan menetapkan periode
estimasi dan periode jendela. Periode estimasi ditetapkan 100 hari
sebelum periode jendela, dan periode jendela ditetapkan 3 hari sebelum
dan 3 hari sesudah peristiwa pergantian menteri keuangan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah indeks penutupan harian IHSG.
Hasilnya terdapat reaksi pasar berupa abnormal return pada periode
pengamatan.
25
2.4
Kerangka Penelitian
Penelitian ini merupakan studi peristiwa dengan menghubungkan
antara peristiwa ekonomi dengan reaksi yang terjadi di pasar modal.
Kerangka penelitian ini diawali dengan peristiwa pengumuman kebijakan
penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016 sebagai peristiwa yang
memiliki kandungan informasi. Terjadinya peristiwa tersebut dapat
mempengaruhi reaksi pasar modal berupa perubahan abnormal return,
trading volume activity, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada
saat diumumkannya penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016.
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
PRE-EVENT
EVENT
abnormal return
Trading volume
activity
POST-EVENT
abnormal return
Pengumuman
Penurunan BI Rate
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Trading volume
activity
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Rata-rata perubahan abnormal return, trading volume activity, dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
terjadi pada saat
pengumuman penurunan BI Rate pada tanggal 14 januari 2016 akan
memperlihatkan perbedaan antara sebelum dan sesudah terjadinya
peristiwa tersebut. Perbedaan rata-rata perubahan abnormal return, trading
volume activity, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi
26
antara sebelum dan sesudah peristiwa tersebut merupakan bentuk reaksi
dan ekspektasi yang berbeda dari pasar. Berdasarkan uraian diatas maka
dapat disusun model kerangka penelitian seperti yang digambarkan pada
gambar 2.1 diatas.
Download