BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KECEMASAN BERBICARA DI

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM
1. Pengertian Kecemasan Berbicara
Kecemasan komunikasi di depan umum merupakan salah satu
ketakutan terbesar yang dialami oleh manusia. Kecemasan ini
menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap berbagai aspek kehidupan,
salah satunya aspek akademis (Winarni, 2013).
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Hudaniah dan Dayakisni (2003) menyatakan bahwa pada
umumnya kecemasan itu berwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan
syaraf fisiologis dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan atau
kegugupan. Beberapa individu juga mengalami perasaan tidak nyaman
dengan kehadiran orang lain, biasanya disertai dengan perasaan malu,
yang ditandai dengan kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk
menghindari interaksi sosial. Keadaan individu yang seperti ini dianggap
mengalami kecemasan sosial.
Kecemasan adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis
akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus dan Nevid,
2005).
Horwitz (2002) mengemukakan bahwa kecemasan komunikasi
merupakan suatu jenis fobia sosial, yang ditandai dengan adanya suatu
pemikiran bahwa dirinya akan dikritik atau dinilai jelek oleh orang lain.
Rakhmat (2007) bahwa
11 orang yang mengalami kecemasan
komunikasi akan sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi, hal
ini karena ia takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya.
Philips (dalam Apollo, 2007) menyebut kecemasan berbicara
didepan umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu
untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan
menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
reaksi secara psikologis dan fisiologis. Masing-masing gejala yang
ditunjukkan ketika mengalami kecemasan berbicara di depan umum tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi masing-masing gejala saling berhubungan.
Individu yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum akan
mengalami gejala pada psikologisnya, akan mempengaruhi fisiologis dan
kognitifnya semua gejala tersebut saling timbal balik satu dengan yang
lainnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
berbicara adalah suatu keadaan dimana seorang mahasiswa mengalami
takut dan gelisah saat berbicara di depan umum.
2. Gejala Kecemasan Di Depan Umum
Gejala kecemasan berbicara di depan umum pada dasarnya
diamati pada manifestasi gejala fisik, gejala proses mental, dan gejala
emosi
yang
tidak
terkendali
(Natalie,
2004).
Ketidakmampuan
mengendalikan kondisi tersebut membuat mahasiswa akan semakin
terlihat kondisi kecemasan yang dihadapinya. Jika tidak dilakukan
penanganan segera, maka kemungkinan besar kecemasan mahasiswa akan
berubah menjadi masalah serius, bahkan bisa jadi dapat mengalami stres
dikemudian hari.
Menurut Stuart dkk. (2006), respon/gejala kecemasan ditandai
pada empat aspek, yaitu:
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a. Respon fisiologi terhadap kecemasan meliputi gangguan jantung
berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan
darah menurun, denyut nadi menurun, napas cepat, napas pendek,
tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorok,
sensasi tercekik, terengah-engah, reflek meningkat, reaksi kejutan,
mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah
tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal,
kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare, tidak dapat
menahan kencing sering berkemih, wajah kemerahan, berkeringat
setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,
berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon perilaku: Gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat,
kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah,
menghindari, hiperventilasi.
c. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, bidang persepsi
menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung,
sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas,
takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera
atau kematian.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
d. Afektif: Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus,
ketakutan, terror, gugup, gelisah.
3. Teori Kecemasan
Menurut Stuart dkk. (2006) ada beberapa teori yang menjelaskan
mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain:
a. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yangterjadi
antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya
seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan
harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
c. Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi. yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap
kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
d. Teori keluarga menunjukkan bahwa ganguan kecemasan biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih
antara gangguan kecemasan dan depresi.
e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting
dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berbicara di Depan
Kelas
Menurut Suliswati, (2005) ada 2 faktor yang mempengaruhi
kecemasan yaitu:
a. Faktor predisposisi yang meliputi:
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan
yang
mengandung
benzodiazepin,
karena
benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b. Faktor presipitasi meliputi:
1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
social budaya
Menurut Candra, Aulia dan Putri (2012) dalam penelitianya
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self efficacy
dengan kecemasan berbicara di depan umum dengan sumbangan
efektif self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum
sebesar 9.5. Penelitianya yang dilakukan oleh Ririn, Asmidir dan
Marjohan (2013) menyatakan bahwa bahwa seorang mahasiswa yang
memiliki keterampilan komunikasi yang baik akan terlihat lebih
mampu berada dalam situasi berinteraksi di depan orang banyak.
