20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal terdiri dari kata pasar dan modal. Jadi, pasar modal dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran terhadap modal, baik dalam bentuk ekuitas maupun utang jangka panjang (Martalena dan Malinda, 2011:2). Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim pasar modal adalah pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Adapun menurut R.J. Shook pasar modal merupakan sebuah pasar tempat dana-dana modal, seperti ekuitas dan hutang, diperdagangkan (Fahmi dan Hadi, 2009:41). Di dalam undang-undangnya, Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. (Bab 1, pasal 1, angka 13, UU RI no 8, 1995 tentang pasar modal) Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan 21 demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, warrant, right, reksadana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang, seperti obligasi, saham, dan sebagainya. Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Menurut Martalena dan Malinda (2011:3), masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. 2.1.2 Pasar yang terdapat di Pasar Modal Di dalam perdagangan efek di pasar modal, dikenal dua jenis pasar (Tandelilin, 2010:28-29), yaitu: 22 1. Pasar perdana (Primary Market) Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detail (disebut juga propektus). Propektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga dengan adanya informasi tersebut maka investor akan bisa mengetahui prospek perusahaan di masa datang, dan selanjutnya tertarik umtuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten. 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Tempat perdagangan atau jual beli sekuritas oleh dan antar investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti dalam pasar perdana. Pasar sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa, saham preferen, obligasi, waran, maupun sekuritas derivatif (opsi dan futures). Sedangkan untuk kasus di Indonesia, sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar sekunder adalah saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran, bukti right dan reksadana. Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan di dua jenis pasar , yaitu pasar lelang (auction market) dan pasar negosiasi (negotiated market). 23 a) Pasar Lelang (Auction Market) Pasar merupakan yang merupakan pasar lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan (penawaran) pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan penjual menggunakan perantara broker yang mewakili masing-masing pihak pembeli atau penjual. Dengan demikian, investor tidak dapat secara langsung melakukan transaksi, tetapi dilakukan melalui perantaraan broker. b) Pasar Negosiasi (Negotiated Market) Berbeda dengan pasar lelang, pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai dealer yang menciptakan pasar tersendiri di luar lantai bursa bagi sekuritas, dengan cara membeli dari dan menjual kepada investor. Tidak seperti broker dalam pasar lelang, dealer di pasar negosiasi mempunyai kepentingan pada transaksi jual beli karena sekuritas yang diperdagangkan adalah milik dealer tersebut dan mereka mendapatkan return dari selisih harga jual beli yang dilakukannya. Pasar negosiasi juga sering disebut dengan istilah over-the counter (OTC) atau di Indonesia dikenal dengan istilah bursa paralel. 2.1.3 Fungsi Ekonomi Pasar Modal Menurut Martalena dan Malinda (2011:3) pasar modal memiliki peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara karena memiliki empat fungsi yaitu: 24 1. Fungsi Saving Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menghindari penurunan mata uang karena inflasi. 2. Fungsi Kekayaan Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan berinvestasi dalam berbagai instrumen pasar modal yang tidak akan mengalami penyusutan nilai sebagaimana yang terjadi pasa investasi nyata, misalnya rumah atau perhiasan. 3. Fungsi Likuiditas Instrumen pasar modal pada umumnya mudah untuk dicairkan sehingga memudahkan masyarkat memperoleh kembali dananya dibandingkan rumah dan tanah. 4. Fungsi Pinjaman Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi pemerintah maupun perusahaan membiayai kegiatannya. Pada gambar 2.1 dijelaskan berkaitan dengan adanya dua pihak, yaitu pemilik dana dan pengguna dana. Pemilik dana adalah pihak yang memiliki sejumlah uang yang ingin ia investasikan. Pengguna dana adalah pihak yang membutuhkan dana untuk ia kelola bagi pengembangan usaha. Ketika pemilik dana menyerahkan dana atau uang kepada pengguna dana untuk dikelola maka pemilik dana mengharapkan imbal balik atas investasinya. Seperti kita ketahui bahwa setiap investasi ada yang dinamakan risiko sehingga imbal hasil dari dana atau uang yang dikeluarkan pihak pemilik dana adalah capital gain (keuntungan) atau bisa juga capital loss (kerugian). 25 Gambar 2. 1 Model Imbal Balik Penyaluran Dana Rp, $ UANG PENGGUNA DANA PEMILIK DANA CAPITAL GAIN/LOSS (Sumber: Martalena dan Malinda, 2011:4) Sedangkan pada Gambar 2.2 dijelaskan aliran dana yang terjadi di pasar modal. Pihak yang membutuhkan dana, baik itu perusahaan maupun pemerintah, menerbitkan instrumen berupa saham dan obligasi untuk dapat memenuhi kebutuhan dana. Sementara di pihak lain, ada pihak yang memiliki kelebihan dana dan menginvestasikannya di pasar modal, baik secara langsung ke saham dan obligasi maupun pada instrumen turunannya. 