bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pasar Modal
2.1.1
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal terdiri dari kata pasar dan modal. Jadi, pasar modal dapat
didefinisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran terhadap
modal, baik dalam bentuk ekuitas maupun utang jangka panjang (Martalena dan
Malinda, 2011:2). Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim pasar modal adalah
pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Adapun menurut
R.J. Shook pasar modal merupakan sebuah pasar tempat dana-dana modal, seperti
ekuitas dan hutang, diperdagangkan (Fahmi dan Hadi, 2009:41).
Di dalam undang-undangnya, Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan
yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. (Bab 1, pasal 1, angka 13, UU RI no 8, 1995 tentang
pasar modal)
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
21
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual
beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan
instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,
obligasi, warrant, right, reksadana, dan berbagai instrumen derivatif seperti
option,
futures, dan lain-lain. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara
para investor perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan
instrumen keuangan jangka panjang, seperti obligasi, saham, dan sebagainya.
Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari
pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat
untuk berinvestasi pada instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, reksadana,
dan lain-lain. Menurut Martalena dan Malinda (2011:3), masyarakat dapat
menempatkan dana yang dimilikinya sesuai karakteristik keuntungan dan risiko
masing-masing instrumen.
2.1.2 Pasar yang terdapat di Pasar Modal
Di dalam perdagangan efek di pasar modal, dikenal dua jenis pasar
(Tandelilin, 2010:28-29), yaitu:
22
1. Pasar perdana (Primary Market)
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada
investor
umum untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar
perdana, perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi
mengenai perusahaan secara detail (disebut juga propektus). Propektus
berfungsi
untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada
calon
investor, sehingga dengan adanya informasi tersebut maka investor akan
bisa mengetahui prospek perusahaan di masa datang, dan selanjutnya tertarik
umtuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Tempat perdagangan atau jual beli sekuritas oleh dan antar investor setelah
sekuritas emiten dijual di pasar perdana. Dengan adanya pasar sekunder,
investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan
keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likuiditas kepada
investor, bukan kepada perusahaan seperti dalam pasar perdana. Pasar
sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa, saham
preferen, obligasi, waran, maupun sekuritas derivatif
(opsi dan futures).
Sedangkan untuk kasus di Indonesia, sekuritas yang umumnya diperdagangkan
di pasar sekunder adalah saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi
konversi, waran, bukti right dan reksadana. Perdagangan di pasar sekunder
dapat dilakukan di dua jenis pasar , yaitu pasar lelang (auction market) dan
pasar negosiasi (negotiated market).
23
a) Pasar Lelang (Auction Market)
Pasar merupakan yang merupakan pasar lelang adalah pasar sekuritas yang
melibatkan proses pelelangan (penawaran) pada sebuah lokasi fisik.
Transaksi antara pembeli dan penjual menggunakan perantara broker yang
mewakili masing-masing pihak pembeli atau penjual. Dengan demikian,
investor tidak dapat secara langsung melakukan transaksi, tetapi dilakukan
melalui perantaraan broker.
b) Pasar Negosiasi (Negotiated Market)
Berbeda dengan pasar lelang, pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai
dealer yang menciptakan pasar tersendiri di luar lantai bursa bagi
sekuritas, dengan cara membeli dari dan menjual kepada investor. Tidak
seperti broker dalam pasar lelang, dealer di pasar negosiasi mempunyai
kepentingan pada transaksi jual beli karena sekuritas yang diperdagangkan
adalah milik dealer tersebut dan mereka mendapatkan return dari selisih
harga jual beli yang dilakukannya. Pasar negosiasi juga sering disebut
dengan istilah over-the counter (OTC) atau di Indonesia dikenal dengan
istilah bursa paralel.
2.1.3 Fungsi Ekonomi Pasar Modal
Menurut Martalena dan Malinda (2011:3) pasar modal memiliki peranan
yang penting dalam perekonomian suatu negara karena memiliki empat fungsi
yaitu:
24
1. Fungsi Saving
Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menghindari
penurunan
mata uang karena inflasi.
2. Fungsi Kekayaan
Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan berinvestasi dalam
berbagai
instrumen pasar modal yang tidak akan mengalami penyusutan nilai
sebagaimana
yang terjadi pasa investasi nyata, misalnya rumah atau perhiasan.
3. Fungsi Likuiditas
Instrumen pasar modal pada umumnya mudah untuk dicairkan sehingga
memudahkan masyarkat memperoleh kembali dananya dibandingkan rumah
dan tanah.
4. Fungsi Pinjaman
Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi pemerintah maupun perusahaan
membiayai kegiatannya.
Pada gambar 2.1 dijelaskan berkaitan dengan adanya dua pihak, yaitu
pemilik dana dan pengguna dana. Pemilik dana adalah pihak yang memiliki
sejumlah uang yang ingin ia investasikan. Pengguna dana adalah pihak yang
membutuhkan dana untuk ia kelola bagi pengembangan usaha. Ketika pemilik
dana menyerahkan dana atau uang kepada pengguna dana untuk dikelola maka
pemilik dana mengharapkan imbal balik atas investasinya. Seperti kita ketahui
bahwa setiap investasi ada yang dinamakan risiko sehingga imbal hasil dari
dana atau uang yang dikeluarkan pihak pemilik dana adalah capital gain
(keuntungan) atau bisa juga capital loss (kerugian).
