BAB V PENUTUP Kehadiran teknologi baru dalam kehidupan sosial manusia memberi beragam implikasi. Berdasar tiga cara pandang manusia terhadap teknologi yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dapat dilihat kecenderungan yang terjadi dalam penelitian ini terbingkai melalui kacamata dystopian. M elalui sudut pandang ini, teknologi, dalam hal ini terkhusus pada media baru internet dengan ceruk khusus mikroblog Twitter, pemanfaatannya tidak serta merta membawa kebebasan bagi individu. M elainkan yang terjadi adalah penguasaan informasi melalui aktor-aktor yang aktif menggunakan media baru. Aktor media baru yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah selebriti mikro, selebriti yang terbentuk karena media baru, dari titik pijak ini dapat dilihat relasi internet memberi ruang baru bagi a ktor media baru berekspresi. Namun, terjadi penyimpangan penggunaan ruang melalui popularitas yang diraih melalui media baru tersebut. Desentralisasi yang digadang-gadang sebagai karakteristik yang diunggulkan dari media baru malahan menjadi kotak pandora bagi publik atau khalayak pengguna maedia baru itu sendiri. Dengan tingkat frekuensi yang tinggi pada penggunaannya, konsentrasi pengguna terhadap konten di media baru cenderung lebih tinggi dibandingkan informasi yang disampaikan melalui media lainnya, te rutama yang merujuk langsung pada sumbernya, terlebih dikarenakan sulitnya akses yang dijangkau terhadap sumber utama. Kecenderungan akses pada media baru, terkhusus mikroblog Tw itter dengan handheld yang praktis dibawa dalam keseharian serta kemudahan updating konten beserta karakteristik perangkat lunaknya sendiri yang 210 tergolong ringan ini membawa popularitas Twitter di mata khalayak cukup memiliki kedekatan dengan jumlah tingkat pengguna di Indonesia cukup besar. M eski begitu, tidak sedikit pengguna yang menjadi korban atas pembacaan konten yang disampaikan dalam media baru dengan cara yang tidak kritis. Keperluan literasi atas media baru untuk menyadarkan konten yang dikonstruksi dalam media baru, beserta nilai dan etika yang perlu menjadi pedoman dalam penggunaan mejadi krusial untuk diterapkan agar tidak membawa korban yang jauh lebih banyak. Hal ini mengingat pemanfaatan media baru saat ini tidak hanya untuk leisure, tetapi juga sampai ranah yang lebih ‗serius‘, yakni pendidikan, bahkan dalam konteks politik. M edia baru menjadi rujukan ketika batasan media konvensional menjadi hambatan dalam mengakses informasi dengan biaya, baik materiil dan non materiil yang cukup tinggi. Informasi yang ada terangkum dalam media baru pun dapat dikategorikan sebagai media yang allin-one, yang menyatakan bahwa segala macam informasi terdapat disana. Terkhusus dalam konteks politik, pemanfaatan media baru seakan tiada habisnya. Pada awal kemunculannya malahan internet digunakan untuk kepentingan militer. Dalam hal ini juga berkaitan dengan kekuasaan atas negara lain. Dalam lingkup organisasional, media baru menjadi sarana yang dianggap cukup efektif dalam meraih perhatian publik dan dapat dikelola secara profesional. Pada sejumlah negara maju maupun berkembang pun, media baru menjadi sara penyampaian visi dan misi calon pejabat pemerintahan. Dengan infrastruktur yang telah kuat dan rapi di negara maju, bahkan media baru menjadi sistem pemilihan baru dengan proses voting secara online. Tentunya kehadiran media baru sebagai suatu sistem memerlukan aktor yang berperan aktif dalam penggunaan di tingkat yang maksimal. Hal ini merujuk pada capaian hasil yang diinginkan yakni efisiensi