NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA PEMAIN BAND Oleh : JEMMY SOERYONO PUTRO QUROTUL UYUN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI & ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA PEMAIN BAND Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen pembimbing Utama (Qurotul Uyun S.Psi,M.si) HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA PEMAIN BAND Jemmy Soeryono Putro Qurotul Uyun INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan penyalahgunaan napza pada pemain band. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan pemakaian napza pada pemain band. Semakin tinggi kecerdasan emosi, semakin rendah penyalahgunaan napza. Sebaliknya Semakin rendah kecerdasan emosi, semakin tinggi penyalahgunaan napza. Subjek dalam penelitian ini adalah pemain band di Yogyakarta yang memainkan musik beraliran rock. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan skala. Adapun skala yang digunakan adalah menggunakan skala penyalahgunaan napza yang berjumlah 32 aitem, mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Afiatin (1998) dan skala kecerdasan emosi yang berjumlah 48 aitem yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Goleman (1997). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan penyalahgunaan napza pada pemain band Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar rxy= -0.622 dengan nilai p= 0,000 (p<0,01) yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan penyalahgunaan napza pada pemain band Kata Kunci : Kecerdasan Emosi, Penyalahgunaan Napza. PENGANTAR Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern menuntut banyak perubahan dalam kehidupan, termasuk perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup terkadang cenderung mengarah kepada gaya hidup yang tidak baik, gaya hidup yang penuh dengan kegengsian yang mendorong manusia untuk mengikuti mainstream, misalnya kehidupan glamour, konsumtif, dan juga gaya hidup mengkonsumsi napza. Penyalahgunaan napza saat ini merupakan bagian dari gaya hidup yang banyak dilakukan orang khususnya anak muda. Dalam dunia musik, napza sudah menjadi barang yang tidak asing lagi, banyak pemain band atau pemain musik yang mengkonsumsi narkoba. Gaya hidup dan tingkah laku pemusik Barat (bermusik sambil mengkonsumsi napza) juga diikuti pemusik rock Indonesia, misalnya drummer The Rollies, Iwan (meninggal karena overdosis), Gito Rollies, Bimbim, Kaka, dkk (Grup Slank), Dany S. Gumelar (vokalis Java Jive), January Christy, Sandy Handoko (Drummer Jamrud meninggal overdosis), Fitrah (gitaris Jamrud meninggal overdosis), Jockie (Keybordiest God Bless). (www.gatra.com & www.kompas.com & www.Gusmus.net. 11/07/2006). Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika berasal dari bahasa Ingggris "narcotics" yang artinya obat bius. Narkotika adalah bahan yang berasal dari tiga jenis tanaman Papaper Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain) dan cannabis sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi susunan syaraf yang dapat membuat tidak dapat merasakan apa-apa, bahkan bila ada bagian tubuh yang disakiti sekalipun. (www.sahiva.or.id.08/03/2006). Penyalahgunaan napza adalah pemakaian non medical atau ilegal barang haram yang dinamakan napza(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan yang produktif manusia pemakainya (Willis, 2005). Menurut data pada tahun 2003, 1.800.000 anak Indonesia menjadi pecandu narkoba dan 11.344 anak ditangkap polisi karena melakukan tindak kriminal. Hal itu terjadi karena IQ hanya berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis (otak kiri). Sedangkan EQ lebih banyak berhubungan dengan perasaan dan emosi (otak kanan) (www.kompas.com/07/03/2006). Hal tersebut menunjukkan bahwa IQ tidak mampu berperan dalam mengendalikan seseorang untuk tidak menggunakan napza, EQ berhubungan dengan perasaan dan emosi yang dapat berfungsi untuk meredakan ketegangan mental dan mengurangi stres agar tidak mencari pelampiasan dengan perilaku negatif. Menurut Goleman (1997) seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik