Tugas kelompok ke-1 MAKALAH MANAJEMEN SISTEM KEPELATIHAN (Konsep Dasar Pelatihan) Dosen: Evy Segarawati Ampry, S. Pd., M. Pd Oleh: KELOMPOK VI NAMA NIM KELAS NO.URUT SULFIKAR M. TAUFIQ MULYADI SUMIATI SUHERMAN 10531215214 10531214714 10531213814 10531213114 TP VI.B TP VI.B TP VI.B TP VI.B 27 23 15 09 PROGRAM STUDI STRATA SATU (S1) JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASAR NOVEMBER, 2017 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum. Wr.Wb Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, kesehatan dan nikmat islam sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “Konsep Dasar Pelatihan” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dibalik penyusunan makalah ini, terdapat cara pengupasan yang mungkin kurang ilmiah, disebabkan karena keterbatasan penulis dalam memperoleh bahan-bahan rujukan serta kemampuan menginteprestasi informasi dari buku-buku referensi yang menjadi bahan rujukan. Dalam menyusun buku ini kami mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun agar dalam penyusunan makalah berikutnya akan dapat lebih baik. Akhir kata dan harapan penulis semoga penyusunan makalah ini semoga bermanfaat bagi para pembaca. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Makassar, 6 Mei 2017 Penulis ii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................. i KATA PENGANTAR .............................................. ii DAFTAR ISI ..................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .......................................... 1 BAB II PEMBAHASAN .......................................... 4 1. Pengertian Pelatihan .................................. 4 2. Tujuan Pelatihan ....................................... 6 3. Prinsip – prinsip Pelatihan ............................. 7 4. Landasan – landasan Pelaatihan ....................... 9 a. Landasan Filosofis .............................. 9 b. Landasan Humanistik ........................... 9 c. Landasan Psikologis ............................. 10 d. Landasan Sosio – Demografis .................. 10 e. Landasan Kultural ............................... 10 5. Jenis – Jenis Pelatihan ................................ 11 6. Manajemen Pelaatihan ................................. 12 7. Pendekatan Sistem Untuk Pelatihan .................. 15 BAB III PENUTUP............................................... 18 A. Kesimpulan ................................................. 18 B. Saran ...................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA .............................................. 20 iii BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan akan peningkatan penguasaan ilmu dan teknologi pada masa sekarang semakin dirasakan seiring dengan semakin luasnya dan semakin rasionalnya hubungan-hubungan manusia ddalam tatanan global masyarakat modern. Fenomena ini paling tidak dapat didekati dan kecendrungan tiga elemen penting, yaitu bahwa: (1) individu-individu semakin membutuhkan wawasan -wawasan dan penguasaan keterampilan-keterampilan baru atau tambahan bagi penyesuaian dengan tuntunan dunia kerja, peningkatan karier, atau aktualisai diri di masyarakat; (2) organisasi-organisasi usaha maupun organisasi sosial memandang perlu dan mendesak untuk memiliki sumber daya-sumber daya manusia yang mampu mengembangkan strategi-strategi operasi yang dapat diandalkan dalam iklim usaha yang semakin kompetetif; dan (3) pemerintah sangat berkepentingan dengan upaya-upaya memajukan kesejahtraan sosial lewat pengembangan potensi insani pada lingkup mikro organisasi maupun lingkup makro masyarakat. Kecendrungan ketiga elemen penting tersebut terpacu oleh iklim dan tatanan global yang menuntut penyesuaian-penyesuaian yang cepat, tepat, dan rasional pada mekanisme hubungan-hubungan yang terbuka dan kompetitif, baik pada sektor-sektor domestik maupun dalam konteks hubungan antar bangsa. Dalam kaitan dengan hal tersebut, kebutuhan-kebutuhan akan penguasaan ilmu teknologi selama ini memang secara konvensional telah banyak dipenuhi lewat pendidikan, khususnya pendidikan formal atau sekolah. Pendidikan pada masa sekarang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan setiap masyarakat dan bangsa. Pada umumnya diakui bahwa pendidikan berkontribusi signifikan terhadap 1 2 kesejahtraan masyarakat dan kemajuan bangsa. Hanya saja diakui bahwa terdapat perbedaan antar masyarakat dan bangsa dalam hal pemberian prioritas atau kadar perhatian