25
Gambar 2. 1
Model Imbal Balik Penyaluran Dana
Rp, $ UANG
PENGGUNA DANA
PEMILIK DANA
CAPITAL GAIN/LOSS
(Sumber: Martalena dan Malinda, 2011:4)
Sedangkan pada Gambar 2.2 dijelaskan aliran dana yang terjadi di pasar
modal. Pihak yang membutuhkan dana, baik itu perusahaan maupun pemerintah,
menerbitkan instrumen berupa saham dan obligasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan dana. Sementara di pihak lain, ada pihak yang memiliki kelebihan dana
dan menginvestasikannya di pasar modal, baik secara langsung ke saham dan
obligasi maupun pada instrumen turunannya.
26
Gambar 2.2
Aliran Dana dan Efek dalam Pasar Modal
PASAR MODAL
Investor yang memiliki
kelebihan dana
Dana
Perusahaan/ instituisi
pemerintah yang
membutuhkan dana
tambahan
Dana
(Sumber: Martalena dan Malinda, 2011:5)
2.1.4 Peran dan Manfaat Pasar Modal
Menurut Martalena dan Malinda (2011:5) pasar modal mempunyai peran
dan manfaat sebagai berikut:
1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien
2. Pasar modal sebagai alternatif investasi
3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
berprospek baik
4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan
5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional
27
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal
Keberhasilan
pasar
modal
tidak
terlepas
dari
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Menurut Martalena dan Malinda (2011:5) faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain:
1. Supply sekuritas, apakah cukup banyak perusahaan yang membutuhkan dana?
Apakah
mereka bersedia full disclosure? (membuka kondisi perusahaan)
2. Demand
sekuritas, apakah cukup banyak anggota masyarakat yang
mempunyai dana?
3. Kondisi politik dan ekonomi
4. Masalah hukum dan peraturan
5. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi, dan berbagi lembaga
yang memungkinkan transaksi secara efisien.
2.2
Investasi
2.2.1 Pengertian Investasi
Investasi merupakan bentuk penundanaan konsumsi di masa yang akan
datang, dimana di dalamnya terkandung unsur risiko ketidakpastian sehingga
dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut. Investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:2).
Terkadang, investasi disebut juga penanaman modal. Menurut Abdul Halim
investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Lebih jauh
ekonom asal Amerika Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld mengatakan bahwa
28
bagian output yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan swasta guna
menghasilkan output di masa mendatang ini bisa disebut sebagai investasi (Fahmi
dan Hadi, 2009:4).
Menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1
Oktober 2004 investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk
pertumbuhan
kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi
(seperti
bunga, royalty, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi,
atau untuk manfaat bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang
diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan
merupakan investasi (Fahmi dan Hadi, 2009:6).
Lebih jauh dalam PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per
1 Oktober 2004 juga menjelaskan tentang beberapa pengertian dari:
1. Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan
untuk dimiliki selama setahun atau kurang.
2. Investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi jangka lancar.
3. Investasi property adalah investasi pada tanah atau bangunan yang tidak
digunakan atau dioperasikan oleh perusahaan yang berinvestasi atau
perusahaan lain dalam grup yang sama dengan perusahaan yang berinvestasi.
4. Investasi dagang adalah investasi ditujukan untuk mempermudah atau
mempertahankan bisnis atau hubungan perdagangan.
Sehingga investasi dapat juga didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan
dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada
29
alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan atau
coumpouding (Fahmi dan Hadi, 2009:6).
2.2.2 Bentuk-Bentuk Investasi
Dalam aktivitas investasi pada umumnya dikenal dua bentuk investasi
(Fahmi dan Hadi, 2009:7), yaitu:
1. Real assets
Investasi nyata real investment secara umum melibatkan aset berwujud
Contoh: tanah, bangunan, mesin, emas, dan lain-lain.
2. Financial assets
Investasi keuangan (financial investement) melibatkan kontrak tertulis, seperti
saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Contoh: commercial paper, sertifikat deposito, saham, obligasi, reksadana.
Financial assets yang bersifat jangka pendek diperdagangkan di pasar uang,
sedangkan yang bersifat jangka panjang diperdagangkan di pasar modal.
Pada dua bentuk investasi ini, William F. Sharpe menegaskan bahwa pada
perekonomian primitif hampir semua investasi lebih ke investasi nyata, sedangkan
pada perekonomian modern, lebih banyak dilakukan investasi keuangan. Dimana
lembaga-lembaga untuk investasi yang berkembang pesat memberi fasilitas untuk
berinvestasi nyata. Jadi, kedua bentuk investasi bersifat komplementer, bukan
kompetitif. Kita bisa melihat salah satu ukuran ekonomi suatu negara tersebut
maju atau tidak dari keberadaan dan kualitas dari bursa efeknya yang diakui oleh
para pebisnis.
30
2.2.3 Tujuan Investasi
Pada dasarnya,
tujuan
orang
melakukan
investasi
adalah
untuk
menghasilkan
sejumlah uang. Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah
kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini
ditambah
nilai saat ini dari pendapatan masa datang. (Tandelilin, 2010:7)
Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki saat
ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi
konsumsinya saat ini akan mempunyai kemungkinan kelebihan dana untuk
ditabung. Dana yang berasal dari tabungan tersebut jika diinvestasikan akan
memberikan harapan peningkatan kemampuan konsumsi investor di masa yang
akan datang, yang diperoleh dari peningkatan kesejahteraan investor tersebut.