26 Gambar 2.2 Aliran Dana dan Efek dalam Pasar Modal PASAR MODAL Investor yang memiliki kelebihan dana Dana Perusahaan/ instituisi pemerintah yang membutuhkan dana tambahan Dana (Sumber: Martalena dan Malinda, 2011:5) 2.1.4 Peran dan Manfaat Pasar Modal Menurut Martalena dan Malinda (2011:5) pasar modal mempunyai peran dan manfaat sebagai berikut: 1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien 2. Pasar modal sebagai alternatif investasi 3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik 4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional 27 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Martalena dan Malinda (2011:5) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain: 1. Supply sekuritas, apakah cukup banyak perusahaan yang membutuhkan dana? Apakah mereka bersedia full disclosure? (membuka kondisi perusahaan) 2. Demand sekuritas, apakah cukup banyak anggota masyarakat yang mempunyai dana? 3. Kondisi politik dan ekonomi 4. Masalah hukum dan peraturan 5. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi, dan berbagi lembaga yang memungkinkan transaksi secara efisien. 2.2 Investasi 2.2.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan bentuk penundanaan konsumsi di masa yang akan datang, dimana di dalamnya terkandung unsur risiko ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:2). Terkadang, investasi disebut juga penanaman modal. Menurut Abdul Halim investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Lebih jauh ekonom asal Amerika Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld mengatakan bahwa 28 bagian output yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan swasta guna menghasilkan output di masa mendatang ini bisa disebut sebagai investasi (Fahmi dan Hadi, 2009:4). Menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004 investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi (Fahmi dan Hadi, 2009:6). Lebih jauh dalam PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004 juga menjelaskan tentang beberapa pengertian dari: 1. Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang. 2. Investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi jangka lancar. 3. Investasi property adalah investasi pada tanah atau bangunan yang tidak digunakan atau dioperasikan oleh perusahaan yang berinvestasi atau perusahaan lain dalam grup yang sama dengan perusahaan yang berinvestasi. 4. Investasi dagang adalah investasi ditujukan untuk mempermudah atau mempertahankan bisnis atau hubungan perdagangan. Sehingga investasi dapat juga didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada 29 alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan atau coumpouding (Fahmi dan Hadi, 2009:6). 2.2.2 Bentuk-Bentuk Investasi Dalam aktivitas investasi pada umumnya dikenal dua bentuk investasi (Fahmi dan Hadi, 2009:7), yaitu: 1. Real assets Investasi nyata real investment secara umum melibatkan aset berwujud Contoh: tanah, bangunan, mesin, emas, dan lain-lain. 2. Financial assets Investasi keuangan (financial investement) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond). Contoh: commercial paper, sertifikat deposito, saham, obligasi, reksadana. Financial assets yang bersifat jangka pendek diperdagangkan di pasar uang, sedangkan yang bersifat jangka panjang diperdagangkan di pasar modal. Pada dua bentuk investasi ini, William F. Sharpe menegaskan bahwa pada perekonomian primitif hampir semua investasi lebih ke investasi nyata, sedangkan pada perekonomian modern, lebih banyak dilakukan investasi keuangan. Dimana lembaga-lembaga untuk investasi yang berkembang pesat memberi fasilitas untuk berinvestasi nyata. Jadi, kedua bentuk investasi bersifat komplementer, bukan kompetitif. Kita bisa melihat salah satu ukuran ekonomi suatu negara tersebut maju atau tidak dari keberadaan dan kualitas dari bursa efeknya yang diakui oleh para pebisnis. 30 2.2.3 Tujuan Investasi Pada dasarnya, tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini dari pendapatan masa datang. (Tandelilin, 2010:7) Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi konsumsinya saat ini akan mempunyai kemungkinan kelebihan dana untuk ditabung. Dana yang berasal dari tabungan tersebut jika diinvestasikan akan memberikan harapan peningkatan kemampuan konsumsi investor di masa yang akan datang, yang diperoleh dari peningkatan kesejahteraan investor tersebut. Menurut Tandelilin (2010:8), secara lebih khusus lagi terdapat beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Sesorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada saat ini agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. 31 3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. 