1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Aktif

advertisement
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Aktif Card Sort Dilengkapi Macromedia Flash
a. Pembelajaran Aktif
Standar proses pendidikan menyiratkan bahwa pembelajaran didesain
untuk membelajarkan siswa, yaitu menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Sistem pembelajaran yang berdasarkan standar proses pendidikan ditekankan pada
pendayagunaan asas keaktifan siswa dalam proses belajar untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Siswa dilibatkan secara aktif di dalam proses pembelajaran.
1) Pengertian Pembelajaran Aktif
Belajar merupakan suatu proses aktif dari pebelajar dalam membangun
pengetahuannya. Strategi pembelajaran yang tepat diperlukan untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang dapat menampung keaktifan siswa dalam membangun
pengetahuannya. Adapun salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan
adalah strategi pembelajaran aktif (active learning).
Istilah “active learning” mengacu kepada teknik instruksional interaktif
yang mengharuskan siswa melakukan pemikiran tingkat tinggi seperti
analisis, sintesis, dan evaluasi. … . Siswa yang terlibat dalam
pembelajaran aktif seringkali mengorganisasikan pekerjaannya,
informasi riset, diskusi dan menjelaskan gagasan, mengamati demo atau
fenomena, menyelesaikan masalah dan memformulasikan pertanyaan
yang dimilikinya (Anonim, 2008: 1).
Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran interaktif yang menuntut
siswa melakukan analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan menganalisis
merupakan kemampuan siswa dalam memahami hubungan dan mengenali bagianbagian dari suatu keseluruhan secara lebih jelas. Kemampuan melakukan sintesis
diwujudkan dalam kegiatan siswa mengkombinasikan unsur-unsur yang terpisah
menjadi bentuk kesatuan baru. Kemampuan evaluasi merupakan kemampuan
siswa untuk memberi penilaian terhadap fakta-fakta berdasarkan kriteria tertentu.
Tingkat berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi dapat diwujudkan dalam bentuk
8
kegiatan praktikum, pengamatan, diskusi, presentasi, menyusun pertanyaan dan
mengutarakan gagasan.
Kegiatan siswa seperti berdiskusi, mengungkapkan gagasan, dan
mengajukan pertanyaan di dalam pembelajaran aktif merupakan aktivitas yang
memunculkan adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan
siswa lainnya.
Sesuai dengan pendapat Ari Samadhi (2008: 1) yang
mengemukakan bahwa “Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran
yang memungkinkan mahasiswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran
itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar mahasiswa maupun mahasiswa
dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut”.
Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang diwarnai dengan
interaksi yaitu hubungan aktif multi arah antara siswa dengan guru maupun siswa
dengan siswa lainnya. Pembelajaran aktif dititikberatkan pada hubungan antara
individu satu dengan individu lainnya.
Selanjutnya Hartono (2008: 1) menyatakan ”Pembelajaran aktif (active
learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang
dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar
yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki”.
Karakteristik siswa berbeda-beda baik dari segi minat, kecerdasan dan usaha
belajar. Pembelajaran aktif ditujukan agar potensi siswa berkembang maksimal
dengan memperhatikan perbedaan individual sehingga mengantarkan siswa ke
arah pencapaian tujuan belajar.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diketahui bahwa
pembelajaran aktif adalah pembelajaran interaktif yang mengajak siswa berperan
secara aktif melalui pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi
untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya, baik dalam bentuk
interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru sehingga dapat dicapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa.
2) Kadar Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Kadar
pembelajaran aktif tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, akan tetapi
9
juga ditentukan oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional.
Sesuai dengan yang dikemukakan Wina Sanjaya (2008: 142) mengenai kadar
pembelajaran yang beriorientasi pada aktivitas siswa ditinjau dari proses
pembelajarannya yaitu:
a) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun
intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas
yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; b) Siswa belajar
secara langsung (experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara
langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti
merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain
sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk
kerja sama dan interaksi kelompok; c) Adanya keinginan siswa untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif; d) Keterlibatan siswa dalam
mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang
dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran; e) Adanya keterlibatan siswa
dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan,
berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama
proses pembelajaran berlangsung; e) Terjadinya interaksi yang multi-arah,
baik antara siswa dengan siswa atau guru dan siswa. Interaksi ini juga
ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya,
pembicaraan atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa
tertentu (Wina Sanjaya, 2008: 142).
