BAB II PENGETAHUAN BUDAYA DALAM PEMBELAJARAN

advertisement
BAB II
PENGETAHUAN BUDAYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA ASING
2.1
Budaya
2.1.1 Definisi Budaya
Patriat (1998: 39), menjelaskan kata budaya atau culture itu berasal dari
bahasa Latin, sebagaimana dikemukakan :
L’étymologie du terme culture peut contribuer à resituer les étapes différenciées
qui surchargent, par déplacements et élargissements successifs, la réserve
signifiante : le mot originel latin est « colere », qui signifie « cultiver la terre » ;
par extension, « colere » voudra dire ensuite « habiter la même terre » puis, à
un stade ultérieur, « cultiver son esprit » par l’éducation, la pratique de la
vertu. L’adjectif cultus se traduit par « cultivé », « distingué », « élégant »,
alors que le substantif (cultus également) désigne « culture », « morale »,
« éducation », manière de « se vêtir ».
Maksud dari pengertian di atas adalah secara etimologi, kata culture
mengalami berbagai macam pergerakan dan pengembangan, kata culture sendiri
berasal dari bahasa Latin yaitu “colere” yang memiliki makna “mengolah tanah”.
Kemudian bisa di jabarkan lagi makna “colere” yang berarti “hidup di bumi yang
sama” kemudian, pada skala yang lebih luas dapat diartikan pula “mengolah
pikiran” melalui pendidikan. Sebagai kata sifat, “cultus” berarti “dibudidayakan”,
“dibedakan”, “elegan”, sedangkan sebagai kata benda “cultus” juga berarti
“budaya”, “moral”, “pendidikan”, tata cara “berpakaian”.
8
Ada
pendapat
lain
yang
menyatakan
bahwa
budaya
merupakan
perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara
budaya dan kebudayaan. Dalam buku tersebut, disebutkan bahwa budaya adalah
daya dan budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah
hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Namun dalam istilah antropologi-budaya
perbedaan itu ditiadakan dan kata budaya hanya merupakan singkatan dari kata
kebudayaan saja, dengan arti yang sama.
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut memberi arti bahwa hampir
seluruh tindakan manusia yang diperoleh dengan belajar di dalam kehidupan
bermasyarakat merupakan sebuah kebudayaan, namun beberapa tindakan seperti
naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan
membabi buta tidak dapat dikategorikan sebagai kebudayaan.
Cukup banyak ahli yang mendefinisikan budaya baik itu dari segi
kebahasaan maupun dari segi antropologi dan sosial. Salahsatu diantaranya M.
Jacobs dan B.J. Stern dalam jurnal berjudul American Journal of Physical
Anthropology (1948:6) menyatakan bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan
yang meliputi teknologi sosial, ideologi, religi dan kesenian serta benda, yang
kesemuanya merupakan warisan sosial. Melihat pengertian yang disebutkan diatas,
terlihat bahwa budaya merupakan sesuatu yang berlangsung secara turun-temurun
dan selalu berkenaan dengan manusia.
9
Ki Hajar Dewantara dalam buku kumpulan tulisan yang berjudul Karya Ki
Hadjar Dewantara Bagian II: Kebudayaan (1967), menyatakan bahwa
kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap
dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai. Pengertian tersebut menghasilkan pandangan bahwa
budaya merupakan warisan masa lampau yang merupakan buah dari perjuangan,
pemikiran serta penemuan-penemuan yang dilakukan secara berulang hingga saat
ini. Segala kegiatan tersebut pada dasarnya disesuaikan dengan kondisi alam,
sosial serta ruang lingkup masyarakat itu sendiri dan merupakan upaya demi
mempertahankan kelangsungan hidup untuk mencapai kesejahteraan.
Dalam Chocs De Culture, Camilleri dan Cohen-Emerique (1989: 27)
menyimpulkan bahwa :
La culture est l’ensemble plus ou moins fortement lie des significations
acquises les plus persistantes et les plus partagées que les membres d’un
groupe, de par leur affiliation à ce groupe, sont amenés à distribuer de façon
prévalent sur les stimuli provenant de leur environnement et deux mêmes,
induisant vis-à-vis de ces stimuli des attitudes, des représentations et des
comportements communs valorises, dont ils tendent à assurer la reproduction
par des voies non génétiques.
