33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini
menganalisis
bagaimana hubungan
antara struktur
kepemilikan terhadap manajemen laba antara perusahaan milik negara dengan
perusahaan milik swasta yang terdaftar di BEI. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Metode kuantitatif
merupakan metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiono, 2013:13).
Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Sugiono, 2013:3).
Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Lebih lanjut, deskriptif analitis dengan jenis pendekatan
studi kasus adalah melihat fenomena permasalahan yang ada di perusahaan
sehubungan dengan masalah yang diteliti. Data yang diperoleh selama penelitian
kemudian akan diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori
yang telah dipelajari.
Menurut Nazir (2005), metode penelitian deskriptif serta tujuannya adalah
sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
33
34
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.”
Dengan metode ini, penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan
mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat
dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang menunjang
penyusunan laporan penelitian. Data yang diperoleh tersebut kemudian diproses,
dianalisis lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga
memperoleh gambaran mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan
mengenai masalah yang diteliti.
3.2
Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel
3.2.1 Data
Data pada penelitian ini merupakan data sekunder yang dikumpulkan
menggunakan metode dokumentasi. Data sekunder mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006). Alasan penggunaan
data sekunder pada penelitian ini adalah dengan pertimbangan bahwa data ini
mempunyai validitas data yang dijamin oleh pihak lain sehingga handal untuk
digunakan dalam penelitian.
Data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel
selama 2006 sampai dengan 2014. Data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah data mengenai manajemen laba, kepemilikan perusahaan, skor indek
corporate governance, profil susunan komisaris independen dan presiden
komisaris, laba bersih perusahaan, jumlah aset perusahaan, penjualan perusahaan,
jumlah ekuitas, dan leverage.
35
3.2.2 Populasi dan Sampel
Menurut Sekaran (2006), populasi mengacu pada keseluruhan kelompok
orang, kejadian atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (go
public) pada tahun 2006 – 2014. Dari populasi tersebut diambil sampel penelitian
dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode pengumpulan
sampel yang terbatas pada jenis tertentu yang dapat memberikan informasi yang
diinginkan (Sekaran, 2006). Kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1.
Perusahaan non-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
dipublikasikan dalam website resmi BEI dan website resmi perusahaan antara
tahun 2006 sampai dengan tahun 2014.
2.
Penelitian ini menggunakan metode pencocokkan sampel (matching sample),
yaitu membagi sampel tersebut berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu.
Pertama, peneliti mencari perusahaan BUMN yang go public antara tahun
2006 – 2014. Selanjutnya, untuk mendapatkan perusahaan swasta, peneliti
melakukan matching sample, yaitu dengan cara mencocokkan (matching)
perusahaan BUMN dan swasta dengan kriteria adalah industri yang sejenis
dan memiliki ukuran aset yang sama atau paling mendekati.
3.
Penelitian ini menggunakan perusahaan go public untuk mempermudah
peneliti dalam melakukan identifikasi. Alasannya adalah perusahaan tersebut
telah diwajibkan menyampaikan laporan keuangan dan laporan tahunan
kepada publik.
36
3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.3.1 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Pengukuran
manajemen laba menggunakan total akrual. Akrual merupakan komponen utama
pembentuk laba yang disusun berdasarkan estimasi-estimasi tertentu. Untuk
mencari total akrual dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung
perbedaan antara laba bersih dengan arus kas dari aktivitas operasi dibagi dengan
rata-rata total aset (Liu dan Lu, 2007; Chia et al., 2015).
Keterangan:
ACCit
NIit
CFOit
TAit
= Total akrual perusahaan i pada tahun t
= Laba bersih perusahaan i pada tahun t
= Kas dari operasi perusahaan i pada tahun t
= Total aset perusahaan i pada tahun t
3.3.2 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi kepemilikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah dan bagaimana konsentrasi
kepemilikan mempengaruhi manajemen laba. Penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Ding et al., (2007) untuk mengukur konsentrasi
kepemilikan perusahaan adalah dengan cara membandingkan persentase
kepemilikan terbesar dalam struktur kepemilikan perusahaan. Semakin besar
kepemilikan saham terbesar dalam perusahaan berarti struktur kepemilikan
perusahaan semakin terkonsentrasi dan sebaliknya.
37
Penelitian ini memprediksi munculnya bentuk pola U terbalik pada
hubungan antara konsentrasi kepemilikan dengan manajemen laba. Pada
konsentrasi kepemilikan yang lebih tinggi maka tingkat manajemen laba akan
menurun. Untuk mengukur konsentrasi kepemilikan yang lebih tinggi adalah
dengan cara mengkuadratkan variabel Top1 (Ding et al., 2007).
