PROGRESS JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMW Pelindung / Penasehat Rektor UTB LamPung Pimpinan Umum Drs. Pirhan lsmar, MM Ketua Penyunting Drs. Rusdan, M. Si Anggota Penyunting Ahli 1. Drs. Djoko Lelono, MM 2. Drs. Hi. Achmad Zahruddin, MM 3. Drs. H. Achmad MoelYono, MH 4, Drs. Soewito, MM 5. Drs. Hasan Basri, M.Si 6. Drs. Soebandryo 7. Drs. Fachruddin TA Penyunting Pelaksana Tata Usaha ' : : 1. Suhaimi, S.Sos 2. Anwar, S'Sos Rosidah, S. Sos PROGRESS ruRNAL ILMU SOSIAL DAN'ILMU POLITIK ISSN :053-6678 Nomor : 27lTh.XII.Febru arU20O7 DAFTAR ISI Halaman DARI REDAKSI 1. Transformasi Dalam Rangka Pembinaan dan Pengembangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Menuju Korporasi Berkelas Dunia Drs. Hi. Achmad Zahruddin, MM .............. 2. Reformasi Administrasi Pemerintahan Drs. Hi. Achmad Moelyono, MH.............. 3. Prilaku Individu Sebagai Pesan Komunikasi Dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya Suhaimi, S.Sos ............ . 10 Analisa Penggunaan Teknologi Kogenerasi Dalam Upaya Penghematan Energi Pada PT. Golden Sari Bandar Lampung Samsuar, S.Si.,M.T 13 Menata Kembali Wawasan Kebangsaan Drs. Rusdan, M.Si ............. 20 4. 5. 6. 'Pengaruh Informasi Terhadap Citra Perusahaan, Citra Produk dan Familiaritas dalam Penentuan Preferensi Konsumen : Suatu Analisis pada Produks Shampo Sunsilk Hj. Faila Shofa" SE.,MSM 7. 8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan WEB SURFERS Terhal,ap Internet Content Filters (Kajian dari sisi Gender pada lVeb Surfers di Jovatech Universitas Brawij aya, E-Learning program Pascasarjana Universitas Brawijay4 Trijaya Net dan Kelir Net) Baroroh Lestari 29 Peranan Media Massa dalam Era Globalisasi dan Implikasi Globalisasi Pada Kehidupan Negara-Negara Berkembang Thabita Carolina 9. 23 35 Fungsi Koordinasi dalam Meningkatkan Kinerja Bidang pemerintahan Di Kecamatan Anwar, S.Sos 10. Strukh:r Kapitalisme Global, Pengaruhnya Atas Imperiaiisme Media Dan Hegemoni Budaya pada Negara Dunia Ketiga Abdul Firman Ashaf 1 1. Pengaruh Sosiologi dan Komunikasi Drs. Hasan Basri, M. Si 45 Antropologi Terhadap perkembangan Ilmu 49 35 PEMNAN MEDIA I'4ASSA DALAM GLOBAUSASI DAN IMPLIKASI GLOBAUSASI PADA KEHIDUPAN NEGAM _ NEGAM BERKEMBANG ( Telaah Konseptual ) Oleh :Thabita Carolina l)oscn Ilrnu Komunikasi l.lSIl) U llJ l.arnpung Gf obalisasi dan Ctobal Yillage Kata globalisasi menjadi kata yang paling popular di rwal abad keduapuluh dimana orang camai membicarakan pembangunan dunia yang disertai kemajuan teknologi yang kian melesat. Konsep globalisasi sendiri menurut Robertson (1992.8) berkembang sejak tahun 1980-an yang dipengaruhi konsep Marshall McLuhan tentang Global Village.l Konsep ini merefleksikan serta membentuk kecenderungan media untuk mengukuhkan gagasan Di sinilah konsep globalisasi yang menjadikan dunia menjadi kesatuan, menjadi wacana pembicaraan yang tiada henti diperdebatkan. Lihat saja konsepsi Robertson (dalam Jang, 1997:19) yang mengatakan bahwa "globalizalion is the compression of the world and the inlensificqlion ofconsciousness <tJ the world as a whole" . Bisa juga disimak uraian ciddens (1997:19) yang melihat globalisasi sebagai sebuah proses yang kontek sosial yang berbeda menghubugkan antara terhadap suatu kejadian tanpa ada batas ruang lagi. mengenai komunitas global. Dengan bahasan yang lebih kompleks, Fakih (2002:198) Sementam r'tu, Tester (1994:86) melihat bahwa konsep glohal village2 hertumpu pada gagasan bahwa media telah memperbesar kemampuan kita untuk memahami dan mengetahui tatanan sosial dan budaya yang beragam di berbagai tempat. Media membuat kita mengetahui lebih banyak sehingga dunia kelihatan lebih kecii. Dengan dan arena media, kita bias hidup diberbagdi dunia dan budaya pada waktu yang sama tanpa harus