BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat perdagangan saham dari perusahaan Tbk. yang terdapat di Indonesia. Perusahaan Tbk. yang terdaftar di BEI dibagi dalam sembilan sektor. Sembilan sektor tersebut ialah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti dan real estate, sektor transportasi dan infrastruktur, sektor keuangan dan sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Perusahaan Tbk. yang mendaftarkan diri sebagai emiten di BEI memiliki tanggung jawab terhadap publik. Perusahaan Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib mempublikasikan laporan keuangan, karena laporan tersebut digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak pengguna laporan keuangan terdiri atas dua pihak, yaitu pihak internal yang merupakan pihak manajemen yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditor, pemasok, pelanggan, masyarakat dan pemerintah. Tujuan laporan keuangan menurut PSAK 1 (2012) adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam 1 pembuatan keputusan ekonomi serta menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut (Hendriksen dan Van Breda, 1992) dalam (Wahyuningsih, 2007) hal ini disebabkan informasi laba atau laba historis berguna untuk mengukur efisiensi manajemen, membantu memprediksi keadaan usaha dan distribusi dividen di masa yang akan datang, mengukur keberhasilan manajemen, serta sebagai acuan pengambilan keputusan ekonomis di masa yang akan datang. Informasi peningkatan maupun penurunan laba sangat mempengaruhi keputusan investor dalam menginvestasi dana dalam suatu perusahaan. Investor akan cenderung untuk menginvestasi dana dalam suatu perusahaan jika laba perusahaan tersebut meningkat. Menurut (Bartov, 1993) dalam (Wahyuningsih, 2007) kecenderungan investor dan pihak ekstern lainnya yang lebih berfokus pada informasi laba, memicu manajemen melakukan disfunctional behaviour berupa manajemen laba (earning management) atau manipulasi laba (earnings manipulation) untuk menghasilkan laba yang dianggap normal bagi suatu perusahaan. Keadaan tersebut diperburuk dengan terdapatnya kesenjangan informasi antara manajemen dengan investor dan pihak eksternal lainnya, karena manajemen mengetahui lebih banyak mengenai keadaan dan masalah-masalah yang terjadi dalam perusahaan dibanding investor maupun pihak eksternal lainnya. Manajer adalah pihak yang menerapkan kebijakan-kebijakan dan pengambil keputusan utama dalam perusahaan. Karena memiliki wewenang tersebut, manajer dianggap sebagai pelaku utama dalam manajemen laba. 2 Menurut Wahyuningsih (2010) saat perusahaan mempunyai rencana pemberian bonus, manajer perusahaan cenderung akan menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Jika pemberian upah yang tinggi tersebut dilaporkan dalam laba bersih, maka untuk mendapatkan atau menaikkan bonus yang diterima pada tahun yang berjalan, maka manajer diduga akan melakukan manajemen laba yaitu melaporkan laba bersih setinggi mungkin. Pihak manajemen perusahaan melakukan manajemen laba untuk mendapatkan keuntungan pribadi, yaitu dengan cara melakukan manipulasi laporan keuangan. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran palsu kepada pengguna laporan keuangan bahwa kondisi keuangan perusahaan membaik. Tindakan ini tentunya tidak sesuai dengan tujuan utama perusahaan mempublikasikan laporan keuangan, yaitu menyediakan informasi laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berikut ini merupakan beberapa kasus besar yang menyangkut manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dan Amerika Serikat (Melawati, 2011): 1. PT. Antaboga Deltasekuritas Indonesia (PT. ADI) Menempatkan dana nasabah atas nama PT. ADI bukan atas nama nasabah bersangkutan. 2. PT. DBS Vickers Securities Indonesia Menggunakan sekitar 13 rekening efek atas nama nasabah untuk transaksi pribadi wakil perantara pedagang efek tanpa ijin dari nasabah. 3 3. PT. Perusahaan Gas Negara (PT. PGN) a. Memberikan informasi disclosure yang tidak benar b. Terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi selama 35 hari c. Memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui projek Sumatera Selatan-Jawa Barat 4. Grup Bakrie Mengakui dan melaporkan bahwa dana deposito yang mereka miliki berjumlah Rp. 6.800.000.000.000 di Bank Capital Indonesia. Padahal seluruh dana nasabah di bank swasta ini hanya Rp. 2.700.000.000.000 5. Olmpus Corp Pembayaran konsultan keuangan sebesar US $687,000,000 dalam proses akuisisi senilai US $2,200,000,000. Setelah diselidiki dana tersebut digunakan untuk menutupi kerugian perusahaan saat berinvestasi di surat berharga sejak dekade 1990-an yang mencapai US $1,000,000,000. Kerugian ini tidak pernah dipublikasikan. Untuk membatasi terjadinya manajemen laba manajer perusahaan harus memiliki kecakapan manajerial. Kecakapan manajerial merupakan karakteristik personal berdasarkan norma dan etika yang terdapat di dalam suatu perusahaan. Manajemen perusahaan merupakan pengambil keputusan utama dalam sebuah perusahaan. Keputusan operasional harian serta perencanaan strategis ke depan yang telah dirumuskan, akan menentukan arah perusahaan dan juga akan menentukan kesuksesan perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya. Selain itu, 4 manajemen perusahaan juga merupakan orang-orang yang diberi kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola serta mengembangkan perusahaan, yang akan menambah nilai bagi para pemegang saham (Djuitaningsih dan Rahman, 2012). Jika manajemen memiliki kecakapan manajerial yang sesuai dengan kode etik perusahaan, maka besar kemungkinan manajer tidak melakukan manajemen laba. Menurut penelitian Melawati (2011) kecakapan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan penelitian Djuitaningsih dan rahman (2012), Wahyuningsih (2010), Purwanti (2010), Demerjian dkk (2010) serta Isnugrahadi dan kusuma (2009) yang menyatakan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Selain memiliki kecakapan manajerial, agar tidak terjadi manajemen laba perusahaan juga harus memiliki good corporate governance. Good corporate governance merupakan suatu tata cara kelola yang digunakan oleh perusahaan untuk menghilangkan konflik antara manajer perusahaan dan pemilik perusahaan. Terjadi konflik antara manajer perusahaan dan pemilik perusahaan karena sering kali manajer perusahaan lebih mementingkan kepentingannya daripada kepentingan pemilik perusahaan sehingga manajer melakukan manajemen laba. Untuk mengurangi terjadinya manajemen laba maka perusahaan perlu menerapkan good corporate governance untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dengan manajemen. 