Proses pembelajaran dikatakan pembelajaran berorientasi pada aktivitas
siswa bila keaktifan siswa tidak semata keaktifan siswa secara fisik, tetapi mental,
emosional dan intelektual siswa juga aktif. Keaktifan tersebut dapat diwujudkan
melalui pemberian pengalaman belajar yang nyata maupun dalam bentuk kerja
sama dan interaksi kelompok. Keterlibatan siswa dalam menciptakan suasana
belajar yang kondusif, memanfaatkan segala sumber belajar dan keterlibatan
siswa dalam kegiatan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, serta
mengungkapkan gagasan yang semakin tinggi maka maka semakin tinggi pula
kadar pembelajaran aktif. Begitu juga interaksi siswa dengan siswa ataupun siswa
dengan guru tidak hanya didominasi oleh siswa tertentu, namun dengan
keterlibatan siswa secara menyeluruh barulah proses pembelajaran tersebut
dikatakan memiliki kadar pembelajaran aktif yang tinggi.
Tingkatan keaktifan siswa dalam
belajar juga dikemukakan oleh
Silberman melalui paham belajar aktif. Silberman (1996: 1) menyatakan bahwa
10
“What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see,
and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand.
What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to
another, I master”. Menurut paham belajar aktif Silberman, untuk mempelajari
sesuatu dengan baik dalam belajar aktif, siswa perlu mendengarnya, melihatnya,
mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Tidak
hanya itu, siswa juga perlu mengerjakannya, yakni menggambarkan sesuatu
dengan caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikan
keterampilan, bahkan mengajarkannya kepada siswa lain.
Lebih lanjut Ueckert dan Gess-Newsome (2008: 2) menyatakan bahwa
“Active learning involves students in debating ideas, asking questions, comparing
answers to what is known, using evidence to develop explanations, considering
alternatives, and making ideas public while recognizing that explanations may
change following discussion”. Mengacu pada pendapat tersebut, pembelajaran
aktif di antaranya meliputi kegiatan siswa dalam bertanya, berdebat, dan
mengemukakan gagasan dalam kegiatan diskusi.
Pembelajaran aktif diorientasikan pada keaktifan siswa, baik aktif fisik,
mental, emosional, maupun intelektual. Keaktifan siswa dapat diwujudkan dalam
kegiatan
mengajukan
pertanyaan,
menjawab
pertanyaan,
mengemukakan
pendapat, dan mengajar siswa lain. Kegiatan tersebut dapat memunculkan
interaksi multi arah antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.
Semakin siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, semakin tinggi kadar
pembelajaran aktif.
3) Manfaat Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif memiliki kelebihan yang cukup nyata. Ada beberapa
hal yang didapatkan dari pembelajaran aktif, yaitu a) … menimbulkan positive
interdependence; b) … terdapat individual accountability; c) … memupuk social
skills. (Ari Samadhi, 2008: 2).
Positive interdependence (saling ketergantungan positif) akan muncul
karena konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara
bersama-sama melalui kegiatan aktif dalam belajar. Melalui pembelajaran aktif,
11
setiap individu diharuskan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar
diharuskan pula untuk mendapatkan penilaian untuk setiap siswanya, sehingga
terdapat adanya pertanggungjawaban individual (individual accountability).
Tingkat kerja sama yang tinggi diperlukan dalam pembelajaran aktif agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif sehingga dapat memupuk keterampilan
sosial di antara siswa.
b. Card Sort
Silberman mengemukakan 101 teknik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran aktif. Semuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas
sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu dari sekian
banyak teknik tersebut adalah pembelajaran Card Sort.
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007: 53)
menyatakan “Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan
untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang obyek atau
mereview informasi”. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Silberman (1996:
103) mengenai Card Sort yaitu “This is a collaborative activity that can be used
to teach concepts, classification characteristics, facts about objects, or review
information”. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui bahwa Card Sort
adalah salah satu teknik pembelajaran aktif berupa kegiatan kolaboratif yang
dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, karakteristik dari klasifikasi, fakta,
atau meninjau suatu informasi.
Menurut Silberman (1996: 103), prosedur pelaksanaan pembelajaran
Card Sort adalah sebagai berikut:
1) Give each students an index card containing information or an example
that fits into one or more categories; … . 2) Ask students to mill around the
room and find others whose card fits the same category ( You may announce
the categories beforehand or let students discover them); 3) Have students
with cards in the same category present themselves to the rest of the class;
4) As each category is presented, make any teaching point you think are
important (Silberman, 1996: 103).