dan efektivitas penggunaan. Pengguna sebagai aktor dalam m emanfaatkan media baru ini 211 berada dalam segala level dan status asalkan memiliki akses atasnya, paling tidak memiliki perangkat atau infrastrukturnya. Beragam tingkat pendidikan dengan status dan pekerjaan dapat menjadi aktor dalam media baru. Dalam penelitian ini, relasi media baru (internet dan mikroblog) dan aktor dihubungkan melalui konsep selebriti mikro sebagai aktor dengan konsep penguasaan yang mungkin diaplikasikan melalui proses penggunaan internet tersebut.Kekaburan ruang privat mikroblog menjadikan relasi dan publik dalam manusia dan internet terutama teknologi juga menjadi permasalahan tersendiridan perlu diungkap melalui penelitian ini. A. Kesimpulan Berdasarkan pada analisis data pada bab sebelumnya, terlihat adanya kecenderungan penguasaan yang dilakukan oleh aktor selebriti mikro pe milik akun @ trioM acan2000 dan @ kurawa dalam konteks Pilkada DKI 2012. Bentuk penguasaan yang dilakukan antara lain terlihat dalam bentuk pengarahan opini fans, dalam hal ini audiens atau follower terhadap selebriti yang diikutinya. Bentuk dominasi terlihat dalam bentuk konten tweet yang selalu sejalan dengan selebriti, meski dalam pemberitaan di media lain, konten akun selebriti mikro ini tidak sesuai. Selain itu juga konten kedua selebriti mikro ini cenderung persuasif dan bersifat order atau mandatory, yang menimbulkan superior dari kedua selebriti mikro tersebut. Penguasaan dengan bentuk dominasi sungguh sangat nyata ketika dilihat dari perbandingan konten yang masuk dalam linimassa didominasi kedua akun tersebut dengan dominasi atas follower pada interaktivitas yang ditunjukkan melalui kotak dialog yang memberi kesempatan bagi follower untuk memberikan respon. Berkait dengan jawaban atas pertanyaan bagaimana penguasaan yang dilakukan oleh akun @ TrioM acan2000 dan @ kurawa dalam konteks 212 kampanye pilkada D KI Jakarta 2012 dijelaskan melalui konsep kuasa yang digunakan sebagai pisau analisis dalam membedah objek penelitian. Konsep kuasa menurut Foucault bersifat produktif dan memproduksi realitas. Dala m kaitannya dengan konten kedua akun selebriti mikro tersebut, penguasaan atas informasi yang dimiliki keduanya tertuang dalam serial tweet dan kultw it yang di-post-kan dalam basis harian, dalam konteks kampanye Pilkada DKI Jakarta 2012. Konsep kekuasaan yang mengontrol tindakan juga dapat dilihat dari cara pengelolaan informasi oleh kedua akun selebriti mikro itu yang membuatnya masing-masing mengusung pasangan calon menurut preferensinya masing-masing, menurut informasi yang mereka peroleh sendiri-sendiri. Dengan begiru juga tak menutup kemungkinan berpindahnya preferensi seseorang karena pemaknaan bebas atas sumber kekuasaan. Sejalan dengan yang disampaikan Foucault juga, relasi kuasa tetap terjadi dalam media baru. Relasi kuasa antara selebriti dan pengikutnya dilihat dalam respon yang disampaikan oleh follower dengan tingkat afirmasi yang tinggi berdasar lemahnya kekuasaan atas informasi yang dimiliki oleh follower. Penguasaan yang terjadi pun tidak bersifat dari atas ke bawah, melainkan menyebar. Dengan sifat masyarakat jejaring yang bebas berelasi dengan siapa saja dan berinteraksi dengan pengguna lain manapun yang diinginkannya, kekuasaan tetap saja berjalan, bahkan membentuk domain baru. Dalam hal relasi antara selebriti mikro dengan follower dapat dilihat pada interaksi dalam kelompok kecil yang mengikutsertakan follower terntentu dengan selebriti mikro karena tidak semua dari follower mendapat