Sehingga mahasiswa yang memiliki keterampilan komunikasi yang
tinggi cenderung tidak akan mengalami hambatan yang berarti dalam
proses berhubungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya, baik
di lingkungan kampus maupun di lingkungan masyarakat.
Winarni (2013) menambahkan dalam penelitiannya menyatakan
bahwa mahasisiwa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi selalu
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
berfikir optimis bahwa apa yang akan disampaikannya saat akan
melakukan komunikasi di depan umum dapat disampaikan dengan
baik serta apa yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan
baik
oleh
audiens.
Sebaliknya
mahasiwa
yang
memiliki
berkepercayaan diri rendah tidak miliki sikap optimis dengan apa
yang hendak disampaikannya saat melakukan komunikasi di depan
umum.
B. KETRAMPILAN KOMUNIKASI
Ketidakmampuan seseorang dalam mengungkap keinginan, perasaan,
mengekspresikan apa yang ada dalam diri sendiri, menjadi suatu masalah
baru yang sulit untuk diselesaikan, sehingga individu memerlukan sebuah
pengalaman,
kemampuan
dan
keterampilan
yang
berdampak
pada
kemampuan akademik yaitu keterampilan berkomunikasi. Keterampilan
komunikasi merupakan kemampuan seorang individu untuk melakukan
komunikasi yang efektif dengan orang lain (Ririn, Asmidir dan Marjohan,
2012).
Permasih (2005) dalam penelitiannya yang menyatakan, keterampilan
komunikasi adalah kemampuan seorang komunikator dalam memberi
informasi yang didapat kepada komunikan secara efektif agar informasi yang
disampaikan dapat dipahami oleh pihak komunikan sehingga komunikasi
berkembang secara mendalam dan individu yang terlibat didalamnya
merasakan kesatuan perasaan timbal balik yang hampir sempurna.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan
alat
komunikasi
yang
alami
antara
anggota
masyarakat
untuk
mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
Menurut Hartono (2005) keterampilan berbicara dibagi berdasarkan
jumlah partisipan, cara pelaksanaan, lawan berbicara, maksud dan tujuan
berbicara, dan tingkat keformalannya. Mahasiswa yang tidak mampu
berkomunikasi akan mengalami persoalan yaitu sulit menyesuaikan diri,
mudah marah, cenderung memaksakan kehendak, dan ingin menang sendiri
(Tedjasaputra, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ririn, Asmidir dan
Marjohan (2012) menunjukkan bahwa pada umumnya keterampilan
komunikasi mahasiswa pada kategori rendah, yaitu sekitar 48,52% dari
keseluruhan responden dalam penelitian ini. Mahasiswa yang berada pada
kategori rendah diasumsikan belum mencapai tingkat keterampilan
komunikasi yang optimal yaitu kemampuan yang rendah terhadap pengiriman
pesan atau informasi yang disertai feedback sehingga individu mengalami
kegagalan dalam menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan.
Seli,
Martono
dan
Anggraiani
(2013)
dalam
penelitiannya
menyatakan bahwa keterampilan berbicara selalu ada dalam tema
pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut menunjukan
bahwa begitu pentingya ketrampilan berbicara, karena ketrampilan berbicara
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
sendiri memiliki pengaruh terhadap bagaimana seseorang dapat berbicara
secara efektif dan baik dengan orang lain.
