PPT Metode Penelitian Kualitatif

advertisement
Modul Perkuliahan I
Modul ke:
01
Metode Penelitian Kualitatif
Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah
Fakultas
ILMU
KOMUNIKASI
Program Studi
Public Relations
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm
Judul Sub Bahasan
• Proses Berfikir Ilmiah
• Pengertian Penelitian Ilmiah
Pendahuluan
• Secara etimologis, kata "ilmu" berasal dari kata Latin “scientia”
berarti pengetahuan. Sains mengacu pada struktur sistematis dan
terorganisir dari pengetahuan dalam bidang penyelidikan yang
diperoleh dengan menggunakan "metode ilmiah".
• Ilmu dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar: ilmu alam
dan ilmu sosial.
• Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu benda alami atau fenomena,
seperti cahaya, benda, materi, bumi, benda langit, atau tubuh
manusia. Ilmu alam dapat lebih diklasifikasikan ke dalam ilmu fisika,
ilmu bumi, ilmu kehidupan, dan lain-lain.
• Ilmu sosial adalah ilmu orang atau koleksi orang, seperti kelompok,
perusahaan, masyarakat, atau ekonomi, dan perilaku individu atau
kolektif mereka. Ilmu sosial dapat diklasifikasikan ke dalam disiplin
ilmu seperti psikologi (ilmu perilaku manusia), sosiologi (ilmu
kelompok sosial), dan ekonomi (ilmu perusahaan, pasar, dan
ekonomi).
• Ilmu-ilmu alam berbeda dari ilmu-ilmu sosial dalam beberapa hal.
Ilmu alam sangat tepat, akurat, deterministik, dan independen dari
orang yang membuat pengamatan ilmiah. ilmu-ilmu sosial,
cenderung kurang akurat, kurang deterministik, atau ambigu
(Bhattacherjee, 2012: 2).
• Telah sejak lama manusia berusaha untuk memperoleh kebenaran
(truth), mengetahui (knowledge), memahami (understandingcomprehension),
menjelaskan
(explanation),
meramalkan
(prediction), mengendalikan (controled) atas semua gejala-gejala
yang ada dalam realitas disekelilingnya dan menerapkan (aplication)
dari semuanya itu.
• Kemampuan berfikir yang mengejawantah dalam cara berfikir yang
mentradisi dalam memperoleh kebenaran ilmu-cara pandang yang
berbeda alih-alih akan membedakan perspektif dalam memperoleh
kebenaran keilmuan tersebut. Perbedaan perspektif tersebut akan
membedakan penafsiran apa hakekat realitas (ontologis).
• Masing-masing ilmuwan memiliki cara pandang, cara menafsirkan,
kerangka pemikiran, orientasi berfikir, interpretasi, pemahaman,
worldview yang tertuang dalam definisi, teori-teori dan dalam
tataran keilmuan disebut dengan paradigma.
• Perbedaan paradigma tersebut akan membedakan bagaimana
mengetahui-bagaimana hubungan peneliti dan yang diteliti dalam
memperoleh kebenaran ilmiah (epistemologis) yang secara
operasional tertuang dalam “Ilmu-ilmu untuk memperoleh
kebenaran (metodologis)” dan metodologi menentukan bagaimana
cara memperoleh kebenaran (metode) dan metode menentukan
tekhnik-teknik penelitian (seperangkat teknik penelitian) yang
mendukung metode yang kita gunakan.
• Bagaimana peranan nilai dalam penelitian (aksiologis), penelitian
kuantitatif cenderung bebas nilai-tidak berpihak untuk mendapatkan
obyektifitas. Sedangkan penelitian kualitatif ilmu tidak bebas nilai,
peneliti maupun sumber data memiliki pandangan, keyakinan, nilai,
kepentingan, kebutukan, persepsi, konsepsi yang berbeda-beda,
sehingga masing-masing akan terikat oleh karakteristik intrinsik nilai
yang dimiliki masing-masing.
• Paradigma menurut Anderson dalam Mulyana (2001:9) adalah:
ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu
pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat kriteria
yang sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan
metode serupa.