meninggalkan ruang tamu kita.r Menanggapi hal ini, Michael Ignatieff seperti dikutip oleh Tester memberikan argumentasi bahwa media tidak hanya merubah pemahaman kita tentang kewajiban moral kjta t€rbuka dan mengglobalnya peran pasar, investasi dan proses produksi dari perusahaan - perusahaan transnasional yang kemudian dikuatkan oleh ideologi dan tata dunia perdagangan baru dibawah suatu aturan yang dit€tapkan oleh organisasi perdagangan bebas secara global.s Secara positif, giobaliiasi mencoba meyakinkan rakyat miskin di dunia ketiga dengan menjadikannya harapan baru dan menjadi keharusan demi kebaikan di masa depan. Secara negatil globa)isasi melahirkan kecemasan bagi mereka yang terhadap orang lain. Media memaksa kita untuk nremaharni bahwa seluruh penghuni global village adalah penduduk dunia yang sama, karena semuanya memikirkan permasalahan sekitar kemiskinan rakyat dan marjinalisasi rakyat serta persoalan keadilan sosial. olal mereka adalah tetangga yang Fakih melanjutkan bahw4 globalisasi sendiri merupakan proses pengint€grasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas yang sesungguhnya telah dicanangkan sejakjaman kolonialisme. Di sini semua negara, termasuk negara yang sedang berkembang didorong untuk menjadi bagian dari pernrmbuhan ekonomi global dimana alctomya bukan hanya negara tetapi juga perusahaan transnasional, dan bank - banl transnasional,serta lembaga keuangan dipersatukan seolah - biasanya merupakan teman yang terdekat dan terbaik unruk kita. Tak berbeda jauh dengan Robertson dan Tester dalam memaknai konsep global vil/cge, Budiman (2002:58) menyatakan bahwa teknologi media telah berhasil nrentransformasikan masyarakat manusia di dunia menjadi sebuah satuan komunitas global tanpa dinding - dinding pembatas lama seperti ideologi politik, agama dan nasionalitas.r I Konsep lcntang Global nlldgeyang Eangat terkenal ini pertama kali dlpakal McLuhan dalam bukunya yang &1udul Explorations yang diterbitkan pada tahun 1960. 2 Istilah Global Village bisa saja diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi "desa buana" atau "kampung buana", akan .'..r.irpi penulis memilih istilah aslinya untuk menjadikan istilah ini letap dimaknakan dalam bahasa aslinya, bahasa Inggris. 3 Tester mencontohkan konser Uve Aid yang digerakkan 8ob GeldoF di stadion Wembley London dan John F Kennedy dan dlsiarkan diseluruh dunia pada tanggal 13 Juli 1985 sebagai bagian darj konsep Luhan tentang Global Whge Budiman melihat bahwa tuntutan liberalisasi masyarakat- ' melihat bahwa proses globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan paham kapitalisme, yakni kian masyarakat komunis di Eropa 'Ilmur dan tuntutan bagi multilateral serta birokrasi perdagangan regional dan global. Ada sejumlah eJemen yang merupakan anatomi demokrusl dl Clns yang m€ngurt pada decadc 1980.rn merupakan contoh yang djanggap orang sebagai bukti kekuatan media untuk menembus dinding ideologi politjk dan batas geografis sepertt yang dimaksud Mcluhan dengan konsepnya tenldng Globa/ Wlage. s Fakih send,r; menganggap bahrad gioba.jsasr sendiri muncu bersamaan dengan fenomena runtuhnya pembangunan di Asia 'llmur yang terjadi menjelang abad 21 yang juga ditandai dengan liberalisasi segala bidang yang dipaksakan melalui structural program oleh lembaga finansial global dan dlsepakati oleh GATT dan WTO lir globalisasi yang dikemukakan Fakih, pertoma, penciptaan mekanisme globalisasi sistem dan proses produksi. Konsolidasi sistem fabrikasi dunia pada dasarnya mdrupakan usaha penciptaan hirarki jaringan produksi dan perdagangan skala global dari perugahaan transnasional, Kedua, penciptaan dewan - dewan serikat perdagangan. Keliga, Lembaga keuangan global seperti Bank dunia. Ketiga lembaga tersebut merupakan aktor globalisasi