Menkes Larang Rumah Sakit Bedakan Ekonomi Pasien Media

advertisement
Judul
Media
: Menkes Larang Rumah Sakit Bedakan Ekonomi Pasien
: Rakyat Merdeka
Wartawan
26
Tanggal : Sep
Nada Pemberitaan
2017
Halaman : 6
: BOAR
: Negatif
Menkes Larang Rumah Sakit Bedakan Ekonomi Pasien KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes)
mempersilakan rumah sakit mencari keuntungan. Namun begitu, bukan berarti melupakan fungsi sosialnya.
Rumah Sakit harus tetap melayani keluhan pasien, tanpa membeda-bedakan kondisi ekonomi pasien. Hal itu
dikatakan Staf Khusus Menteri Kesehatan, Bidang Peningkatan Pelayanan, Kementerian Kesehatan, Akmal
Taher, kemarin. Menurut Akmal, rumah sakit diperbolehkan mencari keuntungan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Cakit. "Dalam undang-undang itu, Rumah sakit di
Indonesia ini ada yang for profit dan non for profit atau rumah sakit publik. Boleh cari keuntungan," terangnya.
Akmal mengatakan, tidak benar juga menyalahkan rumah sakit yang mencari keuntungan . Sebab, itu diatur
dalam undang-undang. Namun, tetap ada fungsi sosialnya. "Jadi jangan seakan-akan, seolah-olah rumah
sakit cari untung itu jelek dan tidak boleh," ucapnya. Meski dibenarkan secara undang-undang. Akmal
membuka masukkan seluas-luasnya kepada masyarakat bila menilai peraturan tersebut tidak pas dan perlu
diubah. Ia menyontohkan seperti di sektor pendidikan yang kini dibuat non-profit dan dilarang keras mencari
keuntungan. "Itulah keadaan kita sekarang dari segi peraturan. Jika ke depan kita ingin seperti pendidikan
(non profit), mari sama-sama kita berjuang untukmengubah itu," tegasnya lagi. Di tempat sama. Menteri
Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengklaim telah berusaha berupaya meningkatkan sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia. Jika ada kasus seperti Bayi Debora, Kemenkes harus melihat kejadian secara
menyeluruh hingga keakar-akamya. "Kami tenty harus melihat dulu kesalahan sampai di tingkat mana.
Sanksi (kepada RS) bisa lisan, bisa teguran keras hingga cabut izin operasional," papar Menkes. Dari data
yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan, lanjut dia, total lebih dari separuh warga Indonesia sudah terdaftar
program JKN. Program JKN sendiri dianggap menjadi salah satu biang kerok masalah layanan kesehatan,
karena dianggap belum transparan dan kerap merugikan baik bagi rumah sakit bermitra JKN maupun
masyarakat pengguna JKN. Sekalipun begitu. Menkes mengatakan, program JKN tidak menarik untung dari
masyarakat dan akan tetap dipertahankan, serta akan terus melakukan peningkatan kualitasnya. "JKN ini
harus tetap kita pertahankan. Untuk menolong tentu. PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dibayarkan oleh
pemerintah untuk yang tidak mampu (ada) 92.4 juta jiwa. Bayangkan sekarang (penduduk tidak mampu) bisa
berobat. Tentu kejadian-kejadian dan kasus tetap akan terjadi, tapi kita coba kurangi secara bersama-sama,"
terangnya. BOAR
Download