Kartu indek dibutuhkan sebagai alat bantu dalam menerapkan
pembelajaran Card Sort untuk menuliskan informasi. Kartu berisi informasi
12
tersebut terdiri dari beberapa bahasan/kategori dan dibuat sesuai dengan jumlah
siswa. Sementara Hujair AH. Sanaky (2006: 6) menyatakan “Kartu tersebut terdiri
dari “kartu judul” dan “kartu bahasan dari judul” tersebut. Kartu judul biasanya
menggunakan HURUF KAPITAL dan kartu-kartu sub judul menggunakan huruf
non-kapital.”
Silberman
(2006:
170)
juga
mengemukakan
bahwa
penerapan
pelaksanaan pembelajaran Card Sort dapat divariasikan dengan memerintahkan
tiap kelompok untuk membuat presentasi pengajaran tentang kategorinya.
Presentasi kategori dilakukan setelah siswa dapat berkelompok dalam kategori
yang sama. Pelaksanaan presentasi kategori dapat dilakukan dengan cara
menempelkan kartu di papan tulis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Hujair AH. Sanaky (2006: 7), yang menyebutkan “… mahasiswa diminta untuk
menempelkan di papan tulis bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan
urutan-urutan bahasannya yang dipegang kelompok tersebut”.
Berdasarkan keterangan di atas, pembelajaran Card Sort dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Setiap siswa diberi kartu yang berisi informasi atau permasalahan yang cocok
dengan satu atau beberapa kategori.
2) Siswa diminta bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan
kartu dengan kategori yang sama yang dipegang oleh siswa lainnya.
3) Siswa berkelompok dalam satu kategori atau pokok bahasan yang sama.
4) Siswa dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori
masing-masing dengan cara menempelkan kartu bahasan dari kategorinya di
papan tulis.
5) Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, guru memberikan
penjelasan dan poin-poin penting terkait materi pelajaran.
Card Sort sebagai salah satu teknik pembelajaran aktif merupakan
pembelajaran dengan pemberian tugas dalam kerja kelompok kecil. Melalui
kegiatan pencarian kartu, pembahasan kategori dalam kerja kelompok, dan
presentasi, siswa dituntut menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa
13
dituntut untuk mengenali hubungan antara informasi pada kartu satu dengan
informasi pada kartu lainnya dan membentuknya sebagai sebuah kesatuan
kategori. Selanjutnya siswa diminta untuk menilai hasil kerja kelompoknya
sendiri dengan mengecek kebenaran urutan pembahasan kategori.
Selain keterlibatan siswa dalam berpikir tingkat tinggi, siswa juga terlibat
dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab selama pelaksanaan pembelajaran Card
Sort. Siswa dapat aktif mengemukakan ide saat membahas kategori dalam kerja
kelompok. Siswa dapat mengajarkan pengetahuan kepada siswa lainnya dan
saling mengajukan pertanyaan saat kegiatan presentasi kategori. Hal ini
menunjukkan di dalam suasana pembelajaran Card Sort telah terjadi interaksi
aktif siswa.
Menurut Hujair AH. Sanaky (2006: 7) tujuan dari pembelajaran Card
Sort adalah “untuk mengungkapkan daya “ingat” [recoll] terhadap materi
kuliah/pelajaran yang telah dipelajari mahasiswa/siswa”. Untuk itulah dalam
menerapkan pembelajaran Card Sort, materinya terlebih dahulu disampaikan
kepada siswa. Penyampaian materi akan lebih menarik perhatian siswa bila
disajikan dengan media pembelajaran yang interaktif dan menarik, salah satunya
adalah media macromedia flash.
c. Media Pembelajaran Macromedia Flash
1) Pengertian Media Pembelajaran
Kata ”media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata ”medium”, yang secara harfiah berarti ”perantara atau pengantar”. Media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:
12) bahwa ”Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan
(yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan”.
Penerima pesan di dalam proses pembelajaran adalah siswa. Pembawa
pesan atau media berinteraksi dengan siswa melalui indera. Siswa dirangsang
dengan media agar menggunakan inderanya untuk menerima informasi.
