sumberdayamanusia - Jurnal Online Universitas Gorontalo

advertisement
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, S.E.,MM.
M A N A J EM EN
S U M B E R DA Y A M A N U S IA
R
_
Pengelolaan PTS Diantara Kompetensi don Kinerja Dosen
Prolog
Moh. Jamal Moodoeto,S.E.,M.H
Epilog
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly, S.E., M.Si.
Manajemen
Sumber Daya Manusia
(Pengelolaan PTS Di antara Kompetensi
dan Kinerja Dosen)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2 :
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72 :
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Manajemen
Sumber Daya Manusia
(Pengelolaan PTS Di antara Kompetensi
dan Kinerja Dosen)
Prolog:
Moh Jamal Moodoeto, SE, MH
Epilog:
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly, SE.,M.Si.
Fahmis Pustaka
Makassar
Manajemen Sumber Daya Manusia
(Pengelolaan PTS Diantara Kompetensi dan Kinerja Dosen)
Penulis :
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Prolog:
Moh Jamal Moodoeto, SE, MH
Epilog:
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly, SE.,M.Si.
Editor :
Muhammad Yahya
Dikson Junus
Asni Djamereng
Desain Sampul:
Dian Qamajaya
Tata Letak
Israr Nuryadi
Penerbit:
FAHMIS PUSTAKA
(Lembaga Penerbitan,Pendidikan,Penelitian & Distributor Buku).
Jl. Tamangapa Raya 5/No.32 Kassi Makassar 90245
HP. 08124218024
Hak Cipta Dilindungi Undang- Undang
All Right Reserved
ISBN : 978-602-70099-7-4
Cetakan Pertama: Nopember 2016
Daftar Isi
Daftar Tabel ~ vii
Daftar Gambar ~ ix
Daftar Singkatan ~ x
Catatan Penerbit ~ xii
Pengantar Penulis ~ xv
Prolog: Keterbatasan Sumber Daya Dosen ~ xix
BAB I Manajemen SDM Pengelolaan PTS Sebuah Pengantar Awal ~ 1
A. Sumber Daya Dosen Tantangan Utama ~ 1
B. Profesi Dosen Sekadar Batu Loncatan ~ 10
C. Mencari Jawab Pegelolaan PTS Di antara Kompetensi dan
Kinerja Dosen ~ 17
BAB II Tinjauan Teori Manajemen SDM Pengelolaan PTS ~ 19
A. Manajemen Sumber Daya Manusia ~ 19
B. Pengembangan Sumber Daya Manusia ~ 21
C. Teori Komitmen Organisasional ~ 45
D. Teori Dukungan Organisasional ~ 49
E. Teori Kompetensi ~ 59
F. Teori Kinerja ~ 82
G. Penelitian Terdahulu ~ 92
BAB III Manajemen SDM Pengelolaan PTS dalam Konsep dan
Hipotesis ~ 103
A. Kerangka Konseptual ~ 103
B. Hipotesis Penelitian ~ 109
v
vi
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
BAB IV Perspektif Metode Manajemen SDM Pengelolaan PTS ~ 111
A. Pedekatan Penelitian ~ 111
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ~ 112
C. Jenis dan Sumber Data ~ 112
D. Tehnik Pengumpulan Data ~ 113
E. Populasi dan Sampel ~ 113
F. Metode Analisis Data ~ 117
G. Defini Operasional dan Pengukurannya ~ 126
BAB V Manejemen SDM Pengelolaan PTS Di antara Kompetensi
dan Kinerja Dosen ~ 134
A. Identifikasi Operasional PTS di Gorontalo ~ 134
B. Varian Manajemen Pengelolaan PTS ~ 152
C. Pengaruh Pengembangan SDM Terhadap Kompetensi
Dosen ~ 185
D. Pengaruh Pengembangan SDM Terhadap Kinerja Dosen ~ 193
E. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Dosen ~ 198
F. Dosen Berkompetensi Semakin Berkinerja ~ 201
BAB VI Simpulan dan Saran ~ 203
Epilog: Peningkatan Mutu dan Daya Saing PTS ~ 205
Daftar Pustaka ~ 212
Tentang Penulis ~ 220
Daftar Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Kualifikasi Strata Pendidikan Dosen PTS di Gorontalo ~ 13
Dosen PTS di Gorontalo yang tersertifikasi s/d 2012 ~ 16
Skema tujuan dan metode pengembangan karyawan ~ 32
Pelatihan, Pendididkan, Pengembangan dan Pembelajaran ~ 33
Populasi Penelitian ~ 114
Sampel Penelitian ~ 117
Goodness Of Fit Index dan Cut Of Value ~ 122
Operasionalisasi Variabel Penelitian ~ 132
Responden Berdasarkan Usia ~ 135
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ~ 135
Responden Berdasarkan Pendidikan ~ 136
Responden Berdasarkan Masa Kerja ~ 136
Responden Berdasarkan Jabatan Fungsional ~ 137
Responden Berdasarkan Jabatan Struktural ~ 138
Responden Berdasarkan Pangkat/ Golongan (Impasing) ~ 139
Responden Berdasarkan Pelatihan Yang Di Ikuti ~ 139
Deskripsi Variabel Pengembangan Sumber Daya Manusia (X1) ~ 143
Deskripsi Variabel Komitmen Organisasional (X2) ~ 145
Deskripsi Variabel Dukungan Organisasional (X3) ~ 147
Deskripsi Variabel Kompetensi Dosen (Y) ~ 149
Deskripsi Variabel Kinerja Dosen (Z ) ~ 152
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabelitas instrumen ~ 154
Perbandingan Indeks Kesesuaian Model dengan Cut-off velue ~ 170
Perbandingan indeks kesesuaian model (Goodnes of fit)
dengan Cut off value pengaruh langsung ~ 172
vii
viii
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
25. Perbandingan indeks kesesuaian model (Goodnes of fit)
dengan Cut off value pengaruh tidak langsung dan Sifat
Mediasi ~ 174
26. Hubungan Nilai Rata-Rata (Mean dengan Nilai Bobot Faktor
(Factor Loading) ~ 176
27. Hasil pengujian Hipotesis Penelitian ~ 180
28. Hubungan Nilai Rata-Rata (Mean) dengan Nilai Bobot Faktor
(Factor Loading) ~ 182
.
Daftar Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Strata Pendidikan Dosen Tetap PTS Provinsi Gorontalo ~ 14
Jabatan Fungsional Dosen tetap PTS di Gorontalo ~ 15
Karasteristik Kompetensi ~ 70
Model Struktural Perangkat Komponen suatu Kompetensi ~ 80
Kompetensi Inti (Core Competence ~ 81
Teori Harapan ~ 85
Grand Theory Model ~ 108
Model Kerangka Konsep Penelitian ~ 109
Diagram Path Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat ~ 124
Hasil Pengukuran Comfirmatory Factor Pengembangan
Sumber Daya Manusia ~ 159
Hasil Pengukuran Comfirmatory
Factor Komitmen
Organisasional ~ 161
Hasil Pengukuran Comfirmatory
Factor Dukungan
Organisasional ~ 163
Hasil Pengukuran Comfirmatory Factor Kompetensi Dosen ~ 165
Hasil Pengukuran Comfirmatory Factor Kinerja Dosen ~ 167
Diagram Path Full Model Pengujian Model Struktural ~ 169
Diagram path full model akhir pengujian model struktural ~ 171
Standardized estimate hubungan struktural full model ~ 173
ix
Daftar Singkatan
SWT
PTS
SDM
DP2M
STIA
STIE
STITEK
STIM
S-1
S-2
S-3
GB
MSDM
PSDM
TQM
AMOS
CFA
SEM
TLI
GFI
CFI
AGFI
CMIN
DF
RMSEA
= Subahanawuataalah
= Perguruan Tinggi Swasta
= Sumber Daya Manusia
= Dana Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
= Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
= Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
= Sekolah Tinggi Ilmu Teknologi Komputer
= Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
= Strata satu
= Strata dua
= Strata tiga
= Guru Besar
= Manajemen Sumber Daya Manusia
= Pengembangan Sumber Daya Manusia
= Total Quality Management
= Analysis Of Moment Structural
= Confirmatory Factor Analysis
= Structural Equation Model
= Tucker-Lewis Indeks
= Goodness of Fit Indeks
= Comparative Fit Indeks
= Adjusted Goodness of Fit Indeks
= Minimun Value of the discrepancy Function C in
Appendix B
= Gedree of Freedom
= Root Mean Square Error of Appeoximation
x
Manajemen Sumber Daya Manusia
CR
TS
S
TOEF
= Critical of Ratio
= Tidak Signifikan
= Signifikan
= Test of English Profeciency
xi
Catatan Penerbit
Kehadiran lembaga pendidikan formal pada semua jenjang
menjadi menjadi salah satu indikator maju dan mundurnya suatu
masyarakat. Tingkat pendidikan dari anggota masyarakat itu, juga
sangat memberi arti dalam memasuki dunia persaingan hidup
sesama individu serta masyarakat yang ada dalam suatu negara.
Pendidikan juga diyakini mampu untuk merumuskan masa
depan seseorang. Semakin tinggi pendidikan dengan keterampilan
dan profesi yang menjadi pilihan semakin profesional dijalani
maka akan dengan mudah dapat terserap pada pasar kerja yang
semakin keras persainganya.
Apalagi dalam era persaingan bebas dengan menjalani era
Masyarakat Ekonomi Asean, maka kompetisi hidup dan profesi
semakin tajam dan keras. Pada posisi demikian, maka sangat
diharapkan hadirnya sumber daya manusia yang memiliki
pendidikan dan keterampilan dengan daya saing tinggi untuk
memasuki era persaingan.
Lembaga pendidikan tinggi, berupa akademi, sekolah
tinggi, institut serta universitas, dinantikan kehadiranya di
tengah masyarakat yang baru mengalami masa pertumbuhan.
Sebab lewat perguruan tinggi, proses percepatan mencetak dan
memproduksi sumber daya manusia berdaya saing tinggi menjadi
tumpuan utama.
Provinsi Gorontalo, daerah ini sebelumnya merupakan
pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara. Memburu proses
percepatan pertumbuhan masyarakat dengan tersedianya sumber
xii
Manajemen Sumber Daya Manusia
xiii
daya manusia berkualitas, maka anggota masyarakat di wilayah itu
berinisiatif merintis pembukaan perguruan tinggi.
Perguruan tinggi yang hadir tersebut dengan sasaran
menjawab tuntutan begitu banyak kebutuhan sumber daya baru
berkualitas untuk mengisi posisi jabatan pada kantor instansi
pemerintah dan pihak swasta. Kampus yang hadir dalam rentang
waktu di awal kehadiran provinsi baru diminati anak-anak muda
harapan masa depan wilayah baru dimekarkan tersebut.
Eforia dalam mendirikan perguruan tinggi juga terasa pada
awal hadirnya provinsi baru Gorontalo. Regulasi dalam mendirikan
perguruan tinggi harus terkait dengan sumber daya dosen
memenuhi standar, sarana fisik terutama ruang perkuliahan,
perpustakaan dan laboratorium menjadi suatu keharusan. Namun
dalam perjalanannya karena semua merupakan hal yang baru
maka syarat standar itu masih ada yang masih sangat jauh dari
memadai apalagi memenuhi syarat utama dan standar.
Realitas dan fakta sosial menunjukkan, masih ada kampus
di awal kehadiran provinsi baru Gorontalo, hanya mengandalkan
dosen luar biasa dari kalangan birokrat, guru dan kalangan
profesional dengan standar pengetahuan dan pengalaman
mengajar yang relatif kurang.
Kondisi proses pendidikan demikian tentunya tidak memberi
jaminan untuk hadirnya sosok sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup menjadi
modal dan bekal memasuki belantara dunia kerja yang sangat
keras pertarungannya.
Kehadiran buku yang ditulis oleh, Dr Hj Meimoon Ibrahim,
SE, MM dengan Manajemen SDM Pengelolaan PTS Diantara
Kompetensi dan Kinerja Dosen, memberi begitu banyak
xiv
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
gambaran dan membuka pikiran dan mata hati akan potret dan
sosok perguruan tinggi yang mengambil peran mendidik dan
mencerdaskan anak-anak bangsa dengan segala kekurangan dan
kelebihan yang dijalaninya.
Buku yang ditulis oleh salah seorang Dosen Tetap Yayasan di
Universitas Gorontalo ini, secara terbuka memberikan fakta dan
data tentang kampus PTS yang ada di Provinsi Gorontalo yang
berpacu dengan waktu menghadirkan sumber daya manusia
Gorontalo guna menjawab tantangan zamannya.
Lewat buku ini menyajikan fakta soal kualitas sumber daya
dosen yang melakukan transper pengetahuan kepada mahasiswa.
Ada data soal jenjang pendidikan dosen mulai dari S1, S2, S3 selain
itu ada juga data tentang pangkat akademik yang dimiliki para
dosen di kampus PTS Gorontalo.
Buku ini pantas dan layak menjadi salah satu rujukan bagi
kalangan civitas akademika kampus serta pemerhati pendidikan
untuk mendapatkan fakta valid dan gambaran dinamika
pengelolaan kampus PTS di wilayah yang baru dimekarkan jadi
provinsi baru .
Makassar,
Fahmis Pustaka
Pengantar Penulis
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan buku ini, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Pengelolaan PTS Diantara Kompetensi dan Kinerja Dosen.
Dalam perjalanan proses penyelesaian penulisan buku
ini, penulis memperoleh suatu kesadaran yang tinggi untuk
membenahi keterbatasan kemampuan yang dapat meningkatkan
wawasandalammengikutisuatuperubahanilmudanpengetahuan.
Kesadaran inilah yang memberikan loyalitas tinggi untuk terus
mengingatkan kembali bahwa menggali ilmu pengetahuan harus
dilakukan melalui proses yang terus-menerus berjalan.
Dengan selesainya buku ini yang merupakan disertasi penulis
menyelesaikan studi S3 Manajemen di PPs-UMI Makassar,
sepenuhnya mangakui dan menyadari tidak terlepas dari
bimbingan, arahan dan dukungan dari promotor dan kopromotor
serta berbagai pihak lainnya, meskipun tanggung jawab akhir
penulisan ini berada pada penulis sendiri. Dalam kesempatan ini
dengan sepenuh hati yang tulus, penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
Prof. Dr. H. Mursalim Umar Gani, S.E.,M.Si ,selaku Promotor,
Prof.Dr.H. Bahar Sinring,S.E.,M.Si selaku Kopromotor dan H.
Baharuddin Latief,S.E., M.Si.,Ph.D sebagai Kopromotor yang
dengan tulus, ikhlas telah meluangkan waktu untuk berdiiskusi,
memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan dalam penelitian
xv
xvi
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
dan penyusunan disertasi. Kecerdasan, keluasan wawasan yang
kritis, kearifan beliau mendorong penulis agar senantiasa belajar
dan bertindak dengan lebih teliti dan hati-hati serta tidak mudah
patah semangat merupakan hal yang tidak ternilai harganya.
Komisi penguji: Prof.Dr. H. Basri Modding. S.E.,M.Si., Prof. Dr
Syahrir Mallongi.S.E.,M.Si, Prof. Dr. H Abdurrahman Mus,S.E.,M.
Si dan Dr. Hj. Roslina Alam, S.E, M.Si yang telah memberikan
sumbangsih pemikiran pada seminar proposal dan seminar hasil
penelitian serta ujian tertutup disertasi, demi kesempurnaan
penelitian ini.
Terbitnya buku ini, tak lupa diucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada mantan rektor sekaligus mantan
Ketua Yayasan Badan Wakaf UMI Prof. Dr. H. Abdurrahman A.
Basalama,S.E.,M.Si (Alm) dan Ketua Pembina Yayasan Badan Wakaf
UMI Bapak Prof. Dr. H. Mansyur Ramly,S.E.,M.Si yang juga selaku
ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang telah
bersedia memberikan epilog pada buku ini, serta Ketua Yayasan
Badan Wakaf UMI Makassar Dr. H. Mokhtar Noerjaya, S.E.,M.Si
yang telah menyediakan fasilitas untuk digunakan selama menjadi
mahasiswa pada Program Doktor Ilmu Manajemen Program
Pascasrjana UMI Makassar.
Rektor Universitas Muslim Indonesia Makassar Prof. Dr. Hj.
Masrurah Mohktar, M.A yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Doktor
Ilmu Manajemen pada Program Pascasarjana UMI Makassar.
Prof. Dr. H. Basri Modding, S.E.,M.Si selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia Makassar, yang telah
memberikan kesempatan dan memfasilitasi kebutuhan akademik
penulis untuk belajar sungguh-sungguh, sehingga pada akhirnya
upaya belajar pada program ini dapat diselesaikan dengan baik.
Manajemen Sumber Daya Manusia
xvii
Prof. Dr. H. Mahfudnurnajamuddin,S.E.,M.M selaku Ketua
Program Studi Doktor Ilmu Manajemen Program Pascasarjana
Universitas Muslim Indonesia Makassar, yang telah banyak
melayani dan mengarahkan penulis hingga selesai pada program
doktor ini .
Para Guru Besar dan dosen pada Program Doktor Ilmu
manajemen Program Pascasarjana UMI Makassar, yang telah
banyak mentransfer ilmu pengetahuan yang Inshaa Allah menjadi
amalan yang tak ternilai. Serta seluruh karyawan dan karyawati
PPS UMI Makasar atas pelayanan yang teramat baik selama ini.
Mantan Ketua Yayasan Pendidikan Duluwo Limo Lopohala’a
Gorontalo Bapak Dr. H. Rustam Hs.Akili,S.E.,S.H.,M.H yang telah
memotivasi dan memberikan rekomondasi serta bantuan dana
studi bagi penulis sehingga program doktor Ilmu Manajemen ini
dapat terselesaikan. Serta Kepada Ketua Yayasan Duluwo Limo
Lopohala’a Gorontalo, Bapak Mohamad Jamal Moodoeto,S.E.,M.H.
atas motivasi dan kesediaannya memberikan Prolog pada buku ini,
bapak Iyan Ayuba, SE, MM sekretaris YPDLP terima kasih atas ideide positifnya. dan Bendahara Yayasan Duluwo Limo Lopohala’a
Gorontalo Bapak Drs.Ec.H.Ilyas Lamuda,M.M yang banyak
memotivasi atas terbitnya buku ini.
Mantan rektor Universitas Gorontalo Bapak Prof. Dr. H.
Hariyadi Said, M.S, dan rektor Universitas Gorontalo Bapak
Dr. Ibrahim Ahmad,S.H.,M.H yang telah banyak memberikan
semangat juang yang tinggi hingga penulis dapat menyelesaikan
studi pada Program Doktor Ilmu Manajemen Program Pascasarjana
Universitas Muslim Indonesia Makassar.
Pimpinan seluruh Perguruan Tinggi Swasta di Propinsi
Gorontalo atas bantuan dan rekomendasi penelitian yang
diberikan kepada penulis sehingga selesainya disertasi ini.
xviii
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Kedua orang tua tercinta, Papa Sanu Ibrahim (almr) dan Mama
Hadidjah Mohamad (almr), atas do’a restu hingga penulis mampu
menyelesaikan studi. Serta kakak-kakaku dan adik-adikku atas
segala bantuan moril dan spirituil. Juga kepada seluruh ponaanku
yang selalu menjadi motivator.
Bapak mertuaku H.Junus Danial (almr) dan Ibu mertua Hj.
Maimuna Dude atas do’a dan dukungan yang diberikan serta
saudara-saudaraku atas motivasi, dan bantuan selama ini
Yang terkasih suami tercinta Endy Junus Danial,S.T.,M.M dan
anak-anakku Mohamad Anugrah E.J. Danial dan Mohamad Andika
Nugraha E.J Danial sebagai sumber inspirasiku, terima kasih
atas segala pengorbanan dan keikhlasan mendampingi bahtera
hidup dalam suka dan duka utamanya selama mengikuti proses
pendidikan hingga selesai.
Seluruh civitas akademika Universitas Gorontalo yang selalu
jadi spirit, terimakasih atas do’a dan dukungannya. Serta rekanrekan Mahasiswa angkatan IX tahun 2011 Blok Time Makassar
Program Doktor Ilmu Manajemen Pascasarjana UMI Makassar
atas motivasi dan do’a selama ini.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Amin.
Gorontalo, Juni 2016
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim SE, MM
Prolog:
Keterbatasan Sumber Daya Dosen
Moh. Jamal Moodoeto,S.E.,M.H
(Ketua Yayasan Pendidikan Duluwo Limo Lopohala’a Gorontalo)
Daya saing suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki. Semakin berkualitas sumber
daya manusianya, akan semakin besar peluag suatu masyarakat atau
bangsa tersebut bertahan dalam menjalani dinamika kehidupann
yang penuh pertarungan hidup cukup keras dan tajam.
Mencetak sumber daya manusia berkualitas sangat
ditentukan oleh proses pembelajaran pada jenjang pendidikan
formal dan informal. Pendidikan formal itu dimulai dari usia dini
sampai masuk pada perguruan tinggi.
Pembelajaran yang diberikan lewat kurikulum yang baku akan
menghasilkan luaran berkualitas cerdas, beretika dan berakhlak
mulia. Para lepasan pendidikan formal itu dengan pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki akan menjadi modal untuk masuk
dalam kompetisi dunia kerja yang sangat keras.
xix
xx
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Kenyataan akan keterbatasan sumber daya manusia berkulitas
sangat terasa ketika Provinsi Gorontalo, baru saja dimekarkan
dari Provinsi Sulawesi Utara. Kekurangan sumber daya manusia
pada semua bidang dan sektor sangat dirasakan. Padahal dalam
mendorong percepatan dan pertumbuhan masyarakat, sangat
dibutuhkan kehadiran sumber daya manusia berkualitas itu.
Wilayah dan masyarakat akan berjalan di tempat, mengalami
stagnasi atau malah terjadi involusi, ketika kesadaran mencetak
dan menghasilkan manusia cerdas, terampil, beretika, berakhlak
dan berkarakter tidak dilakukan secara lebih serius.
Mendorong percepatan pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat itu sangat ditentukan oleh hadirnya sumber daya
manusia berkualitas yang memiliki kapasitas untuk menawarkan
ide dan inovasi baru untuk sebuah perubahan ke arah yang lebih
baik dan bermartabat.
Pada posisi demikian, maka kehadiran lembaga pendidikan
tinggi menjadi sebuah tuntutan dan kebutuhan dari masyarakat.
Kehadiran STIE DLP Gorontalo kemudian beralih status menjadi
Universitas Gorontalo, itu semua merupakan panggilan nurani
dari para pendiri kampus untuk mengambil peran mendorong
percepatan peningkatan kualitas hidup masyarakat pada wilayah
Provinsi Gorontalo yang baru dimekarkan.
Di awal merintis institusi pendidikan tinggi ini. kendala utama yag
dihadapiadalahketerbatasansumberdayadosenyangakanmelakukan
transperpengetahuan dan keterampilan kepada para mahasiswa. Pihak
yayasan pengelola kampus kemudian mendorong para dosen lanjut
studi ke jenjang S2 da S3 di kampus pengelolah program pascasarjana
di Makassar, Manado, Jawa dan malah ke luar negeri.
Seiring perjalanan waktu institusi pengelolah pendidikan
tinggi semakin bertambah di Provinsi Gorontalo, itu semua
menjadi indikator pertumbuhan dan perkembangan masyarakat
terus mengalami dinamika dan perubahan ke arah yang lebih baik.
Manajemen Sumber Daya Manusia
xxi
Anak-anak bangsa yang akan melanjutkan jenjang pendidikan
tinggi, membutuhkan lembaga tersebut untuk mengasah
pengetahuan, kecerdasan, keterampilan didalam menjawab
tantangan zaman dan jalan-jalan kehidupannya.
Kehadiran institusi perguruan tinggi swasta mencapai 10
kampus di Provinsi Gorontalo layak disyukuri sebagai bagian dari
tanggungjawab para pengelola dalam mencetak dan menghasilkan
sumber daya manusia di Gorontalo agar memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang kelak menjadi modal dasar dalam
melakoni proses kehidupannya sekaligus melakukan adaptasi dan
berdiamika dalam kehidupan keseharian.
Buku yang ditulis oleh salah seorang Dosen Tetap Yayasan
Universitas Gorontalo, Dr.Hj.Meimoon Ibrahim SE, MM dengan
judul ‘’ Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengelolaan PTS Di
Antara Kompetensi dan Kinerja Dosen ‘’, pantas diberi apresiasi
yang tinggi, karena dia termasuk generasi pertama dari alumni
kampus almamaternya melanjutkan studi sampai jejang S3.
Lewat buku ini, penulis yang menjadikan dosen selaku pilihan
meniti jalan hidupnya, memberikan informasi dan gambaran
tentang sumber daya dosen di kampus PTS Gorontalo, termasuk
melakukan kritik dan saran terhadap perbaikan manajemen
kampus almamaternya.
Hasil penelitian secara akademik dalam buku ini memberikan
cukup banyak temuan dan saran kepada pengelola lembaga
pendidikan tinggi terutama di swasta, untuk menjadikan
semacam acuan dan bahan referensi dalam memenej kampus
yang dikelolahnya. Temuan lapangan dipadukan dengan teori
manajemen modern memberikan pengetahuan baru yang
berguna bagi masyarakat dan pegelola perguruan tinggi swasta.
Sosok penulis buku ini saya kenal sejak mulai bergabung
di almamaterya mejadi dosen, kemudian menjalani jenjang
struktural selaku sekretaris prodi, wakil dekan fakultas ekonomi
xxii
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
sampai pada dekan fakultas ekonomi. Dia adalah sosok dosen
yang selalu gelisah untuk meningkatkan kualitas sumber daya
dirinya. Jenjang pendidikan magister dan doktor dijalani di PPsUMI Makassar dengan segala suka dan dukanya.
Buku yang ada di hadapan para pembaca ini menjadi salah satu
bukti bahwa seorang dosen harus secara beriringan melaksanakan
Tri Dharma Perguruan Tinggi, bukan hanya pendidikan yang selalu
jadi skala prioritas dengan mengajar di dalam kelas, membimbing
di lapangan dan karya tulis, tetapi harus melakukan penelitian
kemudian mempublikasikan hasil penelitian itu, agar temuan dan
inovasi baru dalam penelitian tidak sampai mengendap dalam laci
tanpa disebarkan kepada masyarakat.
Langkahyangdilakukan Meimoon Ibrahim, melakukanpenelitian
dan mempublikasi hasil penelitian dalam bentuk penerbitan buku
ini, patut dijadikan contoh bagi para dosen-dosen lainnya untuk
senantiasa memacu diri melanjutkan jenjang studi doktoral. Selain
itu penulis buku ini secara rutin dan rajin melakukan penelitian dan
pengabdian pada masyarakat, hasil dari penelitian dan pengabdian
masyarakat kemudian dipublikasikan kepada masyarakat.
Selaku ketua yayasan saya berharap kepada seluruh civitas
akademik kampus terutama para dosen untuk terus menjadikan
tradisi akademik melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat untuk selanjutnya dipublikasikan ke jurnal ilmiah atau
diterbitkan dalam bentuk buku.
Kepada Meimoon Ibrahim, karya buku ini bukan hanya yang
pertama dan terakhir tetapi harus secara kontinyu melakukan
penelitian terkait dengan bidang ilmu manajemen SDM yag
ditekuni, untuk selanjutnya dipublikasikan dalam bentuk buku
atau jurnal ilmiah terakreditasi nasional dan internasional.
Gorontalo, 29 Juni 2016
Ketua Yayasan Pendidikan Duluwo Limo Lopohala’a Gorontalo
Moh. Jamal Moodoeto,S.E.,M.H
BAB I
Manajemen SDM Pengelolaan Kampus Sebuah
Pengantar Awal
A. Sumber Daya Dosen Tantangan Utama
Dierakompetisiyangsemakinkritisterhadapmutupendidikan,
maka guru dan dosen merupakan pihak paling bertanggung
jawab setelah pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.
Upaya menghasilkan pelayanan pendidikan dan pengajaran
yang bermutu tinggi maka mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
pendidikan perlu ditingkatkan melalui pengembangan kualitas
institusi pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja
dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Kualitas institusi pendidikan sangat dipengaruhi oleh masukan
bagi sistim pendidikan diantaranya mahasiswa, dosen dan
fasilitas sarana pendidikan proses belajar mengajar. Ketiga faktor
tersebut saling tergantung dan mempengaruhi satu sama lain
dalam menciptakan proses belajar mengajar yang berhasil. Dosen
adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya
dimanfaatkan oleh penyelenggara perguruan tinggi dengan tugas
utama mengajar.
Menurut Undang Undang–Guru dan Dosen Nomor 14
Tahun 2005, dosen adalah pendidik professional dari ilmu
dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Oleh
1
2
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
karena itu faktor penentu dalam menunjang tugas utama ini,
maka pengembangan sumber daya manusia (Human Resources
Development ) dosen perlu untuk dilaksanakan.
Pengembangan sumber daya manusia dibutuhkan untuk
meningkatkan kompetensi seperti pengetahuan, keterampilan
serta sikap dan perilaku, dimana untuk peningkatan kompetensi
dibutuhkan adanya komitmen organisasional yang juga sangatlah
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dukungan
organisasional, agar kesemuanya ini akan dapat meningkatkan
kinerja dosen itu sendiri.
Belajar dari pengalaman, bahwa setiap permasalahan yang
dihadapi hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan tingkatan
kualitas SDM. Dari sejarah peradaban pula dapat disimpulkan
bahwa hanya manusia yang berkualitaslah yang akan mampu
berperan dalam kehidupan. Karena itu, peningkatan kualitas SDM
sudah merupakan suatu keharusan untuk segera diupayakan secara
terencana, terarah, dan terkendali. Peningkatan kualitas SDM
ternyata tidak dapat dilakukan kecuali hanya melalui pendidikan.
Menyadari betapa pentingnya peningkatan kualitas pendidikan
tersebut, pemerintah memang telah melakukan berbagai upaya,
dan berbagai kebijakan telah dilaksanakan.
Dessler (2010:8) menyatakan SDM mencapai tujuannya
dalam pengembangan sumber daya manusia, harus melalui syarat
melakukan perencanaan SDM, rekruitmen SDM, seleksi SDM dan
induksi SDM dengan ketentuan SDM tersebut mampu memberikan
akses dalam meningkatkan pelatihan dan pengembangan karir
sesuai dengan penilaian motivasi, penilaian karya dan adanya
penghargaan kompetensi sesuai dengan tingkat kesejahteraan
Manajemen Sumber Daya Manusia
3
(kompensasi), lingkungan kerja yang sehat dan aman serta
hubungan yang baik dengan komponen dalam organisasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, investasi dalam SDM sudah
seharusnya dilakukan sejak dini, sejak proses rekrutmen hingga
persiapan pensiun. Investasi ini akan menjamin terwujudnya
pemenuhan hak azasi manusia, meningkatnya kualitas,
mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi, pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, terwujudnya masyarakat sejahtera,
dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Untuk sampai pada kondisi tersebut memerlukan dukungan
potensi SDM yang memiliki kompetensi untuk berkiprah pada
jaman tertentu yang sesuai dengan gambaran kondisi yang dicitacitakan masyarakat, yaitu masyarakat yang adil makmur serta
sejahtera sebagaimana yang menjadi cita-cita nasional bangsa
Indonesia dan bangsa di manapun berada. Pencapaian terhadap
cita-cita nasional, bukan satu hal yang hanya dicita-citakan saja
tetapi perlu diwujudkan. Oleh karena itu, SDM menjadi salah
satu komponen yang paling strategis.
Pentingnya SDM dalam suatu organisasi pada prinsipnya
untuk mengembangkan tujuan yang ingin di capai oleh setiap
organisasi. Dominggus (2005:8) menyatakan Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM) berperan penting di dalam
meningkatkan eksistensi manusia yang ada dalam suatu organisasi,
mengembangkan aktivitas kerja dalam pencapaian kinerja yang
baik, menghidupkan fungsi-fungsi manajemen dan memperbaiki
struktur keorganisasian serta meningkatkan hubungan internal
dan eksternal dalam mencapai tujuan organisasi.
Pencapaian tujuan organisasi dalam teori-teori inilah yang
menjadi teori utama dalam penelitian yang membahas tentang
hubungan pengembangan SDM, komitmen organisasional dan
4
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
dukungan organisasional terhadap kompetensi dan kinerja yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari MSDM secara
keseluruhan. Sehubungan dengan MSDM, maka pendekatan yang
digunakan dari sudut pandang aktivitas, menurut Rivai (2007:17)
bahwa sudut pandang dalam melihat pentingnya MSDM dalam
beraktivitas pada organisasi dapat digunakan lima pendekatan,
yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Pendekatan strategis. MSDM harus memberikan andil atas
keberhasilan strategis organisasi. Bila aktivitas manajer dan
bagian SDM mencapai sasaran strategisnya, maka sumber
daya tidak digunakan secara efektif.
Pendekatan SDM. MSDM merupakan manajemen manusia.
Pentingnya harkat dan martabat manusia tidak boleh
diabaikan.
Pendekatan manajemen. MSDM merupakan tanggung jawab
setiap manajer. Departemen SDM ada dalam rangka melayani
manajer dan pegawai melalui keahliannya.
Pendekatan system. Pendekatan SDM berlangsung di dalam
sistem yang lebih besar yakni organisasi. Oleh karenanya,
upaya SDM harus mengevaluasi andil pegawai yang diberikan
kepada produktivitas organisasi.
Pendekatan proaktif. MSDM bisa meningkatkan andilnya
atas pegawai dan organisasi dengan mengantisipasi berbagai
masalah sebelum kemunculannya.
Pengertian MSDM, mempunyai keterkaitan dengan tujuan
yang ingin dicapai melalui peningkatan kinerja SDM dalam suatu
organisasi. Stoner (2004:94) menyatakan MSDM yang efektif,
efesien dan berkualitas terlihat dari pencapaian kinerja yang
ditunjukkan. Berkaitan dengan pencapaian kinerja dosen PTS di
Gorontalo dikaitkan dengan pengembangan SDM, menunjukkan
Manajemen Sumber Daya Manusia
5
bahwa terjadi perbedaan dengan kenyataan yang ditemukan pada
PTS selama ini.
Fenomena yang terjadi selama ini, menunjukkan bahwa
kinerja dosen perguruan tinggi, utamanya perguruan tinggi swata
di Gorontalo masih jauh dari harapan sebenarnya. Kenyataannya
banyak PTS yang meningkatkan kinerja dosen dengan melakukan
pengembangan SDM dan peningkatan komitmen organisasional
melalui dukungan organisasional dan kemampuan berupa
kompetensinya tidak dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya.
Istilah dukungan diterjemahkan dalam kamus besar bahasa
Indonesia online (2012) sebagai sesuatu yang di dukung, sokongan
dan bantuan. Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan
yang diterima seseorang dari orang lain. Dukungan ini biasanya
dapat diperoleh dari lingkungan organisasi yaitu pimpinan, rekan
kerja serta sistem yang ada dalam organisasi tersebut. Dukungan
organisasional ini merupakan hal yang dibutuhkan oleh dosen,
namun dalam kenyataannya fenomena menggambarkan bahwa
dosen kurang mendapatkan dukungan untuk meningkatkan
kompetensinya seperti kurangnya waktu/peluang untuk
melakukan studi lanjut oleh karena adanya keterbatasan jarak,
waktu dan dana yang dibutuhkan, sehingga kadang-kadang sikap
dan perilaku dosen bahkan tidak lebih jauh dari anak didik.
Dukungan organisasional ini juga merupakan hal yang
dibutuhkan untuk menunjang kegiatan kompetensi merupakan
hal yang menentukan keberhasilan organisasi. Terminologi
kompetensi sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam wacana
manajemen sumber daya manusia maupun psikologi organisasi.
Konsep kompetensi telah lama menjadi perhatian kejadian, bahkan
telah menjadi bahan perdebatan dalam berbagai jurnal, majalah
dan buku teks. Akan tetapi kompetensi mulai popular pada tahun
6
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
2000-an, khususnya di Indonesia. Terminologi kompetensi mulai
banyak dipakai orang dalam berbagai penggunaan, betapapun
banyak orang berbeda dalam memersepsi tentang konsep
kompetensi (Sudarmanto, 2009:40)
Kompetensi kini mulai sering dipergunakan untuk
merefleksikan kemampuan seseorang pada bidang-bidang
tertentu atau keterampilan tertentu, seperti komunikasi verbal,
keterampilan presentasi, pengetahuan tekhnik, pengendalian
stress, kemampuan merencanakan serta pengambilan keputusan.
Kompetensi menyangkut kemampuan-kemampuan manusiawi
yang dimiliki manusia perlu ditumbuh kembangkan utamanya
didalam dunia pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas memiliki posisi yang sangat
srategis. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan tinggi yakni
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan / atau professional yang
dapat menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan / atau kesenian (PP.601999) untuk itu perlu kesiapan perguruan tinggi dengan segala
perangkatnya termasuk yang utama meningkatkan motivasi kerja
dan kinerja para dosen, sehingga dosen mendapatkan pembinaan
karir yang terencana dan professional. Tuntutan tersebut telah
ditegaskan dalam PP No 19 tahun 2005, tentang standar nasional
pendidikan, pada BAB VII mengenai standar sarana dan prasarana.
Kenyataan tersebut ternyata di antaranya disebabkan oleh
pendekatan dan strategi manajemen Pengembangan SDM
yang selalu mengarah pada input oriented dan macro oriented.
Pendekatan terhadap input ini ditunjukkan hampir pada semua
kebijakan yang selalu bersandar pada pemenuhan semua
Manajemen Sumber Daya Manusia
7
kebutuhan komponen masukan pendidikan, dengan keyakinan
akan menghasilkan output yang berkualitas. Kebijakan-kebijakan
yang didasarkan pada proyeksi secara makro, pada kenyataannya
sering kurang menyentuh persoalan-persoalan mendasar yang
dihadapi para pelaksana pendidikan pada tingkat institusi
kependidikan. Kondisi-kondisi tersebut, tentu saja memerlukan
pembaharuan-pembaharuan mendasar, baik yang menyangkut
metodologi, maupun kebijakan stratejik dalam manajemen
Pengembangan SDM ke arah yang bersifat lebih baik lagi.
Apabila proses pembaharuan sistem manajemen
pengembangan SDM dipandang dari sudut keilmuan, akan
berkaitan dengan makna imperative yang merujuk paradigma
filsafat keilmuan dengan objek dan metodologi studi yang jelas.
Objek pembaharuan sistem manajemen pengembangan SDM
pendidikan harus merujuk pula pada paradigma ilmu administrasi
pendidikan, dan paradigma ilmu administrasi pendidikan pun
harus merujuk pula pada paradigma ilmu pendidikan bukan pada
paradigma ilmu non-kependidikan, atau pun ilmu politik, maka
sepakatlah bahwa ilmu pendidikan mempunyai paradigma yang
berbeda dengan paradigma ketatanegaraan maupun politik, baik
dalam aspek ontologi, aksiologi dan epistemologinya. Walaupun
dalam tatanan praktek kependidikan lebih banyak menyesuaikan
diri dengan bentuk konstelasi dan proses politik ketatanegaraan,
tetapi hal tersebut sebetulnya hanya bersifat kontekstual.
Metodologi implementasi teori pembaharuan sistem
manajemen pengembangan SDM kependidikan, dapat saja
merujuk paradigma keilmuan yang selama ini digunakan dalam
disiplin ilmu sosial lainnya, yang secara umum dimulai dengan
asumsi, dianalisis menjadi serangkaian prinsip, disintesa menjadi
teori, diverifikasi dalam praktek, diobservasi menjadi asumsi-
8
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
asumsi baru, begitulah seterusnya. Namun, dalam aspek substansi,
tetap saja ilmu pengembangan SDM kependidikan mempunyai
kekhususan yang sulit didekati dengan paradigma keilmuan lainnya
Berbagai tanggung jawab tersebut selayaknya seorang dosen
wajib melaksanakan pengembangan sumber dayanya (human
capital development) serta memiliki kinerja yang lebih baik,
dengan adanya dedikasi yang tinggi guna pencapaian prestasi,
percepatan atau regulasi kepangkatan, penghasilan yang signifikan
sebagai bentuk tanggung jawab tenaga kependidikan sekaligus
penghargaan yang diterimanya, dan yang terpenting merupakan
bentuk pertanggungjawaban insaniah terhadap Allah SWT yang
telah menjalankan amanah dengan baik dan optimal.
Peningkatan kinerja individu juga dipengaruhi oleh kompetensi
individu, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan
yang dilakukan, dan hubungannya dalam komitmen organisasional.
Kinerja (performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugastugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja
merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan
sebuah pekerjaan. Evaluasi kinerja merupakan sarana untuk
memperbaiki karyawan, sehingga dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik dalam organisasi secara lebih baik (Simamora,2004:5).
Rendahnya kinerja dalam melaksanakan tugas pokok dan
tugas lainnya akan berdampak tidak hanya pada dosen yang
bersangkutan, tetapi juga pada institusi dan mutu lulusan yang
saat ini menjadi issu sentral pendidikan tinggi (quality assurance).
Teori Human Capital menjelaskan bahwa investasi terhadap
pengetahuan dan keahlian akan memperoleh keuntungan
(Becker,1993 dalam Simamora 2004:10). Faktor yang dapat
meningkatkan human capital adalah pendidikan formal dan
pengalaman sebagai dasar untuk dapat mengatasi situasi
Manajemen Sumber Daya Manusia
9
manajer. Faktor yang berpengaruh terhadap human capital
adalah pendidikan dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan
produktivitas, aktivitas entrepreneurship dan kesuksesan bisnis.
Pengembangan SDM berdasarkan pada adanya dukungan
organisasional dan kompetensi diharapkann dapat meningkatkan
komitmen terhadap organisasi. Semua bentuk organisasi
membutuhkan karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi.
Salah satu bentuk organisasi tersebut adalah institusi perguruan
tinggi. Dalam Perguruan tinggi, sumber daya yang dimaksud
adalah dosen. Komitmen organisasional yang diberikan oleh
seorang dosen merupakan hal yang dapat diperoleh melalui
dukungan organisasional dan kompetensi yang dikembangkan
dalam pengembangan sumber daya manusia dosen itu sendiri.
Seiring dengan pemekaran Provinsi Gorontalo tahun 2000
bahkan jauh sebelumnya sekitar tahun 1980-an, sudah ada
beberapa perguruan tinggi swasta beroperasi. Dengan demikian,
rentang waktu yang kurang lebih 15 – 35 tahun merupakan era
yang cukup untuk mengembangkan SDM dosen di lingkungan
perguruan tinggi swasta. Kenyataan itu sehingga dapat diprediksi
jumlah dosen tetap perguruan tinggi swasta di Gorontalo sudah
ada sekitar 25-30%, memiliki pangkat akademik dan Guru Besar,
sehingga profesionalisme melekat padanya. Namun demikian
kenyataan itu sangat jauh dari harapan yang sebenarnya.
Oleh karena untuk pengembangan potensi sumber daya
manusia utamanya bagi dosen dirasakan begitu mahal apalagi
dengan ketiadaan dukungan sarana prasarana seperti perguruan
tinggi tujuan studi lanjut memiliki jarak jauh serta minimnya
biaya yang mendukung, sehingga kurang memungkinkan
bagi dosen PTS Gorontalo mengembangkan kompetensinya.
Pada sisi kompetensi, fenomena yang terlihat bahwa dosen
Manajemen Sumber Daya Manusia
11
PTS Gorontalo masih dalam persentase terbesar berada pada
pendidikan strata satu (S-1) dengan status tenaga pengajar
serta keterampilan dalam proses belajar mengajar belum sesuai
standar dalam arti dosen mengajar tidak sesuai ketentuan yang
berlaku karena pelatihan kompetensi dosen seperti pelatihan
PEKERTI dan Aplied Aproach (AA) serta pelatihan lainnya belum
semua dosen mengikutinya, walaupun sebenarnya intitusi dan
penyelenggara perguruan tinggi seperti Yayasan dan KOPERTIS
telah mengupayakan, akan tetapi tingginya tingkat keluar dosen
dari institusi PTS, membuat pelatihan tersebut menjadi tidak
efektif. Hal ini dikarenakan komitmen organisasional dosen
masih rendah.
B. Profesi Dosen Sekadar Batu Loncatan
Dalam hal komitmen organisasional dosen, fenomena
menunjukkan bahwa pekerjaan dosen pada perguruan tinggi
swasta di Gorontalo kadang hanya merupakan pekerjaan sementara
merupakan ‘batu loncatan’ untuk mencari pekerjaan lain. Ini
menandakan rendahnya komitmen organisasional dari dosen
Sehingga pertanyaan yang pantas diajukan adalah seberapa besar
komitmen organisasional yang dimiliki dosen tetap PTS Gorontalo?
Ataukah jabatan dan pekerjaan dosen masih merupakan pekerjaan
yang menuntut banyak hal yang membuat dosen tidak dapat
menunjukkan komitmen organisasionalnya. Untuk itu tentunya
komitmen organisasional merupakan hal yang perlu ada, sehingga
dengan demikian hal ini akan mempengaruhi kinerja.