• Perspektif subyektif ini mempengaruhi persepsi dan tindakan
penelitian dalam memperoleh kebenaran yang dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif. Perspektif obyektif ini
mempengaruhi persepsi dan tindakan penelitian dalam
memperoleh kebenaran dilakukan dengan menggunakan metode
kuantitatif.
Karakteristik Pengetahuan Ilmiah
1. Orde; Suatu fenomena/gejala alam yang ditangkap pancaindra
(atau dengan alat bantu) sebagai sesuatu yang teratur dan berjalan
dalam pola tertentu.
2. Determinisme; ilmu percaya bahwa setiap peristiwa mempunyai
sebab, determinan, atau antesenden (pendahulu) yang dapat
diselidiki.
3. Parsimoni (kesederhanaan), setiap ilmu pengetahuan harus dapat
mengambarkan maupun menjelaskan gejala yang komplek dalam
bentuk yang sederhana-yang mudah dipahami.
4. Empiris; Demikian juga bahwa kesimpulan yang berlaku umum
tersebut harus didasarkan pengamatan (observasi) atau
eksperimen, tidak didasarkan pada dugaan maupun pendapat
spekulatif tetapi berdasarkan fakta atau data dari gejala yang
diteliti.
5. Obyektif; artinya temuan-temuan tersebut memungkinkan orang
lain dapat menguji ulang generalisasi tersebut pada waktu, tempat,
cara dan situasi yang lain. Demikian juga temuan-temuan tersebut
disajikan “apa adanya” tanpa jugment subyektif peneliti.
Pengetahuan ilmiah dapat diperoleh dengan suatu cara yang telah
teruji kemampuannya mengungkap “yang benar”. Cara tersebut
tersistematiskan dalam tata langkah/prosedur, yang disusun dalam
teori/ilmu bagaimana memperoleh kebenaran ilmiah - bagaimana
melakukan penelitian ilmiah, yaitu metodologi.
Proses dan sejarah Berfikir Ilmiah
• Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk
akal. Empiris: dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang
dapat dipertanggungjawabkan. (Hillway,1956).
• Berpikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan
dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses
kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan
teori dan/atau generalisasi.
• Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya dan
selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Adapun pengetahuan
adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi
tentang kebenaran atau fakta.
• Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya setiap
pengetahuan belum tentu ilmu. Untuk itu, terdapat syarat-syarat
yang membedakan ilmu (science)
dengan pengetahuan
(knowledge), yaitu ilmu harus ada obyeknya, terminologinya,
metodologinya, filosofinya, dan teorinya yang khas. Di samping itu,
ilmu juga harus memiliki objek, metode, sistematika, dan mesti
bersifat universal.
• Hukum ilmiah atau teori (diperoleh) melalui
proses logika dan bukti. Logika (teori) dan
bukti (pengamatan) adalah dua – dan
memang hanya dua - pilar di mana
pengetahuan ilmiah didasarkan. Dalam ilmu,
teori dan pengamatan saling terkait dan
tidak bisa ada tanpa satu sama lain.
• Teori memberikan arti dan makna apa kita
amati, serta pengamatan membantu
memvalidasi, atau memperbaiki teori yang
ada atau menyusun teori baru. Cara lain
akuisisi pengetahuan, seperti iman atau
otoritas tidak dapat dianggap sebagai ilmu.
• Pada masa-masa awal penyelidikan manusia, pengetahuan biasanya
diakui dalam hal ajaran teologis berdasarkan iman. Ini ditentang
oleh para filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles, dan Socrates pada
abad ke-3 sebelum masehi, yang menyarankan bahwa sifat dasar
menjadi dan dunia dapat dipahami lebih akurat melalui proses
penalaran logis sistematis yang disebut rasionalisme.
• Pergeseran besar berikutnya dalam pemikiran ilmiah terjadi selama
abad ke-16, ketika filsuf Inggris Francis Bacon (1561-1626)
mengemukakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh dari
pengamatan di dunia nyata. Berdasarkan premis ini, Bacon
menekankan akuisisi pengetahuan sebagai kegiatan empiris (bukan
sebagai kegiatan penalaran), dan dikembangkan empirisme sebagai
cabang berpengaruh filsafat.
