BI Tingkatkan Inklusi Melalui LKD

advertisement
halaman 21
RADAR SURABAYA l selasa, 31 Mei 2016
BI Tingkatkan Inklusi Melalui LKD
SURABAYA–Bank In­
donesia (BI) terus beru­pa­
ya meningkatkan inklusi
atau transaksi keuangan
me­lalui perbankan di In­do­
nesia, termasuk Sura­ba­ya.
Pasalnya, saat ini In­do­ne­
sia merupakan ne­ga­ra de­
ngan tingkat in­klu­si ter­en­
dah di kawasan Asia.
Deputi Direktur Pro­
gram Elektronifikasi dan
Ke­­uangan Inklusif BI, Ri­
cky Satria mengatakan,
hal itu tercermin dari
peng­gunaan uang tunai di
In­­donesia masih sangat
be­sar yakni 97 persen. Di
Thai­l and, penggunaan
uang tunai hanya 90 per­
sen dari total keseluruhan
tran­saksi.
“Bahkan di Singapura,
peng­gunaan uang tunai
ha­nya 70 persen saja,” ka­
ta Ricky di Surabaya, pe­
kan lalu.
Untuk mendorong laju
in­klusi, BI bakal memper­
mu­dah transaksi keuang­
an melalui layanan keua­
ng­an digital (LKD).
“Sis­tem pembayaran lin­
tas platform ini nantinya
bi­sa digunakan untuk me­
lakukan transaksi apapun.
Ja­di, transaksi keuangan
ska­la kecil seperti di laya­
nan keuangan digital bisa
di­lakukan secara real­ti­
me,” lanjutnya.
Hal ini dianggap pen­
ting. Pasalnya, biaya cetak
uang tunai beserta distri­
bu­sinya bisa mencapai Rp
3 triliun per tahun.
“Belum lagi jika ada
peng­hancuran uang tunai
ka­rena secara fisik sudah
ru­s ak. Jika transaksi
meng­gunakan uang tunai
te­tap tinggi, risiko uang
yang rusak juga makin
tinggi,” bebernya.
Ia menambahkan, pe­
ngu­a­tan infrastrutur sis­
tem pembayaran digital
ini ditargetkan selesai da­
lam 2 tahun mendatang.
Sa­at ini BI masih menyu­
sun segala peraturan ter­
ma­suk di antaranya stan­
da­risasi sistem pemba­ya­r­
an, perlindungan kon­su­
men, dan aspek lain.
Surabaya sendiri di­ang­
gap memiliki peranan
pen­ting untuk meningkat­
kan inklusi. Sebagai pasar
ba­gi wilayah Indonesia Ti­
mur, Surabaya jelas me­
OJK Dorong Perbankan
Genjot Laku Pandai
AnDI SATRIA/radar surabaya
KURANGI TRANSAKSI TUNAI: Petugas Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang pecahan sebelum didistribusikan ke masyarakat. Untuk
mengurangi besarnya penggunaan uang tunai di Indonesia yang masih mencapai 97 persen, BI akan mempermudah transaksi keuangan
melalui layanan keuangan digital.
mi­liki nilai transaski yang
tak sedikit. Menurut data
da­ri BI, total transaski di
Su­rabaya mencapai Rp 5
triliun dalam sehari.
“Dan 97 persen masih
menggunakan uang tunai.
Ma­ka dari itu, dalam dua
ta­hun ke depan, kami ha­
rap semua transaksi bisa
me­lalui LKD ataupun per­
bankan. Selain lebih efis­i­
en, itu jelas bisa mening­
kat­kan inklusi bagi Indo­
ne­sia,” terang Ricky.
Saat ini, BI juga terus
menggencarkan edukasi
ke­pada masyarakat untuk
mengurangi kebiasaan
meng­gunakan uang tunai.
Te­rutama di kota besar se­
perti Surabaya yang me­
mi­liki nilai transaksi ting­
gi. “Dengan menggunakan
tran­sasksi keuangan di­gi­
tal, faktor kepraktisan ba­
kal bisa menjadi titik pen­
ting untuk mengubah ke­
hi­dupan masyarakat, Su­
ra­baya, dan Indonesia ke
de­pan,” tutupnya.
Selain itu, dengan me­
ning­katnya inklusi, oto­
ma­tis meningkatkan per­
tum­b uhan transaksi
e-com­merce. Hal tersebut
ju­ga bakal membuat usaha
mi­­kro, kecil, dan me­ne­
ngah (UMKM) asal Su­ra­
ba­ya juga bakal terangkat.