3.3.3 Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel independen yang berfungsi
menguatkan atau melemahkan hubungan antara variabel independen terhadap
variabel dependen (Sugiono, 2013: 62). Variabel moderating dalam penelitian ini
adalah variabel private yang merupakan variabel dummy.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan antara kelompok
kepemilikan saham perusahaan negara dengan kelompok kepemilikan saham
perusahaan swasta. Oleh karena itu, peneliti menggunakan variabel dummy (Ding
et al., 2007) untuk membedakan kelompok kepemilikan saham tersebut, yaitu
variabel private = 1 untuk perusahaan swasta dan 0 untuk perusahaan negara.
3.3.4 Variabel Kontrol
3.3.4.1 Corporate Governance
Corporate governance pada penelitian ini diukur menggunakan indeks
pengukuran yang digunakan dalam penelitian Hermawan (2011). Pengukuran
indeks corporate governance menggunakan checklist pertanyaan untuk mengukur
keefektifan dewan komisarin dan komite audit terkait laporan dewan komisaris
dan komite audit, profil dewan komisaris dan komite audit, pernyataan tugas dan
38
tanggung jawab serta jumlah rapat dewan komisaris dan komite audit.
Pemeringkatan skor dari yang terbaik ke yang terburuk adalah sebagai berikut:
Good : memenuhi semua kriteria, diberi nilai 3
Fair : hanya memenuhi sebagian kriteria, diberi nilai 2
Poor : tidak memenuhi kriteria atau tidak ada informasi, diberi nilai 1
3.3.4.2 Hubungan Politik
Hubungan politik pada peneltiian ini dideteksi menggunakan kriteria yang
digunakan oleh Ding et. al. (2014) yang diadopsi dari Fan et. al. (2007) sebagai
berikut ini.
1.
Presiden komisaris dan/atau komisaris independen rangkap jabatan sebagai
politisi yang berafiliasi dengan partai politik.
2.
Presiden komisaris dan/atau komisaris independen rangkap jabatan sebagai
pejabat pemerintah.
3.
Presiden komisaris dan/atau komisaris independen rangkap jabatan sebagai
pejabat militer.
4.
Presiden komisaris dan/atau komisaris independen merupakan mantan
pejabat pemerintah atau mantan pejabat militer.
Variabel ini akan menggunakan dua sub variabel, yaitu presiden komisaris
yang mempunyai hubungan politik dan komisaris independen yang mempunyai
hubungan politik. Variabel ini menggunakan dummy, dengan ketentuan jika suatu
perusahaan memenuhi kriteria sebagai perusahaan yang memiliki koneksi politik
maka akan diberi skor dummy = 1, dan 0 jika sebaliknya.
39
3.3.4.3 Penjualan
PSAK No.23 paragraf 06 Ikatan Akuntan Indonesia (2010) menyatakan
bahwa: “Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.” Dalam penelitian ini definisi penjualan juga diartikan
pendapatan bagi perusahaan non-faktur.
3.3.4.4 Leverage
Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva
perusahaan (Van Horne et al., 2007). Rasio ini menunjukkan besarnya besar
aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Rasio ini akan
diukur mengunakan rumus:
3.4
Analisis Data
3.4.1
Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji
statistik yang berupa statistik deskriptif. Statistik deskriptif bertujuan untuk
mengetahui distribusi data yang menjadi sampel. Selain itu, statistik deskriptif ini
memberikan gambaran data mengenai kriteria rata-rata, standar deviasi, varian,
maksimum, minimum yang menginterpretasikan untuk jumlah jawaban dari
pertanyaan permasalahan yang diajukan.
40
3.4.2
Uji Asumsi Klasik
3.4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan program SPSS. Residual dikatakan
terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas K-S tidak signifikan (nilai
signifikansi lebih besar dari 5%) (Ghozali, 2011).
3.4.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas
dalam model regresi. Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan dengan
melihat nilai variance inflation factor (VIF) dan tolerance (TOL). Bila nilai TOL
lebih kecil dari 0,10 atau nilai VIF lebih dari 10 maka terdapat gejala
multikolinearitas yang berbahaya dan begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2011).
3.4.2.3 Uji Autokorelasi
Asumsi klasik berikutnya adalah autokorelasi yang bertujuan untuk
mengetahui keberadaan korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) pada sebuah model
regresi linear. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Runs
Test, yaitu menguji residual masing-masing model regresi. Model regresi
dikatakan terdapat autokorelasi jika probabilitasnya signifikan pada 5% (Ghozali,
2011).
41
3.4.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi klasik yang ketiga adalah uji heterokedastisitas. Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Untuk menguji asumsi ini digunakan pendekatan metode grafik dengan cara
melihat grafik scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED) dengan
studentized residual (SRESID). Ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED, yaitu sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan
sumbu X adalah residual. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai
berikut ini.