• Empirisme terus berbenturan dengan rasionalisme sepanjang abad
pertengahan, para filsuf mencari cara yang paling efektif untuk
memperoleh pengetahuan yang valid.
• Galileo (1564-1642) mungkin yang pertama untuk menyatakan
bahwa hukum-hukum alam yang matematika, dan memberikan
kontribusi untuk bidang astronomi melalui kombinasi inovatif
eksperimen dan matematika.
• Pada abad 18, filsuf Jerman Immanuel Kant berusaha untuk
menyelesaikan sengketa antara empirisme dan rasionalisme dalam
buku “Critique of Pure Reason”, dengan mengatakan bahwa
pengalaman adalah murni subjektif dan memprosesnya
menggunakan akal murni tanpa menggali pertama ke sifat subjektif
dari pengalaman akan memimpin untuk ilusi teoritis.
Positivist vs Antipositivist vs Postpositivist
• Pada awal abad ke-20, sudut pandang positivisme yang kuat ditolak
oleh sosiolog interpretatif (antipositivists) yang berasal dari sekolah
pemikiran idealisme Jerman.
• Positivisme itu biasanya disamakan dengan metode penelitian
kuantitatif seperti eksperimen dan survei dan tanpa komitmen
filosofis eksplisit, sementara Antipositivisme menggunakan metode
kualitatif seperti wawancara terstruktur dan observasi partisipatif.
• Bahkan praktisi positivisme, seperti sosiolog Amerika Paul
Lazarsfield yang merintis penelitian survei skala besar dan teknik
statistik untuk menganalisis data survei, mengakui potensi masalah
bias pengamat dan keterbatasan struktural dalam penyelidikan
positivis.
• Pada pertengahan menjelang akhir abad ke-20, kedua sekolah
pemikiran positivis dan antipositivist menjadi sasaran kritik dan
modifikasi. Filsuf Inggris Sir Karl Popper menyarankan bahwa
pengetahuan manusia tidak didasarkan pada yang “tak tertandingi”,
“pondasi batuan padat”, melainkan pada serangkaian dugaan
sementara bahwa tidak pernah dapat dibuktikan secara meyakinkan,
tetapi hanya terbukti tidak benar. Bukti empiris adalah dasar untuk
menyanggah dugaan tersebut atau "teori."
• Sikap metatheoretical ini, disebut postpositivisme (atau
postempiricism), menyalahkan positivisme dengan menyatakan
bahwa tidak mungkin untuk memverifikasi kebenaran meskipun ada
kemungkinan untuk menolak keyakinan yang salah, meskipun
mempertahankan gagasan positivis kebenaran obyektif dan
penekanannya pada metode ilmiah.
• Sikap metatheoretical ini, disebut postpositivisme (atau
postempiricism), menyalahkan positivisme dengan menyatakan
bahwa tidak mungkin untuk memverifikasi kebenaran meskipun ada
kemungkinan untuk menolak keyakinan yang salah, meskipun
mempertahankan gagasan positivis kebenaran obyektif dan
penekanannya pada metode ilmiah.
• Demikian juga, antipositivists juga telah dikritik karena mencoba
hanya untuk memahami masyarakat tetapi tidak mengkritisi dan
mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
• Akar pikiran ini terletak di Das Capital, ditulis oleh filsuf Jerman Karl
Marx dan Friedrich Engels, yang dikritik masyarakat kapitalistik
dianggap sebagai ketidakadilan sodial dan tidak efisien, dan mereka
merekomendasikan menyelesaikan ketidakadilan ini melalui konflik
kelas dan revolusi proletar. Marxisme terinspirasi revolusi sosial di
negara-negara seperti Jerman, Italia, Rusia, dan China, tetapi
umumnya gagal untuk mencapai kesetaraan sosial yang dicitacitakan.
