8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Strategi Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris “communication”, yang berasal dari kata Latin “communication” dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan1. Onong Uchjana Effendy mengemukakan bahwa secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. 2 Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Menurut Hovland dalam Onong Uchjana Effendy bahwa “communication is the process to modify the behavior of 1 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 60. 2 Ibid. hal. 62. 8 9 other individuals” (komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain)”. 3 Sedangkan menurut William Albig dalam Anwar Arifin “komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu”. 4 Pendapat lainnya dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat bahwa “kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses pengiriman pesan, baik verbal maupun non verbal, sebagai pengaruh dari satu individu kepada individu lain”. 5 Everett Rogers yang dikutip oleh Rahmadimengemukakan bahwa “communication is the process by which an idea is transferred from a source to receiver with the intension of changing his or her behavior”. 6 Artinya komunikasi adalah proses pengoperan ide dari satu sumber ke penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Jadi proses komunikasi adalah proses pengoperan dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti. Menurut Rosady Ruslan, komunikasi adalah interaksi manusia yang bertujuan untuk menumbuhkan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan).7 Komunikasi yang efektif yaitu bagaimana antara penyebar pesan dan penerima pesan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama 3 4 5 6 Onong Uchjana Effendy. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 10. Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Rajawali, 2002, hal. 25. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, hal. 4. F. Rahmadi. Ilmu Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, hal. 64. 7 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 20. 10 tentang suatu pesan atau efek. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa pengertian lain komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. 8 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran, perasaan baik verbal maupun non verbal kepada orang lain, dan komunikasi dapat juga disimpulkan sebagai suatu proses perpindahan informasi atau pesan dari seseorang kepada orang lain (penerima) melalui sarana atau metode tertentu yang saling dapat dipahami untuk suatu tujuan tertentu. Harold D. Laswell yang dikutip Cangara mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain: 1) Manusia dapat mengontrol lingkungannya; 2) Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada; 3) Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. 9 Sementara Robert G. King memasukkan fungsi komunikasi ke dalam ruang lingkup ilmu komunikasi. Menurutnya ada tiga fungsi dari proses komunikasi yang dapat dijadikan acuan dalam setiap rancangan materi pesan yang ingin disampaikan 8 9 Onong Uchjana Effendy, Op.Cit, hal. 10. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal. 59. 11 yaitu: 1) Proses pengembangan mental; 2) Penyesuaian dengan lingkungan; dan 3) Manipulir lingkungan.10 Menurut William I. Gorden yang dikutip Mulyana mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu: 1. Fungsi pertama sebagai komunikasi sosial. Fungsi ini mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan. 2. Fungsi kedua sebagai komunikasi ekspresif. Fungsi ini erat kaitannya dengan komunikasi sosial, komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendiri atau kelompok. Komunikasi ekspresif tidak bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) seseorang. Perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal, seperti perasaan sayang, rindu, peduli, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekspresif lewat perilaku nonverbal. 3. Fungsi ketiga sebagai komunikasi ritual. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan hingga upacara kematian. Saat ini 10 Ibid. 12 kegiatan olahraga pun sudah menjadi komunikasi ritual seperti Olimpiade, ASEAN Games, PON, dan lain-lain. Demikian pula dalam organisasi seperti upacara serah terima jabatan, peresmian gedung atau proyek, dan lain sebagainya. 4. Fungsi keempat sebagai komunikasi instrumental. Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum seperti menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur. 11 Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi itu berkaitan dengan berbagai hal, baik sebagai komunikasi sosial, ekspresif, ritual, dan komunikasi instrumental, yang kesemuanya itu dapat mengubah sikap dan perilaku kehidupan manusia. Setiap proses komunikasi memiliki tujuan untuk efisiensi dan efektivitas. Efisiensi maksudnya adalah dengan sumber daya yang ada, tetap diusahakan sebuah proses komunikasi mencapai hasil yang maksimal. Ketika seorang komunikator menyampaikan pesan, materi pesan yang disampaikan sebisa mungkin mendapatkan feed back yang positif dari penerima pesan. Efektivitas diartikan cara mengoptimalkan setiap fungsi komponen dalam proses komunikasi. Setiap unsur yang terlibat dalam proses komunikasi, baik itu komunikator, media, pesan, maupun 11 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Rosda, 2007, hal. 30. 13 komunikan harus memainkan perannya secara tepat untuk menciptakan iklim yang kondusif sehingga proses komunikasi mencapai tujuannya. 12 Menurut Onong Uchjana Effendy pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan tertentu, yaitu: 1) Mengubah sikap (to change the attitude), 2) Mengubah pandangan/pendapat (to change the opinion), dan 3) Mengubah perilaku (to change the behavior). 13 Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovlan, Janis, dan Kelley yang dikutip Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu : 1) Perhatian, 2) Pengertian, dan 3) Penerimaan. 14 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi adalah dapat mengontrol lingkungannya, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. Sementara itu, tujuan komunikasi adalah mengubah sikap, pandangan, dan perilaku seorang komunikan berdasarkan pesan yang diterima, sehingga mudah dimengerti oleh penerima pesan sesuai dengan komunikan inginkan atau sebaliknya. Menurut Komala terdapat lima unsur dalam proses komunikasi yaitu konteks, komunikator, pesan, sistem pengantar, dan komunikan. Konteks adalah lingkungan di 12 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Dalam Perspektif, Proses, dan Konteks, Bandung: Widya Padjajaran, 2009, hal. 139-140. 13 Ibid. hal. 55. 14 Ibid. hal. 55. 14 mana peristiwa komunikasi terjadi.15 Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan pesan. Pesan adalah sesuatu yang diproses oleh komunikator kepada penerima untuk diartikan. Sistem pengantar adalah bagaimana pesan dihantarkan dari komunikator kepada komunikan. Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Onong Uchjana Effendy lebih lanjut mengemukakan bahwa “proses komunikasi terbagi dalam dua tahap, yakni secara primer dan sekunder”. 16 Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pesan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana tertentu kepada orang lain dengan mengunakan lambang (simbol) sebagai media dalam suasana tatap muka. Maka umpan baliknya berlangsung seketika. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses komunikasi penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana tertentu sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Sedangkan umpan baliknya tertunda (delayed feedback). Di sini komunikator mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai, adakalanya umpan balik ini harus diciptakan mekanismenya. 2.1.2. Strategi Komunikasi Menurut Effendi, bahwa strategi Komunikasi merupakan panduan dari perencanaan Komunikasi (Communication Planning) (Communication Management) Untuk Mencapai Suatu Tujuan. 15 dan 17 Manajemen Untuk Mencapai Lukiati Komala, Op.Cit. hal. 83-85. Onong Uchjana Effendy, Op.Cit. hal. 29. 17 Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung : Alumni, 1981 hal. 84 16 15 Suatu tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimna Operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan Kondisi. Selanjutnya Effendi mengatakan bahwa strategi komunikasi mempunyai fungsi yaitu menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Menjembatani “cultural gap”, misalnya suatu program yang berasal dari suatu produk kebudayaan lain yang dianggap baik untuk diterapkan dan dijadikan milik kebudayaan sendiri sangat tergantung bagaimana strategi mengemas informasi itu dalam dikomunikasikannya18. Strategi Komunikasi salah satunya juga membutuhkan komuniksai antar pribadi, Robbin menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan, informasi, pikiran, sikap, tertentu antara individu satu kepada individu lainnya.19 Cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak Komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who say what in which channel To Whom with What Effect?” ( Siapa Mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek bagaimana?) Formula dari Lasswell tersebut termasuk dalam kategori model-model dasar dalam strategi Komunikasi. 