Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan

advertisement
VI
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
Analisis kinerja keuangan atau analisis finansial pada suatu perusahaan
atau organisasi merupakan salah satu faktor yang dapat mencerminkan kondisi
perusahaan atau organisasi tersebut. Kriteria yang digunakan dalam analisis
kinerja keuangan pada penelitian ini adalah analisis rasio likuiditas, analisis rasio
solvabilitas, dan analisis rasio rentabilitas. Berdasarkan analisis rasio tersebut
diharapkan dapat menjelaskan kondisi kinerja keuangan yang terjadi pada
LKM-A Rukun Tani.
6.1.
Analisis Rasio Likuiditas
Analisis likuiditas merupakan analisis keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan LKM-A Rukun Tani untuk melunasi kewajiban jangka
pendek yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan.
Rasio
Likuiditas
pada
penelitian
ini
menggunakan
Rasio
Lancar(Current Ratio), Rasio Cair (Quick Ratio),Perputaran Piutang (Account
Receivable Turnover), dan Rasio Kas (Cash Ratio). Hasil dari seluruh perhitungan
Rasio Likuiditas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas (1 Januari– 31 Desember 2010)
Rasio
Rasio Cepat
Perputaran
Rasio Kas
Lancar(Rp)
(Rp)
Piutang (Rp)
(Rp)
Aktiva Lancar
105.020.000
105.020.000
Hutang
2.148.000
2.148.000
Lancar
Total Deposit
4.500.000
Piutang
104.246.000
Rata-rata
216.630
Piutang
Kas
774.000
Nilai Rasio
48,89
23,33
481
0,36
Sumber: Laporan Neraca LKM-A Rukun Tani (Diolah)
Dari Tabel 13 terlihat bahwa nilai Rasio LancarLKM-A Rukun Tani pada
periode tersebut adalah 48,89. Nilai ini menunjukkan bahwa LKM-A mampu
menjamin setiap Rp 1,00 hutang lancar dengan Rp 48,89 aktiva lancar yang
dimiliki oleh LKM-A Rukun Tani. Jika dibandingkan dengan nilai standarnya,
nilai Rasio Lancarselama periode 1 Januari – 31 Desember 2010 sudah memenuhi
69 standar minimal yang ditetapkan yaitu 2. Bahkan nilai Rasio Lancar LKM-A
Rukun Tani berada jauh di atas standard yang ditetapkan. Pada laporan keuangan
LKM-A Rukun Tani, pos aktiva lancar terdiri dari kas dan piutang pembiayaan
anggota. Pada Lampiran 1, terlihat bahwa jumlah piutang pembiayaan anggota
lebih besar dari jumlah kas yang dimiliki LKM-A Rukun Tani. Hal ini dapat
berbahaya bagi kelangsungan LKM-A Rukun tani apabilaPerputaran Piutang
anggota tidak berjalan lancar.
Berdasarkan Tabel 13, Rasio Cepat LKM-A Rukun Tani memiliki nilai
sebesar 23,33. Hal ini menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mampu
menjamin setiap Rp 1,00 hutang lancarnya dengan Rp 23,33 aktiva lancar yang
dimiliki. Nilai rasio sebesar 23,33 tersebut jauh diatas standard minimal yaitu
(1:1), sehingga Rasio Cepat pada LKM-A Rukun Tani dapat digolongkan pada
kategori sangat baik.
Rasio Perputaran Piutang menggambarkan berapa lama penagihan piutang
selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini
berputar dalam satu periode. Menurut perhitungan, Perputaran Piutang pada
LKM-A Rukun tani menghasilkan nilai sebesar 481. Artinya, Perputaran Piutang
selama periode tersebut adalah 481 kali. Hal ini menunjukkan kondisi yang baik
dalam Perputaran Piutang karena semakin tinggi Rasio Perputaran Piutang, maka
makin cepat piutang tersebut kembali dan dapat diputar kembali. Sedangkan
untuk perhitungan Jumlah Hari Piutang, didapatkan hasil sebesar 0,758
(dibulatkan 1 hari). Hal ini menunjukkan bahwa selama 1 hari piutang tersebut
tidak dapat ditagih oleh pihak LKM-A Rukun Tani.