yang menetapkan aturan seputar investasi. multidimensional. Konsep globalisasi ini telah mencotra untuk menempatkan keformalan dan pcrbedaannya dari ketergantungan atau imperialisme media dan kultural. Media dalam Clobalisasi dan Globalisasi Media Dari uraian McQuail dan Sen di atas, tcrlihat bahux atas media mempunyai peranan yang signifikan dalam proscs globalisasi seperti yang diungkapkan lebih tegas oleh Tehranain (1999:4) dalam uraian berikut: merupakan pelaksanaan ideologi dari neoJiberalisme yang percaya bahwa pertumbuhan ekonomi dicapai Much of the literature rtf gkfializution has.fbcttsctl Bagi Fakih, globalisasi melalui aktor - aktor di sebagai hasil normal dari kompetisi bebas dengan pokok - pokok pemikiran seperti membebaskan perusahaan swasta dari campurtangan pemerintah, menghentikan subsidi negara pada Ekyat karena bertentangan dengan bebaskan campurtangan pemerintah dan prinsip Pasar serta persaingan bebas serta melakukan penghapusan on lhe economic aspecls of glabal ntarkets, lralc and develapment. Bul iI is JAh Io s(r)' Lhal \t'illtou! global communicalion, there could nol be a glohal nurkelplace. Conmunicalion hal conlrihulcd hollt materially and symbolically lo ElobolizLttion in .It leasl lhere diferent w(lys. ideologi'kesejahteraan bersama' dan pemilikian komunal yang banyak dimiliki oleh masyarakat Ketiga kontribusi komunikasi global yang dinyalakan tradisional. Tehranian meliputi Sementara itu, Ferguson (2002:239-241) melihat bahwa terdapat tiga permasalahan seputar globalisasi. Pertana, masalah pemaknaan, dimana globalisasi merupakan memungkinkan munculnya nert pancapitdlism. Kedt'.t. sebuah perjalanan sekaligus sebuah tujuan dengan menawarkan konsep untuk mengembangkan tatanan dunia sebagai sebuah struktur konket dunia yang : pertama, komunikasi global telah menyediakan'infosltltclures' untuk transborder data, news dan image yang berkembang yang teli h komunikasi global meningkatkan derajal perminlaan melalui saluran yang diinginkan dari periklanan global. Ketiga, komunikasi global memberdayakan silent voices dari periferi yang membutuhkan self-clctcruination dan dari identitas terhadap komoditas fetishism dari pusat. menjadi satu kesahnn. Keduq, masalah bukti yang keadilan sosial yang sering diambil berupa indikator ekonomi dan sosiodemografis.6 Ketiga, fetishism permasalahan evaluasi yang menunjukkan 7 bahwa globalisasi membawa berbagai implikasi geopolitis dan Agak berbeda dengan Tehranian. Croteau (1997:289) historis. rnclihat hahwa nredia nrassa dalanr globulisasi rrcniadi Berbagai fenomena yang menyertai perdebatan mengenai globalisasi sepeni diuraikan di atas terlihat globalisasi menyentuh semua aspek aktivitas manusia, tak terkecuali bidang komunikasi seperti diungkapkan oleh McQuail (2002:302) berikut: Il is now equally a commonplace lo poinl to lhe 'globalization' of alnost all aspects of human ailivity, but it seems to apply especially to the transmission of informotion and cttlture qcross formdly.close or restricled nationsl fronliers. Time qnd dislance are no longer the ctitical limiling fqctors on communicql ions. Gagasan McQuail sama halnya dengan apa yang dilihat oleh sen (2000:13) bahwa titik awal globalisasi terletak pada perkembangan teknologi yang tejadi dalatn dua dekade terakhir ini ditambah integrasi finansial dunia telah membuat produksi kultural melewati batas media nasional dimana perubahan teBebut bersilat 6 Ferguson mellhat indikator ekonomi bisa dilihat dari modal, layanan, manufaktur, barang-bacng, data dan telekomunikasi yang barsifat multjkontinental, privatisasl dari asset publik dalam skala besar, deregulasi dan regulasi sistem penylaran, pelembagaan perdagangan dunia dan pasar uang yang berbasis elekbonik. Sedangkan indikator soslodemografis dilihat