18 Ibid, hal 67 Robbins, S.P., Perilaku Organisasi (Jilid 1, Edisi ke-9) Jakarta, PT Indeks Kelompok Gramedia 2003, Hal 43 19 16 Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai cara, terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan membentuk struktur tentang proses Komunikasi. Formula Laswell menunjukan kecenderungan awal model komunikasi, yaitu menganggap bahwa komunikator pasti mempunyai penerima dan karenanya dianggap sebagai proses persuasif. Juga selalu dianggap bahwa pesan-pesan itu pasti ada efeknya. Formula lasswell tersebut mengandung banyak keterikatan dengan teori-teori lain seperti diungkapkan oleh Melvin L. De Fleur yang dikutip oleh onong Uchjana Effendi adalah sebagai berikut : a) Individual Differences Theory, bahwa Khalayak sebagai komunikan secara selektif psikologis memperhatikan suatu pesan komunikasi jika berkaitan dengan kepentingannya, sesuai sikap, kepercayaan, dan nialinilainya. b) Social Categories Theory, bahwa Meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen namun orang-orang yang mempunyai sifat yang sama akan memilih pesan komunikasi yang kira-kira sama dan akan memberikan tanggapan yang kira-kira sama pula c) Social Relationship Theory, bahwa walaupun pesan komunikasi hanya sampai pada seseorang tapi kalau seseorang tersebut sebagai pemuka 17 pendapat, maka informasi berisi pesan tersebut akan diteruskan kepada orang lainnya bahkan juga menginterpretasikannya. d) Cultural Norms Theory, bahwa Norma-norma budaya yang sama mengenai topic-topik tertentu dibentuk dengan cara-cara khusus dengan batas-batas situasi perorangan. Ada 3 cara khusus yaitu : a) Reinforce Existing Patterns, bahwa pesan komunikasi dapat memperkuat pola-pola yang sudah ada dan mengarahkan orang-orang untuk percaya bahwa suatu bentuk social dipelihara oleh masyarakat. b) Create new Shared Convictions, bahwa media massa dapat menciptakan keyakinan baru mengenai suatu topic yang dengan topic tersebut khalayak kurang berpengalaman sebelumnya. c) Change existing Norms, bahwa media massa dapat merubah normanorma yang sudah ada dan karenanya dapat merubah tingkah laku orang-orang.20 Selanjutnya Strategi Komunikasi harus juga meramalkan efek komunikasi yang diharapkan, yaitu dapat berupa : a. Menyebarkan Informasi b. Melakukan Persuasi 20 Ibid, hal. 69 18 c. Melaksanakan Intruksi21 Dari efek yang diharapkan tersebut dapat ditetapkan bagaimana cara berkomunikasi (how to Communicate) yaitu: 1. Komunikasi Tatap Muka (face to face Communication) Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari komunikan karena sifatnya lebih persuasif. 2. Komunikasi bermedia (mediated Communication) Dipergunakan lebih banyak untuk komunikasi informative dengan menjangkau lebih banyak komunikan tetapi sangat lemah dalam hal persuasive.22 Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi. setelah perhatian muncul kemudian diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa hasrat tersebut untuk menjadi suatu keputusan komunikan untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. 2.2. Public Relations 21 22 Ibid Ibid, Hal.70 19 2. 2. 1. Pengertian PR Menurut Frank Jefkins, Public Relations pada intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melaui kegiatankegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak yakni perubahan positif. 23 Menurut Rhenald Kasali, Public Relations adalah Suatu pendekatan yang sangat strategis yang menggunakan konsep-konsep. 24 Pemahaman yang terjadi selama ini adalah humas harus melayani seluruh masyarakat umum, namun demikian dewasa ini praktisi Humas sudah harus memfokuskan pekerjaannya kepada khalayak-khalayak tertentu, karena segmen masyarakat yang menjadi khalayak suatu organisasi bisa jadi sama dengan khalayak organisasi lain sehingga timbulah persaingan di bidang usaha. Roger Haywood, praktisi PR terkemuka di Inggris menyebutkan bahwa suatu organisasi atau perusahaan yang sukses tanpa PR adalah sama dengan, katakanlah seorang salesman, seorang politikus atau pengacara Atau profesi pembujuk lainnya yang berhasil tanpa kepribadian.25 2. 