memiliki ciri sebagai berikut, memiliki kesadaran diri yang baik, memiliki kendali dorongan hati, mampu memotivasi diri, optimis, kemampuan berempati, dan memiliki kecakapan sosial. Nevid, dkk (1997) penyalahgunaan napza sangat erat kaitannya dengan sejumlah faktor yang melibatkan faktor-faktor kognitif seperti harapan dan keyakinannya tentang napza, proses pengambilan keputusan dan kesadaran diri. Kesadaran diri merupakan salah satu aspek dari kecerdasan emosi. Tanpa kendali dorongan hati yang baik, pengguna akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhannya akan napza (Siregar, 1990). Kendali dorongan hati berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan. Kendali dorongan hati membantu mengarahkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan yang dinginkan, sehingga seseorang akan lebih terkontrol dalam memenuhi keinginannya. Berdasarkan paparan di atas peneliti sangat tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan penyalahgunaan napza pada pemain band. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Penyalahgunaan Napza Perkembangan napza berawal sejak tahun 2737 SM ketika kaisar Cina bernama Shen Nung menulis naskah farmasi yang bernama “Pen Tsao”(Great Herbal). Salah satu ramuan itu adalah disebut “liberator of Sin” atau “delight giver” (pemberi kesenangan) yang ditujukan untuk kesenangan, obat lemah badan, malaria, rematik dan analgesik (Martin, 1977). Menurut Maslim (1997) penyalahgunaan napza adalah penggunaan zat secara salah (misuse) atau disalahgunakan (abuse). Penyalahgunaan zat adalah penyalahgunaan zat di luar indikasi medis, tanpa petunjuk atau resep dokter, penyalahgunaan sendiri secara teratur atau berkala sekurangkurangnya dalam satu bulan. Penyalahgunaan napza menurut Wicaksana (1998) terjadi bila pola pengguna zat tersebut merusak, paling sedikit satu bulan sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, belajar dan pergaulan. Penyalahgunaan obat adalah penggunaan obat untuk kepentingan non medis, menggunakan obat melebihi takaran dan tidak mengikuti aturan pemakaian (Yatim, 1996, Hadjim, 1988; Thornburg 1982). Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan napza adalah penggunaan obat yang tidak sesuai dengan kepentingan medis yang melebihi dosis atau takaran, penyalahgunaan sendiri secara teratur atau berkala sekurang-kurangnya dalam satu bulan. Menurut Afiatin (1998) upaya untuk melakukan deteksi dini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memahami tentang gejala-gejala penyalahgunaan dan ketergantungan (adiksi) terhadap napza. Berikut ini akan diuraikan gejala yang akan di klasifikasikan menjadi empat aspek, yaitu : 1. Aspek Kondisi Fisik Seseorang yang menyalahgunakan atau ketergantungan napza biasanya memiliki gejala seperti, sering mengeluh pusing, sering batuk dan pilek yang berkepanjangan, matanya cenderung merah sayu dan tatapannya kosong, berjalan sempoyongan 2. Aspek Kondisi Psikis Seseorang yang menyalahgunakan atau ketergantungan napza biasanya memiliki gejala seperti, menunjukkan sikap membangkang, mudah tersinggung sehingga sering marah secara meledak-ledak, menuntut kebebasan yang lebih besar, tidak dapat menunda keinginan, suka mengambil resiko tinggi, misalnya melayani tanggapan balapan, berkelahi, emosinya sangat labil, sikapnya manipulatif 3. Aspek Hubungan Sosial Seseorang yang menyalahgunakan atau ketergantungan napza biasanya memiliki gejala seperti, semakin jarang ikut kegiatan keluarga atau asrama, mulai melupakan tanggung jawab rutin rumah, merongrong keluarga untuk minta uang dengan berbagai alasan. Selain itu mereka bercerita pada keluarga yang mau mendengarkan keluhannya, jarang mau makan bersama keluarga, sering menginap di rumah teman dengan berbagai alasan, menolak orang tua atau saudara masuk kamarnya, omongannya sering tidak dapat dipercaya. Mereka juga sering ingkar janji dengan berbagai alasan, temannya berganti-ganti dan jarang mau mengenalkan orang yang bersangkutan. Dan juga suka membolos dari sekolah, kuliah atau tempat kerja. 