Menurut Tandelilin (2010:8), secara lebih khusus lagi terdapat beberapa
alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Sesorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada saat ini agar tidak berkurang
di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam kepemilikan
perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko
penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
31
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat
melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang
melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
2.2.4 Proses Keputusan Investasi
Proses
keputusan
investasi
merupakan
proses
keputusan
yang
berkesinambungan (going process). Proses keputusan investasi terdiri dalam lima
keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang
terbaik (Tandelilin, 2010:12-16). Tahap-tahap keputusan investasi tersebut adalah:
1. Menentukan Sasaran Investasi
Penetapan sasaran artinya melakukan keputusan yang bersifat fokus atau
menempatkan target sasaran terhadap yang akan diinvestasikan. Penetapan
sasaran investasi merupakan suatu hal yang sangat disesuaikan dengan apa
yang akan ditujukan pada investasi tersebut. Jika sasaran investasi adalah
dalam bentuk lembaga perbankan, leasing, bank perkreditan dan sejenisnya
yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dan meyalurkannya
kepada publik yang mengalami kekurangan dana.
2. Membuat Kebijakan Investasi
Pada tahap proses yang kedua ini menyangkut dengan bagaimana investor
mengelola dana yang berasal dari stock, bond dan lainnya untuk kemudian di
distribusikan ke tempat-tempat yang dibutuhkan. Perhitungan pendistribusian
dana ini haruslah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian (prudential principle)
karena berbagai hal akan bisa timbul pada saat dana tersebut tidak mampu
32
untuk ditarik kembali. Juga perlu bagi pihak investor memperhitungkan tentang
beban pajak (tax) yang akan ditanggung nantinya.
3. Memilih
Pembentukan Portofolio
Hal ini menyangkut keputusan peranan yang akan diambil oleh pihak investor,
yaitu apakah bersifat aktif atau pasif. Pada saat perusahaan melakukan
investasi
aktif maka semua kondisi tentang perusahaan akan dengan cepat
tergambarkan
di pasar saham. Investasi aktif akan selalu mencari informasi
yang tersedia dan kemudian selanjutnya mencari kombinasi portofolio yang
paling tepat untuk dilaksanakan. Sedangkan investasi pasif, hanya dapat dilihat
pada indeks rata-rata saja, atau dengan kata lain berdasarkan pada reaksi pasar
saja tanpa ada sikap atraktif.
4. Memilih Asset
Disini investor berusaha memilih aset investasi yang nantinya akan
memberikan return yang tertinggi (maximal return). Return disini dilihat
sebagai keuntungan yang akan mampu diperoleh.
5. Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja Portofolio
Pada tahap ini adalah tahap dimana investor melihat kembali apa yang telah
dilakukan selama ini dan apakah tindakan yang telah dilakukan selama ini
benar-benar maksimal atau belum. Jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja
telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses keputusan
investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama, demikian seterusnya sampai
dicapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan
evaluasi
kinerja
ini
meliputi
pengukuran
kinerja
portofolio
dan
33
membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya
melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan
terhadap
indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja
portofolio yang telah ditentukan dibandigkan dengan kinerja portofolio lainnya
(portofolio pasar)
2.3
Saham
2.3.1 Pengertian Saham
Menurut Martalena dan Malinda (2011:12) saham dapat didefinisikan
sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau badan usaha dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka
pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sedangkan menurut Kashmir (2004:195) saham juga dapat didefinisikan
sebagai surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya pemilik saham
merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka
semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan
instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu
memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Keuntungan yang diperoleh dari
saham dikenal dengan nama dividen. Pembagian dividen ditentukan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) (Kashmir, 2004:195).
34
2.3.2 Jenis-Jenis Saham
Saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan di pasar
modal.
Jenis-jenis saham menurut Kashmir (2004:196), Anoraga dan Pakarti
(2003:59) dan dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:
a. Dari segi cara peralihan hak
1. Saham atas unjuk (Bearer Stock)
Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis nama
pemilik dalam saham tersebut. Saham jenis mudah dialihkan atau dijual
pihak lain.
2. Saham atas nama (Registered Stock)
Di dalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan
kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu.
b. Dari segi hak tagih
1. Saham biasa (Common stock)
Saham biasa adalah efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari
badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan
jaminan untuk turut serta dalam pembagian laba dalam bentuk deviden,
apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Saham biasa memiliki
karakteristik:
a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi
b. Hak suara proposional apada pemilihan direksi serta keputusan lain yang
ditetapkan pada rapat umum pemegang saham
35
c. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam rapat
umum pemegang saham
d. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan
kepada masyarakat
2. Saham preferen (Preferred stock)
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara
obligasi dan saham biasa. Karena saham preferen memperoleh hak utama
dalam dividend dan harta apabila pada saat perusahaan dilikuidasi. Saham
preferen memiliki karakteristik:
1) Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap
2) Hak klaim terlebih dahulu dibandingkan saham biasa jika perusahaan
dilikuidasi
3) Dapat dikonversikan menjadi saham biasa
c. Dari nilai kapitalisasinya
1. Big-Cap atau sering disebut saham blue chip
Merupakan kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai
kapitalisasi di atas Rp 5 triliun. Saham-saham ini diterbitkan oleh
perusahaan yang sudah mapan dan memiliki kinerja yang baik. Saham ini
disebut juga saham lapis pertama.
2. Mid-Cap
Merupakan sekelompok saham yang berkapitalisasi antara Rp 1-5 triliun.
Saham ini sering juga disebut saham lapis kedua.
36
3. Small-cap
Merupakan kelompok saham yang nilai kapitalisasinya di bawah Rp 1
triliun, biasa disebut saham lapis ketiga.