Jika diterjemahkan, budaya adalah kesatuan tanda yang presisi dan lebih
membagi sebagai anggota kelompok, dengan hubungan mereka ke dalam
kelompok,
yang
memberikan
pengaruh
terhadap
lingkungan
mereka,
menghasilkan buah pikiran berupa sikap, representasi dan kebiasaan yang sama,
mereka diturunkan namun secara non-genetika.
10
Melihat pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
itu meliputi sistem ide serta gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sebagai
anggota masyarakat, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan sering
dianggap bersifat abstrak. Namun pada kenyataannya, perwujudan kebudayaan
sendiri bersifat nyata dan bisa dilihat, seperti perilaku/kebiasaan, benda-benda
seni yang bersifat nyata, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi dan
kesenian yang semuanya bertujuan untuk membantu kelangsungan hidup manusia
itu sendiri.
Konsep budaya (culture) berbeda dengan konsep peradaban (civilisation)
sebagaimana dijelaskan oleh Claude Patriat :
“... alors que nous disposons que d’un seul mot, la langue germanique – par
exemple – s’en donne deux pour distinguer les approches de la culture : Kultur,
qui désigne la culture patrimoniale ; Bildung, qui recouvre la formation,
l’instruction, la production, plus globalement la culture dans sa dimension
fabricatrice et créatice (1998 : 37).
Pernyataan di atas memiliki maksud bahwa dalam konteks Bahasa Jerman,
budaya atau culture memiliki dua pendekatan, yang pertama adalah “kultur” yang
berarti kebudayaan secara keseluruhan dan “bildung” yang berarti, formasi,
instruksi, produksi, dan dimensi-dimensi pabrikasi dan pembuatan budaya
tersebut secara global. Bisa diartikan bahwa peradaban (civilisation) mempunyai
cakupan yang lebih luas dibandingkan budaya (culture).
2.1.2 Wujud Kebudayaan
Wujud kebudayaan merupakan suatu sistem dari ide dan konsep kebudayaan
sebagai suatu rangkaian dan aktivitas manusia yang berpola. Wujud kebudayaan
11
merupakan implementasi dari makna kebudayaan sendiri, sehingga ada yang
bersifat abstrak, tindakan dan fisik. Sebagaimana yang diutarakan oleh J.J.
Honigmann (1959: 11-12) membedakan tiga gejala kebudayaan kedalam ideas,
activities dan artifacts.
Konsep ideas merupakan bentuk abstrak dari terbentuknya suatu budaya,
sebagaimana jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, ideas bisa diartikan
ide atau gagasan yang berarti akar munculnya suatu kebudayaan. Ideas tidak dapat
diukur dan dinilai karena berada di alam pikiran masing-masing individu di dalam
kelompok serta sangat bergantung pada keadaan lingkungan sekitar dimana
individu tersebut hidup.
Ideas yang timbul menjadi budaya ideal merupakan gagasan yang paling
dapat diterima di dalam sistem masyarakat sehingga tumbuh dan berkembang di
dalam sistem masyarakat tersebut. Beberapa ahli menyebut proses ini sebagai
sistem budaya atau cultural system yang dalam Bahasa Indonesia biasa
dipadankan dengan istilah adat atau adat-istiadat.
Sebagaimana disinggung sebelumnya, budaya terbentuk karena adanya
interaksi di dalam masyarakat yang disebut sistem budaya. Jika dilihat dari segi
sosial, proses sistem budaya tidak bisa lepas dari sistem sosial dimana individu itu
hidup. Ideas yang kemudian berkembang menjadi sebuah kebudayaan merupakan
hasil dari proses sosial individu di dalam kelompok, dimana ia melakukan
aktivitas-aktivitas seperti berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain,
bertukar pikiran secara simultan. Berbeda dengan konsep ideas yang bersifat
abstrak, konsep ini bersifat kongkret dan dapat dilihat serta diobservasi maupun di
12
dokumentasi. Atas dasar pemikiran inilah kemudian terbentuknya activities
sebagai gejala kebudayaan.
Gejala ketiga dari kebudayaan menurut Honigmann adalah artefact. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, artefact (artefak) merupakan benda-benda,
seperti alat, perhiasan yang menunjukkan kecakapan kerja manusia (terutama
pada zaman dahulu) yang ditemukan melalui penggalian arkeologi; benda
(barang-barang) hasil kecerdasan manusia, seperti perkakas, senjata.