terhadap pendidikan, yang sampai batas-batas tertentu mencerminkan tingkat konsistensi para pembuat kebijakan. Namun mengatasi variasi-variasi yang ada, secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan telah menjadi sektor yang menentukan. Namun secara subtansial, aktivitas pendidikan pada dasarnya tidak hanya berupa pendidikan sekolah, atau cukup dengan dan berhendi pada, pendidikan formal. Mengingat sifat-sifatnya, terutama yang lebih bercorak akademik dan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka pendiddikan sekolah (saja) tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan yang bersifat praktis dan mendesak. Sekolah memiliki persistensinya tersendiri yang bsering lambat merespon perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya dan dunia yang lebih luas. Pada hal sebagaimana dapat disaksikan, perubahanperubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknilogi sering berlangsung sangat cepat. Perubahan-perubahan tersebut jelas perlu diimbangi secara tepat. Oleh karena itu, dalam masyarakat modern, atau masyarakat yang dalam orientasi ke arah masyarakat yang lebih maju, pendidikan dalam artiyang konvensional itu pada dasarnya telah menjadi sesuatu yang standar saja. Pendidikan formal lebih diarahkan pada pemenuhan kebutuhan akan penguasaan pengetahuan dan kemampuan dasar yang memang sangat diperlukan. Sementra untuk memenuhi kebutuhan akan wawasan-wawasan aktual dan kecakapan-kecakapan praktis, terutama yang bersifat segera, masyarakat demikian lebih mengandalkan pada mekanisme-mekanisme pelatihan yang dilaksanakan diluar sekolah. 3 Berbagai pelatihan memang lebih banyak dilaksanakan dalam masyarakat atau dalam dunia kerja untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan fungsional. Kegiatan-kegiatan pelatihan ini sangat populer dan mudah dilakukan karena menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode pendidikan dan pembelajaran pada pendidikan luar sekolah. Meskipun demikian dalam banyak kasus pula pelaksanaan pelatihan ini tidak jarang dipadukan atau saling melengkapi dengan pendidikan formal. 4 BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Pelatihan Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata “training” dalam bahasa inggris. Secara harfiah akar kata “training” adalah “train” yang berarti : 1. memberikan pelajaran dan praktek ( give teaching and practice), 2. menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause to grow in a required direction), 3. persiapan (preparation), dan 4. Praktek (practice). Banyak pengertian pelatihan yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut. Edwin B.Flippo (1971) mengemukakan bahwa: “training is the act of increasing the knoeledge and skill of an employee for doing a particular job” (pelatiah keterampilan adalah seorang tindakan meningkatkan pegawai untuk pengetahuan melaksanakan dan pekerjaan tertentu). Menurut Michael J. Jucius (1972) dalam Mustafa kamil mengemukakan “training is the act here to indicate any process by which the aptitudes, skill” ( istilah latihan yang dugunakan disini adalah untuk menunjukan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan). Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan pelatihan adalah suatu proses untuk mengembangkan suatu bakat dan keterampilan melalui pemberian materi pelajaran dan praktek yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sikula dalam Sumantri (2000:2) mengartikan pelatihan sebagai: “proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur 5 yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu”. Sedangkan Michael J. Jucius dalam Moekijat (1991 : 2) menjelaskan istilah latihan untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Hadari Nawawi (1997) menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan bantuan bagi para pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang. Pengertian-pengertian di atas mengarahkan kepada penulis untuk menyimpulkan bahwa yang dimaksud pelatihan dalam hal ini adalah proses pendidikan yang di dalamnya ada proses pembelajaran dilaksanakan dalam jangka pendek, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan kompetensi individu untuk menghadapi pekerjaan di dalam organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai baik di masa yang sekarang ini maupun yang akan datang. Istilah pelatihan biasa dihubungkan dengan pendidikan. Ini terutama karena secara konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Meskipun demikian secara khusus pelatihan dapat dibedakan dari pendidikan.untuk memahami istilah pendidikan, kriteria yang dikemukakan oleh peters (1996, hal 45) berikut ini mungkin dapat menjadi acuan. Kriteria tersebut antara lain sebagai berikut : 6 Pendidikan meliputi penyebaran hal yang bermanfaat bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Pendidikan harus melibatkan pengetahuan dan pemahaman serta sejumlah perspfektif kognitif. Pendidikan setidaknya memiliki sejumlah prosedur, dengan asumsi bahwa peserta didik belum memiliki pengetahuan dan kesiapan belajar secara sukarela 2. Tujuan Pelatihan Moekijat (1991) mengatakan bahwa tujuan umum pelatihan adalah: a. Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif b. Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional c. Untuk mengembangkan sikap, sehingga dapat menimbulkan kemauan untuk bekerja sama. Secara khusus dalam kaitan dengan pekerjaan, Simamora (1995) mengelompokkan tujuan pelatihan kedalam lima bidang, yaitu: a. Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi. Melalui pelatihan, pelatihan memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru. b. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan. c. Membantu memecahkan permasalahan operasional. d. Mempersiapkan karyawan untuk promosi, dan e. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. 7 Sedangkan menurut Marzuki (1992:12), ada tiga tujuan pokok yang harus dicapai dengan pelatihan, yaitu: a. Memenuhi kebutuhan organisasi. b. Memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang normal serta aman. c. Membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari suatu pelatihan adalah untuk mengembangkan sikap, pengetahuan dan keahlian seseorang. 3. Prinsip-Prinsip Pelatihan Karena pelatihan merupakan bagian dari proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip pelatihan pun dikembangkan dari prinsip-prinsup pembelajaran. Prinsip umum agar pelatihan berhasil adalah sebagai berikut: a) prinsip perbedaan individu Perbedaan-perbedaan pendidikan, pengalaman, individu minat, dalam bakat, latar dan belakang sosial, kepribadian harus diperlihatkan dalam menyelenggarakan pelatihan. b) Prinsip motivasi Agar peserta pelatihan belajar dengan giat perlu ada motivasi. Motivasi dapat berupa pekerjaan atau kesempatan kerja atau usaha, penghasilan, kenaikan pangkat atau jabatan, dan peningkatan kesejahteraan serta kualitas hidup. Dengan begitu, pelatihan dirasakan bermakna oleh peserta pelatihan. c) Prinsip pemilihan dan pelatihan para pelatih Efektivitas program pelatihan antara lain bergantung pada para 8 pelatih yang mempunyai minat dan kemampuan melatih, anggapan bahwa seseorang yang dapat mengerjakan sesuatu dengan baik akan dapat melatihnya dengan baik pula tidak sepenuhnya benar, karena itu perlu ada pelatihan bagi para pelatih. Selain itu pemilihan dan pelatihan para pelatih dapat menjadi motivasi tambahan bagi peserta pelatihan. d) Prinsip Belajar Belajar harus dimulai yang mudah menuju yang sulit, atau yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui. e) Prinsip Partisifasi Aktif Partisifasi aktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta pelatihan f) Prinsip Fokus Pada Batasan Materi Pelatihan dilakukan hanya untuk mengusai materi tertentu, yaitu melatih keterampilan dan tidak dilakukan terhadap pengertian, pemahaman, sikap dan penghargaan g) Prinsip Diagnosis Dan Koreksi Pelatihan berfungsi sebagai diognosis melalui usaha yang berulangulang mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul. h) Prinsif Pembagian Waktu Pelatihan dibagi menjadi kurun waktu yang singkat. i) Prinsip Keseriusan Pelatihan jangan dianggap sebagai usaha sambilan yang bisa dilakukan seenaknya. j) Prinsip Kerjasama Pelatihan dapat berhasil dengan baik melalui kerja sama yang apik antar semua komponen yang terlibat dalam pelatihan. 9 k) Prinsip Metode Pelatihan Terdapat berbagai metode pelatihan, dan tidak ada satu pun metode pelatihan yang dapat digunakan untuk semua jenis pelatihan. Untuk itu perlu dicarikan metode pelatihan yang cocok untuk suatu pelatihan. l) Prinsip hubungan pelatihan dengan pekerjaan dan kehidupan nyata Pekerjaan, jabatan, atau kehidupan nyata dalam organisasi atau dalam masyarakat dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap apa yang dibutuhkan, sehingga perlu diselenggarakan pelatihan. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pelatihan pada dasarnya memiliki duabelas prinsip yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap Pelatihan itu sendiri, baik itu dari segi input,proses, output maupun outcome. 4. Landasan-Landasan Pelatihan Terdapat beberapa landasan yang mengukuhkan eksistensi pelatihan. Landasan-landasan yang dimaksud adalah : a. Landasan Filosofis Pelatihan merupakanwahana formal yang berperan sebagai instrument yang menunjang pembangunan dalam mencapai masyarakat yang maju, tangguh, mandiri, dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai yang berlaku. b. Landasan Humanistik Pelatihan ini didasarkan pada pandangan yang menitik beratkan pada kebebasan, nilai-nilai, kebaikan, harga diri, dan kepribadian yang 10 utuh. Diatas landasan ini maka proses pembelajaran pelatihan dicirikan oleh hal-hal berikut. - Adanya pemberian tanggung jawab dan kebebasan bekerja kepada peserta. - Pelatih lebih banyak berperan sebagai narasumber, tidak mendominasi peserta. - Belajar dilakukan oleh dan untuk diri sendiri - Ada keseimbangan antara tugas umum dan tugas khusus. - Motivasi belajar tinggi. - Evaluasi bersifat komprehensif. c. Landasan Psikologis Psikologis pelatihan menitikberatkan pada analisis tugas dan rancangan penelitian yang mencakup berbagai komponen yang kompleks. d. Landasan Sosio-Demografis Permasalahan peningkatan kesejateraan ekonomi dan sosialterkait dengan upaya penyediaan dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Pelatihan yang terintegrasi diperlukan guna mempersiapkan tenagatenaga yang handal yang relevan dengan tuntutan lapangan kerja dan pembangunan. e. Landasan Kultural Pelatihan yang terintegrasi yang berfungsi mengembangkan sumber daya manusia merupakan bagian penting dari upaya membudayakan manusia. 11 Dari referensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga dan mengukuhkan eksistensi pelatihan maka dibutuhkan sekurangkurangnya lima landasan pelatihan, dan hal tersebut satu landasan dengan landasan yang lainnya saling berhubungan dan berkaitan, semuanya memiliki peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pelatihan tersebut. 5. Jenis-Jenis Pelatihan Menurut Dale Yoder (1958) mengemukakan jenis-jenis pelatihan dengan memandang ke dalam lima sudut yaitu : a. Siapa yang dilatih (who geets trained), artinya pelatihan diberikan kepada siapa. Dari sudut ini maka pelatihan dapat diberikan kepada calon pegawai, pegawai remaja, pemuda orang lanjut usia dan lainlain. b. Bagaimana ia dilatih ( how gets trained), artinya dengan metode apa ia dilatih. Dapat dilaksanakan dengan pemagangan, permainan peran, pelatihan sensitivitas dan sebagainya. c. Dimana ia dilatih (where he gets trained), artinya dimana pelatihan mengambil tempat, misalnya tempat kerja, sekolah, tempat khusus atau tempat kursus. d. Bilamana ia dilatih (when he gets trained), artinya kapan pelatihan itu diberikan. Dapat dilaksanakan sebelum seseorang mendapat pekerjaan, setelah mendapat pekerjaan dan lain-lain. e. Apa yang dibelajarkan kepadanya (what he is taught), artinya materi pelatihan apa yang diberikan. Dapat berupa pelatihan kerja atau keterampilan, pelatihan hubungan manusia, pelatihan keamanan dan lain-lain. 12 f. Dari uraian terori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membedakan jenis-jenis pelatihan ada lima kriteria yang harus diperhatikan yaitu seperti tertera di atas. Sementara itu J.C Denyer (1973) yang melihat dari sudut siapa yang dilatih dalam konteks suatu organisasi, membedakan pelatihan atas empat macam, yaitu: 1) Pelatihan induksi (induction training), yaitu pelatihan perkenalan yang biasa deberikan kepada pegawai baru dengan tidak memandang tingkatannya. Pelatihan induksi dapat diberikan kepada calon pegawai lulusan SD, SLTP, SMA, SMK, kesetaraan, dan lulusan perguruan tinggi. 2) Pelatihan kerja (job training), yaitu pelatihan yang diberikan kepada semua pegawai dengan maksud untuk memberikan petunjuk khusus guna melaksanakan tugas-tugas tertentu. 3) Pelatihan supervisor (supervisory training), yaitu pelatihan yang diberikan kepada supervisor atau pimpinan tingkat bawah. 4) Pelatihan manajemen (management training), yaitu pelatihan yang diberikan kepada manajemen atau pemegang jabatan manajemen. 5) Pengembangan eksekutif (executive development), yaitu pelatihan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pejabatpejabat pimpinan. 