5 Salah satu cara penerapan good corporate governance di perusahaan adalah dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan manajemen, terdapat dewan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit di perusahaan. Dengan adanya dewan institusional dan dewan komisaris independen yang mengawasi pengelolaan perusahaan dan komite audit yang melakukan pengecekkan terhadap laporan keuangan perusahaan serta memperbesar kepemilikan saham perusahaan manajemen dapat membatasi manajemen melakukan manajemen laba. Untuk mengetahui tingkat penerapan good corporate governance perusahaan, The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) melakukan riset dan pemeringkatan good corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di IICG. Menurut penelitian Bekiris dan Doukaris (2011) semakin tinggi standar corporate governance suatu perusahaan maka kemungkinan kecil akan melakukan manajemen laba sehingga menghasilkan kualitas laba yang tinggi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Iqbal dan Fachriyah (2007), Murhadi (2009) dan Hermanto (2011) yang menemukan pengaruh signifikan good corporate governance terhadap manajemen laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Isnugrahadi dan Kusuma (2009). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu: 1. Penelitian sebelumnya menggunakan kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi, sedangkan penelitian kali ini menghilangkan variabel pemoderasi dan menambah good corporate governance sebagai variabel independen. 6 2. Peneliti sebelumnya menggunakan perusahaan go public sektor manufaktur yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian, sedangkan peneliti sekarang menggunakan perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di The Indonesian Institute for Corporate Governance sebagai objek penelitian. 3. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian pada periode 2004-2007, sedangkan penelitian ini pada periode 2009-2011. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan diatas, maka judul penelitian ini adalah "Pengaruh Kecakapan Manajerial dan Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di The Indonesian Institute for Corporate Governance tahun 2009-2011)". 1.2 Batasan Masalah Berdasarkan pembahasan latar belakang sebelumnya, penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) selama periode 2009-2011. 2. Pada penelitian ini manajemen laba diukur dengan skala rasio dan diproksikan dengan discretionary accrual, yaitu pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. 3. Kecakapan manajerial diukur dengan skala rasio dan diproksikan dengan data envelopment analysis (DEA), yaitu sebuah program optimisasi yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi 7 (UKE) berupa perbandingan antara output atau multi output dengan input atau multi input. 4. Good corporate governance diukur dengan skala rasio dan diproksikan dengan hasil scoring yang terdapat di Corporate Governance Perception Index (CGPI), yaitu melihat hasil akhir perhitungan skor good corporate governance yang didapat dari 4 tahapan penilaian: penilaian self assesstment, kelengkapan dokumen, makalah dan observasi. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diungkapkan diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apakah kecakapan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba? 2. Apakah penerapan good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba? 3. Apakah kecakapan manajerial dan good corporate governance secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. 8 2. Untuk menganalisis pengaruh penerapan good corporate governance terhadap manajemen laba. 3. Untuk menganalisis pengaruh kecakapan manajerial dan good corporate governance terhadap manajemen laba. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai kecakapan manajerial dan good corporate governance terhadap manajemen laba diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Manfaat bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan kepada perusahaan mengenai pentingnya kecakapan manajerial dan penerapan good corporate governance dalam meminimalkan manajemen laba. 2. Manfaat bagi investor Memberikan masukan kepada investor mengenai kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba, sehingga investor harus memperhatikan praktik good corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan. 3. Manfaat bagi akademisi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi rujukan bagi peneliti lanjutan yang ingin mengetahui tentang pengaruh kecakapan manajerial dan penerapan good corporate governance terhadap manajemen laba. 9 1.6 Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: Telaah literatur dan perumusan hipotesis Bab ini berisi tentang pembahasan dan penjelasan mengenai landasan teori: laporan keuangan, kecakapan manajerial, managemen laba, good corporate governance dari berbagai literatur, dan perumusan hipotesis yang akan diuji. BAB III: Metode penelitian Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, metode penelitian, penjabaran mengenai variabel penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis. BAB IV: Analisis dan pembahasan Bab ini berisi tentang deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, pengujian dan analisis hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. BAB V: Simpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan, dan saran yang didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan. 10