14
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 120) menyatakan ”Bila
media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan
manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan”. Media sebagai sumber belajar meliputi manusia,
benda, atau peristiwa yang dapat dijadikan sarana bagi siswa untuk mendapatkan
ilmu dan keterampilan. Sementara Yudhi Munadi (2008: 7-8) menyebutkan media
pembelajaran dapat dipahami sebagai ”Segala sesuatu yang dapat menyampaikan
dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diketahui bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu baik manusia, benda, maupun peristiwa yang
dapat menyalurkan pesan dari sumber belajar kepada siswa sebagai penerima
pesan sehingga memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan
serta dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
1) Manfaat Media Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan melalui media
dari sumber pesan ke penerima pesan adalah informasi atau materi pelajaran.
Kerumitan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa dapat
disederhanakan dengan bantuan media. Penggunaan media sebagai alat bantu
mengajar dapat membantu guru memberikan informasi pelajaran kepada siswa
dengan lebih baik.
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 14-15), media mampu
memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa
dan media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Objek yang sangat besar yang tidak dapat dibawa kelas dapat
digantikan dengan media. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan
media dalam bentuk yang disederhanakan. Media juga dapat menyajikan suatu
proses atau pengalaman hidup yang utuh. Manfaat media pembelajaran mengacu
pada pendapat tersebut adalah lebih kepada kerumitan dan kekomplekan materi
pelajaran yang dapat disederhanakan melalui media pembelajaran.
15
Sedangkan Nana Sudjana mengemukakan nilai-nilai praktis media
pengajaran sebagai berikut:
a) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir.
Karena itu mengurangi verbalisme. b) Dengan media dapat memperbesar
minat dan perhatian siswa untuk belajar. c) Dengan media dapat meletakkan
dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
d) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur
dan berkesinambungan. f) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu
berkembangnya kemampuan berbahasa. g) Memberikan pengalaman yang
tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya
efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. h) Bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa,
dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. i)
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap
jam pelajaran. j) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 137-138).
Berdasarkan pendapat di atas, secara garis besar media pembelajaran
bagi siswa berperan dalam peningkatan aktivitas siswa dan menumbuhkan tingkat
berpikir siswa ke arah yang lebih baik. Media juga dapat dijadikan sebagai
penunjang metode pembelajaran yang dilaksanakan guru, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bervariasi dan materi pelajaran pun dapat tersampaikan dengan
lebih jelas.
Media mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Penggunaan
media
pembelajaran
merupakan
salah
satu
upaya
untuk
mempertinggi interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan sumber belajarnya.
Oleh sebab itu fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar, yakni menunjang penggunaan strategi pembelajaran yang dipergunakan
guru.
2) Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang berkembang sekarang ini telah beragam
jenisnya, sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan. Menurut
Wina Sanjaya (2008: 172), dilihat dari sifatnya media dapat dibagi ke dalam:
16
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara; 2) Media
visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur
suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto,
transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak
seperti media grafis dan lain sebagainya; 3) Media audio visual, yaitu media
yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang
bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan
lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2008: 172).
Berdasarkan klasifikasi media di atas, media audio visual dianggap memiliki
kemampuan yang lebih baik dan lebih menarik. Hal itu karena media audio visual
mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua yaitu dapat
didengar dan dapat dilihat. Media audio visual yang sedang berkembang dewasa
ini tidak terlepas dari penggunaan komputer.
Media komputer semakin luas digunakan dalam dunia pendidikan.
Kemajuan kemampuan komputer yang secara cepat menyimpan, memproses
sejumlah besar informasi dan bergabung dengan media lain untuk menampilkan
serangkaian stimulasi audio visual menjadikan komputer sebagai media yang
dominan dalam bidang pembelajaran. Salah satu program yang dapat dijalankan
dalam pemanfaatan media komputer adalah macromedia flash.
3) Macromedia Flash
Menurut Siti Mutmainah dan Onno W. Purbo (2002: 1) “Flash
merupakan program grafis multimedia yang dibuat oleh perusahaan Macromedia
untuk keperluan pembuatan (khususnya) aplikasi web yang interaktif dan
menarik”. Sedangkan Abdur Rahman mengungkapkan bahwa:
Macromedia Flash MX merupakan sebuah program aplikasi standar
authoring tool profesional yang dikeluarkan oleh perusahaan internasional
Macromedia yang digunakan untuk membuat animasi vektor dan bitmap
yang sangat menakjubkan untuk keperluan pembangunan situs web yang
interaktif dan dinamis (Abdur Rahman, 2007: 32).
Berdasarkan keterangan di atas, dapat dimengerti bahwa macromedia flash
merupakan program grafis multimedia yang digunakan untuk membuat animasi
yang interaktif dan menarik.