Melihat pengertiannya saja bisa disimpulkan bahwa gejala terakhir dari
sebuah kebudayaan adalah hasil karya yang bersifat nyata dan merupakan sifat
yang paling kongkret dibandingkan dengan dua konsep sebelumnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan wujud dari akar
pemikiran serta gagasan (ideas) yang digodok dalam proses interaksi antar
individu dalam suatu komunitas (activities) sehingga menghasilkan hasil fisik,
karya, perbuatan dan bahkan aktifitas yang baru (artefact) serta memiliki
pengaruh terhadap masyarakat itu sendiri.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat seorang ahli sosiologi Talcott Parsons
bersama dengan seorang ahli antropologi A.L. Kroeber yang menyebutkan tiga
wujud kebudayaan diantaranya (2009:150) :
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai,
norma, peraturan dan sebagainya.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
13
Sama seperti pernyataan tersebut, Kroeber dan Kluckhohn (1952: 47)
mencoba mengklasifikasikan budaya ke dalam lima bagian :
1) Les états mentaux ou opérations psychiques.
2) Les types de comportements, ou l’on retrouve ces mœurs, habitudes, que
l’on a toujours reconnues comme permettant de différencier les sociétés.
3) Les divers savoir-faire, depuis les codes de communication (dont les
langages) jusqu’aux modes d’utilisation des outils, etc.
4) Les produits de l’application de ces savoir-faire aux divers aspects de
l’environnement : machines, types d’habitation, ouvres artistiques, etc.
5) Enfin, toute la variété des institutions et modes d’organisation collectifs
formels et informels, que Krœber et Kluckhohn auraient pu aussi bien
inclure dans la précèdent rubrique.
Sebagaimana terlihat dalam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
wujud kebudayaan itu adalah : sikap mental atau psikologis, kebiasaan yang
membedakan, kemampuan yang beragam, produk-produk yang memilikin
pengaruh terhadap lingkungan, dan yang terakhir adalah varietas institusi serta
organisasi formal dan informal.
2.2
Budaya dan Kaitannya dengan Pembelajaran Bahasa Asing
2.2.1 Pembelajaran Bahasa
Belajar merupakan akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon
(Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam kegiatan belajar
yang terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting
14
untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati
dan diukur.
Dalam pembelajaran bahasa, pentingnya pemahaman budaya, yang sering
disebut intercultural competence, dalam diri pembelajar bahasa menjadi sebuah
hal penting yang memerlukan perhatian serius. Sebagaimana diuraikan oleh
Bennet bahwa mempelajari sebuah bahasa tak dapat dilepaskan dari mempelajari
bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagaimana bahasa
tersebut dipengaruhi dan juga ikut membentuk budaya para penutur aslinya. Hal
ini menyiratkan bahwa seseorang yang mempelajari bahasa tertentu tanpa
memahami budayanya berpotensi menjadi orang “fasih yang bodoh”.
2.2.2. Intercultural Competence
Tren pembelajaran bahasa, khususnya bahasa asing dewasa ini lebih
mengarah pada kemampuan berbahasa secara komunikatif, sehingga mendorong
para pengajar bahasa untuk mampu membangun intercultural competence pada
diri peserta didik.Intercultural competence dapat menjadi jembatan antara budaya
dari pembelajar bahasa dengan budaya target dari bahasa yang dipelajari.
Kramsch (1993: 1) sebagaimana dikutip dari Crozet dan Liddicoat (1999:
113) menyatakan bahwa setiap kali kita menggunakan bahasa secara bersamaan
pula kita mempraktikkan budaya. Intercultural competence yang dimiliki oleh
seorang pembelajar bahasa akan membentuk peran outsider dan insider secara
15
bersamaan dalam diri pembelajar bahasa. Dengan begitu, seorang pembelajar
bahasa akan memiliki perspektif etic (sebagai orang luar) dan juga perspektif emic
(sebagai orang dalam) terhadap budayanya dan budaya dari bahasa yang dipelajari.
Hal ini akan membangkitkan sensitifitas budaya seorang pembelajar bahasa
yang asalnya memandang realitas dari sudut pandang budayanya sendiri, berubah
menjadi memiliki kesadaran akan adanya banyak sudut pandang lain di dunia ini.