2. 2. Kegiatan PR Dominick mengatakan bahwa kegiatan PR mencakup hal-hal berikut : 23 Morrisan, Pengantar PR, Jakarta : PT Ramdina Prakasa, 2006, hal. 7 Rhenald Kasali, Manajemen PR, Jakarta : graffiti, 1994 hal. 1 25 Ibid, hal. 1 24 20 1. PR memiliki kaitan erat dengan opini Publik Pada satu sisi praktisi PR berupaya mempengaruhi publik agar memberikan opini positif bagi organisasi/perusahaan, namun pada sisi lain PR harus berupaya mengumpulkan informasi dari khalayak, menginterpretasikan informasi itu dan melaporkannya kepada manajemen jika informasi itu memiliki pengaruh terhadap keputusan manajemen. 2. PR memiliki kaitan erat dengan komunikasi Praktisi PR bertanggung jawab menjelaskan tindakan perusahaan kepada khalayak yang berkepentingan dengan organisasi atau perusahaan. Khalayak yang berkepentingan akan selalu tertarik dengan apa yang dilakukan perusahaan. Praktisi PR harus memberikan perhatian terhadap pikiran dan perasaan khalayak terhadap organisasi. PR harus selalu menjadi saluran bolak-balik antara organisasi dengan khalayaknya. 3. PR merupakan Fungsi Manajemen PR membantu management dalam menetapkan tujuan yang hendak dicapai serta penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah. PR juga harus secara rutin memberikan saran kepada Manajemen. PR harus memiliki kegiatan yang terencana dengan baik. Bagian PR harus mampu mengorganisir dan mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan tertentu. 26 26 Morrisan, Op.Cit., hal. 8 21 Sedangkan peranan Public Relations dalam suatu organisasi menurut pendapat dozier & broom yang menjelaskan bahwa dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu penasehat ahli (expert presciber), fasilitator komunikasi (communication fasilitator), fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process fasilitator) serta teknisi komunikasi (communication technician).27 2. 2. 3. Proses Transfer PR Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh PR salah satunya adalah mengubah sikap negatif menjadi sikap positif. Tujuan paling mendasar dari kegiatan PR adalah penciptaan, pemahaman. Kadangkala pemahaman ini dapat menjadi suatu yang disukai atau malah dibenci. PR tidak sekedar membuat orang lain berfikir bahwa PR itu adalah hebat, tapi hal tersebut merupakan tujuan lanjutan karena tidak mungkin menciptakan toleransi tanpa adanya pengertian, itulah intisari PR yang sesungguhnya.28 Humas Bertujuan untuk mengubah sikap Negatif khalayaknya menjadi sikap negative. Sikap negative khalayak dapat dijabarkan dalam Pengenalan situasi sebagai berikut : A. Permusuhan (hostility) 27 Rusadi Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2004 hal. 20-21 28 Frans Jeffkins, Public Relations edisi 5, Jakarta : erlangga, 2003 hal 58 22 Disini kita perlu mengetahui ada tidaknya sikap permusuhan yang dituju pada organisasi atau perusahaan sejauh mana kadarnya, seperti apa bentuknya, apa saja faktor penyebabnya serta dapatkah dan bagaimana caranya meredakan sikap permusuhan tersebut.29 B. Prasangka (Prejudice) Prasangka bias muncul dari sebab-sebab yang bersifat pribadi, edukasional, faktor keagamaan, faktor sosial atau benturan antar kelas sosial, pengaruh lingkungan, atau hanya salah paham Sebenarnya yang disebut prasangka bisa berubah atau diubah. Pada awalnya orang selalu memiliki sikap konservatif terhadap berbagai ide atau hal-hal yang baru dan cenderung menolak adanya perubahan. Tapi, begitu mereka mulai melihat adanya segi-segi yang positif atau menarik dari hal baru tersebut maka mereka akan segera menerima atau mendukungnya, serta sekaligus menolak gagasan-gagasan lama yang semula mereka pertahankan dengan gigih. Jadi, prasangka itu beralih dari gagasan atau hal yang lama ke gagasan atau hal yang baru.30 C. Apati (Apathy) Sikap apati ini merupakan musuh utama humas, karena merupakan ganjalan terbesar bagi terciptanya pemahaman. Sikap enggan, masa bodoh dan tidak mau tahu 29 30 Ibid, hal. 59 Ibid. hal. 59 23 ini pada dasarnya adalah produk dari suatu ego yang berlebihan, kemalasan, keterbatasan imajinasi, atau akibat dari kurang menariknya cara penyajian suatu subjek baru sehingga tidak mampu memancing minat dan kepercayaan khalayak yang dituju.31 D. Sikap acuh tak acuh (Ignorance) Pada zaman yang serba sibuk seperti sekarang ini seseorang tidak mungkin mengetahui dan memahami segala sesuatu di sekelilingnya dengan baik. Kita harus menerima kenyataan bahwa kita senantiasa dituntut untuk bersaing agar memperoleh perhatian atau demi perebutan tempat pada pikiran masyarakat. Kita seringkali terjebak dalam asumsi yang salah dan berbahaya yakni orang lain yang mengenal suatu permasalahan sama baiknya dengan diri kita sendiri. Sikap acuh tak acuh itu ada dimana-mana dan pada setiap orang. 