respon dengan porsi yang sama oleh pemilik akun selebriti mikro, dalam hal ini @ TrioM acan2000 dan @ kurawa. Secara kasat mata dalam media baru memang tidak ada struktur yang menjadi barrier dalam aliran komunikasi. M eski begitu, penguasaan 213 informasi menjadi titik pusat yang menjadi sumber utama referensi.Posisi pemimpin yang ada pada selebriti mikro mengarahka n opini pengikutnya melalui tweet yang bernada perintah dan persuasi atau menggalang kekuatan untuk memiliki pemikiran yang sama atas kelompok oposan sehingga terbentuk konsensus dan tertuang dalam respon yang sejalan dengan apa yang dinyatakan sebelumnya oleh selebriti mikro, baik akun @ TrioM acan2000 dan @ kurawa. Bentuk kuasa tersebut juga dijelaskan kembali melalui kerangka kontrol satu organisasi atau kelompok atau bahkan individu terhadap anggota lainnya. Dalam konteks media baru dan relasi yang terben tuk antara selebriti mikro dengan fans atau follower-nya, terlihat ada batasan tindakan follower dalam merespon pernyataan selebriti mikro yang diikutinya. M eski begitu, perlu dipahami bahwa konsep dominasi tidak absolut melainkan gradual. Sehingga dominasi atas orang lain, yang dalam konteks ini dominasi selebriti mikro terhadap fans atau follower-nya ini tidak mutlak. Dominasi dilakukan secara bertahap dan bukan tidak mungkin selebriti mikro mendapat ‗serangan‘ dari follower-nya seperti saat akun @ TrioM acan2000 dibully saat ingkar terhadap janjinya sendiri. Penguasaan juga diartikan sebagai proses mencapai sentralitas. Sentralitas dalam media baru meski be rsifat menyebar, namun jika dianalisis melalui jejaring dengan persilangan frekuensi interaktivitas yang terbangun, dapat dilihat akun @ TrioM acan2000 sebagai selebriti mikro, berikut juga @ kurawa memiliki kecenderungan sebagai aktor sentral dengan banyak titik yang alur komunikasinya berpusat pada dirinya. Sentralitas sendiri berdampak pada isu yang luas, jika ditilik dalam konteks selebriti mikro ini, dapat dianalisis melalui banyaknya akses follower terhadap selebriti mikro berikut juga bentuk respon. Yan g paling dapat dilihat adalah kegiatan ReTweet yang telah dipetakan dalam penjelasan objek penelitian mencapai angka yang tidak sedikit. 214 Pada dasarnya, penguasaan oleh kedua akun selebriti mikro ini, baik @ TrioM acan2000 dan @ Kurawa, jika dilihat dalam kon teks politik penguasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, baik dengan maupun tanpa adanya resistensi. Sehingga meskipun banyak sekali respon negatif terhadap pernyataan akun tersebut melalui tweet-nya, rekognisi publik yang didapa tkan selebriti dari followernya dengan frekuensi yang tinggi menunjukkan keberhasilannya dalam menguasai khalayak, dalam hal ini follower-nya tersebut. Terkhusus dalam kekuasaan konten, akun @ TrioM acan dan @ Kurawa cukup jeli dalam memanfaatkan konten dan kekuasaannya untuk membentuk wacana dan mengkonstruksikan suatu isu meski belum tentu kebenarannya. M elalui masivitas konten dengan rekognisi publik yang didapatkannya, wacana pun tersentuk dan hal ini semakin menunjukkan kekuasaan yang mampu dibangun oleh kedua akun tersebut dalam menciptakan trendpemikiran atau pendapat follower-nya. M elalui tahapan analisis wacana Foucaultian, bentuk penguasaan yang telah dijelaskan di atas dapat ditelisik secara lebih detail dari aspek produksi yang dijelaskan dalam detail struktur diskursif serta analisis wacana dominan dan terpinggirkan. Hal ini dapat dipetakan bahwa media konvensional yang dikendalikan oleh aktor atau dikonstruksi, hal yang serupa