Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 27 Jun'10
Yoh. 13: 34-35
Pdt. Andi Halim, S.Th.
Sebetulnya perintah mengasihi ini sudah ada sebelumnya tetapi perintah ini ditekankan
kembali, diberikan dalam bentuk yang baru: seperti Tuhan Yesus mengasihi para murid-Nya
demikian pula mereka harus saling mengasihi. Memang Tuhan Yesus sendiri tidak pernah
mengajar sesuatu yang baru di luar PL. Semua ajaran-Nya bersumber dari Taurat, dari Firman.
Bicara soal kasih juga bukan hal yang asing bahkan bagi orang yang bukan Kristen. Menurut
saya terlalu arogan jikalau kita mengatakan bahwa di luar kekristenan tidak ada kasih. Apakah
suami istri dan keluarga yang bukan Kristen tidak saling mengasihi? Bahkan mereka yang tidak
punya agama pun juga saling mengasihi, misalnya kasih di antara saudara kandung dan
sepasang kekasih. Bahkan binatang pun juga memiliki kasih. Misalnya induk singa yang ganas
dan dapat mengoyak-ngoyak mangsanya ternyata begitu mengasihi anak-anaknya.
Akan tetapi apa yang menjadi ciri dari kasih menurut iman Kristen? Kasih yang bagaimana?
Jikalau kasih Kristen dengan yang bukan Kristen sama saja buat apa kita menjadi Kristen? Biar
hal ini menjadi pertanyaan yang kita pikirkan. Rasul Paulus mengajarkan bahwa kasih itu bukan
sekedar boleh ada ataupun tidak. Di dalam 1Kor.13 rasul Paulus begitu memutlakkan kasih.
Sepandai dan sehebat apapun kita jikalau kita tidak memiliki kasih kita sama sekali tidak ada
gunanya. Jikalau apa yang kita lakukan hanya sekedar suatu kewajiban, bahkan jika ada orang
yang mengorbankan hidupnya untuk dibakar sekalipun tetapi jika tidak memiliki kasih sama
sekali tidak ada gunanya. Tanpa kasih sehebat apapun prestasi dan kerja keras kita semua itu
percuma dan nol.
Bukan berarti saya mau memarahi Anda. Saya juga bertanya apakah saya melayani kotbah di
mimbar ini karena diberi honor, kewajiban, terpaksa atau apa? Demikian juga Saudara sekalian
hadir dalam gereja ini karena terpaksa, dijadwal pelayanan atau karena apa? Jikalau saya
melayani hanya karena saya digaji Alkitab mengatakan bahwa hal itu tidak ada gunanya.
Meskipun namanya hamba Tuhan bisa saja ia tergoda oleh motivasi-motivasi lain atau terjebak
dalam sistem. Misalnya saya tiba-tiba tidak berkotbah walau sudah dijadwal lalu digantikan
1/5
Ringkasan Khotbah - 27 Jun'10
penginjil lain dan ditanyakan kenapa tidak berkotbah dan saya beralasan bahwa saya pusing
atau malas maka jemaat bakal berpikir bahwa pendeta semacam ini dipecat saja. Lalu jikalau
saya berkotbah karena saya sudah dijadwal, diberi gaji, dan terpaksa benarkah apa yang saya
lakukan ini karena kasih? Benarkah saya ini hamba Tuhan kalau aku tidak ada kasih? Aku di
sini karena dibayar dan kewajiban belaka? Itupun sudah dianggap bagus daripada tidak ada
perasaan kewajiban. Saya perlu bertanya hal ini kepada Tuhan.
Bagaimana dengan jemaat? Apakah di antara kita memiliki kasih satu sama lain? Bicara soal ini
kita mungkin merasa tidak enak. Kita mungkin lebih suka bicara predestinasi, pemeliharaan
Allah, Allah Tritunggal, kedaulatan Allah dan sebagainya karena kita orang Reformed. Biasanya
kita lebih suka otak kita yang diisi oleh pemikiran filsafat, pemikiran Agustinus, Martin Luther,
Calvin atau Van Til. Tapi kalau bicara kasih itu menyangkut diri saya dan hal itu sensitif. Jangan
bicara bagaimana hidup berjemaat atau hidup berkeluarga seharusnya, jangan dikorek-korek
hidupku. Bicara yang mengisi otak saja, itu lebih memuaskan. Tapi kalau kita hanya mau isi
otak tapi tidak mau menerapkan Firman dalam kehidupan nyata buat apa? Maka perlu ada
keseimbangan: otak diisi kebenaran dan hidup dijalankan sesuai apa yang kita tahu.