6. Manajemen Pelatihan Pelatihan memang perlu diorganisasikan biasanya lebih dikenal dengan panitia pelatihan. Badan-badan pendidikan dan pelatihan, lembagalembaga kursus dan panitia-panitia yang dibentuk secara insidental, pada dasarnya adalah organizer pelatihan. Secara manajerial, fungsi- 13 fungsi pelatihan adalah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelatihan. Sementara secara operasional, tugas-tugas pokok organizer pelatihan meliputi hal-hal berikut : o mengurusi kebutuhan pelatihan pada umumnya o mengembangkan kebijakan dan prosedur pelatihan o mengelola anggaran pelatihan o mengembangkan dan menerapkan administrasi pelatihan o meneliti metode-metode pelatihan yang sesuai untuk diterapkan o mempersiapkan materi, peralatan dan fasilitas pelatihan o menganalisis dan memperbaiki sistem pelatihan Sudjana (1996) mengembangkan sepuluh langkah pengelolaan pelatihan sebagai berikut : a) Rekrutmen peserta pelatihan Dalam rekritmen biasanya penyelenggara memiliki syarat-syarat yang telah ditetapkandan harus dipenuhi oleh peserta pelatihan. Biasanya dapat berupa faktor internal (kebutuhan, minat, pengalaman dan pendidikan) dan faktor eksternal (keluarga, status sosial, pergaulan dan status ekonomi) b) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan Identifikasi kebutuhan belajar adalah keiatan mencari, menemukan, mencatat dan mengelola data tentang kebutuhan belajar yang ingin atau diharapkan oleh peserta pelatihan. c) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan Tujuan pelatihan yang dirumuskan akan menentukan penyelenggaraan pelatihan dari awal sampai akhir kegiatan, dari pembuatan rencana pembelajaran samapai evaluasi hasil belajar. 14 d. Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir Evaluasi awal dimaksudkan untuk mengetahui ”entry behavioral level” peserta pelatihan. Evaluasi akhir dimaksudkan untuk mengukur tingkat penerimaan materi oleh peserta pelatihan e. Menyusun urutan kegiatan pelatihan Pada tahap ini penyelenggara pelatihan menentukan bahan belajar, memilih dan menentukan metode dan teknik pembelajaran, serta menentukan media yang akan digunakan. Dalam menyusun urutan kegiatan ini faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain : Peserta pelatihan Sumber belajar (instruktur) Waktu Fasilitas yang tersedia Bentuk pelatihan Bahan pelatihan f. Pelatihan untuk pelatih Pelatih harus mengalami program pelatihan secara menyeluruh. Urutan kegiatan, ruang lingkup, materi pelatihan, metode yang digunakan dan media yang hendak dipakai. g. Melaksanakan evaluasi bagi peserta Evaluasi awal biasanya melakukan pre test secara lisan maupun tulisan h. Mengimplementasikan pelatihan Tahap ini merupakan inti dari kegiatan pelatihan, yaitu proses interaksi edukatif antara sumber belajar dan warga belajar dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. i. Evaluasi akhir 15 Tahap ini dulakukan untuk mengetahui keberhasilan belajar j. Evaluasi program pelatihan Evalusi program pelatihan merupakan kegiatan untuk menilai seluruh kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir dan hasilnya menjadi masukan bagi pengembangan pelatihan selanjutnya. Dari teori dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pelatihan merupakan sebagai organizer dalam pengelolaan dan pelaksanaan pelatihan, dalam pengelolaan pelatihan ada sepuluh hal yang harus diperhatikan, sesuai dengan yang dijelaskan diatas. 7. Pendekatan Sistem Untuk Pelatihan Aktivitas pelatihan tidak berlangsung dalam ruang hampa, melainkan senantiasa terkait dengan keinginan-keinginan atau rencanarencana individu, organisasi atau masyarakat. Dalam kaitan ini, para ahli melihat pelatihan sebagai suatu sistem yang paling tidak mencakup tiga tahapan pokok, penilaian kebutuhan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi. Penilaian kebutuhan (need assessment) pelatihan merupakan tahap yanng paling penting dalam penyelenggaraan pelatihan. Tahap ini berguna sebagai dasar bagi keseluruhan upaya pelatihan. Dari tahap inilah seluruh proses pelatihan akan mengalir.baik tahap pelaksanaan maupun tahap evalusi sangat bergantung pada tahap ini jika penentuan kebutuhan pelatihan tidak akurat, maka arah pelatihan akan menyimpang. Kebutuhan - kebutuhan bagi pelatihan harus diperiksa, demikian pula sumber daya yang tersedia untuk pelatihan baik yang dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Pertimbangan 16 mengenai siapa yang harus dilatih, jenis pelatihan apa, dan bagaimana pelatihan seperti