Kinerja dosen perguruan tinggi selama ini menunjukkan
bahwa masih rendah, hal itu disebabkan oleh kenyataan kondisi
perguruan tinggi di Indonesia, dimana gaji profesor atau dosen
masih sangat rendah sehingga membutuhkan penghasilan
10
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
tambahan berbagai sumber dan aktivitas lain menyita waktu
sebagai pendidik perguruan tinggi masih beroperasi sangat
tidak efektif dan tidak efesien seperti kehadiran dosen rendah,
kurikulum tidak responsif terhadap kebutuhan pasar kerja,
kemudian biaya pendidikan semakin mahal dan tingkat drop out
masih tinggi, demikian pula dengan tata pelaksanaan proses
belajar mengajar masih tidak sesuai dengan standar mutu dan
kredibilitas, sehingga dari hal tersebut perguruan tinggi belum
dapat memuaskan stakeholders atau masyarakat umum (Dirjen
Dikti, 2005 dalam Sambung 2010 :6-7)
Pada tahun 2007 (data EPSBED 16 Desember 2007), dari
71.188 dosen tersebar pada 82 PTN di Indonesia yang sudah
memiliki kualifikasi akademik S-3 berjumlah11,9 persen , S-2
berjumlah 45,2 persen sedangkan S-1 berjumlah 40,2 persen dan
berkualifikasi diploma S-0 berjumlah 0,57 persen. Sementara itu
dari jumlah tersebut yang mempunyai jabatan fusngsional Guru
Besar berjumlah 3,51 persen, lektor kepala 22,9 persen. Lektor
26,4 persen, asisten ahli 20,4 persen dan lainnya 2,1 persen.
Secara keseluruhan, jumlah dosen yang tersebar disekitar 2.589
perguruan tinggi negeri dan swasta berjumlah 222,061 dosen,
dimana sebagian dosen PTS merupakan dosen PTN juga, sehingga
kondisi dosen PTS relative tidak jauh berbeda, bahkan juga tidak
lebih baik dari PTN.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) menyatakan
bahwa dari 180.000 dosen yang ada di Indonesia, diperkirakan
hanya sekitar 1,1 persen yang mampu meneliti secara layak,
sehingga tidak heran kontribusi Indonesia pada perkembangan
ilmu pengetahuan sangat rendah. Penelitian yang rendah
itu berujung pada publikasi ilmiah dari dosen Indonesia di
jurnal internasional . Data yang diperoleh dari penerbit jurnal
12
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
internasional, Indonesia hanya memberikan kontribusi sebesar
0,012 persen pada jurnal internasional. Kontribusi ini lebih
rendah dari Nepal yang mampu menyumbang 0,014 persen,
padahal Negara Nepal adalah Negara kecil yang kalah majunya
dari Indonesia. Kalau dibandingkan dengan Singapura, malah
jauh lagi tertinggal. Singapura mampu menyumbang sebesar
0,179 persen pada jurnal internasional (Kompas, 23 Januari
2008) padahal dana yang disiapkan oleh Dirjen Dikti 2007 cukup
menjanjikan mencapai Rp.240 milliar. Total anggaran yang dapat
diusulkan untuk setiap proposal berjumlah Rp. 100 juta hingga
Rp. 500 juta pertahun. Persoalan yang terjadi saat ini adalah
minimnya minat para dosen memperebutkan dana penelitian
dari Dikti dan Ristek sehingga harus terus dipacu dengan
memberikan informasi Strategi Penyusunan Proposal Hibah dan
Penelitian didanai DP2M. Padahal melalui riset itu tidak hanya
produk dan teknologi yang dihasilkan tetapi kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih hidup dan perguruan tinggi mampu
memfasilitasi kebutuhan pemerintah, swasta dan masyarakat (
Sibuea,2008 dalam Bahana 2011: 12-17)
Kecenderungan kinerja dosen yang menurun ini diimplikasikan
dengan berbagai indidkator penyebab yang sangat subtantif
seperti kompetensi dosen sebagai kemampuan dosen dalam
melaksanakan tugas pokoknya yaitu pendidikan pengajaran
seperti persiapan dan evaluasi pembelajaran, tugas penelitian
seperti pemuatan karya pada jurnal ilmiah, dan tugas pengabdian
pada masyarakat seperti pemberian materi atau pelatihan
kepada masyarakat maupun tugas-tugas penunjang lainnya dan
juga kurangnya komitmen untuk tetap konsisten dengan pilihan
pofesi sebagai dosen serta kurangnya dukungan utamanya
menyangkut dukungan organisasional, yang dibutuhkan dosen
Manajemen Sumber Daya Manusia
13
dalam meningkatkan kompetensinya melalui pengembangan
SDM. Keseluruhan faktor atau variabel tersebut memiliki potensi
dikembangkan sehingga dengan peningkatan faktor atau variabel
tersebut , maka diharapkan kinerjanya dapat meningkat.
Di Gorontalo, pada dasarnya keadaan dosen utamanya Dosen
TetapYayasan pada perguruan tinggi swasta ditinjau dari strata
pendidikan masih sangat jauh dari diharapkan oleh karena dari 566
orang dosen yang ada jumlah terbesar strata pendidikan adalah
sarjana strata satu (S-1) yaitu sebanyak 406 orang sedangkan
strata dua (S-2) atau magister sebanyak 154 orang serta strata
tiga (S-3) atau lulusan program doktor hanya sebanyak 6 orang,
selengkapnya ditunjukkan pada tabel 1 berikut
Tabel 1
Kualifikasi Strata Pendidikan Dosen PTS di Gorontalo
No PTS
Strata Pendidikan
S-1
1 Universitas Gorontalo
93
2 Universitas Ichsan
118
3 Universitas Muhamadiyah Gorontalo 51
4 STIA Bina Taruna
29
5 STITEK Bina Taruna
15
6 STIMIK Ichsan
33
7 STIE Ichsan
20
8 Akakom Mall Cendekia
7
9 Politeknik Gorontalo
19
10 STIM Boalemao
21
Total
406
S-2
56
45
13
13
4
6
7
1
5
3
153
S-3
2
1
1
2
1
7
Jumlah
151
164
65
44
19
39
28
8
24
24
566
Sumber Data : PTS Gorontalo tahun 2013
Potret strata pendidikan dosen tetap PTS di Provinsi
Gorontalo tersebut sangatlah minim dan pada hakekatnya
membutuhkan perhatian, sebagaimana dapat dilihat dalam grafik
gambar 1. Potret strata pendidikan dosen tetap PTS di Provinsi
14
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Gorontalo jika dipersentasekan maka berkualifikasi pendidikan
dengan jenjang strata satu (S-1) atau sarjana adalah sebesar 68,8
persen sedangkan berkualifikasi Strata dua (S-2) atau magister
adalah sebesar 29,8 persen dan yang berpendidikan doktor atau
Strata tiga (S-3) hanya sebesar 1,4 persen . Indikasinya bahwa
strata pendidikan yang dimiliki oleh dosen tetap PTS di provinsi
Gorontalo masih tergolong rendah.
Gambar 1. : Strata Pendidikan Dosen Tetap PTS Provinsi Gorontalo
Sumber : PTS Gorontalo Tahun 2013
Selanjutnya komposisi jabatan fungsional dosen tetap PTS
di Provinsi Gorontalo sebagian besar belum memiliki jabatan
fungsional atau baru sebagai tenaga pengajar yakni sebesar 62,
persen, asisten ahli sebanyak 30.5 persen , lektor sebanyak 5,7
persen dan lektor kepala sebanyak 0,9 persen serta guru besar
0 persen. Potret jabatan fungsional dosen tetap PTS tersebut
dapat dilihat pada gambar 2, dimana minimnya dosen tetap PTS
di Provinsi Gorontalo yang memiliki jabatan fungsional, hal ini
dikarenakan dengan ketentuan berlaku bahwa untuk mengurus
jabatan fungsional sekurang-kurangnya harus memiliki NIDN
dengan syarat pendidikan magister (S-2), serta mengikuti tes
TOEF dan TPA (Tes Potensi Akademik).
Manajemen Sumber Daya Manusia
15
Dengan persyaratan tersebut, menyebabkan banyak
perguruan tinggi yang kesulitan untuk mendapatkan tenaga dosen
yang benar-benar memenuhi kualifikasi sesuai dipersyaratkan
dalam undang-undang tersebut. Pada sisi lain perguruan tinggi
swasta diperhadapkan pada berbagai permasalahan yang
berhubungan dengan pengelolaan lembaga perguruan tinggi
termasuk permasalahan pemenuhan syarat minimal baik jumlah
maupun kualifikasi akademik dosen tetap yang dimiliki dan
persyaratan lainnya yang harus dipenuhi termasuk akreditasi dan
persyaratan sertifikasi dosen.
Gambar 2 : Jabatan Fungsional Dosen Tetap PTS di Gorontalo
Sumber : PTS Gorontalo Tahun 2013
Sertifikasi dosen diharapkan mampu menjadi mediasi dalam
mewujudkan quality assurance (penjaminan mutu) tenaga
pendidik, terutama yang berada di lingkungan Perguruan Tinggi
Swasta. Jadi, sertifikasi dosen bukan sekedar untuk meningkatkan
kualitas kesejahteraan dosen melalui penerimaan tunjangan
profesi, akan tetapi juga mengarah pada terwujudnya penjaminan
mutu dosen yang kompeten.
16
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Kompetensi dosen seyogyanya terus ditingkatkan melalui
pengembangan SDM berupa pendidikan dan pelatihan
serta pengembangan dan pembelajaran, dimana dalam
pengembangan SDM ini memerlukan dukungan organisasional
seperti pimpinan dan rekan kerja serta sistem yang ada sehingga
pada akhirnya kinerja akan semakin di tingkatkan. Peningkatan
kinerja dosen ini tentunya juga membutuhkan adanya komitmen
organisasional dari dosen agar tetap bertahan pada profesinya
sebagai pendidik sebagaiamana yang diisyaratkan oleh undangundang guru dan dosen.
Selanjutnya keadaan dosen tetap PTS Gorontalo yang
tersertifikasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Dosen PTS di Gorontalo Yang Tersertifikasi s/ d 2012
No. PTS
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
12
0
3
0
2
1
0
0
0
30
Universitas Gorontalo
Universitas Ichsan
Universitas Muhamadiyah Gorontalo
STIA Bina Taruna
STITEK Bina Taruna
STIMIK Ichsan
STIE Ichsan
Akakom Mall Cendekia
Politeknik Gorontalo
STIM Boalemao
Total
Sumber : PTS Gorontalo tahun 2013
Dari tabel tersebut menunjukkkan bahwa dosen PTS di
Gorontalo rata-rata perlu ditingkatkan dan dikembangkan, hal
ini diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Berdasarkan uraian
Manajemen Sumber Daya Manusia
17
tersebut, maka penelitian ini mengambil lokasi pada Perguruan
Tinggi Swasta di Gorontalo dalam naungan Kopertis Wilayah IX
Sulawesi. Penelitian ini terinspirasi oleh penelitian yang dilakukan
oleh Dunggio (2011) meneliti tentang prestasi dosen di PTS di
Gorontalo dipengaruhi oleh kompetensi, Adam (2011) tentang
kinerja dosen yang dipengaruhi oleh motivasi, Sambung (2010)
meneliti tentang kinerja dosen dipengaruhi oleh kepuasan kerja,
komitmen organisasional dan kepribadian, Kusumastuti (2013)
tentang kompetensi individu mempengaruhi kinerja dosen.
C.
Mencari Jawab Pegelolaan PTS
Kompetensi dan Kinerja Dosen
Di
antara
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
3.
4.
Apakah jika semakin tinggi variabel pengembangan sumber
daya manusia akan mendorong terhadap peningkatan
variabel kompetensi dosen tetap Perguruan Tinggi Swasta
(PTS) di Gorontalo.
Apakah jika semakin tinggi variabel komitmen organisasional
maka akan mendorong terhadap peningkatan variabel
kompetensi Dosen tetap Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di
Gorontalo.
Apakah jika semakin tinggi variabel dukungan organisaional
maka akan mendorong terhadap peningkatan variabel
kompetensi dosen tetap Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di
Gorontalo
Apakah jika semakin tinggi variabel pengembangan sumber
daya manusia maka akan mendorong terhadap peningkatan
variabel kinerja dosen tetap Perguruan Tinggi Swasta ( PTS )
di Gorontalo
18
5.
6.
7.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Apakah jika semakin tinggi variabel komitmen organisasional
akan mendorong terhadap peningkatan variabel kinerja
dosen tetap Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Gorontalo
Apakah jika semakin tinggi variabel dukungan organisasional
maka akan mendorong terhadap peningkatan variabel kinerja
dosen tetap Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Gorontalo
Apakah jika semakin tinggi variabel kompetensi akan
mendorong terhadap peningkatan variabel kinerja dosen
tetap Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Gorontalo.
Manajemen Sumber Daya Manusia
19
BAB II
Tinjauan Teori Manajemen SDM
Pengelolaan PTS
A. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM merupakan kegiatan pengelolaan SDM
melalui kegiatan analisa jabatan, perencanaan tenaga kerja,
rekruitmen, seleksi, pelatihan dan pengembangan, perencanaan
karir, penilaian prestasi, pemberian kompensasi sampai dengan
pemutusan hubungan kerja
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah
suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan individu dan
peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki secara efisien dan
efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai
tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat
menjadi maksimal.
Berikut beberapa pengertian mengenai MSDM:
Hasibuan (2003 : 10), MSDM adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah bidang
manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan
manajemen manusia dalam organisasi perusahaan.
Menurut Mary Parker Follett: MSDM adalah suatu seni
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan
orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang
19
Manajemen Sumber Daya Manusia
20
diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaanpekerjaan itu sendiri.
Manullang (2004: 198), MSDM adalah seni dan ilmu
pengadaan, pengembangan dan pemanfaatan SDM sehingga
tujuan perusahaan dapat direalisasikan secara daya guna dan
kegairahan kerja dari semua kerja.
Handoko (2001:4) MSDM adalah penarikan, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya
manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun
organisasi.
Flippo (1992:9) MSDMadalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai
berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
Simamora (1995:9) MSDM adalah sebagai pendayagunaan,
pengembangan, penilaian, pemberian balasan jasa dan
pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau kelompok
bekerja. MSDM juga menyangkut desain dan implementasi sistem
perencanaan, penyusunan personalia, pengembangan karyawan,
pengeloaan karir, dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam
fungsi atau bidang evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan
hubungan perburuhan yang mulus.
Dessler (2010: 2) MSDM adalah kebijakan dari praktik yang
dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek “orang” atau
SDM dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan,
penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilai
Rivai (2007: 1), MSDM merupakan salah satu bidang
dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan,
20
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
pengorganisasian, pelaksanaan produksi, pemasaran, keuangan,
maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia dianggap
semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan,
maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM
dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut manajemen
sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai arti
sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya
memanage (mengelola) sumber daya manusia.
Malthis dan Jackson (2011:3) adalah rancangan sistem-sistem
formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan
bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan
organisasi.
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa MSDM merupakan proses pendayagunaan
SDM yang dilakukan dengan melalui pengaplikasian fungsifungsi MSDM seperti perencanaan SDM, rekruitmen dan
seleksi, pengembangan SSDM, perencanaan dan pengembangan
karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan
dan kesehatan kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan
pengembangan, promosi, dan pemutusan hubungan kerja,
sehingga mampu memberikan kontribusi secara efektif dan
efisien sesuai dengan harapan usaha perorangan, badan usaha,
perusahaan, lembaga, maupun instansi.
B. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan SDM adalah penyiapan karyawan untuk
memikul tanggung jawab lebih tinggi dalam perusahaan.
Pengembangan SDM berhubungan erat dengan peningkatan
kemampuan intelektual yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan lebih baik lagi. Pengembangan SDM berpijak pada
22
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
fakta setiap tenaga kerja membutuhkan pengetahuan, keahlian,
dan keterampilan yang lebih baik. Pengembangan lebih terfokus
pada kebutuhan jangka panjang dan hasilnya hanya dapat diukur
dalam jangka panjang. Pengembangan juga membantu karyawan
mempersiapkan diri menghadapi perubahan pekerjaan atau
jabatan yang diakibatkan teknologi baru atau pasar baru.
Flippo (1992: 2) dalam bukunya Personnel Management
menggunakan istilah “pengembangan” untuk usaha peningkatan
pengetahuan dan keterampilan karyawan. Otto dan Glasser dalam
bukunya The Management of Training menggunakan istilah
training (latihan) untuk usaha peningkatan pengetahuan dan
keterampilan karyawan yang di dalamnya menyangkut pengertian
pendidikan.
Dalam aspek substansi, tetap saja ilmu Pengembangan Sumber
Daya Manusia (PSDM) kependidikan mempunyai kekhususan
yang sulit didekati dengan paradigma keilmuan lainnya. Ajaran
Pengembangan SDM modern, berawal dari pidato Theodore W.
Schultz di hadapan the American Economic Associates tahun
1960, yang berjudul Investment in Human Capital. Dalam pidato
tersebut, dikemukakan bahwa proses perolehan pengetahuan
dan keterampilan melalui pendidikan, bukan hanya sekedar untuk
konsumsi belaka, tetapi juga merupakan sebuah investasi jangka
panjang. Pidato tersebut telah mendorong pemerintah Amerika
Serikat merencanakan pembangunan berdasarkan ajaran ini,
dan telah mendorong pula para ahli Kebijakan Pendidikan dalam
merencanakan pendidikan berazaskan teori human capital.
Menurut ajaran PSDM modern tersebut, SDM dianggap
sebagai pemegang modal yang diwujudkan dalam pengetahuan,
keterampilan, sikap dan produktivitas kinerjanya. Apabila
SDM sebagai pemegang modal, mereka dapat menginvestasi
Manajemen Sumber Daya Manusia
23
dirinya, yang hasilnya bukan saja untuk dirinya sendiri, tetapi
untuk kelompok atau perusahaannya, tetapi, investasi itu bukan
diterjemahkan dalam rangka meningkatkan kemampuan alat
produksi untuk kepentingan pihak-pihak pemilik modal yang lebih
besar, karena pasukan SDM bukanlah sebagai alat produksi. Ajaran
ini berkembang ke dalam berbagai bentuk proses pendidikan SDM,
baik secara formal maupun non formal, atau bentuk pendidikan
lainnya. Dan keuntungan bagi individu dari hasil pendidikan akan
memberikan keuntungan pula bagi masyarakatnya.
Pengembangan sumber daya manusia menjadi bagian penting
dalam upaya mengelola sumber daya manusia secara keseluruhan.
Pada hakekatnya pengembangan sumber daya manusia
mempunyai dimensi luas bertujuan meningkatkan potensi yang
dimiliki oleh sumber daya manusia, sebagai upaya meningkatkan
profesionalisme dalam organisasi (Wayne, 2002 : 29).
Pengembangan sumber daya manusia yang terarah dan
terencana disertai pengelolaan yang baik akan dapat menghemat
sumber daya lainnya atau setidak-tidaknya pengolahan
dan pemakaian sumber daya organisasi dapat secara lebih
dikembangkan untuk dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam
setiap kegiatan. Pengembangan sumber daya manusia merupakan
keharusan mutlak bagi suatu organisasi dalam menghadapi
tuntutan tugas sekarang maupun dan terutama untuk menjawab
tantangan masa depan.
Siagian, (1998:182) kondisi “conditio sine quanon” dapat
dikategorikan sebagai bentuk investasi dalam sumber daya manusia
yaitu yang bisa di kenal dengan human investasi dewasa ini.
Meskipun program orientasi pengembangan ini memakan
waktu dan dana, semua organisasi mempunyai keharusan
untuk melaksanakannya, dan menyebut biaya-biaya untuk
24
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
berbagai program tersebut sebagai investasi dalam sumber
daya manusia. Ada dua tujuan utama dalam hal ini, pertama,
pengembangan dilakukan untuk menutup “gap” antara kecakapan
atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan.
Kedua, program tersebut diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai
sasaran-sasaran kerja yang ditetapkan.(Handoko,2001:103).
Pencapaian keselarasan tujuan tersebut tentunya harus
ditempuh melalui suatu proses tahapan panjang yang
dimulai dari perencanaan sampai dengan pengelolaan dan
pemeliharaan potensi sumber daya manusia. Karena secara
makro pengembangan sumber daya manusia (human resourses
development) merupakan suatu proses peningkatan kualitas
atau kemampuan manusia, yaitu mencakup perencanaan,
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia
(Notoatmodjo, 2009:2-3). Dalam hal ini pengembangan SDM
mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya memperbaiki
dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifatsifat kepribadian, sehingga dapat memegang tanggung jawab
dimasa yang akan datang (Handoko,2001104). Pada sisi lain
pengembangan SDM tidak hanya sebatas menyangkut internal
sumber daya manusia sendiri (yaitu antara lain pengetahuan,
kemampuan, sikap, tanggung jawab) namun juga terkait dengan
kondisi eksternal, seperti lingkungan organisasi dan masyarakat. Hal
ini tercermin dari tuntutan pengembangan sumber daya manusia
sendiri yang pada dasarnya timbul karena pertimbangan: (1)
pengetahuan karyawan yang perlu pemutakhiran, (2) masyarakat
selalu berkembang dinamis dengan mengalami pergeseran nilainilai tertentu, (3) persamaan hak memperoleh pekerjaan, (4)
kemungkinan perpindahan pegawai yang merupakan kenyataan
dalam kehidupan organisasional (Siagian,1998:199).
Manajemen Sumber Daya Manusia
25
Berbagai tuntutan tersebut secara bersamaan saling
mempengaruhi pelaksanaan dan arah pengembangan sumber
daya manusia, baik menyangkut internal manusianya maupun
lingkungan eksternal. Pada bagian lain dalam skup organisasi, faktor
yang mempengaruhi pengembangan SDM ini dapat dibagi kedalam
faktor internal yaitu mencakup keseluruhan kehidupan yang dapat
dikendalikan organisasi, meliputi : (1) misi dan tujuan organisasi,
(2) strategi pencapaian tujuan, (3) sifat dan jenis pekerjaan
dan (4) jenis teknologi yang digunakan. Serta faktor eksternal,
yang meliputi : (1) kebijaksanaan pemerintah, (2) sosio budaya
masyarakat, (3) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Notoatmodjo, 2009: 8-10). Secara khusus dalam pengembangan
sumber daya manusia yang menyangkut peningkatan segala
potensi internal kemampuan diri manusia ini adalah didasarkan
fakta bahwa seseorang karyawan akan membutuhkan
serangkaian pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang
berkembang untuk bekerja dengan baik dalam suksesi posisi
yang akan selalu ditemui oleh karyawan selama perjalanan karier.
Dalamhalinimerupakanpersiapankarierjangkapanjangseseorang.
(Simamora, 2004:287). Sehingga cakupan pengembangan sumber
daya manusia selanjutnya adalah terkait dengan sistem karier
yang diterapkan oleh organisasi dan bagaimana sumber daya
manusia yang ada dapat mengakses sistem yang ada dalam rangka
mendukung harapan-harapan kerjanya (Simamora, 2004:323).
Pengembangan SDM adalah untuk mencapai suatu tujuan
organisasi secara afektif dan efesien melalui pelaksanaan tugas
dan kewajiban individu dalam organisasi. Hal ini, tercapai ketika
adanya sinergi atau keselarasan yang baik antara tujuan dan
kebutuhan individu serta organisasi. Program pengembangan
SDM yang dilakukan dengan cara yang terencana dalam organisasi
26
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
dapat dilakukan dengan beberapa bentuk kegiatan dan aktifitas
pengembangan. Selanjutnya dalam penelitian ini, variabel
pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan, baik
formal maupun non formal dan pelatihan serta pengetahuan
keterampilan dan pengalaman.
Maurer (2002) telah membangun teori sebelumnya dan
partisipasi studi empiris ontraining dan sama, mengusulkan
pelatihan dan pengembangan karyawan orientasi (ELDO) model.
Menjadi penjelasan teoritis pertama pelatihan partisipasi, Maurer,
menyatakan bahwa ELDO meneliti disposisi pribadi untuk pelatihan,
dan relevansinya dengan pengembangan karir karyawan. Karena itu
ia menyimpulkan bahwa belajar secara langsung produk motivasi.
Sebuah temuan menarik tentang studi partisipasi pelatihan adalah
bahwa hal itu telah menunjukkan pola yang sama dalam faktorfaktor mempengaruhi perilaku karyawan mengenai keikutsertaan
dalam pelatihan di seluruh organisasi yang berbeda, industri dan
fungsi pekerjaan (Maurer & Tarulli, 1994).
Informasi yang diperoleh dari studi yang luas menyediakan
dasar untuk membangun sebuah teori komprehensif tentang
partisipasi pelatihan dalam program pengembangan sumber
daya manusia. Hal ini mengamati bahwa penelitian tentang
partisipasi pelatihan sangat jarang diberikan lingkungan bisnis
yang cepat berubah dan kekhawatiran tentang partisipasi program
pengembangan sumber daya manusia dan efeknya dalam
organisasi kinerja. Hal ini penting bagi para sarjana pengembangan
sumber daya manusia untuk mengembangkan teori partisipasi
pelatihan untuk memfasilitasi program pengembangan sumber
daya manusia. (http://www.westeastinstitute.com/wp-content/
uploads/2013/02/ANT13-246-MOHAMMED-ALYAHYA-Norsiahand-Alharbi.pdf .(didownload 2/2/2014).
Manajemen Sumber Daya Manusia
27
SDM dapat dilihat dari dua aspek, yakni kualitas dan
kuantitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia,
sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia,
yang menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun
kemampuan non fisik (kecerdasan dan mental). Kualitas sumber
daya manusia juga menyangkut dua aspek yakni aspek fisik (kualitas
fisik dan non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir
dan keterampilan-keterampilan lain. Oleh karena itu, upaya
peningkatan kualitas SDM dapat diarahkan kepada dua aspek
tersebut. Untuk meningkatkan kualitas fisik dapat diupayakan
melalui program-program olah raga kesehatan dan perbaikan gizi,
sedangkan untuk peningkatan kualitas atau kemampuan non fisik
dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan.
Konsep Pengembangan SDM:
Setelah mengetahui secara jelas tentang pengertian dan
pemahaman tentang pengembangan SDM, maka selanjutnya perlu
juga kita renungkan kembali dari konsep yang muncul tentang
pengembangan SDM tersebut. Dengan kata lain bagaimana
strategi untuk memahami pengembangan SDM tersebut, apa
defenisinya, apa yang membedakan pengembangan sumber daya
manusia dengan pembelajaran atau kegiatan lain. Perjalanan
waktu ke waktu, maka bukti menunjukan bahwa karena tersebut
pada saat ini sedang diperluas dari parameter aslinya untuk
menggabungkan satu kesatuan pendekatan pada individu, tim,
pembelajaran organisasional dan sosial. Pada akhir-akhir ini yang
sangat menonjol adalah sering terjadi penekanan yang sangat
besar dalam istilah “pembelajaran” dalam suatu organisasi,
individu cenderung tidak diperkenankan untuk melakukan
pembelajaran jangka panjang.
28
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Pemerintah Inggris 1998 menghasilkan suatu produk green
paper yang berjudul “ The Learning Age” yang isinya mengatakan
bahwa sejumlah organisasi berhubungan dengan brosur-brosur
dan literatur sebagai “pembelajaran organisasi”. Sebagai sebuah
trend yang telah ada terminologi pengembangan sumber daya
manusia dari pelatihan dan pengembangan.
Pengembangan SDM sebagai konsep terapan dan sebagai
sebuah disiplin ilmu yang sejak awal telah dilihat dalam konteks
dasar kemampuan berorganisasi dan pengamanan. Selanjutnya
jika di fokuskan pada cabang asosiasi pembelajaran bidang profesi
dengan dilengkapi bentuk desain, pengantar dan pemberdayaan
dari pembelajaran intervensi dan kesempatan dalam organisasi
untuk memperkuat kontribusi tenaga kerja. Hal ini tentunya
akan terpusatkan pada penstrukturan kegiatan pelatihan dan
pengembangan pada saat bekerja atau tidak. Pengembangan
SDM biasa secara utuh dapat lihat pada istilah fungsional, sebagai
ketentuan rancangan kegiatan yang diambil untuk mencapai
keinginan pribadi dan hasil-hasil organisasional biasa juga dilihat
sebagai disiplin ilmu filosofi dan teoritikal berdasarkan pada apa
yang telah diterapkan.
Alasan pertama terletak pada ikhtisar beberapa konsep
dasar pengembangan SDM, yang mana artinya seolah-olah sulit
untuk menangkap kata-kata yang tepat. Yakni “pembelajaran
organisasi”. “perubahan”, “pengetahuan” konsep yang terpusat
pada sebuah pemahaman pengembangan SDM, yang kompleks
dan rumit dalam hak-hak mereka sendiri. Ketika mereka menjadi
terkait dengan konsep-konsep yang lain abstrak dan sama-sama
kompleks, komplikasi dan konotasi yang potensial tampaknya
berlipat ganda secara eksponensial. Sekalipun demikian
“pembelajaran organisasi” .“pengembangan strategi”, “perubahan
Manajemen Sumber Daya Manusia
29
pengantar ketrampilan”, “pengetahuan pekerja” merupakan istilah
profesional pengembangan SDM yang ulet dalam keseharian.
Alasan kedua terletak pada perbedaan jalur yang diambil
karena adanya perbedaan latar belakang maka berbeda pula
fokusnya. Tradisi- dan urutan yang berlawanan menimbulkan
perspektif yang berbeda yang akan mempengaruhi kata-kata
digunakan dalam membuat suatu defenisi. Oleh karena itu sangat
penting untuk mengenali variasi kemudian kemungkinan untuk
meninjau apakah bias diintegrasikan dalam bahasa yang umum
dan bisa dipahami.
Para pemula yang mempelajari dalam dunia pengembangan
sumber daya manusia dengan cepat akan menyadari bahwa
persyaratan utama untuk asimilasi yang cepat adalah mempelajari
bahasanya. Bagaimanapun mereka akan berkata “jangan
berasumsi bahwa orang-orang yang bekerja dengan anda, bisa
berbagi pemahaman dengan anda”.
Pengertian Pelatihan dan Pengembangan :
Pendapat. Wexley dan Yukl (1976 : 282) lebih memperjelas
mengenai penggunaan istilah pelatihan dan pengembangan.
Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan
merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan usahausaha berencana yang diselenggarakan untuk mencapai
penguasaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pegawai atau
anggota organisasi. Penggunaan istilah pelatihan (training) dan
pengembangan (development) di kemukakan para ahli yaitu Dale
Yoder menggunakan istilah pelatihan untuk pegawai pelaksanaan
dan pengawasan. Sedangkan istilah pengembangan ditujukan
untuk pegawai tingkat pengawas. Istilah yang dikemukakan oleh
Dale Yoder adalah rank and file training, supervisor training, dan
management development.
Manajemen Sumber Daya Manusia
31
Edwin B. Filppo (1992) menggunakan istilah pelatihan untuk
pegawai pelaksanan dan pengembangan untuk tingkat pemimpin.
Istilah dikemukakan olehnya adalah training operative personal,
dan executive development J C. Denyer menggunakan istilah
induction training, job training. Supervisory training management
training, dan executive development (Mangkunegara, 2004: 24).
Wexley dan Yukl (1978-282) mengemukakan bahwa “training and
development are term are is referring to planned efforts designed
facilitate the aquistion of relevant skills, knowledge and attudes by
organization members” Selanjutnya Wexley dan Yukl menjelaskan
pula bahwa “Development focuses more on imporving the decision
making and human relations skills and the presentation of a more
factual and narrow subject matter”.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan
kemampuan dalam pengambilan keputusan dan memperluas
hubungan manusia (human relations) bagi manajemen tingkat
atas dan menengah, sedangkan pelatihan dimaksudkan
untuk pegawai tingkat bawah (pelaksana). Selanjutnya, Sikula
(1981:227) mengemukakan bahwa pengertian pelatihan dan
pengembangan pegawai: “ Training is short term educational
process utilizingasystematic and organized procedure by which
non-managerial personal learn technical knowledge and skill for a
definite purpose development. In reference to staffing and personal
matter, is a long term educational process utilizing a systematic
and organized procedure by which managerial personal learn
conceptual and theoretical knowledge for generalpurposes.”
Penjelasan tersebut memberikan arti sebagai berikut;
pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek menggunakan
sistem dan prosedur yang diselenggarakan oleh non-manajerial
30
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
pengetahuan dan keterampilan teknis untuk pengembangan
tujuan yang pasti. Dalam referensi untuk staf dan masalah
pribadi, adalah proses pendidikan jangka panjang menggunakan
prosedur sistematis dan terorganisir dimana manajerial memiliki
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk keseluruhan proses.
Penjelasan tersebut lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disintesakan
bahwa pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan
jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan
terorganisir dimana pegawai non managerial mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoristis guna mencapai tujuan
yang umum. Istilah pelatihan ditunjukan kepada pegawai
pelaksanan dalam rangka meningkatkan kemampuan konseptual,
kemampuan dalam pengambilan keputusan, dan memperluas
human relation. Sedangkan pengembangan lebih ditujukan pada
proses pendidikan jangka panjang yang terorganisir dimana
pegawai managerial mempelajari hubungan manusia (human
relations) bagi manajemen tingkat atas dan menengah. Laporanlaporan statistik yang lain telah menunjukkan bahwa manajemen
kemungkinan akan meluangkan paling banyak 1 persen dari
penggajian mereka terhadap pelatihan dan pengembangan
atau aktivitas-aktivitas pengembangan kepemimpinan. Dimana
pelatihan dan pengembangan memiliki hubungan taktis dengan
pengembangan SDM dan manajemen kinerja dan merupakan
sebuah instrumen kunci di dalam pengembangan
32
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Tabel 3.
Skema tujuan dan metode pengembangan karyawan
Tujuan
Staf
Pengembangan Pengembangan
Pengembangan
Pengetahuan
Memperbaiki
tingkat
efektivitas
kegiatan
karyawan
dalam
mencapai hasil
yang telah di
tetapkan
Proses
Pengembangan
Pengembangan
Intelektualitas
Metode
Pengembangan
Sekolah, kuliah,
ceramah
Audiovisual aids
programmed
instruction
Pengembangan Latihan/praktik Diskusi, kasus
business Games
Keterampilan
Praktik
project study
consulting project
role playing
Pengembangan Pengembangan Games
sikap
sikap/sifat yang Sensitivity
emosional
Training
Sumber : Ranupandoyo dan Suad Husnan (1990: 75).
Rowley & Jackson (2012: 435) mengemukakan istilah
‘pelatihan‘ dan ‘pengembangan’ seringkali digunakan secara
bergantian dalam merujuk kepada inisiatif-inisiatif MSDM,
meskipun setiap istilah dapat mencerminkan persyaratanpersyaratan dan tujuan-tujuan yang berbeda. Akan cukup
layak untuk melakukan pengklasifikasian terhadap istilah yang
digunakan di dalam MSDM yang memadai, sebagaimana tabel
berkut :
Manajemen Sumber Daya Manusia
33
Tabel 4
Pelatihan, Pendidikan, Pengembangan dan Pembelajaran
Pelatihan
Pendidikan
Konten Pengetahuan Kemampuan
Program dan keahlian- intelektual
keahlian
dan
pemahaman
konseptual
Pengembangan Pembelajaran
Perkembangan
seseorang dan
pengembangan
kompetensikompetensi
Tranfer
pengetahuan
dan
membaginya
ke seluruh
organisasi
Pekerjaan
masa depan
Karir/pekerjaan Seumur hidup
masa depan
Fokus
Pekerjaan
program
Individu
Perhatianperhatian
organisasi
Format
khusus
Kursus-kursus Pelatihan,
atau seminar- penasihatan
seminar
pelatihan
yang
diarahkan
oleh
instruktur
Horison
waktu
Pekerjaan
saat ini
Pelatihan
keahlian
pada
pekerjaan
atau di luar
pekerjaan
Perhatianperhatian
organisasi
Inisiatifinisiatif
pembelajaran
organisasi,
manajemen
personel
Sumber: Rowley & Jackson (2012:435).
Pelatihan:
Istilah ‘pelatihan’ sering merujuk kepada cara untuk
memperoleh pengetahuan dan keahlian sebagai sebuah hasil
dari pembelajaran mengenai kejuruan atau keahlian-keahlian
praktis dan pengetahuan yang berhubungan kepada kompetensikompetensi spesifik yang berguna. Pelatihan adalah sebuah
konsep MSDM yang sempit yang melibatkan aktivitas pemberian
instruksi khusus yang direncanakan (pelatihan terhadap prosedurprosedur operasi peralatan yang spesifik) atau pelatihan keahlian
(pelatihan yang berhubungan dengan tugas, program-program
34
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
pengenalan pekerjaan) Hal ini diasosiasikan dengan ‘pembelajaran
terkait dengan pembelajaran pada saat ini’ (Nadler, 1984:18).
Pada umumnya terdapat sebuah kesepakatan mengenai
mengapa sesungguhnya pelatihan tersebut diadakan, dan para
pengawas pada umumnya memiliki sebuah rencana untuk
menggunakan keahlian dari pekerja-pekerja yang telah dilatih
tersebut langsung sesudah pelatihan tersebut berakhir. Pelatihan
seperti itu dapat dikategorikan secara umum sebagai pelatihan
pada pekerjaan dan diluar pekerjaan.
-
-
Pelatihan pada pekerjaan dilakukan di dalam sebuah
situasi kerja yang normal, dengan menggunakan alatalat, perlengkapan, dokumen-dokumen atau bahanbahan yang nyata, yang mana para peserta pelatihan akan
menggunakannya pada saat telah benar-benar terlatih.
Pelatihan ini memiliki sebuah reputasi sebagai pelatihan yang
paling efektif untuk pekerjaan yang membutuhkan keahlian
kejuruan.
Pelatihan di luar pekerjaan dilakukan jauh dari situasi-situasi
pekerjaan yang normal-menegaskan bahwa para individu
tidak dihitung secara langsung sebagai individu yang produktif
pada saat pelatihan seperti ini sedang berjalan. Pelatihan ini
memiliki keuntungan dari membiarkan para individu untuk
menjauh dari pekerjaannya dan berkonsentrasi secara lebih
menyeluruh terhadap pelatihan itu sendiri (Rowley,2003)
Pendidikan:
Pendidikan merupakan suatu ‘pembelajaran untuk
mempersiapkan individu dalam menghadapi sebuah pekerjaan
serupa, tetapi tidak sama’ (Nadler,1984:19). Perbedaan tersebut
dibuat dengan mempertimbangkan waktu, yaitu : pelatihan adalah
sesuatu yang berguna untuk saat ini sedangkan pendidikan adalah
Manajemen Sumber Daya Manusia
35
sesuatu yang berguna untuk masa depan. Sebagai tambahan,
tampaknya pendidikan menekankan lebih banyak kepada bidangbidang yang berkaitan dengan konten dibandingkan dengan
pelatihan karena pendidikan memiliki kecenderungan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan pemahaman
konseptual.
Pengembangan:
Istilah ‘pengembangan’ merujuk kepada sebuah perangkat
yang terintegrasi mengenai program-program yang direncanakan,
yang diberikan di dalam suatu periode waktu tertentu dan
disampaikan melalui sebuah rentang pendekatan-pendekatan,
yang mencakup program-program pelatihan pada pekerjaan dan
pelatihan di luar pekerjaan, program-program, dan seminarseminar pendidikan, bahan-bahan yang dapat dipelajari sendiri,
program penasihatan dan lain sebagainya. Meskipun demikian,
sebuah program pengembangan adalah sesuatu yang berbeda
didalam beberapa aspek jika dibandingkan dengan programprogram pelatihan dan pendidikan. Pertama, pengembangan
adalah sesuatu yang lebih berfokus kepada perkembangan
seseorang tetapi tidak berhubungan kepada sebuah pekerjaan
yang spesifik saat ini ataupun pada masa yang akan datang.
(Nadler:1984:20).
Kedua, disebutkan adalah bahwa program-program
pengembangan pekerja memiliki kecenderungan untuk memiliki
sebuah periode waktu yang lebih panjang dibandingkan
dengan aktivitas-aktivitas pelatihan dan memiliki tujuan yang
lebih umum, seperti misalnya pengembangan karier dan
pengembangan kompetensi-kompetensi profesional. Contoh
yang lain adalah sebuah program pengembangan manajemen
36
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
yang perhatiannya bukanlah hanya kepada kinerja fisik dari
tugas-tugas, tetapi lebih kepada pengembangan pengetahuan
manajemen (seperti misalnya pembuatan keputusan) dan
keahlian-keahlian organisasi (seperti misalnya memformulasikan
strategi), yang mana hal ini akan menghasilkan sebuah praktik
manajemen yang sudah lebih ditingkatkan.
Pembelajaran :
Pembelajaran di dalam konteks organisasi adalah merupakan
sebuah pengembangan dari kapasitas untuk melakukan transfer
pengetahuan ke seluruh organisasi, keahlian dan informasi yang
dibagi bersama (pengalaman), demikian juga dengan penekanan
terhadap pelaksanaan adaptasi yang terus-menerus. Fokus dari
pembelajaran dapat meliputi perilaku, kesadaran, pengaruh atau
kombinasi apapun dari ketiga hal tersebut. Keluaran-keluaran
dari pembelajaran dapat berdasarkan keahlian, kesadaran dan
pengaruh. Selain dari perbedaan di dalam konten dan durasi dari
program pelatihan, pendidikan dan program pengembangan
juga memiliki perbedaan dalam kaitannnya dengan fokus dari
program tersebut.
Mangkunegara (2004) menjelaskan bahwa komponen
pelatihan dan pengembangan yang perlu di pertimbangkan
adalah: (a) tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus
jelas dan dapat diukur; (b) para pelatih (trainers) harus memiliki
kualifikasi yang memadai; (c) materi latihan dan pengembangan
harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai; (d) metode
pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan
tingkat kemampuan pegawai yang menjadi peserta dan (e)
peserta pelatihan dan pengembangan (traine) harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
Manajemen Sumber Daya Manusia
37
Ditambahkan oleh Mangkunegara (2004), bahwa prinsip
prinsip perencanaan pelatihan dan pengembangan: (a) materi
harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapantahapan; (b) tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dicapai; (c) penatar harus mampu memotivasi dan
menyebarkan respon yang berhubungan dengan serangkaian
materi pelajaran; (d) adanya penguat (reinforcement) guna
membangkitkan respon yang positif dari peserta dan (e)
menggunakan shaving (pembentukan) perilaku.
Adapun
tujuan pelatihan dan pengembangan adalah; (a) meningkatkan
penghayatan jiwa dan idiologi; (b) meningkatkan produktivitas
kerja; (c) meningkatkan kualitas kerja; (d) meningkatkan ketetapan
perencanaan sumber daya manusia; (e) meningkatkan sikap
moral dan semangat kerja; (f) meningkatkan rangsangan agar
pegawai mampu berprestasi secara maksimal; (f) meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja; (g) menghindarkan keusangan
(obselescence); dan meningkatkan perkembangan pegawai.
Lebih lanjut Schuler pada tahun 1997 mengatakan bahwa
sosialisasi, latihan, dan pengembangan pegawai merupakan usaha
organisasi yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja
sekarang dan yang akan datang dengan meningkatkan kemampuan.
Secara khusus “sosialisasi” mengacu pada mengajarkan
kebudayaan perusahaan dan filsafat mengenai bagaimana
melakukan usaha, “melatih” mengacu kepada meningkatkan
keterampilan yang dibutuhkan sekarang ini atau yang segera
muncul, dan “pengembangan” mengacu pada peningkatan
keterampilan dalam jangka panjang. Didalam praktek, tentu saja,
perbedaan-perbedaan yang sangat jelas ini menjadi kabur, karena
ketiga jenis kegiatan merupakan komponen-komponen dari sistem
integrasi (secara ideal), sistem ini disebut sebagai sistem latihan,
38
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
meskipun meliputi ketiga komponen tersebut perlu sosialisasi
(pergaulan), latihan, dan pengembangan dapat timbul karena
banyak alasan.
Setelah dimasukan kedalam pekerjaan baru atau organisasi
baru, semua pegawai mula-mula ‘perlu mempelajari semuanya”,
yaitu melalui sosialisasi, mereka harus belajar bagaimana
segalanya dilakukan didalam lingkungan yang baru, termasuk
hal-hal yang tidak dapat mereka temukan didalam lingkungan
yang baru, termasuk hal yang tidak dapat mereka temukan
tertulis didalam pedoman kebijaksanaan dan prosedur, selain itu
karyawan baru mungkin tidak memiliki keterampilan yang cukup;
perubahan teknologi menimbulkan kebutuhan akan keterampilan
kerja yang baru; rancang ulang pekerjaan menuntut para pegawai
untuk mempelajari lebih banyak keterampilan; para pegawai yang
transfer atau dipromosikan mungkin menuntun keterampilan
dan pengetahuan baru; produk baru menuntut teknologi yang
sebelumnya tidak digunakan para pegawai; atau perubahan
strategi perusahaan dapat berarti bahwa manajemen senior
perlu menggunakan prilaku kepemimpinan baru dan memperoleh
pengetahuan bisnis baru.
Di samping beberapa prinsip dan tujuan pelatihan
pengembangan tersebut, ada beberapa faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pelatihan dan pengembangan, diantaranya
adalah; perbedaan individu pegawai, hubungan dengan jabatan
analisis, motivasi, partisipasi aktif, seleksi peserta penataran dan
metode pelatihan dan pengembangan (Mangkunegara, 2004).
Strategi Pengembangan SDM Meningkatkan Sinergi
Walton (1999) mengatakan bahwa strategi human resources
development yang dapat digunakan untuk meningkatkan
Manajemen Sumber Daya Manusia
39
pembelajaran didalam perusahaan, dalam adanya nilai spesifik
untuk mengintegrasikan secara lebih efektif berbagai sub unit
bisnis Walton (1999) memiliki beberapa strategi yang merupakan
sebuah urutan langkah-langkah umum yang ditawarkan bagi
seorang yang sedang mulai dari awal. Perbedaan pendekatan
kemudian diusulkan untuk dapat di terapkan pada perusahaan
yang mapan, dan dalam menghadapi tantangan yang pasti muncul
dari merger dan akuisisi baru.
Strategi Untuk Sub Unit Bisnis dalam Semua Konteks.