2.3.3 Keuntungan Investasi Saham
Pada dasarnya, terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham (Simatupang, 2010:39-43), yaitu:
1. Dividen
Dividen adalah keuntungan bersih setelah dikurangi pajak yang diberikan
perusahaan penerbit saham kepada pemegang saham. Cukup banyak investor di
pasar modal yang melakukan investasi pada saham mengharapkan pembagian
dividen dari perusahaan, khususnya bagi para investor jangka panjang. Namun
para investor saham perlu mencermati terkait pembagian dividen tersebut,
karena pada dasarnya banyak emiten yang membagikan dividen relatif kecil
dibandingkan dengan laba yang diperoleh perusahaan.
Dalam prakteknya secara umum perusahaan go-public hanya sebagian saja
membagikan laba perusahaan berupa dividen kepada para pemegang saham,
bahkan tidak jarang perusahaan go-public walaupun memperoleh keuntungan
tidak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, karena
pertimbangan kebutuhan dana untuk pengembangan usaha, rencana akan
melakukan akuisisi terhadap suatu perusahaan atau memprioritaskan
pembayaran utang perusahaan, sehingga dalam hal ini investor harus dapat
mengamati bagaimana strategi perusahaan melakukan kebijakan pembagian
37
dividen, misalnya apakah perusahaan selalu membagikan dividen yang besar
atau kecil sebelum melakukan investasi terhadap suatu saham.
2. Capital
Gain
Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh oleh investor di pasar
modal dari selisih antara harga beli dan harga jual. Dimana harga jual lebih
besar
daripada harga beli. Data-data transaksi di Bursa Efek menunjukkan
bahwa
banyak investor di pasar modal melakukan investasi saham lebih
memprioritaskan mendapatkan capital gain daripada dividen.
2.3.4 Risiko Investasi Saham
Selain keuntungan yang didapat oleh investor, investor juga akan
menghadapi risiko investasi pada saham. Menurut Typtono Darmadji, Hendy
M./Fakhrudin, dalam bukunya Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab
(dalam Simatupang, 2010:47-49), juga mengemukakan beberapa risiko investasi
pada saham yaitu:
1. Tidak Mendapatkan Dividen
Data-data menunjukkan
bahwa tidak
selamanya
perusahaan
didalam
menjalankan kegiatannya, selalu mendapatkan keuntungan. Sebaliknya bisa
saja suatu perusahaan justru mengalami kerugian di dalam menjalankan
usahanya. Pada saat perusahaan tutup buku dan menyampaikan laporan
keuangan perusahaan kepada public, dimana laporan keuangan terebut
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian dan kondisi inilah yang
menyebabkan timbul risiko bagi investor karena perusahaan tidak dapat
membagikan laba atau dividen kepada para pemegang sahamnya padahal salah
38
satu tujuan investasi pada saham sebagaimana telah dikemukakan, adalah
untuk mendapatkan dividen.
2. Capital
Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, ada kalanya pemodal harus menjual
saham dengan harga jual lebih rendah daripada harga beli. Risiko capital loss
dimungkinkan dapat terjadi antara lain misalnya harga saham yang dimiliki
ini
investor
mengalami penurunan di satu sisi dan di sisi lain investor terdesak
oleh kebutuhan uang tunai. Kemungkinan kedua adalah dikarenakan investor
menjual saham untuk menghindari kerugian yang lebih besar (Cut Lost)
mengingat kecenderungan harga-harga saham di bursa sedang mengalami
penurunan (Bearish).
3. Saham Perusahaan Dilikuidasi (Bangkrut)
Kerugian paling fatal bagi para investor adalah apabila perusahaan dimana
saham yang dimiliki investor mengalami kebangkrutan, karena perusahaan
yang dinyatakan bangkrut, maka pemegang saham hanya memiliki hak terakhir
dalam pembagian aset suatu perusahaan yang dinyatakan bangkrut. Sehingga
kemungkinan sangat kecil pemegang saham akan mendapatkan pengembalian
modal dari suatu perusahaan yang dinyatakan bangkrut.
4. Pencatatan Saham Perusahaan (Delisting)
Risiko lain terhadap investasi saham adalah jika saham perusahaan dikeluarkan
dari pencatatan di bursa efek (di-delist). Risiko kerugian bagi investor yang
memiliki saham di-delist yaitu harga saham sulit ditransaksikan (tidak likuid).
Sesuai dengan ketentuan pasar modal bahwa suatu saham perusahaan di-delist
39
dapat terjadi karena permintaan sendiri atau karena kinerja perusahaan yang
buruk. Data menunjukkan bahwa perusahaan di-delist di bursa pada umumnya
karena
memiliki kinerja yang buruk dalam kurun waktu tertentu, misalnya
antara lain, perusahaan mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir
sehingga perusahaan tidak dapat membagikan dividen beberapa tahun secara
berturut-turut
dan saham perusahaan hampir tidak pernah ditransaksikan dalam
kurun
beberapa bulan.
5. Penghentian Sementara Perdagangan Saham (Suspend)
Saham di-suspend artinya aktivitas perdagangan suatu saham dihentikan
perdagangannya oleh otoritas bursa. Kerugian atau risiko atas saham yang
disuspend maka investor tidak dapat menjual sahamnya tersebut sampai
suspend dicabut. Kondisi ini tentu akan merugikan investor, lebih-lebih apabila
investor sudah merencanakan menjual saham tersebut segera untuk kebutuhan
likuiditas. Suspend biasanya terjadi karena adanya lonjakan harga yang naik
atau turun secara drastis serta bersifat sementara yaitu satu atau dua sesi
perdagangan. Namun untuk kasus-kasus tertentu suspend dapat saja terjadi
dalam beberapa hari perdagangan. Selanjutnya suspend dicabut oleh otoritas
bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula pada umumnya
setelah pihak manajemen perusahaan telah memberikan informasi yang jelas
terhadap berita atau isu yang terjadi yang menyebabkan kepanikan bagi
masyarakat investor.