32 Bagan 1. Proses transfer PR Permusuhan Simpati Prasangka Penerimaan Apati Minat Acuh Ket : Tak Acuh 31 32 Ibid. hal. 59 Ibid. hal. 60 Pengetahuan 24 Gambar bagan Proses Transfer PR/Humas yang mengubah sikap public dari Negatif menjadi Positif. 2.3. Customer Relations Berdasarkan teori smith yang dikutip oleh khasali; “Customer Reations is an individu to whom you provide one or more product service”.33 Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa Customer Relations adalah seorang atau sekumpulan dari orang-orang yang menggunakan satu atau lebih produk jasa atau pelayanan yang diberikan. Seorang Public Relations dituntut dapat menjadi mediator, creator, konseptor sekaligus komunikator, karenanya Public Relations harus dapat mengoptimalkan dan memberdayakan apa yang ada dan berkembang didalam masyarakat. Public Relations tidak boleh kaku dan menolak teknologi khususnya di bidang komunikasi dan informasi dalam tujuan mencapai tujuannya. Public Relations menghubungkan kepentingan organisasi dengan publiknya, sehingga dia harus dapat menggali dan mengenali informasi sebanyak-banyaknya tentang publiknya, apakah itu minat, kebutuhan, keluhan dan lain-lain yang berkaitan dengan public sasarannya. Public Relations dituntut mengadakan komunikasi yang efektif, yaitu sebuah komunikasi yang berorientasi kepada komunikan atau publiknya. 33 Khasali, Ibid hal. 5 25 Pada saat terjadi proses pertukaran ada proses komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi mempunyai peranan penting dalam proses pertukaran. Customer Relations merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal. Oleh karena itu customer Relations memainkan peranan yang penting dalam instansi. Menurut tull dan kahle (dalam wilcok et all) mendefinisikan customer relations sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang memasuki program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Tujuan komunikasi dan respon khalayak berkaitan dengan tahap-tahap dalam proses pembelian yang terdiri atas : A. Menyadari (awareness) produk yang ditawarkan. B. Menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut. C. Mencoba (trial) untuk membandingkan dengan harapannya. D. Mengambil tindakan (act) membeli atau tidak membeli. E. Tindak lanjut (follow up) membeli kembali atau pindah merek Komunikasi dalam customer relations berperan untuk membedakan produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Untuk membedakan produk produk yang sama dilakukan upaya mengkomunikasikan kepada konsumen 26 bahwa produk atau jasa yang ditawarkan berbeda dengan produk atau jasa yang sama jenisnya. Secara sederhana komunikasi juga berperan menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi juga dapat membujuk konsumen potensial agar berhasrat masuk ke dalam hubungan pertukaran. Juga dapat digunakan sebagai pengingat untuk konsumen mengenai keberadaan suatu produk, dan dapat juga membedakan produkproduk yang ditawarkan suatu perusahaan, dan yang lebih utama lagi peran komunikasi menawarkan sebagai sarana pertukaran itu sendiri. Proses komunikasi tidak hanya sebagai alat penyampaian pesan produk tetapi juga sebagai sarana pengantar nilai-nilai sosial masyarakat. 2.4. Customer Service Secara etimologi, customer service terdiri dari kata customer dan service. Customer berarti pelanggan yang selalu memerlukan pelayanan (service). Dan yang menjadi sasaran atau kebutuhan utama pelanggan itu adalah pelayanan. Customer service sebagai ujung tombak perusahaan dalam melayani pelanggan atau nasabah dan menjual produk atau jasa yang ditawarkan, merupakan divisi terdepan dalam memberikan service kepada pelanggan / nasabah, customer service harus dapat memelihara komunikasi yang cepat dan baik dengan para nasabah tersebut dan biasanya customer service menempati suatu ruangan yang strategis sehingga memudahkan pelanggan untuk mencari atau mendapatan informasi. 