Dalam kaitannya dengan pandangan di atas, Bennet & Allen (2003: 237)
menyatakan bahwa intercultural competence adalah kemampuan untuk bergerak
dari sikap “etnosentrik” menuju sikap menghargai budaya lain, hingga akhirnya
menimbulkan kemampuan untuk dapat berperilaku secara tepat dalam sebuah
budaya atau budaya-budaya yang berbeda.
Intercultural competence pada dasarnya menuntut pembelajar bahasa untuk
memiliki peran ganda, Corbett (2003: 27) menyatakan bahwa intercultural
competence melebihi kemampuan untuk meniru penutur asli. Intercultural
competence merupakan kemampuan yang memposisikan pembelajar bahasa pada
posisi seorang “diplomat”, yang mampu melihat budaya-budaya yang berbeda
melalui sudut pandang orang yang “berpengetahuan”.
Dalam pembelajaran bahasa, ada beberapa strategi yang diusulkan oleh para
ahli sehubungan dengan upaya pengembangan intercultural competence ini.
Liddicoat (2004: 17-23) mengajukan sebuah kerangka utama yang berisikan 4
aktivitas yang berkaitan dengan budaya, yakni :
(1)
mempelajari dan memahami sebuah praktik budaya,
(2)
membandingkan praktik budaya,
16
(3)
mengeksplorasi budaya, dan
(4)
memposisikan diri pada “tempat ketiga” diantara dua (atau lebih) budaya.
Moran (2001: 27) dalam pandangan yang serupa juga memberikan
penekanan pada keterlibatan pembelajar dalam mempelajari budaya. “Pengalaman
budaya” digarisbawahi sebagai kunci belajar budaya. Moran kemudian
mengajukan sebuah kerangka pengembangan intercultural competence yang
dinamai cultural knowings yang terdiri dari 4 interaksi pembelajaran yang saling
berkaitan, yakni :
1)
knowing about (memahami tentang)
Pemahaman umum budaya yang bisa saja merupakan pengetahuan
tentang sejarah dari suatu budaya, asal mula dan kapan budaya itu
terbentuk, serta hal-hal yang mempengaruhi perkembangan suatu
budaya.
2)
knowing how (memahami bagaimana)
Pemahaman
tentang
bagaimana
suatu
kegiatan
kebudayaan
dilaksanakan oleh suatu kelompok masyarakat. Bagaimana budaya
tersebut berevolusi, bertahan hingga sekarang atau bahkan sudah
ditinggalkan, dsb.
3)
knowing why (memahami kenapa)
Interaksi ketiga ini merupakan interaksi lanjutan dari interaksi
sebelumnya. Pemahaman terhadap alasan mengapa suatu kegiatan
kebudayaan masih betahan hingga sekarang atau bahkan terpupus oleh
perkembangan zaman.
17
4)
knowing yourself (memahami diri sendiri)
Pemahaman inilah yang nantinya akan membentuk pandangan netral
antara
pandangannya
terhadap
suatu
budaya
asing
ketika
dibandingkan dengan budayanya sendiri dan ketika dipandang dari
sudut budaya asing tersebut. Semakin pembelajar bahasa dapat
memahami
budayanya
sendiri,
maka
semakin
mudah
untuk
menghargai perbedaan atau gap kebudayaan asing yang terjadi.
Dia pun kemudian mengembangkan sebuah model berupa siklus yang terdiri
dari :
a.
participation (keterlibatan),
b.
description (pengertian),
c.
interpretation (penerapan), dan
d.
reflection (refleksi).
Melalui integrasi kerangka dan model yang dikembangkan ini, budaya
dalam kaitannya dengan belajar bahasa dijabarkan melalui 4 fungsi utama, yakni :
1)
bahasa untuk berpartisipasi dalam budaya,
2)
bahasa untuk mendeskripsikan budaya,
3)
bahasa untuk menafsirkan budaya, dan
4)
bahasa untuk merespon terhadap budaya yang dipelajari tersebut.
18
2.3. Pengetahuan Budaya dan PengetahuanBudaya Perancis
2.3.1 Pengetahuan Budaya
Notoatmodjo (2007: 27) menyatakan bahwapengetahuan adalah merupakan
hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dalam wikipedia
dijelaskan bahwa pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui
atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara probabilitas
bayesian (pendekatan kalkulus) adalah benar atau berguna.