itu akan menguntungkan harus menjadi masukan dalam penilaian. Sasaran-sasaran pelatihan berasal dari penilaian. Selanjutnya sasaran-sasaran tersebut sangat menentukan pengembangan program melalui evaluasi pelatihan. Pelaksanaan pelatihan adalah berupa implementasi program pelatihan untuk memenuhi kebutuhan peserta pelatihan. Pada tahap ini, program pelatihan dirancang dan disajikan. Program pelatihan ini harus berisi aktivitas-aktivitas dan pengalaman belajar yang dapat memenuhi sasaran-sasaran pelatihan yang telah ditetapkan pada tahap penilaian kebutuhan pelatihan. Akhirnya evaluasi pelatihan dilakukan untuk mengetahui dampak program pelatihan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan. Langkah pertama dalam evaluasi ini adalah menetapkan kriteria keberhasilan. Setelah kriteria itu dibuat, evaluasi dapat dilakukan baik terhadap peserta maupun terhadap keseluruhan komponen program pelatihan. Lebih dari itu evaluasi juga harus menilai apakah proses dan hasil belajar dapat ditransfer ke situasi kerja atau kedunia kehidupan nyata. Secara lebih komprehensif, dengan melihat pelatiihan sebagai suatu sistem, Sudjana mengemukakan komponen-komponen pelatihan sebagi berikut : a. Masukan sarana (instrument input), yang meliputi keseluruhan sumber danfasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Masukan sarana dalam pelatihan ini mencakup kurikulum, tujuan pelatihan, sumber belajar, fasilitas belajar, biaya yang dibutuhkan, dan pengelola pelatihan. 17 b. Masukan mentah (raw input), yaitu peserta pelatihan dengan berbagai karakteristiknya, seperti pengetahuan, keterampilan, dan keahlian, jenis kelamin, pendidikan, kebutuhan belajar, latar belakang sosial budaya, latar belakang ekonomi, dan kebiasaan belajar. c. Masukan lingkungan (environment input), yaitu faktor lingkungan yang menunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan, seperti lokasi pelatihan. d. Proses (process), merupakan kegiatan interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan antara sumber belajar dengan warga belajar peserta pelatihan. e. Keluaran (out put)yaitu lulusan yang telah mengalami proses pembelajaran pelatihan. f. Masukan lain (other input), yaitu daya dukung pelaksanaan pelatihan, seperti pemasaran, lapangan kerja, informasi, dan situasi sosial-budaya yang berkembang. g. Pengaruh (impact), yaitu yang berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai oleh peserta pelatihan, yang meliputi peningkatan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain lebih lanjut, dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat. 18 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pelatihan dalam hal ini adalah proses pendidikan yang di dalamnya ada proses pembelajaran dilaksanakan dalam jangka pendek, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan kompetensi individu untuk menghadapi pekerjaan di dalam organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai baik di masa yang sekarang ini maupun yang akan datang. Tujuan dari suatu pelatihan adalah untuk mengembangkan sikap, pengetahuan dan keahlian seseorang. Pelatihan pada dasarnya memiliki duabelas prinsip yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap Pelatihan itu sendiri, baik itu dari segi input,proses, output maupun outcome. Untuk menjaga dan mengukuhkan eksistensi pelatihan maka dibutuhkan sekurang-kurangnya lima landasan pelatihan, dan hal tersebut satu landasan dengan landasan yang lainnya saling berhubungan dan berkaitan, semuanya memiliki peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pelatihan tersebut. Manajemen pengelolaan pelatihan dan merupakan pelaksanaan sebagai pelatihan, organizer dalam pelatihan ada sepuluh hal yang harus diperhatikan. dalam pengelolaan 19 B. Saran Makalah ini diharapkan dapat menjadikan kita menjadi calon guru yang baik dan juga diharapkan bagi teman-teman terutama calon guru untuk memberikan kritik maupun saran yang sifatnya membangum terhadap isi makalah yang kami buat ini guna untuk perbaikan makalah kedepannya. 20 DAFTAR PUSTAKA http://denawanto.blogspot.co.id/2016/11/konsep-dasarpelatihan.html#ixzz4fzWlM68C Kamil, Mustafa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta Moekijat. 1990. Pengembangan dan Motivasi, Bandung : Pionir Jaya. Nawawi, H, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press. Sumantri, S. 2000. Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung, Fakultas Psikologi Unpad.