7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Aktif Card Sort Dilengkapi Macromedia Flash a. Pembelajaran Aktif Standar proses pendidikan menyiratkan bahwa pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, yaitu menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Sistem pembelajaran yang berdasarkan standar proses pendidikan ditekankan pada pendayagunaan asas keaktifan siswa dalam proses belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Siswa dilibatkan secara aktif di dalam proses pembelajaran. 1) Pengertian Pembelajaran Aktif Belajar merupakan suatu proses aktif dari pebelajar dalam membangun pengetahuannya. Strategi pembelajaran yang tepat diperlukan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat menampung keaktifan siswa dalam membangun pengetahuannya. Adapun salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan adalah strategi pembelajaran aktif (active learning). Istilah “active learning” mengacu kepada teknik instruksional interaktif yang mengharuskan siswa melakukan pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. … . Siswa yang terlibat dalam pembelajaran aktif seringkali mengorganisasikan pekerjaannya, informasi riset, diskusi dan menjelaskan gagasan, mengamati demo atau fenomena, menyelesaikan masalah dan memformulasikan pertanyaan yang dimilikinya (Anonim, 2008: 1). Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran interaktif yang menuntut siswa melakukan analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan menganalisis merupakan kemampuan siswa dalam memahami hubungan dan mengenali bagianbagian dari suatu keseluruhan secara lebih jelas. Kemampuan melakukan sintesis diwujudkan dalam kegiatan siswa mengkombinasikan unsur-unsur yang terpisah menjadi bentuk kesatuan baru. Kemampuan evaluasi merupakan kemampuan siswa untuk memberi penilaian terhadap fakta-fakta berdasarkan kriteria tertentu. Tingkat berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi dapat diwujudkan dalam bentuk 8 kegiatan praktikum, pengamatan, diskusi, presentasi, menyusun pertanyaan dan mengutarakan gagasan. Kegiatan siswa seperti berdiskusi, mengungkapkan gagasan, dan mengajukan pertanyaan di dalam pembelajaran aktif merupakan aktivitas yang memunculkan adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya. Sesuai dengan pendapat Ari Samadhi (2008: 1) yang mengemukakan bahwa “Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar mahasiswa maupun mahasiswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut”. Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang diwarnai dengan interaksi yaitu hubungan aktif multi arah antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya. Pembelajaran aktif dititikberatkan pada hubungan antara individu satu dengan individu lainnya. Selanjutnya Hartono (2008: 1) menyatakan ”Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki”. Karakteristik siswa berbeda-beda baik dari segi minat, kecerdasan dan usaha belajar. Pembelajaran aktif ditujukan agar potensi siswa berkembang maksimal dengan memperhatikan perbedaan individual sehingga mengantarkan siswa ke arah pencapaian tujuan belajar. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran interaktif yang mengajak siswa berperan secara aktif melalui pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru sehingga dapat dicapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa. 2) Kadar Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Kadar pembelajaran aktif tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, akan tetapi 9 juga ditentukan oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional. Sesuai dengan yang dikemukakan Wina Sanjaya (2008: 142) mengenai kadar pembelajaran yang beriorientasi pada aktivitas siswa ditinjau dari proses pembelajarannya yaitu: a) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; b) Siswa belajar secara langsung (experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerja sama dan interaksi kelompok; c) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif; d) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran; e) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung; e) Terjadinya interaksi yang multi-arah, baik antara siswa dengan siswa atau guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya, pembicaraan atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu (Wina Sanjaya, 2008: 142). Proses