1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten

advertisement
1
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6º21’-7º10’
Lintang Selatan dan 104º48’-106º11’ Bujur Timur, memiliki luas wilayah
274.689,91 ha, atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten dengan panjang
pantai mencapai 307 km (Pemerintah Kabupaten Pandeglang 2007). Perairan
Teluk Lada Panimbang yang terletak di Kabupaten Pandeglang memiliki potensi
perikanan yang sangat besar. Selain kaya dengan jenis ikan dan crustase, perairan
ini juga kaya akan moluska khususnya bivalvia. Menurut Suwandana (2007)
Teluk Lada Panimbang merupakan salah satu pusat kekerangan di Provinsi
Banten.
Bivalvia merupakan salah satu kelas kedua terbesar dari filum moluska
setelah gastropoda yaitu sebanyak 31.000 spesies. Bivalvia termasuk kedalam
hewan sesil yang tersebar di perairan pesisir seperti estuari, dengan dasar perairan
lumpur bercampur pasir. Beberapa spesies bivalvia hidup pada substrat yang lebih
keras seperti lempung, kayu atau batu, air tawar serta sedikit yang hidup di
daratan (Russel-Hunter 1983 in Pratami 2005).
Jenis-jenis bivalvia yang banyak dijumpai di perairan Teluk Lada
Panimbang diantaranya adalah kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu
(Anadara antiquata), Meretrix meretrix dan kerang hijau (Perna viridis). Jenisjenis kerang tersebut merupakan jenis kekerangan yang memiliki nilai ekonomis
penting. Menurut Anonim (2009) kerang merupakan salah satu komoditas
perikanan yang memiliki nilai gizi yang lengkap. Selain mengandung protein
hewani yang relatif tinggi, kerang juga mengandung asam-asam lemak tidak jenuh
essensial dan mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia.
Potensi kerang di suatu perairan dapat dilihat dari kelimpahan, sebaran dan
keragaman jenisnya. Adapun kelimpahan, sebaran dan keragaman jenis spesies
tersebut dipengaruhi oleh karakteristik habitat seperti kondisi perairan dan jenis
substrat. Menurut Budiman (1985) in Pratami (2005) pola sebaran beberapa jenis
moluska yang dominan dipengaruhi oleh substrat tempat hidup, frekuensi, serta
lama ketergenangan pasang surut. Dalam suatu habitat perairan, kondisi substrat
2
dan kualitas perairan yang baik akan mendukung keanekaragaman bivalvia dan
adanya keseimbangan distribusi spesies.
Habitat memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup biota perairan.
Selain sebagai tempat hidup, habitat berperan sebagai tempat berkembang biak
dan pemasok makanan. Oleh karena itu kondisi suatu habitat memiliki pengaruh
yang besar terhadap kestabilan komunitas yang ada didalamnya. Karakterisitik
habitat dipengaruhi oleh faktor alam maupun aktivitas manusia di sekitar perairan.
Berbagai aktivitas di sekitar perairan Teluk Lada yang dapat mempengaruhi
terjadinya perubahan lingkungan diantaranya PLTU, kegiatan penangkapan,
industri kecil, pemukiman dan transportasi. Limbah organik maupun anorganik
yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan tersebut akan mempengaruhi kondisi fisika
kimia perairan dan juga sedimen atau substrat sebagai tempat kerang
membenamkan diri. Substrat merupakan tempat tinggal dan pemasok sumber
makanan bagi hewan maupun tumbuhan yang hidup di dasar perairan. Setiap tipe
substrat memiliki kandungan bahan organik yang berbeda-beda, oleh karena itu
tipe substrat sangat mempengaruhi penyebaran, kepadatan, dan komposisi hewan
bentik.