Rasio Kas menggambarkan kemampuan kas untuk menutupi seluruh
hutang jangka pendek. Artinya, pihak LKM-A tidak perlu menunggu untuk
menjual atau menagih utang lancar lainnya. Berdasarkan Tabel 13, didapatkan
nilai Rasio Kas yaitu sebesar 0,36. Artinya bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar,
akan dijamin dengan Rp 0,36 kas yang dimiliki oleh LKM-A.
Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan pada kemampuan pembayaran hutang
lancar dengan menggunakan kas dalam kondisi tidak baik. Apabila LKM-A
memiliki hutang lancar yang harus segera dilunasi, maka LKM-A memerlukan
waktu lebih untuk mencairkan sebagian aktiva lancar yang dimilikinya.
70 Berdasarkan keempat rasio yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa LKM-A Rukun Tani memiliki Rasio Likuiditas yang baik. Terlihat pada
Rasio Lancar, Rasio Cepat, Perputaran Piutang yang menunjukkan kondisi diatas
standar minimal. Namun pada Rasio Kas, LKM-A menunjukkan kondisi yang
kurang baik. Hal ini disebabkan karena LKM-A memiliki kas yang jumlahnya
jauh lebih sedikit daripada jumlah piutangnya. Kondisi ini dapat menjadi
berbahaya apabila terdapat hutang lancar yang harus segera dilunasi namun kas
yang dimiliki tidak mencukupi.
6.2.
Analisis Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas pada penelitian ini menggambarkan kemampuan
LKM-A untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek ataupun
jangka panjang. Rasio Solvabilitas pada penelitian ini menggunakan Rasio
Kewajiban Jangka Panjang atas Harta (Debt to Asset Ratio), Rasio Utang Jangka
Panjang atas Modal, dan Rasio Utang Jangka Panjang atas Kapitalisasi. Hasil dari
Rasio Solvabilitas LKM-A Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Perhitungan Rasio Solvabilitas (1 Januari – 31 Desember 2010)
Rasio Kewajiban
Rasio Kewajiban
Rasio
Jangka Panjang
Jangka Panjang
Kewajiban
atas Kapitalisasi
atas Modal (Rp)
Jangka Panjang
(Rp)
atas Harta (Rp)
Kewajiban
0
0
0
Jangka Panjang
Harta
167.740.000
Modal Sendiri
104.500.000
Kapitalisasi
104.500.000
(Modal +
Kewajiban
Jangka Panjang)
Nilai Rasio
0
0
0
Sumber: Laporan Neraca LKM-A Rukun Tani (Diolah)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Lembaga Keuangan
Mikro Agribisnis (LKM-A) ini memperoleh bantuan dana yang didapatkan dari
pemerintah, yaitu dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
sebesar Rp 100.000.000,00. Dana ini yang nantinya digunakan sebagai modal
awal usaha simpan pinjam LKM-A yang berjalan hingga saat ini. Dana ini
merupakan dana hibah dari pemerintah yang nantinya tidak dikembalikan kepada
71 pemerintah. Sehingga dana sebesar Rp 100.000.000,- merupakan dana hibah dan
digolongkan menjadi modal sendiri.
Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta ini menggunakan jumlah
kewajiban jangka panjang yang dimiliki oleh LKM-A Rukun Tani. Namun,
kenyataannya LKM-A ini tidak mempunyai kewajiban jangka panjang kepada
pihak manapun. Berdasarkan Tabel 14, Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas
Harta LKM-A Rukun Tani menunjukkan nilai 0. Rasio ini menunjukkan bahwa
sebesar 0% pendanaan perusahaan dibiayai oleh utang. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa LKM-A Rukun Tani tidak mempunyai kewajiban
jangka panjang. Hal ini sangat menguntungkan bagi pihak LKM-A karena
pendanaan tidak tergantung pada pihak manapun.
Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal tidak jauh berbeda dengan hasil
dari Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta. Yang membedakan adalah
jumlah dari modal dan harta yang digunakan sebagai pembanding. Berdasarkan
Tabel 14, didapatkan nilai dari Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal adalah 0.
Artinya, LKM-A Rukun Tani tidak mempunyai jaminan atas utang jangka
panjang dari modal sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi utang jangka
panjang terhadap modal LKM-A sangat baik.
Rasio selanjutnya adalah Rasio Utang Jangka Panjang atas Kapitalisasi.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan LKM-A untuk melunasi utang
jangka panjang dengan menggunakan total sumber dana jangka panjangnya. Sama
dengan Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal, rasio ini memiliki nilai rasio
sebesar 0. Artinya, LKM-A tidak mempunyai jaminan kapitalisasi atas utang
jangka panjang. Kondisi seperti ini menguntungkan bagi pihak LKM-A karena
tidak menjaminkan berapapun dari total dana jangka panjangnya.
Setelah mengetahui hasil dari ketiga rasio diatas, maka LKM-A Rukun
Tani dapat dikatakan mempunyai tingkat solvabilitas yang baik. Hal ini
dibuktikan dengan nilai masing-masing rasio yang menunjukkan kondisi yang
sangat baik bagi sebuah perusahaan atau organisasi. Kondisi ini tercipta karena
LKM-A tidak mempunyai utang jangka panjang yang harus dilunasi.
72 6.3.
Analisis Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas pada penelitian ini menggambarkan kemampuan LKM-
A untuk mendapatkan keuntungan dari unit usaha simpan pinjam tersebut.
Keuntungan dalam penelitian ini berupa Sisa Hasil Usaha (SHU) yang akan
dibagikan setiap Rapat Anggota Tahunan (RAT). Rasio rentabilitas pada
penelitian ini menggunakan Rasio Pengembalian Aktiva (Return on Asset), Rasio
Pengembalian Modal (Return on Equity), dan Rasio Laba Operasi atas Total
Investasi (Return On Investment).
Tabel 15. Hasil Perhitungan Rasio Rentabilitas (1 Januari– 31 Desember 2010)
ROA (Rp)
ROE (Rp)
ROI (Rp)
NPM (Rp)
Laba
4.467.000
4.467.000
4.467.000
4.467.000
Asset
167.740.000
Modal
104.500.000
Investasi
62.720.000
Pendapatan
21.714.000
Nilai Rasio
2,66
4,27
7,12
20,57
Sumber: Laporan Neraca LKM-A Rukun Tani (Diolah)
Rasio pengembalian aktiva ini digunakan untuk mengukur kemampuan
LKM-A Rukun Tani menghasilkan laba dari seluruh aktiva yang dimiliki oleh
LKM-A. Hasil perhitungan ROA pada LKM-A Rukun Tani pada periode 1
Januari – 31 Desember 2010 dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan Tabel 15,
didapatkan hasil rasio pengembalian aktiva sebesar 2,66 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mampu menghasilkan laba sebesar
Rp 0,026,- dari setiap Rp 1,- aktiva yang dimilikinya. Dan nilai ini berada diatas
batas ideal menurut Bank Indonesia. Menurut Bank Indonesia, nilai ideal untuk
ROA adalah diatas atau sama dengan dua persen. Sehingga dapat dikatakan
bahwa LKM-A Rukun Tani mempunyai pengembalian aktiva yang baik.
Rasio selanjutnya adalah rasio pengembalian modal (ROE). Rasio ini
merupakan rasio yang mengukur kemampuan LKM-A menghasilkan laba
berdasarkan modal sendiri. Nilai ROE yang terdapat pada tabel menunjukkan
angka 4,27 persen. Artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri LKM-A Rukun Tani
mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 0,047,-. Nilai yang bertanda positif ini
menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mampu menghasilkan laba yang
73 diperoleh dari modal sendiri. Walaupun sebenarnya standar minimal adalah
sebesar 15 persen.