Untuk langkah-langkah yang mungkin adalah sebagai berikut:
1.
Menghubungi rekan pendamping human resources
development di unit lain.
2. Mendirikan suatu jaringan pendukung pembelajaran human
resources development di dalam semua sektor perusahaan.
3. Mengukur dan membandingkan iklim belajar di dalam unit
yang berbeda.
4. Memudahkan peningkatan kualitas kelompok kerja secara
cross-functional.
5. Mengembangkan kunjungan praktek benchmarking crossdivisional secara regular
6. Mendirikan pusat untuk komunikasi antar divisi atas masaalah
yang berkaitan sinergi.
7. Menciptakan aktivitas pembelajaran terstruktur yang
berkenaan dengan sinergi
8. Mendorong pembentukan satuan tindakan belajar anti divisi
9. Memberi penghargaan atas keberhasilan.
10. Menghubungi rekan pendamping human resources
development di unit lain
Dalam perusahaan besar terdiversifikasi akan banyak orang
yang memiliki suatu peran human resources development baik
Manajemen Sumber Daya Manusia
41
formal maupun non formal maupuni semi formal. Penting untuk
menentukan siapakah orang-orang ini dan menentukan ketepatan
secara detil tentang peran mereka beberapa dari mereka dapat
beroperasi dari unit pendukung fungsional dalam suatu divisi
atau direktorat yang ditentukan. Sedangkan yang lainnya dapat
membantu manager kelompok peningkatan mutu, sekalipun
begitu yang lainnya dapat berupa manager dan orang-orang yang
menjadi rujukan untuk belajar. Bahkan diperusahaan yang sudah
ada, usaha untuk menghasilkan investasi staf human resource
development dapat menghasilkan kejutan yang nyata. British rail
melakukan latihan seperti ini beberapa tahun sebelum privatisasi
dan menemukan lebih dari 1500 anggota stafnya yang memiliki
suatu peran yang berorientasi pada human resource development
dalam bisnis, dan sebagian besar dari mereka beroperasi secara
mandiri, tanpa diketahui oleh yang lainnya.
a.
Mengukur dan membandingkan iklim belajar di dalam unit
berbeda.
Semakin berkembangnya fokus kekuasaan, berarti semakin
terpencarnya perusahaan secara geografis dan ruang bisnis
akan menjadi lebih besar, sehingga memungkinkan terjadinya
sub unit bisnis untuk mengembangkan budaya tertentu
bagi pembelajaran mereka sendiri. Pertanyaan pertanyaan
tambahan yang berkenaan dengan sinergi adalah sebagai
berikut:
1. Apakah unit yang bermasalah memiliki suatu kebiasaan
dalam menyambut dan mendukung usaha kolaboratif
dengan unit lain?
2. Apakah para staf mencari kemitraan yang kreatif dan
baru?
3. Apakah unit mendukung pertukaran antar devisi?
40
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
4.
5.
b.
c.
Apakah unit memakai sumber daya yang disajikan oleh
pusat atau mencari-cari cara sendiri dalam melakukan
pekerjaannya?
Apakah para staf merasa terancam dengan mengubah
hubungan antar bisnis atau menganggapnya sebagai
suatu kesempatan?
Perbandingan jawaban dari pertanyaan seperti ini akan
menunjukan ada tidaknya potensi sinergistik dalam
perusahaan secara keseluruhan.
Mendirikan Suatu Jaringan Pendukung Pembelajaran Human
Resources Development di dalam Semua Sektor Perusahaan,
Jaringan pendukung pembelajaran perlu dibentuk untuk
menarik terus sumber daya yang telah mapan. Jaringan milik
the national westminsler bank heythrop leaming network
beroperasi sebagai suatu perlindungan untuk mengkoodinir
usaha human resources development. Langkah ini merupakan
pendahuluan penting untuk mempertimbangkan sifat alami
hubungan sinergistik dan bagaimana strategi horizontal di
jajaran bisnis akan terpengaruh.
Membantu Peningkatan Kualitas Kelompok Kerja Secara
Cross-Function
Kegunaan kelompok peningkatan kualitas yang mempunyai
cara spesifik dalam mengidentifikasi cara kerja baru bersamasama dapat merupakan suatu cara untuk meningkatkan ide
yang paling efektif yang akan berperan untuk sinergi baru.
Banyak kelompok seperti ini telah didirikan dalam perusahaan
dari tahun ke tahun sebagai bagian dorongan dari manajemen
mutu terpadu (TQM). Staf yang berorientasi pada human
resource development dapat mempunyai peran yang penting di
dalam membantu kelompok ini, terutama melalui penggunaan
peningkatan ide generating dan teknik analisa proses.
42
d.
e.
f.
g.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Mendirikan Pusat Untuk Komunikasi Antar Divisi Atas Masalah
Sinergi. Kanfer pada tahun 2008 berpendapatbahwa kehadiran
pada pusat pelatihan dan aktivitas pendidikan merupakan
suatu cara yang kuat untuk terus meningkatkan komunikasi
dan mendukung networking. Pada hakekatnya, suatu pusat
sinergi akan membantu orang-orang mengidentifikasi minat
bersama diatas bisnis dan menyelesaikan permasaalahan
secara bersama-sama.
Mengembangkan Praktek Terbaik Kunjungan Benchmarking
Antar Divisi Regular Benchmarking secara tradisional telah
dianggap sebagai sumber pengumpulan informasi dari
perusahaan eksternal yang telah dianggap sebagai terbaik
pada kelompoknya didalam menyelesaikan aktivitas tertentu.
Hal ini dapat menjadi sama efektifnya pada perusahaan
didalam meningkatkan pemahaman antar bisnis dan areaarea fungsional. Benchmarking harus didukung sebagai
sumber penting pembelajaran perusahaan dan para praktisi
human resource development harus dilibatkan didalam
penyediaan keterampilan dalam praktek benchmarking.
Menciptakan Aktivitas Pembelajaran Terstruktur Yang
Berkenaan Dengan Sinergi Pemahaman dan kepercayaan
bersama merupakan hal penting dalam menciptakan sinergi,
dan sinergi tidak muncul dari interaksi virtual. Pada profesional
pengembangan sumber daya manusia harus berada dibarisan
depan dalam usaha untuk memperluas komunikasi tatap
muka sebagai cara meningkatkan pemahaman secara
bersama. Aktivitas yang memberikan peluang untuk
kesadaran bersama merupakan suatu titik awal efektif untuk
berkomunikasi dengan lebih baik.
Memberikan Penghargaan Dan Menerbitkan Keberhasilan
Dimana strategi horisontal perlu dikembangkan, seharusnya
Manajemen Sumber Daya Manusia
h.
i.
43
terdapat bagian pemenuhan dalam pencapaian tujuan
mereka. Contoh dari American Express dan Halifax Bank
menunjukan cara yang berbeda-beda dalam memberi
penghargaan dan penerbitan. Di dalam kedua aktivitas
tersebut keseluruhan strategi telah betul-betul disahkan oleh
manajemen tertinggi.
Mendorong Pembentukan Satuan Tindakan Belajar Antar
Divisi
Satuan aktivitas pembelajaran memberikan
fokus
yang sempurna bagi para manajer atas bisnis dan sub
unit fungsional dan dapat menggunakan pengertian
dan pengalaman satu sama lain dalam memecahkan
permasalahan. Hendry pada tahun 1990 merujuk kepada
strategi yang digunakan oleh Pilkington tentang tentang
penugasan orang kedalam kelompok belajar task–centred
action learning diluar area operasi normal mereka untuk
membantu transfer pengetahuan, mendukung presfektif
organisasi dan membantu keterpaduan, hal ini menjadi bagian
dari penetapan fragmentasi desentralisasi yang muncul dari
unit bisnis divisi. Satuan tindakan pembelajaran tidak perlu
diperkenalkan dengan tema pengembangan hubungan
sinergistik tertentu. Tindakan dari sejumlah manajer yang
berlatar belakang berbeda dan datang bersama-sama untuk
berbagai masaalah dapat mendukung suatu pemahaman
umum.
Strategi Untuk Sub-Unit Bisnis Didalam Perusahaan Yang
Telah Ada
Sebagai tambahan terhadap strategi umum human resources
development yang di usulkan diatas hal-hal berikut ini pantas
untuk pertimbangan pada perusahaan yang telah mapan,
diantaranya;
44
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
1.
2.
Transfer Sebagai Bagian Dari Pembinaan Manajemen
Dan Karier.
Pemahaman dalam operasi dan tekanan yang dihadapi
bisnis dan area fungsional berbeda selalu akan lebih
efektif jika orangnya sudah benar-benar bekerja didalam
area ini. Suatu pendekatan terstruktur untuk inte-devisi
atau pertukaran departemen dan perpindahan antar
departemen dalam rangka managerial tour of duty
didalam area bisnis yang berbeda akan dapat mencapai hal
tersebut. Penetapan program pertukaran sebagai bagian
dari suatu sistem pembinaan manajemen dan karier yang
terintegrasi membutuhkan waktu yang lama dan akan
tidak sesuai sebagai akibat dari merger dan akuisisi.
Menginkorporasikan Pemikiran Sinergistik Kedalam
Kerangka Kompetensi Manajemen
Banyak perusahaan besar telah mengembangkan satuan
kompotensi manajemen mereka sendiri yang akan
memberikan informasi dalam sistem manajemen kinerja.
Penciptaan dan pencapaian persetujuan atas suatu satuan
kompetensi umum yang generik untuk semua unit bisnis
akan merupakan suatu prestasi yang signifikan. Saat british
airways mencoba untuk strategi ini pada tahun 1987
sebagai bagian dari strategi topflight academy, british
airways telah mengantisipasi konflik antara kebutuhan
dan minat perusahaan dan departemen. Pada saat itu
perusahaannya betul betul dibagi dalam departemendepartemen, mendorong ke arah smokestacking dan
pemikiranparochial(sempit).Kemampuandalammengenai
hubungan sinergistik dan terlibat dalam pemikiran lateral
akan membangun pertalian yang di butuhkan dan dapat
dianggap sebagai kompetensi manajemen strategis yang
dapat meningkatkan keunggulan bersaing.
Manajemen Sumber Daya Manusia
45
Jadi pengembangan sumber daya manusia human
reseurces development adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan atau kompetensi dalam bidang pendidikan, pelatihan,
pengembangan dan pembelajaran/pengalaman .
C. Teori Komitmen Organisasional
Seseorang yang menunjukkan keterlibatan tinggi sebagai
karyawan dalam suatu organisasi dapat dikatakan pekerja yang
memiliki komitmen. Upaya membangun komitmen digambarkan
sebagai suatu usaha untuk menjalin hubungan jangka panjang.
Individu-individu yang memiliki komitmen terhadap organisasi
memiliki kemungkinan untuk tetap bertahan di organisasi lebih
tinggi ketimbang individu-individu yang tidak memiliki komitmen.
Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung menunjukkan
keterlibatan yang tinggi yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan
perilaku.
Darmawan (2013: 168-169) Komitmen organisasional
didefinisikan dengan dua cara yang sangat berbeda. Cara pertama
diajukan oleh Mowday, Porter dan Steers (1982) dan yang kedua
diajukan oleh Becker (1960). Menurut Porter dan kawan-kawan,
komitmen adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang
dalam suatu organisasi tertentu. Sedangkan Becker menyatakan
komitmen sebagai kecenderungan untuk terikat dalam garis
kegiatan yang konsisten karena menganggap adanya pelaksanaan
kegiatan yang lain.
Meyer dan Alen (1984) menggunakan istilah affective
commitment untuk pendapat pertama dan continuance
commitment untuk pendapat yang kedua. Karyawan yang
dengan affective commitment yang tinggi tetap tinggal dalam
organisasi karena mereka menginginkannya. Orang-orang ini
46
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
mengenal organisasi dan terikat untuk tetap menjadi anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka yang
memiliki continuance commitment yang tinggi tetap tinggal dalam
organisasi karena mereka butuh untuk berbuat demikian. Mereka
tetap tinggal karena mereka akan mendapatkan uang pension,
fasilitas, dan senioritas atau mereka harus membayar biaya
karena pindah kerja, bukan karena adanya hubungan affective
yang menyenangkan dengan organisasi.
Allen dan Meyer (1990) mendefinisikan komitmen
organisasional adalah sebuah konsep yang memiliki tiga dimensi,
yaitu affective, normative dan continuance commitment. Affective
commitment adalah tingkat seberapa jauh seorang karyawan
secara emosi terikat mengenal dan terlibat dalam organisasi.
Continuance commitment adalah suatu penilaian terhadap
biaya yang terkait dengan meninggalkan organisasi. Normative
commitment adalah merujuk kepada tingkat seberapa jauh
seseorang secara psychological terikat untuk menjadi karyawan
dari sebuah organisasi yang didasarkan kepada perasaan
seperti kesetiaan, afeksi, kehangatan, kepemilikan, kebanggaan,
kesenangan, kebahagiaan dan lain-lain.
Mowday, Porte dan Steers (1982) dalam Darmawan (2013:170)
menguraikan komitmen organisasional yang digunakan untuk
menunjukkan tiga aspek sikap karyawan, yaitu (a). The extent
to wichh a employee demonstrate a strong desire to remain a
member of the organization,(b). The degree of willingness to exert
high effort for organization ,(c). Bellief in acceptance to the major
value and goals of the organizatioan.
Komitmen berarti keinginan karyawan untuk tetap
mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi
dan
bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan
Manajemen Sumber Daya Manusia
47
organisasi. Variabel ini dapat diukur dengan indikator kemauan
karyawan, kesetiaan karyawan, kebanggan karyawan. Konsep
yang dikemukakan oleh Lincoln (1989), Neale &Noetheraft,1990)
dimana memberikan tiga indikator untuk konsep komitmen ini
memang sangat komprehensif sekali, dimana :
1.
2.
3.
Kemauan karyawan adalah suatu upaya niat baik karyawan
untuk berinisiatif dalam menekuni bidang pekerjaannya.
Kesetiaan karyawan adalah bentuk dari loyalitas karyawan
guna menunjukkan jati dirinya dalam upaya turut
mengembangkan organisasi dimana karyawan bekerja.
Kebanggan karyawan adalah suatu bentuk totalitas kerja atau
prestasi secara maksimal dalam upaya menunjukkan bahwa
hasil kerjanya sudah mencapai kualitas yang baik atau optimal.
Ketiga hal tersebut merupakan indikasi bahwa seorang
karyawan memiliki komitmen terhadap organisasi. Dari
ketiga hal tersebut, maka dilakukan pengukuran terhadap
komitmen karyawan. Menurut Schenerhorn, Hunt & Osborn
(1991) dikemukakan tiga pendekatan komitmen agar dapat
mengungkapkan hakekatnya dan untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik, yaitu:
1.
Komitmen dan kekuasaan yang dimiliki organisasi terhadap
anggota berakar pada hakekat keterlibatan karyawan dalam
organisasi. Keterlibatan mempunyai salah satu dari tiga
berikut ini, yaitu : a) Keterkaitan moral didasarkan pada
orientasi positif dan kesungguhan terhadap organisasi,
yang akan menghasilkan internalisasi nilai, tujuan dan
norma organisasi; b) Keterkaitan Kalkulatif; bersandar pada
pertukaran hubungan antara individu dan organisasi. Orang
akan bertanggung jawab terhadap organisasi jika ia dapat
mengambil keuntungan dalam menjalin hubungan dengan
individu; c) Keterkaitan Asing; tanggung jawab terjadi jika
48
2.
3.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
anggota merasa dipaksa oleh keadaan untuk harus merasa
memiliki organisasi tanpa tahu alasannya.
Tipe komitmen yang berbeda berasal dari tuntutan perilaku
yang takkalah senantiasa dibebankan kepada anggota oleh
organisasi. Keterekaitan mempunyai tiga bentuk yang saling
berhubungan; a) Komitemen terus-menerus; berhubungan
dengan dedikasi untuk melangsungkan hidup organisasi dan
menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi
pada organisasi, ini dapat ditingkatkan dengan mempunyai
karyawan yang secara publik sudah diakui kebaikan
hubungan sosialnya atau mengikuti kegiatan yang dapat
meningkatkan keterpaduan karyawan, dan c) Komitmen
terkontrol, keterkaitan anggota terhadap norma organisasi
yang dapat membentuk perilaku yang dikehendaki. Ini terjadi
saat karyawan percaya bahwa norma organisasi dan nilainya
sangat bermanfaat bagi perilaku anggotanya.
Sikap komitmen berfokus pada bagaimana karyawan
mengidentifikasi tujuan dan nilai organisasi. Ini adalah
komitmen dipandang dari sudut organisasi. Maka psikologis
sosial melihat perilaku komitmen berfokus pada bagaimana
perilaku seseorang terkait dengan organisasi. Sekali perilaku
menunjukkan adanya komitmen, maka ia akan menyesuaikan
sikapnya, kemudian akan menjadi sub perilaku. Sikap komitmen
ini menunjukkan perilaku positif yang sangat berguna bagi
pengembangan organisasi bila setiap karyawan diasumsikan
memiliki komitmen yang benar terhadap organisasi.
Spencer & Spencer, 1993 dalam Sudarmanto (2009:102)
menyatakan bahwa: Komitmen organisasional adalah
kemampuan individu dan kemauan menyelaraskan perilakunya
dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi dan bertindak
untuk tujuan atau kebutuhan organisasi. Dengan demikian, pada
Manajemen Sumber Daya Manusia
49
penelitian ini yang dimaksud dengan komitmen organisasional
adalah menyangkut affective commitmen. Normative commitment
dan continuante commitment.
D. Teori Dukungan Organisasional
Patut direnungkan bahwa SDM adalah satu-satunya aset
organisasi yang bernafas atau hidup, di samping aset lain yang tak
bernafas (seperti : gedung, modal kerja, mesin, dsb). Keunikan SDM
ini mensyaratkan pengelolaan yang berbeda, sebab aset ini memiliki
pikiran, perasaan, dan perilaku, sehingga jika dikelola dengan baik
mampu memberi sumbangan bagi kemajuan organisasi secara aktif.
Dalam mengelola SDM mencapai tujuan organisasi, maka tentunya
SDM memerlukan dukungan organisasional.
Sejauh mana organisasi menghargai kontribusi dan peduli
mereka Teori dukungan organisasi (OST:= Organizational support
Theory) Eisenberger, Huntington, Hutchinson, & Sowa, 1986;
Rhoades & Eisenberger, 2002; Shore & Shore, 1995) (httpp/www.
teori dukungan organisasi) menyatakan bahwa dalam rangka
memenuhi kebutuhan sosio emosional dan untuk menilai manfaat
dari peningkatan usaha kerja, karyawan membentuk persepsi
umum tentang tentang kesejahteraan mereka, seperti dukungan
organisasional dirasakan akan meningkatkan rasa kewajiban
karyawan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya,
komitmen afektif mereka untuk organisasi, dan harapan mereka
bahwa peningkatan kinerja akan dihargai.
Hasil perilaku akan mencakup peningkatan kinerja inrole dan
ekstra-peran dan penurunan stress dan penarikan perilaku seperti
absensi dan perpindahan. Perlakuan-perlakuan dari organisasi
yang diterima oleh karyawan ditangkap sebagai stimulus yang
diorganisir dan diinterpretasikan menjadi persepsi atas dukungan
organisasi. Persepsi ini akan menumbuhkan tingkat kepercayaan
Manajemen Sumber Daya Manusia
51
tertentu dari karyawan atas penghargaan yang diberikan
organisasi terhadap kontribusi mereka (valuation of employees
contribution ) dan perhatian organisasi pada kehidupan mereka
(care about employees well–being) (Eisenberger, et all . 1990).
Tingkat kepercayaan karyawan terhadap dukungan organisasional
ini akan dipengaruhi oleh evaluasi mereka atas pengalaman dan
pengamatan tentang cara organisasi memperlakukan karyawankaryawannya secara umum (Allen, 1995; Eisenberg et all., 1990).
Menurut Hutchinson (1997), dukungan organisasional bisa
juga dipandang sebagai komitmen organisasional pada individu.
Bila dalam interaksi individu-organisasi, dikenal istilah komitmen
organisasional dari individu pada organisasinya; maka dukungan
organisasional berarti sebaliknya, yaitu komitmen organisasional
pada individu (karyawan) dalam organisasi tersebut. Komitmen
organisasional pada karyawan bisa diberikan dalam berbagai
bentuk, di antaranya berupa rewards, kompensasi yang setara,
dan iklim organisasi yang adil. Bentuk-bentuk dukungan ini pun
berkembang dari mulai yang bersifat ekstrinsik (material) seperti
gaji, tunjangan, bonus, dan sebagainya; hingga yang bersifat
intrinsik (non material), seperti perhatian, pujian, penerimaan,
keakraban, informasi, pengembangan diri, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa dukungan organisasional adalah
bagaimana perusahaan ataupun organisasi menghargai kontribusi
karyawan terhadap kemajuan perusahaan ( valuation of employees
í contribution ) ataupun organisasi dan perhatian perusahaan
terhadap kehidupan mereka (care about employees í well–
being). Setiap individu (karyawan) memandang bahwa kerja yang
dilakukannya merupakan suatu investasi (Cropanzan et all, 1997),
di mana mereka akan memberikan waktu, tenaga, dan usaha
untuk memperoleh apa yang mereka inginkan (Randal et all. 1999).
50
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Sementara di sisi lain, organisasi tempat mereka berinvestasi
(bekerja) dihadapkan pada tekanan lingkungan yang selalu berubah,
yang mengharuskan organisasi tersebut untuk meningkatkan kinerja
(Becker dan Gerhart, 1996). Untuk itu organisasi akan memberikan
reward kepada karyawannya yang bekerja sesuai tujuan yang
diinginkan. Dengan demikian terjadi suatu transaksi berupa
pertukaran sosial di tempat kerja, antara individu dan organisasi.
Dari sudut pandang yang sama, Anthony et all, (1998)
bahkan mengemukakan bahwa pemecahan masalah manajemen
dalam memotivasi orang untuk berperilaku sesuai dengan tujuan
organisasi umumnya bersandarkan pada hubungan antara insentif
organisasi dengan harapan-harapan pribadi. Hal ini didasarkan
pada asumsi bahwa orang memasuki suatu organisasi karena ingin
memuaskan kebutuhannya. Insentif positif merupakan pendorong
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diperolehnya tanpa
menjadi anggota organisasi. Demikian sebaliknya, organisasi akan
memberikan penghargaan kepada anggotanya yang berprestasi
sesuai dengan keinginan manajemen. Dalam hubungan tersebut,
karyawan mempertimbangkan organisasi secara keseluruhan,
bukan individual, dengan siapa mereka memiliki hubungan
pertukaran (Wayne, et all., 1997).
Namun Levinson (1965) menyatakan bahwa karyawan
cenderung memandang tindakan agen organisasi (individu yang
terlibat dalam pertukaran) sebagai tindakan organisasi itu sendiri
(personifikasi organisasi). Sementara itu Eisenberger et all, (1990)
mengemukakan bahwa para karyawan atau individu dalam
organisasi akan mengembangkan suatu keyakinan menyeluruh
untuk menentukan kesiapan personifikasi organisasi dalam memberi
hadiah atas usaha kerja yang meningkat dan memenuhi kebutuhan
karyawan untuk dipuji dan dihargai. Hal ini merupakan inti dari
52
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
dukungan organisasional. Menurutnya, dukungan organisasional
yang dipersepsikan akan bergantung pada beberapa proses
attributional yang digunakan untuk menunjukkan komitmen yang
dilakukan oleh pihak lain dalam suatu hubungan sosial. Dukungan
ini ditentukan oleh frekuensi, keekstriman dan usaha pemberian
pujian dan penghargaan serta hadiah lainnya seperti gaji, penilaian,
dan penambahan tanggung jawab pekerjaan.
Konsep dukungan organisasional juga telah lama dijelaskan
oleh para ilmuwan manajemen dalam literatur-literatur teori
keadilan distributif. Teori keadilan distributif menyebutkan bahwa
individu-individu dalam organisasi akan mengevaluasi hasil-hasil
organisasi dengan memperhatikan beberapa aturan distributif
berdasarkan hak menurut keadilan atau kewajaran. Sedangkan
teori kewajaran (equity theory) juga mengemukakan bahwa
penghargaan organisasi harus didistribusikan sesuai tingkat
kontribusi individual (Cowherd dan Levine, 1992). Randall et all.
(1999), menyatakan bahwa organisasi yang mendukung adalah
organisasi yang merasa bangga terhadap pekerja mereka, memberi
kompensasi dengan adil, dan mengikuti kebutuhan pekerjanya.
Dukungan organisasional merupakan dasar hubungan pertukaran
yang dijelaskan dalam prinsip sosial atau ekonomi (Blau, 1964).
Dua cara utama pertukaran sosial, yaitu: (1) pertukaran
menyeluruh (global) antara karyawan dan organisasi, dan (2)
hubungan antara atasan dan bawahan. Hukum timbal balik (norm
of reciprocity) menyatakan bahwa individu yang diperlakukan
dengan baik oleh pihak lain akan merasa berkewajiban untuk
membalasnya dengan perlakuan baik pula (Blau, 1964; Gouldner,
1960). Setton et all (1996) menyatakan bahwa dukungan
organisasional yang dipersepsikan level tinggi akan menciptakan
kewajiban bagi individu untuk memberikan timbal baliknya.
Manajemen Sumber Daya Manusia
53
Rhoades dan Eisenberger (2002) mengemukakan bahwa secara
psikologis dukungan organisasional yang dipersepsikan level tinggi
memunculkan tiga hal pada karyawan yaitu: (a). Berdasar pada
hukum timbal-balik, menciptakan perasaan berkewajiban untuk
perduli pada keselamatan organisasi dan membantu organisasi
untuk mencapai tujuan-tujuannya, (b). Kepedulian, pengakuan,
dan rasa hormat organisasi terhadap mereka akan memenuhi
kebutuhan sosio-emosional karyawan, sehingga mereka bangga
menjadi anggota organisasi dan memasukkan status peran mereka
di organisasi sebagai identitas sosial mereka, dan (c). Memperkuat
keyakinan karyawan bahwa organisasi mengakui dan menghargai
kinerja yang meningkat, dengan kata lain, semakin baik kinerja
karyawan semakin besar penghargaan yang diberikan organisasi.
Ketiga hal tersebut di atas membawa keuntungan bagi karyawan
(misal: meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi kerja yang
positif) dan bagi organisasi (misal: meningkatkan komitmen afektif
dan kinerja karyawan serta menurunkan turnover).
Jenis dukungan organisasional menurut Kraimer (2001), ada 2
bentuk dukungan organisasional yaitu:
1.
2.
Dukungan Intrinsik, yaitu:
a. Gaji
b. Tunjangan .
c. Bonus
Dukungan Ekstrinsik, yaitu:
a. Perhatian
b. Pujian
c. Penerimaan
d. Keakraban
e. Informasi
f. Pengembangan diri
(reportsitory USU,ac,id 2013)
54
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Persepsi dukungan organisasional mengacu pada persepsi
pegawai mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi
mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka. Hal ini
didasarkan pada teori pertukaran sosial atau social exchange
theory dimana hubungan antara pegawai dan organisasinya adalah
merupakan suatu hubungan pertukaran, misalnya suatu pegawai
mau bekerja di suatu organisasi karena pegawai tersebut hendak
mempertukarkan usaha dan loyalitasnya dengan imbalan material
sosioemosional tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pegawai mempunyai harapan akan adanya dukungan
organisasional terhadap kebutuhan mereka. Teori tentang
dukungan organisasional dibangun karena adanya harapan ini
dalam diri pegawai. (Eisenberger, Huntington, Hutchison dan
Sowa, 1986:500)
Faktor Mempengaruhi Dukungan Organisasional
Dukungan organisasonali dipengaruhi oleh pengalaman yang
dimiliki oleh individu, serta pengamatan mengenai keseharian
organisasi dalam memperlakukan seseorang. Dalam hal ini sikap
organisasi terhadap ide yang dilontarkan oleh pegawai, respon
terhadap pegawai yang mengalami masalah serta perhatian
perusahaan terhadap kesejahteraan dan kesehatan pegawai
merupakan tiga aspek yang menjadi perhatian utama dari pegawai.
Ketiga aspek yang menjadi perhatian utama dari pegawai
yaitu:
1.
Sikap Organisasi Terhadap Ide-Ide Pegawai
Dukungan organisasional dipengaruhi oleh sikap organisasi
terhadap ide yang dilontarkan oleh pegawai. Bila organisasi
melihat ide dari pegawai sebagai sumbangan yang konstruktif,
yang mungkin saja dapat diwujudkan melalui perencanaan
yang matang, maka individu yang bekerja ditempat tersebut
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.
3.
55
memiliki persepsi yang positif akan dukungan organisasional
terhadap diri mereka. Sebaliknya, dukungan organisasional
akan menjadi negatif bila perusahaan selalu menolak ide
dari pegawai dan segala sesuatu merupakan keputusan dari
pimpinan puncak.
Respon Terhadap Pegawai Yang Menghadapi Masalah
Dukungan organisasional juga dipengaruhi oleh respon
terhadap pegawai yang menghadapi masalah. Bila organisasi
cenderung untuk berdiam diri dan tidak memperlihatkan
usaha untuk membantu individu yang terlibat masalah,
maka pegawai akan melihat bahwa tidak ada dukungan yang
diberikan organisasi terhadap pegawai.
Respon Terhadap Kesejahteraan dan Kesehatan Pegawai
Perhatian organisasi akan kesejahteraan pegawai juga
mempengaruhi tingkat persepsi dukungan organisasi pegawai.
Pegawai yang melihat bahwa organisasi berusaha keras
untuk meningkatkan kesejahteraan individu yang bekerja
didalamnya, akan melihat hal ini sebagai suatu hal yang positif.
Pegawai melihatbahwa organisasi memberikan dukungan agar
setiap orang dapat bekerja secara optimal demi tercapainya
tujuan bersama. Pada dasarnya dukungan organisasional
merupakan suatu persepsi pegawai bahwa dirinya dihargai
dan diperhatikan oleh organisasi atau perusahaan tempatnya
bekerja. Bila organisasi memperhatikan dan menghargai
upaya yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan
perusahaan maka individu akan mempersepsikan bahwa
organisasi memberikan dukungan terhadap mereka. Rhoades
danEisenberger dalam Safarino (2002: 66) menyatakan,
“Kepedulian, rasa dihargai dan keanggotaan diyakini
berhubungan dukungan organisasional, untuk memenuhi
kebutuhan sosial dan emosional pegawai sehingga peran dan
identitas sosial menjadi terintegrasi dengan organisasi“.
56
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Dukungan organisasonal dipandang sangat penting bagi
perilaku pekerjanya. Organisasi memiliki kewajiban untuk
mengembangkan suatu iklim yang mendukung orientasi konsumen
(Gronroos (1990) menemukan bahwa dukungan organisasional
dan manajemen akan meningkatkan motivasi perilaku orientasi
pelanggan dari para pekerjanya. Locke (1976) dan Scheineder
(1998) mengemukakan bahwa individu tertarik dan merasa
nyaman berada di organisasi dikarenakan adanya kesamaan
karakteristik diantara keduanya. Meglino, (1989) mengemukakan
bahwa individu yang mempunyai nilai-nilai yang sama dengan
organisasi, maka mereka akan mudah berinteraksi secara efisien
dengan system nilai organisasi, mengurangi ketidakpastian,
dan konflik serta meningkatkan kepuasan dan meningkatkan
kinerja. Banyak masalah yang dikaitkan dengan dukungan organisasional.
Biladukungan organisasionalmerangsangmotivasi dan prestasi
serta menyediakan sarana bagi pemuasan berbagai kebutuhan
penting para pekerja maka sumbangan dukungan organisasional
bagi prestasi dan kepuasan kerja diharapkan cukup besar adalah
keinginan yang wajar dari setiap karyawan untuk meniti karir
dengan sebaik-baiknya, yang dalam hal ini diimplementasikan dengan
keinginanuntuk dapat meraih jabatan yang setinggi-tingginya dalam
strata kepegawaian yang ada, sebab masih banyak karyawan yang
berasumsi bahwa dengan jabatan yang didapat, rejeki juga akan
pula didapat. Untuk menciptakan kesejahteraan pegawai maka
perlu diciptakan peluang-peluang untuk meningkatkan motivasi
dari karyawan yang mendapat dukungan penuh dari perusahaan
atau organisasi terkait.
Susskind et al., (2000) berpendapat bahwa dukungan
perusahaan dapat digunakan meningkatkan motivasi pekerja
yang berhubungan dengan pelanggan, sehingga dapat dikatakan
Manajemen Sumber Daya Manusia
57
variabel dukungan perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap
motivasi pekerja. Dukungan organisasional yang dikembangkan oleh
Susskind et al (2000) terdiri dari 3 item yaitu penghargaan terhadap
nilai, kesediaan perusahaan untuk membantu dan kepedulian
perusahaan. Dukungan yang positif dari pimpinan dan segenap
pegawai akan menciptakan situasi kerja yang kondusif. Dengan
mendapatkan dukungan tersebut, kinerja pegawai akan terpacu
untuk lebih baik. Selain itu dukungan juga memunculkan semangat
tim para pekerja sehingga mereka dapat saling mempercayai
dan saling membantu serta adanya hubungan baik antar pekerja
di dalam lingkungan kerja (Shaam et al., 1999).
Dimensi Persepsi Dukungan Organisasional dalam http/
thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-2-00050-PS%20Bab2001.pdf
yaitu : Sebuah meta-analisis yang dilakukan oleh Rhoades dan
Eisenberger (2002) mengindikasikan bahwa 3 kategori utama dari
perlakuan yang dipersepsikan oleh karyawan memiliki hubungan
dengan persepsi dukungan organisasional. Ketiga kategori utama
ini adalah sebagai berikut:
1. Keadilan
Keadilan prosedural menyangkut cara yang digunakan
untuk menentukan bagaimana mendistribusikan sumber daya
di antara karyawan.(Greenberg, dalam Rhoades & Eisenberger
2002). Shore dan Shore (dalam Rhoades & Eisenberger, 2002)
menyatakan bahwa banyaknya kasus yang berhubungan dengan
keadilan dalam distribusi sumber daya memiliki efek kumulatif
yang kuat pada persepsi dukungan organisasional dimana hal ini
menunjukkan bahwa organisasi memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan karyawan. Cropanzo dan Greenberg (dalam Rhoades
& Eisenberger, 2002) membagi keadilan prosedural menjadi aspek
58
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
keadilan struktural dan aspek sosial. Aspek struktural mencakup
peraturan formal dan keputusan mengenai karyawan. Sedangkan
aspek sosial seringkali disebut dengan keadilan interaksional
yang meliputi bagaimana memperlakukan karyawan dengan
penghargaan terhadap martabat dan penghormatan mereka.
2. Dukungan Atasan
Karyawan mengembangkan pandangan umum tentang sejauh
mana atasan menilai kontribusi mereka dan peduli terhadap
kesejahteraan mereka (Kottke & Sharafinski, dalam Rhoades &
Eisenberger, 2002). Karena atasan bertindak sebagai agen dari
organisasi yang memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan dan
mengevaluasi kinerja bawahan, karyawan pun melihat orientasi
atasan mereka sebagai indikasi adanya dukungan organisasional
Levinson dkk., dalam Rhoades & Eisenberger, 2002).
3. Penghargaan Organisasi dan Kondisi Pekerjaan
Bentuk dari penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan ini
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
Gaji, pengakuan, dan promosi. Sesuai dengan teori dukungan
organisasi, kesempatan untuk mendapatkan hadiah (gaji,
pengakuan, dan promosi) akan meningkatkan kontribusi
karyawan dan akan meningkatkan persepsi dukungan
organisasional (Rhoades & Eisenberger, 2002).
Keamanan dalam bekerja. Adanya jaminan bahwa organisasi
ingin mempertahankan keanggotaan dimasa depanmemberikan
indikasi yang kuat terhadap persepsi dukungan organisasional
(Griffith dkk., dalam Eisenberger and Rhoades, 2002).
Kemandirian. Dengan kemandirian, berarti adanya kontrol
akan bagaimana karyawan melakukan pekerjaan mereka.
Dengan organisasi menunjukkan kepercayaan terhadap
kemandirian karyawan untuk memutuskan dengan bijak
Manajemen Sumber Daya Manusia
d.
e.
59
bagaimana mereka akan melaksanakan pekerjaan, akan
meningkatkan persepsi dukungan organisasional (Cameron
dkk., dalam Rhoades & Eisenberger, 2002).
Peran stressor
Stress mengacu pada ketidakmampuan individu mengatasi
tuntutan dari lingkungan (Lazarus & Folkman, dalam Rhoades
& Eisenberger, 2002). Stres berkorelasi negatif dengan persepsi
dukungan organisasional karena karyawan tahu bahwa faktorfaktor penyebab stres berasal dari lingkungan yang dikontrol
oleh organisasi. Stres terkait dengan tiga aspek peran karyawan
dalam organisasi yang berkorelasi negatif dengan persepsi
dukungan organisasional, yaitu: tuntutan yang melebihi
kemampuan karyawan bekerja dalam waktu tertentu (workoverload ), kurangnya informasi yang jelas tentang tanggung
jawab pekerjaan (role-ambiguity), dan adanya tanggung jawab
yang saling bertentangan (role-conflict) (Lazarus & Folkman,
dalam Rhoades & Eisenberger, 2002).
Pelatihan. Pelatihan dalam bekerja dilihat sebagai investasi
pada karyawan yang nantinya akan meningkatkan persepsi
dukungan organisasional (Wayne dkk., dalam Rhoades &
Eisenberger , 2002)
Dengan demikian dukungan organisasional ( organizational
support) merupakan hal-hal yang memberikan kekuatan baik
secara fisik maupun mental yang selalu merupakan hal yang
dibutuhkan oleh seorang individu yang berasal dari lingkungan
organisasi yaitu keadilan, dukungan atasan, penghargaan
organisasi dan kondisi pekerjaan.
E. Teori Kompetensi
Menurut Sinungan (1999; 299) padanan kata kompotensi yang
memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan. Kemampuan
Manajemen Sumber Daya Manusia
61
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun
Kamus 1997; 623). Kemampuan sama dengan kompotensikompotensi berarti kekuasaan / kewenangan untuk menentukan
atau memutuskan sesuatu (Tim Penyusun Kamus 1997; 516).
Pengertian dasar kompetensi (compotency) yaitu kemampuan
atau kecakapan.
Kompetensi menurut Samantah (2005; 44) adalah seseorang
yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan
tuntutan dengan bidang kerja yang bersangkutan, sehingga ia
mempunyai wewenang dalam pelayanan di masyarakatnya.
Berarti kemampuan kerja tersebut diwujudkan dalam perbuatan
yang bernilai sosial dan memenuhi standar atau kriteria tertentu
yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya.
Teori kemampuan diperkenalkan oleh (Terry 2005; 151)
menyatakan bahwa setiap sumber daya manusia (SDM)
memiliki kompetensi. Kompetensi ideal jika ditunjang oleh
pengetahuan, keterampilan, keahlian dan profesional dalam
bersikap. Setiap manusia memiliki potensi, karena itu potensi
menjadi pertimbangan didalam memperbaiki dan meningkatkan
kompetensi atau kemampuannya.
Kemampuan menunjukan potensi seseorang untuk melakukan
pekerjaan atau tugas potensi ini mungkin dimanfaatkan dan
mungkin pula tidak. Kemampuan ini mengandung berbagai
unsur seperti kemampuan manual, kemampuan intelektual dan
kemampuan manajerial. Sebagaimana Teori Efektifitas (selfeffeciency ) atau teori kognitif dari Albert Bandura (Robin 2008;
241) menyatakan bahwa keyakinan seorang individu untuk mampu
mengerjakan tugas.
Pengertian atau konsep kompetensi saat ini bukanlah sesuatu
hal yang baru, bahkan asing dipendengaran. Sejarah kompetensi
60
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
jauhdimulaisekitartahun 1960 sampaidenganawaltahun 1970-an.
Pengertian dan arti kompetensi oleh Spencer dapat didefinisikan
sebagai karasteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan
efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karasteristik
dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab
akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja
prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu ( A
competency is an underlying characteristic of an individual that is
causally related to criterian referenced effective and or superior
performance in a job or situation). Berdasarkan dari arti definisi
kompetensi ini, maka banyak mengandung beberapa makna
terkandung di dalamnya adalah sebagi berikut :.
1.
2.
3.
Karasteristik dasar (underlying characteristic) kompetensi
adalah bagian dari kepribadian yang mendalam dan melekat
pada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada
berbagai keadaan tugas pekerjaan.
Hubungan kausal (causally related) berarti kompetensi dapat
menyebabkan atau digunakan untuk memprediksikan kinerja
seseorang artinya jika mempunyai kompetensi yang tinggi
maka akan mempunyai kinerja tinggi pula (sebagai akibat)
Kriteria (criterian referenced) yang dijadikan sebagai acuan,
bahwa kompetensi secara nyata akan memprediksikan
seseorang dapat bekerja dengan baik, harus terukur dan
spesifik atau terstandar.
Spencer mengatakan bahwa kompetensi merupakan sebuah
karasteristik dasar seseorang mengindikasikan cara berpikir,
bersikap dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat
dilakukan dan dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode
tertentu. Selanjutnya mereka juga mengatakan dari karasteristik
dasar tersebut tampak tujuan penentuan tingkat kompetensi atau
62
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
standar kompetensi yang dapat mengetahui tingkat kinerja yang
diharapkan dan mengategorikan tingkat tinggi atau dibawah ratarata. Oleh karena itu, penentuan ambang kompetensi tersebut
sangat dibutuhkan dan penting sekali tentunya, karena akan dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi proses rekruitmen,
seleksi, perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan sumber
daya manusia lainnya.
Menurut Spencer, kompetensi terletak pada bagian dalam
setiap manusia dan selamanya ada pada kepribadian seseorang
yang dapat memprediksikan tingkah laku dan performance secara
luas pada semua situasi dan tugas pekerjaan atau job tasks.
Sedangkan Amstrong, menyatakan bahwa kompetensi adalah
dimensi tindakan dari tugas, dimana tindakan tersebut dipakai
oleh karyawan untuk menyelesaikan tugas pekerjaan mereka
dengan memuaskan dan apa yang diberikan oleh karyawan dalam
bentuk yang berbeda-beda dan tingkatan kinerjanya. Akan tetapi,
Mc.Clelland mengatakan bahwa kompetensi adalah karasteristik
dasar personel yang menjadi faktor penentu sukses tidaknya
seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau pada suatu
situasi tertentu. Pendekatan ini biasa disebut US Approach
atau didefinisikan sebagai kompetensi perilaku (behavioral
competence). Selanjutnya menurut perspektif French Approach,
kompetensi merupakan kumpulan dari beberapa elemen psikologi
seseorang yang dengan menggunakan “self image”sebagai
landasannya.
Namun demikian, pendapat ahli lainnya mengatakan bahwa
kompetensi berhubungan dengan sikap, watak, kepribadian dan
pengetahuan yang diperolehnya. Sedangkan perspektif lainnya
seperti pendekatan US Approach, mengatakan bahwa kompetensi
lebih banyak diwujudkan dalam bentuk sertifikasi dan akreditasi.
Manajemen Sumber Daya Manusia
63
Pendekatan uccupational competence seperti ini mendefinisikan
kompetensi sebagai”…..ability to perform activity within an
occupation to the standars expected in employment….” Elemen
kompetensi diidentifikasikan sebagai fungsi-fungsi yang diperlukan
individu yang kompeten agar mampu untuk menyelesaikan sesuatu.
Akan tetapi secara umum, banyak perusahaan konsultan
manajemen internasional menganutnya yang mendefinisikan
bahwa kompetensi sebagai:”….Karasteristik dasar yang terdiri
dari keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge) serta atribut
personal (personal atributs ) lainnya yang mampu membedakan
seseorang hanya yang melakukan dan tidak melakukan “…..
saja. Artinya inti utama dari sistem atau model kompetensi ini
sebenarnya adalah sebagai alat penentu untuk memprediksikan
keberhasilan kerja seseorang pada suatu posisi tertentu. Itulah
awal dari munculnya pendapat dan ide dari sejarah kompetensi
secara luas, tetapi dalam praktik sehari-hari selanjutnya kita akan
melihat bahwa ternyata sistem kompetensi bisa diaplikasikan oleh
manajemen sumber daya manusia untuk banyak hal termasuk
rekruitmen, pengukuran kinerja, kompensasi (reward), dan
kebutuhan untuk pelatihan (training need assesment) atau disebut
TNA. Yang jelas sistem kompetensi ini berusaha mengeksplorasikan
lebih jauh lagi suatu posisi jabatan seseorang untuk menjawab
pertanyaan pokok: apa arti pengetahuan, keterampilan atau
perilaku utama yang diperlukan untuk keberhasilan dalam
suatu posisi jabatan tertentu tersebut ? Inilah yang kemudian,
menginspirasikan dan melahirkan suatu model kompetensi bagi
posisi jabatan tertentu, yang nantinya dapat dipakai sebagai
membuat kerangka dasar kompetensi..
Model kompetensi ini, merupakan suplemen atau pelengkap
terhadap deskripsi jabatan (job description) atau spesifikasi
64
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
jabatan (job specification) , yang sudah dikenal dalam manajemen
sumber daya manusia selama ini. Sebab pada prinsipnya dalam
model kompetensi ini telah memerinci lebih jauh lagi mengenai
pengetahuan, keterampilan serta atribut personal individu
seseorang, apakah dibutuhkan pada posisi tertentu sudah terpenuhi
atau tidak. Akhirnya pihak manajemen lebih mudah dan leluasa
memanage pengembangan sumber daya manusia, lebih-lebih
untuk jenjang karir karyawan selanjutnya. (Moehariono, 2012: 1-7).