darl mlgrasi budaya dan nilai-nllai, pergerdkan sosial yang lintas batas, perqerakan ahrefak anbsocjal seperti obat tedarang, senjata dan pergerakan orangyang berupa pengungsi, professional, hiris dan lmigrasi. komponen yang penting karena berisikan [agasan, citra dan suara dari budaya yang berbeda dan bisa diterirna budaya lain. Sama pentingnya dengan komponen lain yaitu peubahan peran jarak geografis dan fisik serta waktu. Globalisasi media oleh globalisasi yang Croteau dianggap sebagai industri bisnis komersial yang telah secara sederhana memberikan penekanan pada ketidaksetaraan hakekat global itu sendiri. Clobalisasi media tidak bersifat demokratis sekaligus egalitari.aOleh karena itu, impian akan glohal village dimana t€rdapat persamaan informasi dan budaya tidak menggambarkan realitas media global sekarang ini. Croteau mengatakan lebih laniut bahwa lerdapat tiga kunci utama yang berkaitan dengan globalisasi media yaitu:kepemilikan dan kontrol media, isi media sena konsumsi media. Globalisasi media sendiri mendorong adanya industri media yang global. Kepemilikan dan kontrol korporasi media global dikuasai oleh negaranegara industri yang lebih kaya dan makmur yang juga mendominasi produksi produk global media. Sama halnya dengan isi media yang diproduksi oleh negara yang lebih maju untuk discbarkan di seluruh pcnjuru dunia yang akhimya memberi kesenjangan tinggi antara negara maju dan sedang berkembang. Dominasi media 7 Fetishasm menuM Longman Dictionary of Language and Culture, Longman, Essex, 1998 adalah praktek pemujaan terhadap obyek yang dianggap sebagai Tuhan se'1a mempunyai kekuatan magis yang biasanya terjadi dinegara-negara yang belum maju. 37 yang dilakukan oleh negara-negara barat inilah yang disebut sebagai dampak media globalisasi yang berupa i.4;;'srialisme ku,ltural. Selain itu juga dalam hal pola |ionsumsi negara maju lerhadap seluruh populasi dunia dl nrana sumber material yang penting berpartisipasi secara penuh dalanr kultur media global. - negara Eropa Utara. Bahkan terdapafjuga proteksi hak cipta dan property intelektual yang digulirkan WTO tahun 1990-an untuk melindungi negara negara pencipta teknologi serta Amerika. Keempa!, media dan pembangunan nasional, teknologi informasi dianggap mempunyai potensi untuk membuat pembangunan maju. Di sini peranan organisasi keuangan intemasional dianggap penting untuk bisa nasional menjadi lebih Senrentara itu, McQuail (2000:220) melihat bahwa ada beberapa bentuk komunikasi massa global yang terdiri dari transmisi auat distribusi langsung dari saluran media dl sebuah negara yang disiarkan ke negara lain. media rnlcrnasional8, impor mediae yang digunakan dalam media domestik, format dan genre intemasional yang diadaptasi untuk kepentingan domestik, berita lntemasional dalam bentuk komunikasi lain seperti 'membantu' negara yang sedang membangun. Berkenaan dengan imperialisme kultural, Wang ( 1997: l6) mengutib Hebert Schiller mengatakan adanya indikator makro struktural dari kepemilikan organisasi media, perkembangan teknologi media dan aplikasinya sena faktor ekonomi media lainnya. Media massa Amerika cenderung memproyeksikan citra tentang peristiwa olahraga internasional, iklan, serta beragam gambar. komoditas dan kekayaan dan mempromosikan visi hidup bangsa Amerika. Ekspansi internasional yang terutama Dengan perubahan besar-besaran dalam teknologi dilakukan oleh Amerika lio:runikasi, globalisasi media memungkinkan kita hidup dalam masyarakat 'post industrial' atau sering disebut dominasi kultural terhadap negara lain terutama negara de,igan'information-based' society. Sep€rti yang tlilatakan oleh McQuail (2002:302) bahwa imlikasi globalisasi media nrassa semuanya bersifat saling rnempengaruhi antara isi berita media, program fiksi dan