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal
menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus
menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman-pemahaman baru.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya:
• Pendidikan
• Informasi/Media Massa
• Sosbud dan Ekonomi
19
• Lingkungan
• Pengalaman
• Usia
Jika dilihat pada pembahasan-pembahasan diatas, muncul anggapan bahwa
kebudayaan itu merupakan suatu hal yang teramat luas. Namun para sarjana
antropolog kemudian memandang sebuah kebudayaan dari masing-masing daerah
merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi sehingga membaginya ke dalam
beberapa unsur kebudayaan universal atau cultural universals.
Universal disini memiliki makna bahwa unsur-unsur tersebut memiliki sifat
universal yang berarti ada dan bisa didapatkan di dalam setiap jenis kebudayaan
dari semua bangsa dimanapun di dunia ini.
Pengetahuan kebudayaan merupakan pemahaman seseorang terhadap unsurunsur dari kebudayaan. Terdapat tujuh unsur kebudayaan sebagaimana dijabarkan
oleh C. Kluckhohn (1953:507-523), diantaranya :
1) Bahasa,
2) Sistem pengetahuan (pendidikan),
3) Organisasi sosial,
4) Sistem peralatan hidup dan teknologi,
5) Sistem mata pencaharian hidup,
6) Sistem religi, dan
7) Kesenian.
20
Berikut digambarkan bagan yang menggambarkan kategori-kategori budaya
sebagaimana disebutkan di atas :
SISTEM
PENGETAHUAN
RELIGI
ORGANISASI
SOSIAL
KESENIAN
SISTEM
EKONOMI
BAHASA
SISTEM
TEKNOLOGI
Bagan 1: Kerangka Kebudayaan
1)
Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam pengetahuan
manusia. Samsur menyatakan bahwa bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan
mengikuti manusia dalam segala kegiatannya. Jika dikaitkan dengan kebudayaan
maka fungsi bahasa akan terasa dominan, sehingga Gallison dan Coste (1976: 13)
mendefinisikan bahasa sebagai berikut :
La langue est tout système spécifique de signes articules, servant à
transmettre des messages humains. La langue est de nature sociale : elle est
partage par un système communauté qui en admet les conventions mais qui,
peu à peu, les modifie, d’où son caractère évolutif (diachronique). On peut,
en faisant abstraction de ce caractère évolutif pratiquer une coupe à un
moment de l’histoire de la langue et en l’analyse (synchronique).
21
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahasa merupakan sistem bunyi
yang digunakan untuk menyampaikan pesan manusia. Bahasa merupakan hasil
kesepakatan anggota masyarakat dan mengalami perubahan-perubahan sesuai
dengan perkembangan jaman.
Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat bahasa ditinjau dari segi
etnografi. Deskripsi bahasa dalam tatanan etnografi tidak akan sedalam deskripsi
khusus yang diuraikan oleh seorang ahli bahasa. Deskripsi bahasa oleh ahli bahasa
mencakup sistem fonetik, fonologi, sintaksis, dan semantik yang kemudian biasa
disebut tata bahasa, sedangkan pembahasan mendalam tentang kosakata akan
menghasilkan suatu daftar leksikografi (vocabulary), sedangkan deskripsi bahasa
ditinjau dari segi etnografi mencakup ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa
itu, luas batas penyebarannya, variasi geografi, dan variasi menurut lapisan
sosialnya (dialect) (Koentjaraningrat, 2009:261).
2)
Sistem Pengetahuan (Pendidikan)
Umar dan La Sulo (2005: 194) menyatakan bahwa pendidikan sebagai
sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen, antara lain : raw input (sistem
baru), output (tamatan), instrumental input (guru, kurikulum), environmental
input (budaya, kependudukan, politik dan keamanan).
22
3)
Organisasi Sosial
Pengertian organisasi sosial menurut Amitai Etzioni (2003:64) adalah unit
sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali
dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Etzioni menjelaskan umumnya organisasi ditandai ciri sebagai berikut :
(1)
pembagian kerja, kekuasaan, dan tanggung jawab komunikasil;
(2)
ada satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi usahausaha organisasi serta mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan;
(3)
ada pergantian tenaga (kaderisasi) bila ada individu yang tak mampu
menjalankan tugas-tugasorganisasi.