2.2.4 Proses Keputusan Investasi Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (going process). Proses keputusan investasi terdiri dalam lima keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik (Tandelilin, 2010:12-16). Tahap-tahap keputusan investasi tersebut adalah: 1. Menentukan Sasaran Investasi Penetapan sasaran artinya melakukan keputusan yang bersifat fokus atau menempatkan target sasaran terhadap yang akan diinvestasikan. Penetapan sasaran investasi merupakan suatu hal yang sangat disesuaikan dengan apa yang akan ditujukan pada investasi tersebut. Jika sasaran investasi adalah dalam bentuk lembaga perbankan, leasing, bank perkreditan dan sejenisnya yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dan meyalurkannya kepada publik yang mengalami kekurangan dana. 2. Membuat Kebijakan Investasi Pada tahap proses yang kedua ini menyangkut dengan bagaimana investor mengelola dana yang berasal dari stock, bond dan lainnya untuk kemudian di distribusikan ke tempat-tempat yang dibutuhkan. Perhitungan pendistribusian dana ini haruslah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian (prudential principle) karena berbagai hal akan bisa timbul pada saat dana tersebut tidak mampu 32 untuk ditarik kembali. Juga perlu bagi pihak investor memperhitungkan tentang beban pajak (tax) yang akan ditanggung nantinya. 3. Memilih Pembentukan Portofolio Hal ini menyangkut keputusan peranan yang akan diambil oleh pihak investor, yaitu apakah bersifat aktif atau pasif. Pada saat perusahaan melakukan investasi aktif maka semua kondisi tentang perusahaan akan dengan cepat tergambarkan di pasar saham. Investasi aktif akan selalu mencari informasi yang tersedia dan kemudian selanjutnya mencari kombinasi portofolio yang paling tepat untuk dilaksanakan. Sedangkan investasi pasif, hanya dapat dilihat pada indeks rata-rata saja, atau dengan kata lain berdasarkan pada reaksi pasar saja tanpa ada sikap atraktif. 4. Memilih Asset Disini investor berusaha memilih aset investasi yang nantinya akan memberikan return yang tertinggi (maximal return). Return disini dilihat sebagai keuntungan yang akan mampu diperoleh. 5. Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja Portofolio Pada tahap ini adalah tahap dimana investor melihat kembali apa yang telah dilakukan selama ini dan apakah tindakan yang telah dilakukan selama ini benar-benar maksimal atau belum. Jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama, demikian seterusnya sampai dicapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan evaluasi kinerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan 33 membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah ditentukan dibandigkan dengan kinerja portofolio lainnya (portofolio pasar) 2.3 Saham 2.3.1 Pengertian Saham Menurut Martalena dan Malinda (2011:12) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sedangkan menurut Kashmir (2004:195) saham juga dapat didefinisikan sebagai surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan nama dividen. Pembagian dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (Kashmir, 2004:195). 34 2.3.2 Jenis-Jenis Saham Saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan di pasar modal. Jenis-jenis saham menurut Kashmir (2004:196), Anoraga dan Pakarti (2003:59) dan dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain: a. Dari segi cara peralihan hak 1. Saham atas unjuk (Bearer Stock) Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis nama pemilik dalam saham tersebut. Saham jenis mudah dialihkan atau dijual pihak lain. 2. Saham atas nama (Registered Stock) Di dalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu. b. Dari segi hak tagih 1. Saham biasa (Common stock) Saham biasa adalah efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan jaminan untuk turut serta dalam pembagian laba dalam bentuk deviden, apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Saham biasa memiliki karakteristik: a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi b. Hak suara proposional apada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada rapat umum pemegang saham 35 c. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam rapat umum pemegang saham d. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat 2. Saham preferen (Preferred stock) Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Karena saham preferen memperoleh hak utama dalam dividend dan harta apabila pada saat perusahaan dilikuidasi. Saham preferen memiliki karakteristik: 1) Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap 2) Hak klaim terlebih dahulu dibandingkan saham biasa jika perusahaan dilikuidasi 3) Dapat dikonversikan menjadi saham biasa c. Dari nilai kapitalisasinya 1. Big-Cap atau sering disebut saham blue chip Merupakan kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi di atas Rp 5 triliun. Saham-saham ini diterbitkan oleh perusahaan yang sudah mapan dan memiliki kinerja yang baik. Saham ini disebut juga saham lapis pertama. 2. Mid-Cap Merupakan sekelompok saham yang berkapitalisasi antara Rp 1-5 triliun. Saham ini sering juga disebut saham lapis kedua. 36 3. Small-cap Merupakan kelompok saham yang nilai kapitalisasinya di bawah Rp 1 triliun, biasa disebut saham lapis ketiga. 