27 Dalam hal pemasaran jasa perbankan, untuk menarik nasabah baru dan mempertahanlan nasabah lama, pihak bank harus meningkatkan pelayanan (service). Seorang customer service dalam berhubungan langsung dengan nasabah harus selalu bersikap ramah, sopan, bersedia mendengarkan apa yang dikatakan dan dinyatakan nasabah, sabar dalam melayani, dan tidak menangguhkan suatu pelayanan yang segera dapat dilakukan. Selain itu seorang customer service juga harus mampu melayani setiap pertanyaan nasabah. Dengan demikian diharapkan dia dapat mempertahankan nasabah yang sudah tetap, juga dapat mengajak mereka yang belum menjadi nasabah agar menjadi nasabah. Dalam hal ini apa yang dilakukan oleh para Customer service ketika ia sedang berkomunikasi dengan para nasabah adalah ketika custumer service dan nasabah terlibat dalam komunikasi itu sebenarnya telah mengirimkan suatu pesan, karena pesan mepunyai kekuatan bermakna dengan mengandung nilai informatif. Pemahaman terhadap pesan dipengaruhi pula oleh faktor denotatif dan konotatif suatu kata dalam pesan.34 Terdapat dua kegiatan Customer Service dalam Customer Relations :35 a. Consumer Information 34 Alo Liliweri. Memahami Peran Komunikasi massa dalam Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991 hal. 19 35 Wilcox et all, iPublic Relations:strategi and tactics, Seventh Edition, Newyork, Pearson Education, Inc, 2003, hal. 108 28 Customer Relations bisa dilakukan oleh Customer service sesuai dengan penjelasan Wilcox et all yaitu masuk dalam Consumer Information atau memberikan informasi yang dibutuhkan oleh nasabah. Informasi memiliki peran yang penting untuk membantu nasabah dalam menjatuhkan pilihannya atas suatu produk atau jasa yang akan digunakan.36maka dalam hal ini, posisi Public Relations dapat melakukan consumer information digantikan oleh Customer Service b. Handling Complain Salah satu tugas Customer Service selain memberikan informasi kepada nasabah, Customer Service juga harus bisa menangani Complaint dari nasabah. Complain merupakan suatu wujud rasa ketidakpuasan konsumen. Complaint sangat berpengaruh besar dalam kemajuan sebuah perusahaan. Complaint yang terselesaikan dengan baik dan professional akan berdampak positif nantinya bagi perusahaan tersebut, karena dengan begitu pelanggan akan merasa sangat dihargai pendapatnya. Keluhan pelanggan menurut Ruslan merupakan ungkapan dari ketidakpuasan yang dirasakan oleh konsumen. Keluhan pelanggan adalah hal yang tidak dapat diabaikan karena dengan mengabaikan hal tersebut akan membuat konsumen merasa 36 Ibid, hal. 108 29 tidak diperhatikan dan pada akhirnya perusahaan akan ditinggalkan oleh konsumen.37 2.5. Kepuasan Pelanggan Keluhan pelanggan menurut engel butuh penanggulangan segera agar perusahaan dapat mengatasi dengan cepat apa yang menjadi penyebab ketidaksukaan pelanggan. Diharapkan akhirnya dimasa selanjutnya tidak ada lagi pelanggan yang mengeluhkan hal serupa pada perusahaan.38 Kebutuhan manusia sebagai persaingan yang semakin ketat dalam usaha jasa, dimana semakin banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen menyebabkan setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kebutuhan konsumen sebagai tujuan utama. 39Kepuasan pelanggan sendiri tidak mudah didefinisikan. Ada berbagai macam pengertian yang di berikan oleh banyak pakar. Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan senang atau kecewa seorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Menurut mowen, kepuasan adalah rangkuman kondisi psikologis yang dihasilkan ketika emosi yang mengelilingi harapan yang tidak cocok dilipatgandakan oleh perasaaan-perasaan yang terbentuk oleh konsumen tentang pengalaman 37 Ruslan, Ibid, hal.56 James Engel et all, Perilaku Konsumen, Jakarta: Binarupa aksara, 1994, hal. 59 39 Fandy Tjiptono, strategi Pemasaran, Yogyakarta : Penerbit Andi, 1997, Hal.23 38 30 pengkonsumsian.40 Kepuasaan konsumen merupakan evaluasi yang dilakukan sebagai keseluruhan sikap yang ditujukan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya melampaui harapan konsumen, sedangkan ketidakpuasan konsumen adalah akibat yang ditimbulkan apabila hasil tidak sesuai harapan. Selanjutnya Tjiptono41menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya ( atau norma kinerja lainnya ) kinerja actual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Sedangkan Day Tse dan Wilton dalam Tjiptono 42 menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelangan terhadap evaluasi ketidakpuasan atas diskonfrimasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (non kinerja lainnya) dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah pemakaian. 40 Ibid, hal. 158 Ibid, hal. 204 42 Ibid, hal. 146 41