40
2.3.5 Nilai Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atas suatu
perusahaan.
Menurut Martalena dan Malinda (2011:57) nilai dari suatu saham
dapat memiliki empat konsep, yaitu:
1. Nilai Nominal
Merupakan
nilai per lembar saham yang berkaitan dengan akuntansi dan
hukum.
Nilai ini diperlihatkan pada neraca perusahaan dan merupakan modal
disetor penuh dibagi dengan jumlah saham yang sudah diedarkan.
2. Nilai buku per lembar saham
Menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang merupakan nilai
ekuitas dibagi dengan jumlah lembar saham.
3. Nilai pasar
Nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang
terbentuk di bursa saham.
4. Nilai intrinsik
Merupakan harga wajar saham yang mencerminkan harga saham yang
sebenarnya. Nilai intrinsik ini merupakan nilai sekarang dari semua arus kas di
masa mendatang (yang berasal dari capital gain dan dividen)
2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Naik Turunnya Harga Saham
Penting untuk diketahui bahwa naik turunnya harga saham di bursa pada
dasarnya disebabkan banyak faktor antara lain adanya rumor atau isu serta
perbedaan persepsi dari masing-masing investor terhadap kinerja perusahaan baik
yang dipengaruhi dari internal maupun eksternal perusahaan. Bila banyak investor
41
memperkirakan bahwa kinerja perusahaan yang bersangkutan akan membaik,
maka akan banyak investor yang akan melakukan pembelian terhadap saham
tersebut
dan selanjutnya harga saham akan naik dan demikian sebaliknya jika
lebih banyak investor yang memperkirakan kinerja suatu perusahaan mengalami
penurunan, maka dengan sendirinya juga akan lebih banyak investor melakukan
penjualan
saham tersebut dan selanjutnya harga saham yang bersangkutan akan
mengalami
penurunan.
Menurut
Simatupang
(2010:72-79)
Faktor-faktor
dominan
yang
mempengaruhi harga saham perusahaan go- public naik atau turun antara lain:
1.
Perkiraan Performa Perusahaan
Pada intinya investasi yang dilakukan para investor terhadap saham-saham
perusahaan go-public adalah membeli prospek perusahaan dan prospek
perusahaan setiap saat dapat berubah tergantung banyak faktor. Adapun
faktor-faktor perkiraan perubahan performa perusahaan yang dominan
mempengaruhi pergerakan saham di bursa yang meliputi perkiraan tingkat
laba, laba per lembar saham (EPS) dan dividen tunai yang akan dibagikan
serta tingkat rasio utang dan rasio nilai buku (PBV).
2.
Kebijakan Korporasi yang dilakukan Perusahaan
Menurut T. Dominic H aksi korporasi adalah aksi jajaran manajemen yang
dapat mengubah fundamental perusahaan secara signifikan (Simatupang,
2010:73). Kebijakan korporasi akan mengubah komposisi jumlah saham dan
akan sangat berpengaruh mendorong timbulnya perubahan harga saham
perusahaan. Contoh aksi korporasi adalah kebijakan merger, akuisisi,
42
divestasi, investasi dan right issue. Karena kebijakan korporasi bagi
perusahaan go-public yang akan mempengaruhi langsung jumlah saham dan
harga saham perusahaan dan pengaruhnya dapat menguntungkan atau
merugikan investor maka sesuai dengan peraturan pasar modal, setiap
keputusan manajemen perusahaan yang terkait dengan aksi perusahaan yang
terkait dengan aksi korporasi harus mendapatkan pesetujuan dari RUPS dari
belum dilaksanakan.
3.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pemerintah terkait dengan dunia
usaha akan sangat berpangaruh dengan fluktuasi dengan harga saham-saham
yang ditransaksikan di bursa efek. Contohnya setiap ada rencana kebijakan
pemerintah baik yang bersifat wacana ataupun resmi seperti kebijakan:
eksport-import, perseroan, dan sebagainya maka kebijakan-kebijakan tersebut
akan berpengaruh sangat besar terhadap harga saham di bursa efek. Baik
langsung maupun tidak langsung.
4.
Fluktuasi Nilai Mata Uang
Data-data transaksi perdagangan di bursa menunjukkan bahwa ada hubungan
yang kuat antara pergerakan fluktuasi nilai mata uang dengan fluktuasi hargsa
saham-saham yang diperdagangkan di bursa. Sebagai contoh, melemahnya
mata uang rupiah secara tajam terhadap US$ maka akan menurunkan IHSG.
Artinya secara umum harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa
mengalami perununan yang drastis, walaupun untuk saham-saham tertentu
seperti saham-saham perusahaan yang bergerak di bidang eksport, mungkin
43
harga sahamnya akan mengalami kenaikan sejalan dengan kenaikan
pendapatan atau laba perusahaannyang disebabkan oleh kenaikan dollar atau
mata uang asing tersebut.
5.
Kondisi Makro Ekonomi dan Politik Keamanan
Kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti tingginya tingkar inflasi, tingkat
pengangguran yang tinggi, menurunnya aktivitas ekonomi serta tidak
stabilnya keadaan politik dan keamanan suatu negara dipastikan juga akan
berpengaruh langsung terhadap pergerakan transaksi perdagangan saham di
bursa.
6.
Tingkat Suku Bunga Perbankan
Bila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga-harga saham yang
diperdagangkan di bursa efek akan mengalami penurunan, karena para
investor saham akan beralih investasi kepada intrumen perbankan seperti
deposito misalnya dan sebaliknya jika pergerakan tingkat suku bunga
mengalami penurunan, maka harga-harga saham naik karena para investor
akan beralih berinvestasi kepada instrument pasar.