4)
Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Teknologi ialah pembangunan dan penggunaan alat, mesin, bahan dan
proses untuk menyelesaikan masalah manusia. Teknologi disini merupakan unsur
budaya yang tampak atau budaya fisik.
Beberapa sistem teknologi yang akan peneliti angkat dalam penelitian kali
ini diantaranya :
a. Makanan
Menurut ilmu antropologi makanan dapat dianggap sebagai sebuah
teknologi dan kebudayaan fisik. Selain makna harfiah makanan yang
dipandang dari sudut bahan mentahnya, keunggulan memandang
makanan sebagai sebuah teknologi akan memberikan sudut pandangan
23
baru tentang sebuah makanan dimulai dari cara mengolah, memasak, dan
menyajikan makanan dan minuman.
b. Pakaian
Perbedaan tata cara dan bentuk pakaian di setiap wilayah
merupakan salahsatu bentuk teknologi nyata yang terlihat hasilnya. Hal
itu dapat dilihat dari cukup seringnya perancang-perancang busana
memamerkan karya pakaiannya.
c. Tempat berlindung dan perumahan
d. Alat-alat transportasi
5)
Sistem Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok
orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan
menjadi pokok penghidupan baginya (Depdikbud, 1983: 30).
Para ahli antropologi lebih menitikberatkan sistem mata pencaharian pada
kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional saja. Namun dalam penelitian kali ini,
peneliti mengangkat sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi yang bersifat
modern, seperti : lapangan pekerjaan, rata-rata penghasilan dan kegiatan ekonomi
modern.
24
6)
Sistem Religi
Perhatian para ahli terhadap sistem religi dapat dibagi ke dalam tiga unsur
yaitu :
(a) sistem keyakinan,
(b) sistem upacara keagamaan, dan
(c) suatu umat yang menganut religi itu.
Selain membahas tentang agama/kepercayaan yang dominan dalam suatu
wilayah, sistem religi juga akan membahas tentang bagaimana penyelenggaraan
agama tersebut, setiap tanggal berapa dan berapa banyak umat yang masih
melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut.
7)
Kesenian
Kesenian dapat diartikan secara luas sebagai segala bentuk ekspresi hasrat
manusia akan keindahan. Deskripsi ini merupakan pandangan deskriptif para ahli
sebelum abad ke-19. Kesenian terdiri atas dua lapangan besar, yaitu :
(a) seni rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata, dan
(b) seni suara, yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga.
2.3.2 Pengetahuan Budaya Perancis
1)
Bahasa Perancis
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, pengetahuan bahasa yang
peneliti angkat dalam penelitian ini adalah pengetahuan bahasa yang ditinjau dari
segi etnografi, yaitu :
25
a. Sejarah dan penggunaan bahasa Perancis
b. Bahasa Perancis sebagai bahasa resmi beberapa negara, dan
c. Francophonie
Bahasa Perancis berasal dari bahasa Latin dan sering disebut sebagai bahasa
Vulgar-Latin
(Gréco-Latin)
dengan
penambahan
dialek
Gallo-Romance
sebagaimana bisa ditemukan di daerah utara Perancis. Hal ini pula yang kemudian
membuat bahasa Perancis sering disebut sebagai bahasa paling romantis di dunia.
Selain menjadi bahasa resmi di Republik Perancis, bahasa Perancis pun
menjadi bahasa resmi di beberapa negara seperti Belgia, Benin, Burkina Faso,
Burundi, Kamerun, Kanada, Republik Sentral Afrika, Chad, Komoros, Republik
Demokratik Kongo, Pantai Gading, Jibauti, Equatorial Guinea, Gabon, Guinea,
Haiti, Libanon, Luksemburg, Madagaskar, Mali, Monaco, Nigeria, Republik
Kongo, Ruanda, Senegal, Seychelles, Swiss, Togo dan Vanuatu.
Pada tahun 1970 dibentuk secara resmi l’Organisation International de la
Francophonie(l’OIF) sebagai wadah
yang mempersatukan negara-negara
berbahasa Perancis dengan motto égalité, complémentarité, solidaritéyang berarti
persamaan, saling menghormati dan solidaritas. Motto itu hampir senada dengan
motto negara Perancis yaitu liberté, égalité, fraternité.