Pa­salnya, saat ini industri
UMKM di Surabaya mulai
in­tensif untuk me­ma­sar­
kan produknya di pasar
on­line atau e-commerce.
“Dengan e-commerce,
pro­duk UMKM asal Su­ra­
baya bakal lebih mudah di­
kenal diberbagai pelosok
ne­geri. Jika inklusi me­ning­
kat, otomatis penda­pa­tan
UMKM juga bakal na­ik. Itu
akan
membuat
ke­
sejahteraan pelaku UMKM
meningkat,” imbuh Ricky.
Disamping itu, industri
per­­bankan juga akan me­
la­ju lebih cepat dengan po­
tensi penambahan nasa­
bah yang cukup besar.
“Dengan begitu, ke de­pan,
warga Surabaya dan In­
donesia bakal lebih mu­dah
dalam melakukan ber­ba­gai
transaksi tanpa ha­rus keluar
rumah atau per­jalanan jauh
yang memakan banyak wak­
tu,” tutup Ricky. (gus/hen)
SURABAYA–Otoritas Ja­
sa Keuangan (OJK) Regional
IV Jawa Timur tak mau ke­
tinggalan untuk mening­kat­
kan inklusi di Surabaya dan
Ja­tim. Salah satu yang di­la­
ku­kan adalah dengan men­
do­rong perbankan agar terus
ber­upaya membuka agen la­
ku pandai atau layanan ke­
ua­ngan tanpa kantor di da­e­
rah terpencil.
Kepala Bagian Edukasi
dan Perlindungan Konsu­
men OJK Regional 4 Jatim,
Iwan N Moses mengatakan,
ting­kat inklusi di Indonesia
sa­ngat rendah. Hal itu
terbukti dengan hanya ada
36 persen dari total pen­du­
duk Indonesia yang mem­pu­
nyai rekening bank.
“Salah satu penyebab ren­
dah­nya transaksi inklusi di
ma­­syarakat Surabaya mau­
pun Indonesia, dikarenakan
lo­­kasi perbankan yang jauh
de­­­ngan penduduk, khu­sus­
nya di pedesaan,” ujarnya
ke­tika di­­temui di Surabaya,
pe­kan la­lu.
Penggenjotan pembukaan
agen laku pandai dinilai efek­
tif. Pasalnya, agen laku pan­
dai diyakini bisa men­jang­kau
pedesaan yang jauh dari
jangkauan perbankan. Se­
lama ini, kawasan pedesa­an
merupakan daerah di­ma­na
transaksi menggunakan uang
tunai masih sangat tinggi.
Selain menggenjot perban­
kan untuk membuka agen
la­ku pandai, OJK juga bakal
le­bih sering turun untuk me­
la­kukan sosialisasi literasi
keuangan. Hal ini dilakukan
agar masyarakat lebih melek
tentang perbankan dan mau
me­lakukan transaksi keua­
ngan menggunakan bank.
“Tahun 2015 lalu, kami
me­lakukan sosialisasi kepa­
da ibu-ibu rumah tangga di
be­berapa lokasi di Jatim.
Untuk tahun ini, kami akan
membidik pensiunan dan
kar­yawan. Selain itu, kami
juga mengincar para calon
pen­siunan TNI. Pasalnya,
me­reka berpotensi mengan­
to­ngi banyak uang paska
pensiun,” bebernya.
Tak hanya itu, Iwan juga te­
rus berupaya agar pem­bu­
kaan agen laku pandai ini tak
hanya dilakukan oleh bank
konvensional. Tahun ini, OJK
ingin segera me­rea­li­sasikan
ke­inginan perban­kan syariah
un­tuk mengikuti kon­vensio­
nal agar mengan­to­ngi izin
membuka agen la­ku pandai.
“Agen laku pandai ini sa­
ngat efektif untuk mening­
kat­kan inklusi di Indonesia.
Me­reka bakal menjadi tum­
pu­an perbankan di beberapa
ti­tik yang tak mungkin di­
jangkau perbankan. Namun
se­belum itu, literasi sa­
ngatlah penting,” imbuhnya.
Hingga triwulan IV 2015,
jumlah agen Laku Pandai
sudah mencapai 60.805
secara nasional. Dari jumlah
tersebut, 20 persen berada di
Jatim. (gus/hen)
layouter: triongko
Download