terjadi di media baru. Ketika media baru secara tertulis memiliki kema mpuan untuk membuka keran kebebasan, pada akhirnya yang ditunjukkan juga dapat dilihat adanya sentralitas atau penguasaan di satu pihak tertentu. Relasi yang dibangun dengan fans, disini tercipta bentuk trendsetter. Selebriti memegang kontrol atas kecende rungan isu yang diangkat dan dialektika serta dialog yang terbangun di dalamnya. Relasi yang terbangun secara online ini memiliki keunggulan dalam interaktivitas yang tinggi. Dalam analisis teks, sangat terlihat umpan balik yang terjadi begitu responsif antara selebriti dengan pengikutnya. 215 Pada akhirnya, diharapkan pemaparan bentuk penguasaan, berikut dominasi dan sentralitas yang banyak dibahas dalam praktik selebriti mikro, akun @ TrioM acan2000 dan @ Kurawa ini memperkaya pembacaan selebriti dalam media baru. Terkhusus dalam konteks politik, yakni kampanye Pilkada DKI Jakarta 2012 ini semakin menjadi pendorong dalam konteks sosial mikro sebagai arena kedua selebriti mikro ini menyampaikan opini dan terlihat seperti saling berkompetisi dalam meraih pemahaman publik yang sejalan terkait pasangan calon. Bentuk selebriti m ikro yang diposisikan sebagai individu independen ini yang menjadi menarik. Karena tanpa adanya afiliasi politik, masyarakat yang tidak memiliki label keanggotaan partai politik juga turut mempertimbangkan pemikiran selebriti mikro berdasar latar belakang yang sama tersebut. Jika dirunut, teks menjadi pintu masuk penelitian yang membuka wacana. Dimensi teks merujuk pada analisis bahasa dalam teks. Teks dibedah menggunakan struktur diskursif yang terdiri dari episteme, statement, dan archive. Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis untuk melihat kecenderungan wacana dominan dan terpinggirkan. Teks yang dianalisis diambil dari konten akun @ TrioM acan2000 dan @ kurawa selama periode pilkada DKI 2012, periodisasi itu untuk menunjukkan kekuatan konten karena berkait erat dengan konteks Pilkada. Setelah melakukan tahapan tersebut, maka peneliti menyimpulkan adanya wacana penguasaan yang @ TrioM acan2000 dan @ kurawa terkonstruksi di konten akun ketika menyampaikan konten terkait kampanye pilkada D KI Jakarta 2012. Hasil dari berbagai tahapan yang dilakukan tersebut sekaligus menjawab pertanyaan penelitian bagaimana penguasaan oleh kedua akun tersebut. Ditinjau dari paradigma kritis serta kerangka analisis wacana Foucaultian, dapat dikatakan bahwa dibalik realitas yang diungkapkan akun @ TrioM acan2000 dan @ kurawa, terdapat adanya aspek lain, yakni sentralitas 216 dan tekanan, selain itu juga isu berkait akun baya ran dengan politik yang cukup ‗kotor‘ dengan pemunculan isu backing politik yang buruk serta agenda setting untuk menutupi kasus lain. Implikasinya, audiens media baru menganggap konten yang disampaikan ini bia sa saja terjadi ketika Pilkada, padahal isu SARA sebagai isu yang sangat sensitif dimunculkan dalam konten. Dari segi teoritis, dibedakan antara selebriti konvensional dan selebriti media baru yang dalam hal ini disebut dengan selebriti mikro. Tetapi dapat dilihat kesamaan dengan mata uang popularitas, trendsetter, membangun quote, imaji dengan ideologi, kepentingan dan faktor ekonomi. Kuasa dan relasi kuasa selebriti mikro dan follower pada penelitian ini menunjukkan secara nyata perspektif dystopian yang telah dijelaskan sebelumnya. M ikroblog Tw itter sebagai bentuk media baru memberi pemahaman bahwa kuasa dalam media baru juga berpotensi mengalami penyimpangan dan membawa kerugian bagi penggunanya yang kurang