Menurut kamus Kompetensi LOMA 1998, kompetensi
didefinisikan sebagai aspek pribadi dari seseorang yang
memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior. Aspek
pribadi ini termasuk sifat, motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Kompetensi-kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku. Sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak
semua aspek-aspek pribadi dari seseorang pekerja itu merupakan
kompetensi. Hanya aspek-aspek pribadi yang mendorong
dirinya untuk mencapai kinerja yang superior yang merupakan
kompetensi yang dimilikinya. Selain itu, juga dapat disimpulkan
bahwa kompetensi akan selalu terkait dengan kinerja superior.
Model kompetensi didefinisikan sebagai suatu rangkaian
kompetensi yang penting bagi kinerja yang superior dari sebuah
pekerjaan atau sekelompok pekerjaan. Model kompetensi ini
memberikan sebuah peta yang membantu seseorang memahami
cara terbaik mencapai keberhasilan dalam pekerjaan atau
memahami cara mengatasi suatu situasi tertentu (LOMA’s
Competency Dictionary,1998). Sedangkan menurut Cira &
Benjamin (1998) kompetensi dapat diartikan sebagai spesifikasi
perilaku-perilaku yang ditunjukkan mereka yang
memiliki
kinerja yang sempurna secara lebih konsisten dan lebih efektif
Manajemen Sumber Daya Manusia
65
dibandingkan dengan mereka yang memiliki kinerja di bawah
rata-rata. Bila mengevaluasi kompetnsi-kompetensi yang dimiliki
seseorang, diharapkan bisa memprediksi kinerja orang tersebut.
Ada beberapa konsep kompetensi yang lain dari berbagai sumber
(IASPD, 1998), antara lain sebagai berikut :
a.
b.
c.
MenurutkonsepInggerisyangharusdapatdilakukanseseorang
dalam lingkup jabatan yang diembannya. Uraian tersebut
menjelaskan tentang tindakan, perilaku atau hasil akhir yang
harus dapat ditunjukkan oleh orang tersebut (NCVQ,1995).
Kompetensi merupakan kemampuan melaksanakan kegiatan
kerja terhadap standar yang dibutuhkan dalam pekerjaan
(MSC,1988)
Menurut konsep Amerika
Kompetensi merupakan karasteristik pokok yang berhubungan
dengan kinerja atasan dalam pekerjaan (Boyatzis, dan
Schroder). Aspek berharga yang ada pada contoh konsep
Amerika yang patut dipertimbangkan, antara lain orientasi
efisiensi, proaktivitas, objektivitas serta cara berpresepsi yang
berkenaan dengan standar yang ditentukan.
Menurut Standar Nasional
Kompetensi adalah apa yang dibutuhkan oleh seorang individu
untuk kinerja yang efektif dalam melaksanakan pekerjaan :
1) Sikap, keterampilan dan pengetahuan pribadi yang
merupakan apa yang dibawa orang untuk bekerja,
meliputi kualitas pribadi, keterampilan dan pengetahuan,
sikap, pengalaman, tanggung jawab, dan pertanggung
jawaban.
2) Keterampilan mengelola tugas, cara bersikap dan
berorganisasi yang dilakukan orang di tempat kerja,
meliputi tugas, proses, dan perilaku yang menyangkut
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengadaan
mesin-mesin, pengelasan, pemasangan dan sebagainya.
66
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
3)
4)
Pencapaian tingkat standar hasil akhir merupakan apa
yang telah dicapai oleh tiap individu, meliputi hasil akhir
sesuai standar yang diharapkan untuk selayaknya dapat
diraih oleh individu yang berkompeten.
Landasan keberhasilan strategi bisnis perusahaan. Kita
mungkin sudah sangat akrab dengan istilah ”kompetensi”
atau kata “kompeten”. Apabila pengertian ini sama
dengan kebanyakan orang, kompetensi pada umumnya
diartikan sebagai kecakapan, keterampilan, kemampuan.
Kata dasarnya sendiri, kompeten, tentu saja berarti
cakap, mampu atau terampil. Pada konteks manajemen
SDM, istilah kompetensi mengacu kepada atribut/
karasteristik seseorang yang membuatnya berhasil
dengan pekerjaannya. (Rivai, 2009 :420-421)
Sudarmanto (2009:40-49)
menyatakan, ide dasar
kompetensi berawal dari David Mc Clelland tahun 1973, pada
intinya mengatakan bahwa tes yang lebih handal dan sanggup
memprediksi kesuksesan dalam kerja adalah tes kompetensi.
Terkait dengan itu, ada banyak pengertian dan definisi kompetensi
dalam Sudarmanto: sebagai berikut :
1.
2.
3.
Menurut Richard E. Boyatzis (1982: 23) : kompetensi adalah
karasteristik-karasteristik yang berhubungan dengan kinerja
unggul dan atau efektif di dalam pekerjaan.
Menurut Klemp (1980) : Kompetensi merupakan karasteristik
mendasar sesesorang yang menghasilkan kinerja unggul dan
atau efektif dalam suatu pekerjaan (dalam Robert Wood dan
Tim Payne), 1998:24)
Likewise Hornby dan Thomas(1989:53), menyatakan
kompetensi adalah pengetahuan, keahlian dan kualitas manajer
atau pemimpin yang efektif (dalam Woodruffe, 1993:64)
Manajemen Sumber Daya Manusia
4.
67
Menurut Lyle Spencer & Signe Spencer (1993:9), kompetensi
merupakan karasteristik dasar perilaku individu yang
berhubungan dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja
unggul di dalam pekerjaan atau situasi.
5. Menurut Michael Amstrong (1995:92) kompetensi adalah apa
yang orang katakan bahwa pada suatu pekerjaan dalam bentuk
tipe dan tingkat perilaku yang berbeda-beda. Kompetensi
menentukan aspek-aspek proses kinerja pekerjaan.
6. Brian E. Becher, Mark Huslid & Dave Ulrich (2001:156)
mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, keahlian,
kemampuan, atau karasteristik pribadi individu yang
mempengaruhi secara langsung kinerja pekerjaan.
7. Duluwicz (1989), menyatakan bahwa dimensi-dimensi penilaian
menyebut kompetensi, walaupun sekarang dimaksud itu.
8. Gorodon (1988:109) menyatakan bahwa beberapa aspek
yang fokus penilaian adalah gugus-gugus perilaku. Tidak
secara langsung
9. Terkandung dalam kompetensi, yaitu: pengetahuan,
pemahaman, skill, nilai, sikap dan ketertarikan (dalam
Mulyasa, 2001:38-39)
10. Menurut Marshall, kompetensi adalah karasteristik dasar dari
seseorang yang memungkinkannya memberikan kinerja unggul
dalam pekerjaan, peran, atau situasi tertentu.(Boutler, 2003:39)
11. Menurut Paul Green (1999:5) kompetensi individu adalah
deskripsi tertulis dari kebiasaan kerja yang dapat diukur
dengan pengetahuan dan keahlian seseorang untuk mencapai
sasaran kerja.
12. Menurut Michael Zwell (2000:24), konsep kompetensi secara
sederhana adalah cara yang baik untuk memecahkan perilaku
ke dalam komponen-komponennya, hal ini terkait dengan
penggunaan kompetensi untuk membantu menyelesaikan
atau mencapai sasaran organisasi
68
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
13. Menurut Margaret Dale (2003:5) kompetensi menggambarkan
dasar pengetahuan dan standar kinerja yang dipersyaratkan
agar berhasil menyelesaikan pekerjaan atau memegang suatu
jabatan.
14. Sedangkanmenurut Finch& Crunkilton(1972:222) kompetensi
adalah penguasaan terhadap tugas, keterampilan, sikap dan
apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan
(Mulyasa, 2004:38)
15. Menurut McAshan (1981:45); kompetensi merupakan
pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki/dicapai
seseorang, yang menjadi bagian dari dirinya, sehingga dia
bisa menjalankan penampilan kognisi,afeksi dan perilaku
psikomotorik tertentu.
16. Menurut NCVQ (National Council for Vocational Qualification),
kompetensi merupakan kemampuan menjalankan aktivitas
dalam pekerjaan (dalam Margaret Dale, 2003:6)
17. Menurut Training Agency (1988:38), kompetensi merupakan
kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam pekerjaan
atau fungsi sesuai dengan standar kerja yang diharapkan.
18. Menurut Levy Leboyer, kompetensi berhubungan dengan
“bakat, sifat personalitas dan pengetahuan yang telah dicapai
seseorang” (Civelli,1997 dalam Sri Raharso, 2004:4)
19. Menurut Mc Clelland (1993) kompetensi adalah karasteristik
dasar personal yang menjadi faktor penentu sukses tidaknya
seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau situasi
(dalam Sri Raharso, 2004:4)
20. Dalam pendekatan Occupational Competence, Kompetensi
adalah “kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam
sebuah pekerjaan menurut standar yang ditetapkan (dalam
Sri Raharso, 2004:4)
Manajemen Sumber Daya Manusia
69
21. Badan Kepegawaian Negara (2003) mendefinisiskan
kompetensi sebagai kemampuan dan karasteristik yang dimiliki
seorang Pegawai Negeri Sipil yang berupa pengetahuan,
keterampilan,dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri
Sipil tersebut dapat melaksanakan tugas secara professional,
efektif dan efesien
Definisi-definisi yang dikemukakan tersebut menunjukkan
bahwa pada hakekatnya kompetensi merupakan suatu pokok
potensi yang ada pada diri seseorang sehingga mampu
melaksanakan segala sesuatu pekerjaan yang berkaitan dengan
pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku sehingga hal tersebut
merupakan karasteristik individu.
Sudarmanto (2009:51) komponen kompetensi terdiri dari :
Motives (dorongan), Traits (ciri, sifat, karakter pembawaan), Self
Image (citra diri), Social Role (peran sosial), Skills (keterampilan).
Sedangkan menurut Spencer, komponen-komponen kompetensi
mencakup : Motives,Traits,Self Concept,Skill .
Motives adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan
atau dikehendaki seseorang, menyebabkan tindakan. Motif
menggerakkan, mengarahkan dan menyeleksi perilaku terhadap
kegiatan atau tujuan tertentu dan menjauh dari yang lain. Traits
adalah karasteristik-karasteristik fisik dan respon-respon konsisten
terhadap berbagai situasi atau informasi. Self concept adalah sikap,
nilai, dan citra diri seseorang. Knowledge adalah pengetahuan
atau informasi seseorang dalam bidang spesifik tertentu. Skill
adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas fisik tertentu atau
tugas mental tertentu.
Dari komponen-komponen tersebut, keterampilan dan
pengetahuan sifatnya dapat dilihat (visible) dan mudah
Manajemen Sumber Daya Manusia
71
dikembangkan dalam program pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia, sedangkan citra diri, watak, motif sifatnya
tidak tampak (hidden) dan lebih sulit untuk dikembangkan melalui
program pelatihan dan pengembangan SDM. Penjelasan lanjut
sebagaimana gambar dibawah ini :
Gambar 3 :Karasteristik Kompetensi
Sumber :Spencer 1993 dalam Sudarmanto,2009:54
Berdasarkan uraian tersebut maka dosen sebagai seseorang
yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya dengan tugas
utama mengajar di perguruan tinggi sehingga dosen sebagai
pendididk, dengan demikian dosen harus memiliki kompetensi
sebagai pendidik. Kompetensi itu sendiri merupakan suatu
pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dituntut oleh jabatan atau pekerjaan dan pekerjaan dosen
merupakan suatu profesi.
Menurut Abin Syamsudin, 1996 dalam Kusumaastuti
(http://digilib.upi.edu:/digitalview.php,2013:70-72)“dengan
memperhatikan makna kompetensi tersebut, dapat dimaklumi
jika kompetensi dianggap sebagai pilarnya atau teras kinerja
dari suatu profesi”. Hal ini mengandung implikasi bahwa seorang
yang professional yang kompeten harus dapat menunjukkan
karasteristik utama sebagai berikut :
70
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
(1) Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional
yang berarti ia harus memiliki visi misi yang jelas mengapa
ia melakukan apa yang dilakukan dan mengambil keputusan
tentang apa yang dikerjakan
(2) Menguasai perangkat pengetahuan (teori, konsep, prinsip,
kaidah, hipotesis dan generalisasi data dan informasi) tentang
seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaanya
(3) Menguasai keterampilan (strategi dan taktik, metoda dan
teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrument dan
sebaginya) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus
melakukan tugas pekerjaannya.
(4) Memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam
melakukan tugas pekerjaannya dan berusaha mencapai
sebaik mungkin (profesiencies)
(5) Memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atas
penguasaan perangkat kompetensinya yang dalam batas
tertentu dapat didemonstrasikan dan teruji, sehingga
memungkinkan memperoleh pengakuan pihak yang berwenang
(6) Memahami perangkat persyaratan ambang tentang ketentuan
kelayakan normative, minimal kondisi dari proses yang dapat
ditoleransikan dari kriteria keberhasilan yang dapat diterima
dari apa yang dilakukannya.
Berkaitan dengan kompetensi individu sebagai pendidik, dalam
hal ini, Charles E, Johnson, 1974 mengemukakan kompetensi yang
harus dimiliki oleh pendidik mempunyai enam unsur sebagai berikut:
(1)Komponen kinerja ( Performance Component), (2)Komponen
bahan pengajaran (Teaching Subject Component), (3)Komponen
Proses Pengajaran (Teaching Process Component), (4)Komponen
Penyesuaian Pribadi ( The Professional Adjustment Compenent),
(5) Komponen Profesional Pengajaran (The Teaching Professional
Component), (6)Komponen Sikap (Attitude Component)
72
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Komponen tersebut lebih jauh dapat dijelaskan sebagai
berikut:
(1) Komponen kinerja
Penampilan kerja dalam figure dibawah terlihat sebagai
puncak dari kegiatan kerja, dalam hal ini proses pembelajaran
komponen kinerja ini terdiri dari beberapa perilaku yang sedang
ditampilkan yang merupakan totalitas dari ;
-
Pengetahuan
Keterampilan
Proses dan nilai untuk membuat keputusan bagi
penampilan pribadi dalam mencapi tujuan-tujuan
pembelajaran.(sikap)
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas, pengetahuan
adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang
secara probabilitas bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan
dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas
melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan
memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil
pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data
sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan
Manajemen Sumber Daya Manusia
73
menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan
untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi
untuk menindaki. Khususnya dalam pokok bahasan Manajemen
Pengetahuan, terdapat dua jenis utama pengetahuan bila dilihat
dari perihal eksplisitasnya yaitu : pengetahuan implisit dan
pengetahuan eksplisit .
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih
tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi
faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi,
perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya
sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun
lisan. Kemampuan berbahasa, mendesain, atau mengoperasikan
mesin atau alat yang rumit membutuhkan pengetahuan yang
tidak selalu bisa tampak secara eksplisit, dan juga tidak sebegitu
mudahnya untuk mentransferkannya ke orang lain secara eksplisit.
Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah
kemampuan mengendara sepeda. Pengetahuan umum dari
bagaimana mengendara sepeda adalah bahwa agar bisa seimbang,
bila sepeda oleng ke kiri, maka arahkan setir ke kanan. Untuk
berbelok ke kanan, pertama belokkan dulu setir ke kiri sedikit, lalu
ketika sepeda sudah condong ke kanan, belokkan setir ke kanan.
Tapi mengetahui itu saja tidak cukup bagi seorang pemula untuk
bisa menyetir sepeda.
Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya
tidak menyadari bahwa dia sebenarnya memilikinya dan juga
bagaimana pengetahuan itu bisa menguntungkan orang lain.
Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan pembelajaran dan
keterampilan, namun tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang
tertulis. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan
budaya yang bahkan kita tidak menyadarinya.
74
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata berupa
media atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan ke dalam
bahasa formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara
luas. Informasi yang tersimpan di ensiklopedia (termasuk
Wikipedia) adalah contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit.
Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk
penggunaan, prosedur, dan video how-to. Pengetahuan juga
bisa termediakan secara audio-visual. Hasil kerja seni dan desain
produk juga bisa dipandang sebagai suatu bentuk pengetahuan
eksplisit yang merupakan eksternalisasi dari keterampilan,
motif dan pengetahuan manusia. Bagaimana membuat
pengetahuan implisit menjadi eksplisit merupakan fungsi utama
dari strategi Manajemen Pengetahuan. Pengetahuan empiris
adalah Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan
pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau
pengetahuan aposteriori.
Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan
pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi
pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek
empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan
melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali.
Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin
organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen organisasi.
Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui akal budi. Rasionalisme lebih menekankan
pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada
Manajemen Sumber Daya Manusia
75
pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam
matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman
atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran
logis akal budi.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
di antaranya: pendidikan. media, informasi. Pendidikan adalah
sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan
sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Media yang
secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran,
dan majalah.
Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary,
adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”.
Kamuslainmenyatakanbahwainformasiadalahsesuatuyangdapat
diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai
transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti
yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang
mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, dan
segera menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara,
kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi
informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat
diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan
terhadap dunia sekitar serta diteruskan melalui komunikasi.
Selain pengetahuan, dalam rangka meningkatkan kinerja
seorang pegawai atau karyawan maka salah faktor penunjang
76
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
adalah tingkat keterampilan pegawai atau karyawan itu sendiri.
Semakin tinggi tingkat keterampilan seorang pegawai atau
karyawan, maka akan dapat meningkatkan kinerja. Berikaut
beberapa definisi keterampilan sebagai berikut :
1.
2.
3.
Menurut Gordon (1994 : 55) pengertian ketrampilan adalah
kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah
dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas
psikomotor.
Menurut Nadler (1986 : 73) pengertian keterampilan (skill)
adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat
diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.
Menurut Dunnette (1976 : .33) pengertian keterampilan
adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan
beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil
training dan pengalaman yang didapat.
Iverson (2001: 133) mengatakan bahwa selain training yang
diperlukan untuk mengembangkan kemampuan, ketrampilan juga
membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk melakukan
pekerjaan secara mudah dan tepat. Berdasarkan pengertian
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan (skill)
berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan
secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar
(basic ability).
Menurut Robbins (2008 : 494-495) pada dasarnya ketrampilan
dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1.
Basic literacy skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti
dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca,
menulis dan mendengar.
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.
3.
4.
77
Technical skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam
pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung
secara tepat, mengoperasikan komputer.
Interpersonal skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang
secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun
dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan
pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
Problem solving
Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk
menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian
masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab,
mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih
penyelesaian yang baik. Sumber: http://id.shvoong.com/
business-management/human-resources.
(2) Komponen bahan pengajaran
Komponen bahan pengajaran adalah kumpulan ilmu ilmu
pengetahuan yang digabungkan dengan tujuan pembelajaran.
Jadi, komponen ini berarti fakta-fakta,gagasan, nilai-nilai, proses
dan atau keterampilan yang mana pengajar berupaya membantu
mahasiswa untuk memperolehnya.
(3) Komponen Proses Pengajaran
Komponen proses berisi pemikiran elemen pengolahan
(proses pembelajaran) yang memungkinkan pelaksanaan dari
kompetensi. Komponen proses digunakan sebagai suatu acuan
bagi sekelompok teknik-teknik manusiawi yang mana kita
memproduksi gagasan, menciptakan desain-desain, strategistrategi, membuat keputusan dan mengevaluasi kemajuan hasil
pembelajaran.
78
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
(4) Komponen Penyesuaian Pribadi
Komponen penyesuaian berisi elemen-elemen dasar penting
terhadap penyesuaian individu pendididk dari karasteristik
pribadinya kearah penampilan kerja sesuai dengan kompetensinya.
Penyesuaian untuk mempraktikkan keahliannya atau sikap mereka
dan berupaya memperkecil atau mengurangi kelemahan atau
kealfaan yang tidak sesuai dengan penampilan kompetensi lebih
jauh lagi penyesuaian menghendaki penampilan kerja yang kreatif.
(5) Komponen Profesional Pengajaran
Komponen professional meliputi batasan, fakta, prinsipprinsip, keterampilan dan proses yang digabungkan ke dalam
profesi pendidikan. Komponen profesinal merupakan sumber
dasar yang merupakan kumpulan informasi teori dan praktisi
dalam dunia pendidikan sebagai acuan pengetahuan professional.
Termasuk klasifikasi profesi pendidikan seperti : psikologi
pendidikan, psikologi perkembangan, sosiologi
pendidikan,
filsafat pendidikan, kurikulum, tes dan pengukuran, manajemen
pembelajaran, media pendidikan dan lain sebagainya.
(6) Komponen Sikap
Komponen sikap berisi sari pati elemen-elemen sikap, nilai dan
perasaan yang penting bagi dasar semua kompetensi pengajar/
pendidik. Dengan adanya sikap positif terhadap sesuatu hal, akan
terjadi perbuatan dan kompetensi akan dapat dilaksanakan
Manusia memiliki sikap dan prilaku yang menurut Allport
(dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah
kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam
situasi sosial. Sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap
berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut
memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide,
orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004). Sedangkan
Manajemen Sumber Daya Manusia
79
La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap
sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial
yang telah terkondisikan.
Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan
kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap
diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan,
lembaga, norma dan lain-lain. Dari beberpa pengertian dapat
ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah bagian dari diri manusia
yakni kecenderungan dalam melakukan suatu tindakan sesuai
dengan kondisi perasaan atapun pengetahuan yang dimilki.
Prilaku manusia merupakan bagian dari kehidupan manusia
yang menurut Wikipedia oleh anonim adalah sekumpulan perilaku
yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,
nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan / atau genetika. Sedangkan
prilaku itu sendiri adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003). Pendapat
lain yakni menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka
Manajemen Sumber Daya Manusia
81
teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus–Organisme–
Respon. (www.ras.eko.com/2012 pengertian sikap dan prilaku)
Serangkaian dengan hal tersebut, setiap kompetensi itu pada
dasarnya mempunyai 6 unsur tersebut, yang dapat digambarkan
pada gambar 4. Dari keenam faktor yang membangun secara utuh
suatu model perangkat kompetensi dalam suatu bidang keahlian
atau keprofesian tersebut pada dasarnya dapat didefinisikan
kedalam dua gugus kompetensi, yaitu :
Gambar 4: Model Struktural Perangkat Komponen suatu Kompetensi.
Sumber (Jonson,1974)
1.
2.
Generic Competencies, merupakan perangkat kompetensi
yang mesti ada pada suatu bidang pekerjaan professional
tertentu. Dari generic competencies inilah dapat dibedakan
dari atau bidang pekerjaan professional lainnya.
Enabiling Competences merupakan prasyarat untuk
memungkinkan dapat dilakukan generic competences
Istilah lain menyebutkan adanya kompetensi dasar (basic
competence) dan kadang pula ada yang mengistilahkan
dengan kompetensi inti atau core competency, yang pada
dasarnya memiliki makna yang kurang lebih sama dengan
80
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
yang di jelaskan oleh beberapa literature. Dalam Moehariono
(2012:18) Wilayah kompetensi inti atau (core competency )
individu yang dimiliki pada setiap orang, yang terdiri atas:
pengetahuan (knowledge), keterampilam (skill), dan sikap
(attitude ) atau disebut KSA. Pengertian kompetensi inti
adalah pertemuan atau titik temu KSA antara pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude), yaitu
yang tampak diarsir blok tanda hitam di tengah-tengah,
seperti tampak sebagai berikut :
Gambar 5 : Kompetensi Inti (Core Competency)
Sumber, Moehariono 2012
Ada berbagai jenis kompetensi yang sering ditemukan
berpengaruh positif terhadap performance atau kinerja seseorang,
kemudian dikelompokkan berdasarkan niat atau maksud (intent)
yang tercakup pada tingkat paling abstrak, yaitu dasar individu
dan berdasarkan pada perilaku yang, dalam Undang Undang No
14/2004 Tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa: kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan uraian
tersebut. maka dalam penelitian ini kompetensi mengacu pada
ketentuan tersebut.
82
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi tersebut
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan
dosen dalam melaksanakan tugas profesinya. Dengan demikian
kompetensi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kompetensi dosen dalam melakukan seluruh tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya seperti knowledge (pengetahuan),
skil( keterampilan), atitude (sikap) dan behavior (prilaku).
F. Teori Kinerja
Istilah kinerja telah populer digunakan, namun defenisi
ataupun pengertian kinerja belum dicantumkan dalam kamus
Bahasa Indonesia, sedangkan dalam Bahasa Inggris, kinerja
adalah performance yang pada pengertiannya adalah melakukan
sesuatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.
Kinerja atau performance juga dikatakan sebagai potensi
yang dihasilkan dari suatu proses atau cara bertindak dalam
suatu fungsi. Kinerja menempatkan suatu proses yang berkenaan
dengan aktifitas sumber daya manusia dalam melakukan pekerjaan
yang ditugaskan dengan menghasilkan suatu output. Demikian
pula kinerja dosen berkaitan dengan sistem dan standart yang
dipergunakan organisasi dalam mencapai tujuan. Sebagaimana
menurut Robin ( 2008: 237) dalam teori penentuan tujuan (goalsetting theory) oleh Edwin Locke pada tahun 1960, bahwa tujuan
spesifik dan sulit, dengan umpan balik menghasilkan kinerja yang
lebih tinggi.
Manajemen Sumber Daya Manusia
83
Prawirosento (1999; 3) mengartikan kinerja adalah hasil
kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang
bersangkutan serta legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral dan etika. Strasser (1997; 35) menyatakan bahwa
kinerja adalah penilaian tingkat kerja yang sesungguhnya, telah
dilaksanakan dengan jelas. Adapun hasil dari pelaksanaan tugas
seorang dosen tetap menjadi kinerja, walaupun hasilnya baik
atau buruk.jika pekerjaan yang dilakukan adalah sesuai dengan
prosedur atau petunjuk pelaksanaan dan mencapai hasil sesuai
rencana semula maka kinerja tersebut dapat dinilai baik.
Menurut Alberch (1997; 39) menyatakan bahwa kinerja
merupakan prestasi yang dicapai seseorang anggota organisasi.
Sekiranya anggota organisasi memiliki skill dan motivasi yang
tinggi tentunya akan menyumbangkan hasil optimal bagi
organisasi sebaliknya jika anggota organisasi tidak memiliki skill
dan motivasi yang memadai, niscaya akan menyumbangkan hasil
kerja yang tidak optimal pula. Sebenarnya terdapat hubungan
yang erat antara kinerja perorangan (individu porformance)
dengan kinerja lembaga (intitutional performance) atau kinerja
perusahaan (coperate performance). Dengan perkataan lain bila
kinerja karyawan (individu performance) baik, kemungkinan besar
kinerja perusahaan juga baik kinerja karyawan akan baik jika
mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena
digaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian, mempunyai
harapan (expectation) masa depan lebih baik.
Mengenai gaji dan adanya harapan menentukan hal yang
menciptakan motivasi seseorang karyawan bersedia melakanakan
kerja dengan kinerja yang baik, bila sekolompok karyawan dan
84
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
atasan mempunyai kinerja yeng lebih baik maka berdampak pada
kinerja organisasi yang baik pula. Persoalan harapan, Victor Vroom
(1964) mengemukakan teori harapan (Expectacy Theory) yang
menunjukan kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak
dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan
bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan
pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tertentu.
Teori harapan menyatakan bahwa karyawan-karyawan akan
termotivasi untuk mengeluarkan tingkat usaha yang tinggi ketika
mereka yakin bahwa usaha tersebut akan menghasilkan penilaian
kinerja yang baik akan mengahsilkan penghargaan penghargaan
organisasional seperti bonus, kenaikan imbalan kerja atau promosi
dan penghargaan-penghargaan tersebut akan memuaskan tujuantujuan pribadi para karyawan, oleh karenanya teori harapan
berfokus pada 3 tiga hubungan adalah sebagai berikut;
1.
2.
3.
Hubungan usaha kinerja kemungkinan yang dirasakan
oleh individu yang mengeluarkan sejumlah usaha akan
menghasilkan kinerja.
Hubungan kinerja–penghargaan tingkat sampai mana
individu tersebut yakin bahwa bekerja pada tingkat tertentu
akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan
Hubungan penghargaan–tujuan-tujuan pribadi, tingkat
sampai mana penghargaan-penghargaan organisasional
memuaskan tujuan tujuan pribadi atau kebutuhankebutuhan seorang individu dan daya tarik dari penghargaan
penghargaan potensial bagi individu tersebut.
Hubungan-hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut
Manajemen Sumber Daya Manusia
1.
2.
3.
85
Hubungan usaha kinerja
Hubungan kinerja penghargaan
Hubungan penghargaan tujuan-tujuan pribadi
Gambar 6: Teori Harapan
Sumber, Victor Vroom (1964)
Menurut Moenir (1997; 27) kinerja dapat dimanfaatkan
seoptimum bila dipenuhi, yang penting adalah kemampuan pada
orang yang bersangkutan dan adanya kesempatan yang diberikan.
Jadi antara kemampuan dan kesempatan terdapat hubungan
erat bagi kinerja karyawan, oleh karena ada kesempatan tidak
menghasilkan seuatu yang memadai. Kemampuan harus diimbangi
dengan kesempatan yang sepadan supaya terdapat kinerja yang
maksimum.
Disamping itu prawirosento (1999; 27) sesuatu efektif jika
mencapai tujuan tertentu, bila hal itu memuaskan sebagai
pendorong untuk mencapai tujuan, terlepas dari itu apakah
efektif atau tidak. Jadi bila seorang karyawan dalam melakanakan
tugas dapat menjunjung tinggi unsur efisiensi dan efektifitas
maka karyawan atau pegawai yang bersangkutan dapat dikatakan
mempunyai kinerja baik. Untuk merealisasikan hasil kerja yang
baik memang harus didukung oleh sumber daya yang berkualitas,
mulai dari tingkat pendidikan, pengalaman sampai masalah
moralitas untuk senantiasa menunaikan tugas-tugasnya.
Kinerja tidak langsung dikatakan baik tanpa mengkaji proses
kerja yang telah dilakukan sekiranya proses telah di tempuh tidak
melanggar norma hukum dan norma sosial yang berlaku, kinerja
dapat baik. Namun bila di dalamnya terdapat unsur pelanggaran
hukum maka kinerja tersebut harus dikatakan tidak baik. Rivai
86
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
(2004; 309) kinerja adalah merupakan prilaku nyata yang di
tampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan
oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan untuk
mencapai tujuan.
Timpe (1999; 32) bahwa dalam hal kinerja dapat ditelusuri
hingga ke faktor–faktor spesifik seperti kemampuan, upaya,
kesulitan tugas atau nasib baik, kemampuan dan upaya adalah
penyebab yang bersifat internal bagi seseorang, sedangkan
kesulitan tugas atau nasib baik bersifat eksternal. Dari hasil
study yang dilakukan oleh Lazer dan Wikstron tahun 1977 (Rivai,
2004; 324) faktor yang paling umum muncul di 61 perusahaan
adalah pengetahuan tentang pekerjaanya, kepemimpinan,
inisiatif, kualitas pekerjaan, kerja sama, pengambilan keputusan,
kreatifitas, dapat diandalkan, perencanaan, komunikasi, inteligensi
(kecerdasan), pemecahan masaalah, pendelegasian, sikap, usaha,
motivasi dan organisasi.
Flippo (2000: 59) faktor faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan adalah motivasi, kepuasan kerja, gaya kepemimpinan,
iklim kerja, dukungan organisasi, disiplin kerja, motivasi dan
kemampuan karyawan. Menurut Depdiknas (2004) kinerja
dosen adalah kemampuan untuk melaksanakann pekerjaan atau
tugas yang dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu tugas
pekerjaannya, yaitu melaksanakan tri dharma perguruan tinggi
dan penunjang lainnya yang terdiri dari :
1.
Pendidikan dan pengajaran
Tugas dibidang pendidikan dan pengajaran dapat berupa
melaksanakan pengajaran di kelas, atau tutorial, membimbing
dan menguji baik seminar dan praktek laboratorium dan
kuliah kerja serta tugas akhir juga mengembangkan bahan ajar
membimbing dosen muda dan melaksanakan orasi ilmiah.
Manajemen Sumber Daya Manusia
87
2.
Penelitian dan pengembangan karya ilmiah
Tugas dosen dibidang ini adalah menghasilkan karya ilmiah
berupa penelitian individu dan kelompok, menyadur buku
ilmiah, mengedit / menyunting karya ilmiah dan karya seni serta
membuat rancangan karya seni serta pemuatan karya tersebut.
3. Pengabdian Kepada Masyarakat
Tugas ini berupa kegiatan menduduki jabatan pimpinan
dalam lembaga pemerintahan/pejabat negara sehingga
harus dibebaskan dari jabatan organiknya, melaksanakan
pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat seperti member pelatihan/
penyuluhan/penataran kepada masyarakat, memberi
pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang
menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah dan
pembangunan, membuat / menulis karya pengabdian pada
masyarakat.
4. Kegiatan Penunjang lainnya
Tugas dosen dalam kegiatan ini adalah berupa menjadi
panitia pada berbagai kegitan, menjadi anggota organisasi
profesi, mewakili perguruan tinggi duduk dalam panitia antar
lembaga, berperan aktif dalam pertemuan ilmiah, menerima
tanda jasa / penghargaan dalam penulisan buku dan prestasi
dibidang olah raga dan seni.
Arisandy (2011) menulis tentang pengukuran tugas Tri Dharma
Perguruan Tinggi tersebut secara lebih lengkap dalam blogspotnya
:http://duddyarisandi.files.wordpress.com/2011/0/6/09_matrikskinerjaf.jpg?w=213&h=300 sebagai berikut :
Pendidikan (dalam hal perencenaan)
Setiap dosen / tenaga pengajar berkewajiban untuk
menyiapkan rencana pengajaran yang terdiri atas beberapa
88
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
unsur. Unsur tersebut tidak selamanya terkait secara langsung
pada proses pengajaran, namun demikian akan mempengaruhi
terhadap pencapaian hasil proses pembelajaran. Beberapa unsur
tersebut adalah:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Keberadaan dan pemahaman akan peran dan akuntabilitas
sebagai dosen / tenaga pengajar [PDA]
Kepemilikan dan konsistensi penerapan buku pedoman
akademik [BPA]
Pehahaman akan keterkaitan elemen-elemen pembentuk
dan isi dari kurikulum [KRLM]
Dapat menerjemahkan jadwal pengajaran ke dalam satuan
strategi pembelajaran [JDWL]
Menjiwai makna penerapan Sistem Manajemen Mutu dalam
bidang pendidikan [QMS-PRODI]
Dapat mendisain Analisis Instruksional [AI]
Dapat merangkai Garis-Garis Besar Program Pengajaran
[GBPP]
Dapat membuat rencana pengajaran yang dituangkan ke
dalam Satuan Acara Pembelajaran / Acara Praktik [SAP]
Dapat membuat Strategi Instruksional [SI]
Dapat mendesain Pedoman Scoring [PS]
Dapat membuat Kisi-Kisi Test Objektif [KTO]
Dapat membuat Kisi-Kisi Test Uraian [KTU]
Pendidikan ( dalam hal pemantauan)
Setiap perencanaan yang matang belum tentu dapat
direalisasikan dengan baik, karena kita tidak memiliki kendali secara
keseluruhan terhadap variabel yang mempengaruhinya (segala
sesuatunya bergantung pada ke-Arifan Yang Maha Kuasa). Boleh
jadi waktu liburan bertepatan dengan waktu perkuliahan, boleh
jadi kondisi kesehatan tidak memadai, dan boleh jadi……. (banyak
sekali faktor yang mengakibatkan kita tidak dapat hadir di kelas
Manajemen Sumber Daya Manusia
89
ataupun ketidaktercapaian sasaran pembelajaran sehingga perlu
waktu tambahan waktu pengajaran. Bahkan malas mengoreksi /
memberi penilaian pada setiap tugas, kuiz, test, midtest, maaupun
UAS). 2 Unsur penting yang menjadi sasaran pengukuran adalah. :
•
•
•
Rekaman pengajaran yang telah dilakukan. Hal ini ditujukan
bahwa mahasiswa sebagai pelanggan kita berhak untuk
mendapatkan waktu pengajaran dan materi ajar yang sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.
Pengiriman nilai secara berkala. Seringkali waktu seorang
dosen / tenaga pengajar luar biasa sibuk (bukan biasa sibuk
di luar kampus untuk menangani proyek). Seringkali terjadi
bahwa seluruh nilai: tugas, latihan, quiz, test, ujian diperiksa
menjelang akhir semester, sehingga berdampak bahwa
perbaikan nilai menjadi tidak signifikan. Dan kondisi tersebut
akan memperberat pencapaian sasaran mutu institusi yang
mencanangkan bahwa IP harus di atas 3,0 untuk seluruh
mahasiswa (yang melawan aturan distribusi normal). Hal
terpenting yang perlu dicermati adalah jika Ketercapaian
Kompetensi mahasiswa tidak terpenuhi (walaupun sering
dijumpai bahwa nilai kualitatif ataupun kuantitatif pasti akan
ada hasilnya, bahkan dengan rata-rata IP yang fantastis).
Adakalanya seorang dosen / tenaga pengajar lupa, bahwa
untuk mendidik mahasiswa / murid dengan patokan target
tertentu dapat dihasilkan menurut kebiasaan yang sering
dilakukannya (kebiasaan pribadi). Namun dengan penerapan
persyaratan akreditasi, atau standar di bidang pendidikan,
atau penerapan sistem mutu lainnya, ternyata semuanya
harus memiliki kriteria patokan yang tidak didasari hanya oleh
kebiasaan lama, namun ada aturan yang harus ditetapkan.
Yang pada penerapannya dapat dilakukan secara manual
(tulisan tangan) maupun penerapan software (yang terpenting
Manajemen Sumber Daya Manusia
91
siap ditelusuri, kapan saja, oleh siapa saja, dan untuk tujuan
apa saja).
Pendidikan (dalam hal pengendalian)
Pengendalian selama proses belajar-mengajar tidak hanya
bertujuan untuk mendapatkan nilai Indeks Prestasi Mahasiswa
yang tinggi. Harus memastikan bahwa seluruh tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dapat dicapai (walaupun tidak 100%,
ada angka pendekatan realistis). Sebagian besar dosen / tenaga
pengajar, bahkan sampai kepada mahasiswa maupun pemakai
jasa lulusan, seringkali memutar balikan fakta bahwa tujuan akhir
pembelajaran adalah IP tinggi, bahkan lulusan dapat meneruskan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ataupun dapat bekerja.
Sudah selayaknya kita harus waspada, dan menjadi pertanyaan,
”apakah benar bahwa beberapa kondisi negatif yang terjadi di
negara kita sebagian besar diakibatkan karena kesalahan pada
pelaksanaan pendidikan?” pengendalian di bidang pendidikan
harus dapat mengungkap 3 ranah tujuan taksonomi berupa afektif,
psikomotorik, dan kognitif. Dan semua ranah tersebut tidak hanya
bisa diukur melalui secarik kertas formal berupa ujian, quiz, test,
midtest, maupun UAS.
Namun harus dilengkapi dengan pengamatan detail untuk
mengungkap perilaku mahasiswa untuk mengungkap sejauh
mana ranah tujuan taksonomi tercapai). Disadari / tidak disadari
bahwa setiap dosen harus dapat mengungkapkan perilaku setiap
mahasiswa (baik secara lisan, tulisan, ataupun pengamatan)
melalui pelaksanaan : Entry behaviour test, Latihan soal, Quiz,
Tugas, Pengamatan perilaku LK3, Test, Pengamatan kedisiplinan
dalam bekerja, Midtest, Pengamatan kreativitas, Perbaikan nilai,
Pengamatan sikap, Penilaian laporan, dan aspek Ketercapaian
kompetensi.
90
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat
Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat merupakan
faktor pengukur penting bagi dosen / tenaga pengajar. Wujud
kepedulian arti makna jabatan fungsional dosen dan kepekaan
terhadap kondisi masyarakat akan diuji melalui beberapa faktor
tersebut. Badan Akreditasi telah jauh-jauh mengingatkan
pentingnya faktor tersebut, dan dalam rangka sertifikasi
dosen maka faktor tersebut merupakan hal krusial yang harus
dipersiapkan. Di sisi lainnya banyak sekali fasilitas yang telah
diberikan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi dalam hal pengembangan
maupun penguatan dana. Namun di sisi lainnya, seringkali faktor
ini terbengkalai bahkan menurunkan grade perguruan tinggi
pada saat melakukan akreditasi.
Pendefinisian antara penelitian dan pengabdian pada
masyarakat harus jelas dan diwadahi melalui suatu kebijakan
institusi. Harus disadari bahwa pendefinisian tersebut akan
membawa dampak pada perwujudan kompetensi mahasiswa
yang dihasilkan, dan kompetensi dosen/tenaga pengajar dalam
mengemban tugas mulianya. Mungkin, banyak hal yang telah
dilakukan berkaitan dengan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, namun ’membuat laporan’ / ’jurnal penelitian’
merupakan suatu permasalahan sendiri yang harus diatasi.
Flatform tersebut harus terlihat jelas dalam suatu institusi
pendidikan. Akan ada daerah intersection diantara penelitian dan
pengabdian pada masyarakat .
Untuk membagi hasil penelitian dan pengabdian pada
masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari
cara yang sederhana yaitu menghasilkan suatu karya tulis, sampai
dengan yang rumit berupa pengelolaan hak paten. Tentunya
kedua hal tersebut akan memperkaya kancah hasil putra bangsa di
92
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
bidang pendidikan. Tidak jarang kita jumpai bahwa dosen / tenaga
pengajar belum menghasilkan karya tulis berupa buku literatur,
modul, ataupun handout. Tentunya hal tersebut lebih kurang akan
berdampak pada pencapaian tujuan proses pembelajaran. Disisi
lainnya, pemerintah melalui program tahunnya telah menyediakan
dana yang cukup besar untuk merangsang dosen / tenaga pengajar
untuk membuat karya tulis. Namun hal tersebut belum berjalan
dengan baik, sehingga kewajiban institusi pendidikan adalah
menjebatani antara ketersediaan fasilitas dari pemerintah dan
kemauan dosen / tenaga pengajar untuk membuat karya tulis.
Kinerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
proses yang dilakukan secara sistematis oleh dosen dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan, yaitu pendidikan pengajaran
,penelitian, pengabdian pada masyarakat dan penunjang
lainnya untuk mencapai hasil yang optimal yang di pengaruhi
oleh kompetensi atau kemampuan kerja, suport atau dukungan
melalui pengembangan sumber daya manusia sehingga mencapai
komitmen organisasional. Keseluruhan teori tersebut ditampilkan
pada tabel Mapping Theory sebagaimana pada lampiran 1.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu disajikan dalam relevansi dengan
penelitian. Kajian-kajian penting terdahulu yang mendukung
penelitian ini, sebagai bahan pembanding terkait dengan
model penelitian dan variabel-variabel: Pengembangan Sumber
daya manusia (Human Resources Development). Komitmen
organisasional
(Organizational
Commitment),
Dukungan
(Support), Kompetensi (Competency) dan Kinerja (Performance).
Penelitian-penelitian terdahulu yang merupakan pembanding
tersebut dapat disajikan sebagai berikut :
Manajemen Sumber Daya Manusia
1.
2.
93
Wattimena (2010)) meneliti tentang: Implementasi Strategi
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Dukungan
Organisasi Terhadap Peningkatan Kualitas Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Pattimura Ambon..Populasi penelitian
adalah dosen fakultas Ekonomi dari tiga Universitas yang
berada di Maluku. Sampel di tentukan dengan menggunakan
tekhnik purpossive sampling, metode analisis yang digunakan
adalah analisis jalur (Path) hasil penelitian menunjukkan
bahwa: Variabel pendidikan Lanjutan ternyata tidak terbukti
berpengaruh terhadap dukungan organisasi. Namun demikian
jika Dosen mengikuti Pendidikan lanjutan akan meningkatkan
dukungan organisasi terkait kesempatan, peluang maupun
dana, Variabel Pelatihan dan magang, Penataran, Seminar
terbukti berpengaruh terhadap dukungan organisasi. Variabel
pendidikan lanjutan dan juga penataran, Pelatihan, magang,
seminar berpengaruh terhadap mutu dosen. Variabel
Dukungan organisasi ternyata tidak berpengaruh terhadap
Peningkatan mutu dosen (JURNAL MANAJEMEN DAN
KEWIRAUSAHAAN VOL.2, Sepetember 2010:195-208)
Suseno & Sugiyanto (2010) Meneliti tentang : Pengaruh
Dukungan Sosial dan Kepemimpinan Transformasional
Terhadap Komitmen Organisasional dengan Mediator
Motivasi kerja. Populasi yang diteliti adalah karyawan pabrik
gula di Jawa Tengah. Metode analisis yang digunakan adalah
uji regresi dan korelasi . Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: Dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional
berpengaruh terhadap komitmen afektif dan komitmen
kontinuitas melalui mediator motivasi kerja. Dan tidak
berpengaruh terhadap komitmen normatif (JURNAL
PSIKOLOGI VOLUME 37,NO.1 , JUNI 2010,94 – 109)
94
3.