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.4.3
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap tindakan
manajemen laba seperti yang dilakukan dalam penelitian Ding et al. (2007).
Pengujian hipotesis kedua pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
dengan variabel pemoderasi (Moderating Regression Analysis). Uji interaksi atau
sering disebut MRA merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda yang
dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (Ghozali, 2012).
Analisis MRA ini selain untuk melihat apakah ada pengaruh variabel bebas
42
terhadap variabel tak bebas juga untuk melihat apakah dengan diperhatikannya
variabel moderasi dalam model, dapat meningkatkan pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel tak bebas atau malah sebaliknya. Persamaan regresi tersebut
adalah:
Model 1
EM = α + β1(Top1) + β2(Top1)2 + β3(Private) + β4(Private_Top1) + ε
...(1)
Model 2
EM = α + β1(Top1) + β2(Top1)2 + β3(Private) + β4(Private_Top1) +
β3(ln_sales) + β4(Lev) + ε
...(2)
Model 3
EM = α + β1(Top1) + β2(Top1)2 + β3(Private) + β4(Private_Top1) +
β3(PC_PCom) + β4(PC_IC) + β3(CG) +
β4(ln_sales) + β4(Lev) + ε
Keterangan:
EM
Top1
Private
PC_PCom
PC_IC
CG
Ln_sales
Lev
ε
α
β
...(3)
= Manajemen laba
= Pemegang saham terbesar
= Variabel dummy, yaitu 0 = BUMN, 1 = Non-BUMN
= Hubungan politik presiden komisaris
= Hubungan politik komisaris independen
= Index corporate governance
= Natural logaritma penjualan
= Leverage
= Error
= Konstanta
= Koefisien regresi
Model (1) menguji hubungan antara manajemen laba dengan konsentrasi
kepemilikan yang di ukur dengan presentasi kepemilikan saham terbesar
perusahaan dan tipe kepemilikan dengan menggunakan variabel dummy, yaitu 1
untuk kepemilikan swasta dan 0 untuk kepemilikan negara.
43
Model (2) menambahkan dua variabel kontrol, yaitu provitabilitas dan leverage.
Model (3) merupakan model regresi yang paling lengkap dengan menambahkan
variabel kontrol corporate governance dan hubungan politik presiden komisaris
dan komisaris independen.
Dari hasil persamaan-persamaan regresi diatas dapat terjadi beberapa
kemungkinan sebagai berikut ini.
1.
Jika variabel moderator (private) tidak berinteraksi dengan variabel
prediktor/independen
(Top1)
namun
berhubungan
dengan
variabel
kriterion/dependen (EM) maka variabel private tersebut bukanlah variabel
moderator melainkan merupakan variabel
intervening atau variabel
independen.
2.
Jika variabel moderator (private) tidak berinteraksi dengan variabel
independen (Top1) dan juga tidak berhubungan dengan variabel dependen
(EM) maka variabel private merupakan variabel moderator homologizer.
3.
Jika variabel moderator (private) berinteraksi dengan variabel independen
(Top1) dan juga berhubungan signifikan dengan variabel dependen (EM)
maka variabel private tersebut merupakan variabel quasi moderator
(moderator semu). Hal ini karena variabel private tersebut dapat berlaku
sebagai moderator juga sekaligus sebagai variabel independen.
4.
Jika variabel moderator (private) berinteraksi dengan variabel independen
(Top1) namun tidak berhubungan signifikan dengan variabel dependen (EM)
maka variabel private tersebut merupakan variabel pure moderator
(moderator murni).
44
3.4.3.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan
koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R2
untuk menilai model regresi, karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2011).
3.4.3.2 Pengujian Regresi Secara Simultan (Uji Signifikansi-F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji F dilakukan guna
menentukan good of fit test atau uji kelayakan model regresi untuk digunakan
dalam melakukan analisis hipotesis dalam penelitian. Kriteria yang digunakan
dalam pengujian ini adalah probability value (sig). Apabila probability value
dalam hasil pengujian lebih kecil dari 1%, 5% atau 10% maka dapat dinyatakan
45
bahwa model layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi dalam penelitian
dan sebaliknya.
3.4.3.3 Pengujian Regresi Parsial (Uji Signifikansi-t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011). Kriteria pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian
adalah probability value (sig) t. Apabila probability value (sig) t lebih kecil dari
1%, 5% atau 10% maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dapat diterima. Dengan kata lain, apabila probability value (sig) t lebih besar dari
1%, 5% atau 10%, maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini ditolak.
Download