BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Mardiyanti (2005) Laporan keuangan merupakan suatu hasil akhir dari proses akuntansi selama periode tertentu. Laporan keuangan umumnya terdiri atas 3 macam, yaitu sebagai berikut : 1. Neraca (balance sheet), dalam neraca dapat dilihat beberapa kekayaan (asset) perusahaan, dan dari mana sumber dana yang diperoleh perusahaan (liabilities, equitu/owner’s capital). 2. Laporan Laba/Rugi (profit/loss statement/income statement), laporan yang menggambarkan kinerja perusahaan pada suatu periode tertentu, dan disebut juga “bottom line”. 3. Laporan sumber dan penggunaan dana (statement of sources and uses of funds), laporan keuangan yang mengikhtisarkan tentang dari mana sumber dana diperoleh dan dialokasikan. Memahami laporan keuangan suatu perusahaan pada dekade ini bukanlah monopoli bagian/departemen keuangan, karena apa yang dilakukan oleh seluruh bagian/departemen akan pasti berdampak kepada masalah keuangan, khususnya dalam meningkatkan nilai tambah ekonomis. 7 Laporan keuangan merupakan suatu laporan kinerja yang bersifat historis atas suatu perusahaan pada periode tertentu yang bermanfaat dalam memberikan suatu informasi untuk “mengevaluasi, menganalisis, dan mengambil keputusan” bagi para eksekutif perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan suatu fondasi bersama aspek bisnis lainnya serta ekonomi untuk meramalkan masa depan perusahaan. Dalam menyusun laporan keuangan, aturan-aturan atau prinsip yang harus diikuti setiap perusahaan adalah “Generally Accepted Accounting Principle/GAAP”, sementara di Indonesia adalah “Prinsipprinsip Akuntansi Indonesi/PAI” dan “Standar Akuntansi Keuangan/SAK”. 2.1.2 Profitabilitas Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur perusahaan yang modal perusahaan. Hal ini dikarenakan memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan utang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu. Dimana profitabilitas dihubungkan dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi 8 menggunakan hutang yang relatif kecil (Saidi, 2004). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Farah dan Lina, 2005). Perusahaan dengan pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal, maka profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal (Arief, 2006). Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan (Sudarmadji dan Sularto : 2007). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tersebut lazim disebut profitabilitas. Menurut Brigham dan Gapenski (2006:629), “Profitability is the net results of a number of policies and decisions.” Brigham dan Houston (dalam Mardi, 2008) juga menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan dalam perusahaan. Setiap perusahaan yang didirikan, tentu diorientasikan untuk mendapatkan laba dengan tidak mengorbankan 9 kepentingan pelanggan untuk mendapatkan kepuasan. Perolehan laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja finansial perusahaan. Kaplan dan Norton (2000:23) menyatakan bahwa, “Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan” dalam jurnal Dwi ayuningtiyas dan Kurnia (2003). Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut: Return On Asset (ROA) Menurut Horne dan Wachowicz (2005), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Horne dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dengan menggunakan aktiva yang menghasilkan laba tersebut dan berguna untuk mengetahui besarnya 10 kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. 2.1.3 Ukuran Perusahaan (size) Menurut Suwito dan Herawaty (2005) dalam Rita (2011), perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu : 1. Perusahaan manufaktur. 2. Perusahaan non manufaktur selain usaha bank dan lembaga keuangan lainnya. 3. Kelompok usaha bank dan lembaga keuangan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994) dalam (Suwito dan Herawaty, 2005). Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variable ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan 11 karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variable ini, nilai aktiva relative lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan (Sudarmadji dan Sularto: 2007). Ukuran perusahaan adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks sehingga memungkinkan dilakukan manajemen laba. Ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, penjualan dan nilai pasar saham. Keputusan ketua Bapepam No. Kep 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar rupiah, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang memiliki total aktivanya di atas seratus milyar rupiah (Kusumawardhani:2012). Ukuran perusahaan merupakan manajemen laba selain asimetri faktor informasi. yang mempengaruhi Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: log total aktiva (Marihot 12 dan Doddy:2007), log total penjualan (Nuryaman: 2008), kapitalisasi pasar (Halim, dkk. 2005). Menurut Ferry dan Jines (dalam Sujianto, 2003), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi rata-rata perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan menurut Riyanto (1995), suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan sumber pendanaan, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena peruahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. 13 Menurut Francis (1986), Grubber dan elton (1995), serta Fama dan French (1995) dalam Panjaitan (2004) berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan kecil hanya memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, perusahaan yang berskala kecil mempunyai resiko yang lebih besar daripada perusahaan besar. Perusahaan yang mempunyai risiko yang lebih besar biasanya menawarkan return yang besar untuk menarik investor. Menurut Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar. 2.1.4 Pertumbuhan Asset (growth) Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003). Growth adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun 14 sebelumnya (Saidi, pertumbuhan aktiva 2004). Pertumbuhan aset perusahaan yang menggambarkan akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi perubahan aset, untuk membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. dengan tingkat pertumbuhan potensial yang Perusahaan tinggi memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal rendah. Berdasarkan difinisi di atas dapat dijelaskan Growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun). 2.1.5 Struktur Modal Struktur pendanaan Modal (Capital Structure) jangka panjang perusahaan adalah perbandingan yang ditunjukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. 15 Ingat kembali neraca perusahaan. Sisi kiri dalah aktiva, disebut struktur harta/usaha (asset/business structure). Sisi kanan adalah utang dan ekuitas yang disebut struktur keuangan (financial structure). Struktur modal (capital structure) didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan. Dengan demikian, struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi oleh utang jangka pendek. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jenis umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan). Sementara itu, utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relative panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasa utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas. Karena alasan ini pulalah, biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang saja (tidak memasukan utan jangka pendek) (Mardiyanto:2009). Menurut Husnan dan Pujiastuti (2004:275), struktur modal adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri. Selain itu struktur modal adalah jumlah, jenis, bagian kewajiban perusahaan, dengan modal pemegang saham tetapi kewajiban jangka pendek sering dikecualikan dari lingkup struktur modal. Jadi dalam kaitannya dengan struktur modal, modal yang diperhitungkan hanyalah hutang jangka panjang yang terdiri dari 16 berbagai jenis obligasi dan kredit investasi jangka panjang lainnya. Sedangkan modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham (saham biasa dan saham preferen), cadangan, dan laba ditahan. Perubahan rasio antar modal sendiri dengan hutang jangka panjang akibat dari penambahan atau pengurangan hutang jangka panjang akan berakibat berubahnya struktur modal perusahaan tersebut (Husnan dan Pujiastuti, 2004). Menurut Raharjaputra (2009:212) struktur modal perusahaan merupakan campuran atau proporsi antara utang jangka panjang dan ekuitas, dalam rangka mendanai investasinya (operating assets). Komposisi dari utang jangka panjang (long term debt), saham preferen (preffered stock), dan saham umum (common stock equity) merupaka struktur modal perusahaan yang akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, karena itu akan menjadi perhatian utama dalam menentukan keputusan investasi. 2.1.6 Komponen Struktur Modal Menurut Bambang Riyanto (2005:227) komponen struktur modal tergolong ke dalam dua bagian, yaitu modal asing atau utang dan modal sendiri. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Modal asing atau utang 17 Merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut adalah merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Pengelolaan modal asing meliputi: a. Hutang jangka pendek, merupakan modal asing yang jangka waktuya pendek yaitu kurang dari satu tahun. b. Hutang jangka panjang, merupakan utang yang jangka waktunya adalah panjang umumnya lebih dari satu tahun. 2. Modal sendiri Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri yang berasal dari “sumber intern” ialah dalam bentuknya keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang berasal dari “sumber ekstern” ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. 2.1.7 Definisi Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang memuat informasi mengenai perbandingan antara total utang dengan total ekuitas 18 perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Dengan kata lain, rasio ini menggambarkan tentang struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang dan modal. Semakin besar rasio ini menunjukan bahwa semakin besar struktur modal yang berasal dari utang yang digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Warren et.al (2004:29) bahwa “semakin kecil rasio DER, semakin baik kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi yang buruk”. Debt to equity ratio yang kecil menunjukan bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Hak kreditur terhadap aktiva perusahaan lebih besar dibandingkan dengan hak pemegang saham. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pembayaran kewajiban kepada kreditur lebih didahulukan daripada membagikan hak pemegang saham. Oleh karena itu, pemegang saham lebih menyukai debt to equty ratio yang lebih rendah, karena semakin rendah angka rasionya maka semakin kecil tingkat kerugian yang dialami oleh investor juga terjadi likuidasi atau kebangkrutan. Rumus untuk menghitung debt to equty ratio adalah sebagai berikut : Debt to equity ratio menurut Keown et.al (2008:98) yaitu : “rasio total utang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio utang (debt ratio), mengukur besarnya presentase utang jangka pendek maupun 19 jangka panjang untuk mendanai aktiva perusahaan”. Jadi semakin tinggi rasio ini semakin tinggi resiko keuangan perusahaanatas ekuitas rendah dikarenakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan digunakan untuk membayar utang-utangnya. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Jemmi Halim Liem, Dr werner, Bertha Silvia dengan judul Faktor-faktor yang mmpengrauhi struktur modal pada industri Consumer Goods yang terdaftar di BEI periode 2007-2011 diperoleh hasil bahwa variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, growth, struktur aktiva dan nondebt tax shield berpengaruh secara serempak dan signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan melakukan uji t, didapatkan hasil bahwa variabel profitabilitas, tangible, dan non debt-tax berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan varabel growth dan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Penelitian oleh Damayanti dengan judul pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, peluang bertumbuh dan profitabilitas terhadap struktur modal (studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di bursaa efek indonesia) diperoleh hasil diketahui bahwa variabel Struktur Aktiva (X1), ukuran perusahaan (X2), peluang bertumbuh (X3), dan profitabilitas (X4), berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal (Y). Hal ini berarti berarti variabel-variabel tersebut berpengaruh secara bersama-sama terhadap struktur modal. Secara parsial, Struktur Aktiva berpengaruh secara signifikan 20 terhadap struktur modal perusahaan. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang significant dengan arah negatif terhadap struktur modal. Peluang bertumbuh (growth) mempunyai pengaruh yang significant dengan arah positif terhadap struktur modal. Profitabilitas mempunyai pengaruh yang significant dengan arah negatif terhadap struktur modal. Penelitian oleh Natali dan ida dengan judul evaluasi pengaruh struktur aktiva dan profitabilitas terhdap struktur modal perusahaan-perusahaan manufaktur , hasil analisa data menunjukkan bahwa struktur aktiva dan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap strultur modal. Hal tersebut berarti kenaikan atau penurunan struktur aktiva dan profitabilitas akan mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Pada pengujian hipotesis yang menggunakan uji t diketahui bahwa struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh positf secara signifikan terhadap struktur modal. 2.3 Model Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Profitabilitas Ukuran Perusahaan (Size) Struktur Modal Pertumbuhan Asset (Growth) 21