4. Aspek Perubahan Perilaku Seseorang yang menyalahgunakan atau ketergantungan napza biasanya memiliki gejala seperti, sering pulang larut malam, sering pergi ke diskotek, selalu mengeluhkan kehabisan uang. Selain itu mereka juga, sering mencuri uang atau barang di rumah, perubahan ritme tidur, perubahan bahasa yang digunakan, sering berlama-lama di kamar mandi, suka mengurung diri di dalam kamar, malas mengurus diri. Mereka juga sering makan permen karet atau mentol untuk menghilangkan bau mulut, senang memakai kaca mata gelap dan membawa obat tetes mata, senang memakai baju lengan panjang untuk menutupi bekas sayatan, sering membunyikan musik keras-keras tanpa memperdulikan orang lain, di kamarnya ada lilin atau pewangi ruangan, alat-alat yang dapat digunakan untuk teler, ada obat-obatan, kertas timah, bau-bau khas yang tidak biasa di rumah itu, ada jarum suntik dan biasanya jika ditanya ia bersikukuh bahwa barang-barang tersebut bukan miliknya. 2. Kecerdasan Emosi Istilah ”emotional qoutient” diciptakan dan secara resmi didefinsikan oleh John (Jack) Mayer dari Universitas New Hampshire, dan Peter Salovey dari Universitas Yale pada tahun 1990. Menurut Peter Salovey dan Jack Mayer (1997) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk pikiran, memahami perasaan dan maknanya, mengendalikan perasaan membantu secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual Goleman (1997) menganggap bahwa emosi adalah suatu keadaan mental yang melibatkan aspek biologis, psikologis maupun untuk bertindak. Selain itu Semaon & Kenrick (1994) juga memgemukakan pengertian yang hampir sama yaitu bahwa emosi memiliki tiga komponen yang saling terkait aspek fisiologis (yang mencakup sistem saraf), aspek perilaku (khususnya gerakan atau ekspresi wajah) dan aspek pengalaman fenomenologis (yang melibatkan aspek kognitif dan perasaan). Berdasarkan dari beberapa pengertian kecerdasan emosi di atas maka dapat disimpulkan, bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri, mengendalikan dorongan hati (impuls), menunda kepuasaan, mampu memotivasi diri, mambangun kesadaran diri, mampu menghadapi frustasi, mengatur suasana hati serta mampu berempati. Menurut Goleman (1997), aspek kecerdasan emosi meliputi kemampuan berikut ini : 1. Kesadaran diri (self-awareness) Kesadaran diri ialah perhatian yang terus menerus terhadap keadaan batin seseorang. 2. Kendali Dorongan Hati (self-control) Kemampuan untuk menunda kepuasaan yang tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan emosi dan bukan untuk menekan emosi, sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati.. 3. Mampu memotivasi diri sendiri Orang yang mampu membangkitkan semangat hidupnya yang kendur, tidak mudah putus asa terhadap cobaan hidup. 4. Optimis Bersikap optimis berarti memiliki pengharapan yang kuat bahwa secara umum harapan-harapan dalam kehidupan akan tercapai. 5. Kemampuan berempati Kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain dan memahami prospektif mereka. 6. Kemampuan untuk membina hubungan atau kecakapan sosial Mampu menangani atau mengendalikan emosi diri sendiri dan memahami emosi orang lain. METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini pemain musik beraliran rock yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun karakteristik subyek sebagai berikut : a. Subyek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. b. Subyek merupakan pemain musik beraliran rock. c. Subyek berdomisili di Yogyakarta. B. Metode Pengumpulan Data 1. Skala Penyalahgunaan Napza Penelitian ini menggunakan skala penyalahgunaan napza terdiri dari empat aspek penyalahgunaan napza yaitu aspek kondisi fisik, aspek kondisi psikis, aspek hubungan sosial, aspek perubahan perilaku, dari teorinya Afiatin (1998). 2. Skala Kecerdasan Emosi Penelitian ini menggunakan skala kecerdasan emosi yang terdiri dari enam aspek yaitu kesadaran diri (Self-awareness), kendali dorongan hati (SelfControl), mampu memotivasi diri sendiri, optimis, kemampuan berempati, kemampuan untuk membina hubungan atau kecakapan sosial, dari teorinya Goleman (1997). C. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson yang ada dalam fasilitas komputer program SPSS versi 12.00 for windows. Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (Kecerdasan Emosi) dengan variabel tergantung (Penyalahgunaan Napza) pada pemain band. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data Penelitian Tabel 6 Desktipsi Data Penelitian Variabel Hipotetik Min Maks µ Penyalahgunaan Napza 21 Kecerdasan emosi 45 84 52.5 180 112.5 s Empirik Min Maks Mean SD 10.5 21 65 22.5 93 180 39.9136 9.58410 139.5185 17.92562 Tabel 7 Kriteria kategori skala Kategori Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Nilai X > ( µ - 1.8 s ) (µ - 1.8 s ) < X = ( µ - 0.6 s ) (µ - 1.8 s ) < X = ( µ + 0.6 s ) (µ + 0.6 s ) < X = (µ + 1.8 s ) X > (µ + 1.8 s ) Tabel 8 Kategorisasi Penyalahgunaan Napza Kategori Rentang score Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi X < 33.6 33.6 < X = 46.2 46.2 < X = 58.8 58.8 < X = 71.4 X > 71.4 Jumlah Prosentasi 14 45 16 6 0 17.28% 55.55% 19.75% 7.40% 0 Tabel 9 Kategorisasi Kecerdasan Emosi Kategori Rentang score Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi X < 72 72 < X = 99 99 < X = 126.6 126 < X = 153 X >153 2 Jumlah Prosentasi 0 2 11 52 16 0 2.69% 13.58% 64.19% 19.75% Uji Asumsi a. Uji Normalitas Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Variabel KS-Z p Korelasi Penyalahgunaan Napza Kecerdasan Emosi 1.011 0.898 0.259 0.396 Normal Normal b. Uji Linearitas Data yang diperoleh menunjukkan F = 65.455; p = 0.000 sehingga korelasi antara penyalahgunaan napza dan kecerdasan emosi linier. 3. Hasil Uji Hipotesis Peneliti menggunakan analisis Pearson untuk menguji ada tidaknya hubungan antara penyalahgunaan napza dan kecerdasan emosi. Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan angka rxy= -0.622 dengan nilai p= 0,000 (p<0,01), hal ini menunjukan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dan penyalahgunaan napza. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Nilai negatif menunjukkan ada hubungan negatif antara penyalahgunaan napza dan kecerdasan emosi. Semakin tinggi kecerdasan emosi semakin rendah penyalahgunaan napza. Sebaliknya Semakin rendah kecerdasan emosi semakin tinggi penyalahgunaan napza. 4. Analisis Tambahan 1. Berdasarkan analisis lebih lanjut yang dilakukan maka korelasi yang di dapat dari masing-masing aspek kecerdasan emosi dengan penyalahgunaan napza adalah sebagai berikut : 1. Kesadaran diri dengan penyalahgunaan napza berkorelasi negatif sangat signifikan ditunjukkan dengan rxy= - 0.553.( p<0,01) 2. Kendali dorongan hati dengan penyalahgunaan napza berkorelasi negatif sangat signifikan ditunjukkan dengan rxy= - 0.654.( p<0,01) 3. Motivasi dengan penyalahgunaan napza berkorelasi negatif sangat signifikan ditunjukkan dengan rxy= - 0.536.( p<0,01) 4. Optimis dengan penyalahgunaan napza berkorelasi negatif sangat signifikan ditunjukkan dengan rxy= - 0.638.( p<0,01) 5. Empati dengan penyalahgunaan napza berkorelasi negatif sangat signifikan ditunjukkan dengan rxy= - 0.489.( p<0,01) 6. Kemampuan untuk membina hubungan atau kecakapan sosial penyalahgunaan napza berkorelasi negatif sangat signifikan ditunjukkan dengan rxy= - 0.415.( p<0,01) 2. Sumbangan efektif pada aspek-aspek kecerdasan emosi yang paling mempengaruhi penyalahgunaan napza dapat diketahui dari nilai R Square sebagai berikut : 1. Kendali Dorongan hati Diketahui nilai R Square = 0.428 yang berarti bahwa aspek kecerdasan emosi yang paling berpengaruh besar terhadap penyalahgunaan napza adalah dorongan hati. Dengan kata lain, semakin positif dorongan hati seseorang, maka semakin rendah penyalahgunaan napza pada pemain band. 2. Optimis Diketahui nilai R Square = 0.486 yang berarti bahwa aspek kedua dari kecerdasan emosi yang berpengaruh besar terhadap penyalahgunaan napza adalah optimis. Dengan kata lain. Optimistis yang besar pada diri seseorang adalah faktor penting untuk menghindari penyalahgunaan napza. PEMBAHASAN Hasil analisis Pearson Correlation terhadap variabel kecerdasan emosi dengan penyalahgunaan napza diketahui ada hubungan negatif yang sangat signifikan, yaitu diketahui dengan nilai korelasi sebesar rxy= -0.622 dengan nilai p= 0,000 (p<0,01). Dengan kata lain, ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan penyalahgunaan napza. Semakin tinggi kecerdasan emosi, maka semakin rendah penyalahgunaan napza. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosi, maka semakin tinggi penyalahgunaan napza. Sesuai dengan penelitian, salah satu aspek kecerdasan emosi adalah kendali dorongan hati. Kendali dorongan hati merupakan kepekaan seeorang terhadap kata hatinya. Kendali dorongan hati tersebut mampu menciptakan sebuah keseimbangan emosi dan menjaga keseimbangannya (Goleman, 1997). Hal ini akan berdampak positif bagi orang yang memiliki kepekaan tersebut, misalnya mampu mengendalikan amarah, tidak ceroboh dalam berbuat, serta memikirkan tindakannya dengan matang, sehingga bentuk-bentuk kesalahan dapat diminimalisir atau dihindari, termasuk seseorang untuk tidak menyalahgunakan napza. Salovey dan Mayer mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mendukung terciptanya kemampuan pengendalian diri atau kontrol diri (Shapiro, 1998). Pengendalian diri yang baik dapat menjaga individu untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan norma masyarakat atau tidak terlibat dalam tindak kejahatan Dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosi dapat membantu seseorang dalam mengendalikan diri atau mengontrol dirinya sehingga akan tercipta perilaku yang baik, dalam hal ini khususnya perilaku kecederungan penyalahgunaan napza. Seseorang yag memiliki kecerdasan emosi yang baik pasti mampu untuk mengendalikan dirinya untuk tidak mengkonsumsi napza. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis secara statistical, bahwa kendali dorongan hati terbukti memiliki pengaruh yang besar untuk mengendalikan diri seseorang untuk tidak menggunakan napza. Lazarus dan Taylor (Kurniyanti, 2001) menyebutkan bahwa orang optimis cenderung lebih berbahagia dalam menikmati hidupnya. Selain itu, merekapun dapat terhindar dari dari masalah-masalah mental seperti depresi ataupun perilaku negatif. Seseorang yang optimis mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam hidupnya sehingga mereka cenderung untuk dapat menikmati hidupnya dengan nyaman. Hal tersebut dapat mengurangi perasaan tidak nyaman ataupun ketakutan terhadap kegagalan. Optimis juga akan mengurangi tingkat stres seseorang yang dapat memicu seseorang untuk melampiaskan suatu hal dalam perilaku negatif, penyalahgunaan napza. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis secara statistical, yang menunjukkan bahwa optimis juga terbukti memiliki pengaruh yang besar untuk tidak menggunakan napza. Sebagaimana yang dikatakan Goleman (1997) bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan mampu memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati (impuls) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan: mengatur suasana hati dan menjaga beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian untuk bertindak. Dengan demikian seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik memiliki pengendalian diri dan kontrol yang kuat sehingga mempunyai penyalahgunaan napza yang rendah.. Sebaliknya seseorang yang kecerdasan emosinya rendah akan dengan melakukan tindakan-tindakan negatif untuk mencari pelampiasan ataupun menghilangkan stres, mereka biasanya mengkonsumsi napza untuk mencari pelarian dari masalah yang mereka hadapi, sehingga dapat disimpulkan kecerdasan emosi berhubungan dengan penyalahgunaan napza. Menurut Goleman (1997) salah satu dari komponen kecerdasan emosi adalah kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang yang di rasakan seseorang pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan sendiri: memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran diri ini memungkinkan pikiran rasional memberikan informasi penting untuk menyingkirkan suasana hati yang tidak menyenangkan, pada saat yang bersamaan kesadaran diri bisa membantu mengelola diri sendiri, serta menyadari dan mengelola emosi. Semakin tinggi kesadaran diri, semakin pandai