7.
Rumor dan Sentimen Pasar
Rumor dan sentimen terhadap saham-saham perusahaan yang diperdagangkan
di bursa efek adalah sesuatu yang lumrah. Semua rumor atau sentimen
tersebut kapan saja dapat muncul kepada setiap perusahaan yang sahamnya
diperdagangkan di bursa efek yang dampaknya dapat berpengaruh sangat
besar terhadap merosotnya harga saham perusahaan atau sebaliknya
meningkatkannya harga saham secara tajam dalam waktu seketika.
44
2.3.7 Kapitalisasi Pasar
Nilai kapitalisasi pasar suatu saham yang diperdagangkan di bursa,secara
umum akan memberikan pengaruh yang cukup kuat, terkait dengan likuiditas
perdagangan dari saham yang bersangkutan dan tingkat likuiditas secara teoritis
akan berpengaruh langsung terhadap tingkat risiko yang dihadapi investor
sehingga investor diharapkan turut mempertimbangakan faktor besarnya
kapitalisasi saham pada saat akan berinvestasi (Simatupang, 2010:28).
Kapitalisasi pasar adalah total seluruh saham yang tercatat di bursa
dikalikan dengan harga penutupan tiap-tiap saham. Nilai kapitalisasi pasar
berubah-ubah sesuai dengan pergerakan harga saham serta tercatatnya sahamsaham baru Bursa Efek (Ang, 1997 dalam Maknun, 2010:30).
Kapitalisasi pasar mempengaruhi jumlah investor terhadap investasi di
bursa efek. Pasar modal mampu mengakumulasikan dana investor untuk
kemudian digunakan sebagai pembiayaan investasi bagi perusahaan. Kapitalisasi
pasar dari saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal dibagi ke dalam tiga
kelompok berdasarkan kapitalisasinya, yaitu: kapitalisasi besar (Big-Cap),
kapitalisasi sedang (Mid-Cap) dan kapitalisasi kecil (Small-Cap). Big-Cap
merupakan kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi di
atas Rp 5 triliun. Mid-Cap merupakan sekelompok saham yang berkapitalisasi
besar antara Rp 1 triliun sampai dengan Rp 5 trilyun, sedangkan Small-Cap
merupakan kelompok saham yang nilai kapitalisasinya di bawah Rp 1 triliun
(Anoraga dan Pakarti, 2003:59). Faried (2008:78) menyatakan bahwa, “Sahamsaham yang memiliki kapitalisasi besar atau Big-Cap umumnya memiliki banyak
45
peminat sehingga pada umumnya memiliki harga yang relatif tinggi, Jika saham
tersebut dinilai tinggi maka investor akan berusaha memiliki saham tersebut,
sehingga
akan meningkatkan return saham yang akan diterima". Saham kategori
Mid-Cap memang nilainya tidak sebesar saham kategori Big-Cap, namun saham
ini juga layak untuk dijadikan pilihan investasi. Saham kategori Mid-Cap
dijadikan
pilihan oleh para investor karena saham Mid-Cap adalah saham yang
mempunyai
potensi besar bertransformasi menjadi saham unggulan. Saham Mid-
Cap cukup aktif diperdagangkan dan bisa menjadi alternatif untuk pilihan
investasi karena harganya yang masih terjangkau. Saham kategori Small-Cap
adalah saham cukup banyak di bursa. Biasanya, mempunyai kapitalisasi di bawah
Rp 1 triliun. Selain itu, biasanya saham-saham kategori Small-Cap jarang
diperdagangankan oleh para pemain saham sehingga saham seperti ini diberi
istilah saham tidur
2.4
Return Saham
2.4.1 Pengertian Return
Setiap orang yang melakukan investasi baik pada real assets maupun
financial assets tentunya mengharapkan return atas investasi yang dilakukannya.
Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan individu dan institusi
daei hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Sedangkan menurut R.J. Shook,
return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen (Fahmi dan
Hadi, 2009:151).
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu
yield dan capital gain/loss. Yield merupakan komponen return
yang
46
mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari
suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah saham yield ditunjukkan oleh
besarnya
dividen yang kita peroleh. Sedangkan, capital gain/loss atau disebut juga
actual return merupakan kenaikan/penurunan harga dari suatu surat berharga,
yang bisa memberikan keuntungan/kerugian bagi investor. Dengan kata lain,
capital
gain/loss dapat juga didefiniskan sebagai perubahan harga sekuritas
(Tandelilin,
2010:102). Menurut Mardiyanto (2009:166), return dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:
Rt =
(୔౪ି୔౪షభ)ାେ୲
୔౪షభ
Keterangan:
Rt : Imbal hasil (return ) dalam periode t
Pt : Harga (price) pada periode t
Pt-1 : Harga pada1 periode sebelum t
Ct : tambahan arus kas masuk (misalnya, dividen) pada periode t
2.4.2 Pengertian Expected Return
Mengetahui secara pasti return yang akan diperoleh dari suatu investasi di
masa datang adalah pekerjaan yang sangat sulit, bahkan mustahil. Return investasi
hanya dapat diperkirakan melalui pengestimasian. Return investasi di masa datang
adalah expected return dan sangat mungkin berlainan dengan actual return yang
diterima. Menurut Fahmi dan Hadi (2010:152) expected return didefiniskan
sebagai keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor di kemudian hari
terhadap
sejumlah
dana
yang
telah
ditempatkannya.
Expected
Return
47
menggambarkan sesuatu yang bisa saja terjadi diluar dari yang diharapkan.