Di dunia kita kasih dan keakraban bedanya tipis. Misalnya sebagai sesama jemaat kita
hubungannya akrab atau cuma bertemu seminggu sekali saja? Ada jemaat yang bertanya
mengapa ia merasa lebih akrab dan hangat dengan orang yang di luar gereja dan di gereja kok
ia merasa tambah dingin. Mengapa hal ini terjadi? Mengapa gereja bukan mewujudkan kasih
malah sebaliknya: gosip, saling mengatai satu sama lain, saling curiga dan bertumbuh pikiran
negatif satu sama lain, termasuk membicarakan hamba Tuhan? Kenapa bukan kasih yang
diperjuangkan? Kenapa justru gereja dirusak dengan berbagai fitnah dan pemikiran negatif satu
sama lain? Jawabannya gampang: Iblis selalu tidak suka apabila anak Tuhan dan anak Tuhan
saling bersatu. Ia selalu mencari berbagai cara dan kemungkinan untuk memecah belah gereja
dan mengadu domba kita. Maka kita harus berhati-hati.
Ada gereja yang akrab dan bagus sekali. Ada yang pernah berpendapat bahwa GRII Ngagel ini
lebih hangat daripada gereja lain. Wah sombong deh. Tapi apa akrab = kasih? Belum tentu.
Beberapa waktu lalu saya jalan-jalan ke mall dan di sana ada acara nonton sepakbola bersama
di berbagai rumah makan. Lalu saya melihat ada keakraban dan kemeriahan dan kehangatan
hanya karena sepakbola karena tim favoritnya sama. Apakah setelah menonton mereka saling
bersalaman dan saling berkenalan? Apakah di situ ada kasih? Jawabannya tentu saja tidak.
Suasana itu hanya diciptakan. Saya kuatir orang Kristen juga begitu, akrab tanpa kasih.
Mungkin saya punya hobi dan minat yang sama, misalnya hobi fotografi atau main golf bisa
akrab. Ini semua sebetulnya keakraban bukan karena kasih. Apakah di gereja juga begitu? Kita
berkumpul bersama-sama dan akrab tapi tidak ada kasih. Sungguhkan ada kasih di antara kita?
Kalau tidak kita ini kumpulan apa?
2/5
Ringkasan Khotbah - 27 Jun'10
Kalau ada kasih harusnya pulang gereja belajar bersalaman dan saling berkenalan. Tapi
benarkah kasih itu nyata waktu kita bersalaman atau kita cuek saja, tidak peduli kepada orang
lain? Apakah hubungan kita dengan orang lain tergantung seperti sepakbola apakah itu
menarik atau tidak? Ada orang-orang yang menjadi pengurus gereja yang giat dan bertanggung
jawab tapi tidak ada kasihnya. Memang yang bertanggung jawab jelas lebih bagus daripada
mereka yang tidak bertanggung jawab yang sangat tidak menjadi teladan. Namun ada juga
yang sangat bertanggung jawab tapi tidak ada kasih. Inilah tuntutan dari Tuhan. Kasih itu bukan
masalah boleh ada atau tidak, kasih itu harus, mutlak. Jangan keras kepala dan berkata, “Saya
memang begini, kalau saya nggak ada kasih mau apa?” Seharusnya dengan rendah hati kita
datang kepada Tuhan dan mohon Tuhan menganugerahkan belas kasih-Nya kepada kita.
Mengapa kasih itu penting dalam kehidupan orang percaya? Pertama karena Allah yang kita
sembah adalah kasih. 1Yoh.4:8 mengatakan “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal
Allah, sebab Allah adalah kasih.” Maka orang yang mengenal Allah harus mengasihi. Jadi kasih
tidak bisa dipisahkan dari pengenalan akan Allah. Kalau saya mengaku saya adalah orang
Kristen yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka wujudnya adalah kasih.