pembelajaran dikatakan pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa bila keaktifan siswa tidak semata keaktifan siswa secara fisik, tetapi mental, emosional dan intelektual siswa juga aktif. Keaktifan tersebut dapat diwujudkan melalui pemberian pengalaman belajar yang nyata maupun dalam bentuk kerja sama dan interaksi kelompok. Keterlibatan siswa dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, memanfaatkan segala sumber belajar dan keterlibatan siswa dalam kegiatan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, serta mengungkapkan gagasan yang semakin tinggi maka maka semakin tinggi pula kadar pembelajaran aktif. Begitu juga interaksi siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru tidak hanya didominasi oleh siswa tertentu, namun dengan keterlibatan siswa secara menyeluruh barulah proses pembelajaran tersebut dikatakan memiliki kadar pembelajaran aktif yang tinggi. Tingkatan keaktifan siswa dalam belajar juga dikemukakan oleh Silberman melalui paham belajar aktif. Silberman (1996: 1) menyatakan bahwa 10 “What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master”. Menurut paham belajar aktif Silberman, untuk mempelajari sesuatu dengan baik dalam belajar aktif, siswa perlu mendengarnya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Tidak hanya itu, siswa juga perlu mengerjakannya, yakni menggambarkan sesuatu dengan caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikan keterampilan, bahkan mengajarkannya kepada siswa lain. Lebih lanjut Ueckert dan Gess-Newsome (2008: 2) menyatakan bahwa “Active learning involves students in debating ideas, asking questions, comparing answers to what is known, using evidence to develop explanations, considering alternatives, and making ideas public while recognizing that explanations may change following discussion”. Mengacu pada pendapat tersebut, pembelajaran aktif di antaranya meliputi kegiatan siswa dalam bertanya, berdebat, dan mengemukakan gagasan dalam kegiatan diskusi. Pembelajaran aktif diorientasikan pada keaktifan siswa, baik aktif fisik, mental, emosional, maupun intelektual. Keaktifan siswa dapat diwujudkan dalam kegiatan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan mengajar siswa lain. Kegiatan tersebut dapat memunculkan interaksi multi arah antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Semakin siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, semakin tinggi kadar pembelajaran aktif. 3) Manfaat Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif memiliki kelebihan yang cukup nyata. Ada beberapa hal yang didapatkan dari pembelajaran aktif, yaitu a) … menimbulkan positive interdependence; b) … terdapat individual accountability; c) … memupuk social skills. (Ari Samadhi, 2008: 2). Positive interdependence (saling ketergantungan positif) akan muncul karena konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui kegiatan aktif dalam belajar. Melalui pembelajaran aktif, 11 setiap individu diharuskan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar diharuskan pula untuk mendapatkan penilaian untuk setiap siswanya, sehingga terdapat adanya pertanggungjawaban individual (individual accountability). Tingkat kerja sama yang tinggi diperlukan dalam pembelajaran aktif agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif sehingga dapat memupuk keterampilan sosial di antara siswa. b. Card Sort Silberman mengemukakan 101 teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Semuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu dari sekian banyak teknik tersebut adalah pembelajaran Card Sort. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007: 53) menyatakan “Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang obyek atau mereview informasi”. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Silberman (1996: 103) mengenai Card Sort yaitu “This is a collaborative activity that can be used to teach concepts, classification characteristics, facts about objects, or review information”. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui bahwa Card Sort adalah salah satu teknik pembelajaran aktif berupa kegiatan kolaboratif yang dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, karakteristik dari klasifikasi, fakta, atau meninjau suatu informasi. Menurut Silberman (1996: 103), prosedur pelaksanaan pembelajaran Card Sort adalah sebagai berikut: 1) Give each students an index card containing information or an example that fits into one or more categories; … . 