Contohnya, seorang investor mengharapkan akan memperoleh keuntungan
sebesar
25% namun ternyata ia hanya memperoleh 22% saja, maka ini dapat
dipahami bahwa keuntungan sebesar 22% tetap bisa dikatakan ia tetap
memperoleh return namun seudah berkurang dari yang diharapkan.
Untuk
mengestimasi return sekuritas sebagai aset, investor harus
memperhitungkan
setiap kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu, atau
yang lebih dikenal dengan probabilitas kejadian. Sedangkan hasil dari perkiraan
return yang akan terjadi dan probabilitasnya disebut sebagai distribusi
probabilitas. Dengan kata lain, distribusi probabilitas menunjukkan spesifikasi
berapa tingkat return yang diperoleh dan berapa probabilitas terjadinya return
tersebut.
Estimasi return suatu sekuritas dilakukan dengan menghitung expected
return atas sekuritas tersebut. Expected return pada dasarnya adalah nilai return
rata-rata (Tandelilin, 2010:105). Jika kita memiliki distribusi probabilitas return
suatu sekuritas, nilai expected return-nya dapat dihitung dengan cara menentukan
nilai rata-rata tertimbang dari distribusi return tersebut. Dalam perhitungan ratarata tertimbang ini, bobotnya ditentukan atas dasar nilai probabilitas masingmasing return yang terjadi. Menurut Halim (2005:35) jika tidak diketahui
probabilitasnya maka rumus yang dapat dipakai untuk menghitung expected
return adalah:
R=
∑ோ௜௝
௡
48
Keterangan:
R
: rata-rata return
∑Rij : nilai return selama satu periode
n : total jumlah periode
2.5
Risiko saham
2.5.1
Pengertian Risiko
Hampir dipastikan setiap media investasi memiliki tingkat risiko disamping
tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor. Risiko adalah ketidakpastian
perolehan atas imbal hasil dari suatu aktiva finansial (financial asset) tertentu
(Mardiyanto, 2009). Oleh karena itu para investor harus dapat menyadari
sungguh-sungguh bahwa secara teoritis setiap investasi yang dilakukan disamping
mengharapkan keuntungan, investor juga harus menyadari terdapat kemungkinan
risiko atau kerugian atas investasi yang dilakukannya.
Risiko dapat dihitung dengan menggunakan simpangan baku (α) dan beta
(β). Risiko yang diukur dengan simpangan baku menunjukkan risiko total, baik
risiko jenis pertama maupun jenis kedua. Sedangkan risiko yang menggunakan
beta digunakan untuk mengukur risiko jenis kedua (Mardiyanto, 2009:171).
Rumus untuk menghitung risiko menurut Halim (2005:46) dengan menggunakan
simpangan baku (standard deviation) adalah:
σi2 =
σi = ට
∑{ୖ୧୨ି ୉(ୖ୧)}ଶ
୒
∑{ୖ୧୨ି ୉(ୖ୧)}ଶ
୒
49
Keterangan:
σi
Ri
: simpangan baku
: return pada probabilitas tertentu
E(R i)
: nilai harapan dari return saham
N
: jumlah periode pengamatan
2.5.2 Jenis-Jenis Risiko
Menurut Frank J.Fabozzi dalam bukunya Manajemen Investasi, Buku satu
secara umum dikemukakan bahwa terdapat dua jenis risiko investasi pada saham
yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko nonsistematik (unsystemati
risk). Sehingga dapat disimpulkan bahwa total risiko investasi pada saham adalah
jumlah dari risiko sistematik dan risiko nonsistematik (Simatupang, 2010:43-44).
Gambar 2.3
Systematic Risk, Unsystematic Risk dan Total Risk
Risk (%)
Risiko tidak sistematis (unsystematic risk)
Risiko sistematis (systematic risk)
Total Risk = Unsystematic Risk + systematic risk
(Sumber: Fahmi dan Hadi, 2009:159)
Stock
50
1) Risiko Sistematik (Systematic Risk)
Risiko sistematik mengacu pada risiko pasar sehingga sering disebut juga
risiko pasar. Yaitu ketidakpastian hasil perolehan investasi yang dipangaruhi
oleh faktor inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga dan
kondisi politik. Risiko sistematik ini mempengaruhi perusahaan-perusahaan
secara keseluruhan. Risiko sistematik memiliki tiga karakterisitik yaitu:
a) Risiko sistematik mempengaruhi semua efek
b) Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi
c) Risiko sistematik tidak bisa dikurangi atau dikontrol.
2) Risiko Nonsistematik (Unsystematic risk)
Risiko nonsistimatik sering disebut risiko unik adalah risiko yang terkait
dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Setiap jenis industri
memiliki karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh variabel-variabel
ekonomi secara spesifik. Secara umum, risiko nonsistematik mempunyai tiga
karakteristik yaitu:
a) Risiko Nonsistematik dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi
b) Risiko Nonsistematik dapat dikurangi atau dikontrol
c) Risiko Nonsistematik unik untuk saham dan industri.