Macromedia flash merupakan salah satu program
yang dapat
dipergunakan sebagai media pengajaran. Sebagai media pengajaran, program
17
flash termasuk media audio visual karena selain penyajian secara visual, flash
juga dapat dilengkapi dengan efek suara. Beberapa kemampuan yang dimiliki
macromedia flash menurut Siti Mutmainah dan Onno W. Purbo antara lain:
a) Animasi dan gambar yang dibuat dengan Flash akan tetap terlihat bagus
pada ukuran window dan resolusi layar berapa pun; b) Kecepatan gambar
atau animasi yang muncul lebih cepat dibandingkan dengan pengolah
animasi lainnya; c) Mampu menganimasi grafis yang rumit dengan sangat
cepat; d) Mudah diintregasikan dengan program Macromedia lainnya; e)
Dapat juga dipakai untuk membuat film pendek atau kartun, presentasi,
iklan, animasi logo, control navigasi, dll (Siti Mutmainah dan Onno W.
Purbo, 2002: 1-2).
Menurut Tim Litbang LPKBM MADCOMS (2004: 1-2) keunggulan
program macromedia flash dibanding program lain yang sejenis, antara lain: a)
Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain; b)
Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie; c) Membuat
perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain; d) Dapat membuat gerakan
animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan; e) Dapat dikonversi dan
dipublikasikan ke dalam beberapa tipe, di antaranya .swf, .html, .gif, .png, .exe,
.mov.
Berdasar kedua pendapat di atas, dapat dimengerti bahwa kelebihan
program flash terutama kemudahan dalam pembuatan animasi. Animasi yang
dibuat melalui program flash dapat didesain sedemikian rupa sehingga gerakan,
kecepatan, dan perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Animasi dari program flash dapat diubah ke dalam
tipe program lain dan dapat terlihat dengan jelas pada ukuran dan resolusi layar
berapa pun. Kelebihan flash dalam pembuatan animasi sangat menunjang
penggunaan flash sebagai media pembelajaran yang menarik.
Macromedia flash merupakan salah satu media yang tepat untuk
pembelajaran. Banyak keunggulan yang dipunyai media flash dibandingkan media
pembelajaran yang sejenis terutama Power Point. Penyajian pelajaran dengan
menggunakan media flash yang dilengkapi efek audio dan visual lebih menarik
perhatian siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Hal ini
didukung dengan hasil penelitian dari
Anisa Aji Ardiyanti (2008: 1) yang
18
menyatakan kelebihan dari macromedia flash yaitu “Program ini disertai dengan
gambar, animasi, serta suara yang membuat tampilan lebih menarik, interaktif,
atraktif dan praktis”.
Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki program flash, macromedia
flash juga memiliki beberapa kekurangan. Anisa Aji Ardiyanti (2008: 1) dalam
penelitiannya mengemukakan kekurangan program macromedia flash yaitu “a)
Membutuhkan keahlian khusus untuk membuat aplikasi dari program ini, apalagi
untuk materi matematika; b) Sulit melakukan editing dalam program ini”. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan Schrand (2008: 2) yaitu ”…the multimedia
animation was limited to creating simple graphic elements, such as labeled boxes,
block arrows, or even plain typed phrases, that could be clicked on with a mouse,
then dragged and dropped somewhere else on the screen”.
Program macromedia flash memiliki keterbatasan dalam hal pembuatan
unsur grafik sederhana. Keahlian dan penguasaan program macromedia flash
sangat diperlukan dalam pembuatan tampilan flash dengan berbagai animasi
mengingat pengeditan program animasi sulit untuk dilakukan. Penambahan frasa
baru harus diklik dengan mouse kemudian menghilangkan beberapa bagian pada
layar, sehingga dapat mengubah susunan program sebelumnya.
Kegiatan proses pembelajaran melalui pemanfaatan program software
dengan macromedia flash menggunakan komputer sebagai alat bantu dan juga
media proyeksi berupa digital projector atau Liquid Crystal Display (LCD). LCD
mampu memproyeksikan gambar dari komputer ke layar, dengan demikian dapat
dilihat dan diamati oleh seluruh siswa dalam kelas.
Penelitian lain mengenai media pembelajaran macromedia flash telah
dilakukan sebelumnya oleh Yeni Anjar Jayadi (2008: 80) tentang Penggunaan
Jurnal Belajar dengan Macromedia Flash dalam Pembelajaran Biologi untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: penggunaan jurnal belajar dengan
macromedia flash dapat meningkatkan kualitas pembelajaran materi ekosistem
dan pencemaran.