2.3.3 Keuntungan Investasi Saham Pada dasarnya, terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham (Simatupang, 2010:39-43), yaitu: 1. Dividen Dividen adalah keuntungan bersih setelah dikurangi pajak yang diberikan perusahaan penerbit saham kepada pemegang saham. Cukup banyak investor di pasar modal yang melakukan investasi pada saham mengharapkan pembagian dividen dari perusahaan, khususnya bagi para investor jangka panjang. Namun para investor saham perlu mencermati terkait pembagian dividen tersebut, karena pada dasarnya banyak emiten yang membagikan dividen relatif kecil dibandingkan dengan laba yang diperoleh perusahaan. Dalam prakteknya secara umum perusahaan go-public hanya sebagian saja membagikan laba perusahaan berupa dividen kepada para pemegang saham, bahkan tidak jarang perusahaan go-public walaupun memperoleh keuntungan tidak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, karena pertimbangan kebutuhan dana untuk pengembangan usaha, rencana akan melakukan akuisisi terhadap suatu perusahaan atau memprioritaskan pembayaran utang perusahaan, sehingga dalam hal ini investor harus dapat mengamati bagaimana strategi perusahaan melakukan kebijakan pembagian 37 dividen, misalnya apakah perusahaan selalu membagikan dividen yang besar atau kecil sebelum melakukan investasi terhadap suatu saham. 2. Capital Gain Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh oleh investor di pasar modal dari selisih antara harga beli dan harga jual. Dimana harga jual lebih besar daripada harga beli. Data-data transaksi di Bursa Efek menunjukkan bahwa banyak investor di pasar modal melakukan investasi saham lebih memprioritaskan mendapatkan capital gain daripada dividen. 2.3.4 Risiko Investasi Saham Selain keuntungan yang didapat oleh investor, investor juga akan menghadapi risiko investasi pada saham. Menurut Typtono Darmadji, Hendy M./Fakhrudin, dalam bukunya Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab (dalam Simatupang, 2010:47-49), juga mengemukakan beberapa risiko investasi pada saham yaitu: 1. Tidak Mendapatkan Dividen Data-data menunjukkan bahwa tidak selamanya perusahaan didalam menjalankan kegiatannya, selalu mendapatkan keuntungan. Sebaliknya bisa saja suatu perusahaan justru mengalami kerugian di dalam menjalankan usahanya. Pada saat perusahaan tutup buku dan menyampaikan laporan keuangan perusahaan kepada public, dimana laporan keuangan terebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian dan kondisi inilah yang menyebabkan timbul risiko bagi investor karena perusahaan tidak dapat membagikan laba atau dividen kepada para pemegang sahamnya padahal salah 38 satu tujuan investasi pada saham sebagaimana telah dikemukakan, adalah untuk mendapatkan dividen. 2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah daripada harga beli. Risiko capital loss dimungkinkan dapat terjadi antara lain misalnya harga saham yang dimiliki ini investor mengalami penurunan di satu sisi dan di sisi lain investor terdesak oleh kebutuhan uang tunai. Kemungkinan kedua adalah dikarenakan investor menjual saham untuk menghindari kerugian yang lebih besar (Cut Lost) mengingat kecenderungan harga-harga saham di bursa sedang mengalami penurunan (Bearish). 3. Saham Perusahaan Dilikuidasi (Bangkrut) Kerugian paling fatal bagi para investor adalah apabila perusahaan dimana saham yang dimiliki investor mengalami kebangkrutan, karena perusahaan yang dinyatakan bangkrut, maka pemegang saham hanya memiliki hak terakhir dalam pembagian aset suatu perusahaan yang dinyatakan bangkrut. Sehingga kemungkinan sangat kecil pemegang saham akan mendapatkan pengembalian modal dari suatu perusahaan yang dinyatakan bangkrut. 4. Pencatatan Saham Perusahaan (Delisting) Risiko lain terhadap investasi saham adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek (di-delist). Risiko kerugian bagi investor yang memiliki saham di-delist yaitu harga saham sulit ditransaksikan (tidak likuid). Sesuai dengan ketentuan pasar modal bahwa suatu saham perusahaan di-delist 39 dapat terjadi karena permintaan sendiri atau karena kinerja perusahaan yang buruk. Data menunjukkan bahwa perusahaan di-delist di bursa pada umumnya karena memiliki kinerja yang buruk dalam kurun waktu tertentu, misalnya antara lain, perusahaan mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir sehingga perusahaan tidak dapat membagikan dividen beberapa tahun secara berturut-turut dan saham perusahaan hampir tidak pernah ditransaksikan dalam kurun beberapa bulan. 5. Penghentian Sementara Perdagangan Saham (Suspend) Saham di-suspend artinya aktivitas perdagangan suatu saham dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa. Kerugian atau risiko atas saham yang disuspend maka investor tidak dapat menjual sahamnya tersebut sampai suspend dicabut. Kondisi ini tentu akan merugikan investor, lebih-lebih apabila investor sudah merencanakan menjual saham tersebut segera untuk kebutuhan likuiditas. Suspend biasanya terjadi karena adanya lonjakan harga yang naik atau turun secara drastis serta bersifat sementara yaitu satu atau dua sesi perdagangan. Namun untuk kasus-kasus tertentu suspend dapat saja terjadi dalam beberapa hari perdagangan. Selanjutnya suspend dicabut oleh otoritas bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula pada umumnya setelah pihak manajemen perusahaan telah memberikan informasi yang jelas terhadap berita atau isu yang terjadi yang menyebabkan kepanikan bagi masyarakat investor. 