Hingga saat ini anggota OIF ada sebanyak 59 negara dengan 56 negara
anggota tetap dan 3 anggota asosiasi. Semenjak tanggal 1 Januari 2003 hingga
saat penelitian ini dilaksanakan Abdou Diouf dari Senegal masih menjabat
sebagai Sekretaris Jendral OIF.
26
2)
Sistem Pendidikan di Perancis
Segala hal yang berkenaan dengan kegiatan pendidikan diatur oleh
Kementrain Pendidikan Nasional, Pendidikan Tinggi dan Penelitian (le Ministre
de l’Education nationale, de l’Enseignement supérieur et de la Recherche) yang
pada periode tahun 2007 hingga 2011 dijabat oleh Luc Châtel.
Pada awalnya pendidikan di Perancis terbatas untuk kalangan militer dan
kerajaan saja, namun pada masa Republik ke-3, dengan peraturan yang dibuat
oleh Jules Ferry (1881-1882) sistem pendidikan dirubah menjadi laïque (sekuler),
gratuite (gratis) dan obligatoire (wajib).
Sistem pendidikan di Perancis sangat ter-sentralisasi dan ter-organisir dan
dibagi ke dalam tiga tahapan:
- Enseignement Primaire,
- Enseignement Secondaire, dan
- Enseignement Superieur.
Kegiatan belajar di sekolah primer diawali saat anak berusia 6 tahun dengan
pelajaran bahasa Perancis, matematika, ilmu pengetahuan alam dan ilmu sosial
sebagai mata pelajaran utamanya. Hingga saat ini, wajib belajar di Perancis adalah
hingga usia 16 tahun.
3)
Organisasi Sosial di Perancis
Di dalam negara Perancis sendiri terdapat banyak sekali organisasi sosial
diantaranya Services intégrés de l'accueil et de l'orientation (SIAO),Services
intégrés de dépistage et de prévention des infections transmissibles sexuellement
27
et par le sang (SIDEP), l’Agence Française de Sécurité Sanitaire des Produits de
Santé, dll.
Institusi Politik negara Perancis diatur oleh Dewan Konstitusional, Dewan
Ekonomi dan Sosial, serta dewan Kenegaraan. Politik Perancis pun terorganisir ke
dalam dua blok yaitu la droite (kanan) dan la gauche (kiri), dimana Presiden
selalu berasal dari la gauche dan Perdana Menteri berasal dari la droite. Presiden
menjabat selama 5 tahun dan menjadi pemimpin negara sedangkan Perdana
Menteri mengatur politik kenegaraan dan bertanggung jawab di depan parlemen.
Pada blok kanan terdapat dua tren (tendances) yang dominan, diantaranya :
- Tendance gaulliste, le Rassemblement pour la République (RPR) yang
memiliki ide umum terhadap kebebasan nasional, persamaan terhadap
seluruh kategori sosial dan kehidupan ekonomi,
- L’Union pour la démocratie française yang memiliki gagasan tentang
keagamaan, sosial dan kebebasan.
Pada blok kiri terdapat partai-partai seperti le Parti socialiste dan le Parti
communiste.
Sebagai organisasi hubungan antar-negara, Perancis merupakan anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa.
28
4)
Sistem Teknologi di Perancis
a. Makanan
Perkembangan seni memasak di Perancis dimulai dari abad ke 17
dimana keju dan anggur menjadi bahan utama dari hampir setiap
masakan di Perancis.
Makanan pun berbeda untuk tiap regional,
-
Paris dan île-de-france, hampir segalanya tersedia disini, lebih dari 9
ribu rumah makan tersedia di Paris.
-
Champagne, Lorraine dan Alsace terkenal dengan sampanye, bir dan
ham. Di regional ini pengaruh budaya makanan Jerman amat terasa.
-
Nord-Pas-de-Calais, Picardy, Normandy dan Brittany, regional ini
terkenal dengan budidaya lautnya, sehingga hampir segala jenis
makanan laut bisa ditemukan disini.
-
Buah ceri dan pir banyak tumbuh di lembah Loire dan pusat Perancis.