C. KEPERCAYAAN DIRI
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Walgito (2004) menyatakan bahwa kepercayaan diri (SelfConfidence) merupakan dasar bagi berkembangnya sifat-sifat mandiri,
kreatif, dan bertanggung jawab, sebagai ciri manusia yang berkualitas
yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi lantangan masa depan.
Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan mampu
menghadapi tantangan dengan baik. Mahasiswa yang mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi akan sangat merasa tertarik pada hal-hal
yangsifatnya menantang (Andrianto, 2008).
Rasa
percaya
diri
adalah
keyakinan
pada
kemampuan-
kemampuan sendiri, keyakinan pada adanya suatu maksud di dalam
kehidupan, dan kepercayaan bahwa dengan akal budi mereka akan
mampu melaksanakan apa yang mereka inginkan, rencanakan dan
harapkan (Davies, 2004).
Rasa percaya diri merupakan keberanian menghadapi tantangan
karena memberi suatu kesadaran bahwa belajar dari pengalaman jauh
lebih penting daripada keberhasilan atau kegagalan. Rasa percaya diri
penting untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, seperti halnya
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
ketika bergabung dengan suatu masyarakat yang didalamnya terlibat di
dalam suatu aktivitas atau kegiatan, rasa percaya diri meningkatkan
keefektifan dalam aktivitas atau kegiatan (Hakim, 2005).
Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan
diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri
dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan (Dimyati dan
Mudjiono, 2009).
Percaya diri menurut Aunurrahman (2010) adalah salah satu
kondisi psikologi seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan
mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya
muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat didalam suatu
aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil
yang diingikan. Dari dimensi perkembangan, rasa percaya diri dapat
tumbuh dengan sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan.
Trihastuti (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada
pengaruh keperacayaan diri terhadap kecemasan berbicara di depan kelas
dengan dilihat sumbangan efektif (SE) yang diberikan sebesar 24,1%,
sisanya 75,9% merupakan faktor-faktor lain meliputi masa depan tanpa
tujuan, adanya ketidakmampuan bekerja, konflik dalam diri individu dll.
Nainggolan (2011) menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan dan negatif secara statistik antara
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kepercayaan diri dan kecemasan sosial di antara para pecandu NAPZA
dari golongan generasi muda.
Penelitian Winarni (2013) menyatakan bahwa mahasiswa yang
memiliki kepercayaan diri yang tinggi juga memiliki sikap yang objektif
dalam memandang sebuah permasalahan sesuai dengan kebenaran
semestinya bukan dengan pemikiran pribadinya. Sehingga ketika ia akan
melakukan sebuah komunikasi di depan umum maka ia akan
menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan kebenaran dan fakta.
Kemudian mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi juga
memiliki sikap bertanggung jawab yang sehingga ketika dia melakukan
suatu kesalahan maka dia akan menerima konsekuensi atas perbuatan
yang dilakukannya. Hal tersebut juga secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap tingkat kecemasannya.
2. Karakteristik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri
Karakteristik
seseorang
yang
memiliki
kepercayaan
diri
dikemukakan Davies ( 2004), meliputi :
a. Mengetahui dan mampu melnilai diri sendiri
b. Mempunyai keahlian-keahlian sosial yang baik.
c. Mempunyai sikap yang positif.
d. Tegas.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
e. Mempunyai tujuan yang jelas.
f. Siap menghadapi tantangan-tantangan.
Ciri-ciri pribadi seseorang yang memiliki sikap percaya diri
Syaifullah (2011) mengungkapkan diantaranya adalah:
a. Tidak mudah mengalami rasa putus asa. Pribadi yang percaya diri akan
selalu antusias dalam melakukan suatu tindakan memiliki tekad, tekun
dan pantang menyerah.
b. Bisa menghargai dan usahanya sendiri
c. Mengutamakan usaha sendiri tidak tergantung dengan orang lain.
d. Berani menyampaikan pendapat. Berpendapat merupakan suatu hak
yang dimiliki oleh setiap orang, tetapi tidak semua orang memiliki
keberanian untuk menyampaikan pendapat, rasa takut dan khawatir
untuk berbicara merupakan salah satu ciri-ciri sikap tidak percaya diri
dengan kemampuannya. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri
diantaranya adalah berani untuk menyampaikan pendapat yang
dimilikinya didepan orang banyak.
