SKOR NEUTROPHIL ALKALINE PHOSPHATASE PADA WANITA HAMIL, WANITA TIDAK HAMIL DAN PRIA NEUTROPHIL ALKALINE PHOSPHATASE SCORE IN PREGNANT, NON PREGNANT WOMEN, AND MEN Iwan Wolter Joseph1, Mansyur Arif1, Agus Alim Abdullah1, Satriono2, Isharyah Sunarno3, Benny Rusli1 1 Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, 2Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, 3Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi: Iwan Wolter Joseph Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 08124474546 Email: [email protected] Abstrak Perbedaan skor Neutrophil Alkaline Phosphatase (NAP) pada beberapa penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi pada wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis skor NAP pada wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria. Penelitian dilakukan di RS UNHAS Makassar dan RSUD Pangkep. Metode penelitian bersifat cross sectional, dilakukan selama periode bulan September sampai November 2013. Pemeriksaan skor NAP dilakukan di Instalasi Laboratorium Patologi Klinik RS UNHAS Makassar. Skor NAP ditentukan dengan pewarnaan sitokimia yang dievaluasi secara mikroskopik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor NAP pada wanita hamil (184,1±36,9) lebih tinggi daripada wanita tidak hamil (68,2±25,0) dan secara statistik hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan skor NAP yang bermakna antara kedua kelompok yaitu p=0,001. Hasil rerata skor NAP pada wanita tidak hamil (68,2±25,0) lebih tinggi daripada pria (44,0±24,2) tetapi secara statistik hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok yaitu p=0,92. Skor NAP yang didapatkan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar sebagai nilai rujukan pada kelompok wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria. Disarankan penelitian lebih lanjut pada beberapa keadaan patologis. Kata kunci : Skor NAP, wanita hamil, wanita tidak hamil, pria Abstract The difference of Neutrophil Alkaline Phosphatase (NAP) score on several studies have shown varying result in pregnants, non pregnants women and men. The aim of this study was to analyze NAP score in pregnants, non pregnants women and men. This research was performed on Hasanuddin University Hospital Makassar and Pangkep Regency General Hospital. It was a cross sectional study, performed during September until November 2013. NAP score assays were performed on Clinical Pathology Laboratory Instalation at Hasanuddin University Hospital Makassar, was determined by cytochemistry staining which were evaluated by using light microscope. The results of this study showed that the mean of NAP score were higher in pregnants (184.1+36.9) than in non pregnants women (68.2+25.0) and the result of t test showed siqnificantly difference between both groups (p=0.001). The mean of NAP score in non pregnants women (68.2+25.0) higher than in men (44.0+24.2) but the result of t test showed no significant difference between those groups (p=0.92). NAP score analyzed this study may be used as the base of reference value in pregnants, non pregnants women and men. We recommend further study of NAP score in several pathologic conditions. Keyword: NAP score, pregnants, non pregnants, men PENDAHULUAN Neutrophil Alkaline Phosphatase (NAP) atau disebut juga Leukocyte Alkaline Phosphatase (LAP) merupakan suatu monophosphoesterase yang biasanya terdapat dalam neutrofil matang pada individu sehat. Pemeriksaan skor NAP sitokimia berdasarkan pada intensitas pewarnaan (dinilai secara visual) dengan jumlah granula positif dalam sitoplasma neutrofil (Kanegae et al., 2007). Kehamilan normal melibatkan banyak perubahan fisiologi maternal termasuk perubahan aktivitas NAP. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas NAP meningkat pada kehamilan dibandingkan orang dewasa (Wickramasinghe et al., 2011). Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan hormonal pada kehamilan (Rosner et al., 1965). Kehamilan merupakan kondisi seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam rahimnya, antara 39 sampai 40 minggu, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan (Wibowo, 2006). Nilai NAP rata-rata lebih tinggi pada wanita daripada pria. Tidak ada perbedaan yang signifikan aktivitas NAP antara laki-laki dan perempuan sampai masa pubertas (Makinoda et al., 2008). Nilai NAP pada wanita setelah menopause hampir sama dengan pria. Wanita yang diobati dengan androgen memiliki aktivitas NAP lebih rendah daripada wanita kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hormon androgenik menghambat enzim NAP dan hormon lain juga mempengaruhi aktivitasnya. Kisaran skor NAP pada orang normal bervariasi pada beberapa penelitian yaitu 14-100 (Hayhoe et al., 1958), 37-98 (Rutenberg et al., 1965), 5-25 (Beal et al., 1967), 13-160 (Kaplow, 1968), 10-98 (Mackie et al., 1979), 11-134 (Bendix-Hansen et al., 1985) dan 12-158 (Kanegae et al., 2007). Penelitian Beal et al. (1967) menunjukkan kisaran skor NAP pada kehamilan normal adalah 28-145. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan pola 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2007 adalah pasien dengan penyakit infeksi dan parasit tertentu menempati urutan pertama dan merupakan penyakit yang menempati urutan kedua sebagai penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit pada tahun 2007 maupun 2008 (Pusat Data dan Informasi, 2009). Kasus CML dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, sebagian besar terjadi pada orang dewasa dan frekuensi insidennya meningkat dengan usia (The Leukemia & Lymphoma Society, 2012). Skor NAP dapat digunakan untuk membantu diagnosis yaitu membedakan antara Chronic Myeloid Leukemia (CML) dengan reaksi leukemoid, leukositosis yang dapat terjadi karena infeksi (Kanegae et al., 2007). Skor NAP pada CML biasanya rendah sampai nol sedangkan pada reaksi leukemoid meningkat (Swirsky et al., 2006). Perbedaan skor NAP pada beberapa penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi dan penelitian mengenai skor NAP pada wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria di Indonesia (khususnya di Makassar) sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dipublikasikan sehingga peneliti tertarik dan perlu untuk melakukan penelitian mengenai skor NAP pada wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria di Makassar. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja poliklinik Obstetri dan medical check up Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar dan poliklinik Obstetri dan medical check up Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational dengan menggunakan cross sectional study. Populasi dan sampel Populasi penelitian adalah wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria yang melakukan medical check up (MCU) atau pemeriksaan kehamilannya di poliklinik MCU / poliklinik Obstetri RS UNHAS Makassar dan RSUD Pangkep. Sampel sebanyak 157 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria 20 - 35 tahun yang memeriksa di RS UNHAS Makassar dan RSUD Pangkep. Wanita hamil yang didiagnosis hamil (trimester III atau lebih dari 28 minggu) berdasarkan pemeriksaan USG (kehamilan tunggal, hidup, intrauterin dan tanpa kelainan kongenital) tanpa disertai komplikasi kehamilan, Wanita tidak hamil yang memiliki siklus menstruasi teratur (28-35 hari) dan berada pada hari pertama haid terakhir (HPHT) sampai hari kedelapan dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implan dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan hormonal) dengan kriteria eksklusi ancaman abortus dan persalinan preterm dan mengkonsumsi obat kortikosteroid, Subjek bersedia ikut dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani lembar informed consent yang telah dikeluarkan oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Analisis data Seluruh data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan tujuan dan jenis data. Data diolah menggunakan Statistical Programme for Social Science (SPSS). Analisis yang digunakan adalah uji Bivariat dengan uji beda rata-rata (t-test) dalam penelitian ini. HASIL Karakteristik variabel penelitian Penelitian dilakukan selama periode September 2013 sampai November 2013 di RS UNHAS Makassar dan RSUD Pangkep. Selama periode tersebut diperoleh 204 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini tetapi 47 sampel harus dieksklusi karena hasil CBC tidak dalam batas normal sehingga hanya 157 sampel yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, yang terdiri dari 103 sampel perempuan (52 sampel wanita hamil dan 51 sampel wanita tidak hamil) dan 54 sampel laki-laki, berumur antara 20-35 tahun dengan rerata 25,5 tahun dan skor NAP antara 14-270 dengan rerata 98,2. Variabel dari seluruh sampel menurut tekanan darah, suhu, hemoglobin, leukosit, trombosit dapat dilihat di Tabel 1. Perbedaan skor NAP dan variabel lain pada wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria Penelitian ini mendapatkan 157 sampel yang memenuhi kriteria dan dibagi menjadi tiga kelompok penelitian, yang terdiri dari 52 sampel wanita hamil, 51 sampel wanita tidak hamil dan 54 sampel pria (Tabel 2,3 dan 4 ). Tabel 3 memperlihatkan kelompok wanita hamil memiliki umur rerata 27,7 tahun, leukosit rerata 10.634,6/l, skor NAP rerata 184,1. Kelompok wanita tidak hamil memiliki umur rerata 23,8 tahun, leukosit rerata 7.718,3/l, skor NAP rerata 68,2. Kelompok pria memiliki umur rerata 25,1 tahun, leukosit rerata 7.228/l, skor NAP rerata 44. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan distribusi skor NAP adalah normal (p>0,05) pada ketiga kelompok, yaitu wanita hamil p=0,059, wanita tidak hamil p=0,20, pria p=0,057. Tabel 5 memperlihatkan perbedaan skor NAP pada wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria. Penelitian ini mendapatkan rerata skor NAP pada wanita hamil (184,1±36,9) lebih tinggi daripada wanita tidak hamil (68,2±25,0) dan secara statistik, hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan skor NAP yang bermakna yaitu p=0,001. Hasil rerata skor NAP pada wanita tidak hamil (68,2±25,0) lebih tinggi daripada pria (44,0±24,2) tetapi secara statistik hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok yaitu p=0,92. PEMBAHASAN Pemeriksaan skor NAP dengan metode sitokimia semikuantitatif dievaluasi oleh dua pemeriksa, dengan menilai slide yang sama dan tidak mengetahui hasil skor NAP yang didapat masing-masing pemeriksa. Hasil skor NAP yang didapatkan oleh kedua pemeriksa, dijumlahkan dan dibagi dua maka didapatkan skor yang dicatat sebagai hasil akhir skor NAP (angka desimal harus dibulatkan). Variabilitas kedua pemeriksa kurang dari 10 persen. Kami menemukan bahwa rerata skor NAP pada wanita hamil (184,1) lebih tinggi daripada wanita tidak hamil (68,2). Peningkatan rerata ini didapatkan lebih dari 2 kali lipat dan secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut (p<0,05 atau p=0,001). Hasil ini menunjukkan bahwa skor NAP dapat membedakan antara kelompok wanita hamil dengan wanita tidak hamil. Perbedaan ini dapat disebabkan karena pada wanita hamil terjadi peningkatan signifikan hormon estrogen daripada wanita tidak hamil (fase folikular hari I – VIII), yang berkorelasi dengan peningkatan skor NAP. Temuan Beal et al.