2) Ask students to mill around the room and find others whose card fits the same category ( You may announce the categories beforehand or let students discover them); 3) Have students with cards in the same category present themselves to the rest of the class; 4) As each category is presented, make any teaching point you think are important (Silberman, 1996: 103). Kartu indek dibutuhkan sebagai alat bantu dalam menerapkan pembelajaran Card Sort untuk menuliskan informasi. Kartu berisi informasi 12 tersebut terdiri dari beberapa bahasan/kategori dan dibuat sesuai dengan jumlah siswa. Sementara Hujair AH. Sanaky (2006: 6) menyatakan “Kartu tersebut terdiri dari “kartu judul” dan “kartu bahasan dari judul” tersebut. Kartu judul biasanya menggunakan HURUF KAPITAL dan kartu-kartu sub judul menggunakan huruf non-kapital.” Silberman (2006: 170) juga mengemukakan bahwa penerapan pelaksanaan pembelajaran Card Sort dapat divariasikan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk membuat presentasi pengajaran tentang kategorinya. Presentasi kategori dilakukan setelah siswa dapat berkelompok dalam kategori yang sama. Pelaksanaan presentasi kategori dapat dilakukan dengan cara menempelkan kartu di papan tulis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hujair AH. Sanaky (2006: 7), yang menyebutkan “… mahasiswa diminta untuk menempelkan di papan tulis bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutan-urutan bahasannya yang dipegang kelompok tersebut”. Berdasarkan keterangan di atas, pembelajaran Card Sort dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Setiap siswa diberi kartu yang berisi informasi atau permasalahan yang cocok dengan satu atau beberapa kategori. 2) Siswa diminta bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama yang dipegang oleh siswa lainnya. 3) Siswa berkelompok dalam satu kategori atau pokok bahasan yang sama. 4) Siswa dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing dengan cara menempelkan kartu bahasan dari kategorinya di papan tulis. 5) Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, guru memberikan penjelasan dan poin-poin penting terkait materi pelajaran. Card Sort sebagai salah satu teknik pembelajaran aktif merupakan pembelajaran dengan pemberian tugas dalam kerja kelompok kecil. Melalui kegiatan pencarian kartu, pembahasan kategori dalam kerja kelompok, dan presentasi, siswa dituntut menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa 13 dituntut untuk mengenali hubungan antara informasi pada kartu satu dengan informasi pada kartu lainnya dan membentuknya sebagai sebuah kesatuan kategori. Selanjutnya siswa diminta untuk menilai hasil kerja kelompoknya sendiri dengan mengecek kebenaran urutan pembahasan kategori. Selain keterlibatan siswa dalam berpikir tingkat tinggi, siswa juga terlibat dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab selama pelaksanaan pembelajaran Card Sort. Siswa dapat aktif mengemukakan ide saat membahas kategori dalam kerja kelompok. Siswa dapat mengajarkan pengetahuan kepada siswa lainnya dan saling mengajukan pertanyaan saat kegiatan presentasi kategori. Hal ini menunjukkan di dalam suasana pembelajaran Card Sort telah terjadi interaksi aktif siswa. Menurut Hujair AH. Sanaky (2006: 7) tujuan dari pembelajaran Card Sort adalah “untuk mengungkapkan daya “ingat” [recoll] terhadap materi kuliah/pelajaran yang telah dipelajari mahasiswa/siswa”. Untuk itulah dalam menerapkan pembelajaran Card Sort, materinya terlebih dahulu disampaikan kepada siswa. Penyampaian materi akan lebih menarik perhatian siswa bila disajikan dengan media pembelajaran yang interaktif dan menarik, salah satunya adalah media macromedia flash. c. Media Pembelajaran Macromedia Flash 1) Pengertian Media Pembelajaran Kata ”media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ”medium”, yang secara harfiah berarti ”perantara atau pengantar”. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 12) bahwa ”Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan”. Penerima pesan di dalam proses pembelajaran adalah siswa. Pembawa pesan atau media berinteraksi dengan siswa melalui indera. Siswa dirangsang dengan media agar menggunakan inderanya untuk menerima informasi. 