4.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Sabah Agha, Ect (2012) Effect of Core Competence on
Competitive dvantage and Organizational Advantage. Dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa: Dalam kompetensi inti
daya saing pasar telah muncul sebagai konsep sentral untuk
strategi yang kompetitif. Kompetensi inti adalah kumpulan
pengetahuanyangmembedakanperusahaandanmemberikan
keunggulan kompetitif atas orang lain. Tujuan utama studi ini
adalah untuk menyelidiki hubungan antara kompetensi inti,
keunggulan kompetitif dan kinerja organisasi. Kompetensi
inti diukur melalui tiga dimensi: terbagi visi, kerjasama dan
pemberdayaan. Keunggulan kompetitif juga diukur melalui
fleksibilitas dan responsif. Model yang diusulkan diuji dalam
konteks industri cat di UAE. Survei diberikan secara elektronik
untuk total 77 manajer. Hasil menunjukkan bahwa tampaknya
menjadi skala yang konsisten dan dapat diandalkan. Temuan
menunjukkan bahwa, sementara kompetensi inti memiliki
dampak yang kuat dan positif pada keunggulan kompetitif
dan kinerja organisasi, keunggulan kompetitif juga memiliki
dampak signifikan pada kinerja organisasi. metode analisis
menggunakan multiple regression dengan bantuan program
SPSS versi 7,0 (www.cesenet.org/ijbm International Journal of
Bussines and Management vol.7,No.1 : January 2012)
Nongkeng (2013) meneliti tentang: Pengaruh Pemberdayaan,
Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Dan Kepuasan
Kerja Dosen Kopertis Wilayah IX Sulawesi. Populasi dosen,
penarikan sampel metode Slovin, Metode analisis SEM,
Hasil penelitian : pemberdayaan berpengaruh langsung dan
signifikan terhadap komitmen organisasional berpengaruh
langsung dan signifikan terhadap kinerja, dan berpengaruh
langsung dan signifikan terhadap kepuasan kerja (http://
kopertis 9-sulawesi.blogspot. com/2013/11/)
Manajemen Sumber Daya Manusia
5.
6.
95
Pratiwi, Tri Bodroastuti(2011) : meneliti tentang Pengaruh
dukungan, kemampuan dan usaha terhadap kinerja. Populasi
yang semuanya di jadikan sampel adalah pegawai BAAK
UNDIP. Metode analisis adalah regresi berganda. Dalam
penelitian ini, ternyata Kemampuan, Usaha, dan Dukungan
Organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
pegawai Biro Administrasi Akademik UNDIP di Semarang, baik
pengujian hipotesis secara parsial maupun simultan. Pihak
Biro Administrasi Akademik (BAA). UNDIP harus memberikan
dukungan yang baik kepada pegawainya terutama dalam
pengadaan peralatan teknologi yang sangat mendukung
pelaksanaan kinerja pegawai mengingat sebagian besar
kegiatan akademik sudah tersistem dan terintegrasi, karena
dalam penelitian ini variabel dukungan organisasi merupakan
variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja pegawai.
([email protected])
Irena Hau-Siu Chou, Thamis Wing-Chun Lo, Zhenquan Sha,
Jiehua Hong (2006) The Impact of Developmental Experience,
Empowerment, And Oreganizational Support Om Catering
Service Staff Performance. Meneliti : studi ini berfokus pada
tiga aspek yang dipilih dari pengembangan sumber daya
manusia untuk perkembangan pengalaman, dukungan
organisasi dan pemberdayaan, dan dampaknya pada hasilhasil orientasi konsumen dan kinerja. Alasan adalah untuk
memberikan kesempatan bagi karyawan untuk meningkatkan
keterampilan mereka melalui pengalaman, pengembangan,
untuk memberdayakan mereka dan untuk memberikan
dukungan yang diperlukan untuk memberikan layanan
berkualitas. Hasilnya menunjukkan perbedaan efek antara
tiga peramal dan hasil tindakan. Pemberdayaan dan dukungan
organisasi memiliki efek signifikan pada orientasi konsumen.
96
7.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Pemberdayaan secara signifikan meningkatkan kinerja
dan meningkatkan dukungan organisasi kepada karyawan.
Perkembangan, pengalaman memiliki efek signifikan pada
kinerja. implikasi Manajerial dibahas dan sugestoinsare
dibuat untuk arah masa depan penelitian pada Elsevier Ltd.
All rights reserved. Sampel yang di gunakan adalah partisipatif
sampel, metode analisis adalah regresi linier berganda da
(n menggunakan uji korelasi dengan bantuan program SEM
www.clevier.com/locate/ijhosman.InternationalJournal
Hospitality)
Endang Setyaningdyah, Umar Nimran Kertahadi, Armanu
Thoyib (2013) meneliti tentang : The Effects Human Resourses
Competence, Organizational Commitmen and Transactional
Ledership on Work Discipline, Job Satisfaction and Employee’s
Performance. Hasil penelitian bertujuan untuk mengkaji
dan menjelaskan mempengaruhi kompetensi sumber daya
manusia (SDM), komitmen organisasi (OC), transaksional
kepemimpinan disiplin dan kerja. Hal ini didasarkan pada
gagasan perubahan lingkungan jelas oleh progrees informasi,
mengubah preferensi pasar, demographies dan berfluktuasi
ekonomi telah memicu struktur dan strategis, orientasi
melalui merger dan acquisiyions, budaya mengubah, atau
perubahan dalam proses berbasis teknologi informasi
sebagai konsekuensi perubahan pola dari lingkungan,
internal dan eksternal. Penggunaan purposive sampling
digunakan untuk mendapatkan sampel yang terdiri dari 232
sampel dari perusahaan 58 sebagai bingkai sampling, dan
analisis faktor digunakan sebagai sarana pengujian hipotesis.
Hasilnya menunjukkan bahwa disiplin kerja secara signifikan
dipengaruhi oleh HR competence dan OC. juga menemukan
bahwa ada efek signifikan antara kepemimpinan transaksional
Manajemen Sumber Daya Manusia
8.
9.
97
OC dan kinerja (ijerb. Webs.com. Interdisciplinary Journal of
Research In Business,August 2013 .Vol 4 No.4 )
Dyah Kusumaastuti (2013) Pengaruh Kompetensi Individu
sebagai Dosen Terhadap Kinerja Dosen Yang Berorientasi
Pada Mutu Dengan Moderator Iklim Organisasi dan Dukungan
Sumber Daya (2013) Dengan menggunakan analisa regresi
Berganda dan bantuan SPSS, LISREL, penarikan sampel
dengan proporsional sampling dengan hasil penelitian:
Kompetensi secara signifikan mempengaruhi kinerja,
Dukungan sumber daya meningkatkan kinerja, Kinerja akan
semakin meningkat dengan adanya faktor moderator iklim
organisasi- kepemimpinan .(Digilib.UPI.edu/administrator/
fixed/d-adpen-9-89808dyah_kusumaastuti)
Hsu-Hsin Chiang, Tsu-Shian Han,Ju-Sung Chuang (2011) The
Relationship Between High-Commitmen HRM and Knowledgesharing Behavior and its Mediators.
Kegunaan: studi ini adalah untuk menyelidiki hubungan
antara manajemen sumber daya manusia tinggi-komitmen
dan pengetahuan individu = sharing behavior. Selain itu,
faktor mediasi yang menghubungkan Pendekatan/desain/
metodologi: Model persamaan struktural diterapkan
untuk menguji hipotesis tepat melalui sebuah survei dari
198 practioners. Temuan komitmen manajemen SDM
berpengaruh positif dengan dukungan. Dukungan organisasi
berpengaruh positif dikaitkan dengan organisasi komitmen
organisasi. Komitmen organisasi positif terkait dengan
perilaku pengetahuan. Dukungan organisasi dan komitmen
organisasi dimediasi hubungan antara manajemen sumber
daya manusia high-komitmen dan perilaku pengetahuan.
Implikasi penelitian : pertama, perusahaan dapat memupuk
berbagi perilaku dengan mengadaptasi komitmen tinggi HRM
98
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
pengetahuan. Kedua, ketika karyawan menerima dukungan
organisasi, mereka menghasilkan komitmen organisasi
dan kemudian melakukan perilaku berbagi pengetahuan,
menguntungkan organisasi.
Orisinalitas / nilai dari sudut pandang pertukaran sosial
dan identitas sosial, studi ini menunjukan seberapa tinggi
komitmen HRM mendominasi perilaku berbagi pengetahuan
melalui dukungan organisasi dan komitmen organisasi.
(International Journal of Manpower.Vol.33 No. 5/6 /2011)
10. Hutapea (2012 ) Meneliti tentang : Sifat kepribadian dan
Dukungan Organisasi Sebagai Prediktor Komitmen Organisasi
Guru Pria di Sekolah Dasar. Dalam penelitian ini, populasi
adalah guru pria muda, teknik penentuan sampel adalah
convenience sampling. Metode analisis adalah regresi
berganda. Hasil penelitian adalah sifat-sifat kepribadian dan
POS merupakan prediktor terhadap komitmen organisasi
guru-guru-(MAKARA,SOSIAL-HUMANIORA,VOL.16,
NO.2
DESEM-BER 2012:101 -115 )
11. Marimutu, Maran Ect (2009) meneliti tentang: Human
Development and its Impact on Firm Performance Evidence
From Developmental Economics. Dalam penelitian ini,
populasinya adalah perusahaan Berinvestasi diperlukan
sumber daya dalam mengembangkan sumber daya manusia
yang cenderung memiliki dampak yang besar pada kinerja.
Penelitian ini meneliti sejauh mana modal manusia memiliki
dampak langsung pada kinerja perusahaan dari berbagai
perspektif kritis. Kinerja perusahaan yang dilihat dari segi
kinerja keuangan dan non-keuangan.
Akhirnya, Penelitian ini mengembangkan model yang
menjelaskan hubungan antara modal manusia dan kinerja.
(http://www.sosyalarastirmalar.com/cilt2/sayi8pdf/
Manajemen Sumber Daya Manusia
99
marimuthu_arokiasamy_ismail.p. Uluslararasi Sosyal Ara
tırmalar Dergisi The Journal of penelitian Sosial Internasional
Volume 2/8 Summer 2009
12. Lamidi (2007) meneliti tentang Pengaruh Pengembangan
Kompetensi terhadap Kinerja Dosen Dengan variabel
Moderator Komitmen Tentang Mutu. Populasi adalah tenaga
dosen di Fakultas Ekonomi UNISIRI Surakarta dengan teknik
penarikan sampel secara non probabilitas penyampelan
secara purposive.
Dan analisa yang digunakan adalah Korelasi Product Moment
Memberikan kesimpulan bahwa pengembangan kompetensi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen, komitmen
tentang mutu mempengaruhi kuat lemahnya hubungan antara
pengembangan kompetensi dengan kinerja dosen. (Ejournal
unisiri ac.id/index php manajemen/article/download/148.
13. Esra NEMLİ Caliskan (2010) Meneliti tentang The Impact Of
Strategi Human Resource Management On Organizational
Performance. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan
peruusahaan Hasil penelitian menyimpulkan cara suatu
organisasi mengelola SDM-nya memiliki signifikan hubungan
dengan hasil organisasi, yang mendukung berbasis sumber
daya, di mana daya saing bisnis terkait, setidaknya dalam
bagian dengan investasi pada aset tertentu perusahaan.
Meskipun diterbitkan penelitian umumnya melaporkan
hubungan statistik positif antara adopsi yang lebih besar
dari praktek-praktek SDM dan kinerja bisnis, seharusnya
juga diingat bahwa banyak faktor lain selain praktik HR bisa
mempengaruhi kinerja organisasi. Juga, adalah mungkin
bahwa ada hubungan yang kompleks antara praktek SDM
dan sumber daya lainnya dari perusahaan. hubungan kausal
antara SDM dan kinerja organisasi akan memungkinkan
Manajemen Sumber Daya Manusia
101
manajer HR untuk merancang program-program yang akan
melahirkan lebih baik Hasil operasional untuk mencapai
kinerja organisasi yang lebih tinggi. Fokus pengelolaan SDM
harus memahami kinerja organisasi proses dan praktek
desain HR bahwa proses pengaruh dan hasil variabel.
(Journal of Naval Science and Engginering 2010. Vol.6,No 2
pp 100-116)
14. Yuliantini, dkk (2013) Meneliti tentang : Determinasi
Kompetensi, Komitmen dan Dukungan Organisasi terhadap
Pengembangan Profesi Dosen di Lingkungan Yayasan
Triatma Surya Jaya Badung. Populasi adalah dosen dengan
teknik pengambilan sampel adalah proportional random
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
determinasi kompetensi dosen terhadap pengembangan
profesi dosen, terdapat determinasi komitmen dosen
terhadap pengembangan profesi dosen, terdapat
determinasi dukungan organisasi terhadap pengembangan
profesi dosen, terdapat detrminasi kompetensi, komitmen
dan dukungan organisasi secara bersama-sama terhadap
pengembangan profesi dosen di lingkungan Yayasan
Triatma Surya jaya Bandung.(e-jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi
Pendidikan Vol.4 Tahun 2013)
15. Eddy Yunus (2009) Meneliti tentang : Pengaruh Kompetensi
Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Pegawai KPPBC Tipe
Madya Pabean Tanjung Perak Surabaya. Populasi adalah
pegawai KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Perak Surabaya
Sampel 25 % dari populasi. Dianalisis dengan analisi regresi
berganda. Hasil penelitian adalah: bahwa kemampuan
berkomunikasi, kerja sama kelompok, kepemimpinan,
pemutusan pendapat, secara simultan berpengaruh signifikan
100
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
terhadap kinerja, yang artinya semakin tinggi tingkat
kompetensi pegawai, maka kinerja mereka akan semakin
meningkat. (Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan-Volume
16, Nomor 3, Sepetember 2012:368 – 387)
16. Emmyah (2009). Meneliti tentang Pengaruh Kompetensi
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Politeknik Negeri Ujung
Pandang. Populasi adalah seluruh pegawai Politeknik Negeri
Ujung Pandang. Teknik penarikan sampling adalah sampling
jenuh. Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : tidak signifikan
pengaruh karasteristik pribadi terhadap kinerja pegawai
memberi indikasi bahwa sesungguhnya pengendalian diri,
percaya diri, fleksibilitas dan komitmen terhadap organisasi,
walau bagaimanapun tingginya, tidak memberi jaminan
tinggi.(http:Fridaus.org/does/tesis/emmiyah.pdf).
17. Achmad Ali Mashartanto (2013) meneliti tentangPengaruh
motivasi dan kompetensi terhadap kinerja dosen dengan
dimediasi komitmen organisasi (Studi Kasus Pada Dosen
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang., teknik penarikan
sampel dengan proportional random sampling. Hasil
penelitian penelitian ini adalah. kompetensi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi,
kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dan
komitmen Organizational positif dan signifikan berpengaruh
pada kinerja dosen. (e-jurnal Program Pascasarjana
Unisbank Vol.4 Tahun 2013)
18. Tati Setiawati (2009) meneliti tentang Pengaruh Kompetensi
Kerja Terhadap Kinerja Dosen (Studi kasus di PPTK UPI). Analisis
yang digunakan adalah statistik regresi linear. Populasi adalah
dosen. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa : Kompetensi
dosen berpengaruh tehadap kinerja . Jurnal Jenius.
102
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
19. Ruslan Ade, Noermijati,Christin Susilowati (2013) The
Infkuence of Organizational Commitmen and Individual
Competence on Teacher Performance: In the Learning
Organization Perspective, (A study on Elementary School
Teacher in Ternate City). Analisis yang digunakan Path Analysis,
Populasi adalah dosen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa.
Organizational Commitmen significant to performance.
International Jouoral Scienceournal of Business ang Behav
Keseluruhan penelitian-penelitian tersebut
ditampilkan
pada tabel Mapping Penelitian terdahulu sebagaimana pada
lampiran 2.
100
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
BAB III
Manajemen SDM Pengelolaan PTS dalam
Konsep dan Hipotesis
A. Kerangka Konseptual
Pada penelitian ini kerangka konseptual dibangun berdasarkan
pada pemikiran secara teoritis maupun konteks penelitianpenelitian sebelumnya mengenai hubungan variabel yang telah
dinyatakan dalam rumusan permasalahan serta tujuan penelitian
ini. Kerangka konseptual adalah sebuah gambaran penelitian
berdasarkan teori dan konsep yang dipahami dan digunakan dalam
membuat kerangka konseptual. Grand theory yang digunakan
adalah Teori MSDM oleh Dominggus (2005:8) menyatakan MSDM
berperan penting di dalam meningkatkan eksistensi manusia
yang ada dalam suatu organisasi, mengembangkan aktivitas
kerja dalam pencapaian kinerja yang baik, menghidupkan fungsi
manajemen dan memperbaiki struktur keorganisasian serta
meningkatkan hubungan internal dan eksternal dalam mencapai
tujuan organisasi, dan diperkuat oleh Dessler (2010:8) menyatakan
SDM mencapai tujuannya dalam pengembangan SDM, harus
melalui syarat melakukan perencanaan SDM, rekruitmen SDM,
seleksi SDM dan induksi SDM dengan ketentuan SDM tersebut
mampu memberikan akses dalam meningkatkan pelatihan dan
pengembangan karir sesuai dengan penilaian motivasi, penilaian
karya dan adanya penghargaan kompetensi sesuai dengan tingkat
kesejahteraan (konpensasi), lingkungan kerja yang sehat dan aman
serta hubungan yang baik dengan komponen dalam organisasi.
103
104
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Mendukung grand theory tersebut, maka middle theory yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori perilaku organisasi
(organization behaviour theory), teori human capital (teori
pengembangan sumber daya manusia), teori efektifitas (selfeffeciency) atau teori kognitif, konsep kompetensi, teori
kemampuan, konsep tiga dimensi, teori dukungan organisasional,
teori pertukaran sosial atau social exchange theory, teori
penentuan tujuan (goal-setting theory), teori harapan (expectacy
theory), teori kinerja. Teori ini menjadi dasar untuk membuat
kerangka pemikiran.
Teori perilaku organisasi (behaviour organization theory)
dikemukakan oleh Gibson (1997), bahwa variabel kemampuan
dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
perilaku kerja dan kinerja individu. Kelompok variabel psikologis
terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial,
pengalaman kerja. Secara khusus dalam pengembangan sumber
daya manusia yang menyangkut peningkatan segala potensi
internal kemampuan diri manusia ini adalah didasarkan fakta
bahwa seseorang karyawan atau dosen akan membutuhkan
serangkaian pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang
berkembang untuk bekerja dengan baik dalam suksesi posisi yang
ditemui selama perjalanan karir seseorang baik sebagai karyawan
maupun dosen, dalam hal ini merupakan persiapan karier jangka
panjang seseorang.
Pengembangan SDM sebagaimana yang dinyatakan oleh
Theodore W.Schultz (1960) Teori human capital development
adalah proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan bukan hanya sekedar untuk konsumsi belaka tetapi
juga merupakan sebuah investasi jangka panjang. Ditunjang
Manajemen Sumber Daya Manusia
105
oleh Rowley dan Jackson (2012:434) bahwa pelatihan dan
pengembangan adalah merupakan bidang kunci dari MSDM
yang dapat memiliki sebuah dampak signifikan terhadap sebuah
bisnis yang memiliki hubungan yang taktis dengan Pengembangan
SDM dan manajemen kinerja. Sehingga cakupan pengembangan
sumber daya manusia selanjutnya adalah terkait sistem karier
yang diterapkan oleh organisasi dan bagaimana sumber daya
manusia yang ada dapat mengakses sistem yang ada dalam rangka
mendukung harapan-harapan kerjanya (Simamora, 1995:323).
Teori efektifitas atau kognitif dinyatakan oleh Albert Bandura
dalam Robin (2008:38) bahwa keyakinan seorang individu
untuk mampu melaksanakan tugas. Hal ini akan menunjang
kompetensi sebagaimana yang dikemukakan oleh Terry
(2005:151) bahwa setiap sumber daya manusia (SDM) memiliki
kompetensi. Kompetensi ideal jika ditunjang oleh pengetahuan,
keterampilan, keahlian dan profesional dalam bersikap.
Kompetensi merupakan kemampuan yang dapat dikembangkan
sehingga dalam pengembangannya memerlukan komitmen atau
keterikatan, yang menurut Allen dan Meyer (1990) yang dikenal
dengan konsep tiga dimensi, yaitu: afektive, normative dan
continuante comitment untuk meningkatkan kompetensi melalui
pengembangan sumber daya manusia membutuhkan adanya
dukungan organisasi sebagaimana yang dinyatakan oleh teori
dukungan organisasional yang menyatakan bahwa kepedulian,
rasa dihargai dan keanggotaan diyakini berhubungan dukungan
organisasional untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional
pegawai sehingga peran dan identitas sosial menjadi terintegrasi
dengan organisasi yang diperkuat oleh teori pertukaran sosial
atau social exchange theory dimana hubungan antara pegawai
dan organisasinya adalah merupakan suatu hubungan pertukaran,
106
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
misalnya suatu pegawai mau bekerja disuatu organisasi karena
pegawai tersebut hendak mempertukarkan usaha dan loyalitasnya
dengan imbalan material sosio emosional tertentu.
SDM merupakan komponen yang paling penting dalam
suatu institusi dan organisasi, oleh karena sumber daya manusia
harus memiliki kemampuan, baik kemampuan pengetahuan
maupun kemampuan keterampilan serta kemampuan sikap dan
perilaku yang lebih dikenal dengan kompetensi (competency),
yang kesemuanya itu harus dikembangkan demi mencapai tujuan
institusi dan organisasi. Oleh karena itu , dalam mengembangkan
kompetensi ini maka diperlukan dukungan organisasi menunjang
tercapainya proses pengembangan tersebut. Hal ini akan
menunjang komitmen organisasional dari individu dosen
jika sekiranya kompetensi ini terus dikembangkan melalui
pengembangan SDM seperti pendidikan dan pelatihan serta
peningkatan pengembangan dan pembelajaran / pengalaman
bagi individu dosen, sehingga dengan demikian tujuan organisasi
maupun institusi dapat tercapai, yaitu untuk mencapai kinerja .
Menurut Malthis (2011; 14) bahwa kinerja merupakan hasil
kerja yang terdiri dari kemampuan x dukungan organisasi . Hal ini
diperkuat oleh Edwin Locke melalui teori penentuan tujuan (goalsetting theory) dalam Robin (2008:237) bahwa tujuan-tujuan
yang spesifik dan sulit dengan umpan balik menghasilkan kinerja
yang lebih tinggi. Kinerja adalah hasil kali dari ability dan motivasi.
Sedangkan V.Vroom menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil
kali dari ability, motivasi dan opportunity. Hal ini dapat menunjang
harapan-harapan dari komponen penunjang kinerja yaitu
baik karyawan maupun dosen yang diimplementasikan dalam
Expectation Theory yang menyatakan bahwa kekuatan dari suatu
kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung
Manajemen Sumber Daya Manusia
107
pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan
diikuti dengan hasil.
Pengembangan SDM (human resource development /
HRD) adalah fungsi utama MSDM yang tidak hanya terdiri atas
pelatihan dan pengembangan namun juga aktivitas perencanaan
dan pengembangan karir individu, pengembangan organisasi,
serta manajemen dan penilaian kinerja. Di era kompetitif ini,
perlu mengembangkan sumber daya manusia dalam koridor teori
dan konsep pengembangan sumber daya manusia yang cocok.
Dan sungguh ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan,
walaupun telah banyak teori dan konsep yang dikembangkan
berkaitan dengan pengembangan sumberdaya manusia yang
unggul oleh negara-negara barat, namun implementasinya di
Indonesia membutuhkan beragam proses penyesuaian. Salah
satu contohnya adalah teori dan konsep tentang kompetensi yang
dikembangkan sejak tahun 1970-an namun baru bergaung di
Indonesia tahun 2000-an.
Perihal menjadi hambatan di antaranya adalah adanya
perbedaan nilai dan norma. Kompetensi dikembangkan untuk
mengukur kemampuan pengetahuan dan keterampilan serta
sikap dan perilaku seseorang dalam sebuah profesi, sedangkan
Pengembangan sumber daya manusia dalam penelitian ini diukur
dengan pendidikan, pelatihan, pengembangan, dan pembelajaran/
pengalaman. Dengan mengikuti pendidikan diharapkan
pengetahuan individu dapat bertambah dan dengan mengikuti
pelatihan maka diharapkan ketrampilan dapat ditingkatkan,
sedangkan dengan pengembangan, pembelajaran / pengalaman
diharapkan akan memperbaiki sikap dan perilaku seorang dosen.
Dimana pengembangan sumber daya manusia selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja dosen. Kinerja dosen menurut Dikti 2000
108
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
diukur melalui pendidikan pengajaran, penelitian, pengabdian dan
kegiatan penunjang. Dimana pengukurannya telah dikemukakan
oleh Arisandy (2011) yang menyatakan bahwa dosen / tenaga
pengajar merupakan jabatan fungsional yang secara profesional
harus diukur juga kinerjanya, dan dalam istilah umum dikenal
melalui “key performance indicator measuring”.
Selanjutnya Grand Theory dan Middle Theory yang telah
dikemukaan tersebut dapat disajikan dalam gambar sebagai
berikut:
Gambar 7 Grand Theory model
Sumber : Diolah dari kajian teori
Temuan-temuan yang telah dikemukakan tersebutselanjutnya
di jadikan rujukan bagi penelitian ini yang secara lebih rinci, model
kerangka konsep penelitian disajikan dalam gambar 8. berikut:
Manajemen Sumber Daya Manusia
109
Gambar 8 Model Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
1. PG SDM = Pengembangan SDM
2. KOG
= Komitmen Organisasi
3. DUK
= Dukungan Organisasional
4. KPT
= Kompetensi
5. KIN
= Kinerja
Angka-angka dalam gambar menunjukkan hubunganhubungan yang dinyatakan dalam hipotesis penelitian
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan atas kerangka pemikiran tersebut, maka akan
dirumuskan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :
1.
2.
Semakin tinggi variabel pengembangan sumber daya manusia
akan mendorong terhadap peningkatan variabel kompetensi
dosen Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo
Semakin tinggi variabel komitmen organisasional maka akan
mendorong terhadap peningkatan variabel kompetensi dosen
tetap Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo.
110
3.
4.
5.
6.
7.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Semakin tinggi variabel dukungan organisasional maka akan
mendorong terhadap peningkatan variabel kompetensi dosen
tetap Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo.
Semakin tinggi variabel pengembangan sumber daya manusia
maka akan mendorong terhadap peningkatan kinerja dosen
tetap Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo
Semakin tinggi variabel komitmen organisasional maka akan
mendorong terhadap peningkatan variabel kinerja dosen
tetap Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo
Semakin tinggi variabel dukungan organisasional maka akan
mendorong terhadap peningkatan variabel kinerja dosen
tetap Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo
Semakin tinggi variabel kompetensi maka akan mendorong
terhadap peningkatan variabel kinerja dosen tetap Perguruan
Tinggi Swasta di Gorontalo.
110
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
BAB IV
Perspektif Metode Manajemen SDM
Pengelolaan PTS
A. Pendekatan Penelitian
Menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, maka
pola digunakan adalah penelitian explanatory, yaitu pola
penelitian berusaha menjelaskan hubungan variabel yang dirujuk
sebagaimana yang telah diformulasikan dalam rumusan hipotesis,
sehingga hubungan variabel-veriabel yaitu: pengembangan
SDM, komitmen organisasional dan dukungan organisasional,
kompetensi serta kinerja dapat diuji. Sehingga penelitian ini
bersifat testing research artinya bahwa penelitian ini berusaha
untuk menguji hubungan variabel yang dirujuk yang didukung
oleh uraian deskriptif dalam menjelaskan hubungan variabel yang
dimaksud.
Mendapatkan gambaran penelitian dalam menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan dalam hipotesis yang
diajukan maka desain penelitian yang dipilih adalah rancangan
survey, yang pada dasarnya merupakan penelitian hubungan
variabel dengan variabel lain yang diteliti. Desain ini akan
digunakan untuk meneliti karasteristik ataupun fenomena dari
populasi yang merupakan objek penelitian yaitu individu dosen
tetap PTS di Gorontalo. Hubungan variabel–variabel berdasarkan
pada penelitian terdahulu dan kajian teoritis
111
112
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1.
2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian disesuaikan dengan tahap-tahap penelitian
yang di mulai dengan tahapan awal observasi sampai dengan
pelaporan yang Insya Allah di rencanakan bulan Februari–
Mei 2014
Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih objek penelitian di
Provinsi Gorontalo dengan objek sasaran adalah dosen tetap
Perguruan Tinggi Swasta untuk mengevaluasi pengaruh
pengembangan sumber daya manusia komitmen dan
dukungan organisasional terhadap kompetensi dan kinerja.
C. Jenis dan sumber data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang digunakian untuk
memecahkan masalah yakni data yang berupa penjelasan
deskriptif.
b. Data Kuantitaif
Data kuantitatif merupakan data yang dinyatakan dalam
bentuk angka-angka yang diperoleh dari objek penelitian
sebagai dasar tabulasi, perhitungan atau pemecahan
masalah kuantitatif dalam proses penganalisaan
tentang hubungan-hubungan kausal pengaruh kontruk
eksogen terhadap konstruk endogen yaitu pengaruh
pengembangan sumber daya manusia, komitmen dan
dukungan organisasional terhadap kompetensi dan
kinerja dosen Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Gorontalo.
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.
113
Sumber Data
a. Data Primer, yaitu data diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara langsung terhadap pimpinan dan dosen PTS
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan
dokumentasi atau laporan, antara lain berupa data
jumlah pegawai dan identitasnya
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui teknik
penelitian sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Observasi
Dengan teknik ini digunakan cara pengamatan secara
langsung terhadap objek penelitian untuk mendapatkan data
dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian.
Interviu (wawancara)
Teknik ini dengan melakukan pengumpulan data melalui
tanya jawab secara langsung dengan nara sumber guna
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Kuisioner
Metode ini menggunakan penyebaran daftar pertanyaan
sehubungan dengan veriabel yang dianalisis yang dirancang
dengan mengacu pada tujuan penelitian yang dijabarkan
dalam opersionalisasi veriabel penelitian.
Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data melalui
dokumen-dokumen tertulis dari sumber data.
E. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
114
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
kesimpulannya (Sugiyono,2011:80). Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi
adalah totalitas dari objek yang diteliti yang memiliki karasteristik
umum dari dosen yang merupakan dosen tetap perguruan tinggi
swasta di Gorontalo. Berdasarkan data awal Perguruan tinggi Swasta
di Gorontalo sebanyak sepuluh Perguruan Tinggi dengan jumlah
dosen sebanyak 566, dengan rincian jumlah dosen sebagai berikut :
Tabel 5
Populasi penelitian
Perguruan Tinggi Swasta
Jumlah Dosen (0rang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
151
164
65
44
19
39
28
8
24
24
566
Universitas Gorontalo
Universitas Ichsan
Universitas Muhamadiyah Gorontalo
STIA Bina Taruna
STITEK Bina Taruna
STIMIK Ichsan
STIE Ichsan
Akakom Mall Cendekia
Politeknik Gorontalo
STIM Boalemao
Jumlah
Sumber: PTS Gorontalo Tahun 2013
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti
(Arikunto: 2000:117). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah proporsional random sampling terhadap dosen tetap
Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo dengan asumsi bahwa
populasi adalah homogeny. Besarnya sampel yang diteliti
ditentukan dengan merujuk pada rumus Slovin dalam Umar 2004
sebagai berikut ;
Manajemen Sumber Daya Manusia
115
N
n=
1+(N)(i)2
Keterangan ;
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
i
= Persentase kelonggaran ketidaktelitian presisi karena
kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat diteliti.
Berdasarkan data populasi maka jumlah sampel ditetapkan
sebagai berikut ;
566
n=
1+(566)(0,05)2
566
=
2.415
= 234
3.
Sampling
Salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah
secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti
setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk
dijadikan sampel. Sampel yang representatif, cara pengambilan
sampel proporsional random dengan cara di undi. Perhitungannya
menggunakan rumus sebagai berikut : (Sugiyono, 2007 ; 68).
n
N1 =
x N1
N
Keterangan;
n1 = banyaknya sampel di setiap kelas
n = banyaknya populasi di setiap kelas
N = banyaknya populasi seluruh kelas
N 1 = banyaknya sampel penelitian
116
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Dalam penelitian ini , besarnya sampling dalam sampel adalah
sebagai berikut :
1.
Universitas Gorontalo
= 151( 234) = 62.427 = 62
566
2.
Universitas Ichsan
= 164( 234) = 67.802 = 68
566
3.
Universitas Muhammadiyah
Gorontalo
= 65 ( 234)= 26.872 = 27
566
4.
STIA Bina Taruna
= 44( 234) = 18.190 = 18
566
5.
STITEK Bina Taruna
= 19( 234) = 7.855 = 8
566
6.
STIMIK Ihscan
= 39( 234)
566
= 16.123 = 16
7.
STIE Ichsan
= 28( 234)
566
= 11,575 = 12
8.
Akakom Mall Cendekia
= 8( 234)
566
= 3.307 = 3
9.
Politeknik Gorontalo
= 24( 234)
566
= 9,922 = 10
10. STIM Boalemo
= 24( 234) = 9,922 = 10
566
Keseluruhan penentuan dan perhitungan jumlah sampel dan
sampling tersebut untuk lebih jelas, selanjutnya dapat disajikan
dalam bentuk rincian pada tabel berikut ;
Manajemen Sumber Daya Manusia
117
Tabel 6.
Sampel Penelitian
Perguruan Tinggi Swasta
1.
Universitas Gorontalo
Jumlah Populasi
Dosen (0rang)
151
2.
Universitas Ichsan
164
68
3.
65
27
4.
Universitas Muhamadiyah
Gorontalo
STIA Bina Taruna
44
18
5.
STITEK Bina Taruna
19
8
6.
STIMIK Ichsan
39
16
7.
STIE Ichsan
28
12
8.
Akakom Mall Cendekia
8
3
9.
Politeknik Gorontalo
24
10
24
10
566
234
10. STIM Boalemao
Jumlah
Jumlah Sampel
Dosen (0rang)
62
Sumber: Diolah dari tabel 1
F. Metode Analisis Data
Metode analisis pada penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif, sebagai berikut :
1.
Analisis Kualitatif, yaitu menguraikan dan menganalisa datadata yang ditemukan dilapangan objek penelitian secara
deskriptif mengenai pengembangan sumber daya manusia,
komitmen dan dukungan organisasional, serta kompetensi
dan kinerja dosen.
Analisis deskriptif yaitu digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis
statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik
118
2.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
responden meliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir, umur
dan masa kerja. Selain itu analisis statistik deskriptif juga
digunakan untuk menjelaskan tanggapan responden terhadap
variabel penelitian tersebut. Perhitungan dalam analisis
statistik deskriptif dilakukan dengan bantuan komputer
menggunakan paket program AMOS 16.0
Analisis Kuantitatif, yaitu menggunakan Stuctural Equation
Modelling (SEM)
Pada beberapa fenomena bisnis, sebuah variabel tergantung
dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas sekaligus.
Beberapavariabelbebasjugamampumempengaruhibeberapa
variabel tergantung secara sekaligus sehingga mengakibatkan
model penelitian menjadi sangat rumit. Model yang rumit ini
pada dasarnya dapat dianalisis dengan menggunakan analisis
regresi maupun analisis jalur, namun dalam prakteknya akan
menjadi tidak efesien karena masing-masing sub-struktur
harus dianalisis dan kemudian baru digabungkan menjadi
sebuah model yang utuh. Permasalahan yang rumit tersebut
dapat dianalisis menggunakan analisi Struktural Equation
Modelling(SEM) menggunakan program AMOS, LISREL, PLS.
Tekhnik SEM memungkinkan seorang peneliti untuk menguji
beberapa variabel dependent sekaligus, dengan beberapa
variabel independent (Ferdinand:2005 dalam Suliyanto
2011:273)
Pada pengujian model menggunakan SEM ada tujuh langkah
yang harus ditempuh, yaitu (Ferdinan , 2005 dalam Suliyanto
2011:273)
1.
Pengembangan sebuah model berbasis teori
Hal yang harus dilakukan adalah melakukan serangkaian
eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka guna mendapatkan
justifikasi teoritis atas model yang dikembangkan
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.
3.
4.
119
Pengembangan Path Diagram
Model teoritis yang telah dibangun akan digambarkan pada
sebuah path diagram untuk diestimasi
Konversi path diagram ke dalam persamaan
Pada langkah ini model dinyatakan dalam path diagram
kemudian dikonversi ke dalam rangkaian. Diagram path yang
dikonversi terdiri dari :
a. Persamaan struktural (strucrtural equation) yang
dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas
antar berbagai konstruk.
b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement
model), di mana harus ditentukan variabel yang mengukur
konstruk dan menentukan serangkaian matriks yang
menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk
atau variabel
c. Pemilihan matriks input dan estimasi model .
d. Matriks input yang digunakan adalah matriks varian/
kovarian atau matriks korelasi
e. Ukuran sampel (Hair,etc al.1996) dalam Suliyanto
(2011:273) menemukan bahwa ukuran sampel yang
sesuai untuk SEM adalah 100-200. Sedangkan ukuran
sampel minimum adalah sebanyak 5 observasi untuk
setiap estimasi parameter
f. Estimasi model yang tersedia dalam program AMOS
adalah teknik Maximun Likelhood Estimation Method,
Generalized Least Square stimation Method, Unweighted
Least Square Estimation (ULS), Scale Free Least Squre
Estimation (SLS) dan Asymtotically Distribution-Fee
Estimation (SLS)
Menilai problem identifikasi.
Problem identifikasi biasanya pada prinsipnya adalah
problem ketidaktahuan dari model yang dikembangkan untuk
menghasilkan estimasi yang unik.
Manajemen Sumber Daya Manusia
5.
121
Evaluasi Kriteria Goodnes of fit
Kesesuaian model dievaluasi melalui telaah berbagai kriteria
goodnes fit dengan tiga macam evaluasi:
a. Evaluasi asumsi SEM
1). Normalitas, dengan menggunakan kriteria nilai
kritis sebesar ± 2,58 bahwa distribusi data tingkat
signifikansi 0,01. Apabila Z value lebih besar di nilai
kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak
normal.
2). Outliers, merupakan observasi atau data yang memiliki
karasteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh
dari observasi-observasi, baik untuk sebuah variabel
tunggal maupun variabel-variabel kombinasi. Dengan
menggunakan nilai Z-score lebih tinggi 3 atau lebih
rendah dari 3
3) Multicollinearity dan singularity, dimana yang perlu
diamati adalah determinan dari matriks kovarian
sampelnya. Determinan yang kecil atau mendekati
nol mengidentifikasi adanya multikolinearitas atau
singularitas sehingga data tersebut dapat digunakan
untuk penelitian.
b. Uji kesesuaian dan uji statistik
Beberapa indeks dan kesesuaian cut-off value yang
digunakan untuk menguji apakah sebuah model diterima
atau ditolak adalah sebagai berikut :
1. χ² - Chi-Square statistik , semakin kecil nilai χ² , semakin
baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas
dengan cut-off value sebesar p>0,05 atau p>0,010 .
2. RMSEA (The Root Mean Error of Approximation),
merupakan suatu indeks yang digunakan untuk
mengkompensasikan chi-square dalam sampel yang
besar. Nilai REMSEA yang kecil atau sama dengan 0.08
120
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
3.
4.
5.
6.
7.
merupakan indeks agar model tersebut dapat diterima
berdasarkan degree of freedom.
GFI (Goodness of Fit Index) merupakan ukuran nonstatistical yang mempunyai rentang nilai antara 0 sampai
dengan 1. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan
better fit.
AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), merupakan
kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari
varian dalam sebuah matriks kovarian sampel. Tingkat
yang direkomondasikan adalah apabila ADFI mempunyai
nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90
CMIN/DF (The Minimum Sample Discrepancy Function
Devided with degree of Freedom), merupakan statistic
chisquare X2 dibagi degree of freedom-nya sehingga
disebut X² relative. Nilai X² relative kurang dari 2,0 atau
3,0 adalah indikasi acceptable fit antara model dan data.
TLI (Tucker Lewis Indeex), merupakan incremental index
yang membandingkan sebuah model yang di uji terhadap
sebuah baseline model, di mana yang direkomondasikan
sebagai acuan diterimanya sebuah model adalah ≥0,95
dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.
CFI (Comparative Fit Index) rentang nilai sebesar 0 -1, di
mana semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit
yang paling tinggi.
Jika disajikan dalam tabel Goodness of Fit Index adalah
sebagai berikut :
122
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Tabel 7 : Goodness of Fit Index dan Cut of Value
Goodness of Fit Index
Cut of Value
χ²-Chi Square
Diharapkan kecil
Significance Probability
≥ 0,05
REMSEA
≤ 0,08
GFI
≥ 0,090
AGFI
≥ 0,090
CMIN/DF
≤ 2,00
TLI
≥ 0,95
CFI
≥ 0,95
Sumber : Suliyanto,2012 :274
C.
Uji Reabilitas dan Variance Extract
1). Uji Reliabilitas, di mana nilai reliabilitas yang diterima
adalah ≥ 0,70. Uji reliabilitas dalam SEM dapat
diperoleh melalui rumus :
Construct reliability =
(Σ Std. Loading)²
(Σ Std Loading )² + 
Keterangan :
Standard Loading diperoleh dari standardized loading
untuk tiap-tiap indikator yang didapat dari hasil
perhitungan komputer. €.j adalah measurement error
dari tiap-tiap indikator.
2). Variance Extract , dimana nilai yang dapat diterima
adalah ≥0,50. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Σ Std. Loading²
Variance Extract =
Σ Std Loading² + . J
Manajemen Sumber Daya Manusia
123
Keterangan :
Standard Loading diperoleh dari standarddized loading
untuk tiap-tiap indikator yang didapat dari hasil
perhitungan komputer. €.j adalah measurement error
dari tiap-tiap indikator (1-Std.Loading)²
3). Interprestasi dan Modifikasi Model
Langkah terakhir adalah menginterprestasikan model
dan memodifikasi model bagi model-model yang tidak
memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Cut-off value
sebesar 2 ,58 (Hair et,al, 1995,Jereskog,1993) dalam
Suliyanto :2012:275) dapat digunakan untuk melihat
signifikan tidaknya residual yang dihasilkan oleh model.
Nilai residual yang lebih besar atau sama dengan ± 2,58
diinterprestasikan sebagai signifikan secara statistik pada
tingkat 5%.
Pada analisis ini terjadi hubungan konstruk bebas dan
terikat. Konstruk adalah jenis konsep tertentu yang
berada dalam tingkatan abstraksi yang lebih tinggi dari
konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu.
Konstruk dapat berupa sebuah pandangan atau pendapat
yang biasanya ditemukan untuk sebuah penelitian atau
pembentukan teori. Konstruk dapat diartikan sebagai
konsep yang telah dibatasi pengertiannya (unsur, ciri, dan
sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur. Sehingga
hubungan konstruk variabel bebas dan terikat tersebut
dalam penelitian ini dapat dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
124
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Gambar 9: Diagram Path Variabel bebas terhadap Variabel Terikat
Manajemen Sumber Daya Manusia
125
Keterangan :
(ε)
= Konstruk Laten Eksogen
(ᵑ)
= KonstruknLaten Endogen
Konstruk laten eksogen terdiri dari variabel :
(ε₁)
= Pengembangan Sumber Daya Manusia
(ε₂)
= Komitmen Organisasional
(ε₃)
= Dukungan Organisasional
Konstruk laten endogen terdiri dari variabel :
(ᶯ₁)
= Kompetensi
(ᶯ₂)
= Kinerja
ᵞ
= Hubungan langsung variabel eksogen terhadap
variabel endogen
ß
= Hubungan langsung variabel endogen (ᶯ₁) dan
endogen (ᶯ₂)
λ
= Hubungan langsung variabel eksogen atau
endogen terhadap indikatornya
δ
= Untuk mengukur kesalahan dari indikator
variabel eksogen
ε
= Untuk mengukur kesalahan dari indikator
variabel endogen
Berdasarkan Diagram Path variabel tersebut , kemudian
dibangun struktur persamaan sebagai berikut
a.
Persamaan struktural (structural equation) yang mneyatakan
hubungan kausalitas antara konstruk ( variabel endogen =
variabel eksogen + variabel endogen + error ), dapat dijelaskan
persamaan struktural sebagai berikut :
Persamaan Struktural
126
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Y = f (X₁,X₂,X₃)
Z = f (X₁,X₂,X₃,Y)
X₁ = δ ₁₀ + δ₁₁X₁₁ + δ₁₂X₁₂ + δ₁₃X₁₃ + δ₁₄X₁₄ + δ₁₅X₁₅
X₂ = δ₂ₒ + δ₂₁X₂₁ + δ₂₂X₂₂ + δ₂₃X₂₃ + δ₂₄X₂₄ + δ₂₅X₂₅
X₃ = δ₃₀ + δ₃₁X₃₁ + δ₃₂X₃₂ + δ₃₃X₃₃ + δ₃₄X₃₄ + δ₃₅X₃
Y = λo + λ₁Y₁ + λ₂Y₂ + λ₄Y₃ + λ₄Y₄
Z = εo + ε₁Z₁ + ε₂Z₂ + ε₃Y₃ + ε₄Z₄
Y = aₒ + a₁X₁ + a₂X₂ + a₃X₃
Z = C₀ + C₁Y
Z = bo + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃
b.
Persamaan Spesifik model pengukuran (measurement model)
dalam model ini ditentukan variabel yang mengukur konstruk
dan menentuksan serangkaian matriks yang menunjukkan
korelasi atau konstruk atau variabel.
G. Definisi Operasional dan Pengukurannya
Dalam penelitian ini, beberapa variabel penelitian yang
diangkat adalah: variabel pengembangan sumber daya manusia,
variabel komitmen organisasional varibel dukungan, variabel
kompetensi dan variabel kinerja. Untuk lebih memperjelas
pemahaman terhadap variabel-variabel yang dimaksud maka
dibuat definisi operasional variabel sebagai berikut :
1. Variabel eksogen
a.
Variabel pengembangan sumber daya manusia adalah
penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab lebih
tinggi dalam organisasi. Pengembangan SDM berhubungan
erat dengan peningkatan kemampuan intelektual yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan lebih baik lagi.