Rasio Laba Operasi atas Total Investasi menggambarkan kemampuan
LKM-A untuk menghasilkan laba yang berasal dari total investasi. Berdasarkan
perhitungan diatas, nilai ROI pada LKM-A Rukun Tani adalah sebesar 7,12
persen. Artinya, setiap Rp 1,- total aktiva, LKM-A mampu menghasilkan SHU
sebesar Rp 0,071. Bila dilihat nilainya yang positif, maka keadaan ini mampu
memberikan keuntungan bagi LKM-A Rukun Tani, namun hasil perhitungan
tersebut mempunyai nilai yang rendah, maka dapat dikatakan LKM-A Rukun
Tani mendapatkan laba yang sangat sedikit dari investasi yang dimiliki oleh
LKM-A. Hal ini juga berarti LKM-A Rukun Tani sudah mampu menghasilkan
SHU (keuntungan) dari total aktiva yang ditanamkan dengan baik.
Rasio laba terhadap pendapatan ini berguna untuk mengukur kemampuan
LKM-A untuk menghasillkan laba yang didapatkan dari pendapatan yang
diterima. Hasil dari perhitungan laba terhadap pendapatan pada LKM-A Rukun
Tani menunjukkan angka 20,57 persen. Artinya, setiap Rp 1,- total pendapatan
yang diterima, maka LKM-A mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 0,2,-. Nilai
ini sudah dapat dikategorikan baik, karena memiliki nilai yang positif .
Dari rasio-rasio profitabilitas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
LKM-A Rukun Tani memiliki kemampuan yang baik untuk menghasilkan laba
(Sisa Hasil Usaha) dari unit usaha simpan pinjam tersebut. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil keempat rasio profitabilitas diatas yang menunjukkan masing-masing
menunjukkan angka positif. Namun besarnya laba yang didapatkan tidak sesuai
dengan standar minimal yang telah ditetapkan. Hal ini tidak menjadi masalah bagi
pihak manajemen. Karena tujuan dari berdirinya LKM-A Rukun Tani adalah tidak
untuk mencari keuntungan semata. Namun untuk membantu petani dalam hal
permodalan.
Secara keseluruhan, LKM-A Rukun Tani memiliki kondisi keuangan yang
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing rasio, antara lain rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Rasio likuiditas menunjukkan
kondisi yang sangat baik, walaupun pada Rasio Kas (Cash Ratio) menunjukkan
angka yang membahayakan bagi LKM-A. Jumlah piutang anggota yang lebih
74 banyak daripada jumlah uang kas LKM-A, membuat pihak LKM-A harus lebih
berhati-hati dalam mengaturPerputaran Piutang. Hal ini dikarenakan, jumlah kas
yang tidak sebanding dengan jumlah piutang akan berbahaya apabila suatu saat
nanti pihak LKM-A harus segera melunasi kewajiban jangka. Sehingga LKM-A
harus berusaha untuk meminimalisisir kegagalan pembayaran piutang oleh
nasabah.
Sedangkan rasio solvabilitas menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani
mempunyai kondisi yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
kewajiban jangka panjang yang harus dilunasi. Dana BLM PUAP sebesar Rp
100.000.000,- merupakan dana hibah, sehingga tidak perlu dikembalikan dan
bukan merupakan kewajiban jangka panjang. Dan menurut rasio profitabilitas,
LKM-A Rukun Tani memiliki rasio yang menunjukkan bahwa LKM-A
mendapatkan laba dari apa yang ditanamkan di LKM-A namun jumlah laba yang
diperoleh tidak begitu besar. Hal ini menandakan bahwa LKM-A masih mampu
menghasilkan laba (SHU).
75 
Download