40 2.3.5 Nilai Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atas suatu perusahaan. Menurut Martalena dan Malinda (2011:57) nilai dari suatu saham dapat memiliki empat konsep, yaitu: 1. Nilai Nominal Merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan dengan akuntansi dan hukum. Nilai ini diperlihatkan pada neraca perusahaan dan merupakan modal disetor penuh dibagi dengan jumlah saham yang sudah diedarkan. 2. Nilai buku per lembar saham Menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang merupakan nilai ekuitas dibagi dengan jumlah lembar saham. 3. Nilai pasar Nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terbentuk di bursa saham. 4. Nilai intrinsik Merupakan harga wajar saham yang mencerminkan harga saham yang sebenarnya. Nilai intrinsik ini merupakan nilai sekarang dari semua arus kas di masa mendatang (yang berasal dari capital gain dan dividen) 2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Naik Turunnya Harga Saham Penting untuk diketahui bahwa naik turunnya harga saham di bursa pada dasarnya disebabkan banyak faktor antara lain adanya rumor atau isu serta perbedaan persepsi dari masing-masing investor terhadap kinerja perusahaan baik yang dipengaruhi dari internal maupun eksternal perusahaan. Bila banyak investor 41 memperkirakan bahwa kinerja perusahaan yang bersangkutan akan membaik, maka akan banyak investor yang akan melakukan pembelian terhadap saham tersebut dan selanjutnya harga saham akan naik dan demikian sebaliknya jika lebih banyak investor yang memperkirakan kinerja suatu perusahaan mengalami penurunan, maka dengan sendirinya juga akan lebih banyak investor melakukan penjualan saham tersebut dan selanjutnya harga saham yang bersangkutan akan mengalami penurunan. Menurut Simatupang (2010:72-79) Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi harga saham perusahaan go- public naik atau turun antara lain: 1. Perkiraan Performa Perusahaan Pada intinya investasi yang dilakukan para investor terhadap saham-saham perusahaan go-public adalah membeli prospek perusahaan dan prospek perusahaan setiap saat dapat berubah tergantung banyak faktor. Adapun faktor-faktor perkiraan perubahan performa perusahaan yang dominan mempengaruhi pergerakan saham di bursa yang meliputi perkiraan tingkat laba, laba per lembar saham (EPS) dan dividen tunai yang akan dibagikan serta tingkat rasio utang dan rasio nilai buku (PBV). 2. Kebijakan Korporasi yang dilakukan Perusahaan Menurut T. Dominic H aksi korporasi adalah aksi jajaran manajemen yang dapat mengubah fundamental perusahaan secara signifikan (Simatupang, 2010:73). Kebijakan korporasi akan mengubah komposisi jumlah saham dan akan sangat berpengaruh mendorong timbulnya perubahan harga saham perusahaan. Contoh aksi korporasi adalah kebijakan merger, akuisisi, 42 divestasi, investasi dan right issue. Karena kebijakan korporasi bagi perusahaan go-public yang akan mempengaruhi langsung jumlah saham dan harga saham perusahaan dan pengaruhnya dapat menguntungkan atau merugikan investor maka sesuai dengan peraturan pasar modal, setiap keputusan manajemen perusahaan yang terkait dengan aksi perusahaan yang terkait dengan aksi korporasi harus mendapatkan pesetujuan dari RUPS dari belum dilaksanakan. 3. Kebijakan Pemerintah Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pemerintah terkait dengan dunia usaha akan sangat berpangaruh dengan fluktuasi dengan harga saham-saham yang ditransaksikan di bursa efek. Contohnya setiap ada rencana kebijakan pemerintah baik yang bersifat wacana ataupun resmi seperti kebijakan: eksport-import, perseroan, dan sebagainya maka kebijakan-kebijakan tersebut akan berpengaruh sangat besar terhadap harga saham di bursa efek. Baik langsung maupun tidak langsung. 4. Fluktuasi Nilai Mata Uang Data-data transaksi perdagangan di bursa menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara pergerakan fluktuasi nilai mata uang dengan fluktuasi hargsa saham-saham yang diperdagangkan di bursa. Sebagai contoh, melemahnya mata uang rupiah secara tajam terhadap US$ maka akan menurunkan IHSG. Artinya secara umum harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa mengalami perununan yang drastis, walaupun untuk saham-saham tertentu seperti saham-saham perusahaan yang bergerak di bidang eksport, mungkin 43 harga sahamnya akan mengalami kenaikan sejalan dengan kenaikan pendapatan atau laba perusahaannyang disebabkan oleh kenaikan dollar atau mata uang asing tersebut. 5. Kondisi Makro Ekonomi dan Politik Keamanan Kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti tingginya tingkar inflasi, tingkat pengangguran yang tinggi, menurunnya aktivitas ekonomi serta tidak stabilnya keadaan politik dan keamanan suatu negara dipastikan juga akan berpengaruh langsung terhadap pergerakan transaksi perdagangan saham di bursa. 6. Tingkat Suku Bunga Perbankan Bila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa efek akan mengalami penurunan, karena para investor saham akan beralih investasi kepada intrumen perbankan seperti deposito misalnya dan sebaliknya jika pergerakan tingkat suku bunga mengalami penurunan, maka harga-harga saham naik karena para investor akan beralih berinvestasi kepada instrument pasar. 