14 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 120) menyatakan ”Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan”. Media sebagai sumber belajar meliputi manusia, benda, atau peristiwa yang dapat dijadikan sarana bagi siswa untuk mendapatkan ilmu dan keterampilan. Sementara Yudhi Munadi (2008: 7-8) menyebutkan media pembelajaran dapat dipahami sebagai ”Segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diketahui bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu baik manusia, benda, maupun peristiwa yang dapat menyalurkan pesan dari sumber belajar kepada siswa sebagai penerima pesan sehingga memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. 1) Manfaat Media Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan melalui media dari sumber pesan ke penerima pesan adalah informasi atau materi pelajaran. Kerumitan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Penggunaan media sebagai alat bantu mengajar dapat membantu guru memberikan informasi pelajaran kepada siswa dengan lebih baik. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 14-15), media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa dan media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang. Objek yang sangat besar yang tidak dapat dibawa kelas dapat digantikan dengan media. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan media dalam bentuk yang disederhanakan. Media juga dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh. Manfaat media pembelajaran mengacu pada pendapat tersebut adalah lebih kepada kerumitan dan kekomplekan materi pelajaran yang dapat disederhanakan melalui media pembelajaran. 15 Sedangkan Nana Sudjana mengemukakan nilai-nilai praktis media pengajaran sebagai berikut: a) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir. Karena itu mengurangi verbalisme. b) Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. c) Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. d) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. f) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa. g) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. h) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. i) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. j) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 137-138). Berdasarkan pendapat di atas, secara garis besar media pembelajaran bagi siswa berperan dalam peningkatan aktivitas siswa dan menumbuhkan tingkat berpikir siswa ke arah yang lebih baik. Media juga dapat dijadikan sebagai penunjang metode pembelajaran yang dilaksanakan guru, sehingga pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan materi pelajaran pun dapat tersampaikan dengan lebih jelas. Media mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mempertinggi interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan sumber belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni menunjang penggunaan strategi pembelajaran yang dipergunakan guru. 2) Klasifikasi Media Pembelajaran Media pembelajaran yang berkembang sekarang ini telah beragam jenisnya, sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan. Menurut Wina Sanjaya (2008: 172), dilihat dari sifatnya media dapat dibagi ke dalam: 16 1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara; 2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya; 3) Media audio visual, yaitu media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2008: 172). Berdasarkan klasifikasi media di atas, media audio visual dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik dan lebih menarik. Hal itu karena media audio visual mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua yaitu dapat didengar dan dapat dilihat. Media audio visual yang sedang berkembang dewasa ini tidak terlepas dari penggunaan komputer. Media komputer semakin luas digunakan dalam dunia pendidikan. Kemajuan kemampuan komputer yang secara cepat menyimpan, memproses sejumlah besar informasi dan bergabung dengan media lain untuk menampilkan serangkaian stimulasi audio visual menjadikan komputer sebagai media yang dominan dalam bidang pembelajaran. Salah satu program yang dapat dijalankan dalam pemanfaatan media komputer adalah macromedia flash. 