e. Tanggung jawab dengan tugas-tugasnya. Pribadi yang percaya diri akan
selalu memiliki taggung jawab pada dirinya sendiri yaitu selalu
mengerjakan apa yang menjadi tugas dalam menjalankan suatu
tindakan. Di kerjakan dengan tekun dan rajin.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
f. Memiliki cita-cita untuk meraih prestasi. Sifat percaya diri hanya di
miliki oleh orang yang bersemangat berjuang dan memiliki kemauan
keras, berusaha dan merealisasikan mimpi-mimpinya untuk menjadi
kenyataan.
g. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain. Manusia adalah
mahluk sosial, akan selalu bersosialisasi dan berinteraksi. Interaksi
merupakan suatu hal yang tak dapat dipisahkan oleh manusia, manusia
dilahirkan dan hidup tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seseorang
membutuhkan orang lain karena tanpa adanya kerja sama dan bantuan
orang lain seorang individu tidak bisa menopang hidupnya untuk
memenuhi kebutuhannya.
D. SELF EFFICACY
1. Pengertian Self Efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat
menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif (Bandura, 1997).
Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self
efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau
kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan
menghasilkan sesuatu.
Warsito (2004) menjelaskan bahwa namun demikian perlu diingat
bahwa self-efficacy bersifat spesifik dalam tugas dan situasi yang
dihadapi. Seseorang dapat memiliki keyakinan tinggi pada suatu tugas
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
atau situasi tertentu, namun pada situasi tugas yang lain tidak. Self
efficacy juga bersifat kontekstual, artinya tergantung pada konteks yang
dihadapi. Umumnya self effiacy akan memprediksi dengan baik suatu
tampilan yang berkaitan dengan keyakinan tersebut.
Hasil penelitian Anwar (2010) menunjukan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan
umum. Prayitno (2010) menambahkan dalam penelitianya bahwa
mahasiswa yang memiliki self efficacy tinggi maka mereka mampu
menghadapi situasi yang menegangkan dan yakin dengan usaha yang
dilakukan sekarang akan membuahkan hasil yang baik buat dirinya
sendiri. Mahasiswa tersebut juga memiliki harapan terhadap cita-cita akan
masa depanya karena mereka memandang masa depanya penuh dengan
makna atau nilai yang positif. Menurut Khasanah (2012) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat self efficacy
mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di
depan umum, dan sebaliknya semakin rendah self efficacy mahasiswa
maka makin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum.
2. Dimensi
Menurut Bandura (1997), ada beberapa dimensi dari self-efficacy, yaitu:
a. Tingkatan (Level)
Level berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang dihadapi.
Keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit.
Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat
kesulitan dari suatu tugas. Ada yang menganggap suatu tugas itu sulit
sedangkan orang lain mungkin merasa tidak demikian Tingkat
kesulitan tugas dapat mempengaruhi pilihan tindakan yang dilakukan
oleh individu. Individu cenderung akan menolak tugas-tugas yang
dirasa tidak mampu untuk ia selesaikan karena di luar batas
kemampuannya, dan sebaliknya ia akan cenderung memilih tugastugas dimana ia merasa mampu untuk menyelesaikannya.
b. Keadaan umum (Generality)
Generality sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam
berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas
yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan
hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit. Generality
merupakan perasaan dimana kemampuan yang ditunjukkan individu
pada konteks penyelesaian tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui
tingkah laku, kognitif dan afektifnya. Generality ini berhubungan
dengan sejauh mana self efficacy yang dimiliki dapat digeneralisasi
untuk
tugas-tugas
atau
situasi-situasi
yang
serupa
sehingga
menimbulkan penguasaan di bidang tertentu.
c. Kekuatan (Strength)
Strength
merupakan
kuatnya
keyakinan
seseorang
mengenai
kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki
keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk
mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya
meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Pengalaman
memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang.
Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu
pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap
kemampuan mereka akan teguh dalam usaha untuk menyampaikan
kesulitan yang dihadapi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy
Tinggi rendahnya self efficacy seseorang dalam tiap tugas sangat
bervariasi. Ini disebabkan adanya beberapa faktor yang berpengaruh
dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura
(dalam Pajares & Urdan, 2006) tingkat self efficacy seseorang
dipengaruhi oleh:
1) Sifat dari tugas yang dihadapi individu
Sifat tugas dalam hal ini meliputi tingkat kesulitan dan
kompleksitas dari tugas yang dihadapi. Semakin sedikit jenis tugas
yang dapat dikerjakan dan tingkat kesulitan tugas yang relatif
mudah, maka semakin besar kecenderungan individu untuk menilai
rendah kemampuannya sehingga akan menurunkan self efficacy-nya.
Namun apabila seseorang tersebut mampu menyelesaikan berbagai
macam tugas dengan tingkat kesulitan yang berbeda, maka individu
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
akan menilai dirinya mempunyai kemampuan sehingga akan
meningkatkan self efficacy-nya.
2) Insentif eksternal (reward) yang diterima individu dari orang lain.
Semakin besar insentif atau reward yang diperoleh seseorang
dalam penyelesaian tugas, maka semakin tinggi derajat self efficacynya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bandura (1997) yang
menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan self
efficacy adalah competence contingent incentive, yaitu intensif atau
reward yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan
keberhasilan seseorang dalam menguasai atau melaksanakan tugas
tertentu.
3) Status atau peran individu dalam lingkungannya.
Seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi dalam
lingkungannya atau kelompoknya akan mempunyai derajat kontrol
yang lebih besar pula sehingga memiliki self efficacy yang lebih
tinggi.
4) Informasi tentang kemampuan diri.
Informasi yang disampaikan orang lain secara langsung bahwa
seseorang
mempunyai
kemampuan
tinggi,
dapat
menambah
keyakinan diri seseorang sehingga mereka akan mengerjakan suatu
tugas dengan sebaik mungkin. Namun apabila seseorang mendapat
informasi kemampuannya rendah maka akan menurunkan self
efficacy sehingga kinerja yang ditampilkan rendah.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Fungsi self efficacy
Bandura (1997) menjelaskan fungsi dan berbagai dampak dari
penilaian self efficacy antara lain sebagai berikut :
1) Perilaku Memilih
Dalam kehidupan sehari-hari, individu sering dihadapkan
dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan
lingkungan sosial yang ditentukan dari penilaian efficacy individu.
Seseorang cenderung untuk menghindar dari tugas dan situasi yang
diyakini melampaui kemampuan diri mereka, dan sebaliknya mereka
akan mengerjakan tugas-tugas yang dinilai mampu untuk mereka
lakukan (Bandura, 1997). Self Efficacy yang tinggi akan dapat
memacu keterlibatan aktif dalam suatu kegiatan atau tugas yang
kemudian akan meningkatkan kompetensi seseorang. Sebaliknya, self
efficacy yang rendah dapat mendorong seseorang untuk menarik diri
dari
lingkungan
dan
kegiatan
sehingga
dapat
menghambat
perkembangan potensi yang dimilikinya.
Seseorang yang memiliki penilaian self efficacy-nya secara
berlebihan cenderung akan menjalankan kegiatan yang jelas diatas
jangkauan kemampuannya. Akibatnya dia akan mengalami kesulitankesulitan yang berakhir dengan kegagalan yang sebenarnya tidak perlu
terjadi, dan hal ini bisa mengurangi kredibilitasnya. Sebaliknya,
seseorang yang menanggap rendah kemampuannya juga akan
mengalami kerugian, walaupun kondisi ini lebih seperti memberi
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
batasan pada diri sendiri daripada suatu bentuk keengganan. Melalui
kegagalan dalam mengembangkan potensi kemampuan yang dimiliki
dan membatasi kegiatan-kegiatanya, seseorang dapat memutuskan
dirinya dari banyak pengalaman berharga. Seharusnya ia berusaha
untuk mencoba tugas-tugas yang memiliki penilaian yang penting,
tetapi ia justru menciptakan suatu halangan internal dalam
menampilkan kinerja yang efektif melalui pendekatan dirinya pada
keraguan (Bandura, 1997).