Allah yang adalah kasih menciptakan kita menurut gambar dan rupa Allah, maka kita harus
memiliki wujud kasih-Nya. Inilah sebabnya orang yang bukan Kristen juga memiliki wujud kasih
meskipun kasih itu sudah rusak karena dosa. Karena itu juga tidak heran kalau orang Kristen
ada sakit hati, iri hati, kebencian dan sebagainya yang disuburkan dalam gereja. Karena apa?
Karena kita semua sudah jatuh ke dalam dosa. Mestinya itu yang kita perjuangkan: kasih dari
Allah kepada sesama. Ini hal mutlak yang tidak bisa ditawar. Siapa yang mengatakan dirinya
mengenal Allah dia mau tidak mau pasti mengasihi karena ia berelasi dengan Allah, kasihnya
harus mengalir dalam kehidupan. Kalau tidak mengalir ada sesuatu yang salah dalam relasi kita
dengan Allah. Kasih tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Jikalau orang sekitar kita kaku maka
kita ikut kaku dan tidak mengasihi maka bukan itu yang diajarkan Alkitab. Berarti kasih
dipengaruhi lingkungan akan tetapi seharusnya kasih dipengaruhi oleh kasih kita kepada Allah.
Orang Kristen bukan dipengaruhi lingkungan tetapi mempengaruhi lingkungan. Ia adalah garam
dan terang. Ia membawa kasih Allah kepada lingkungannya. Bukan karena lingkungan hangat
ia jadi hangat dan kalau lingkungan dingin sebaliknya. Inilah peranan relasi dengan Tuhan yang
sangat penting. Yang dipersalahkan bukan hamba Tuhan dan pengurus atau majelis tetapi diri
saya sendiri, mengapa saya tidak ada kasih?
Kedua, Ef. 2:19 mengatakan bahwa kita ini adalah sewarga dan sekeluarga, maka seharusnya
terwujud kasih. Kalau kita sekeluarga tapi tidak ada kasih maka itu keluarga yang tidak beres.
Ada sesuatu yang salah. Mengapa kasih ditekankan dalam kekristenan? Karena kita ini
sekeluarga. Maka ke gereja dan nonton bioskop itu beda. Orang yang ke bioskop akan bersikap
bahwa saya senang kalau film yang ditonton bagus, bayar nggak rugi. Kalau semangat
semacam ini dibawa ke ibadah gawat. Pulang ya sendiri-sendiri. Tidak ada penonton bioskop
yang bersalaman usai menonton. Tapi di gereja lebih dari bersalaman. Hubungan di antara
3/5
Ringkasan Khotbah - 27 Jun'10
sesama saudara seiman lebih daripada saudara kandung. Di dalam keluarga bisa terjadi dua
bersaudara tetapi tidak seiman. Akan tetapi mereka yang seiman dan yang sudah bertobat dan
berada dalam ikatan kekal bagaimana bisa dingin dan tidak mau tahu dan tidak merasa ada
relasi apapun? Itu aneh. Tidak usah jauh-jauh mengasihi mereka yang di Afrika, India dan
sebagainya. Mau mengasihi di sini saja, mengasihi satu sama lain. Apakah kita saling
mendoakan satu sama lain? Doa itu paling gampang, tidak usah keluar uang. Kemarin apakah
ada yang mendoakan saya dalam mempersiapan kotbah? Yahudi, ini adalah sesuatu yang
ringan dan tidak sulit. Bukan kehangatan yang diutamakan tapi kasih. Bagaimana kita sebagai
warga kerajaan Allah, keluarga Allah?
Ketiga adalah dalam Yoh.13:34-35 yang kita singgung di atas tadi. Murid Kristus harus saling
mengasihi. Hal itu tidak bisa ditawar. Gereja kita jemaatnya sedikit maka seharusnya wujud
kasihnya bisa lebih nampak. Beda halnya kalau jemaat sudah ribuan. Saling mendoakan, saling
menguatkan dan saling menginsyafkan. Inilah yang namanya ibadah. Kalau tidak itu yang
namanya nonton bioskop. Coba kita belajar menyapa mereka yang baru pertama kali datang
beribadah karena kasih. Kita ini anak Tuhan maka mari kita hilangkan semua pikiran negatif.