3) Macromedia Flash Menurut Siti Mutmainah dan Onno W. Purbo (2002: 1) “Flash merupakan program grafis multimedia yang dibuat oleh perusahaan Macromedia untuk keperluan pembuatan (khususnya) aplikasi web yang interaktif dan menarik”. Sedangkan Abdur Rahman mengungkapkan bahwa: Macromedia Flash MX merupakan sebuah program aplikasi standar authoring tool profesional yang dikeluarkan oleh perusahaan internasional Macromedia yang digunakan untuk membuat animasi vektor dan bitmap yang sangat menakjubkan untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis (Abdur Rahman, 2007: 32). Berdasarkan keterangan di atas, dapat dimengerti bahwa macromedia flash merupakan program grafis multimedia yang digunakan untuk membuat animasi yang interaktif dan menarik. Macromedia flash merupakan salah satu program yang dapat dipergunakan sebagai media pengajaran. Sebagai media pengajaran, program 17 flash termasuk media audio visual karena selain penyajian secara visual, flash juga dapat dilengkapi dengan efek suara. Beberapa kemampuan yang dimiliki macromedia flash menurut Siti Mutmainah dan Onno W. Purbo antara lain: a) Animasi dan gambar yang dibuat dengan Flash akan tetap terlihat bagus pada ukuran window dan resolusi layar berapa pun; b) Kecepatan gambar atau animasi yang muncul lebih cepat dibandingkan dengan pengolah animasi lainnya; c) Mampu menganimasi grafis yang rumit dengan sangat cepat; d) Mudah diintregasikan dengan program Macromedia lainnya; e) Dapat juga dipakai untuk membuat film pendek atau kartun, presentasi, iklan, animasi logo, control navigasi, dll (Siti Mutmainah dan Onno W. Purbo, 2002: 1-2). Menurut Tim Litbang LPKBM MADCOMS (2004: 1-2) keunggulan program macromedia flash dibanding program lain yang sejenis, antara lain: a) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain; b) Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie; c) Membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain; d) Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan; e) Dapat dikonversi dan dipublikasikan ke dalam beberapa tipe, di antaranya .swf, .html, .gif, .png, .exe, .mov. Berdasar kedua pendapat di atas, dapat dimengerti bahwa kelebihan program flash terutama kemudahan dalam pembuatan animasi. Animasi yang dibuat melalui program flash dapat didesain sedemikian rupa sehingga gerakan, kecepatan, dan perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Animasi dari program flash dapat diubah ke dalam tipe program lain dan dapat terlihat dengan jelas pada ukuran dan resolusi layar berapa pun. Kelebihan flash dalam pembuatan animasi sangat menunjang penggunaan flash sebagai media pembelajaran yang menarik. Macromedia flash merupakan salah satu media yang tepat untuk pembelajaran. Banyak keunggulan yang dipunyai media flash dibandingkan media pembelajaran yang sejenis terutama Power Point. Penyajian pelajaran dengan menggunakan media flash yang dilengkapi efek audio dan visual lebih menarik perhatian siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Anisa Aji Ardiyanti (2008: 1) yang 18 menyatakan kelebihan dari macromedia flash yaitu “Program ini disertai dengan gambar, animasi, serta suara yang membuat tampilan lebih menarik, interaktif, atraktif dan praktis”. Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki program flash, macromedia flash juga memiliki beberapa kekurangan. Anisa Aji Ardiyanti (2008: 1) dalam penelitiannya mengemukakan kekurangan program macromedia flash yaitu “a) Membutuhkan keahlian khusus untuk membuat aplikasi dari program ini, apalagi untuk materi matematika; b) Sulit melakukan editing dalam program ini”. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Schrand (2008: 2) yaitu ”…the multimedia animation was limited to creating simple graphic elements, such as labeled boxes, block arrows, or even plain typed phrases, that could be clicked on with a mouse, then dragged and dropped somewhere else on the screen”. Program macromedia flash memiliki keterbatasan dalam hal pembuatan unsur grafik sederhana. Keahlian dan penguasaan program macromedia flash sangat diperlukan dalam pembuatan tampilan flash dengan berbagai animasi mengingat pengeditan program animasi sulit untuk dilakukan. Penambahan frasa baru harus diklik dengan mouse kemudian menghilangkan beberapa bagian pada layar, sehingga dapat mengubah susunan program sebelumnya. Kegiatan proses pembelajaran melalui pemanfaatan program software dengan macromedia flash menggunakan komputer sebagai alat bantu dan juga media proyeksi berupa digital projector atau Liquid Crystal Display (LCD). LCD mampu memproyeksikan gambar dari komputer ke layar, dengan demikian dapat dilihat dan diamati oleh seluruh siswa dalam kelas. Penelitian lain mengenai media pembelajaran macromedia flash telah dilakukan sebelumnya oleh Yeni Anjar Jayadi (2008: 80) tentang Penggunaan Jurnal Belajar dengan Macromedia Flash dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: penggunaan jurnal belajar dengan macromedia flash dapat meningkatkan kualitas pembelajaran materi ekosistem dan pencemaran. 