-
Burgundy, Franche-Comté dan Bordeaux terkenal akan anggurnya.
b. Pakaian
Mode merupakan salahsatu industri yang sangat berkembang di
Perancis dengan diawalinya era haute couture pada tahun 1860. Saking
berkembangnya industri mode di Perancis, maka dibangunlah museum
mode dan tekstil di Paris.
29
c. Tempat berlindung dan perumahan
Sebagaimana dimuat dalam www.insee.fr, 54% warga Perancis
tinggal di rumah pribadi, 6% tinggal di properti gratis dan sekitar 2%
tinggal di apartement mewah.
d. Alat-alat transportasi
Perancis menjadi salahsatu negara dengan jaringan transportasi
terpadat di dunia dengan jalan sepanjang 146 km dan 6,2 km jalur rel
kereta api per 100km2. Sungai Loire, Seine dan Rhône pun digunakan
sebagai alternatif jalur transportasi. Di Perancis terdapat kereta api
dengan kecepatan tinggi yang diberi nama Train à Grande Vitesse (TGV)
yang teknologinya dipakai di Meksiko, Montreal, Cairo, Athena dan Rio.
5)
Sistem Mata Pencaharian Hidup di Perancis
Sebanyak 25 juta warga Perancis telah bekerja dengan rata-rata durasi kerja
sebanyak 35 jam per minggu. Segala aktivitas kerja dan pensiun diatur di dalam le
droit du travail sedangkan kontrak durasi kerja biasanya diatur di dalam kontrak
kerja (le contrat du travail) dengan gaji rata-rata 9,00 € per-jam.
Dalam peraturan umum, menginjak usia 60 tahun seseorang bisa
mengajukan untuk pensiun. Pekerjaan yang paling dominan di Perancis adalah
pegawai negeri, politikus dan militer.
30
6)
Sistem Religi di Perancis
Kristen berkembang pada era Varhran Pertama (273-276) dan menjadi
agama resmi di Kerajaan Romawi baru kemudian pada abad ke 9 muncul faham
baru yaitu Denkart dan Bundaishm.
Negara Perancis merupakan negara laïc sejak hukum pemisahan gereja dan
negara pada tahun 1905. Agama-agama yang ada di Perancis adalah Katolik,
Islam, Protestan, Yahudi dan Budha. Selain itu dapat ditemukan pula beberapa
sekte-sekte kepercayaan di Perancis.
Bangunan-bangunan sebagai pusat keagamaan pun dapat ditemukan dengan
mudah di Perancis, seperti Cathédrale Notre-Dame de Paris, Grande Mosquée de
Paris, Temple Protestant de l’Oratoire du Louvre, Temple de Paris, dan
sebagainya.
7)
Kesenian di Perancis
a. Seni Rupa
Banyak sekali pelukis yang berasal dari Perancis seperti Henri
Rousseau dengan julukan Le Douanier, yang terkenal dengan lukisan
Potret Diri (1980) serta Antoine Gros dengan la peinture Napoléon.
Selain lukisan, Perancis pun terkenal dengan bangunan-bangunan
dengan gaya arsitektur indah seperti menara Eiffel yang dirancang oleh
Gustave Eiffel, piramid di museum Louvre, arc-de-triomphe, dan masih
banyak lagi.
31
Perfilman Perancis menjadi salahsatu industri yang sangat
berpengaruh dilihat dari betapa prestigiusnya festival film Cannes di
Perancis bahkan di seluruh dunia.
a. Seni Suara
Perancis memiliki banyak sekali variasi musik rakyat (folk). Dalam
khasanah musik klasik, Perancis telah menghasilkan cukup banyak
komposer handal dan legendaris. Pada saat ini popularitas musik hip hop,
techno/funk dan pop Perancis semakin meningkat.
Beberapa komposer handal yang terkenal di Perancis pada era abad
ke-19 adalah Georges Bizet, Jules Massenet, Gabriel Fauré, Maurice
Ravel dan Claude Debussy. Mereka pulalah yang memberikan pengaruh
cukup besar terhadap komposer kenamaan era abad 20 seperti Béla
Bartók dan Igor Stravinsky.
Di khazanah musik pop, nama-nama seperti Dalida, Monique Serf,
Georges Brassens, Léo Ferré, Charles Aznavour, Alain Barrière, Jacques
Brel, Edith Piaf dan Sheryfa Luna pun cukup terkenal pada masanya.
32
Download