• Penelitian kritis (juga disebut teori kritis) dikemukakan oleh Max
Horkheimer dan Jurgen Habermas dalam abad ke-20,
mempertahankan ide-ide serupa mengkritisi dan menyelesaikan
kesenjangan sosial, dan menambahkan bahwa orang bisa dan sadar
harus bertindak untuk mengubah keadaan sosial dan ekonomi
mereka, meskipun kemampuan mereka untuk melakukannya
dibatasi oleh berbagai bentuk dominasi sosial, budaya dan politik.
• Penelitian kritis mencoba untuk mengungkap dan mengkritik kondisi
ketat dan mengasingkan dari status quo dengan menganalisis
oposisi, konflik dan kontradiksi dalam masyarakat kontemporer, dan
berusaha untuk menghilangkan penyebab keterasingan dan
dominasi (yaitu, membebaskan kelas tertindas).
Metodologi dan Metode Ilmiah
• Penelitian Ilmiah menurut Rahmat (1999:8); rangkaian pengamatan
yang sambung menyambung, terakumulasi, dan melahirkan teoriteori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena.
• Tujuan dari penelitian ilmiah adalah untuk menemukan hukum dan
postulat teori yang dapat menjelaskan fenomena alam atau sosial,
atau dengan kata lain, membangun pengetahuan ilmiah.
• Penelitian ilmiah beroperasi pada dua tingkat: tingkat teoritis dan
tingkat empiris. Tingkat teoretis berkaitan dengan pengembangan
konsep-konsep abstrak tentang fenomena alam atau sosial dan
hubungan antara konsep-konsep (membangun "teori"), sementara
tingkat empiris berkaitan dengan pengujian konsep teoritis dan
hubungan untuk melihat seberapa baik mereka mencerminkan
pengamatan realitas kita, dengan tujuan akhirnya membangun teori
yang lebih baik.
Perputaran Penelitian (Research Cycle)
Penelitian induktif dan deduktif adalah dua bagian dari siklus penelitian yang
terus-menerus melakukan iterasi antara teori dan pengamatan. Anda tidak
dapat melakukan penelitian induktif atau deduktif jika Anda tidak akrab
dengan kedua teori dan data komponen penelitian. Tentu, seorang peneliti
yang lengkap adalah salah satu yang dapat melintasi siklus penelitian seluruh
dan dapat menangani kedua penelitian induktif dan deduktif.
• Istilah metodologi dan metode sering diangap sama sehingga
digunakan secara terbalik-balik.
• Supardi (2000:1-2) Research berasal dari kata “re” – artinya kembali,
lagi, berulang-ulang, dan “search” berarti “mencari”, jadi research
berarti mencari dan mencari lagi, dalam hal ini mencari kebenaran.
• Sedangkan kata “metodologi” berasal dari kata “method” dan “logy”.
Method berakar pada kata “meto-“ dan “kodos” , meto dapat
diartikan sebagai “jalan atau cara”, sedangkan kodos dapat diartikan
bermacam-macam (sebagai ilustrasi kodos seperti kunci, masingmasing barang (masalah) hanya dapat dibuka dengan kunci
tertentu, masing-masing masalah hanya dapat dibuka dengan alat
atau cara tertentu).
• Metode penelitian ilmiah merupakan berbagai prosedur yang
menunjukan pola-pola dan langkah-langkah dalam pelaksanaan
suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian ilmiah didukung oleh
beberapa teknik penelitian (suatu cara operasional dan teknis yang
lebih terinci dalam melakukan penelitian) misalnya teknik penarikan
sampel, teknik pengumpulan data, penyusunan skala, tabulasi data,
teknik analisa dan sebagainya.
• Secara sederhana metodologi penelitian merupakan ilmu-ilmu
bagaimana memperoleh kebenaran dengan penelitian atau teoriteori tentang metode penelitian, atau seperangkat pengetahuan
yang sistematis tentang metode penelitian, sedangkan metode
penelitian adalah cara-cara yang lebih terperinci bagaimana
melakukan penelitian.
Perbedaan Riset Ilmiah dan Riset Sehari-hari
Referensi
Bhattacherjee, Anol (2012). Social Science Research: Principles,
Methods, and Practices, 2nd edition. University of South
Florida, USA.
Mulyana, Dedy (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rakhmat ,Jalaludin (1999). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Terima Kasih
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm
Download