Beberapa contoh risiko nonsistematik adalah:
a) Risiko Finansial (Financial Risk)
Salah satu contoh risiko finansial adalah apabila perusahaan yang memiliki
rasio utang tinggi. Rasio utang yang tinggi bagi suatu perusahaan maka
secara teoritis cenderung akan menghadapi kesulitan finansial karena akan
51
menghadapi tekanan beban membayar cicilan pokok utang dan bunga.
cara memilih investasi pada saham dari perusahaan-perusahaan yang
tingkat rasio utangnya relatif tidak terlalu tinggi.
b) Risiko Industri (Industry Risk)
Oleh karena itu bagi investor dapat mengurangi risiko finansial ini dengan
Telah dikemukakan diatas bahwa setiap industri mempunyai karakteristik
masing-masing dan karakteristik tersebut apabila dikaitkan dengan
kondisi-kondisi ekonomi, bisnis dan waktu tertentu dapat suatu saat
mengalami kelesuan atau kegairahan. Salah satu hal untuk mengatasi
risiko yang ditimbulkan dari suatu industi tertentu tersebut, maka
sebaiknya investor melakukan investasi dengan menerapkan diversifikasi
terhadap beberapa industri.
c) Risiko Negara (Country Risk)
Kondisi negara atau pemerintahan yang memburuk inilah yang menjadi
risiko bagi investor yang disebut dengan risiko negara (country risk).
Investor dihadapkan kepada suatu tingkat risiko yang datangnya dari
negara atau suatu pemerintahan yang mengalami goncangan ekonomi atau
politik. Data-data menunjukkan bahwa keadaan ekonomi atau politik suatu
negara dapat berubah setiap saat yaitu dapat menjadi lebih baik tetapi
dapat juga menjadi buruk.
52
2.5.3 Tiga Sikap Investor Terhadap Risiko
Terdapat tiga sikap investor berkaitan dengan risiko, yaitu penghindar
risiko (risk averter), indiferen risiko (risk indefferent), dan pemburu risiko (risk
seeker).
a) Penghindar risiko (risk averter) adalah sikap investor yang menghindari risiko
dan bersedia menerima tambahan risiko jika imbal hasilnya bertambah.
b) Indiferen risiko (risk indeferen) adalah sikap investor yang netral terhadap
risiko dan bersedia menerima tambahan risiko tanpa imbal hasilnya bertambah.
c) Pemburu risiko (risk seeker) adalah sikap investor yang menyukai risiko dan
bersedia menerima tambahan risiko sekalipun imbal hasilnya berkurang.
Ketiga jenis sikap investor berkaitan dengan risiko dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.4
Sikap Investor terhadap Risiko
Imbal Hasil
risk-averter
risk-indifferent
risk-seeker
Risiko
(Sumber: Mardiyanto, 2009:167)
53
2.5.4 Hubungan antara Expected Return dengan Risiko
Dasar keputusan investasi terdiri dari expected return, tingkat risiko serta
hubungan
antara return dan risiko. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk
mendapatkan
keuntungan.
Dalam
konteks
manajemen
investasi
tingkat
keuntungan investasi tersebut disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar
jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikan.
Expected
return investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi
atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat
adanya pengaruh inflasi.
Perlu dibedakan antara expected return dengan realized return. Expected
return merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa yang akan
datang. Sedangkan realized return merupakan tingkat return yang diperoleh
investor di masa lalu. Antara expected return dengan realized return yang
diperoleh investor dari investasi mungkin saja berbeda. Hal tersebut karena
adanya risiko. Investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko dari suatu
investasi. Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return
harapan. Risiko dapat didefinisikan sebagai kemungkinan realized return yang
berbeda dengan expected return.
Expected return dan risiko memiliki hubungan positif. Semakin besar risiko
suatu sekuritas, maka semakin besar return yang diharapkan. Jika investor
menginginkan return yang lebih tinggi maka ia harus menanggung risiko yang
tinggi pula (Sumber: www.nenygory.wordpress.com).
54
2.6
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan return dan kapitalisasi pernah dilakukan
oleh Asbi Rachman Faried (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor
Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur di BEI Periode 2002-2006” dengan variabel Return On Asets (ROA),
Net Provit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value
dan Nilai kapitalisasi pasar. Variabel terikat (dependent) dari penelitian ini
(PVB)
adalah return saham sedangkan variabel bebas (independent) adalah ROA, NPM,
DER, PVB, dan nilai kapitalisasi pasar. Populasi dari penelitian adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2002 sampai dengan 2006.
Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling. Metode
analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian Asbi
Rachman Faried yang berkaitan dengan judul penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah bahwa variabel kapitalisasi pasar berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI dengan arah positif yang
berarti bahwa peningkatan kapitalisasi pasar akan dapat meningkatkan return
saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Lu’luil Maknun (2010) dengan judul
“Analisis Pengaruh Frekuensi Perdagangan, Volume Perdagangan, Kapitalisasi
Pasar, dan Trading Day Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2006-2008” dengan variabel dependent
adalah return saham dan untuk variabel independent adalah frekuensi
perdagangan saham, volume perdagangan saham, kapitalisasi pasar dan trading
55
day. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 141
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2006-2008.
Pengambilan
sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis
data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang
berkaitan dengan judul tugas akhir penulis adalah bahwa kapitalisasi pasar
berpengaruh
positif signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti bahwa nilai
saham yang lebih besar akan memperbesar return saham perusahaan.
pasar
Berdasarkan Hasil penelitian di atas, semakin besar kapitalisasi pasar maka
return saham akan semakin besar. Tetapi penelitian-penelitian tersebut hanya
dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdapat di sektor manufaktur.
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah benar bahwa semakin besar
kapitalisasi pasar maka return yang dihasilkan akan semakin besar, dengan
populasi penelitian adalah semua perusahaan yang tergolong dalam kategori BigCap dan Mid-Cap yang terdaftar di BEI periode 2011. Dengan metode
pengambilan sampel simple random sampling. Alat analisis data yang digunakan
T-test for independent groups jika data berdistribusi normal dan atau MannWhitney (U Test) jika data tidak berdistribusi normal.
Download