Apakah Gempa Bisa Diprediksi?

advertisement
Apakah Gempa Bisa Diprediksi?
Jumat, 04 September 2009 15:07
Apakah gempa bumi dapat diprediksi? Tantangan ini hingga kini belum terjawab. Namun,
berbagai cara dilakukan, baik dengan menangkap fenomena alam maupun secara ilmiah.
Belakangan ini tengah dicoba pengembangan deteksi kegempaan menggunakan gravimeter.
Alat ini dilengkapi dengan sebuah sistem superkomputer yang disebut Superconducting
Gravimeter (SG).
Bumi bukanlah benda statis, tetapi seperti mengalami dinamika. Pada inti atau mantelnya
terjadi pasang surut atau pemuaian dan penyusutan. Proses ini dipengaruhi pula oleh
tarik-menarik dengan planet di sekitarnya, terutama Matahari dan Bulan.
Perubahan kondisi Bumi ini dapat dipantau dengan parameter yang bekerja di dalamnya,
seperti medan gravitasi, medan magnet, kelistrikan, suhu, porositas, atau kandungan air di
1/4
Apakah Gempa Bisa Diprediksi?
Jumat, 04 September 2009 15:07
permukaan tanah.
Dijelaskan Fauzi, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika, tekanan lempeng menyebabkan penekanan rongga-rongga di lapisan Bumi. Hal ini
menyebabkan keluarnya air ke permukaan.
Sejak September tahun lalu Stasiun Pengamatan Gaya Berat Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) bekerja sama dengan perguruan tinggi di Jepang
menerapkan Superconducting Gravimeter (SG).
Parluhutan Manurung, Kepala Bidang Medan Gaya Berat dan Pasang Surut Bakosurtanal
menjelaskan, alat ini merupakan bagian dari Global Geodynamics Project (GCP).
Keberadaan stasiun ini di Indonesia sangat penting karena merupakan satu-satunya di
khatulistiwa dan kawasan tektonik paling aktif di dunia. Jumlah alat ini terbatas, hanya 25 unit
yang tersebar dalam jejaring Stasiun SG Global.
Alat GCP berfungsi memonitor terus-menerus perubahan medan gaya berat atau gravitasi Bumi
dari detik ke detik hingga tahunan. Alat ini memantau sinyal perubahan nilai gaya berat secara
kontinu selama enam tahun sampai diperoleh empat parameter.
Sejak teori gravitasi dilontarkan Isaac Newton 300 tahun lalu, pemahaman tentang gravitasi
meningkat dan dikembangkan sistem pemantauan fenomena gravitasi Bumi. Sistem itu lalu
dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi, mencari sumber daya mineral dan minyak bumi.
Superconducting Gravimeter merupakan alat pengukur perubahan gaya berat atau gravitasi
Bumi dengan kepekaan sangat tinggi—fraksi satu permiliar kali atau nano Gal. Dengan
kemampuan ini, alat yang ditempatkan di permukaan Bumi itu dapat menangkap sinyal peubah
mulai dari aktivitas inti Bumi hingga ke permukaan Bumi.
2/4
Apakah Gempa Bisa Diprediksi?
Jumat, 04 September 2009 15:07
Alat ini mampu memantau sinyal perubahan gaya berat atau gelombang gravitasi yang
disebabkan oleh aktivitas inti Bumi dan pengaruhnya terhadap gravitasi di permukaan hingga
diperoleh gambaran tentang dinamika Bumi.
SG memiliki keunggulan, yaitu dapat memantau perubahan gravitasi dengan kepekaan yang
tinggi dan memberi gambaran interaksi perubahan massa atmosfer sesuai kondisi cuaca.
Selain itu, digunakan untuk memantau perilaku kerak bumi yang dipengaruhi konstelasi Bumi
terhadap planet lain yang berperan dalam memicu gempa bumi. Alat ini dapat mendeteksi
gempa kecil dan besar.
Sistem SG yang terpasang di Kantor Bakosurtanal Cibinong, sejak September 2008 dapat
memantau gempa Gorontalo, Desember tahun lalu, dan gempa Tasikmalaya, Rabu (2/9).
Pengukuran gaya berat di Indonesia, ujar Kepala Bakosurtanal Rudolf W Matindas, telah lama
dilakukan oleh perusahaan minyak di Jawa dan Sumatera. Namun, cakupannya tergolong
sempit.
Data itu selama ini dirahasiakan perusahaan itu karena dapat mengungkap kondisi lapisan
permukaan Bumi yang memiliki cekungan minyak. Sementara itu, di luar Pulau Jawa dan
Sumatera boleh dibilang hingga kini minim data gaya berat, bahkan Papua masih tergolong
blank area.
Penyediaan data gaya berat secara nasional untuk keperluan pembangunan di daerah
dilakukan Bakosurtanal dengan menggandeng Denmark Technical University.
Untuk mempercepat survei gravitasi ini dipilih wahana pesawat terbang, yang menurut
Koordinator Survey Airborne Gravity Indonesia (SAGI) 2008 Fientje Kasenda, memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan survei di darat atau teresterial dan satelit.
3/4
Apakah Gempa Bisa Diprediksi?
Jumat, 04 September 2009 15:07
Dengan pesawat terbang, jangkauan lebih luas dan cepat untuk medan yang berat, seperti
hutan, pegunungan, dan perairan dangkal hingga pesisir.
Selain itu, juga ada kesinambungan data antara laut dan darat. Resolusi data lebih baik
dibandingkan dengan data satelit. Biaya pun lebih rendah.
Dalam program Bakosurtanal, tutur Matindas, SAGI tahap pertama dilakukan di seluruh
Sulawesi yang topografinya kompleks. Diharapkan, survei gaya berat dan pembuatan peta
seluruh Indonesia ini selesai 2012.
(tim adangdaradjatun.com/kompas)
4/4
Download