(1967) juga menunjukkan skor NAP pada wanita hamil lebih tinggi daripada wanita tidak hamil tetapi kisaran skor NAP yang kami dapat pada wanita hamil (134 – 270) dan wanita tidak hamil (26 - 119) lebih tinggi daripada temuan Beal et al. (1967), yaitu wanita hamil 28 – 145 dan wanita tidak hamil 5 – 25. Hal ini dapat disebabkan oleh karena skor yang digunakan berbeda yaitu Beal et al.(1967) menggunakan skor NAP 0 – 4 sedangkan kami menggunakan 0 – 5, penggunaan reagen yang berbeda dan cara kerja yang berbeda (dalam penelitian ini tidak menggunakan antikoagulan sedang Beal et al. menggunakan antikoagulan, yang dapat menghambat aktivitas NAP). Skor NAP pernah diusulkan sebagai tes konfirmasi untuk kehamilan karena meningkat selama kehamilan walaupun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara awal kehamilan dan akhir kehamilan. Usulan ini ditolak karena pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal akan meningkatkan skor NAP juga sehingga nilai diagnostik skor NAP berkurang sebagai alat bantu diagnostik pada kehamilan (Beat et al.,1967). Skor NAP dapat digunakan untuk membantu diagnosis yaitu membedakan antara Chronic Myeloid Leukemia (CML) dengan reaksi leukemoid atau leukositosis yang dapat terjadi karena infeksi (Kanegae et al., 2007). Skor NAP pada CML biasanya rendah sampai nol sedangkan pada reaksi leukemoid meningkat (Swirsky et al., 2006). Hal ini seperti yang kami temukan pada tiga kasus CML yang diperiksa skor NAP dan hasilnya adalah nol, tiga dan tujuh sedangkan tiga kasus infeksi atau reaksi leukemoid, hasil skor NAP adalah 337, 343 dan 372 (data tidak dilampirkan). Penelitian ini juga membandingkan skor NAP pada kelompok wanita tidak hamil dengan pria. Hasil yang kami dapatkan bahwa rerata skor NAP pada wanita tidak hamil (68,2±25,0) lebih tinggi daripada pria (44,0±24,2) tetapi secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut (p=0,92). Hasil ini menunjukkan bahwa skor NAP tidak dapat membedakan antara kelompok wanita tidak hamil dengan pria. Tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa kelompok wanita tidak hamil pada fase folikular hari I – VIII, kadar estrogennya pada titik terendah yang hampir sama dengan pria. Hasil ini dapat berbeda jika pengambilan sampel pada hari IX sampai fase ovulasi, yang terdapat peningkatan kadar estrogen. Epsey (1980) mengusulkan hipotesis bahwa ovulasi sebagai reaksi inflamasi. Hal ini dibuktikan dengan ditemukan adanya sitokin inflamasi antara lain IL -1, IL-6, tumor necrosis factor - α, GM-CSF, M-CSF dan G-CSF. Makinoda et al. (2008) menunjukkan G-CSF mengalami peningkatan yang signifikan selama fase ovulasi dibandingkan fase lainnya. Penelitian lain menunjukkan bahwa hanya G-CSF yang meningkat secara signifikan pada hari -5 sampai -1 (hari 0 = ovulasi) dibandingkan dengan periode dan sitokin lainnya. Hasil ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Beat et al.(1967) bahwa skor NAP antara wanita tidak hamil dengan pria tidak terdapat perbedaan tetapi kisaran skor NAP pada wanita tidak hamil dan pria oleh Beal et al.(1967) adalah 5 – 25 sedangkan yang kami dapatkan dalam penelitian ini adalah pada wanita tidak hamil 26 – 119 dan pria 14 – 101. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kisaran skor NAP dalam penelitian kami. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh penggunaan skala dalam pemeriksaan skor NAP dan cara kerja yang berbeda. Kisaran skor NAP pada wanita tidak hamil dan pria dalam penelitian kami adalah 14 119. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang lakukan oleh Hayhoe et al. (1958) 14 – 100, Rutenberg et al. (1965) 37 – 98, Kaplow (1968) 13 – 160, Mackie et al. (1979) 10 – 98, Bendix-Hansen et al. (1985) 11 – 134 dan Kanegae et al. (2007) 12 – 158 tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Beal et al. (1967) 5 – 25. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan skor yang digunakan, cara kerja maupun reagen yang digunakan. Skor NAP yang didapatkan dalam penelitian ini, dapat dijadikan dasar sebagai nilai rujukan skor NAP pada kelompok wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak mengambil pada kelompok wanita tidak hamil khususnya pada fase folikular hari IX sampai fase ovulasi, saat terjadi peningkatan hormon estrogen secara signifikan untuk melihat sejauh mana peningkatan skor NAP pada wanita tidak hamil. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: rerata skor NAP pada wanita hamil 184,1±36,9, rerata skor NAP pada wanita tidak hamil 68,2±25,0, rerata skor NAP pada pria 44,0±24,2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara skor NAP pada wanita hamil lebih tinggi daripada wanita tidak hamil. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara skor NAP pada wanita tidak hamil dengan pria. Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa ha l dapat disarankan yaitu : perlu penelitian lebih lanjut skor NAP pada wanita tidak hamil fase folikular dan ovulasi, perlu penelitian lebih lanjut tentang nilai diagnostik dari tes skor NAP pada wanita hamil kontrol dan wanita hamil dengan infeksi dan perlu penelitian lebih lanjut nilai diagnostik dari tes skor NAP pada orang kontrol dengan penderita CML atau reaksi leukemoid. DAFTAR PUSTAKA Beal, R.W., Read, W.M.F. and Turvey, P.A., (1967). Neutrophil Alkaline Phosphatase in Pregnancy. J.Clin.Path. 20: 749-751. Bendix-Hansen, K. and Helleberg-Rasmussen, I., (1985). Evaluation of Neutrophil Alkaline Phosphatase: Untreated Myeloid Leukaemia, Lymphoid Leukaemia and Normal Humans. Scandinavian Journal of Haematology. 34: 264-269. Epsey, L.L., (1980). Ovulation as an Inflammatory Reaction - A Hypothesis. Biology of Reproduction. 22: 73-106 Hayhoe, F.G.J. and Quaglino, D., (1958). Cytochemical Demonstration and Measurement of Leucocyte Alkaline Phosphatase in Normal and Pathological States by Modified Azodye Coupling Technique. British Journal of Haematology. 4: 375-389. Kanegae, M.P.P., Ximenes, V.F., Falcao, R.P., Colturato, V.A.R., Mattos, E.R., Brunetti, I.L. and Fonseca, L.M., (2007). Chemiluminescent Determination of Leukocyte Alkaline Phosphatase: An Advantageous Alternative to the Cytochemical Assay. Journal of Clinical Laboratory Analysis. 21: 91-96. Kaplow, L.S., (1968). Leukocyte Alkaline Phosphatase Cytochemistry: Applications and Methods. Annals of the New York Academy of Sciences. 155: 911-947. Mackie, P.H., Mistry, D.K., Wozniak, J.T., Dodds W.N., Geddes, A.M. and Stuart, J., (1979). Neutrophil Cytochemistry in Bacterial Infection. Journal of Clinical Pathology. 32: 26-30. Makinoda, S., Hirosaki, N., Waseda, T., Tomizawa, H. and Fujii, R., (2008). Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-CSF) in the Mechanism of Human Ovulation and its Clinical Usefulness. Current Medicinal Chemistry. 15.6: 604-613. Pusat Data dan Informasi., (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rosner, F. and Lee, S.L., (1965). Endocrine Relationships of Leukocyte Alkaline Phosphatase. Blood. 25.3: 356-369. Rutenberg, A.B., Rosales, C.L. and Bennett, J.M., (1965). An Important Histochemical Method for the Demonstration of Leukocyte Alkaline Phosphatase Activity: Clinical Applications. Journal of Laboratory and Clinical Medicine. 65: 698-705. Swirsky, D. and Bain, B.J., (2006). Erythrocyte and Leucocyte Cytochemistry. Dacie and Lewis Practical Haematology. 