19 2. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran a. Tinjauan Keaktifan Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang suatu pelajaran. Jika sistem pembelajaran tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Keaktifan siswa sangat ditekankan dalam proses pembelajaran. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2001: 23), “Keaktifan adalah kegiatan, kesibukan”. Kegiatan siswa dalam pembelajaran tidak hanya aktif fisik tapi juga aktif mentalnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Martinis Yamin (2007: 81-82) yaitu ”Belajar aktif ditandai bukan hanya melalui keaktifan siswa yang belajar secara fisik, namun juga keaktifan mental. Justru keaktifan mental merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif dibandingkan keaktifan fisik”. Memperjelas pendapat tersebut, Ferawatidewi (2008: 5) mengungkapkan tanda-tanda keaktifan mental. Ferawatidewi (2008: 5) menyatakan “Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental”. Berdasar kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa peran aktif siswa dalam pembelajaran meliputi keaktifan fisik dan keaktifan mental. Keaktifan yang diutamakan dalam pembelajaran aktif adalah keaktifan mental siswa. Keaktifan mental dapat ditunjukkan dengan kegiatan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat, dan merespon pendapat orang lain. Sementara oleh ahli lain keaktifan siswa diperinci menjadi beberapa golongan. Paul B. Diedrich membagi aktivitas belajar siswa menjadi 8 golongan sebagai berikut: 1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya: 20 menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antata lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2001: 99). Berdasarkan uraian penggolongan jenis keaktifan siswa di atas, dapat diketahui bahwa keaktifan siswa merupakan hal yang sangat kompleks. Beragam jenis aktivitas dapat dilakukan siswa di sekolah. Keaktifan mental seperti kegiatan siswa bertanya, berpendapat, dan merespon pendapat orang lain menurut penggolongan keaktifan di atas termasuk ke dalam oral activities. Mengacu pada beragamnya jenis keaktifan siswa, maka sistem pembelajaran harus dapat didesain oleh guru secara sistematis, agar dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terutama keaktifan mental siswa. Ferawatidewi (2008: 5) mengungkapkan ”Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: ditertawakan atau dimarahi jika salah”. Oleh karena itu, pembelajaran diupayakan guru agar dapat menghilangkan penyebab ketakutan siswa, baik yang berasal dari guru maupun dari siswa. b. Tinjauan Komunikasi Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif dalam rangka membangun pengetahuan siswa. Interaksi selalu berkaitan dengan istilah komunikasi. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpatisipasi atau memberitahukan. Onong Uchjana Effendy (2006: 11) menyatakan pada hakikatnya proses komunikasi adalah ”Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Lebih lanjut Onong Uchjana Effendy (2006: 11) mendefinisikan yang dimaksud pikiran dan perasaan dalam proses komunikasi yaitu ”Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, 21 keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati”. Proses komunikasi di dalamnya terkandung dua macam hal yang disampaikan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) yaitu pikiran dan perasaan. Pikiran merupakan gambaran dalam benak yang dapat dituangkan dalam bentuk penyampaian pendapat, informasi, ide, saran, pertanyaan dan lain-lain. Perasaan merupakan sesuatu yang muncul dari dalam hati yang dapat diekspresikan dalam bentuk kemarahan, kekhawatiran, keberanian, dan lain sebagainya. Beberapa pendapat para ahli dalam Alo Liliweri (2007: 4) tentang komunikasi adalah: 1) Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan Weafer II 1992; Liliweri, 2003). 2) Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol; dan (6) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (Walhstrom, 1992: Liliweri 2003). Menurut beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi merupakan proses pertukaran informasi, gagasan, pesan, dan perasaan yang dapat berbentuk verbal dan non verbal melalui saluran, cara, alat, atau metode tertentu dari komunikator kepada komunikan. c. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya tidak terlepas dari unsur-unsur terjadinya komunikasi. Sardiman (2001: 7) mengemukakan bahwa ”Unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media”. Komunikator adalah pengirim pesan dan komunikan adalah penerima pesan. Hubungan antara 22 komunikator dan komunikan adalah untuk menginteraksikan pesan. Pesan tersebut disampaikan melalui saluran atau media. Proses belajar mengajar di dalam kelas merupakan proses komunikasi. Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 10) menyebutkan ”Guru yang sedang mengajar berfungsi sebagai sumber pesan, sedangkan siswanya menjadi penerimanya. Materi pelajaran yang diajarkan oleh guru adalah pesannya”. Proses komunikasi semacam ini bukanlah suatu hal yang mutlak, tergantung respon siswa terhadap proses komunikasi yang berlangsung dalam pembelajaran. Respon siswa dalam proses komunikasi menentukan jenis-jenis komunikasi yang berlangsung di dalam kelas. Respon siswa yang pasif terhadap pembelajaran, yang ditunjukkan dengan sikap siswa yang hanya diam mendengarkan penjelasan dari guru, merupakan jenis komunikasi satu arah. Posisi siswa dalam komunikasi satu arah hanya sebagai penerima pesan. Siswa tidak ada keinginan untuk mengungkapkan yang ada dalam pikirannya, seperti mengekspresikan suatu pertanyaan atau pernyataan. Saat siswa mengajukan pertanyaan atau menyatakan pendapat, dalam proses komunikasi semacam itu posisi siswa berubah menjadi sumber pesan. Dengan cara demikian, proses komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa berlangsung dua arah. Sesuai yang dikemukakan oleh Yudhi Munadi (2008: 10) yang menuturkan ”Terjadinya komunikasi dua arah ialah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta”. Aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan bertanya, berpendapat merupakan tanda-tanda terjadinya komunikasi dua arah antara siswa dengan guru. Sikap responsif siswa dalam proses komunikasi tidak hanya merespon gurunya saja tetapi juga merspon siswa lainnya. Yudhi Munadi (2008: 10) menyatakan ”Sikap responsif siswa tentunya tidak hanya merespon guru saja tetapi dapat juga merespon siswa lain yang telah terlebih dahulu memberikan stimulus (pendapat, tanggapan, atau pertanyaan) dalam kondisi seperti ini maka telah terjadi komunikasi multi arah”. Artinya keaktifan siswa dalam kegiatan 23 bertanya dan berpendapat dibarengi dengan respon siswa dalam menjawab pertanyaan maupun menanggapi pendapat baik dari guru maupun dari siswa lain sehingga terjadi komunikasi multi arah. Menurut keterangan di atas, terdapat tiga jenis komunikasi yang berlangsung dalam pembelajaran, yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi multi arah. Proses komunikasi yang diharapkan terjadi dalam proses pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah dan multi arah. Proses komunikasi dua arah dapat terjadi jika siswa mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan kepada guru. Proses komunikasi multi arah dapat terjadi jika siswa merespon stimulus baik yang berasal dari guru maupun dari siswa lain yang diwujudkan dalam kegiatan menanggapi pendapat dan menjawab pertanyaan. Kegiatan siswa dalam berkomunikasi seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat merupakan bentuk keaktifan mental siswa. Komunikasi antara guru dan siswa terlihat pada Gambar 1. G G G S1 S1 S2 S3 S1 Komunikasi Satu Arah S2 S3 S3 S2 Komunikasi Dua Arah Komunikasi Multi Arah Gambar 1. Jenis-Jenis Proses Komunikasi (Yudhi Munadi, 2008: 10) Pembelajaran yang dapat mengakomodasi keaktifan berkomunikasi siswa tidak terlepas dari peran guru. Guru berperan penting agar komunikasi dalam proses pembelajaran berjalan efektif. Karadag dan Caliskan (2009: 3) mengemukakan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan guru untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi dalam kelas yaitu: 1) The teacher must use an explicit language and should abstain from language; 2) Teachers should analyze students' thoughts from their body 24 reactions, control their own