19
2. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran
a. Tinjauan Keaktifan
Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang
suatu pelajaran. Jika sistem pembelajaran tidak memberi kesempatan kepada
siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan
hakikat belajar. Keaktifan siswa sangat ditekankan dalam proses pembelajaran.
Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2001: 23), “Keaktifan adalah
kegiatan, kesibukan”.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran tidak hanya aktif fisik tapi juga aktif
mentalnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Martinis Yamin (2007:
81-82) yaitu ”Belajar aktif ditandai bukan hanya melalui keaktifan siswa yang
belajar secara fisik, namun juga keaktifan mental. Justru keaktifan mental
merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif dibandingkan
keaktifan fisik”. Memperjelas pendapat tersebut, Ferawatidewi (2008: 5)
mengungkapkan tanda-tanda keaktifan mental. Ferawatidewi (2008: 5)
menyatakan “Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan
mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental”.
Berdasar kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa peran aktif
siswa dalam pembelajaran meliputi keaktifan fisik dan keaktifan mental.
Keaktifan yang diutamakan dalam pembelajaran aktif adalah keaktifan mental
siswa. Keaktifan mental dapat ditunjukkan dengan kegiatan siswa dalam
bertanya, mengemukakan pendapat, dan merespon pendapat orang lain.
Sementara oleh ahli lain keaktifan siswa diperinci menjadi beberapa
golongan. Paul B. Diedrich membagi aktivitas belajar siswa menjadi 8 golongan
sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2)
Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3)
Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita,
karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya:
20
menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang
termasuk di dalamnya antata lain: melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental
activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan
soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional
activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2001: 99).
Berdasarkan uraian penggolongan jenis keaktifan siswa di atas, dapat
diketahui bahwa keaktifan siswa merupakan hal yang sangat kompleks. Beragam
jenis aktivitas dapat dilakukan siswa di sekolah. Keaktifan mental seperti kegiatan
siswa bertanya, berpendapat, dan merespon pendapat orang lain menurut
penggolongan keaktifan di atas termasuk ke dalam oral activities.
Mengacu pada beragamnya jenis keaktifan siswa, maka sistem
pembelajaran harus dapat didesain oleh guru secara sistematis, agar dapat
merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terutama keaktifan
mental siswa. Ferawatidewi (2008: 5) mengungkapkan ”Syarat berkembangnya
aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: ditertawakan atau
dimarahi jika salah”. Oleh karena itu, pembelajaran diupayakan guru agar dapat
menghilangkan penyebab ketakutan siswa, baik yang berasal dari guru maupun
dari siswa.
b. Tinjauan Komunikasi
Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif dalam rangka
membangun pengetahuan siswa. Interaksi selalu berkaitan dengan istilah
komunikasi. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang
berarti berpatisipasi atau memberitahukan.
Onong Uchjana Effendy (2006: 11) menyatakan pada hakikatnya proses
komunikasi adalah ”Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
(komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Lebih lanjut Onong Uchjana
Effendy (2006: 11) mendefinisikan yang dimaksud pikiran dan perasaan dalam
proses komunikasi yaitu ”Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan
lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian,
21
keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya
yang timbul dari lubuk hati”.
Proses komunikasi di dalamnya terkandung dua macam hal yang
disampaikan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) yaitu
pikiran dan perasaan. Pikiran merupakan gambaran dalam benak yang dapat
dituangkan dalam bentuk penyampaian pendapat, informasi, ide, saran,
pertanyaan dan lain-lain. Perasaan merupakan sesuatu yang muncul dari dalam
hati yang dapat diekspresikan dalam bentuk kemarahan, kekhawatiran,
keberanian, dan lain sebagainya.
Beberapa pendapat para ahli dalam Alo Liliweri (2007: 4) tentang
komunikasi adalah:
1) Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan
perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan secara lisan
maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa
tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling
kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan Weafer II 1992;
Liliweri, 2003). 2) Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2)
pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan,
bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan
kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain; (4) pengalihan
informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) pertukaran makna
antarpribadi dengan sistem simbol; dan (6) proses pengalihan pesan melalui
saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (Walhstrom, 1992:
Liliweri 2003).