dalam menangani perilaku negatif diri sendiri. Artinya seseorang akan menyadari segala perilakunya, mereka bisa berpikir baik atau buruk suatu perilaku apabila dilakukan, pikirannya dapat memberikan informasi pada dirinya agar terhindar dari keinginam-keinginan untuk berbuat yang negatif. Apabila dalam diri seseorang muncul perasaan atau keingian untuk mengkonsumsi napza, pikiran rasional orang tersebut mampu menyadarkannya atau mampu memberikan informasi yang baik agar tidak mengkonsumsi napza karena hal tersebut merupakan perilaku atau perbuatan yang negatif. Nurco mengemukakan 6 faktor yang bisa menyebabkan seseorang terlibat penggunaan napza, untuk menekan frustasi dan dorongan agresif, tidak mampu menunda pemuasan, tidak ada identifikasi seksual yang adekuat, tidak cukup kesadaran dan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang bisa diterima secara sosial, menampilkan perilaku yang berisiko untuk menunjukkan kemampuan diri, untuk menekan rasa bosan (Wilford, 1981). Salah satu dari beberapa faktor yang dikemukakan di atas adalah tidak mampu menunda pemuasan, hal tersebut merupakan bagian dari aspek kecedasan emosi yang berhubungan dengan kendali dorongan hati atau self-control, yaitu kemampuan untuk menunda kepuasaan yang tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan emosi dan bukan untuk menekan emosi, sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati. Orang yang tidak mampu menunda kepuasan memiliki kecerdasan emosi yang rendah sehingga memiliki untuk mengkonsumsi napza. Kelemahan dalam penelitian adalah alat ukur pada skala penyalahgunaan napza kurang mengungkapkan penyalahgunaan napza. Jadi untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk mengembangkan alat ukur penyalahgunaan napza. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti diterima atau terbukti, bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan penyalahgunaan napza pada pemain band. Semakin tinggi kecerdasan emosi semakin rendah penyalahgunaan napza. Sebaliknya Semakin rendah kecerdasan emosi semakin tinggi penyalahgunaan napza SARAN 1. Bagi subyek penelitian Bagi pemain band disarankan untuk dapat menjaga kecerdasan emosinya agar dapat meningkatkan kualitas hidup, dapat mengarahkan dan mengendalikan emosi terhadap suatu hal agar lebih baik serta terhindar dari perilaku atau perbuatan negatif (penyalahgunaan napza). Bagi pemain band yang kecerdasan emosinya masih tergolong rendah dan sedang disarankan untuk meningkatkan kecerdasan emosinya. Karena kecerdasan emosi sangat bermanfaat untuk menunjang kesuksesan dalam hidup. 2. Bagi penelitian selanjutnya Bagi peneliti yang tertarik melakukan untuk penelitian tentang penyalahgunaan napza dengan metode kuantitatif, hendaknya mencari hubungan variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhi penyalahgunaan napza, misalnya tingkat religiusitas, adversity, konformitas, selain kecerdasan emosi. DAFTAR PUSTAKA Afiatin, T. 1998. Bagaimana Menghindarkan Diri Dari Penyalahgunaan Napza. Jurnal Psikologi, Vol 6 No.2. 2001. Persepsi Terhadap Diri dan Lingkungan Pada Remaja Penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Psikologika No. 12 Alsa, A. 2003. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta.: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. (Cet.IV) Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Basri, H. 2004. Remaja Berkualitas. Yogyakarta : Pustaka pelajar. Chandra, L. S.1978. Gejala Dini Penyalahgunaan obat dan penanggulangannya, Makalah : Simposium Kesehatan Jiwa “Peranan Keluarga dalam Usaha prevensi penyalahgunaan obat/kimia. Jakarta : Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa, hal 20-30. Cooper, R.K & Sawaf, A. 1997. Executive EQ : Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Djuwariah. 2002. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Agresivitas Remaja. Psikologika UII no. 13, 69-76. Effendi, A. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21 Kritik MI, EI, SO & Succesful Intelligence Atas IQ. Bandung : Alfabata. Elfida, D. 1995. Hubungan antara Kemampuan Mengontrol Diri dan Berperilaku Delikuensi pada Remaja. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Goleman, D. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : Gramedia. Hadi, S. 2001. Metodologi Researsh Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset. Haryanto. 1989. Panyalahgunaan Narkoba.(Tinjauan Psikologi Perkembangan). Makalah Seminar Obat dan Kenakalan Remaja Yang Diselenggarakan oleh Badan Pengelola Pengabdian Pada Masyarakat. Fak Farmasi UGM dan Pembinaan Generasi Muda Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIY. Hawari, D. 1991. Penyalahgunaan Narkotika & Zat Adiktif. FKUI 2000. Penyalahgunaan Napza. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI. Hidayat, T. 1999. Upaya pengobatan dan Rehabilitasi Ketergantungan Narkotika, psikotropika dan Zat Adiktif. Jakarta : PT Gramedia. Hilman (1985). Proses Menuju Ketergantungan Obat, Kelompok Resiko Tingga dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Penyalahguna Obat. Proyek/NS/83. Makalah : Departemen Sosial. UNDP Bersama Proyek Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Obat-Obatan Di Indonesia. Hurlock, E.B. 1978. Adolescence Developmental. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Joewana, S. 1989. Gangguan Pengguna Zat, Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain. Jakarta : PT Gramedia. Kurniyanti, Y. 2001.. Korelasi antara Kecerdsan Intelektual dan Kecerdaan Emosional dengan Penyesuaian Diri Remaja. Tesis, tidak diterbitkan, Universitas 17 Agustus. Surabaya Martin, B. 1977. Abnormal Psychology. Clinical and Scientific Perspectives. Holt, Rinehart, and Winston, New York. Maslim.1997. Pengguna Klinis Obat Psikotropik : Panduan Praktis. Jakarta :RSU Husada. Patton. 2002. EQ Pengembangan Sukses Lebih Bermakna. Jakarta : PT Mitra Publisher. Rahmawati, V.D. 2002. Hubungan Antara Perilaku Mengakses Situs Porno Dan Religiusitas Pada Remaja. Jurnal Psikologi. No. 1, 1-13. Ronodikoro. S. 1992. Laporan Studi Kasus Daerah Rawan Penyalahgunaan Narkotika. Laporan penelitian(tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi UGM) Salovey, P & Sluyter, D/J. 1997. Emotional Development and Emotional Intelligence : Educational Implications. New York : Harper Collins Publisher, Inc. Seamon, J.G. & Kenrick, D.T. 1994. Psychology. Engelwood Cliffs, Nj: Prentice Hall. Shapiro, L.E. 1998. Mengajarkan emotional Intelligence pada anak(A.T. Kantjono, Pengalih bahasa). Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama. Siregar, L.1990. Penyalahgunaan Zat Psikotropika, Diktat Kuliah : PPDSI Psikiatri Bag. Psikiatri FK UNPAD. 1990. Substance abuse Lexicon, List of Definition (WHO draft document). Soekedy. 2002. Menyiram Bara Narkoba. Penerbit : Millenium Publishser. Stein, S.J Ph.D & Book H. E. 2000. Ledakan EQ 15 Prinsip dasar kecerdasan emosional meraih sukses. Bandung : Kaifa. Thornburg. 1982. Development in Adolescence, 2nd edition. California : Brooks/cole Publishing Company. Wicaksana. 1998. Stres, Depresi dan Penyalahgunaan Narkoba(Narkotika dan Obat Berbahaya, Alkohol, serta Zat Adiktif Lainnya Dikalangan Muda. Makalah : Sarasehan Pramuka Yogyakarta. Wilford, B. B. 1981. Drug Abuse. Chicago : American Medical Assosiation, Illionis. Willis, S. S. 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta Yatim, D,I.. 1991. Apakah Penyalahgunaan Obat Itu. D.I, Yatim & Irwanto (penyunting). Kepribadian, keluarga dan narkotika. Tinjauan Psikologis. Jakarta : Arzan. .1996. Kepribadian, keluarga dan Narkotika. Tinjauan Psikologi. Editor : Yatim & Irwanto. Jakarta : Arzan. Yen, T & Atmadji. 2003. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Kerja Distributor Multi Level Marketing(MLM). Jurnal Psikologi, Vol.18 No.2. www.depkes.go.id (07/03/2006). www.e-psikologi.com (/07/03/2006). www.gatra.com (11/07/2006). www.google.com (10/03/2006). www.gusmusmus.net. (11/07/2006). www.kompas.com (11/07/2006). www.pikiranrakyat.com (06/03/2006). Identitas Penulis Nama : Jemmy Soeryono Putro Alamat : Jalan Kaliurang km.5 Gg. Megatruh Gayamsari. Blok. G.1 Depok Sleman Yogyakarta Telp : 081578889413