body reactions and use body language consciously; 3) Teachers should annihilate the distracters which decrease the concern of student; 4) Teachers should have enough knowledge of method and techniques. They should teach all subjects and units; 5)Teachers should know the properties of tools and materials well and use them in a professional manner; 6) Teachers should conduct classes like a game in order to facilitate and motivate learning. Because children learn about life through games; 7) Teachers should choose tools and equipment that motivate students most; 8) Teachers should use the feedback mechanism in effective ways and should evaluate feedbacks instantly; 9) Other stimulants (lovely odours, wearing different clothes, etc.) should be applied; 10) Teachers should always come and leave the class on time (Karadag dan Caliskan, 2009: 3). Secara garis besar, agar komunikasi di dalam kelas berjalan efektif, guru diharapkan menguasai komunikasi dengan bahasa non verbal seperti bahasa tubuh. Pengetahuan mengenai teknik, metode, alat, dan media pembelajaran harus dikuasai guru. Guru diharapkan mengkondisikan kelas dalam suasana permainan dan diharapkan memberikan umpan balik (feedback). Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar jika terdapat keaktifan berkomunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya, sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Keaktifan berkomunikasi dalam pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi untuk kegiatan penyampaian pikiran yang meliputi kegiatan siswa mengajukan pertanyaan secara lisan, menjawab pertanyaan secara lisan, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat. B. Kerangka Berpikir Pembelajaran yang baik adalah yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran biologi di kelas X2 adalah rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah keaktifan berkomunikasi dalam pembelajaran yang tampak dari sangat pasifnya siswa dalam hal bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, menanggapi pendapat selama proses pembelajaran berlangsung. Akar permasalahannya adalah strategi pembelajaran yang digunakan belum mampu melibatkan keaktifan berkomunikasi siswa secara menyeluruh dan media pembelajaran yang digunakan kurang efektif. 25 Terkait dengan permasalahan di atas, perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Salah satu cara yang ditempuh adalah penerapan strategi pembelajaran aktif. Melalui pembelajaran aktif, siswa diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya fisik tetapi juga melibatkan mental. Keaktifan siswa baik fisik maupun mental dapat terakomodasi dalam pembelajaran aktif Card Sort. Siswa diminta aktif bergerak untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama dan siswa diberi kesempatan saling bertanya serta berpendapat dalam kerja kelompok kecil untuk selanjutnya mengomunikasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Penerapan pembelajaran aktif Card Sort dapat dilengkapi dengan penggunaan media. Media pembelajaran dapat merangsang keterlibatan siswa karena siswa dituntut untuk menggunakan indera secara optimal sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Media macromedia flash adalah sebuah program yang digunakan untuk membuat animasi yang sangat menarik. Adanya media macromedia flash, penyajian pelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat dibimbing untuk mengajukan pertanyaan, menjelaskan animasi yang diperlihatkan, berpendapat dan memberikan feedback baik menjawab pertanyan maupun menanggapi pendapat. Dengan penerapan strategi pembelajaran aktif Card dengan macromedia flash diharapkan dapat berkomunikasi siswa dalam pembelajaran Biologi. Sort dilengkapi meningkatkan keaktifan 26 Adapun kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini secara sederhana tampak sebagai berikut: Proses pembelajaran biologi di kelas. Strategi pembelajaran belum melibatkan keaktifan berkomunikasi siswa secara menyeluruh. Media pembelaja ran kurang efektif. Keaktifan berkomunikasi siswa dalam belajar biologi rendah. Penerapan pembelajaran aktif Card Sort dilengkapi macromedia flash. Merangsang keterlibatan siswa dalam bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan, dan menanggapi pendapat. Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Keaktifan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran biologi meningkat.