7. Rumor dan Sentimen Pasar Rumor dan sentimen terhadap saham-saham perusahaan yang diperdagangkan di bursa efek adalah sesuatu yang lumrah. Semua rumor atau sentimen tersebut kapan saja dapat muncul kepada setiap perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek yang dampaknya dapat berpengaruh sangat besar terhadap merosotnya harga saham perusahaan atau sebaliknya meningkatkannya harga saham secara tajam dalam waktu seketika. 44 2.3.7 Kapitalisasi Pasar Nilai kapitalisasi pasar suatu saham yang diperdagangkan di bursa,secara umum akan memberikan pengaruh yang cukup kuat, terkait dengan likuiditas perdagangan dari saham yang bersangkutan dan tingkat likuiditas secara teoritis akan berpengaruh langsung terhadap tingkat risiko yang dihadapi investor sehingga investor diharapkan turut mempertimbangakan faktor besarnya kapitalisasi saham pada saat akan berinvestasi (Simatupang, 2010:28). Kapitalisasi pasar adalah total seluruh saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga penutupan tiap-tiap saham. Nilai kapitalisasi pasar berubah-ubah sesuai dengan pergerakan harga saham serta tercatatnya sahamsaham baru Bursa Efek (Ang, 1997 dalam Maknun, 2010:30). Kapitalisasi pasar mempengaruhi jumlah investor terhadap investasi di bursa efek. Pasar modal mampu mengakumulasikan dana investor untuk kemudian digunakan sebagai pembiayaan investasi bagi perusahaan. Kapitalisasi pasar dari saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan kapitalisasinya, yaitu: kapitalisasi besar (Big-Cap), kapitalisasi sedang (Mid-Cap) dan kapitalisasi kecil (Small-Cap). Big-Cap merupakan kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi di atas Rp 5 triliun. Mid-Cap merupakan sekelompok saham yang berkapitalisasi besar antara Rp 1 triliun sampai dengan Rp 5 trilyun, sedangkan Small-Cap merupakan kelompok saham yang nilai kapitalisasinya di bawah Rp 1 triliun (Anoraga dan Pakarti, 2003:59). Faried (2008:78) menyatakan bahwa, “Sahamsaham yang memiliki kapitalisasi besar atau Big-Cap umumnya memiliki banyak 45 peminat sehingga pada umumnya memiliki harga yang relatif tinggi, Jika saham tersebut dinilai tinggi maka investor akan berusaha memiliki saham tersebut, sehingga akan meningkatkan return saham yang akan diterima". Saham kategori Mid-Cap memang nilainya tidak sebesar saham kategori Big-Cap, namun saham ini juga layak untuk dijadikan pilihan investasi. Saham kategori Mid-Cap dijadikan pilihan oleh para investor karena saham Mid-Cap adalah saham yang mempunyai potensi besar bertransformasi menjadi saham unggulan. Saham Mid- Cap cukup aktif diperdagangkan dan bisa menjadi alternatif untuk pilihan investasi karena harganya yang masih terjangkau. Saham kategori Small-Cap adalah saham cukup banyak di bursa. Biasanya, mempunyai kapitalisasi di bawah Rp 1 triliun. Selain itu, biasanya saham-saham kategori Small-Cap jarang diperdagangankan oleh para pemain saham sehingga saham seperti ini diberi istilah saham tidur 2.4 Return Saham 2.4.1 Pengertian Return Setiap orang yang melakukan investasi baik pada real assets maupun financial assets tentunya mengharapkan return atas investasi yang dilakukannya. Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan individu dan institusi daei hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Sedangkan menurut R.J. Shook, return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen (Fahmi dan Hadi, 2009:151). Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain/loss. Yield merupakan komponen return yang 46 mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah saham yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan, capital gain/loss atau disebut juga actual return merupakan kenaikan/penurunan harga dari suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan/kerugian bagi investor. Dengan kata lain, capital gain/loss dapat juga didefiniskan sebagai perubahan harga sekuritas (Tandelilin, 2010:102). Menurut Mardiyanto (2009:166), return dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Rt = (౪ି౪షభ)ାେ୲ ౪షభ Keterangan: Rt : Imbal hasil (return ) dalam periode t Pt : Harga (price) pada periode t Pt-1 : Harga pada1 periode sebelum t Ct : tambahan arus kas masuk (misalnya, dividen) pada periode t 2.4.2 Pengertian Expected Return Mengetahui secara pasti return yang akan diperoleh dari suatu investasi di masa datang adalah pekerjaan yang sangat sulit, bahkan mustahil. Return investasi hanya dapat diperkirakan melalui pengestimasian. Return investasi di masa datang adalah expected return dan sangat mungkin berlainan dengan actual return yang diterima. Menurut Fahmi dan Hadi (2010:152) expected return didefiniskan sebagai keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor di kemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditempatkannya. Expected Return 47 menggambarkan sesuatu yang bisa saja terjadi diluar dari yang diharapkan. Contohnya, seorang investor mengharapkan akan memperoleh keuntungan sebesar 25% namun ternyata ia hanya memperoleh 22% saja, maka ini dapat dipahami bahwa keuntungan sebesar 22% tetap bisa dikatakan ia tetap memperoleh return namun seudah berkurang dari yang diharapkan. Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai aset, investor harus memperhitungkan setiap kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu, atau yang lebih dikenal dengan probabilitas kejadian. Sedangkan hasil dari perkiraan return yang akan terjadi dan probabilitasnya disebut sebagai distribusi probabilitas. Dengan kata lain, distribusi probabilitas menunjukkan spesifikasi berapa tingkat return yang diperoleh dan berapa probabilitas terjadinya return tersebut. Estimasi return suatu sekuritas dilakukan dengan menghitung expected return atas sekuritas tersebut. Expected return pada dasarnya adalah nilai return rata-rata (Tandelilin, 2010:105). Jika kita memiliki distribusi probabilitas return suatu sekuritas, nilai expected return-nya dapat dihitung dengan cara menentukan nilai rata-rata tertimbang dari distribusi return tersebut. Dalam perhitungan ratarata tertimbang ini, bobotnya ditentukan atas dasar nilai probabilitas masingmasing return yang terjadi. Menurut Halim (2005:35) jika tidak diketahui probabilitasnya maka rumus yang dapat dipakai untuk menghitung expected return adalah: R= ∑ோ 48 Keterangan: R : rata-rata return ∑Rij : nilai return selama satu periode n : total jumlah periode 2.5 Risiko saham 2.5.1 Pengertian Risiko Hampir dipastikan setiap media investasi memiliki tingkat risiko disamping tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor. Risiko adalah ketidakpastian perolehan atas imbal hasil dari suatu aktiva finansial (financial asset) tertentu (Mardiyanto, 2009). Oleh karena itu para investor harus dapat menyadari sungguh-sungguh bahwa secara teoritis setiap investasi yang dilakukan disamping mengharapkan keuntungan, investor juga harus menyadari terdapat kemungkinan risiko atau kerugian atas investasi yang dilakukannya. Risiko dapat dihitung dengan menggunakan simpangan baku (α) dan beta (β). Risiko yang diukur dengan simpangan baku menunjukkan risiko total, baik risiko jenis pertama maupun jenis kedua. Sedangkan risiko yang menggunakan beta digunakan untuk mengukur risiko jenis kedua (Mardiyanto, 2009:171). Rumus untuk menghitung risiko menurut Halim (2005:46) dengan menggunakan simpangan baku (standard deviation) adalah: σi2 = σi = ට ∑{ୖ୧୨ି (ୖ୧)}ଶ ∑{ୖ୧୨ି (ୖ୧)}ଶ 49 Keterangan: σi Ri : simpangan baku : return pada probabilitas tertentu E(R i) : nilai harapan dari return saham N : jumlah periode pengamatan 2.5.2 Jenis-Jenis Risiko Menurut Frank J.Fabozzi dalam bukunya Manajemen Investasi, Buku satu secara umum dikemukakan bahwa terdapat dua jenis risiko investasi pada saham yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko nonsistematik (unsystemati risk). Sehingga dapat disimpulkan bahwa total risiko investasi pada saham adalah jumlah dari risiko sistematik dan risiko nonsistematik (Simatupang, 2010:43-44). Gambar 2.3 Systematic Risk, Unsystematic Risk dan Total Risk Risk (%) Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) Risiko sistematis (systematic risk) Total Risk = Unsystematic Risk + systematic risk (Sumber: Fahmi dan Hadi, 2009:159) Stock 50 1) Risiko Sistematik (Systematic Risk) Risiko sistematik mengacu pada risiko pasar sehingga sering disebut juga risiko pasar. Yaitu ketidakpastian hasil perolehan investasi yang dipangaruhi oleh faktor inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga dan kondisi politik. Risiko sistematik ini mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara keseluruhan. Risiko sistematik memiliki tiga karakterisitik yaitu: a) Risiko sistematik mempengaruhi semua efek b) Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi c) Risiko sistematik tidak bisa dikurangi atau dikontrol. 2) Risiko Nonsistematik (Unsystematic risk) Risiko nonsistimatik sering disebut risiko unik adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Setiap jenis industri memiliki karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi secara spesifik. Secara umum, risiko nonsistematik mempunyai tiga karakteristik yaitu: a) Risiko Nonsistematik dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi b) Risiko Nonsistematik dapat dikurangi atau dikontrol c) Risiko Nonsistematik unik untuk saham dan industri. Beberapa contoh risiko nonsistematik adalah: a) Risiko Finansial (Financial Risk) Salah satu contoh risiko finansial adalah apabila perusahaan yang memiliki rasio utang tinggi. Rasio utang yang tinggi bagi suatu perusahaan maka secara teoritis cenderung akan menghadapi kesulitan finansial karena akan 51 menghadapi tekanan beban membayar cicilan pokok utang dan bunga. cara memilih investasi pada saham dari perusahaan-perusahaan yang tingkat rasio utangnya relatif tidak terlalu tinggi. b) Risiko Industri (Industry Risk) Oleh karena itu bagi investor dapat mengurangi risiko finansial ini dengan Telah dikemukakan diatas bahwa setiap industri mempunyai karakteristik masing-masing dan karakteristik tersebut apabila dikaitkan dengan kondisi-kondisi ekonomi, bisnis dan waktu tertentu dapat suatu saat mengalami kelesuan atau kegairahan. Salah satu hal untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan dari suatu industi tertentu tersebut, maka sebaiknya investor melakukan investasi dengan menerapkan diversifikasi terhadap beberapa industri. c) Risiko Negara (Country Risk) Kondisi negara atau pemerintahan yang memburuk inilah yang menjadi risiko bagi investor yang disebut dengan risiko negara (country risk). Investor dihadapkan kepada suatu tingkat risiko yang datangnya dari negara atau suatu pemerintahan yang mengalami goncangan ekonomi atau politik. Data-data menunjukkan bahwa keadaan ekonomi atau politik suatu negara dapat berubah setiap saat yaitu dapat menjadi lebih baik tetapi dapat juga menjadi buruk. 