Analisis Korosi pada Refraktori Tungku Pembakar Kapur ANALISIS KOROSI PADA REFRAKTORI TUNGKU PEMBAKAR KAPUR Titik Lestariningsih dan Erfin Y. Febrianto Pusat Penelitian Fisika (P2F)-LIPI Kawasan Puspiptek Serpong 15314, Tangerang Selatan e-mail: [email protected] ABSTRAK ANALISIS KOROSI PADA REFRAKTORI TUNGKU PEMBAKAR KAPUR. Refraktori atau bata tahan api merupakan salah satu jenis bahan keramik yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan kondisinya baik secara fisik maupun secara kimia pada kondisi suhu operasi yang relatif tinggi. Komposisi kimia dari oksida penyusun refraktori ini sangat menentukan jenis dan kualitasnya karena komposisi kimia ini mempengarui baik sifat fisik, kimia maupun mekanis dari refraktori selama proses pemakaian. Di Pusat Penelitian Fisika-LIPI telah dilakukan penelitian tentang penyebab korosi pada jenis refraktori (Magnesium refraktori) setelah digunakan pada suhu operasi sekitar 1.000 oC. Penelitian ini meliputi analisis kimia dari oksida penyusun refraktori sebelum dan sesudah digunakan, analisis struktur kristal dengan menggunakan difraksi sinar-X serta analisis sifat fisik lainnya seperti analisa densitas, porositas dan kuat tekan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi korosi pada tungku pembakaran kapur yang ditengarai dengan adanya penurunan kadar Fe, Al, Si, Mg, Ca, Na, dan K yang diikuti dengan penurunan porositas, kenaikan densitas dan penurunan kuat tekan. Kata kunci: Refraktori, Korosi, Analisis struktur kristal, Densitas, Porositas ABSTRACT ANALYSIS OF CORROSION ON REFRACTORY OF FURNACE LIMESTONE. Refractory or refractory brick is one type of ceramic material which has the ability to maintain a good condition physically and chemically under conditions of relatively high operating temperature. The chemical composition of refractory oxide constituent is crucial once the type and quality as well an impact on the chemical composition of these physical properties, chemical and mechanical processes of refractory during use. Research Center for Physics-LIPI has done research on the causes of corrosion on the type of refractoriy (refractory magnesium) was used at operating temperatures of about 1,000 oC. This study includes the analysis of the chemical constituent of refractory oxides before and after use, analysis of crystal structures using X-ray diffraction analysis and other physical properties such as density analysis, porosity and compressive strength. Research results indicate that there has been corrosion of furnace limestone characterized by a decrease in levels of Fe, Al, Si, Mg, Ca, Na, and K is followed by a decrease in porosity, density increase and decrease in compressive strength. Keywords: Refractories, Corrosion, Analysis of the crystal structure, Density, Porosity PENDAHULUAN Korosi adalah perusakan atau penurunan mutu dari material akibat bereaksi dengan lingkungan dalam hal ini adalah interaksi secara kimiawi. Sedangkan penurunan mutu yang diakibatkan interaksi secara fisik bukan disebut korosi, namun biasa dikenal sebagai erosi dan keausan. Menurut jenis reaksinya korosi dibagi menjadi dua yaitu korosi kimia atau biasa disebut korosi kering (Dry Corrosion) dan korosi elektrokimia biasa disebut koros basah (Aqueous Corrosion) [1]. Korosi kimia atau korosi kering atau korosi suhu tinggi adalah proses korosi yang terjadi melalui reaksi kimia secara murni yang terjadi tanpa adanya elektrolit atau bisa dikatakan tidak melibatkan air dengan segala bentuknya. Korosi kimia biasanya terjadi pada kondisi suhu tinggi atau dalam keadaan kering yang melibatkan logam (M) dengan oksigen, nitrogen, sulfida. Adapun Penyebab terjadinya korosi suhu tinggi adalah oksidasi, karburasi, nitridasi, sulfidasi, penyerapan senyawa halogen, logam cair dll. Sedangkan korosi elektrokimia atau korosi basah terjadi bila reaksinya berlangsung dalam suatu elektrolit