Perubahan lingkungan menyebabkan setiap spesies dari bivalvia akan
memberikan respon yang berbeda dengan cara penyesuaian diri yang berbeda
pula. Setiap jenis bivalvia memiliki daya adaptasi yang berbeda terhadap
habitatnya. Toleransi atau sensitifitasnya terhadap perubahan lingkungan akan
berpengaruh pada
komposisi maupun kelimpahan setiap spesies tersebut di
habitatnya.
1.2. Perumusan Masalah
Panimbang merupakan pusat kekerangan di provinsi Banten. Produksi
kerang di Panimbang berasal dari kegiatan budidaya maupun dari hasil tangkapan
nelayan. Di sekitar perairan Teluk Lada, budidaya kerang belum berkembang
dengan baik sehingga pasokan kerang yang paling utama adalah dari hasil
tangkapan nelayan. Eksploitasi kerang di Teluk Lada tersebut dilakukan terusmenerus tanpa didukung dengan upaya pengelolaan untuk meningkatkan atau
setidaknya mempertahankan keberadaan komunitas bivalvia tersebut di alam. Saat
3
ini tangkapan kerang di Panimbang semakin menurun. Tangkapan yang semakin
menurun tersebut diduga karena jumlah populasi kerang di perairan tersebut sudah
mulai menurun.
Terganggunya habitat diduga menjadi salah satu faktor pemicu
menurunnya populasi kerang di perairan Teluk Lada. Habitat merupakan penentu
kelangsungan hidup biota perairan karena selain sebagai tempat hidup, habitat
juga berperan sebagai tempat berkembang biak dan pemasok makanan. Terjadinya
perubahan pada kondisi sedimen maupun kondisi kimia-fisika perairan akan
mengakibatkan terganggunya habitat. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
perubahan pada habitat kerang adalah:
1. Adanya masukan limbah organik maupun non organik dari muara sungai
maupun dari kegiatan-kegiatan yang yang berlangsung di sekitar Teluk
Lada seperti industri kecil, PLTU, transportasi dan pemukiman penduduk.
Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan pada kondisi fisika kimia
perairan dan dapat juga menyebabkan terjadinya sedimentasi.
2. Penangkapan secara terus-menerus dan penggunaan alat tangkap yang
tidak ramah lingkungan akan mempengaruhi kondisi sedimen atau
substrat. Kestabilan substrat akan dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan
yang dilakukan terus-menerus karena substrat teraduk oleh alat tangkap.
Perubahan lingkungan tersebut menyebabkan organisme bivalvia di
perairan ini akan memberikan respon dan adaptasi yang berbeda. Ada beberapa
spesies yang memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi terhadap kondisi
perairan yang buruk dibandingkan dengan spesies lain. Spesies yang memiliki
daya tahan tinggi terhadap perubahan lingkungan akan memiliki kelimpahan yang
lebih besar pula sedangkan organisme yang tidak dapat beradaptasi akan memiliki
kelimpahan yang lebih sedikit.
Informasi mengenai pola sebaran bivalvia berdasarkan tipologi habitat di
perairan Teluk Lada tersebut sangat penting mengingat lingkungan yang selalu
berubah yang menyebabkan komunitas bivalvia juga akan mengalami perubahan.
Selain itu informasi tersebut akan bermanfaat dalam menunjang kegiatan
budidaya sebagai pertimbangan dalam menentukan spesies yang sesuai untuk
dibudidayakan pada habitat tertentu.
4
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi komunitas Bivalvia
melalui kajian komposisi jenis, kepadatan, keanekaragaman, keseragaman,
dominansi, pola sebaran jenis bivalvia. Selain itu untuk mengetahui kondisi
habitat termasuk faktor-faktor fisika dan kimia perairan serta tekstur substrat di
perairan Teluk Lada Panimbang sebagai dasar rencana pengelolaan sumberdaya
bivalvia.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kepadatan, kenekaragaman, sebaran bivalvia serta kondisi lingkungan yang sesuai
bagi biota tersebut sebagai pertimbangan untuk pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan di perairan Teluk Lada Panimbang.
Download