perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Tanaman pisang (Musa sp.) saat ini dikenal sebagai tanaman buah yang ditanam dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat Indonesia. Tanaman pisang memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena beragam manfaatnya. Manfaat pisang diantaranya buah yang bergizi karena mengandung vitamin, mineral dan karbohidrat serta mudah dicerna, rendah lemak dan kolesterol, sementara daun pisang dapat dipakai sebagai pembungkus berbagai makanan serta jantung pisang dapat digunakan sebagai sayuran dalam masakan (Paul & Duarte 2011). Tanaman pisang merupakan tanaman herbaceous dan berkembang biak secara vegetatif. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Klasifikasi tanaman pisang termasuk kingdom Plantae, super divisio Spermatophyta, divisio Magnoliphyta, sub divisio Angiospermae, classis Monocotyledonae, familia Musaceae, Genus Musa, Spesies Musa paradisiaca L. Sebagian tanaman pisang yang dapat dimakan buahnya termasuk dalam spesies Musa acuminate, Musa balbisiana, atau antar persilangan anatara kedua varietas ini (Nakasone & Paull 1988). Tanaman pisang merupakan tanaman herba tahunan, berakar rimpang yang berpangkal pada umbi batang. Batang yang berdiri tegak di atas tanah terbentuk dari pelepah daun yang saling menelungkup dan disebut batang semu. Tinggi batang semu berkisar antara 3,5 – 7,5 meter. Pisang tumbuh dengan baik di dataran rendah pada lingkungan yang basah, selain itu dapat juga tumbuh di sembarang tempat. Namun agar produktivitasnya optimal sebaiknya ditanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat di bawah 1000 m dpl. (Satuhu dan Supriyadi 1999). Tipe iklim yang cocok unutk pertumbuhan tanaman pisang adalah iklim basah sampai kering dengan curah hujan 1400-2500 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Sedangkan suhu yang baik untuk perkembangan tanaman pisang adalah berkisar 15-38oC dengan suhu optimum 27oC. Tempat penanaman pisang yang baik di lingkungan commit to user terbuka matahari atau mendapat 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 sinar matahari. Tiupan angin yang terlalu kencang kurang baik terhadap tanaman pisang karena dapat menyebabkan helaian daun sobek (Rukmana 1999). B. Ulat Penggulung Daun Pisang (Erionota thrax E. thrax termasuk golongan serangga ordo Lepidoptera, famili Hesperiidae dengan metamorphosis holometabola. Imago betina meletakkan telur secara berkelompok berkisar antra 10 - 37 butir telur pada permukaan bawah daun pisang yang masih muda pada sore hari. Telur E. thrax yang baru diletakkan oleh imago betina berwarna kuning terang, kemudian berubah menjadi merah terang dan memucat (Kalshoven 1981). Larva yang masih muda berwarna kuning kehijauan dengan tubuh yang dilapisi lilin. Larva yang ukurannya lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya di lapisi lilin. Masing - masing larva hidup soliter dalam satu gulungan daun pisang. Stadium larva berlangsung 28 hari (Okolle et al. 2010) Stadium prapupa E. thrax berlangsung selama 3 hari. Tubuh pupa muda berwarna kuning terang dan berangsur berubah menjadi lebih gelap sampai berwarna coklat gelap. Pupa didalam gulungan daun pisang dan dilapisi lilin. Panjang pupa bisa mencapai 6 cm. Stadium pupa berlangsung selama 8 - 12 hari. Imago E. thrax aktif pada pagi dan sore hari, berwarna coklat sayapnya, panjang rentang sayap mencapai 7,5 cm. Imago terbang bebas mencari madu atau nectar bunga tanaman pisang. Siklus hidup E. thrax berkisar 5 - 6 minggu (Kalshoven 1981). Pupa E. thrax yang terparasit memiliki eksoskeleton yang kaku atau keras , berwarna hitam, dan mati. Gejala awal pupa mengeras dan apabila disentuh bergerak lambat dan lama - kelamaan tidak bergerak. Kemudian dalam waktu 2- 3 hari warna pupa berangsur - angsur berubah menjadi hitam. Setelah