Pengembangan SDM berpijak pada fakta setiap individu
membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan
yang lebih baik, atau usaha peningkatan pengetahuan dan
Manajemen Sumber Daya Manusia
127
keterampilan melalui pendidikan, pelatihan, pengembangan
serta pembelajaran/pengalaman
- Pendidikan adalah merupakan suatu ‘pembelajaran untuk
mempersiapkan individu dalam menghadapi sebuah
pekerjaan serupa, tetapi tidak sama’, yang menekankan
lebih banyak kepada bidang-bidang yang berkaitan
dengan konten dibandingkan karena pendidikan memiliki
kecenderungan untuk mengembangkan kemampuan
intelektual dan pemahaman konseptual.
- Pelatihan adalah sebuah konsep MSDM yang sempit yang
melibatkan aktivitas-aktivitas pemberian instruksi khusus
yang direncanakan (seperti misalnya pelatihan terhadap
prosedur-prosedur operasi peralatan yang spesifik)
atau pelatihan keahlian (seperti misalnya pelatihan
yang berhubungan dengan tugas, program-program
pengenalan pekerjaan)
- Pengembangan adalah merujuk kepada sebuah perangkat
yang terintegrasi mengenai program-program yang
direncanakan, yang diberikan di dalam suatu periode
waktu tertentu dan disampaikan melalui sebuah rentang
pendekatan-pendekatan, yang mencakup programprogram pelatihan pada pekerjaan dan pelatihan di
luar pekerjaan, program-program, dan seminar-seminar
pendidikan, bahan-bahan yang dapat dipelajari sendiri,
program-program penasihatan dan lain sebagainya.
- Pembelajarandalamkonteksorganisasiadalahmerupakan
sebuah pengembangan dari kapasitas untuk melakukan
transfer pengetahuan ke seluruh organisasi, keahlian dan
informasi yang dibagi bersama, demikian juga dengan
penekanan terhadap pelaksanaan adaptasi yang terusmenerus (pengalaman). Fokus dari pembelajaran dapat
meliputi perilaku, kesadaran, pengaruh atau kombinasi
128
b.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
apapun dari ketiga hal tersebut.
Variabel pengembangan Sumber Daya Manusia ini diukur
dengan menggunakan skala likert dengan kriteria sebagai
berikut :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Kurang Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Variabel komitmen organisasional adalah keinginan dosen
untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi dan profesinya serta bersedia melakukan usaha
yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi dan profesinya.
Berupa komitmen afektif , komitmen kontinuan dan
komitmen normatif.
- Komitmen afektif (Affective commitment) adalah tingkat
seberapa jauh seorang dosen secara emosi terikat
mengenal dan terlibat dalam organisasi.
- Komitmen normatif (Normative commitment) adalah
merujuk kepada tingkat seberapa jauh seseorang secara
psychological terikat untuk menjadi dosen dari sebuah
organisasi yang di dasarkan kepada perasaan seperti
kesetiaan, afeksi, kehangatan, kepemilikan, kebanggaan,
kesenangan, kebahagiaan dan lain-lain.
- Komitmen kontinuan adalah (Continuance commitment)
adalah suatu penilaian terhadap biaya yang terkait
dengan meninggalkan organisasi.
Variabel komitmen organisasional ini diukur dengan
menggunakan skala likert dengan kriteria sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Kurang Setuju
Manajemen Sumber Daya Manusia
c.
129
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Variabel Dukungan Organisasional adalah merupakan hal
yang penting bagi suatu sumber daya individu dosen dalam
peningkatan eksistensi diri berupa faktor dalam organisasi
adalah antara lain orang-orang yang bekerja sama dan
tanggung jawab hubungan kerja, dana dan alat - alat,
peraturan dan prosedur kerja dan lain-lain. Unsur-unsur yang
membentuk dukungan organisasional tersebut terdiri dari 3
(tiga) bagian yakni :
1. Keadilan
2. Dukungan atasan
3. Penghargaan Organisasi
- Keadilan yaitu menyangkut cara yang digunakan untuk
menentukan bagaimana mendistribusikan sumber daya
di antara dosen..
- Dukungan atasan yaitu pandangan umum tentang
sejauh mana atasan menilai kontribusi dosen dan peduli
terhadap kesejahteraan mereka.
- Penghargaan Organisasi yaitu; Bentuk dari penghargaan
organisasi dan kondisi pekerjaan ini adalah sebagai
berikut: Gaji, pengakuan, promosi, keamanan dalam
bekerja, kemandirian, peran stressor, kesempatan
pengembangan
Variabel dukungan organisasional ini diukur dengan
menggunakan skala likert dengan kriteria sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Kurang Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Manajemen Sumber Daya Manusia
131
3. Variabel Endogen
a.
b.
Variabel kompetensi adalah”….Karasteristik dasar yang terdiri
dari keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge) serta
atribut personal (personal atributs) lainnya yang mampu
membedakan seseorang dosen yang melakukan dengan yang
tidak melakukan “
- Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang telah
dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk
menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.
- Keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk
mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan
cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic
ability).
- Sikap (attitude) adalah bagian dari diri manusia yakni
kecenderungan dalam melakukan suatu tindakan sesuai
dengan kondisi perasaan atapun pengetahuan yang
dimilki.
- Perilaku (behaviour) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar
Variabel kompetensi ini diukur dengan menggunakan
skala likert dengan kriteria sebagai berikut :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Kurang Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Variabel Kinerja dosen adalah kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan atau tugas yang dimiliki dosen dalam
menyelesaikan suatu tugas pekerjaannya, yaitu melaksanakan
tri dharma perguruan tinggi yang terdiri dari :
130
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
1.
2.
3.
4.
Pendidikan dan pengajaran
Tugas dibidang pendidikan dan pengajaran dapat
berupa melaksanakan pengajaran di kelas, atau tutorial,
membimbing dan menguji baik seminar dan praktek
laboratorium dan kuliah kerja serta tugas akhir juga
mengembangkan bahan ajar membimbing dosen muda
dan melaksanakan orasi ilmiah.
Penelitian dan pengembangan karya ilmiah
Tugas dosen dibidang ini adalah menghasilkan karya
ilmiah berupa penelitian individu dan kelompok,
menyadur buku ilmiah, mengedit / menyunting karya
ilmiah dan karya seni serta membuat rancangan karya
seni serta pemuatan karya tersebut.
Pengabdian Kepada Masyarakat
Tugas ini berupa kegiatan menduduki jabatan pimpinan
dalam lembaga pemerintahan / pejabat negara sehingga
harus dibebaskan dari jabatan organiknya, melaksanakan
pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti member
pelatihan / penyuluhan / penataran kepada masyarakat,
memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain
yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah
dan pembangunan, membuat/menulis karya pengabdian
pada masyarakat.
Kegiatan Penunjang lainnya
Tugas dosen dalam kegiatan ini adalah berupa menjadi
panitia pada berbagai kegiatan, menjadi anggota
organisasi profesi, mewakili perguruan tinggi duduk
dalam panitia antar lembaga , berperan aktif dalam
pertemuan ilmiah, menerima tanda jasa / penghargaan
dalam penulisan buku dan prestasi dibidang olah raga
dan seni.
Manajemen Sumber Daya Manusia
132
Variabel kinerja ini diukur dengan menggunakan skala
likert dengan kriteria sebagai berikut :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Kurang Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Selanjutnya untuk pengukuran variabel-variabel tersebut
dengan penggunaan skala likert berdasarkan persepsi yang
diberikan oleh responden sesuai yang dialami, lebih lengkapnya
dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 8 .
Operasionalisasi variabel Penelitian
Variabel
Indikator
Alat Ukur – Likert
Pengembangan Sumber Pendidikan
Daya Manusia
Pelatihan
Pengembangan
Pembelajaran
Komitmen
Organisasional
Dukungan
Organisasional
Skala 5
5- sangat setuju
4-setuju
3-kurang setuju
2-tidak setuju
1-sangat tidak setuju
1.Komitmen Afektif
Skala 5
2.Komitmen kontinuan 5- sangat setuju
3.Komitmen normatif 4-setuju
3-kurang setuju
2-tidak setuju
1-sangat tidak setuju
1.Keadilan
2.Dukungan atasan
3.Penghargaan
organisasi
Skala 5
5- sangat setuju
4-setuju
3-kurang setuju
2-tidak setuju
1-sangat tidak setuju
132
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Variabel
Indikator
Alat Ukur – Likert
Kompetensi
Pendidikan
Pelatihan
Sikap
Perilaku
Kinerja Dosen
1.Pendidikan
dan Pengajaran
2.Penelitian
3.Pengabdian
pada masyarakat
4.Penunjang lainnya
Skala 5
5- sangat setuju
4-setuju
3-kurang setuju
2-tidak setuju
1-sangat tidak setuju
Skala 5
5- sangat setuju
4-setuju
3-kurang setujul
2-tidak setuju
1-sangat tidak setuju
Sumber Kajian Teori Tahun 2013
Manajemen Sumber Daya Manusia
134
BAB V
Manejemen SDM Pengelolaan PTS Di antara
Kompetensi dan Kinerja Dosen
A. Identifikasi Operasional PTS di Gorontalo
1. Deskripsi Responden
Deskripsi responden merupakan gambaran mengenai
identitas yang menjelaskan karasteristik responden yang didapat
berdasarkan jawaban pada kuisioner. Berdasarkan kuisioner yang
diedarkan kepada responden yang ditarik dari populasi yang
terdiri dari 566 orang dosen tetap yayasan pada 10 perguruan
tinggi swasta di propinsi Gorontalo dengan menggunakan metode
penarikan sampel proporsional random sampling yaitu cara
pengambilan sampel dilakukan dengan menyeleksi secara acak
setiap unit sampling yang sesuai dengan ukuran unit sampling
dengan besarnya sampel yang diteliti merujuk pada rumus Slovin,
maka diperoleh 234 sampel. Dari 300 kuisioner yang diedarkan
berdasarkan proporsi masing-masing perguruan tinggi swasta,
maka yang dikumpulkan sebanyak 234 kuisioner tersebut.
Dalam penelitian ini informasi yang dibutuhkan untuk
menjelaskan kerterkaitan denganvariabel-variabel Pengembangan
Sumber Daya Manusia, komitmen organisasional, dukungan
organisiasional, kompetensi dan kinerja maka telah dimuat dalam
kuisioner mengenai karasteristik responden yang terdiri dari :
umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja , jabatan fungsional,
pangkat/golongan (inpassing) serta pelatihan yang telah didikuti
134
Manajemen Sumber Daya Manusia
135
oleh dosen. Hal ini untuk mengetahui jumlah frekuensi dan
persentase dari keberadaan dosen yang representatif dalam
memberikan tanggapan mengenai objek penelitian.
Gambaran tentang usia responden dapat di lihat secara rinci
pada tabel berikut .
Tabel 9
Responden berdasarkan Usia
No. Klasifikasi
Frekuensi
Persentase
1
2.
3.
4.
41
131
38
24
234
17,52
56
16,23
10,25
100
< 25 tahun
25 – 35 tahun
36 – 45 tahun
> 45 tahun
Total
Sumber : data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 9 tersebut, nampak bahwa sebagian besar
umur responden berada pada kisaran 25 sampai dengan 35 tahun
ke bawah, ini menandakan bahwa sebesar 73,52 persen dosen
responden pada perguruan tinggi swasta di propinsi Gorontalo
tergolong dosen muda dan selebihnya 26 persen dosen berusia
di atas 35 tahun. Selanjutnya menurut jenis kelamin, komposisis
dosen responden dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10
Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No Klasifikasi
Frekuensi
Persentase
1
2
136
98
234
58,1
41.9
100
Laki-laki
Perempuan
Total
Sumber : data primer diolah tahun 2014
Tabel 10 tersebut, memeberikan gambaran bahwa dosen
responden didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 136 0rang dari
136
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
234 orang atau sebanyak 58,1 persen dan perempuan sebanyak 98
0rang atau 41.9 persen. Berikut deskripsi resposnden menurut
strata pendidikan yang ditampilkan pada tabel 11 berikut :
Tabel 11
Responden berdasarkan Pendidikan
No Karasteritik
Frekuensi
Persentase
1
2
3
93
135
6
234
39.7
57.7
2.6
100
S-1
S-2
S-3
Total
Sumber : data primer diolah tahun 2014
Pada tabel 11 tersebut digambarkan bahwa pendidikan
dosen responden berada pada strata S-2 merupakan pendididkan
yang pada umumnya yaitu sebantyak 135 orang atau 57 persen,
sedangkan strata1 S-1 masih sebanyak 93 orang atau 39.7.persen.
dan hanya sebanyak 6 orang responden atau 2.6 persen yang
memiliki strata pendididkan S-3. Selanjutnya dlihat berdasarkan
masa kerja dosen responden disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 12
Responden berdasarkan Masa Kerja
No
1
2
3
Karasteritik
1 – 5 tahun
6-10 tahun
>10 tahun
Total
Frekuensi
157
35
42
234
Persentase
67.1
14.95
17.95
100
Sumber : data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 12 tersebut, bahwa masa kerja dosen
responden adalah sebanyak persen atau sebanyak 192 responden
yang bekerja dibawah 10 tahun sedangkan 17.95 persen atau 42
orang yang bekerja diatas 10 tahun. Ini berarti masa kerja dosen
responden di Propinsi Gorontalo tergolong masa kerja muda.
Manajemen Sumber Daya Manusia
137
Selanjutnya responden akan dikaji menurut jabatan
fungsional dimana jabatan fungsional merupakan suatu atribut
yang menunjukkan penjenjangan karir dari seorang dosen yang
dimulai dari seorang calon dosen sebagai tenaga pengajar sejak
dosen tersebut mengabdi yang selanjutnya pada tahun kedua
pengabdian tersebut seorang dosen telah dapat mengurus
kepangkatannya menjadi asisten ahli dan dilanjutkan pada dua
tahun berikutnya untuk menjadi lektor, lektor kepala dan sampai
dengan Guru Besar yang kesemuanya harus menempuh apa yang
disebut dengan tugas pokok dan fungsi seorang dosen melalui tri
darma Perguruan Tinggi di tambah dengan kegiatan penunjang,
yang disajikan dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 13
Responden berdasarkan Jabatan Fungsional
No Karasteritik
Frekuensi
Persentase
1
2
3
4
5
109
99
25
1
0
234
46.6
42.3
10.7
0.4
0
100
Tenaga Pengajar
Asisten Ahli
Lektor
Lektor Kepala
Guru Besar
Total
Sumber : data primer diolah tahun 2014
Dalam tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden dosen di Gorontalo adalah tenaga pengajar atau belum
memiliki jabatan fungsional yaitu sebanyak 109 orang atau sebesar
46.6persen. kemudian ada 99 orang atau 42.3 persen memiliki
jabatan asisten ahli dan jabatan lektor sebanyak 25 orang atau
10.7 persen serta jabatan lektor kepala 1 orang sedangkan jabatan
guru besar tidak ada atau 0 persen .
Selanjutnya deskripsi responden berdasarkan jabatan
struktural yang diemban dosen sebagai tugas tambahan dapat
ditampilkan pada tabel 14 berikut :
138
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Tabel 14
Responden berdasarkan Jabatan Struktural
No Karasteritik
Frekuensi
Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
0
3
4
11
14
6
178
18
234
0
1.3
1.7
4.7
6.0
2.6
76.1
7.6
100
Rektor
Wakil Rektor
Dekan/direktur/ketua
Wakil Dekan/Asdir/Puket
Ketua Program Studi
Sekertaris Prodi
Staf dosen
Kepala Lembaga/kabiro
Total
Sumber : data primer diolah tahun 2014
Dari tabel 14 tersebut, menunjukkan bahwa responden dosen
memiliki jabatan struktural yang terdiri dari : rektor 0 persen, wakil
rektor 1.3 persen atau 3 orang, dekan/direktur/ketua sekolah
tinggi sebanyak 1.7 persen atau ada 4 orang, wakil dekan/asdir/
pembantu ketua sebanyak 4.7 persen atau sebanyak 11 orang,
ketua program studi sebanyak 6.0 persen atau 14 orang, dosen
penjabat kepala lembaga dan kepala biro sebanyak 7.6 persen
atau sebanyak 18 orang . sedangkan sebanyak 76.1 persen atau
terbanyak ( 178 ) orang adalah sebagai staf dosen atau dosen
tanpa jababatan struktural.
Selanjutnya digambarkan tentang pangkat/golongan
berdasarkan impassing yang telah diterima oleh dosen responden.
Manajemen Sumber Daya Manusia
139
Tabel 15
Responden berdasarkan Pangkat/Golongan (Impassing)
No.
1
2
3.
4
5
6
Klasifikasi
Belum diimpassing
Gol III a
Gol III b
Gol III c
Gol III d
Gol IV
Total
Frekuensi
181
22
17
9
3
0
234
Persentase
77.3
10.3
7.3
3.8
1.3
0
100
Sumber : data primer diolah tahun 2014
Dari tabel 15 tersebut terlahat bahwa sebagian besar
dosen responden belum diimpasing yaitu sebanyak 181 orang
atau sebesar 77.3 persen untuk golongan III a sebanyak 22
orang atau 10.3 persen , golongan III b sebanyak 17 orang atau
7.3 persen, golongan III c sebanyak 9 orang atau 3.8 persen,
golongan III d sebanyak 3 orang atau 1.3 persen, sedangkan
untuk golongan IV belum ada atau sebesar 0 persen. Berikut
tabel 16 mendeskripsikan tentang pelatihan yang telah diikuti
oleh dosen responden. Pelatihan yang berhubungan dengan
persyaratan untuk menjadi seorang dosen, yaitu PEKERTI dan
Applied Approach, juga pelatihan peningkatan mutu dosen seperti
pengukuran tes, metodologi penelitian dan penulisan jurnal, serta
pelatihan lainnya misalnya TOT dan sebagainya.
Tabel 16
Responden berdasarkan Pelatihan yang diikuti
No.
1
2.
3.
4.
5
6
Klasifikasi
Pekerti
Applied Approach
Pengukuran tes
Metodologi penelitian
Penulisan Jurnal
Lainnya
Frekuensi
100
67
14
33
22
8
Sumber : data primer diolah 2014
Total
234
234
234
234
234
234
Persentase
42
28
5
14
8
3
Manajemen Sumber Daya Manusia
141
Dari tabel 16 tersebut, bahwa dari 234 dosen responden baru
100 orang atau 42 persen yang mengikuti pelatihan peningkatan
kapasitas tujuan instruksional PEKERTI , 67 orang atau 28 persen
yang mengikuti Applied Approach, 14 orang atau 5 persen yang
mengikuti pelatihan pngukuran tes, 33 orang atau 14 persen
yang mengikuti pelatihan metodologi penelitian, 22 orang atau 8
persen yang mengikuti pelatihan penulisan jurnal serta sebanyak
8 orang atau 3 persen yang mengikuti pelatihan lainnya , berupa
TOT (Training of Trainers) dan sebagainya.
2. Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada bagian ini akan dijelaskan dengan
analisa deskriptif yang merupakan analisis untuk mengetahui
distribusi frekuensi mengenai presepsi responden tentang
indikator dari variabel pengembangan sumber daya manusia,
komitmen dan dukungan organisasisional serta kompetensi dan
kinerja dosen pada PTS di Propinsi Gorontalo. Seluruh variabel
tersebut, distribusi frekuensi diperoleh dari hasil skor jawaban
responden terhadap kuisioner yang diedarkan. Analisis deskriptif
ini bertujuan untuk menginterprestasikan makna masing-masing
variabel berdasarkan distribusi frekuensi dan rata-rata jawaban
responden yang dikategorikan dalam lima skala likert, yaitu
dengan kriteria sebagai berikut :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Kurang Setuju
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Selanjutnya untuk lebih jelas, deskripsi masing-masing
variabel tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut :
140
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
a.
Deskripsi Variabel Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Pengembangan sumber daya manusia (X1) adalah penyiapan
individu untuk memikul tanggung jawab lebih tinggi dalam
organisasi. Pengembangan SDM berhubungan erat dengan
peningkatan kemampuan intelektual yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan lebih baik lagi. Indikator pengembangan
SDM menurut Rowley & Jackson (2012:435) berpijak pada
fakta setiap individu membutuhkan pengetahuan, keahlian,
dan keterampilan yang lebih baik, atau usaha peningkatan
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan, pelatihan,
pengembangan serta pembelajaran / pengalaman.
-
-
-
Pendidikan adalah merupakan suatu ‘pembelajaran untuk
mempersiapkan individu dalam menghadapi sebuah
pekerjaan serupa, tetapi tidak sama’, yang menekankan
lebih banyak kepada bidang-bidang yang berkaitan dengan
konten karena pendidikan memiliki kecenderungan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan pemahaman
konseptual.
Pelatihan adalah sebuah konsep MSDM yang sempit yang
melibatkan aktivitas-aktivitas pemberian instruksi khusus yang
direncanakan (seperti misalnya pelatihan terhadap prosedurprosedur operasi peralatan yang spesifik) atau pelatihan
keahlian (seperti misalnya pelatihan yang berhubungan
dengan tugas, program-program pengenalan pekerjaan)
Pengembangan adalah merujuk kepada sebuah perangkat
yang terintegrasi mengenai program-program yang
direncanakan, yang diberikan di dalam suatu periode
waktu tertentu dan disampaikan melalui sebuah rentang
pendekatan-pendekatan, yang mencakup program-program
pelatihan pada pekerjaan dan pelatihan di luar pekerjaan,
program-program, dan seminar-seminar pendidikan, bahan-
142
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
bahan yang dapat dipelajari sendiri, program-program
penasihatan dan lain sebagainya.
-
Pembelajaran dalam konteks organisasi adalah merupakan
sebuah pengembangan dari kapasitas untuk melakukan
transfer pengetahuan ke seluruh organisasi, keahlian dan
informasi yang dibagi bersama, demikian juga dengan
penekanan terhadap pelaksanaan adaptasi yang terusmenerus (pengalaman). Fokus dari pembelajaran dapat
meliputi perilaku, kesadaran, pengaruh atau kombinasi
apapun dari ketiga hal tersebut.
Tabel 17 berikut menjelaskan deskripsi perolehan nilai
distribusi frekuensi, persentase dan mean atas tanggapan
responden terhadap empat indikator , yaitu pendidikan, pelatihan,
pengembangan dan pembelajaran atau pengalaman yang dilihat
dari kontribusinya dalam membentuk variabel pengembangan
sumber daya manusia. Pada tabel 17 tersebut menjelaskan bahwa
indikator yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan
variabel pengembanagan sumber daya manusia adalah indikator
pertama yaitu pendidikan dengan nilai mean sebesar 4,40 . Hal
ini menunjukkan bahwa indikator pendidikan sudah merupakan
hal yang sesuai dengan penerapan pengembangan sumber
daya manusia. Karena dengan pendidikan dapat dikembangkan
pengetahuan seorang dosen.
Manajemen Sumber Daya Manusia
143
Tabel 17
Deskipsi Variabel Pengembangan Sumber Daya Manusia (X 1)
Sumber: Hasil olahan data primer, tahun 2014 (Lampiran 4)
Sebaliknya indikator yang paling kecil kontribusinya adalah
pelatihan yang merupakan indikator kedua dengan nilai mean 4,11.
Walaupun indikator ini secara statistik memiiki kontribusi yang
kecil, namun dalam kenyataannya bahwa indikator pelatihan ini
sangat penting untuk diterapakan dalam pengembanagan sumber
daya manusia dosen oleh karena pelatihan dibutuhkan untuk
pengembangan skil atau keahlian dari dosen yang bersangkutan.
Untuk itu agar kontribusi pelatihan ini dapat meningkat maka
perlu adanya peningkatan intensitas pelatihan terhadap dosen.
Secara keseluruhan nilai rerata mean variabel pengembangan
sumber daya manusia adalah 4,25.
144
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
b.
Deskripsi Variabel Komitmen Organisasional
Variabel komitmen organisasional (X2 ) menurut Allen dan
Meyers adalah keinginan dosen untuk tetap mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi dan profesinya serta bersedia
melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi
dan profesinya. Berupa komitmen afektif , komitmen kontinuan
dan komitmen normatif.
-
-
Komitmen afektif (Affective commitment) adalah tingkat
seberapa jauh seorang karyawan secara emosi terikat
mengenal dan terlibat dalam organisasi.
Komitmen kontinuan adalah (Continuance commitment)
adalah suatu penilaian terhadap biaya yang terkait dengan
meninggalkan organisasi.
Rekapitulasi gambaran deskriptif hasil penelitian terhadap
nilai skor rata-rata (mean) pernyataan responden pada masingmasing indikator variabel komitmen organisasional tersebut
dapat disajikan pada tabel 18 berikut dimana berdasarkan tabel
18 tersebut dapat dijelasakan bahwa indikator variabel komitmen
organisasional yang memiliki kontribusi terbesar adalah indikator
pertama dan ketiga yang memiliki nilai mean sebesar 4,16
sehingga kedua indikator ini merupakan indikator penting untuk
membentuk komitmen. Indikator yang dimaksud adalah Affective
commitmen dan Normatif commitmen.
Manajemen Sumber Daya Manusia
145
Tabel 18
Deskripsi Variabel Komitmen Organisasional (X2)
Sumber : Hasil olahan data primer, tahun 2014 (Lampiran 4)
Hal ini berarti bahwa dosen secara emosional dan psikologi
merasa sangat terikat terhadap profesinya sebagai dosen dan
secara biaya yang dakan dikeluarkan dosen untuk meningkan
profesinya tersebut memiliki kontribusi yang kecil, yaitu sebesar
3,87, untuk itu kecilnya kontribusi ini dapat ditanggulangi dengan
cara meningkatkan komitmen kontinuan atau segi biaya yang
akan dikeluarkan oleh seorang dosen jika meniggalkan profesinya
yang tentunya ini bukan merupakan pilihan bagi dosen. Secara
keseluruhan nilai rerata mean variabel komitmen organisasional
adalah sebesar 4,06
c.
Deskripsi variabel dukungan organisasional
Dukungan organisasional (X3) mengacu pada definisi
menurut Eisenberger (2002) merupakan hal yang penting bagi
146
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
suatu sumber daya individu dalam peningkatan eksistensi diri
berupa faktor dalam organisasi adalah antara lain orang-orang
yang bekerja sama dan tanggung jawab hubungan kerja, dana dan
alat - alat, peraturan dan prosedur kerja dan lain-lain. Unsur-unsur
yang membentuk dukungan organisasional tersebut terdiri dari 3
(tiga) bagian yakni :
1.
2.
3.
Keadilan
Dukungan atasan
Penghargaan Organisasi
- Keadilan yaitu menyangkut cara yang digunakan untuk
menentukan bagaimana mendistribusikan sumber daya
di antara dosen.
- Dukungan atasan yaitu pandangan umum tentang
sejauh mana atasan menilai kontribusi dosen dan peduli
terhadap kesejahteraan dosen.
- Penghargaan Organisasi yaitu; Bentuk dari penghargaan
organisasi dan kondisi pekerjaan ini adalah sebagai
berikut: Gaji, pengakuan, promosi, keamanan dalam
bekerja, kemandirian, peran stressor, kesempatan
pengembangan, selengkapnya disajikan dalam tabel 19
berikut :
Manajemen Sumber Daya Manusia
147
Tabel 19
Deskripsi Variabel Dukungan Organisasional (X3)
Sumber : Hasil olahan data primer, tahun 2014 (Lampiran 4)
Tabel 19 tersebut menggambarkan rekapitulasi deskriptif
hasil penelitian terhadap nilai skor rata-rata (mean) pernyataan
responden pada masing-masing sub indikator dan masing-masing
indikator yaitu keadilan, dukungan atasan dan penghargaan
organisasi yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan
variabel dukungan organisasional . Berdasarkan Tabel 19 tersebut
menderkripsikan bahwa indikator yang paling banyak memberikan
kontribusi pada pembentukka variabel dukungan organisasional
adalah indikator yang ketiga (X3.3) yaitu penghargaan organisasi,
hal ini menunjukkan bahwa penghargaan organisasi terhadap
aktifitas dosen merupakan hal yang sangat dibutuhkan sebagai
implementasi dari adanya dukungan organisasional. Sedangkan
indikator yang paling sedikit memberikan kontribusi terhadap
148
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
terbentuknya variabel dukungan organisasional adalah indikator
yang kedua yaitu dukungan atasan. Akan tetapi dukungan atasan
ini merupakan satu indikator yang tetap diperlukan di dalam
mewujudkan adanya dukungan organisasi olehnya perlu mendapat
perhatian lebih lagi dari para atasan. Secara keseluruhan nilai
rerata mean variabel dukungan organisasional adalah 4,11
d.
Deskripsi variabel Kompetensi .
Kompetensi dosen merupakan ”….Karasteristik dasar yang
terdiri dari keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge)
serta atribut personal (personal atributs ) lainnya yang mampu
membedakan seseorang hanya yang melakukan dan tidak
melakukan “(David Mc Clelland)
-
Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang telah
dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk
menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.
- Keterampilan(skill)berartikemampuanuntukmengoperasikan
suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuh kan kemampuan dasar (basic ability)
- Sikap (attitude) adalah bagian dari diri manusia yakni
kecenderungan dalam melakukan suatu tindakan sesuai
dengan kondisi perasaan ataupun pengetahuan yang dimilki.
- Perilaku (behaviour) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
Pada tabel 20 berikut menyajikan pengukuran kompetensi
dosen dalam penelitian ini, yang terdiri dari 4 (empat) indikator
tersebut dapat dilihat rekapitulasi gambaran deskripsi hasil
penelitian terhadap nilai skor rata-rata pernyataan responden
pada masing-masing indikator variabel kompetensi dosen. Hasil
analisis deskriptif data terhadap masing-masing indikator variabel
Manajemen Sumber Daya Manusia
149
kompetensi dosen pada tabel 20 menunjukkan bahwa indikator
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan
variabel kompetensi adalah perilaku yaitu dengan nilai mean
sebesar 4,49 ini menunjukkan bahwa perilaku merupakan hal yang
sangat diperlukan untuk menyatakan tentang kompetensi seorang
dosen, sedangkan indikator yang memeberikan kontribusi paling
sedikit adalah keterampilan yaitu dengan nilai mean sebesar 4.30.
Tabel 20
Deskripsi Variabel Kompetensi Dosen (Y)
Sumber : Hasil olahan data primer, tahun 2014 (lampiran 4)
Manajemen Sumber Daya Manusia
151
Walaupun demikian keterampilan ini harus ditingkatkan
untuk menunjang kompetensi daripada dosen. Secara totalitas
nilai mean dari variabel kompetensi adalah sebesar 4.37
e.
Deskripsi Variabel Kinerja Dosen
Kinerja dosen (Z) menurut Depdiknas (2004) adalah
kemampuan untuk melaksanakann pekerjaan atau tugas yang
dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu tugas pekerjaannya,
yaitu melaksanakan tri dharma perguruan tinggi dan penunjang
lainnya yang terdiri dari :
1.
2.
3.
Pendidikan dan pengajaran
Tugas dibidang pendidikan dan pengajaran dapat
berupa melaksanakan pengajaran di kelas,
atau
tutorial, membimbing dan menguji baik seminar dan
praktek laboratorium dan kuliah kerja serta tugas akhir
juga mengembangkan bahan ajar membimbing dosen
muda dan melaksanakan orasi ilmiah.
Penelitian dan pengembangan karya ilmiah
Tugas dosen dibidang ini adalah menghasilkan karya
ilmiah berupa penelitian individu dan kelompok,
menyadur buku ilmiah, mengedit / menyunting karya
ilmiah dan karya seni serta membuat rancangan karya
seni serta pemuatan karya tersebut.
Pengabdian Kepada Masyarakat
Tugas ini berupa kegiatan menduduki jabatan pimpinan
dalam lembaga pemerintahan / pejabat negara sehingga
harus dibebaskan dari jabatan organiknya, melaksanakan
pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti member
pelatihan / penyuluhan / penataran kepada masyarakat,
memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan
lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum
150
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
4.
pemerintah dan pembangunan, membuat / menulis
karya pengabdian pada masyarakat.
Kegiatan Penunjang lainnya
Tugas dosen dalam kegiatan ini adalah berupa menjadi
panitia pada berbagai kegitan, menjadi anggota organisasi
profesi, mewakili perguruan tinggi duduk dalam panitia
antar lembaga, berperan aktif dalam pertemuan ilmiah,
menerima tanda jasa / penghargaan dalam penulisan
buku dan prestasi dibidang olah raga dan seni.
Selanjutnya lebih jelasnya dapat disajikan sebagaimana pada
tabel 21.yang menyajikan hasil analisis deskripsi terhadap nilai
skor rata-rata ( mean) pernyataan responden pada masing-masing
sub indikator dan indikator, yaitu pendidikan dan pengajaran,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat serta penunjang
lainnya, yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan
variabel kinerja dosen. Hasil analisis deskriptif data terhadap
masing-masing indikator variabel kinerja dosen pada Tabel
21 menunjukkan bahwa indikator yang menjadi penyumbang
tersebesar dalam pembentukan variabel kinerja dosen adalah
indikator pertama , yaitu pendidikan pengajaran dengan nilai
mean sebesar 4,41.
152
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Tabel 21
Deskripsi Variabel Kinerja Dosen (Z)
Sumber : Hasil olahan data primer, tahun 2014 (Lampiran 4)
Pendidikan dan pengajaran merupakan hal utama dalam
melihat kinerja daripada dosen. Sedangkan indikator penyumbang
terkecil adalan indikator yang keempat yaitu kegiatan penunjang
lainnnya dengan nilai mean 4,04. Namun indikator ini tetap
dibutuhkan dalam peningkatan kinerja dosen sehingga perlu
untuk ditingkatkan
B. Varian Manajemen Pengelolaan PTS
1. Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen dilakukan dengan tujuan untuk menguji
apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi
Manajemen Sumber Daya Manusia
153
syarat-syarat alat ukur yang baik atau sesuai dengan standar
metode penelitian. Mengingatpengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan kuesioner, maka keseriusan atau kesungguhan
responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan
unsur penting dalam penelitian. Keabsahan atau kesahihan data
hasil penelitian sosial sangat ditentukan oleh instrumen yang
digunakan.
Instrumen dikatakan baik apabila memenuhi tiga persyaratan
utama yaitu: (1) valid atau sahih; (2) reliabel atau andal; dan (3)
praktis (Cooper dan Sehindler, 2003). Bilamana alat ukur yang
digunakan tidak valid atau tidak dapat dipercaya dan tidak andal
atau reliabel, maka hasil penelitian tidak akan menggambarkan
keadaan yang sesuangguhnya. Oleh karena itu, untuk menguji
kuesioner sebagai instrumen penelitian maka digunakan uji
validitas (test of validity) dan uji reliabilitas (test of reliability). Pada
uji validitas dan reliabilitas, digunakan responden dari populasi
yang sama.
Populasi yang digunakan adalah dosen tetap pada perguruan
tinggi swasta yang ada di propinsi Gorontalo yang ditentukan secara
acak dan proporsional berdasarkan rumus Slovin. Berdasarkan
rekapitulasi hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen, maka
dapat disimpulkan bahwa kelima variabel penelitian adalah valid
karena koefisien korelasi semua indikatornya lebih besar dari 0,30
dan cronbach alpha lebih besar dari pada 0,60, berarti semua item
pernyataan yang dijadikan sebagai instrumen dapat dipercaya
keandalannya.
154
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Tabel 22
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen
Sumber : Data primer diolah, tahun 2014 (Lampiran 5)
Dapat disimpulkan bahwa seluruh butir (item) pernyataan
yang digunakan adalah valid dan reliabel, sehingga kusioner yang
digunakan dapat dikatakan valid dan dipercaya sebagai instrumen
untuk melakukan pengukuran setiap indikator variabel dan analisis
data selanjutnya. Secara rinci rekapitulasi sebagaimana tabel 22.
Manajemen Sumber Daya Manusia
155
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen, secara rinci
dapat dilihat sebagaimana yang disajikan pada Lampiran 5
1. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
a. Pemeriksaan Asumsi Structural Equation Modeling.
Penelitian ini selain menggunakan analisis statistika deskriptif
juga digunakan analisis statistika inferensial yaitu Structural
Equation Modeling (SEM) dengan bantuan sofware AMOS
(Analysis Of Moment Structural) versi 16.00 dengan harapan
agar terjadi proses sintesa demi penyempurnaan hasil temuan.
Langkah awal dalam analisis SEM (AMOS) adalah melakukan uji
asumsi sebelum mengevaluasi model pengukuran (confimatory
factor analysis) dan menilai kelayakan model struktural atau
mengevaluasi penyimpangan hasil estimasi parameter dalam
studi ini adalah menilai apakah data yang diperoleh memenuhi
asumsi model persamaan struktural. Asumsi yang mendasari SEM
adalah normalitas, outlier, dan linearitas yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui distribusi data yang akan
dianalisis menyebar normal. Hasil pengujian normalitas data
pada Lampiran 5, menunjukkan hasil output normalitas data nilai
critical ratio (c.r) skewness dan critical ratio (c.r) kurtosis lebih kecil
dari cutt of point yang dipersaratkan sebesar ± 2,58 dengan tingkat
signifikan 95% secara univariate dapat dikatakan bahwa distribusi
data yang digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi kriteria
normalitas data. Namun secara multivariate menunjukakan nilai
8,608 critical ratio (c.r) kurtosis lebih besar dari cutt of point yang
dipersaratkan sebesar ± 2,58.
156
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Pada dasarnya asumsi normalitas data dengan menggunakan
analisis SEM tidak terlalu kritis bila data observasi mencapai
100 atau lebih karena berdasarkan dalil limit pusat (central limit
theorem) jika ukuran sampel besar, maka statistik dari sampel
tersebut akan mendekati distribusi normal (Solimun, 2004). Karena
penelitian ini secara totalitas menggunakan 234 data observasi,
maka asumsi normalitas data tidak bersifat kritis dan dapat
diabaikan. Karena itu asumsi normalitas telah terpenuhi secara
univariat. Dengan demikian data yang digunakan dalam studi
ini memenuhi persyaratan persamaan model struktural dengan
menggunakan metode likelihool maximum dalam mengestimasi
parameter penelitian ini.
1. Uji Outliers
Uji outliers data bisa juga disebut uji pentilan data (ekstrim),
jumlah indikator variabel dalam penelitian ini adalah 18 indikator
sehingga nilai X2 (18; a=0,005 atau 99%) = 37,156 (lihat tabel
distribusi data X2 atau dapat dihitung melalui program MS Excel
(Lampiran 5). Semua data yang mempunyai nilai mahalanobis
distance lebih besar dari X2 = 37,156 berarti terjadi multivariate
outliers. Uji outliers dengan sofware AMOS menunjukkan tidak
ada nilai mahalanobis distance lebih besar dari X2 = 37,156
pada tingkat probabilitas a=0,005 atau 99%. Nilai mahalanobis
distance maksimum adalah 36.864 dengan nilai probalitas 0,005
lebih besar a=0,005 atau 99% pada observasi ke-59 dan nilai
mahalanobis distance minimum adalah 18,861 pada observasi
ke-80. Dengan demikian data yang digunakan dalam penelitian
ini tidak mengandung outliers secara multivariate sehingga data
tersebut memenuhi persyaratan dalam model struktural.
Manajemen Sumber Daya Manusia
157
2. Uji linearitas
Pengujian linearitas data bertujuan untuk melihat apakah
model yang digunakan merupakan model linear. Hasil pengujian
dengan menggunakan scatter plot diagram diperoleh hasil
bahwa pasangan seluruh variabel - variabel yang digunakan
dalam penelitian ini menunjukkan kecenderungan arah garis
regresinya adalah dimulai dari sudut kiri bawah menuju kekanan
atas. Lebih jelasnya uji linearitas data penelitian ini dengan
menggunakan scatter plot diagram. Diagram scatter plot uji
linearitas yang disajikan pada lampiran 5 menunjukkan pasanganpasangan indikator variabel memiliki sebaran data mengikuti
pola trend linear. Berdasarkan hasil uji kurve fit dan scatterplot,
mengkonfirmasikan bahwa pola sebaran data mengikuiti garis
trend linear. Dengan demikian, keadaan ini dapat membuktikan
bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi
persyaratan linearitas data.
b. Pengujian
Model Pengukuran (Confirmatory Factor
Analysis)
Pengujian model pengukuran dengan Confirmatory Factor
Analysis (CFA) dalam riset ini bertujuan untuk menilai variabelvariabel indikator (observed variabel) yang mendefenisikan sebuah
konstruk atau variabel laten yang tidak dapat diukur secara tidak
langsung. Analisis atas indikator-indikator yang digunakan diuji
agar memberikan makna atas label yang diberikan pada variabel
laten yang dikonfirmatori. Analisis secara empiris bertujuan
menvaliditasi model yang telah terbentuk dan memperkirakan
parameter-parameter yang dibangun berdasarkan teori dan
kajian empiris. Model pengukuran terhadap indikator-indikator
variabel yang merefleksikan variabel laten atau konstruk laten
158
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
dalam penelititian ini adalah Pengembangan SDM (X1), Komitmen
Organisasional (X2), Dukungan Organisasional (X3), Kompetensi
Dosen (Y), dan Kinerja Dosen (Z).
Perlu dipahami dalam pengukuran model melalui
confirmatory factor analysis terdapat dua uji dasar yaitu: (1) uji
kesesuaian model pengukuran dan (2) Uji signifikasi bobot faktor
(loading factor/lamda (l)) oleh Ferdinand, 2005. Karena dalam
penelitian ini model yang dibangun berdasarkan kajian teoritis
dan empiris terdahulu dengan menggunakan teknik full structural
equation modeling (full model) maka model pengukuran melalui
confirmatory factor analysis menggunakan uji signifikasi bobot
faktor (loading factor/lamda (l)).
Syarat pengukuran confirmatory factor analysis menggunakan
uji signifikasi bobot faktor (loading factor/lamda (l) dengan alasan
pengujian variabel laten yang digunakan untuk mengkonfirmasi
bahwa variabel yang terbentuk dapat bersama-sama dengan
indikator variabel lainnya menjelaskan sebuah varibel laten
dikaji dengan menggunakan kriteria nilai lamda (l) atau factor
loading yang dipersyaratkan (cut off point) harus mencapai
antara ³ 0,30 sampai ³ 0,60 atau 30% hingga 60% (Malhotra,
2010). Bila nilai lamda (l) atau factor loading lebih rendah dari
30% atau 60% dipandang indikator pembentukan variabel
tersebut tidak berdemensi sama dengan variabel indikator lainnya
untuk menjelaskan sebuah variabel. Model pengukuran melalui
confirmatory factor analysis untuk masing-masing variabel laten
berdasarkan model yang dibangun dan indikator pengukuran yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Manajemen Sumber Daya Manusia
159
1. Confirmatory factor analysis variabel Pengembangan
Sumber Daya Manusia (X1)
Hasil estimasi model pengukuran variabel laten
pengembangan sumber daya manusia terdiri dari empat variabel
manifes (observed variabel), meliputi: pendidikan (X11), pelatihan
(X12), pengembangan (X13) dan pembelajaran atau pengalaman
(X14) diadopsi dari pengukuran menurut (Rowley & Jackson
(2012:435). Model pengukuran confirmatory factor analysis
untuk masing - masing observed variabel pengembangan sumber
daya manusia dapat diketahui dari nilai lamda (λ) atau faktor
loading dan probabilitas yang mencerminkan signifikansi dan
besarnya kontribusi atau peranan dalam penentuan variabel laten
pengembangan sumber daya manusia melalui regression weight.
Dari empat indikator variabel pengembangan SDM tersebut hasil
pengukuran . confirmatory factor yang dapat disajikan pada
Gambar 10.
Gambar 10. Hasil pengukuran confirmatory factor Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Sumber: Hasil pengolahan data dengan software AMOS, tahun 2014
(Lampiran 7.)
Manajemen Sumber Daya Manusia
161
Hasil komputasi model pengukuran variabel laten
Pengembangan SDM pada Gambar 10 menunjukan bahwa
kempat observed variabel yang memiliki peranan penting
atau kontribusi terbesar atas pembentukan variabel laten
pengembangan SDM adalah observed variabel pendidikan (X12)
0,827. Mengacu pada confirmatory factor analysis keempat
indikator mrefleksikan variabel laten pengembangan sumber
daya manusia secara keseluruhan memiliki nilai loading factor
(λ) masih di atas angka pembatas 0,60 atau 60 % dan konstruk
secara keseluruhan menghasilkan nilai probabilitas lebih kecil dari
α = 0,05, sehingga dapat dijelaskan bahwa korelasi antara semua
observed variable positif dan signifikan dalam merefleksikan
variabel laten pengembangan sumber daya manusia karena masih
mempunyai rentang interval nilai loading factor antara 63.30 %
sampai 82,70%.