hiburan, pcrunrus:rn akan pasar dan audiens, struktur membawanya pada - negara yang sedang berkembang seperri Indonesia. Imperialisme kultural yang dilakukan media ini oleh Wang meliputi beberapa pertanyaan mendasar tentang: kontrol media yang berasumsi bahwa imperialisme rnedia. media yang terkait dengan struktur media menentukan isi dan dampak media, gangguan terhadap kultur lain, tipisnya daya tahan kultur lokal terhadap gempuran budaya asing, sentralitas pesan yang mendorong Implikasi Globalisasi Media dalam terciptanya visi kultural yang homogen, produksi pesan yang mengacu pada kebutuhan western dibandingkan dengan negara dunia ketiga, audiens yang cenderung kcpcrnilikan rncdia scrta tekanan yang ditujukan pada Negara llerkem barlg []erkaitan dengan globalisasi media, Straubhaar dan t,aRose (2000:516) melihat implikasinya ke dalam beberapa aspek. Pertama, imperialisme kultural, dimana inlormasi dikuasai oleh negara maju dan disebarkan ke negara lain sehingga terjadi aliran yang tidak seimbang dan terjadi erosi serta perubahan kultural di negara regara yang belum maju. Beberapa negara melakukan regrrlasi untuk menekan televisi nasional memproduksi slalan nasional lebih banyak seperti yang dilakukan llrasil dan Taiwan. Sementara Prancis mensubsidi inclustri film nasionalnya agar bisa menahan gcmpuran lilm dari Holiywood. Solusi lain mungkin dengan film. Kedua, arus bebas mengalir secara tidak seimbang di negara negara yang belum nraju, kekhawatiran yarg muncul adalah hilangnya pef]batasan impor Itedaulatan nasional akibat kontrol informasi dilakukan oleh negara lain yang lebih maju.to Ketiga, perdagangan rredia, arus media, dan perdagangan yang merupakan industri kultural mengakibatkan adanya perubahan kebijakan perdagangan seperti penentuan quola impor lllrn di beberape negara seperti yang dilakukan di negara 3 Sepertj MTV, CNN, BBC yang dikendalikan secara intemasjonal Media yang biasa diimpor adalah berbagai jenis film, musik, Frogram felevrse maupun cuplikan berita l0 Seoagai imoangan ataskonsep ttee flow imfomationyang clikhawaurkan'menghilangkan' kedaulatan culturdl sebuah flegara, UNESCO pada tahun 1979 mempromosikan konsep a fi"ee and balanced informarb, dengan memberikan bantuan kepada Negara berkembang untuk mempe*uat kemampuan quna memproduksi dan mengeKpor produk Fultural dan media nlereka e rr ini alrtif dipaksa menerima pesan yang western serta pengabdian ams gagasan dan praktek yang muncul dari dunia ketiga. Sedangkan Tolimson (2002:222) mengatakan bahwa imperialisme kultural dilihat dalam empat sudut pandang yang terdiri dari'. per!ama, imperialisme media, dikaitkan dengan bentuk pasar komunikasi intemasional, isu politik dan dominasi kultural, terlihat dari membanjimya program televisi dunia ketiga dan dominasi lembaga berita barat yang menjdi dominasi ekonomi politik, media massa mempunyai posisi yang kuat dalam mempengaruhi budaya melalui sistem kapitalisme modem budaya baratt2, Kedua, wacana tentang nasionalitas, dimana imperialisme cultural mengganggu kestabilan budaya nasional. Ketiga, kritik terhadap kapitalisme global dan terhadap modemitas. Dengan implikasi globalisasi media yang cenderung 'melemahkan' negara - negara berkembang atas dominasi negara negara maju seperti dijelaskan di atas, Wang (1987:19) mengutip Arjun Appadurai mengatakan bahwa permasalahan utama dari interaksi global sekarang adalah tegangan antara homogenisasi kultural ! Eeberapa ilmuan lain seperti Budiman mengatakan baliwa dominasi isi media dan perkembangan teknologi komunikasi dunia sekarang tal( lagi hanya dikuasai oleh Amerika melainkan juga Eropa serta Jepang 12 Kuatnya posisi medja di sjnj bisa dilihat dari peran media sebagai pemberi implikasi dominasi budaya satu atas lainnya dimana media berperan dalam