parasitoid menyelesaikan perkembangan pradewasanya, inang akan mengalami kematian (Kalshoven 1981). C. Parasitoid Parasitoid merupakan salah satu komponen pengendali hayati yang efektif untuk hama. Agens Pengendalicommit Hayatito user ini mempunyai beberapa kelebihan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 dibandingkan dengan cara kimia, anatara lain tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Siklus hidup parasitoid yang lebih pendek dibandingkan inangnya dapat menekan laju pertumbuhan inang (Hoffmann dan Frodshman 1993). Parasitoid adalah serangga yang memparasiti serangga atau hewan artropoda lainnya. Parasitoid betina meletakkan telurnya dengan menusukkan ovipositor ke bagian dalam tubuh inang. Fase inang yang diserangnya umumnya adalah telur, larva, dan pupa dan sangat jarang menyerang serangga dewasa (imago). Parasitoid kebanyakan hidup di dalam tubuh inang, sehingga inang akan segera mati dan parasitoid keluar dari tubuh inangnya dalam keadaan stadia dewasa. Akan tetapi ada juga stadia larva dari parasitoid yang sudah siap menjadi pupa keluar dari tubuh inangnya dan membentuk kokon di luar tubuh inang (Hasyim 1999). Contohnya Diadegma eucerophaga parsitoid larva Plutella xylostella dan lalat jatiroto yang merupakan parasitoid larva penggerek batang tebu. Casinaria sp, Apanteles erionotae, Schenocharops sp dan Cotesia erionotae pada larva E. thrax (Okolle 2006). Parasitoid merupakan serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada atau di dalam tubuh serangga inang, sementara imago hidup bebas mencari nektar dan embun madu sebagai makanannya. Serangga inang yang diparasit akhirnya mati ketika parasitoid menyelesaikan perkembangan pradewasanya. Parasitoid biasanya berukuran lebih kecil daripada inangnya (Shelton 2012). Berdasarkan jumlah imago yang berkembang dalam satu inang, parasitoid dibagi menjadi parasitoid soliter dan gregarious. Apabila hanya satu parasitoid yang berkembang pada satu inang maka parasitoid tersebut adalah soliter, sedangkan parasitoid gregarious dalam satu inang dapat berkembang lebih dari satu imago parasitoid (Purnomo 2010). Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera dan Diptera. Parasitoid biasanya ada yang bersifat hiperparasitoid atau parasitoid sekunder adalah parasitoid yang menyerang parasitoid primer. Adelphoparasitoid adalah parasitoid jantan yang memparasiti larva betina dari jenisnya sendiri. Multiparasitisme adalah parasitisme terhadap to user inang yang sama oleh lebih daricommit satu jenis parasitoid primer, superparasitisme perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 adalah parasitisme satu inang oleh banyak parasitoid dari jenis yang sama (Zhang et al. 2016). D. Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah kesuluruhan 77.378,64 Ha yang terbagi menjadi 17 wilayah Kecamatan, 15 Kelurahan, dan 162 Desa. Kabupaten Karanganyar berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan provinsi Jawa Timur, di sebelah selatan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo. Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah yakni lembah Bengawan Solo yang mengalir menuju utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem gunung Lawu. Sebagian daerah pegunungan ini masih tertutup hutan (Pemerintah Kab. Karanganyar 2011). Kabupaten Karanganyar terletak antara 110o 40” – 110o 70”BT dan 70o 28”70o46”LS. Ketinggian rata – rata 511 m dpl., wilayah terendah di Kabupaten Karanganyar berada di Kecamatan Jaten yang hanya 90 m dpl., sedangkan yang tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu mencapai ketinggian 2000 m dpl., serta beriklim tropis dengan temperatur 22o-31oC. Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari dan Bulan Maret. Sedangkan yang terendah pada bulan Juli dan Agustus (Pemerintah Kab. Karanganyar 2011). commit to user