2. Confirmatory factor analysis
variabel Komitmen
Organisasional
Komitmen organisasional adalah tanggapan dosen .terhadap
seberapa besar keinginan dosen untuk tetap mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi dan profesinya serta bersedia
melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi
dan profesinya. Indikator pengukuran variabel komitmen
organisasional dalam penelitian ini, meliputi tiga variabel manives
(observed variable), yaitu: komitmen afektif (X21) , komitmen
kontinuan (X22) dan komitmen normatif (X23). Berikut gambar
hasil pengukuran confirmatory factor tersebut:
160
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Gambar 11. Hasil pengukuran confirmatory factor variabel
Komitmen Organisasional
Sumber: Hasil pengolahan data dengan software AMOS, tahun 2014
(Lampiran 8)
Model pengukuran confirmatory factor analysis untuk
masing-masing observed variabel komitmen organisasional dapat
diketahui dari nilai lamda (l) atau factor loading dan probabilitas
yang mencerminkan tingkat signifikansi dan besarnya kontribusi /
peranan dalam penentuan varibel laten komitmen organisasional
melalui standardized regression weight. Model pengukuran
variabel laten komitmen organisasional nampak pada Gambar
11 menunjukkan nilai standardized loading faktor yang diperoleh
mencerminkan bahwa ketiga observed variabel yang memiliki
peranan penting atau kontribusi terbesar dalam merefleksikan
variabel laten komitmen organisasional adalah observed variabel
komitmen afekti (affevtive commitment) (X22) yaitu sebesar 0.863
162
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Hasil analisis konfirmatori faktor menunjukkan ketiga
indikator merefleksikan variabel laten komitmen organisasional
secara keseluruhan memiliki nilai factor loading (λ) masih di atas
angka pembatas 0,60 atau 60 persen dan konstruk keseluruhan
menghasilkan nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0,05, sehingga
dapat dijelaskan bahwa korelasi antara semua observed variable
positif dan signifikan merefleksikan variabel laten komitmen
organisasional karena masih mempunyai nilai rentang interval
71,10 % sampai dengan 87,30 persen.
3. Confirmatory factor analysis
variabel Dukungan
Organisasional
Dukungan organisasional merupakan persepsi responden
mengenai seberapa besar tanggapan atau kepedulian organisasi
terhadap dosen atau. merupakan hal yang penting bagi suatu
sumber daya individu dalam peningkatan eksistensi diri berupa
faktor dalam organisasi adalah antara lain orang-orang yang
bekerja sama dan tanggung jawab hubungan kerja, dana dan
alat - alat, peraturan dan prosedur kerja dan lain-lain. Indikator
pengukuran Dukungan organisasional dalam penelitian ini, yaitu:
Keadilan (X31), Dukungan atasan (X32), Penghargaan Organisasi
(X33). Hasil analisis confirmatory factor analysis untuk masingmasing observed variabel Dukungan organisasional disajikan pada
gambar 12.
Manajemen Sumber Daya Manusia
163
Gambar 12. Hasil pengukuran Dukungan organisasional
confirmatory factor variabel
Sumber: Hasil pengolahan data dengan software AMOS, tahun 2014
(Lampiran 7)
Hasil pengolahan data pada gambar 12 menunjukkan dari
ketiga observed variabel yang mencerminkan variabel laten
dukungan organisasional yang memiliki peranan penting atau
kontribusi terbesar dalam merefleksikan variabel laten dukungan
organisasional adalah observed variabel penghargaan organisasi
(X33) yaitu sebesar 0,931
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis ketiga
indikator variabel dukungan organisasional secara keseluruhan
memiliki nilai loading factor (l) masih di atas angka pembatas
164
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
0,30 atau 30% dan konstruk secara keseluruhan menghasilkan
nilai probabilitas lebih kecil dari a = 0,05. Mencerminkan bahwa
korelasi antara semua observed variabel positif dan signifikan
dalam merefleksikan dukungan organisasional karena masih
mempunyai rentang interval nilai loading factor antara 78,10%
sampai dengan 90.40%.
4. Confirmatory factor analysis variabel Kompetensi
Dosen
Kompetensi dosen merupakan persepsi tanggapan dosen
responden sebagai karasteristik dasar yang terdiri dari keterampilan
(skills), pengetahuan (knowledge) serta atribut personal
(personal atributs) lainnya yang mampu membedakan seseorang
yang melakukan dengan yang tidak melakukan. Pengukuran
Kompetensi dosen dalam penelitian ini terdiri dari empat indikator
yaitu pengetahuan (Y1), keahlian (Y2), sikap (Y3), perilaku (Y4).
Hasil analisis confirmatory factor analysis untuk masing-masing
observed variabel kompetensi dosen disajikan pada Gambar
13. Hasil pengolahan data pada Gambar 13 menunjukkan dari
keempat Observed variabel yang mencerminkan variabel laten
kompetensi dosen yang memiliki peranan penting atau kontribusi
terbesar dalam merefleksi kan variabel laten kompetensi dosen
adalah observed variabel .keterampilan (Y2) yaitu sebesar 0,935
persen.
Manajemen Sumber Daya Manusia
165
Gambar 13 Hasil pengukuran confirmatory factor variabel
Kompetensi dosen
Sumber: Hasil pengolahan data dengan software AMOS , tahun
2014(Lampiran 7)
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis keempat
indikator variabel kompetensi dosen secara keseluruhan memiliki
nilai loading factor (l) masih di atas angka pembatas 30% dan
konstruk secara keseluruhan menghasilkan nilai probabilitas lebih
kecil dari a = 0,05. Mencerminkan korelasi antara semua observed
variabel positif dan signifikan dalam merefleksikan variabel
kompetensi dosen karena masih mempunyai rentang interval
loading factor antara 73,10% sampai dengan 87,20%..
166
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
5. Confirmatory factor analysis variabel Kinerja Dosen
Kinerja Dosen dalam penelitian ini adalah merupakan
tanggapan dosen responden terhadap kemampuan untuk
melaksanakann pekerjaan atau tugas yang dimiliki dosen dalam
menyelesaikan suatu tugas pekerjaannya, yaitu melaksanakan
tri dharma perguruan tinggi dan penunjang lainnya. Pengukuran
variabel kinerja Dosen ini mengikuti apa yang yang menjadi
ketentuan DIKTI ( 2002), yang meliputi empat indikator yang
terdiri dari; pendidikan dan pengajaran (Z11), penelitian (Z12),
pengabdian pada masyarakat ( Z13 ), dan penunjang lainnya (
Z14 ). Model pengukuran confirmatory factor analysis untuk
masing-masing observed variabel kinerja dosen disajikan pada
gambar 14, yang menunjukkan nilai standardized loading faktor
yang diperoleh mencerminkan bahwa kedua observed variabel
yang memiliki peranan penting atau kontribusi terbesar dalam
merefleksikan variabel laten kinerja dosen adalah observed
variabel penelitian (Z12) yaitu sebesar 0,721
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis kedua
indikator variabel kinerja dosen memiliki loading factor (l) masih
di atas angka 30 % dan nilai probabilitas lebih kecil dari a = 0,05.
Mencerminkan bahwa korelasi antara semua observed variabel
positif dan signifikan dalam merefleksikan variabel laten kinerja
dosen karena mempunyai nilai loading factor 70,50 % dan 86,90%.
Manajemen Sumber Daya Manusia
167
Gambar 14 Hasil pengukuran confirmatory factor variabel kinerja
dosen
Sumber: Hasil pengolahan data dengan software AMOS, tahun 2014
(lampiran 7)
c. Hasil Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Pengujian dan pembuktian secara empiris pengaruh antar
variabel penelitian ini selain menggunakan analisis statistika
deskriptif juga digunakan analisis statistika inferensial yaitu
structural equation modeling. Analisis Structural Equation
Modeling (SEM) dengan bantuan program komputer software
AMOS versi 16 . Hal ini untuk meudahkan pengolahan data. Untuk
menganalisis kelayakan model struktural dan analisis model
hubungan struktural dapat jelaskan sebagai berikut:
168
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
1. Hasil pengujian kelayakan model struktural
Pengujian kelayakan model struktural bertujuan mengetahui
kesesuaian data dengan hasil observasi yang dibangun dan
diestimasi menggunakan nilai standardized regression weights.
Model struktural yang dibangun dan diestimasi terdiri dari
hubungan langsung dan hubungan tidak langsung mengacu
pada rumusan masalah dan tujuan penelitian. Model struktural
dikatakan sesuai dengan data observasi jika Chi-square kecil
dan non signifikan pada a = 0,05; nilai probablitas ≥ 0,05; CMI/
DF ≤ 2,00; GFI, AGFI, TLI, NFI dan CFI ³ 0,90; dan RMSEA ≤ 0,80.
Hasil kompuntansi pada Lampiran 8 menunjukkan kriteria uji
kesesuaian model dilakukan dengan membadingkan cut-off value
dari goodness of fit index diperoleh dari hasil estimasi model
sudah ada yang memenuhi kriteria disyaratkan. Hasil pengujian
kelayakan model struktural melalui path diagram dapat disajikan
pada Gambar 15.
Manajemen Sumber Daya Manusia
169
Gambar 15. Diagram path full model awal pengujian model
struktural
Sumber: Hasil pengolahan data (Lampiran 7.)
Gambar 15 menunjukkan hasil pengujian path diagram model
struktural full model, yang merupakan dasar dalam melakukan
perbandingan indeks kesesuain model dengan cut-off value
disajikan pada Tabel 23 yang menunjukkan parameter fit model
empat indeks yang melampaui cutt of value, yaitu: chi square,
CMIN/DF, CFI dan TLI, sedangkan probability,GFI dan AGFI masih
marginal. Dari model ini masih dilakukan modifikasi untuk dapat
memenuhi kesesuaian model.
Manajemen Sumber Daya Manusia
171
Tabel 23
Perbandingan Indeks Kesesuaian Model awal dengan
Cut-off Value
Kriteria Kesesuaian Indeks Kesesuaian
Model Model Struktural
Awal
Chi-square
Probability
RMSEA
CMIN/DF
GFI
AGFI
CFI
TLI
157,401
0,040
0,075
1,230
0,687
0,582
0,931
0,917
Cut-off Value
Keterangan
Kecil Non sig.
³ 0,05
≤ 0,08
≤ 2,00
≥ 0,90
≥ 0,90
≥ 0,90
≥ 0,90
Baik
Marginal
Baik
Baik
Marginal
Marginal
Baik
Baik
Sumber: Hasil pengolahan data (Lampiran 7)
Berdasarkan pengujian struktural hasil modifikasi kesesuaian
model dapat dilihat pada diagram path gambar 16. Diagram path
full model tersebut dapat ditampilkan indeks kesesuaian model
untuk model akhir yang dapart ditampilkan pada tabel 24 . Hasil
pengujian model pada Gambar 16 dan Tabel 24 menunjukkan
bahwa delapan kriteria goodness of fit indeks model struktural
yang dibangun untuk mengestimasi parameter sesuai dengan
data hasil observasi, oleh karena semua kriteria sudah memenuhi
syarat batas minimum (cut off point) yang dipersyaratkan yaitu
nilai Chi-square, REMSEA, CMIN/DF, CFI, dan TLI. Probabilty, GFI
dan AGFI .
170
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Gambar 16 Diagram path full model akhir pengujian model
struktural
Sumber: Hasil pengolahan data,tahun 2014 (Lampiran 7.)
172
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Tabel 24
Perbandingan Indeks Kesesuaian Model akhir (Goodnes of Fit)
dengan Cut-off Value
Kriteria Kesesuaian
Model
Chi-square
Probability
RMSEA
CMIN/DF
GFI
AGFI
CFI
TLI
Indeks Kesesuaian
Model Struktural
106,958
0.209
0,024
1,114
0,944
0,900
0.996
0,993
Cut-off Value
Keterangan
Kecil Non Sig.
≥ 0,05
≤ 0,08 kecil
≤ 2,00
≥ 0,90
≥ 0,90 besar
≥ 0,90
≥ 0,90
Baik
baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sumber: Hasil pengolahan data , tahun 2014 (Lampiran 7)
Merujuk pada prinsip parsimony (Arbuckle dan Wothke, 1999
di kutip dari Solimun, 2004) bahwa jika terdapat satu atau dua
kriteria goodness of fit yang telah memenuhi nilai yang diharapkan,
maka model sudah dapat dikatakan baik atau pengembangan
model hipotesis secara konseptual dan teoritis dapat dikatakan
didukung oleh data empiris. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model struktural yang dibangun dalam riset ini sudah sesuai
dengan hasil observasi sehingga memungkinkan untuk dilakukan
analisis hubungan struktural dan pengujian hipotesis.
2. Pengujian Hipotesis Model Hubungan Struktural
Uji model hubungan struktural dilakukan setelah model
struktural yang dibangun dalam riset ini sesuai dengan data hasil
observasidanindekskesesuaianmodelstruktural. Tujuanpengujian
terhadap model hubungan struktural untuk mengetahui hubungan
antara variabel laten yang dirancang dalam studi ini. Variabel laten
yang dibangun dalam penelitian ini yaitu: Pengembangan Sumber
Daya Manusia (X1), Komitmen Organisasional (X2), Dukungan
Organisasional (X3), Kompetensi (Y) dan Kinerja (Z).
Manajemen Sumber Daya Manusia
173
Langkah selanjutnya kelima variabel laten dalam riset ini
dihubungkan sehingga menghasilkan 10 hubungan struktural
dalam model penelitian ini yaitu 7 hubungan langsung dan
3 hubungan tidak langsung. Lebih jelasnya model hubungan
struktural full model disajikan pada gambar 16 .
Gambar 17: Standardized estimate hubungan struktural full model
Sumber: Hasil pengolahan data,tahun 2014 (lampiran 7)
Gambar 16 menunjukkan bahwa ketujuh hubungan langsung
yang didesain dalam riset ini secara keseluruhan ada 4 hubungan
yang berpengaruh positif dan signifikan dan ada 3 hubungan
secara langsung tidak berpengaruh signifikan. Model struktural di
atas disamping menunjukkan hubungan struktural variabel laten,
juga menggambarkan hubungan variabel laten dengan variabel
teramati dan error pengukuran pada setiap variabel teramati.
Hasil analisis kesesuain model struktural di atas dibangun
sebagai dasar untuk menganalisis hubungan antar variabel
174
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
laten dan pengujian hipotesis dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel laten yang dihipotesiskan dan tingkat
signifikansi hubungan kausalitas yang disajikan pada Tabel 25.
Hasil estimasi standardized regression weights, C.R (critical ratio)
yang disamakan dengan uji t pada analisis regresi dan probability
pada Tabel 25 yang disajikan pula pada Gambar 16 menunjukkan
ada tujuh jalur hubungan langsung yang dibangun dalam riset ini
sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan, yaitu:
1.
Pengaruh variabel pengembangan sumber daya manusia (X1)
terhadap variabel kompetensi dosen (Y) dengan nilai koefisien jalur
sebesar 0.574, koefisien ini menunjukkan bahwa pengembangan
sumber daya manusia berupa pendidikan, pelatihan,
pengembangan dan pembelajaran memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kompetensi dosen
Tabel 25
Perbandingan Indeks Kesesuaian Model dengan Cut-off Value
Pengaruh Langsung
Hipotesis
Nomor
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung (Standardized direct
and inderect effects)
Koefisien Jalur
C.R/
(Standardized) (t-value)
Pengembangan Kompetensi
Dosen (Y)
SDM (X1)
Komitmen
Kompetensi
Organisasional
Dosen (Y)
(X2)
Dukungan
Kompetensi
Organisasional
Dosen (Y)
(X3)
Kompetensi
Kinerja
Dosen (Y)
Dosen (Z)
Pengembangan
Kinerja
Dosen (Z)
SDM (X1)
Komitmen
Kinerja
Organisasional
0.112
Dosen (Z)
(X2)
Dukungan
Kinerja
0.025
Organisasional
Dosen (Z)
(X3)
Probabilitas Keterangan
0.578
4.769
***
Signifikan
-0.111
-1.408
0.159
Tidak
Signifikan
0.488
5.072
***
Signifikan
0,490
2.744
0.006
Signifikan
0.368
2.306
0.021
Signifikan
1.505
0.132
Tidak
Signifikan
0,288
0.819
Tidak
Signifikan
Sumber: Hasil pengolahan data, tahun 2014 (lampiran 7.)
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.
3.
4.
5.
6.
7.
175
Pengaruh variabel komitmen organisasional (X2) terhadap
variabel kompetensi dosen (Y) dengan nilai koefisien jalur0.111 , koefisien ini menunjukkan bahwa komitemen
organisasional berupa afektif komiten, kontinuan komitmen
dan normatif komitmen memberikan pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kompetensi dosen.
Pengaruh variabel dukungan organisasional (X3) terhadap
variabel kompetensi dosen (Y) dengan nilai koefisien jalur
sebesar 0.488, koefisien ini menunjukkan bahwa dukungan
organisasional berupa keadilan, dukungan atasan dan
penghargaan organisasi memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kompetensi dosen
Pengaruh variabel kompetensi dosen (Y) terhadap variabel
kinerja dosen (Z) dengan nilai koefien jalur sebesar 0.490 ,
koefisien ini menunjukkan bahwa kompetensi dosen berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku memberikan
pengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja dosen
Pengaruh variabel pengembangan sumber daya manusia (X1)
terhadap variabel kinerja dosen (Z) dengan nilai koefisien
jalur Sebesar 0.367 , koefisien ini menunjukkan bahwa
pengembangan sumber daya manusia memberikan pengaruh
signifikan dalam meningkatkan kinerja dosen
Pengaruh variabel komitmen organisasional (X2) terhadap
variabel kinerja dosen (Z) dengan nilai koefien jalur
sebesar 0.112, koefisien ini menunjukkan bahwa komitmen
organisasional memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kinerja dosen
Pengaruh variabel dukungan organisasional terhadap variabel
kinerja dosen (Z) dengan nilai koefisien jalur sebesar 0.025,
hal ini menunjukkan dukungan organisasional memberikan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja dosen.
176
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Berdasarkan fakta yang menjadi temuan dalam penelitian
ini, maka pengujian hipotesis bertujuan untuk menjawab
apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.
Taraf signifikasi estimasi parameter dalam pengujian hipotesis
ditetapkan sebesar 95% atau α = 0,05 dengan hasil pengujian
pengaruh tidak langsung (standardized inderect effect) antar
variabel laten yang disajikan pada tabel 26 sebagai berikut
Tabel 26
Perbandingan Indeks Kesesuaian Model (Goodnes of Fit )
dengan Cut-off Value Pengaruh Tidak Langsung dan Sifat
Mediasi
Pengaruh Langsung dan Tidak
Hipotesis
Koefisien Jalur
Nomor Langsung (Standardized direct and (Standardized)
inderect effects)
C.R/
Probabilitas Keterang an Sifat mediasi
(t-value)
H8
Pengembangan
SDM (X1)
Kompetensi
Dosen (Y)
Kinerja
Dosen (Z)
0.283
Signifikan
Complete
mediation
H9
Komitmen
Organisasional
(X2)
Kompetensi
Dosen (Y)
Kinerja
Dosen (Z)
-0.054
Tidak
Signifikan
Partial
me diation
H10
Dukungan
Organisasional
(X3)
Kompetensi
Dosen (Y)
Kinerja
Dosen (Z)
0.239
Signifikan
Complete
mediation
Sumber: Hasil pengolahan data,tahun 2014 (lampiran 7)
Pengujian pengaruh tidak langsung (mediasi) bertujuan untuk
mendeteksi kedudukan variabel intervening dalam model. Pengujian
mediasi dilakukan guna menentukan sifat hubungan antara variabel
baik sebagai variabel mediasi sempurna (complete mediation),
atau sebagai mediasi sebagian (pertial mediation) ataupun bukan
sebagai variabel madiasi. Pendekatan SEM (AMOS) dalam pengujian
variabel mediasi dapat dilakukan dengan mengalikan nilai koefisien
jalur pengaruh variabel eksogen terhadap variabel mediasi dengan
Manajemen Sumber Daya Manusia
177
koefisien jalur pengaruh variabel mediasi terhadap variabel endogen
dan perbedaan nilai koefisien. Pendekatan perbedaan koefisen
menggunakan metode pemeriksaan dengan melakukan analisi
tanpa melibatkan variabel mediasi.
Menurut Solimun(2012) terdapat beberapa metode
pemeriksaan variabel mediasi dengan menggunakan pendekatan
perbedaan nilai koefisen dan signifikansi, yaitu : (1) memeriksa
pengaruh langsung variabel eksogen terhadap endogen pada
model dengan melibatkan variabel mediasi; (2) memeriksa
pengaruh langsung variabel eksogen terhadap endogen dengan
tanpa melibatkan variabel mediasi; (3) memeriksa pengaruh
variabel eksogen terhadap mediasi: (4) memeriksa pengaruh
variabel mediasi terhadap veriabel endogen.
Berdasarkan kerangka konsep dan model hipotesis penelitian ,
maka penelitian ini menggunakan variabel exogeneus, endogeneus
dan variabel intervening (mediasi). Pengujian pengaruh mediasi
bertujuan mendeteksi kedudukan variabel intervening dalam
model. Pengujian mediasi dilakukan guna menentukan sifat
hubungan antara variabel baik sebagai variabel mediasi sempurna
(complete mediation), mediasi sebagian (partial mediation) dan
bukan variabel mediasi. Penelitian ini menggunakan metode
pemeriksaan terhadap variabel mediasi dengan pendekatan
perbedaan nilai koefisien dan signifikansi, sebagaimana tabel 26
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Pengaruh tidak langsung variabel Pengembangan SDM
terhadap variabel Kinerja Dosen, yang dimediasi oleh
variabel Kompetensi Dosen adalah perkalian antara
koefisien jalur pengaruh langsung variabel Pengembangan
SDM terhadap variabel Kompetensi Dosen (0,578) dengan
koefisien jalur pengaruh langsung variabel Kompetensi Dosen
178
2.
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
terhadap variabel Kinerja Dosen (0,490). Sehingga diperoleh
nilai koefisien jalur pengaruh tidak langsung variabel
Pengembangan SDM terhadap variabel Kinerja Dosen
melalui variabel Kompetensi Dosen sebesar 0,283 (0,578 x
0,490 = 0.283). Karena nilai koefisien jalur pengaruh variabel
Pengembangan SDM terhadap variabel Kompetensi Dosen
signifikan dan variabel Kompetensi Dosen terhadap variabel
Kinerja Dosen signifikan maka dapat disimpulkan bahwa
variabel pengembangan sumber daya manusia menentukan
variabel kompetensi dosen dalam meningkatkan variabel
kinerja dosen. Selanjutnya pola hubungan penelitian ini,
variabel pengembangan SDM terhadap variabel Kompetensi
Dosen dan variabel Kompetensi Dosen secara langsung
berpengaruh terhadap variabel Kinerja Dosen tanpa
menghubungkan antara variabel kompetensi terhadap
variabel kinerja dosen, maka variabel kompetensi dosen
dalam menjelaskan pengaruh variabel Pengembangan
Sumber Daya Manusia terhadap variabel Kinerja Dosen dalam
penelitian ini dikatakan sifat mediasinya sebagai variabel
mediasi sempurna (complete mediation) oleh (Solimun, 2011;
Hair et al., 2010).
Pengaruh tidak langsung variabel komitmen organisasional
terhadap variabel Kinerja dosen yang dimediasi oleh variabel
kompetensi dosen adalah perkalian antara koefisien jalur
pengaruh langsung variabel komitmen organisasional
terhadap variabel kompetensi dosen 0.005 dengan koefisien
jalur langsung variabel kompetensi dosen terhadap variabel
kinerja dosen 0.490 sehingga diperoleh nilai koefisien jalur
pengaruh tidak langsung variabel komitmen organisasional
sebesar – 0.054 (-0.111 x 0.490 = - 0.054). Karena nilai
koefisien jalur pengaruh variabel komitmen organisasional
Manajemen Sumber Daya Manusia
3.
179
terhadap variabel kompetensi dosen tidak signifikan dan
variabel kompetensi dosen terhadap variabel kinerja
signifikan maka dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi
dosen ditentukan oleh variabel kompetensi dosen tanpa
perlu ditentukan oleh variabel komitmen organisasional.
Selanjutnya pola hubungan penelitian ini, variabel komitmen
organisasional terhadap variabel kompetensi dosen dan
variabel kompetensi dosen secara langsung berpengaruh
terhadap variabel kinerja dosen, maka variabel kompetensi
dosen dalam menjelaskan pengaruh variabel komitmen
organisasional terhadap variabel kinerja dosen dalam
penelitian ini dikatakan sifat mediasinya sebagai variabel
mediasi sebahagian (Par tial Mediation)
Pengaruh tidak langsung variabel dukungan organisasional
terhadap variabel kinerja dosen yang dimediasi oleh variabel
kompetensi dosen adalah perkalian antara koefisien jalur
pengaruh langsung variabel dukungan organisasional
terhadap variabel kompetensi dosen sebesar 0.488 dengan
koefisien jalur variabel kompetensi dosen dengan variabel
kinerja dosen sebesar 0.490 sehingga diperoleh nilai koefisien
jalaur tidak langsung sebesar 0.239 (0.488 x 0.490 = 0.239).
Karena nilai koefisien jalur pengaruh variabel dukungan
organisasional terhadap variabel kompetrensi dosen
signifikan dan variabel kompetensi dosen terhadap variabel
kinerja dosen signifikan maka dapat disimpulkan bahwa
variabel dukungan organisasional menentukan variabel
kompetensi dosen dalam meningkatkan variabel kinerja.
Variabel kompetensi dosen dalam memediasi variabel
dukungan organisasional terhadap peningkatan variabel
kinerja disebut sebagai sifat mediasinya adalah mediasi
sempurna (Complete Mediation)
Manajemen Sumber Daya Manusia
181
Keseluruhan uraian daripada hubungan hubungan yang ada
diantara variabel-variabel Pengembangan sumber daya manusia,
komitmen organisasional, dukungan organisasional, kompetensi
dan kinerja, baik hubungan langsung (dirrect) dan hubungan tidak
langsung (indirrect) tersebut dapat dirumuskan dalam suatu
kempulan yang lebih mempertegas hasil pengujian seperti yang
disajikan dalam tabel 27 .
Tabel 27
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis
P-Value Direct
Indirect Total
Keterangan
1
Variabel
X Y Z
X1 Y -
0,00
0,578
-
Signifikan
2
X2 Y
0,159
- 0.111 -
0.111 Tidak Signifikan
3
X3 Y
0,000
0,488
-
0,488
4
X1 -
Z
0,021
0,376
-
0,376 Signifikan
5
X2 -
Z
0,132
0,787
-
0,787 Tidak Signifikan
6
X3 -
Z
0,819
0,025
-
0,025 Tidak Signifikan
7
-
Z
0,006
0,496
-
0,496 Signifikan
Y
-
0,578
Signifikan
X1
Y Z
Pengaruh tidak langsung antar variabel
0,006
0,527 0,283
0,283
X2
Y Z
0,021
0,706
-0.054
-0.054
Tidak Signifikan
X3
Y Z
0,132
0,112
0,239
0,239
Signifikan
Signifikan
Sumber : Data primer olahan Lampiran 7 Tahun 2014
180
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
2. Analisis Nilai Bobot Faktor dan Rata-rata (Mean)
Variabel Penelitian
Analisis bobot faktor (factor loading) bermanfaat untuk
mengidentifikasi ukuran dan menentukan faktor penting atau
dominan dalam merefleksikan sebuah faktor atau konstruk laten,
sedangkan nilai rata-rata (mean) menunjukan kondisi empiris
dalam penerapan setiap indikator variabel menurut persepsi
responden. Rekapitulasi nilai bobot faktor (factor loading) dan
nilai rata-rata (mean) indikator variabel penelitian ini secara
lengkap dapat disajikan pada Tabel 28
Berdasarkan Tabel 28 dapat dijelaskan tentang persepsi
dosen terhadap kondisi empiris melalui nilai rata-rata (mean)
dan mengidentifikasi faktor penting atau dominan melalui nilai
bobot faktor (factor loading) dalam merefleksikan masing-masing
indikator variabel penelitian sebagai berikut:
1. Variabel Pengembangan Sumber Daya Manusia
Indikator Variabel pengembangan sumber daya manusia
(X1) adalah pendidikan (X11) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.40
dan nilai Loading factor sebesar 0.573, pelatihan (X12) memiliki
nilai rata-rata sebesar 4.11. Dan loading factor sebesar 0.872,
pengembangan (X13) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.21 dan
loading factor sebesar 0.360 dan pengalaman (X14) memiliki nilai
rata-rata sebesar 4.26 dan loading factor sebesar 0.626. Keempat
indikator ini memiliki nilai reliability construct sebesar 0.967 dan
variance extracted 0.889.
182
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Tabel 28
Hubungan Nilai Rata-Rata (Mean) dengan Nilai Bobot Faktor
(Factor Loading)
Variabel
Penelitian
Indikator Variabel
Ratarata
LDF (l)
Reliability
construct
Variance
extracted
0,967
0,889
0,972
0,925
0,985
0,958
0,990
0,965
0,987
0,950
Pendidikan (X11) 4.40 * 0.573
Pengembangan
Sumberdaya
Manusia (X1)
Komitmen
Organisasional
(X2)
Pelatihan (X12) 4.11
Pengembangan (X13) 4.21
0.360
Pengalaman (X14) 4.26
0.626
Affective Commitment
4.16 * 0.787
(X21)
Countinuance
3.87
0.863 *
Commitment (X22)
Normative Commitment
4.16 * 0.597
(X23)
Keadilan (X31) 4.10
Dukungan
Organisasional
(X3)
Kompetensi
Dosen (Y)
0.872 *
Dukungan Atasan (X32) 4.02
0.796
0.931 *
Penghargaan Organisasi
4.22 * 0.591
(X33)
Pengetahuan (Y11) 4.31
0,794
Keterampilan (Y12) 4.30
0,935 *
Sikap (Y13) 4.37
0,923
Perilaku (Y14) 4.49 * 0,715
Pendidikan dan
4.41 * 0,636
Pengajaran (Z11)
Kinerja Dosen
(Z)
Penelitian (Z12) 4.13
0,849 *
Pengabdian pada
4.09
Masyarakat (Z13)
0,839
Kegiatan Penunjang
4.04
Lainnya (Z14)
0,805
Keterangan: * = Nilai rata-rata (mean) dan bobot faktor (factor loading) tertinggi
Sumber: Hasil pengolahan data, tahun 2014
Manajemen Sumber Daya Manusia
183
Sehingga nilai reliability dan variance tersebut dapat diterima
karena nilainya ≥ 0.70 dan ≥ 0.5 Hal ini menyatakan bahwa
indikator yang paling dominan dalam pembentukan variabel
pengembangan sumber daya manusia adalah pelatihan(X12)
dengan nilai loading factor tertinggi yaitu sebesar 0.872 sedangkan
secara empiris adalah pendidikan (X11) dengan nilai rata-rata
tertinggi sebesar 4.40
1. Variabel Komitmen Organisasional
Indikator Variabel komitmen organisasional (X2) adalah
affective commitment (X21) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.16
dan nilai Loading factor sebesar 0.787, countinuance commitment
(X22) memiliki nilai rata-rata sebesar 3.87 dan loading factor
sebesar 0.863, normative commitment (X23) memiliki nilai ratarata sebesar 4.16 dan loading factor sebesar 0.597. Ketiga
indikator ini memiliki nilai reliability construct sebesar 0.972
dan variance extracted 0.925. sehingga nilai reliability dan
variance tersebut dapat diterima karena nilainya ≥ 0.70 dan ≥
0.5 Hal ini menyatakan bahwa indikator yang paling dominan
dalam pembentukan variabel komitmen organisasional adalah
continuance commitment (X21) dengan nilai loading factor
tertinggi yaitu sebesar 0.863 dan secara empiris adalah affective
commitmen (X21) dan normative commitment (X22) dengan nilai
rata-rata tertinggi sebesar 4.16
2. Variabel Dukungan Organisasional
Indikator variabel komitmen organisasional (X3) adalah
keadillan (X31) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.10 dan nilai
loading factor sebesar 0.796, dukungan atasan (X32) memiliki
nilai rata-rata sebesar 4.02 dan loading factor sebesar 0.931,
penghargaan organisasi (X33) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.22
184
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
dan loading factor sebesar 0.591. Ketiga indikator ini memiliki nilai
reliability construct sebesar 0.985 dan variance extracted 0.958.
sehingga nilai reliability ≥ 0.70 dan variance ≥ 0.5 tersebut dapat
diterima. Hal ini menyatakan bahwa indikator yang paling dominan
dalam pembentukan variabel dukungan organisasional adalah
dukungan atasan (X32) dengan nilai loading factor tertinggi yaitu
sebesar 0.931, sedangkan secara empiris adalah penghargaan
organisasi (X32) dengan nilai rata-rata tertinggi sebesar 4.22
3. Variabel Kompetensi Dosen
Indikator variabel kompetensi dosen (Y) adalah pengetahuan
(Y11) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.31 dan nilai loading factor
sebesar 0.794, keterampilan (Y12)memiliki nilai rata-rata sebesar
4.30 dan loading factor sebesar 0.935, sikap (Y13) memiliki nilai
rata-rata sebesar 4.37 dan loading factor sebesar 0.923 dan
perilaku (Y14) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.49 dan loading
factor sebesar 0.715 Keempat indikator ini memiliki nilai reliability
construct sebesar 0.989 dan variance extracted 0.92. sehingga
nilai reliability dan variance tersebut dapat diterima karena
nilainya ≥ 0.70 dan ≥ 0.5 Hal ini menyatakan bahwa indikator yang
paling dominan dalam pembentukan variabel kompetensi dosen
adalah keterampilan (Y12) dengan nilai loading factor tertinggi
yaitu sebesar 0.935 sedangkan secara empiris adalah perilaku
(Y14) dengan nilai rata-rata tertinggi sebesar 4.49
4. Variabel Kinerja Dosen
Indikator Variabel kinerja dosen (Z) adalah pendidikan (Z11)
memiliki nilai rata-rata sebesar 4.41 dan nilai loading factor
sebesar 0.636, penelitian (Z12) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.13
dan loading factor sebesar 0.849, pengabdian pada masyarakat
(Z13) memiliki nilai rata-rata sebesar 4.09 dan loading factor
Manajemen Sumber Daya Manusia
185
sebesar 0.839 dan kegiatan penunjang lainnya (Z14) memiliki
nilai rata-rata sebesar 4.04 dan loading factor sebesar 0.805.
Keempat indikator ini memiliki nilai reliability construct sebesar
0.987 dan variance extracted 0.950 sehingga nilai reliability dan
variance tersebut dapat diterima karena nilainya ≥ 0.70 dan ≥ 0.5
Hal ini menyatakan bahwa indikator yang paling dominan dalam
pembentukan variabel kinerja dosen adalah penelitian (Z12)
dengan nilai loading factor tertinggi yaitu sebesar 0.849 sedangkan
secara empiris adalah pendidikan dan pengajaran (Z14) dengan
nilai rata-rata tertinggi sebesar 4.4.
C. Pengaruh Pengembangan
Kompetensi Dosen
SDM
Terhadap
Untuk membahas pengaruh pengembangan sumber daya
manusia, komitmen dan dukungan organisasional terhadap
kompetensi dosen tetap perguruan tinggi swasta di Gorontalo,
maka perlu dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
a.
Pengaruh
Pengembangan
Sumber
Daya
Manusia
terhadap kompetensi Dosen
Pengembangan sumber daya manusia berpengaruh signifikan
terhadap kompetensi dosen. Pengaruh itu merupakan wujud
dari pentingnya pendidikan, pelatihan, pengembangan dan
pembelajaran terhadap seorang dosen dalam meningkatkan
kompotensinya.
Pendidikan merupakan persyaratan utama bagi seorang
dosen menurut tingkatan (strata) yaitu strata satu (S-1) untuk
sarjana, strata dua (S-2) untuk magister dan strata tiga (S-3) untuk
doktoral. Pendidikan bagi dosen merupakan persyaratan bagi
dosen disesuaikan dengan strata pendidikan yang diadakan oleh
perguruan tinggi dimaksud. Jika strata pendidikan yang diadakan
186
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
oleh perguruan tinggi adalah strata satu (S-1) , maka pendidikan
yang disyaratkan bagi dosen adalah strata dua (S-2), sebaliknya
jika strata pendidikan yang ditawarkan adalah diploma atau non
gelar setara akademi maka masih dimungkinkan persyaratan
dosen adalah sarjana dan seterusnya jika pendidikan yang
ditawarkan adalah pasca sarjana maka persyaratan bagi dosen
adalah doktor atau strata tiga (S-3). Oleh karena pendidikan ini
menentukan kompetensi bagi dosen, dimana dengan pendidikan
maka pengetahuan dosen meningkat, dan dengan meningkatnya
pengetahuan yang merupakan elemen dari kompetensi maka
dengan demikian kompetensi dosen meningkat pula.
Pelatihan bagi dosen merupakan suatu kegiatan untuk
peningkatan keterampilan (skill) dari dosen. Keterampilan
lebih ditujukan kepada keteranpilan instruksional dalam hal
pembelajaran (belajar mengajar) seperti PEKERTI dan Applied
Approach (AA), dimana seorang dosen dituntut untuk memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam penguasaan kelas,
mekanisme membuka dan menutup proses pembelajaran di
dalam kelas dan sebagainya serta tidak menutup kemungkinan
bagi seorang dosen untuk memiliki keterampilan lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan Tri dharma Perguruan tinggi lainnya
seperti penelitian dan soft skill lainnya, sehingga dengan demikian
pula maka pelatihan menciptakan keterampilan yang merupakan
indikator daripada kompetensi.
Pengembangan bagi dosen merupakan suatu hal yang
penting dalam hal peningkatan kompetensi dosen, oleh karena
tujuan daripada pengembangan adalah memperbaiki tingkat
efektivitas kegiatan dosen dalam mencapai hasil yang telah di
tetapkan.
Manajemen Sumber Daya Manusia
187
Pembelajaran bagi dosen merupakan sebuah pengembangan
dari kapasitas untuk melakukan transfer pengetahuan ke seluruh
organisasi,keahliandaninformasiyangdibagibersama(pengalaman),
demikian juga dengan penekanan terhadap pelaksanaan adaptasi
yang terus-menerus. Fokus dari pembelajaran dapat meliputi
perilaku, kesadaran, pengaruh atau kombinasi apapun dari ketiga
hal tersebut. Dengan demikian untuk menjawab permasalahan
dan hipotesis pertama maka dapatlah dijelaskan berdasarkan uji
hipotesis yang telah dilakukan secara parsial dapat diamati bahwa
pengembangan sumber daya manusia mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kompetensi dosen, yang artinya jika
pengembangan sumber daya manusia ditingkatkan maka akan dapat
meningkatkan kompetensi dosen. Oleh karena itu pengembangan
sumber daya manusia bukanlah suatu hal yang harus ditawar lagi
jika memang menginginkan kompetensi yang benar-benar dapat
diandalkan, apalagi jika kompetensi itu adalah kompetensi dosen ,
oleh karena dosen adalah pencetak sumber daya manusia .
Hal ini sejalan dengan konsep manajemen Islami mengenai
hubungan pengembangan sumber daya manusia terhadap
kompetensi yaitu dalam surah Ali Imran ayat 7 sebagai berikut :
Yang artinya :Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an)
kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat
188
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
[183], itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat [184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” .Hanya
orang-orang berfikir saja yang dapat mengerti (Ali Imran ayat 7)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa pengembangan sumber
daya manusia dalam bidang ilmu melalui pendidikan, pelatihan,
pengembangan dan pembelajaran akan memberikan suatu
pemikiran dan pengertian atau kompetens. Hal ini di dukung oleh
teori yang dikemukakan oleh Wayne ( 2002 : 29) yang manyatakan
bahwa Pada hakekatnya pengembangan sumber daya
manusia mempunyai dimensi luas yang bertujuan meningkatkan
potensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia, sebagai
upaya meningkatkan profesionalisme dalam organisasi. Nadler
(1984:20). bahwa program-program pengembangan memiliki
kecenderungan untuk memiliki sebuah periode waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas pelatihan dan
memiliki tujuan yang lebih umum, seperti misalnya pengembangan
karier dan pengembangan kompetensi-kompetensi profesional.
Dari penelitian terdahulu membuktikan adanya pengaruh
pengembangan sumber daya manusia terhadap kompetensi,
yaitu penelitian dari Irena Hau-Siu Chou, Thamis Wing-Chun Lo,
Zhenquan Sha, Jiehua Hong (2006) , studi ini berfokus pada tiga
aspek yang dipilih dari pengembangan sumber daya manusia untuk
perkembangan pengalaman dan pengetahuan,Ayu Salmah (2012)
bahwa pelatihan dan pengembangan berpengaruh signifikan
Manajemen Sumber Daya Manusia
189
terhadap kompetensi. Kaitan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu, adalah bahwa sama-sama membuktikan pengaruh
pengembangan sumber daya manusia terhadap kompetensi,
sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu memiliki
objek pada perusahaan swasta sedangkan penelitian ini memiliki
objek dosen Perguruan tinggi swasta.
Komitmen organisasional memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kompetensi dosen . Pengaruh yang tidak
signifikan ini menandakan bahwa kompetensi dosen tidak
ditentukan oleh komitmen organisasional yang menurut Allen dan
Meyer (1990) mendefinisikan komitmen organisasi adalah sebuah
konsep yang memiliki tiga dimensi, yaitu affective, normative dan
continuance commitment. Affective commitment adalah tingkat
seberapa jauh seorang karyawan secara emosi terikat mengenal
dan terlibat dalam organisasi. Continuance commitment adalah
suatu penilaian terhadap biaya yang terkait dengan meninggalkan
organisasi. Normative commitment adalah merujuk kepada
tingkat seberapa jauh seseorang secara psychological terikat untuk
menjadi bagian dari sebuah organisasi yang didasarkan kepada
perasaan seperti kesetiaan, afeksi, kehangatan, kepemilikan,
kebanggaan, kesenangan, kebahagiaan dan lain-lain.
Dengan demikian komitmen lebih berhubungan dengan
keterikatan dosen terhadap organisasinya atau institusinya dan
bukan kepada kompetensinya, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Allen dan Mayers tersebut. Dosen yang mempunyai komitmen
terhadap organisasinya akan senantiasa berbicara positif terhadap
organisasinya, memberikan bantuan pada rekan kerja, kolega
dan mahasiswa serta mempertahankan keberadaannya dan
kebanggaannya untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan di dalam
organisasi, tanpa memperhatikan kompetensinya, artinya bahwa
Manajemen Sumber Daya Manusia
191
seorang dosen yang begitu bangganya terhadap institusi atau
organisasinya masih harus dipertanyakan apakah pengetahuan,
keterampilan, sikap dan perilakunya yang merupakan elemen dari
kompetensi telah dimiliki secara totalitas oleh dosen tersebut.
Oleh karena kadang-kadang secara empiris pengetahuan seorang
dosen bisa saja masih perlu dikembangkan, begitu pula dengan
keterampilannya, bahkan dalam hal sikap dan perilaku seorang
dosen walaupun memiliki komitmen yang tinggi terhadap
institusi atau organisasinya, terkadang masih tidak bisa dibedakan
dengan sikap dan perilaku yang bukan dosen, sebagaimana untuk
menjawab permasalahan dan pengujian hipotesis secara parsial
bahwa komitmen organisasional berpengaruh tidak signifikan
terhadap kompetensi, artinya peningkatan kompetensi tidak
ditentukan oleh komitmen organisasional.
Dalam konsep manajemen Islami mengenai hubungan antara
komitmen organisasi dengan kompetensi, yang telah dinyatakan
oleh Allah SWT dalam surah Qur’an Al-Ahqaff : 13 sebagai berikut:
Yang artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
“Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah,
maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka
tiada (pula) berduka cita” (Al-Ahqaff : 13)
Komitmen dalam Islam disebut dengan Istiqamah atau
teguh pendirian, sehingga orang yang memiliki komitmen berarti
selalu mempertahankan dan merasa senang dan ihklas dengan
keberadaanya di dalam suatu organisasi. Hal ini didukung oleh
teori yang dikemukakan oleh Mowday, Porte dan Steers (1982),
Spencer & Spencer, 1993. Penelitian terdahulu menurut Lamidi
190
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
(2007) Pengaruh Pengembangan Kompetensi terhadap Kinerja
Dosen Dengan variabel Moderator Komitmen Tentang Mutu.
Mashartanto (2013) Pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap
kinerja dosen dengan dimediasi komitmen organisasi (Studi Kasus
Pada Dosen Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang).
Kaitan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
menurut Lamidi (2007) bahwa komitmen tentang mutu
mempengaruhi kuat lemahnya pengetahuan. Penelitian ini juga
menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh
signifikan positif terkait dengan perilaku antara pengembangan
kompetensi. Demikian pula penelitian dari Mashartanto
menyatakan bahwa komitmen dosen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kompetensi. Sedangkan dalam penelitian ini,
menyatakan bahwa pengaruh tidak signifikan antara komitmen
organisasional terhadap kompetensi.
a.
Pengaruh Dukungan Organisasi terhadap Kompetensi
dosen PTS di Gorontalo
Dukungan organisasional memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kompetensi dosen..Pengaruh yang signifikan
ini menandakan bahwa kompetensi yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta perilaku ditentukan oleh adanya
dukungan organisasional, dimana dukungan organisasional
adalah berupa keadilan, dukungan atasan, dan penghargaan
organisasi. Keadilan merupakan suatu hal yang harus diberikan
secara organisasional kepada dosen yang notabene adalah
insan akademik yang bisa membedakan secara logis akademik
pada suatu kejadian ataupun perlakuan yang diberikan kepada
para dosen, sehingga keadilan merupakan satu hal yang perlu
diimplementasikan bagi seluruh dosen, oleh karena jika keadilan
192
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
diimplementasikan
secara organisasional, maka akan timbul
semangat bagi doen untuk selalu meningkatkan kompetensinya.
Dukungan atasan merupakan suatu hal yang diperlukan
oleh seorang dosen dalam meningkatkan kompetensinya, sebab
dengan adanya dukungan atasan, seorang dosen merasakan
kepedulian terhadap dirinya sehingga dosen yang bersangkutan
akan selalu meningkatkan kompetensinya. Penghargaan organisasi
merupakan indikator bagi adanya dukungan organisasional yang
menunjukkan adanya perhatian dari organisasi ketika seorang
dosen mencapai suatu kompetensi, sehingga dosen akan
semakin memiliki semangat untuk meningkatkan kompetensinya.