Menurut beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi
merupakan proses pertukaran informasi, gagasan, pesan, dan perasaan yang
dapat berbentuk verbal dan non verbal melalui saluran, cara, alat, atau metode
tertentu dari komunikator kepada komunikan.
c. Keaktifan Berkomunikasi dalam Pembelajaran
Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya tidak
terlepas
dari
unsur-unsur
terjadinya
komunikasi.
Sardiman
(2001:
7)
mengemukakan bahwa ”Unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah
komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media”. Komunikator adalah
pengirim pesan dan komunikan adalah penerima pesan. Hubungan antara
22
komunikator dan komunikan adalah untuk menginteraksikan pesan. Pesan
tersebut disampaikan melalui saluran atau media.
Proses belajar mengajar di dalam kelas merupakan proses komunikasi.
Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 10) menyebutkan ”Guru yang sedang
mengajar berfungsi sebagai sumber pesan, sedangkan siswanya menjadi
penerimanya. Materi pelajaran yang diajarkan oleh guru adalah pesannya”. Proses
komunikasi semacam ini bukanlah suatu hal yang mutlak, tergantung respon
siswa terhadap proses komunikasi yang berlangsung dalam pembelajaran. Respon
siswa dalam proses komunikasi menentukan jenis-jenis komunikasi yang
berlangsung di dalam kelas.
Respon siswa yang pasif terhadap pembelajaran, yang ditunjukkan
dengan sikap siswa yang hanya diam mendengarkan penjelasan dari guru,
merupakan jenis komunikasi satu arah. Posisi siswa dalam komunikasi satu arah
hanya sebagai penerima pesan. Siswa tidak ada keinginan untuk mengungkapkan
yang ada dalam pikirannya, seperti mengekspresikan suatu pertanyaan atau
pernyataan.
Saat siswa mengajukan pertanyaan atau menyatakan pendapat, dalam
proses komunikasi semacam itu posisi siswa berubah menjadi sumber pesan.
Dengan cara demikian, proses komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa
berlangsung dua arah. Sesuai yang dikemukakan oleh Yudhi Munadi (2008: 10)
yang menuturkan ”Terjadinya komunikasi dua arah ialah apabila para pelajar
bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan
pertanyaan, diminta atau tidak diminta”. Aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan
bertanya, berpendapat merupakan tanda-tanda terjadinya komunikasi dua arah
antara siswa dengan guru.
Sikap responsif siswa dalam proses komunikasi tidak hanya merespon
gurunya saja tetapi juga merspon siswa lainnya.
Yudhi Munadi (2008: 10)
menyatakan ”Sikap responsif siswa tentunya tidak hanya merespon guru saja
tetapi dapat juga merespon siswa lain yang telah terlebih dahulu memberikan
stimulus (pendapat, tanggapan, atau pertanyaan) dalam kondisi seperti ini maka
telah terjadi komunikasi multi arah”. Artinya keaktifan siswa dalam kegiatan
23
bertanya dan berpendapat dibarengi dengan respon siswa dalam menjawab
pertanyaan maupun menanggapi pendapat baik dari guru maupun dari siswa lain
sehingga terjadi komunikasi multi arah.
Menurut keterangan di atas, terdapat tiga jenis komunikasi yang
berlangsung dalam pembelajaran, yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua
arah, dan komunikasi multi arah. Proses komunikasi yang diharapkan terjadi
dalam proses pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah dan multi arah.
Proses komunikasi dua arah dapat terjadi jika siswa mengemukakan pendapat dan
mengajukan pertanyaan kepada guru. Proses komunikasi multi arah dapat terjadi
jika siswa merespon stimulus baik yang berasal dari guru maupun dari siswa lain
yang diwujudkan dalam kegiatan menanggapi pendapat dan menjawab
pertanyaan. Kegiatan siswa dalam berkomunikasi seperti mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat
merupakan bentuk keaktifan mental siswa.
Komunikasi antara guru dan siswa terlihat pada Gambar 1.