10th Edition. Churchill Livingstone Elsevier: Philadelphia. The Leukemia & Lymphoma Society, (2012). Chronic Myeloid Leukemia. Wibowo, N., (2006). Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Jakarta. Wickramasinghe, S.N. and Erber, W.N.,(2011). Normal Blood Cells. Blood and Bone Marrow Pathology. 2nd Edition. Churchill Livingstone Elsevier: London. Tabel 1. Karakteristik seluruh sampel Jenis Variabel Sampel (n=157) n(%) Mean ± SD Median(min-maks) Perempuan 103(65,4) Wanita hamil 52(50,5) Wanita tidak hamil 51(49,5) Laki-laki 54(34,4) Umur (tahun) 25,5±4,1 25,0(20-35) TDS (mmHg) 113,2±6,8 110(100-120) TDD (mmHg) 70,8±5,3 70,0(60-80) 36,7±0,1 36,7(36,5-36,9) Suhu (C) Hemoglobin (g/dl) 13,4±1,5 13,3(11-16,4) Leukosit (/µl) 8.515,6±2.380,7 7.860(4.700-16.800) Trombosit (/µl) 281.000±59.937,5 274.000(151.000-435.000) Skor NAP 98,2±67,9 73(14-270) Sumber: Data Primer Keterangan: dl= Deciliter, g= Gram, mmHg= Mililiter air raksa, min= minimum, maks= maksimum, n= jumlah sampel, NAP= Neutrophil Alkaline Phosphatase, SD= Standard deviation, TDD= Tekanan Darah Diastole, TDS= Tekanan Darah Sistole, µl= Mikroliter, C= Derajat Celsius. Tabel 2. Skor NAP dan variabel lain pada wanita hamil Jenis Variabel Wanita hamil (n=52) Mean ± SD Median(min-maks) Umur (tahun) 27,7±4,6 27(20-35) TDS (mmHg) 113,1±6,7 110(100-120) TDD (mmHg) 71,4±4,5 70,0(60-80) 36,7±0,1 36,7(36,5-36,9) Suhu (C) Hemoglobin (g/dl) 11,9±0,9 11,8(11-14,3) Leukosit (/µl) 10.634,6±2.785,2 10.550(6.100-16.800) Trombosit (/µl) 298.596,2±62.055 292.500(153.000-435.000) Skor NAP 184,1±36,9 176,5(134-270) UK (minggu) 32,7±3,5 33(29-39) Sumber: Data Primer Keterangan: dl= Deciliter, g= Gram, mmHg= Mililiter air raksa, min= minimum, maks= maksimum, n= jumlah sampel, NAP= Neutrophil Alkaline Phosphatase, SD= Standard deviation, TDD= Tekanan Darah Diastole, TDS= Tekanan Darah Sistole, UK= Umur Kehamilan, µl= Mikroliter, C= Derajat Celsius. Tabel 3. Skor NAP dan variabel lain pada wanita tidak hamil Jenis Variabel Wanita tidak hamil (n=51) Mean ± SD Median(min-maks) Umur(tahun) 23,8±3,4 23(20-35) TDS(mmHg) 108,6±6,0 110(100-120) TDD(mmHg) 67,9± 5,4 70,0(60-80) 36,6±0,1 36,6(36,5-36,8) Suhu(C) Hemoglobin(g/dl) 13,3±0,9 13,2(12,1-15,8) Leukosit(/µl) 7.718,3±1009,4 7.600(5.600-10.000) Trombosit(/µl) 280.215,7±57.472,2 273.000(160.000-414.000) Skor NAP 68,2±25,0 65(26-119) Hari Haid 4(1-8) Sumber: Data Primer Keterangan: dl= Deciliter, g= Gram, mmHg= Mililiter air raksa, min= minimum, maks= maksimum, n= Jumlah sampel, NAP= Neutrophil Alkaline Phosphatase, SD= Standard deviation, TDD= Tekanan Darah Diastole, TDS= Tekanan Darah Sistole, µl= Mikroliter, C= Derajat Celsius. Tabel 4. Skor NAP dan variabel lain pada pria Jenis Variabel Pria (n=54) Mean ± SD Median(min-maks) Umur(tahun) 25,1±3,3 24(20-35) TDS(mmHg) 117,6±4,3 120(110-120) TDD(mmHg) 73,2±4,7 70,0(70-80) 36,7±0,1 36,7(36,5-36,8) Suhu(C) Hemoglobin(g/dl) 14,7±1,0 14,8(13,1-16,4) Leukosit(/µl) 7.228,0±1.245,0 7.000(4.700-9.740) Trombosit(/µl) 264.796,3±56.398,0 256.500(151.000-397.000) Skor NAP 44,0±24,2 38,5(14-101) Sumber: Data Primer Keterangan: dl= Deciliter, g= Gram, mmHg= Mililiter air raksa, min= minimum, maks= maksimum, n= Jumlah sampel, NAP= Neutrophil Alkaline Phosphatase, SD= Standard deviation, TDD= Tekanan Darah Diastole, TDS= Tekanan Darah Sistole, µl= Mikroliter, C= Derajat Celsius. Tabel 5. Perbedaan skor NAP pada wanita hamil, wanita tidak hamil dan pria Skor NAP n Mean ± SD Wanita hamil 52 184,1±36,9 Wanita tidak hamil 51 68,2±25,0 p* 0,001 0,92 Pria 54 44,0±24,2 Sumber: Data primer Keterangan: n= Jumlah sampel, SD= Standard deviation, *= Independent t test