dan terjadi perpindahan elektron antara bahan-bahan yang bersangkutan. Reaksi inilah yang banyak terjadi pada proses korosi [1]. Refraktori atau yang biasa disebut sebagai bata tahan api merupakan suatu material yang sesuai dengan namanya adalah material yang tahan api, 133 Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2012 Serpong, 3 Oktober 2012 atau yang pada penggunaannya, digunakan pada tungku (furnace), perlengkapan tungku (kiln furniture) atau yang berhubungan langsung dengan panas yang tinggi. Oleh sebab itu, suatu refraktori harus tahan terhadap pengaruh korosi yang disebabkan oleh aliran gas buang dari suatu furnace ataupun slags, disamping itu juga harus tahan terhadap perubahan suhu yang mendadak [2]. Korosi refraktori adalah keausan refraktori pada permukaan refraktori sehingga ketebalan dan masanya berkurang sebagai akibat dari serangan kimia oleh ciran korosi pada proses reaksi kimia antara refraktori dan cairan korosi [2]. Refraktori dapat digolongkan berdasarkan komposisi kimianya. Refraktori magnesit merupakan bahan baku kimia, yang mengandung paling sedikit 85 persen Magnesium oksida. Tersusun dari magnesit alami (MgCO3). Sifat-sifat refraktori magnesit tergantung pada konsentrasi ikatan silikat pada suhu operasi. Magnesit kualitas bagus biasanya dihasilkan dari perbandingan CaO-SiO2 yang kurang dari dua dengan konsentrasi ferrit yang minimum, terutama jika tungku yang dilapisi refraktori beroperasi pada kondisi oksidasi dan reduksi. Perlawanan terak sangat tinggi terutama terhadap kapur dan terak yang kaya dengan besi [3]. Beberapa sifat refraktori yang harus diperhatikan baik oleh penghasil refraktori dan oleh pemakai refraktori [2,4]. Melihat dari sifat kimia ini, refraktori dikelompokkan menjadi tiga jenis refraktori yaitu : refraktori asam, refraktori basa dan refraktori netral. Refraktori asam, tidak direkomendasikan untuk digunakan pada material yang bersifat basa, karena refraktori jenis ini lebih tahan terhadap asam. Refraktori netral digunakan untuk material yang bersifat netral. Penyimpangan dari pemakaian ini akan menyebabkan terjadinya korosi pada refraktori. Refraktori sebaiknya adalah material yang poros, hal ini disebabkan untuk menjaga serangan kimia dari pelelehan fluks dan gas buang. Penurunan porositas dari refraktori dapat menaikkan kekuatan dari refraktori tersebut, juga dengan konduktivitas panas, akan naik dengan penurunan porositas. Fusion point merupakan suhu refraktori mulai meleleh sehingga fusion point dapat diperkirakan sampai suhu refraktori tersebut dapat digunakan. Spalling merupakan gejala fracture atau flaking dari refraktori yaitu saat refraktori mulai timbulnya gejala-gejala retak. Merupakan ketahanan refraktori terhadap beban kompresive, tegangan dan tarik pada suhu dingin dan suhu tinggi dalam kondisi operasi. Tahan terhadap perubahan suhu yang mendadak. Dari sifat refraktori yang disebutkan diatas, timbul suatu pemikiran untuk menyelidiki atau menganalisis penyebab terjadinya korosi pada satu jenis refraktori yang dipakai pada industri. Pada percobaan ini dianalisis terjadinya korosi dari contoh refraktori dari 134 ISSN 1411-2213 jenis refraktori yang biasa dipakai pada industri pembakaran kapur. METODE PERCOBAAN Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah refraktori sebelum proses dan sesudah proses dan pelarut kimia HNO3, HF, HClO4 dan larutan standar. Penelitian ini meliputi analisis kimia (untuk mengetahui komposisi kimia) dan analisis fisika (untuk mengetahui densitas dan porositas) serta analisis difraksi sinar-X untuk mengetahui struktur kristal yang ada dalam refraktori dan analisis mekanik dari refraktori. Semua analisis dan pengukuran dilakukan untuk refraktori sebelum dan sesudah digunakan. Analisis kimia dilakukan dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA), jenis AA-690-AAS. Analisis Kimia Bahan baku (refraktori) dibersihkan kemudian dikeringkan. Setelah dikeringkan refraktori tersebut digerus kemudian diayak sampai 325 mesh. Hasil ayakan tersebut ditimbang sebanyak 0,1 gram dan dilarutkan dalam HNO3, HF, HClO4 kemudian dimasukkan dalam microwave. Sampel yang dilarutkan tersebut kemudian diencerkan dalam labu ukur 100 mL. Larutan ini siap dianalisis dengan AAS dan didapatkan hasil pada Tabel 1. Analisis Fisika Analisis fisika digunakan untuk menentukan densitas dan porositas. Pengukuran densitas dan porositas menggunakan prinsip Archimedes sesuai Persamaan (1): Dn ma mc m' a ………................…..........….. (1) Dimana : ma = Masa kering contoh mc = Masa jenuh contoh (dididihkan dalam air selama ± 3 jam sampai jenuh) m’a = Masa contoh dalam air Tabel 1. Klasifikasi Refraktori berdasarkan komposisi kimianya (Diambil dari Gilchrist) Metoda klasifikasi Contoh Komposisi kimia ASAM, yang siap bergabung dengan basa BASA, terutama yang mengandung oksida logam yang tahan terhadap basa NETRAL, yang tidak bergabung dengan asam ataupun basa Khusus Silika, Semisilika, Aluminosilikat Magnesit, Khrommagnesit, Magnesitchromit, Dolomit Batu bata tahan api, Khrom, Alumina Murni Karbon, Silikon Karbid, Zirkon Analisis Korosi pada Refraktori Tungku Pembakar Kapur Untuk mengukur % porositas (%P) menggunakan Persamaan (2) dibawah ini : %P = 1 – DB / DA …………..............……… (2) Analisis Difraksi Sinar X Analisis difraksi sinar-X dilakukan dengan menggunakan X-Ray Difraktometer, Shimadsu Jepang. Untuk mengetahui struktur kristal dari refraktori (sebelum dan sesudah digunakan) agar perbedaan dari kedua refraktori tersebut bisa dibedakan. Analisis Mekanik Analisis mekanik dilakukan untuk pengukuran kuat tekan (compressive strength) untuk kedua contoh dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Refraktori Sebelum Digunakan Berdasarkan dari hasil analisis kimia untuk sampel refraktori sebelum dan sesudah dipakai untuk pembakaran pada (Tabel 2 dan Tabel 3) dengan menggunakan alat Atomic Absorbtion Spektro (AAS) terlihat bahwa kandungan senyawa untuk masing-masing sampel terdapat perbedaan, dimana perbedaan yang nyata adalah pada jumlah kandungan senyawanya. Pada contoh refraktori yang belum dibakar, jumlah senyawa hasil analisis hampir 100% (99,56 %). Hal ini menunjukkan tidak ada senyawa lain yang terdapat pada contoh refraktori tersebut selain senyawa-senyawa yang sudah diperiksa. Sedangkan untuk contoh yang sudah dibakar/digunakan jumlah senyawa hasil analisis adalah 86,07 % (untuk senyawa-senyawa yang sama dengan contoh yang belum dibakar). Dari hasil pemeriksaan komposisi kimia ini, terdapat penurunan jumlah senyawa sekitar 13,49 %. Penurunan jumlah senyawa (dari contoh refraktori sebelum dipakai dengan contoh refraktori sesudah dipakai) ini menunjukkan telah terjadinya reaksi kimia antara senyawa oksida tersebut diatas dengan senyawa lain yang berasal dari bahan yang dibakar sehingga terbentuk senyawa baru selain dari senyawa yang telah diperiksa tersebut diatas atau adanya unsur/senyawa lain yang masuk pada waktu proses pembakaran dan inilah yang menyebabkan terjadinya korosi. Dari hasil analisis X-Ray Difraksi (XRD) tidak menunjukkan adanya terbentuk unsur atau senyawa baru karena mungkin jumlah senyawa baru yang terbentuk sangat sedikit. Hasil analisis XRD untuk kedua contoh tersebut memperlihatkan hasil analisis yang sama, bahwa senyawa yang dominan adalah dalam bentuk senyawa magnesium sedangkan untuk senyawasenyawa yang lainnya tidak teridentifikasi. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis XRD yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Terjadinya korosi ini akan menyebabkan perubahan sifat fisika/kimia dan mekanis dari sampel refraktori tersebut. Perubahan sifat fisika atau kimia yang dimaksud adalah bahwa terjadinya penurunan titik leleh dari contoh refraktori sehingga pada saat pembakaran Tabel 2. Hasil Analisa Kimia untuk Refraktori sebelum digunakan. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Senyawa Fe2O3 Al2O3 Si2O MgO CaO Na2O K2O Jumlah Hasil % 0,54168 1,3379 6,8668 88,6571 1,9325 0,0669 0,0104 Gambar 1. Difraksi Sinar-X untuk Refraktori sebelum digunakan. 99,47 % Tabel 3. Hasil Analisa Kimia untuk Refraktori setelah digunakan. No Senyawa Hasil % 1. Fe2O3 0,3166 2. Al2O3 0,8363 3. Si2O 3,2111 4. MgO 81,6280 5. CaO 1,0971 6. Na2O 0,0393 7. K2O 0,0038 Jumlah 86,13 % Gambar 2. Difraksi Sinar-X untuk Refraktori setelah digunakan 135 Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2012 Serpong, 3 Oktober 2012 Tabel 3. Hasil Analisa Pengujian Fisika dan Mekanik untuk Refraktori sebelum digunakan. No Jenis Pengujian Hasil Hal ini akan menyebabkan refraktori menjadi mudah patah. Hal ini ditunjukkan dari hasil pemeriksaan kuat tekan yang ditunjukkan pada Tabel 4 dan Tabel 5. 1 Porositas 15,4866 % KESIMPULAN 2 Densitas 2,9604 g/cm3 3 Kuat Tekan 252,406 kg/cm2 4 Analisa XRD Gambar 1. Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis kimia pada refraktori sebelum dan sesudah di pakai untuk pembakaran menunjukkan bahwa Jenis Refraktori yang dipakai adalah jenis Magnesium. 2. Terjadinya penurunan kadar Fe, Al, Si, Mg, Ca, Na, dan K ini menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi antara senyawa oksida tersebut diatas dengan senyawa lain yang berasal dari bahan yang dibakar, yang menyebabkan terjadinya korosi. 3. Berkurangnya kandungan senyawa tersebut di atas menunjukkan telah terjadi senyawa baru yang jumlahnya banyak sehingga tidak dapat terdeteksi ke dalam data X-Ray Diffraction. 4. Kejadian seperti disebutkan di atas mengidentifikasikan telah terjadi korosi yang memberikan efek pada kenaikan densitas, penurunan porositas dan kuat tekan. Tabel 5. Hasil Analisa Pengujian Fisika dan Mekanik untuk Refraktori sebelum digunakan. No Jenis Pengujian Hasil 1 Porositas 13,5575 % 2 Densitas 3,0098 g/cm3 3 Kuat Tekan 82,78 kg/cm2 4 Analisa XRD Gambar 2. sedang berlangsung sebagian dari contoh akan meleleh. Contoh yang meleleh ini akan menutupi sebagian dari pori yang ada sehingga menyebabkan pori menjadi lebih kecil. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian porositas dimana terjadi penurunan nilai porositas dari 15,4866 % menjadi 13,5575%. Pada saat terjadi penurunan porositas ini, pada waktu yang bersamaan menyebabkan terjadinya pergeseran dari struktur pembentuk/ penyusun refraktori yang pada akhirnya menjadi retak dan seterusnya patah. Selain itu efek samping pelelehan tersebut adalah terjadinya kenaikan densitas dari refraktori. Hal ini akan dibuktikan pada hasil pemeriksaan densitas dimana densitasnya naik dari 2,9604 gr/cm3 (untuk refraktori sebelum dibakar) menjadi 3,0098 gr/cm3 (untuk refraktori sesudah dibakar) atau naik sekitar 1,7 % . Berdasarkan dari data literatur bahwa refraktori jenis MgO ini densitas maksimum yang diperbolehkan adalah 2,93 gr/cm, sehingga terdapat perbedaan nilai densitas yang cukup besar dari refraktori yang sudah dibakar. Terjadinya kenaikan densitas ini akan menyebabkan kenaikan beban maksimum yang harus ditanggung oleh refraktori tersebut pada saat operasi. 136 ISSN 1411-2213 DAFTAR ACUAN [1]. [2]. [3]. [4]. [5]. [6]. SIDNEY H. AVNER, Introduction to Physical Metallurgy, Second Edition, Mc Graw Hill Book Company, NewYork, (1974) CHARLES A., Schacht and to be published by Marcel Dekker, Refractories Handbook, New York, NY10016 GILCHRIST J. D., Fuels, Furnaces and Refractories, Pergamon Press, (1977) CHESTERS J. H., Refractory for Iron and Steelmaking The metal Societi-London, (1974) Powder Diffraction File, Alphabetical Indexes Inorganic Phases, International Center For Diffraction Data, 1601 Park Lane Swarthmore PA. USA, (1990) AUSTIN T. GEORGE, Shreve’s Chemical Process Industry, Fifth Ed, Mc Graw Hill Book Company, NewYork, (1987)