G
G
G
S1
S1
S2
S3
S1
Komunikasi Satu Arah
S2
S3
S3
S2
Komunikasi Dua Arah
Komunikasi Multi Arah
Gambar 1. Jenis-Jenis Proses Komunikasi
(Yudhi Munadi, 2008: 10)
Pembelajaran yang dapat mengakomodasi keaktifan berkomunikasi siswa
tidak terlepas dari peran guru. Guru berperan penting agar komunikasi dalam
proses pembelajaran berjalan efektif. Karadag dan Caliskan (2009: 3)
mengemukakan
beberapa
kriteria
yang
perlu
diperhatikan
guru
untuk
meningkatkan interaksi dan komunikasi dalam kelas yaitu:
1) The teacher must use an explicit language and should abstain from
language; 2) Teachers should analyze students' thoughts from their body
24
reactions, control their own body reactions and use body language
consciously; 3) Teachers should annihilate the distracters which decrease
the concern of student; 4) Teachers should have enough knowledge of
method and techniques. They should teach all subjects and units;
5)Teachers should know the properties of tools and materials well and use
them in a professional manner; 6) Teachers should conduct classes like a
game in order to facilitate and motivate learning. Because children learn
about life through games; 7) Teachers should choose tools and equipment
that motivate students most; 8) Teachers should use the feedback
mechanism in effective ways and should evaluate feedbacks instantly; 9)
Other stimulants (lovely odours, wearing different clothes, etc.) should be
applied; 10) Teachers should always come and leave the class on time
(Karadag dan Caliskan, 2009: 3).
Secara garis besar, agar komunikasi di dalam kelas berjalan efektif, guru
diharapkan menguasai komunikasi dengan bahasa non verbal seperti bahasa
tubuh. Pengetahuan mengenai teknik, metode, alat, dan media pembelajaran harus
dikuasai guru. Guru diharapkan mengkondisikan kelas dalam suasana permainan
dan diharapkan memberikan umpan balik (feedback).
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar jika terdapat
keaktifan berkomunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
lainnya, sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Keaktifan berkomunikasi dalam
pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi untuk kegiatan penyampaian pikiran
yang meliputi kegiatan siswa mengajukan pertanyaan secara lisan, menjawab
pertanyaan secara lisan, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang baik adalah yang mampu melibatkan keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran
biologi di kelas X2 adalah rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa yang dimaksud adalah keaktifan berkomunikasi dalam
pembelajaran yang tampak dari sangat pasifnya siswa dalam hal bertanya,
menjawab pertanyaan, berpendapat, menanggapi pendapat selama proses
pembelajaran berlangsung. Akar permasalahannya adalah strategi pembelajaran
yang digunakan belum mampu melibatkan keaktifan berkomunikasi siswa secara
menyeluruh dan media pembelajaran yang digunakan kurang efektif.
25
Terkait dengan permasalahan di atas, perlu dilakukan inovasi
pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Salah satu
cara yang ditempuh adalah penerapan strategi pembelajaran aktif. Melalui
pembelajaran aktif, siswa diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran,
tidak hanya fisik tetapi juga melibatkan mental. Keaktifan siswa baik fisik
maupun mental dapat terakomodasi dalam pembelajaran aktif Card Sort. Siswa
diminta aktif bergerak untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama dan
siswa diberi kesempatan saling bertanya serta berpendapat dalam kerja kelompok
kecil untuk selanjutnya mengomunikasikan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas.
Penerapan pembelajaran aktif Card Sort dapat dilengkapi dengan
penggunaan media. Media pembelajaran dapat merangsang keterlibatan siswa
karena siswa dituntut untuk menggunakan indera secara optimal sehingga siswa
dapat aktif dalam pembelajaran. Media macromedia flash adalah sebuah program
yang digunakan untuk membuat animasi yang sangat menarik. Adanya media
macromedia flash, penyajian pelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa
sehingga siswa dapat dibimbing untuk mengajukan pertanyaan, menjelaskan
animasi yang diperlihatkan, berpendapat dan memberikan feedback baik
menjawab pertanyan maupun menanggapi pendapat.
Dengan penerapan strategi pembelajaran aktif Card
dengan
macromedia
flash
diharapkan
dapat
berkomunikasi siswa dalam pembelajaran Biologi.
Sort dilengkapi
meningkatkan
keaktifan
26
Adapun kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini secara
sederhana tampak sebagai berikut:
Proses
pembelajaran
biologi di
kelas.
 Strategi
pembelajaran
belum melibatkan
keaktifan
berkomunikasi
siswa secara
menyeluruh.
 Media pembelaja
ran kurang efektif.
Keaktifan
berkomunikasi
siswa dalam
belajar biologi
rendah.
Penerapan
pembelajaran aktif
Card Sort dilengkapi
macromedia flash.
Merangsang
keterlibatan siswa
dalam bertanya,
berpendapat,
menjawab
pertanyaan, dan
menanggapi
pendapat.
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
Keaktifan
berkomunikasi
siswa dalam
pembelajaran
biologi
meningkat.
Download