Kecuali kita menganggap kalau semua yang beribadah di sini adalah anak setan.
Keempat, kasih menjadi penting karena 2Kor.5:14. Mereka yang di dalam Krisus sudah
dihidupkan, akunya yang lama sudah mati. Kasih Kristus menguasai, menggerakkan,
mendorong rasul Paulus untuk melakukan segala sesuatu. Inilah bedanya kasih Kristen dan
bukan Kristen, Kristus sudah mau mati dan sudah mau berkorban bagi saya. Apakah saudara
dan saya juga mengalami hal itu dalam hidup kita atau kita tidak ada perasaan apa-apa. Kalau
tidak mintalah kasih dari Tuhan agar kita dapat mengasihi orang-orang lain dengan kasih
Kristus.
Yang paling pokok adalah kasih kepada Allah. Tapi bukan kita yang terlebih dahulu mengasihi
Allah tapi Allah yang terlebih dahulu mengasihi kita dengan menyerahkan Anak-Nya untuk
menebus dosa. Yang kedua setelah mengasihi Allah adalah mengasihi saudara seiman,
mendoakan mereka, ini juga termasuk mendoakan orang yang memusuhi kita. Kalau hanya
mengasihi orang yang mengasihi kita apa bedanya dengan orang yang tidak beriman? Kasih itu
adalah kasih yang egois. Kasih yang sejati juga mengasihi semua orang, yaitu dorongan untuk
memberitakan Injil melawan keegoisan dan kedagingan kita yang perlu terus diingatkan dan
bukan disuburkan. Yang berikutnya adalah kasih kepada Firman-Nya. Tidak bisa kita mengasihi
Allah tetapi tidak pernah sungguh serius belajar Firman Tuhan. Omong kosong mengasihi
Tuhan tapi tidak mengerti apa-apa soal Firman. Mereka yang mengasihi Firman juga mereka
yang serius mempelajari Firman Tuhan. Belajar Firman di STRIS bukan karena kewajiban tapi
karena mengasihi Firman. Itu seharusnya tekad kita. Berikutnya adalah kasih kepada pekerjaan
pelayanan untuk kemuliaan nama Tuhan. Ini adalah satu paket yang lengkap mengasihi Allah,
mengasihi saudara seiman, mengasihi Firman, mengasihi pekerjaan Tuhan tidak tidak bisa
4/5
Ringkasan Khotbah - 27 Jun'10
dipisah. Kalau kita tidak peduli sama sekali maka itu omong kosong. Sungguh-sungguhkah kita
melayani karena hati atau karena terpaksa? Apakah kita hanya mau dapat berkat tapi tidak
mau jadi saluran berkat? Yang terakhir adalah cinta akan panggilan Tuhan di dalam dunia.
Semboyan umum adalah waktu adalah uang. Kita tidak perlu diajarkan lagi soal ini. Kita dididik
untuk cari uang agar dapat melakukan apa saja yang kita inginkan. Pada dasarnya kita tidak
mempunyai tujuan hidup tetapi karena pengaruh keluarga dan masyarakat kita belajar kalau
hidup untuk cari uang. Padahal kita hidup untuk memenuhi panggilan Tuhan. Kalau kita hanya
bisnis saja untuk cari uang saja maka kita bukan orang Kristen. Orang Kristen tidak dididik
untuk mencari uang saja tetapi untuk memenuhi panggilan Tuhan. Uang adalah suatu bonus
yang ditambahkan dari Tuhan bukan tujuan hidup. Tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan
Allah, jadi garam dan terang dan memenuhi panggilannya dalam segala aspek kehidupan.
Entah kita pebisnis, pendidik, dokter, salesman dan lain-lain jadilah garam dan terang. Inilah
kasih akan Tuhan. Mari kita wujudkan dalam hidup kita mulai hari ini. Amin. - BA
5/5
Download