2) Usaha yang dilakukan dan daya tahan
Penilaian terhadap self efficacy juga menentukan seberapa besar
usaha yang dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan bertahan
dalam
menghadapi
hambatan
atau
pengalaman
yang
tidak
menyenangkan. Semakin tinggi self efficacy seseorang, maka akan
semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan. Ketika
dihadapkan pada kesulitan, individu yang memiliki self efficacy tinggi
akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi tantangan
tersebut. Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan
mengurangi usaha atau bahkan menyerah sama sekali (Bandura,
1997).
3) Pola berpikir dan reaksi emosi
Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga mempengaruhi
pola berpikir dan reaksi emosionalnya selama interaksi aktual dan
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
terantisipasi dengan lingkungan. Individu yang menilai dirinya
memiliki self efficacy rendah, merasa tidak mampu dalam mengatasi
masalah, hanya akan terpaku pada kekurangannya sendiri dan berpikir
kesulitan yang mungkin timbul lebih berat dari kenyataannya
(Bandura, 1997). Sebaliknya, individu yang memilki self efficacy yang
tinggi akan lebih memusatkan perhatian dan mengeluarkan usaha yang
lebih besar terhadap situasi yang dihadapinya, dan setiap hambatan
yang muncul akan mendorongnya untuk berusaha lebih keras lagi.
Self efficacy juga dapat membentuk pola berpikir kausal (Collin,
dalam Bandura, 1997). Dalam menghadapi persoalan yang sulit,
individu yang memiliki self efficacy tinggi akan menganggap
kegagalan terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukan, sedang
yang memiliki self efficacy rendah lebih menganggap kegagalan
disebabkan kurangnya kemampuan yang ia miliki.
4) Perwujudan dari keterampilan yang dimiliki
Banyak
penelitian
membuktikan
bahwa
self
efficacy
dapat
meningkatkan kualitas dari fungsi psikososial seseorang (Bandura,
1997). Seseorang yang memandang dirinya sebagai orang yang self
efficacy-nya tinggi akan membentuk tantangan-tantangan terhadap
dirinya sendiri menunjukkan minat dan keterlibatan dalam suatu
kegiatan. Mereka akan meningkatkan usaha jika kinerja yang
dilakukan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan, menjadikan
kegagalan sebagai pendorong untuk mencapai keberhasilan, dan
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
memiliki tingkat stres yang rendah bila menghadapi situasi yang
menekan
5. Sumber-Sumber
Menurut Bandura (1997) sumber-sumber dari self-efficacy yaitu :
a. Pencapaian prestasi (performance attainment)
Pencapaian
prestasi
merupakan
bagian
yang
paling
berpengaruh dalam penentuan self-efficacy. Pengalaman sukses
sebelumnya memberikan indikasi langsung dari tingkatan kompetensi
individu. Tingkah laku atau hasil sebelumnya menunjukkan
kemampuan individu dan menguatkan penilaiannya atas self-efficacy.
Khususnya apabila kegagalan sebelumnya diulangi dengan kegagalan
lagi, maka hal ini akan menurunkan self-efficacy.
Individu dengan self-efficacy yang tinggi percaya bahwa
mereka bisa berdamai secara efektif dengan kejadian yang mereka
hadapi dalam kehidupannya. Mereka mengharapkan kesuksesan
dalam rintangan yang akan dihadapi, oleh karena itu mereka gigih
dalam tugas dan sering melakukan performansi yang baik. Mereka
memiliki kepercayaan diri yang baik dalam kemampuan mereka
dibandingkan individu dengan self-efficacy yang rendah, dan mereka
hanya sedikit memperlihatkan keragu-raguan. Individu dengan selfefficacy yang tinggi melihat hal sulit sebagai tantangan dan aktif
mencari situasi yang baru.