52 2.5.3 Tiga Sikap Investor Terhadap Risiko Terdapat tiga sikap investor berkaitan dengan risiko, yaitu penghindar risiko (risk averter), indiferen risiko (risk indefferent), dan pemburu risiko (risk seeker). a) Penghindar risiko (risk averter) adalah sikap investor yang menghindari risiko dan bersedia menerima tambahan risiko jika imbal hasilnya bertambah. b) Indiferen risiko (risk indeferen) adalah sikap investor yang netral terhadap risiko dan bersedia menerima tambahan risiko tanpa imbal hasilnya bertambah. c) Pemburu risiko (risk seeker) adalah sikap investor yang menyukai risiko dan bersedia menerima tambahan risiko sekalipun imbal hasilnya berkurang. Ketiga jenis sikap investor berkaitan dengan risiko dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.4 Sikap Investor terhadap Risiko Imbal Hasil risk-averter risk-indifferent risk-seeker Risiko (Sumber: Mardiyanto, 2009:167) 53 2.5.4 Hubungan antara Expected Return dengan Risiko Dasar keputusan investasi terdiri dari expected return, tingkat risiko serta hubungan antara return dan risiko. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi tersebut disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikan. Expected return investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Perlu dibedakan antara expected return dengan realized return. Expected return merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa yang akan datang. Sedangkan realized return merupakan tingkat return yang diperoleh investor di masa lalu. Antara expected return dengan realized return yang diperoleh investor dari investasi mungkin saja berbeda. Hal tersebut karena adanya risiko. Investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko dari suatu investasi. Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return harapan. Risiko dapat didefinisikan sebagai kemungkinan realized return yang berbeda dengan expected return. Expected return dan risiko memiliki hubungan positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, maka semakin besar return yang diharapkan. Jika investor menginginkan return yang lebih tinggi maka ia harus menanggung risiko yang tinggi pula (Sumber: www.nenygory.wordpress.com). 54 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan return dan kapitalisasi pernah dilakukan oleh Asbi Rachman Faried (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2002-2006” dengan variabel Return On Asets (ROA), Net Provit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value dan Nilai kapitalisasi pasar. Variabel terikat (dependent) dari penelitian ini (PVB) adalah return saham sedangkan variabel bebas (independent) adalah ROA, NPM, DER, PVB, dan nilai kapitalisasi pasar. Populasi dari penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2002 sampai dengan 2006. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian Asbi Rachman Faried yang berkaitan dengan judul penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah bahwa variabel kapitalisasi pasar berpengaruh secara signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI dengan arah positif yang berarti bahwa peningkatan kapitalisasi pasar akan dapat meningkatkan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Lu’luil Maknun (2010) dengan judul “Analisis Pengaruh Frekuensi Perdagangan, Volume Perdagangan, Kapitalisasi Pasar, dan Trading Day Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2006-2008” dengan variabel dependent adalah return saham dan untuk variabel independent adalah frekuensi perdagangan saham, volume perdagangan saham, kapitalisasi pasar dan trading 55 day. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 141 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2006-2008. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang berkaitan dengan judul tugas akhir penulis adalah bahwa kapitalisasi pasar berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti bahwa nilai saham yang lebih besar akan memperbesar return saham perusahaan. pasar Berdasarkan Hasil penelitian di atas, semakin besar kapitalisasi pasar maka return saham akan semakin besar. Tetapi penelitian-penelitian tersebut hanya dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdapat di sektor manufaktur. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah benar bahwa semakin besar kapitalisasi pasar maka return yang dihasilkan akan semakin besar, dengan populasi penelitian adalah semua perusahaan yang tergolong dalam kategori BigCap dan Mid-Cap yang terdaftar di BEI periode 2011. Dengan metode pengambilan sampel simple random sampling. Alat analisis data yang digunakan T-test for independent groups jika data berdistribusi normal dan atau MannWhitney (U Test) jika data tidak berdistribusi normal.