sensitif terhadap hak, pendapat, dan privasinya. Dari temuan di atas juga sejalan dengan asumsi yang dibangun di awal atas kecurigaan media baru yang tidak dapat serta merta membawa sisi positif dalam masyarakat, tetapi yang lebih mengkhawatirkan yakni sisi negatifnya sebagai sarana berkuasa dan kontrol. B. Saran Terdapat sejumlah problematika dalam menganalisis konten dalam media baru, terutama sifatnya yang dimiliki oleh akun pseudonym dan karena tidak terinstitusional secara lembaga, maka untuk lokusnya pun memiliki resiko yang besar dalam stabilitas keberadaan akun, terpantau hingga 27 Novem ber 2010, akun @ TrioM acan2000 tidak dapat diakses disebutkan not authorized.Hal ini yang menyebabkan munculnya permasalahan tersendiri untuk melihat keberlanjutan dalam penelitian. M eski begitu dalam analisis wacana tidak diperlukan adanya kontinuitas atau historis dalam lokus 217 objeknya selama memiliki suatu konteks untuk membatasi serta objek penelitian yang terdokumentasi. Saran dimunculkan berbasis keterbatasan penelitian dalam melakukan penelitian terkait kendala yang cukup menghambat dalam penelitian ini, baik secara metodologis, teori, dan praktis. Pada tataran metodologis, melalui analisis wacana kritis, peneliti diberikan ruang yang cukup luas dalam memaknai, namun juga dimungkinkan tidak terkesplorasinya pemakn aan yang berasal dari perspektif yang berbeda. Perbedaan interpretasi antara peneliti dan pembaca mungkin terjadi karena karakteristik pemaknaan menggunakan analisis wacana tersebut di atas. Perbedaan dalam hal interpretasi berasal dari akan keragaman teori dan konsep yang digunakan untuk membedah objek penelitian, teramasuk juga sudut pandang yang melatarbelakangi penelitian. M etode analisis wacana Foucaultian ini memiliki keunggulan dan kelemahan, yang teridentifikasi dari banyaknya elemen yang harus dite liti, meliputi jumlah teks yang cukup banyak dan harus dianalisis, penelitian dengan objek yang cukup baru seperti konten media sosial online ini juga cukup menunjukkan adanya kesulitan dalam memetakan pesan pada media yang sangat dinamis dan interaktif. P rodusen pesan yang tidak secara resmi terinstitusi ini memberikan kesulitan bagi peneliti untuk menggali data level produksi pada produsen pesan dan juga sulit untuk membaca situasi saat teks pesan diproduksi dikarenakan penelitian dilakukan setelah teks d ipublikasikan ke media sosial, bahkan melalui jeda beberapa bulan setelah produksi pesan. Selain itu juga keterbatasan waktu yang diberikan oleh narasumber menjadi salah satu aspek kelemahan yang lain. Kesulitan untuk mendapatkan literatur yang membahas media baru dengan perspektif kritis pada objek konten dengan media baru. Betapapun, hal ini menjadi tantangan bagi peneliti. Kebanyakan penelitian dengan objek media baru memiliki sense utopis. Penelitian terkait hegemoni kebanyakan merujuk pada negara. Keti ka dikaitkan media baru dengan politik, cukup banyak penelitian terkait 218 kampanye. Tetapi sulit menemukan penelitian atas konten media baru yang terfokus pada selebriti mikro. Riset selebriti mikro kebanyakan bercerita mengenai identitas dan proses selebrifikasinya sendiri, tetapi belum dikaitkan dengan konsep kekuasaan. Pada tataran praktis, hambatan bersumber dari subjektivitas atas fenomena. M eski begitu, penelitian ini telah dibatasi dalam konteks P ilkada. Pemilihan serial chirpstory pun terbantu dengan k lasifikasi konten yang hanya membahas pada Pilkada. Kesulitan hadir ketika harus setiap hari menyimpan data untuk tweet dan chirpstory. Karena