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b.
Pengalaman orang lain (vicarious experiences)
Melihat kesuksesan orang lain akan menguatkan perasaan akan
self-efficacy, khususnya jika seseorang yang menjadi objek observasi
memiliki kemampuan yang sama dengan individu yang melakukan
observasi. Sebaliknya jika individu melihat orang lain yang dianggap
memiliki kesamaan tersebut mengalami kegagalan, maka hal ini akan
menurunkan self-efficacy. Individu yang memiliki standar penampilan
tinggi yang mengambil standar tersebut dari hasil mengobservasi
model yang sukses akan memiliki harapan yang tinggi, namun jika
kemudian gagal, maka individu tersebut akan menghukum dirinya
sendiri dengan perasaan tidak berharga dan depresi. Seseorang akan
berusaha mencari model yang memiliki kompetensi dan kemampuan
yang sesuai dengan keinginannya. Dengan mengamati perilaku dan
cara berfikir dari model tersebut, maka akan dapat memberi
pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi
berbagai tuntutan lingkungan (Bandura, 1997).
c.
Persuasi Verbal (verbal persuation)
Ketika seseorang mendapatkan dukungan sosial melalui
tindakan-tindakan persuasif secara verbal (verbal persuation) bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk mencapai sukses atau tingkat
kinerja tertentu, maka hal ini juga dapat membentuk keyakinan
mengenai efficacy di dalam diri seseorang. Orang yang mendapat
persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemampuan untuk
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan melakukan usaha
yang lebih besar dari pada orang yang tidak mendapatkan persuasi
bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut. Persuasi lisan ini sering
dilakukan oleh orang tua, guru, suami/istri, teman, dan terapis. Agar
efektif, persuasi haruslah realistik.
d.
Keterbangkitan psikologis (psychological arousal)
Keterbangkitan psikologis ini meliputi perasaan tenang atau
ketakutan pada situasi yang membuat stres. Keterbangkitan psikologis
ini biasa digunakan untuk melihat kemampuan individu dalam
mengatasi masalah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa terdapat empat sumber informasi mengenai tingkatan selfefficacy, yaitu pencapaian prestasi, pengalaman orang lain, persuasi
lisan, dan keterbangkitan psikologis.
E. KERANGKA TEORI
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan yaitu:
a. Faktor Predisposisi
‐ Peristiwa traumatik
‐ Konflik emosional
‐ Konsep diri (Kepercayaan
diri)
‐ Frustasi
‐ Self efficacy
‐ Ketrampilan berbicara
‐ Mekanisme koping
‐ Medikasi
‐ Gangguan fisik
‐ Riwayat dalam keluarga
b. Faktor presipitasi
‐ Ancaman terhadap
integritas fisik (regulasi
suhu tubuh dan kekurangan
nutrisi)
‐ Ancaman terhadap harga
diri (kesulitan dalam
berhubungan interpersonal
di rumah dan di tempat kerja
dan kehilangan yang
Kecemasan berbicara didepan
umum
Gejala kecemasan
- Kognitif
- Afektif
- Respon perilaku
- Respon fisiologis
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Sumber: Modifikasi Suliswati (2005), Stuart dkk. (2006) dan Ririn, Asmidir dan
Marjohan. (2013)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
F. KERANGKA KONSEP
-
Kepercayaan Diri
Ketrampilan berkomunikasi
Self Efficacy
Kecemasan berbicara didepan
umum
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
G. HIPOTESIS
Hipotesi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a. Ada hubungan antara ketrampilan komunikasi dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa keperawatan S1.
b. Ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa keperawatan
c. Ada hubungan antara self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan
umum pada mahasiswa keperawatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Hubungan Antara Keterampilan..., Robi Setiawan Jati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download