menjalankan budaya mas-sa yang termediasl secara global, -t8 dengan heterogenisasi kultural. Di siniiah muncul konsep glokasi yang dianggap menyediakan tempat untuk mengatasi ketegangan di atas. Selain itu glokalisasi bisa dipandang Sebagai alternatif solusi untuk memecahkan permasalahan imperialisme budaya dan media. Perspektif glokalisasi ini nampaknya memberikan pemahaman akan budaya dan media. Perspektif glokallsasi ini Fakih, Mansour., Runtthnru Tc()ri l\,lLLLtZt1!fLu-,J_-tk1t, Globalisasi, Insist Prcss dan Pustaka Pclljar. Y ogyakarta, 2002 Ferguson, Marjorie., "The lvlt'tholog" uhout Clobulisasi , dalam Mc Quail, Dennis (cditor), Mt Quqil_ Reader in Mass Communication Thectrv, Sage Publications, London,2002 l nampaknya memberikan pemahaman akan hakekat dan proses arus media dan perubahan kultural di dunia akhir - akhir ini. Istilah glok4l sendiri diadaptasi dari gzgasan global localization yang merupakan strategi bisnis yang diterapkan di Jepang. Secara mudah hal ini menunjukkan sebuah pandangan global yang diadaptasi dalam kondisi lokal. l{ampir sama dengan istilah yang sangat populer tentang 'think global, act lokal '. Gagasan glokalisasi ini oleh Wang diambil dari Roland Robertson yang dikaitkan dengan konsep globalisasi sendiri, dirnana glokalisasi merupakan momen yang dialektik dari globalisasi dan lokalisasi dalam perubahan sosial dan kultural dalam sebuah proses yang meliputi: tesis, antitesis dan sintesis. Oleh karena itu, proses glokalisasi digambarkan oleh Wang melaJui gambar berikut: Giddens, Anthony., The Clobalizuting q/ Moderni!!, dalam Boyd-Banett (editor), Media in Globul Context, Amold, London, 1997 McQuaif , Dennis., Mcotuil's Mass ('ommunication , 4th edition, Sage Publications, London Theorv 2000 McQuail, Dennis., Media Peq[ornunce : Iluss Communication and The Public Interest, Sage Publications, London, 2002 Robertson, Roland., Globalization ; Social Theory and Global Culture, Sage Publications, I-ondon, 1992 Sen, Khrisna, and David T.Hill.. lvletlio. Culture and Strongglobalization WeakGlobalization Global /_______\ /\,/ \ Politics, Oxford University I'ress, New York 2000 Stevenson, Nick., Understandins Lle.lia C'ulture.s : Sociol Theory Ltnd l4ttss (,,nnt,ni-utinn. S,t:c Lokal Publications. 1995 WeakGlobalization Strongglobalization Straubhaar, Joseph. and Robcrt l-ilRosc.. lv[etlio Notr ; ('rnnrunitt iottt Al,'Ltit itt llt< lttti,rnt,tti,,tt txt. Wadsworth. Bellmont, 2000 Dalam skema di atas terlihat adanya upaya Wang untuk memadukan nilai global dan lokal dengan membuat skenario pertama " the locql qssimilqtes the global into ils own realm of practiced meaning ". Sedangkan skenario kedua adalah " the production of similar kinds ofsubjects on a global scale". Permasalahan yang muncul kemudian upaya Wang membrikan konsep glokalisasi ini adalah apakah negara maju betbesar hati menurunkan dominasinya serta apakah negara berkembang mampu menaikkan nilai lokalnya untuk menghadapi gempuran nilai globalisasi media? Pertanyaan inilah yang harus dikaji dan dilihat secara seksama di waktu mendatang. Hilan Kebudqyqqn, Kanisius, Yogyakarta, 2002 ind William Hoynes., Media / Societv .' Industries. Image. qnd Audiences. Pine Forge Croteau, David, Press, London, 1997 Polilics : Doninati,ins. D,v.l,4,ntit1t, tDJ Discourse, Lynee Rienner, 1999 Tester. Keith., Media. London, 1994 C lture qn.l Murnlit\. Routledgc. Tolimson, John., The Disccntse of Culturol Imnoerialism, dalam McQuail. Dennis (editor), l4cOuail ReuJt'r in 14ass (',nnnti,Ltri,n Thr,n . Sage Publications, London, 2002 GJpbs!Ardjs_c!!_e!llu!le-b!aE!. d"ltm Media Asia an Asian Mass Communication Wang. Jian.. Quarterly, Volume 24, Number Daftar Pustaka Budiman, Hikmal, Lubanq Tehranian, Majid., Global Comrnunicution und Ll/orld l, 1997