datanya dapat cepat berubah dan tracenya sulit dilakukan. Berdasar kelemahan ini, peneliti memberikan rekomendasi bagi studi media baru dan penelitian sejenia yang membahas internet, selebriti mikro dan kuasa. Penelitian ini belum bersumber dari analisis isi untuk melihat gambaran pesan atau konten yang diproduksi oleh kedua akun sele briti mikro pada masa kampanye Pilkada. Sehingga analisis isi kuantitatif dapat dilakukan untuk mencapai kedalaman tema yang diangkat.Literatur media konvensional dan media baru, meski membahas konsep yang serupa, tetapi memiliki perbedaan ketika bicara selebriti konvensional dan selebriti mikro. Bagi pembaca, semua ini merupakan hal yang dikonstruksikan. Termasuk konten akun selebriti mikro ini, terutama ketika bicara tentang konteks Pilkada yang berarti banyak atau sarat peperangan kepentingan. Daya kritis diperlukan untuk melihat fenomena dan wacana di media. Jika dilihat dari beragam penelitian dengan fokus pada media baru berikut isu spesifik pada mikroblog Twitter, terdapat kecenderungan penelitian yang terpusat pada aktor dan pada kontennya. Penelitian terdahulu dengan pemusatan pada isu selebriti dan industri perfilman dilakukan James M onaco pada tahun 1978, sedangan konsep selebriti yang direlasikan dengan iklan diteliti oleh Ahmed di tahun 2012, penelitian sebelumnya di tahun 2011 dilakukan oleh Kouznetsov dengan inti penelitian pada relasi selebriti dan 219 konvensi dalam Twitter. Sedangkan penelitian dengan fokus pada konten di tahun 1997 dilakukan Skillington dengan isu konten aktor kebijakan, di tahun 2010 oleh D iao berpusat pada topik m ikroblog, Boyd di tahun yang sama meneliti tenang konvensi retweeting, Page masih di tahun 2010 meneliti tagar dan visibilitas, di tahun 2011 Larsson dan M oe melaporkan hasil penelitiannya dengan fokus pada konten Twitter dan politik. Dari sejumlah penelitian berkait dengan media baru, selebriti dan konteks politik tersebut terlihat belum terlihat penelitian yang secara khusus meneliti tentang selebriti mikro dalam konteks politik. M eski konsep selebriti mikro sebagai konsep kultural masih menjadi diskusi untuk memasukkannya dalam konteks politik, namun Brian M cNair dalam bukunya juga mencoba menjelaskan fenomena selebriti dalam tataran politik, meski masih fokus pada aktor politik seperti politisi dan bukan merupakan masyarakat sipil seperti yang dikaji dalam penelitian ini. M eskipun terdapat sejumlah kelemahan dalam proses penelitian ini, namun studi ini telah mengacu pada dasar konseptual yang dibangun pada bagian awal tulisan serta mendasarkan pada tujuan awal penelitian ini. Dengan kendala pada proses pendokumentasian konten media baru, penelitian ini dapat digunakan untuk evaluasi bagi penelitian selanjutnya untuk menggunakan perangkat terkini dalam proses pencatatan untuk menjaga rangkaian tweet secara berurutan. Dengan fokus penelitian pada pesan yang disampaikan oleh selebriti mikro yang menjadi objek penelitian, sebaiknya penelitian di masa datang dapat berfokus pada elemen yang belum te rcover dalam konteks elemen komunikasi, seperti follower sebagai komunikan beserta feedback-nya. Dinamika dalam konten Twitter akan semakin beragam , pemanfaatan mikroblog untuk konteks politik makin frekuensi tinggi hingga ada kemungkinan makin banyak dikaji, termasuk juga dengan perangkat lunak untuk tweet tracking yang semakin baik sehingga kajian media baru akan 220 semakin bergulir dan kumpulan penelitian dari tataran mikro sampai makro akan meningkat secara kuantitatif dan kualitatif. 221