Oleh karena itu penghargaan organisasi sangatlah perlu untuk
diimplementasikan. Ini berarti ketika pengetahuan ,keterampilan
dan sikap serta perilaku dosen meningkat karena ada dukungan
organisasional. Hal ini sesuai dengan teori yanng dikemukakan
oleh (Eisenberger, Huntington, Hutchison dan Sowa, 1986:500)
dalam teori pertukaran sosial atau social exchange theory
dimana hubungan antara pegawai dan organisasinya adalah
merupakan suatu hubungan pertukaran, misalnya suatu pegawai
mau bekerja disuatu organisasi karena pegawai tersebut hendak
mempertukarkan usaha dan loyalitasnya dengan imbalan material
sosio emosional tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pegawai mempunyai harapan akan adanya dukungan
organisasi terhadap kebutuhan mereka. Teori tentang dukungan
organisasi dibangun karena adanya harapan ini dalam diri pegawai.
Harapan dan kebutuhan tersebut dapat dijabarkan sebagai suatu
kompetensi yang merupakan kebutuhan dari seorang dosen yaitu
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku.
Dalam manajemen Islami hubungan antara dukungan
organisasional dan kompetensi diisyaratkan dalam surah Shad: 20
Manajemen Sumber Daya Manusia
193
sebagai berikut :
Yang artinya :”Dan Kami kuatkan kerajaannya.” (QS. Shad: 20)
Ayat tersebut berarti bahwa Daud belum pernah terkalahkan
dalam peperangan yang diikutinya. Di samping dukungan yang Allah
SWT berikan kepada Daud, juga pasukannya dan rakyatnya di mana
mereka adalah orang-orang yang bertauhid dan menyerahkan diri
kepada Allah SWT, Allah SWT mengungkapkan kepada Daud halhal yang menjadikan pasukannya memiliki keistimewaan yang
dengannya mereka dapat mengalahkan pasukan-pasukan yang lain
yang ada di bumi saat itu. Hal ini menandakan bahwa dukungan
itu akan menambah kemampuan atau kompetensi. Oleh karena
dengan adanya dukungan dari organisasi baik itu berupa keadilan,
dukungan atasan dan penghargaan akan menambah semangat
dosen untuk meningkatkan kompetensinya. Hasil penelitian ini
mendukung temuan penelitian sebelumnya yaitu Hsu-Hsin Chiang,
Tsu-Shian Han,Ju-Sung Chuang (2011)
D. Pengaruh Pengembangan SDM Terhadap
Kinerja Dosen
Pembahasan pengaruh pengembangan SDM, komitmen dan
dukungan organisasional terhadap kinerja akan dibahas sebagai
berikut :
b.
Pengaruh
Pengembangan
sumber
daya
manusia
terhadap Kinerja Dosen tetap PTS di Gorontalo
Pengembangan SDM memiliki pengaruh terhadap kinerja
dosen, hal ini ditunjukkan oleh adanya pola hubungan yang
signifikan terhadap hubungan antar variabel tersebut berdasarkan
194
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
indikator-indikator variabel pengembangan sumber daya
manusia yang terdiri dari pendidikan, pelatihan pengembangan
dan pembelajaran yang di analisis. Analisis ini gditunjang oleh
teori yang disampaikan oleh (Maurer & Tarulli, 1994). Hal ini
mengamati bahwa penelitian tentang partisipasi pelatihan sangat
jarang diberikan lingkungan bisnis yang cepat berubah dan
kekhawatiran tentang partisipasi program pengembangan sumber
daya manusia dan efeknya dalam organisasi kinerja. Lebih lanjut
Schuler pada tahun 1997 mengatakan bahwa sosialisasi, latihan,
dan pengembangan pegawai merupakan usaha organisasi yang
sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja.
Dalam manajemen Islami pentingnya pengembangan sumber
daya manusia dalam meningkatkan kinerja telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an surah ke urat Al An’am ayat 165).
Yang artinya:” Manusia (al insan) sebagai khalifah Allah dimuka
bumi diberi tanggungjawab dan amanah untuk memeliharan bumi
ini, karena kekhususannya dapat membedakan yang baik dan
yang buruk, diberi ilmu, diberi akal dan diberi kemampuan” (Q.S.
Al An’am ayat 165). Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Nongkeng (2013), Irena Hau-Siu Chou,Thamis
Wing-Chun Lo, Zhenquan Sha, Jiehua Hong (2006), Marimutu,
Maran Ect (2009). akan tetapi terdapat perbedaan mengenai
lokasi penelitian.
Manajemen Sumber Daya Manusia
c.
195
Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja
Dosen tetap PTS di Gorontalo.
Komitmen organisasional memiliki indikator-indikator
pendukung yang terdiri dari affective, normative dan continuance
commitment memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kinerja dosen. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen
organisasional bukan merupakan penentu kinerja akan tetapi lebih
berhubungan dengan keterikatan dosen terhadap organisasinya
atau institusinya dan bukan kepada kinerjanya, sebagaimana
yang dinyatakan oleh Allen dan Mayers. Demikian pula Spencer &
Spencer, 1993 dalam Sudarmanto (2009:102) menyatakan bahwa:
Komitmen organisasi adalah kemampuan individu dan kemauan
menyelaraskan perilakunya dengan kebutuhan, prioritas dan
tujuan empiris organisasi dan bertindak untuk tujuan atau
kebutuhan organisasi
Secara empiris, dosen yang memiliki keterikatan terhadap
institusi atau organisasinya tidak berarti kinerjanya akan lebih
baik daripada dosen yang tidak memiliki keterikatan dengan
organisasinya. Karena bisa jadi seorng dosen memiliki kinerja
yang tinggi dalam arti melakukan seluruh kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi serta penunjang lainnya, akan tetapi masih
memiliki kemungkinan akan pindah ke intitusi lain atau yang biasa
dikatakan memiliki komitmen organisasional yang rendah, dengan
demikian walaupun komitmen organisasional ditingkatkan belum
tentu akan signifikan terhadap kinerja dosen tersebut.
Secara Islami, hubungan ini di penelitian yang dinyatakan
dalam Al-Qur’an surat At-Taubah : 105 sebagai berikut:
196
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Yang artinya: “dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaan
itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata lalu diberitakannya
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Qur’an surat At-Taubah
: 105).
Islam sangatmembenci pada orang yangmalas dan bergantung
pada orang lain. Sikap ini diperlihatkan Umar bin Khattab ketika
mendapati seorang sahabat yang selalu berdo’a, tidak mau
bekerja. “janganlah seorang dari kamu duduk dan malas mencari
rizki kemudian ia mengetahui langit tidak akan menghujankan
emas dan perak. Rasululllah SAW pun senantiasa berdo’a kepada
Allah agar dijauhi sifat malas, sifat lemah dan berlindung dari Allah
penakut dan sangat tua dan saya berlindung kepada-Mu dari siksa
kubur dan dari ujian hidup dan mati (HR. Abu Daud).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Emmyah (2009). Nongkeng (2013) bahwa komitmen
organisasional tidak berpengaruh terhadap kinerja.
d.
Pengaruh Dukungan Organisasional terhadap Kinerja
Dosen tetap PTS di Gorontalo.
Dukungan organisasional memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kinerja .Hal ini menandakan bahwa variabel
dukungan organisasi yang memiliki indikator : keadilan, dukungan
atasan dan penghargaan tidak menentukan dalam pembentukan
kinerja dosen akan tetapi Eisenberger et all, (1990) mengemukakan
bahwa para karyawan atau individu dalam organisasi akan
Manajemen Sumber Daya Manusia
197
mengembangkan suatu keyakinan menyeluruh untuk menentukan
kesiapan personifikasi organisasi dalam memberi hadiah atas
usaha kerja yang meningkat dan memenuhi kebutuhan karyawan
untuk dipuji dan dihargai.
Randall et all . (1999), menyatakan bahwa organisasi yang
mendukung adalah organisasi yang merasa bangga terhadap
pekerja mereka, memberi kompensasi dengan adil, dan mengikuti
kebutuhan pekerjanya. Dukungan organisasional merupakan dasar
hubungan pertukaran yang dijelaskan dalam prinsip sosial atau
ekonomi (Blau, 1964) yang didukung oleh Susskind et al (2000)
terdiri dari 3 item yaitu penghargaan terhadap nilai, kesediaan
perusahaan untuk membantu dan kepedulian perusahaan.
Dukungan yang positif dari pimpinan dan segenap pegawai akan
menciptakan situasi kerja yang kondusif. Dengan mendapatkan
dukungan tersebut, kinerja pegawai akan terpacu untuk lebih baik. Akan
tetapi secara prakteknya, dukungan organisasional tidak berarti apa-apa bagi
kinerja dosen oleh karena dukungan yang diberikan tersebut diberikan tidak
sepenuh hati, yang menyebabkan timbulnya apatisme dalam diri dosen.
Didukung ataupun tidak oleh organisasi, dosen mau tidak mau harus tetap
melakukan kiberjanya yang diimplementasikan pada kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi serta penunjang lainnya.
Analisis parsia l menjawab permasalahan dan hipotesis
keenam yang diajukan.yaitu apakah jika variabel dukungan
organisasional ditingkatkan maka dapat meningkatkan kinerja.
Dalam manajemen Islami dinyatakan dalam Al-Qur’an surat AlAsr : 1-3 sebagai berikut :
198
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Yang artinya :” Demi masa. sesungguhnya manusia itu dalam
kerugian . kecuali orang yang saling menasehati dalam kebaikan
dan kesabaran” (Q..St Al- Asr : 1-3 )
Dukungan yang dimaksudkan adalah bahwa seyogyanya
manusia itu saling nasihat menasihati dalam kebaikan dan kesabaran
karena hal itu akan mengantarkan kepada suatu keuntungan atau
kinerja yang lebih baik. Dukungan organisasi senantiasa akan lebih
mendorong terhadap peningkatan kinerja indivu baik itu sebagai
karyawan ataupun dosen. Penelitian terdahulu oleh Pratiwi,Tri
Bodroastuti (2011) bahwa Dukungan Organisasi berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja pegawai Biro Administrasi
Akademik Undip di Semarang, Dengan demikian penelitian
bersifat kontradiktif dengan penelitian sebelumnya oleh karena
dalam penelitian ini justru dukungan organisasi tidak signifikan
berpengaruh terhadap kinerja dosen PTS di propinsi Gorontalo.
E. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Dosen
Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
dosen , ini berarti bahwa kompetensi turut menentukan dalam
pembentukan kinerja dosen. Kompetensi yang memiliki indikator
pengetahuan, keahlian, sikap, dan perilaku memberikan pengaruh
terhadap kinerja dosen dalam hal melaksanakan Tri Dharma
PerguruanTinggi. Pengetahuan membantu dosen untuk bisa lebih
berkompetensi dalam melakukan tugas-tugasnya sebagai pendidik
oleh karena dengan pengetahuan , dosen dapat melakukan tugas
pendidikan pengajaran , penelitian , pengabdian pada masyarakat
dan tugas penunjang lainnya. Dengan pengetahuan , kemampuan
dosen dapat di jamin. Demikian pula dengan pelatihan, membantu
Manajemen Sumber Daya Manusia
199
dosen di dalam meningkatkan keterampilannya khususnya
keterampilan mengajar, oleh karena mengajar bukanlah hal yang
mudah untuk itu membutuhkan keterampilan dan kemampuan
khusus . disisi lain sikap dan perilaku dosen adalah hal yang juga
menentukan dalam melakukan tugas-tugasnya dalam pelaksanaan
Tri Dharma perguruan tinggi. Oleh karena sikap dan perilaku dosen
akan merupakan suatu rujukan bersikap dari anak didik dalam hal
ini adalah mahasiswa.
Sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Spencer, kompetensi
terletak pada bagian dalam setiap manusia dan selamanya ada
pada kepribadian seseorang yang dapat memprediksikan tingkah
laku dan performance secara luas pada semua situasi dan tugas
pekerjaan atau job tasks. Sedangkan Amstrong, menyatakan bahwa
kompetensi adalah dimensi tindakan dari tugas, dimana tindakan
tersebutdipakai oleh karyawan untuk menyelesaikan tugas pekerjaan
mereka dengan memuaskan dan apa yang diberikan oleh karyawan
dalam bentuk yang berbeda-beda dan tingkatan kinerjanya. Dalam
manajemen Islami , hubungan antara kompetensi dan kinerja telah
dijelaskjan dala Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 249
Manajemen Sumber Daya Manusia
201
Yang artinya : “Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia
berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai.
Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku.
Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan,
maka dia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali
beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang
yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang
yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini
untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang meyakini bahwa
mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan
yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.
Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”(Q.S 1:249)
Ayat tersebut terkait dengan kompetensi, yaitu tentang
bagaimana Thalut memperingatkan akan ujian dari Allah
dengan sungai saat dalam perjalanan berperang. Dalam ayat ini,
kompetensi yang diharapkan adalah kesabaran dan ketaatan yang
dilandasi oleh iman. Sabar akan ujian yang dijalani dan taat akan
perintah dari pemimpin (Raja Thalut). Hasilnya adalah hanya sedikit
yang mampu lulus dari ujian tersebut. Ternyata memang kualitas
itu diutamakan daripada kuantitas, sebagaimana perkataan
mereka yang telah lulus dari ujian tersebut, “Berapa banyak terjadi
golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Penelitian yang mendukung hasil penelitian ini adalah
Sabah Agha, Laith Alrubaiee, Manar Jumhour (2012) Effect of
Core Competence on Competitive dvantage and Organizational
Advantage Competensi intinya adalah bahwa kompetensi
berpengaruh positif terhadap keuntungan bersaing dan kinerja
organisasi. Dyah Kusumaastuti (2013) yang menyimpulkan bahwa
kompetensi secara signifikan mempengaruhi kinerja. Endang
200
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Setyaningdyah,Umar Nimran Kertahadi, Armanu Thoyib(2013)
bahwa kompetensi soignifikan ber;engaruh terhadap kinerja.Eddy
Yunus (2009)
Kaitan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya bahwa
sama-sama meneliti tentang hubungan kompetensi terhadap
kinerja akan tetapi perbedaanya adalah lokasi dan objek dimana
lokasi penelitian sebelumnya berada di luar Indonesia serta
objeknya pada perusahaan swasta sementara penelitian ini
objeknya adalah dosen tetap PTS di Gorontalo.
F. Dosen Berkompetensi Semakin Berkinerja
1.
Diantara variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap
kompetensi adalah variabel pengembangan sumber daya
manusia dan dukungan organisasional, sedangkan komitemen
organisasional memberikan pengaruh yang tidak signifikan , ini
berarti bahwa dosen dalam meningkatkan kompetensi sangat
membutuhkan pengembangan sumber daya manusia dan
dukungan organisasi, sedangkan komitmen organisasional
walaupun ditingkatkan tidak akan meningkatkan kompetensi.
2. Diantara variabel bebas yang signifikan memberikan
pengaruh terhadap kinerja adalah pengembangan sumber
daya manusia sedangkan komitmen prganisasional dan
dukungan organisasional pengaruhnya tidak signifikan, hal
ini menunjukkan bahwa kinerja dosen dapat ditingkatkan
dengan cara meningkatkan pengembangan sumber daya
manusia., dan berupaya memperhatikan dan meningkatkan
komitmen dan dukungan organisasional dalam pencapaian
kinerja yang lebih baik.
3. Variabel kompetensi merupakan hal yang penting dalam
pencapaian kinerja dosen, oleh karena kompetensi
merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi
202
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
kinerja dibandingkan empat variabel lainnya. Semakin
berkompetensi seorang dosen maka dosen tersebut akan
semakin berkinerja .
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan
antara lain :
1.
2.
3.
Penelitian ini mengenai variabel pengembangan sumber
daya manusia, komitmen dan dukungan organisasional,
kompetensi dan kinerja dengan tidak memperhatikan faktorfaktor lain yang mempengaruhi kinerja lainnya seperti
motivasi dan kepribadian dosen itu sendiri.
Penelitian ini hanya berfokus pada perguruan tinggi swasta
, sehingga tidak memperbandingkannya dengan kinerja dari
dosen pada perguruan tinggi negeri.
Penelitian ini hanya dilakukan di wilayah propinsi Gorontalo,
sehingga tidak dapat mengeneralisir kinerja daripada dosen
PTS secara keseluruhan.
200
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan , maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
Variabel pengembangan sumber daya manusia dan dukungan
organisasi berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
kompetensi sedangkan komitmen organisional memberikan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap kompetensi dosen
tetap PTS di Gorontalo berarti bahwa pengembangan sumber
daya manusia dan dukungan organisasi merupakan faktor
yang menentukan terhadap peningkatan kompetensi dosen.
Variabel pengembangan sumber daya manusia dan
kompetensi memberikan pengaruh langsung dan signifikan
terhadap kinerja sedangkan komitmen dan dukungan
organisasional memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kinerja dosen tetap PTS di Gorontalo , ini berarti
penigkatan kinerja sangat ditentukan oleh peningkatan
pengembangan sumber daya manusia dan kompetensi.
Variabel pengembangan sumber daya manusia dan dukungan
organisasional yang di mediasi oleh kompetensi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja dosen tetap PTS di Gorontalo
sedangkan komitmen organisasional yang dimediasi oleh
kompetensi berpengaruh tidak signifikan .Ini berarti pula
bahwa variabel penegmbangan sumber daya manusia dan
dukungan organisasional dengan menghubungkan variabel
203
204
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
kompetensi sangat menentukan terhadap
kinerja dosen .
peningkatan
B. Saran
1.
2.
3.
4.
Kepada pimpinan dan pengelola PTS di Provinsi Gorontalo,
kiranya dapat melakukan pengembangan terhadap sumber
daya manusianya yakni dosen melalui pendidikan, pelatihan,
pengembangan dan pembelajaran
Kepada pimpinan dan pengelola PTS di propinsi Gorontalo
kiranya selalu memberikan dukungan berupa dana dan
opportunity (kesempatan) seluas-luasnya terhadap dosen di
dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja dosennya.
Kepada dosen tetap PTS di propinsi Gorontalo kiranya
dapat meningkatkan pengembangan sumber daya manusia,
komitmen organisasionalnya untuk peningkatan kompetensi
sehingga dapat meningkatkan kinerja
Kepada pemerintah, kiranya lebih meningkatan anggaran
pendidikan khususnya biaya studi lanjut dan pelatihanpelatihan bagi dosen dalam rangka peningkatan kompetensi,
serta lebih memberi dukungan peluang yang lebih besar
bagi dosen PTS daerah untuk dapat mengenyam studi lanjut
dengan cara mencabut moratorium pembukaan program
studi baru utamanya pasca sarjana S-2 dan S-3 agar dapat
dibuka program tersebut di daerah sehingga kompetensi dan
kinerja dosen diharapkan dapat semakin meningkat.
200
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Epilog:
Peningkatan Mutu dan Daya Saing PTS
Prof. Dr. Mansyur Ramly, M.Si
Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT)
Tantangan dan persaingan yang semakin tajam dalam
era globalitas, khususnya era ASEAN Economic Community
(Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA), sekarang dan akan
datang, bukan hanya dialami oleh dunia usaha/industri, tetapi
juga di kalangan Perguruan Tinggi (PT) baik di Indonesia maupun
di negara-negara maju. Kecenderungan ini membuat perguruan
tinggi di Indonesia semakin menghadapi suasana persaingan yang
semakin menantang.
Persaingan perguruan tinggi di Indonesia semakin terbuka
karena peraturan perundangan di Indonesia mengatur bahwa
“Perguruan Tinggi lembaga negara lain dapat menyelenggarakan
205
206
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Pendidikan Tinggi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,1
Persaingan semakin terbuka setelah delapan kesepakatan
mutual recognition arrangement (MRA) di bidang jasa yang telah
ditandatangani oleh negara anggota ASEAN termasuk Indonesia,
yaituengineeringservices,nursing, architecturalservices,surveying
qualification practitioners, tourism, accountancy services, medical
practitioners, dan dental practitioners. Menghadapi kondisi seperti
itu maka tidak ada cara lain bagi PT Indonesia selain berupaya
secara terus-menerus dan berkesinambungan meningkatkan
kualitas dan daya saingnya agar bisa exis dan survive menghadapi
persaingan tersebut.
Peningkatan mutu dan daya saing PT diharapkan akan
melahirkan sumberdaya manusia yang bermutu dan berdaya saing
pula. Karena itu salah satu strategi yang jitu menghadapi persaingan
global khususnya persaingan dalam MEA adalah peningkatan mutu
dan daya saing manusia Indonesia melalui PT yang bermutu dan
berdaya saing tinggi. Peranan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di
Indonesia sangat besar dilihat dari segi pangsa jumlah mahasiswa
yang dibinanya. Namun dilihat dari segi mutu dan daya saing secara
umum relatif masih tertinggal dibanding dengan Perguruan Tinggi
Negeri (PTN), karena itu untuk meningkatkan mutu dan daya saing
PT Indonesia sangat perlu memusatkan perhatian pada upaya
peningkatan mutu dan daya saing PTS.
Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian untuk
meningkatkan mutu dan daya saing PTS adalah “pengelolaan
kompetensi dan kinerja dosen”. Buku berjudul Manajemen
1
Pasal 90 (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi.
Manajemen Sumber Daya Manusia
207
Sumber Daya Manusia, Pengelolaan PTS Di Antara Kompetensi
dan Kinerja yang ditulis oleh Dr. Hj. Meimoon Ibrahim SE, MM.,
Dosen Tetap Yayasan Universitas Gorontalo, berhasil mengkaji
dan menganalisis dengan fakta-fakta yang cukup bagaimana
pengelolaan PTS untuk meraih tingkat kompetensi dan kinerja
dosen. Kompetensi dan kinerja dosen merupakan faktor utama
dalam upaya peningkatan mutu dan daya saing PT secara umum
dan khsusnya PTS.
Mutu di perguruan tinggi biasanya timbul dari keberhasilan
membangun budaya mutu yang mengandung 3 (tiga) elemen
pokok yaitu artifak (quality artifacts), nilai-nilai dan normanorma (values and norms) dan asumsi dasar perilaku (underlying
assumptions).2
Namun perilaku mutu orang maupun organisasi dalam
mengembangkan sistem manajemennya tergantung pada ‘mashab’
yang dianut oleh suatu perguruan tinggi. Dalam konteks pendidikan
tinggi, pengertian mutu dapat dikategorikan dalam lima mazhab,
yaitu: (1) mazhab yang menganut faham bahwa mutu adalah
keunggulan (excellences), (2) mazhab yang menganut faham
bahwa mutu adalah nilai tambah (value added), (3) mazhab yang
menganut faham bahwa mutu adalah kesesuaian dengan maksud
atau tujuan (fitness for purpose), (4) mazhab yang menganut faham
bahwa mutu adalah nilai uang (value for money) dan (5) mazhab
yang menganut faham bahwa mutu adalah kepuasan pemangku
kepentingan/ pelanggan (customer satisfaction).3
2
Robins, P. Stephen. Organization Theory, Structure, Design, and
Application., 1990.
3
Mansyur Ramly, Orasi Ilmiah “Pentingnya Sistem Penjaminan Mutu
dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Daya saing PT di Indonesia” pada
Politeknik Makassar tanggal 28 November 2015, hal. 3
208
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Upaya peningkatan mutu di perguruan tinggi semestinya
menganut konsep mutu dari kelima mazhab tersebut. Kelima
mazhab ini berkeyakinan bahwa peningkatan mutu PT khususnya
PTS sangat ditentukan oleh keberhasilan menghadirkan
Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Pada aras (level) individu, mutu daya saing SDM sangat
ditentukanolehpenguasaankompetensipengetahuan(knowledge),
keterampilan (skill), dan sikap (attitude), dikenal dengan konsep
KSA. Dua kompetensi pengetahuan dan keterampilan dapat
tergantikan oleh teknologi sehingga mengandalkan semata-mata
dari kedua kompetensi tersebut kurang optimis bisa menjadi SDM
yang berdaya saing tinggi. Beberapa studi mutakhir menyimpulkan
bahwa daya saing SDM sangat ditentukan oleh kekuatan sikap
(attitude) yang lebih dikenal dengan soft skill.
Perubahan lingkungan organisasi membuat terjadinya
perubahan cara pandang dalam melihat keunggulan kelompok
atau organisasi dalam melihat keseluruhan modal yang
mendukung proses inovasi. Karena itu keunggulan kelompok atau
organisasi sangat ditentukan oleh beberapa modal, sekurangkurangnya meliputi modal manusia (human capital, modal
struktur (structural capital), dan modal kepemimpinan (leadership
capital). Modal manusia sendiri (human capital) terdiri atas modal
intelektual (intellectual capital), modal emosional (emotional
capital), modal sosial (social capital). modal ketabahan (adversity
capital atau adversity quotion), modal kesehatan (health capital),
dan modal spiritual (spiritual capital).
Sedangkan pada aras (level) organisasi, mutu dan daya
saing organisasi sangat ditentukan oleh penguasaan (pemilikan)
terhadap modal manusia (human capital), modal struktur
Manajemen Sumber Daya Manusia
209
(structural capital), dan modal kepemimpinan (leadership capital).
Perguruan Tinggi khususnya PTS di Indonesia berkembang sangat
pesat dilihat dari segi jumlah PT dan program studi. Namun
perkembangan kuantitas ini kurang dibarengi dengan peningkatan
mutu terutama berkaitan dengan mutu SDM.
Berdasarkan data hasil akreditasi maka mutu perguruan tinggi
khususnya PTS dilihat dari segi capaian standar akreditasi dapat
dipetakan sebagai berikut:
Gambar 1. Spiderweb Hasil Akreditasi Institusi berdasarkan 7
Standar secara Nasional
Manajemen Sumber Daya Manusia
211
Gambar 1. Spiderweb Hasil Akreditasi Institusi PTN berdasarkan
7 Standar
Gambar 1. Spiderweb Hasil Akreditasi Institusi PTS
berdasarkan 7 Standar
210
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Berdasarkan hasil akreditasi institusi pada gambar 1, gambar
2, dan gambar 3, dapat disimpulkan bahwa mutu dan kinerja
SDM (standar 4) secara nasional dan PTS masih rendah. Pada PTN
sudah cukup memadai, namun tetap saja masih perlu ditingkatkan
terutama untuk menghadapi persaingan baik di tingkat global
maupun khusus di tingkat MEA.
Buku yang ditulis oleh Dr.Hj.Meimoon Ibrahim SE, MM, Dosen
Tetap Yayasan Universitas Gorontalo, dengan judul Manajemen
Sumber Daya Manusia, Pengelolaan PTS Di Antara Kompetensi
dan Kinerja Dosen, sangat baik dibaca karena selain menyajikan
berbagai teori-teori tentang pengelolaan SDM juga menyajikan
bukti empiri. Juga bisa mengundang inspirasi untuk melakukan
pengelolaan SDM dengan baik khususnya di PTS sehingga ke
depan PTS memiliki SDM unggul dan menjadi pilar utama bagi PTS
untuk meningkatkan mutu dan daya saingnya.
Jakarta, Agustus 2016
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly, SE.,M.Si.
Manajemen Sumber Daya Manusia
211
DAFTAR PUSTAKA
Adam,La Ode Bahana(2011) Peran Motivasi Agamis Terhadap
Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan Kinerja Dosen
(Studi pada Dosen Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi
Tenggara)DISERTASI Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Agha sabah, ect .2012. Effect of core competence on convetitive
advantage and organizational advantage,International
jurnal of bussines management. Vol 7 NO 1 JANUARI 2012.
Alberch Karl, 1997 Pengembangan Organisasi (Pendekatan
Menyeluruh untuk mencapai Pembuatan Positif Dalam
Setiap Organisasi) Angkasa Bandung.
Amstrong, Michael. 1995, Personel Management Practice, Fifth
Edition, Kogan Page, London
Atmosudirdjo, P 1998, Organisasi Dan Manajemen, Kaunika, Jakarta..
Atkinson,P (1992) Managing Performance: Managing Service
Guality,March
Becket, B. and Gerhart, B. (1996) The Impact of Human Resource
Management of Organisational Performance: Progress
and prospects’, Academy Joutnal of management, 39 (4):
779 – 801.
Bonar Hutapea(2012) Sifat kepribadian dan dukungan organisasi
sebagai prediktor komitmen organisasi Guru Pria di
Sekolah Dasar.MAKARA,SOSIALHUMANIORA,VOL.16,NO.2
DESEMBER 2012:101 -115 )
Bryant, D. (2005). The components of emotional intelligence
and the relationship to sales performance.Unpublished
Doctoral Dissertation, George Washington University.
Darmawan, Didit,2013. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi,PT.
Pena Semesta.Surabaya
Dessler,Garry .2010 Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid I edisi
kesepuluh .Permata Puri Media, Jakarta .
212
Manajemen Sumber Daya Manusia
213
Dominggus,Dale ,2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Penerbit Andi,Jogyakarta.
Dyah Kusumaastuti (2013) Pengaruh Kompetensi Individu sebagai
Dosen Terhadap Kinerja Dosen Yang Berorientasi Pada
Mutu Dengan Moderator Iklim Organisasi dan Dukungan
Sumber Daya. Digilib. UPI .edu/administrator/fixed/dadpen 9 89808.dyah_kusumaastuti
Dunggio,Titin,2012,Pengaruh Rekruitmen, Kompetensi, Motivasi
Terhadap Kepuasan Kerja dan Prestasi Dosen Pada
Perguruan Tinggi Swasta di Provinsi Gorontalo,DISERTASI
,Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Dyah Kusumaastuti (2013) Pengaruh Kompetensi Individu sebagai
Dosen Terhadap Kinerja Dosen Yang Berorientasi Pada
Mutu Dengan Moderator Iklim Organisasi danDukungan
Sumber Daya. (http:digilib upi.edu/digitalviewPhp) diakses
tanggal 28 desember 2013
.Eddy Yunus (2009) Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia
Terhadap Kinerja Pegawai KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung
Perak Surabaya .(Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan KeuanganVolume 16, Nomor 3, Sepetember 2012:368 – 387)
Eisenberger,R,Fasdo,R.& La Maestro V.P 1990. Perceived
Oganization Support and Emloyee Diligence,Commitment
and Innovation, Journal of Applied Psycchology, Vol 75
Emmyah (2009). Pengaruh kompetensi terhadap kinerja pegawai
pada politeknik Negeri Ujung Pandang. .(http:Fridaus.org /
does/tesis/emmiyah.pdf).
Endang
Setyaningdyah,Umar
Nimran
Kertahadi,Armanu
Thoyib(2013) The Effacts Human Resourses Competence,
Organizational Commitmen
and
Transactional
Ledership on Work Discipline, Job Satisfaction and
Employee’sPerformance ijerb. Webs.com. Interdisciplinary
Journal of Research In Business,August 2013 .Vol 4 No.4 )
Flippo,Edwin (1980) Personal Management,Edisi kelima,Mc GrawHill Inc,Singapore
Flippo, Edwin,2000.. Manajemen Personalia. Jilid 1, Airlangga,
Jakarta
214
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Gie,The Liang .2003, Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses,
Erlangga, Jakarta.
Gibson , J.L.et.al.1997, Organisasi Dan Manajemen, Erlangga,
Terjemahan, Jakarta.
Gibson ,J.l 1971, Assessment Of Organizational Effectiveness,
Issues, Analysis And Reading, Pasific Palisades,Goodyear
Publishing Co.Inc.,California.
Hasan Basri, Fariansyah .2008. Pengaruh Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Budaya Organisasi dan Motivasi
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pertamina (Persero) Unit
PengolahanV Balikpapan Kalimantan Timur, Disertasi
tidak dipublikasikan, Pasca Sarjana UNibraw
Hasan Nongkeng (2013) Pengaruh Pemberdayaan , komitmen
organisaional terhadap kinerja dan Kepuasan Kerja Dosen
Kopertis Wilayah IX Sulawesi.Kopertis 9-sulawesi.Blogspot.
com/2013/11
Hasibuan,.P.S. Malayu.,2003. Manajemen,Sumber Daya Manusia
Edisi Revisi Bumi Aksara, Jakarta
Handoko,T.Hani,2001. Manajemen,Edisi Kedua,Penerbit BPFE
Jogyakarta.
Hsu-Hsin Chiang, Tsu-Shian Han,Ju-Sung Chuang (2011) The
Relationship Between High-Commitmen HRM and
Knowledge-sharing Behavior and its Mediators,
(International Journal of Manpower.Vol.33 No. 5/6 /2011)
Irena Hau-Siu Chou,Thamis Wing-Chun Lo, Zhenquan Sha, Jiehua
Hong (2006) The Impact of Developmental experience,
empowerment, and oreganizational support om Catering
service staff Performance. (www.clevier.com/locate/
ijhosman. International Journal Hospitality)
Kanfer,R,.Chen,G and Prittchard,R.D(eds) 2998. Work Motivation:
Past.Present, and Future,New York:Routledge
Kusumastuti,2011 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja
Dosen Sebagai Penjamin Mutu Perguruan Tinggi dengan
Mediator Iklim Organisasi dan Dukungan Sumber Daya.
Httpp// Digilip UPI
Manajemen Sumber Daya Manusia
215
Lamidi (2007) Pengaruh Pengembangan Kompetensi terhadap
Kinerja Dosen Dengan variabel Moderator Komitmen
Tentang Mutu. (Ejournal unisiri ac.id/index php
manajemen/article/download/148
Lin, Shu Chi And Huang Yin Mei.2005,The Role Social Capital in The
Relationship Between Human Capital And Career Mobility
Mediator of Moderator,Journal of Intelectual Capital Vol
16 No.2 pp 101-205.
Malthis ,Robert L – Jackson ,John H. 2011.Human Resource
Management,Penerbit Salemba Empat
Marimutu, Maran Ect (2009). Human Development and its Impact
on Firm Performance Evidence From Developmental
Economics.
http://www.sosyalarastirmalar.com/cilt2/
sayi8pdf/marimuthu_arokiasamy_ismail.p. Uluslararasi
Sosyal Ara tırmalar Dergisi The Journal of penelitian Sosial
Internasional Volume 2/8 Summer 2009
Mangkunegara, Anwar Prabu., 2005. Evaluasi Kinerja SDM.
Bandung : Refika Aditama.
Manulang,M.1996,Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta,Ghalia Indonesia
Moeheriono,2012.Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi,Edisi
Revisi,PT.Rajagrafindo Persada,Jakarta
Moenir,1998. Pendekatan Manusiawi Dan Organisasi Terhadap
Pembinaan Kepegawaian,Gunung Agung .Jakarta.
Nadler,Leonard.1981,Hman Resources Development,inNadler
(ed),The Handbook of Human Resource Development,New
York,John Wiley and Son: 1-47
Notoatmojo,Soekidjo.
2009,Pengembangan
Manusia. Penerbit Rineka Cipta.Jakarta
Sumber
Daya
Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005,
Poewadarminta. 1996, Tata Kerja Organisasi, Bina Aksara, Jakarta.
Prawirosentono, Suyadi 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia
(Kebijakan Kinerja Karyawan), Yogyakarta,BPFE
Pratiwi,Tri Bodroastuti (2011) Pengaruh dukungan ,kemampuan dan
usaha terhadap kinerja. ([email protected]
216
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Ranupandoyo dan Suad Husnan,1990,Manajemen Sumber Daya
Manusia,BPFE, Jogyakarta
Riviai ,Veithzal.2007, Manajemen Sumber daya Manusia, Penerbit
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robin ,Stephen P = Jugde, Thimotthy A . 2008, Perilaku organisasi
,Organizational Behavior, Edisi 12 Buku I, Penerbit Salemba
Jakarta
Rowley,Chris –Jakson.Keith 2012.Manajemen Sumber Daya Manusia
The Key Concepts.PT. Raja Grafindo Persada , Jakarta.
Sabah Agha,Laith Alrubaiee,Manar Jumhour (2012) Effect of Core
Competence on Competitive dvantage and Organizational
Advantage. International Journalof Bussines Management.
Vol 7 No.1 Januari 2012
Sambung,Robby ,2010, Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen
Organisasional, Kepribadian, Profesionalisme Dosen
Terhadap Organization Citizenship Behavior Serta
Dampaknya Terhadap Kinerja Dosen (Studi pada
Universitas Palangkaraya) DISERTASI, Pascasarjana
Universitas Brawijaya,
Samantha, Bonde, 2005 Compotence In Technology And Potency
Of Human Ressouces Published by Addison – Wesley
Publishing Company
Schuler, R. S. dan Jackson SE, 1997 Manajemen Sumber Daya
Manusia Menghadapi Abad Ke – 21 Edisi Keenam, Jilid I
Dan II, Erlangga Jakarta.
Siagian, S.P.1998, Birokrasi Pemerintahan Orde Baru Perspektif
Kultur Dan Struktur, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Sikula,A.E ,1981. Personnel Administration and Human Resources
Management, John Wiley & Sons, Inc- Mcintyre,Tammy L.
2004 A Model off level of infolvement and Strategic Roles
Of Human Resources Development (HRD) Proffesional as
Facilitator as Due Diligent and integration Process. Human
Resources Development Review, Jun , 3 (2) :173 -182.
Simamora.H,2004 Manajemen Sumber Daya Manusia,STIE
YKPN,Jogyakarta.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Sinungan,Muchdarsyah
1999,
Bagaimana,Aksara.Jakarta
Produktivitas
Apa
217
dan
Stoner,B and Freeman,2004.Essentials of Organizational Behaviot
: Management Research.Prentice Hall International
Inc,New Jersey.
Stoner, J.A.F 1996. Efektivitas Organisasi, PPM, Erlangga,
Terjemahan, Jakarta.
Strasser,1997.Manajemen
Andi,Jogyakarta
Sumber
Daya
Manusia,Ofset
Sudarmanto, 2009 .Kinerja dan Pengembangan Kompetensi
SDM, Teori,Dimensi Pengukuran dan Implementasi dalam
Organisasi,Puataka Pelajar Yogyakarta.
Sugiyono, 2007 .Methode Penelitian Administrasi, Penerbit
Alfabeta Bandung
Sulistiyo,2011. Ekonometrika,Teori
Empat,Jakarta
dan
Aplikasi,
Salemba
Suseno & Sugiyanto (2010) Pengaruh Dukungan Sosial dan
Kepemimpinan Transformasional Terhadap Komitmen
Organisasional dengan Mediator Motivasi kerja. JURNAL
PSIKOLOGI VOLUME 37,NO.1 , JUNI 2010,94 – 109)
Terry,GR,2005. Human Resource Management.Published by
McGraw Hill,USA
Timpe. A. Dale .1999. Seri Sumber Daya Manusia Kinerja,
Gramedia,Jakarta
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa,1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi kedua,
Balai Pustaka,Jakarta
Tracey, J.B., Hinkin, T.R., Tannenbaum, S.I., dan Mathieu,J.E. 2001.
The Influence Of Individual Characteristics And The Work
of Environment on Varying Levels ofTraining Outcomes.
Human Resorcess DevelopmentQuaterly. 12 pp. 5 –23.
Umar,Hussein,2004,Riset Sumber Daya Manusiadan Organisasi,PT.
Gramedia Pustaka Utama.Jakarta
Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005
218
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Undang Undang nomor 14 tahun 2004 tentang guru dan dosen
Walton ,J. .1999 .strategic Human Resource Development.London
guill hall univercity
Walton ,Willmot,H .2004.The Flexible Firm of Human Resource
Development.London School of Economic,London.
Wattimena (2010) Implementasi Strategi Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan dukungan Organisasi
terhadap Peningkatan Kualitas dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Pattimura Ambon. JURNAL MANAJEMEN DAN
KEWIRAUSAHAAN VOL.2, Sepetember 2010:195-208)
Wayne,S.J Shore,LM Bommer,WH & Tetrick,LE.2000.The Role of
Fair Treatmen and Rewards in Perception of Organization
Support and Leader-Member Exchange,Journal of Applied
Psychology,vol 87:590-598
Wayne & Award (1981) Relationship-based Approach to Leadership:
Development of Leader member exchange (LMX)
Wexley K N and Yuki G, A .1978.Organizational Behaviour and
personal Psycology. Richard D Irwin.
Wibowo,2007. Manajemen Kinerja.PT. RajaGrafindo, Jakarta
Kamus Besar Online
Yuliantini, dkk (2013) . Determinasi Kompetensi, Komitmen dan
Dukungan Organisasi terhadap Pengembangan Profesi
Dosen di Lingkungan Yayasan Triatma Surya Jaya Badung.
(e-jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan Vol.4
Tahun 2013)
( h tt p : / / w w w. w e s t e a s ti n s ti t u t e . c o m / w p - c o n t e n t /
uploads/2013/02/ANT13-246-MOHAMMED-ALYAHYANorsiah-and-Alharbi.pdfDi download pada tanggal 02-022014
(httpp/www.teori dukungan organisasi)
(reportsitory USU,ac,id 2013)
http://id.shvoong.com/business-management/human-resources.
Manajemen Sumber Daya Manusia
219
(www.ras.eko.com/2012 pengertian sikap dan prilaku)
:http://duddyarisandi.files.wordpress.com/2011/0/6/09_matrikskinerjaf.jpg?w=213&h=300
http://www.scribd.com/doc/86754075/Dukungan-Organisasi
http thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-2-00050-PS%20Bab2001.
pdf
220
Dr. Hj. Meimoon Ibrahim, SE., MM.
Tentang Penulis
Meimoon Ibrahim. Lahir di Kota Selatan
Kota Madya Gorontalo, 7 Mei 1971. Selaku
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gorontalo
pada periode 2011-2015. Merampungkan studi
S1 Studi Pembangunan di STIE DLP Gorontalo
1996. Magister Manajemen PPs-UMI Makassar
2004 serta doktor manajemen sumber daya manusia PPs-UMI
Makassar 2014.
Masa kecil dijalani di tanah leluhurnya, tamat SD Negeri
3 Bulila Kecamatan Telaga Gorontalo dan SMP Telaga 1987.
Melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA 3 Ujung
Pandang 1990.
Jenjang karier di kampus dimulai selaku Sekretaris Jurusan
Studi Pembangunan STIE DLP Gorontalo 1997-1999. Ketua Jurusan
Studi Pembangunan STIE DLP Gorontalo 1999-2000. Pembantu
Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Gorontalo 2001-2005. Wakil
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gorontalo 2007-2010.
Disela waktu mengajar, aktif pada pengabdian masyarakat
dengan menjadi anggota Dewan Pengupahan Provinsi Gorotalo
2007. Pendampingan Usaha Kecil Menengah Provinsi Gorontalo
2008. Pengurus Pusat Studi Wanita Universitas Gorontalo 2009.
Sebagai anggota Forum Riset Nasional.
Melakukan penelitian dan publikasi karya ilmiah pada jurnal
skala nasional dan internasional. Selain itu juga menulis artikel
pada jurnal internasional, Australian Journal of Basic and Applied
220
Sciences – ISSN 1991-8178. Maret 2015 dengan judul artikel, Effect
of Human Resourse Development on Lecturer’s Competence
and Lecturer’s Performance of Private Colleges in Gorontalo Indonesia.(oaji.net/articles/2015/464-1444680243.pdf).
Serta
pada Mei 2015 artikel dengan judul Effect of Commitment and
Organizational Support on Competence and Performance of
Private College Lecturer in Gorontalo-Indonesia ( ajbasweb.com/
old/ajbas/2015/May/461-468.pdf). Karya artikel lainnya juga
terpublikasi pada jurnal internasional, The Ires International
Conference 2016.
Peserta pada Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar
Tekhnik Instruksional (PEKERTI) 2002. Pelatihan Applied Approach
(AA) 2005. Pelatihan Pengukuran Tes/ Penilaiaa Hasil Belajar
Mahasiswa 2009. Tehnical Asistensi Peyusunan Borang Studi
Fakultas dan Evaluasi Diri 2010. Pelatihan Peningkatan Eksistensi
Dosen Sebagai Peneliti 2011. Pelatihan Training in Triners PEACH
2011. Pelatihan Training on Writing Of International Journal on
April 20015. Mengikuti Trainer of Trainers Perencana Keuangan
dan Pengembangan Jasa keuangan 2015. Mengikuti Pelatihan
International Workshop of Publishing In High Impact ISI/Scopus
Journal 2015.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Buku-Buku Terbitan Fahmis Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
10.
11.
12.
13.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
221
Urbanisasi dan Pertumbuhan Kota
Penetrasi Kapitalisme Memarginalkan Komunitas lokal
Jejak Pemekaran Kabupaten Kolaka Utara
Siri dan Tertib Sosial
Bati na Wija Kekerabatan Orang Bugis
Pengusaha Cina, Bugis dan Makassar
Wajo, Kearifan Lokal Menata Lingkungan
Perilaku Birokrasi Di antara Pelayan dan Dilayani
Revolusi Hijau dan Keterpinggiran Petani Kecil
Pengadaan Tanah Berujung Konflik
Teori Motivasi dan Kinerja Karyawan
Perkawinan Orang Selayar
Mendobrak Rezim Mengubah Zaman
Arung Palakka Pembebas Tana Bone
Aminuddin Salle Hikmah Dibalik Kehidupan
Selayar Meretas Kemiskinan Nelayan
Wajo Kearifan Lokal Menata Lingkungan
Ramli Haba Pengacara Dipentas Politik
Buhari Matta,Total Manajemen Menata Kolaka
Eksis UKM di Era Global
Merangkai Etos Kerja dalam Budaya Kinerja
To Build English Proficiency of High School Students in Makassar
Keunggulan Komparatif Beras Sulsel
Sosiologi Arsitektural
Bank Syariah, Studi Kualitas Jasa dan Pemasaran Relasional
Fahmis Pustaka
Lembaga Penerbitan Pendidikan Penelitian & Distribusi Buku
Jl. Tamangapa Raya 5/No.32 Kassi
Makassar 90245
Hp. 081 2421 8024
Download