BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan keberadaan perusahaan go public. Maka dari itu, jasa audit laporan keuangan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik juga mengalami peningkatan, dimana laporan keuangan yang telah di audit merupakan informasi penting yang harus dipublikasikan sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah dinyatakan go public untuk kepentingan pihak eksternal. Diantaranya adalah pihak investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat. Proses menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tidak terlepas dari peran seorang auditor, seorang auditor dituntut untuk bersikap independen dalam memeriksa adanya kecurangan atau penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam penyusunan laporan keuangan. Auditor mempunyai standar dan kode etik profesi yang berlaku, tetapi dengan adanya aturan tersebut masih banyak terjadi kasus korupsi, kolusi dan manipulasi.Sehingga masyarakat masih banyak yang meragukan komitmen auditor terhadap kode etik profesinya. Scott (2000:296) menyatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk suatu tujuan tertentu disebut dengan manajemen laba. Manajemen laba merupakan salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam menyusun laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba dan 1 2 diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan dalam waktu tertentu, dengan tujuan untuk mensejahtrakan pihak tertentu. Jakson dan Pitman (2001) menyatakan bahwa praktik manajemen laba dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap kualitas laporan keuangan dan keefisienan aliran modal dalam pasar keuangan. Kegagalan audit ini bisa terjadi jika auditor memberikan opini audit yang salah terhadap laporan keuangan sebuah perusahaan. Kesalahan tersebut disebabkan karena auditor yang gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar auditing yang berlaku umum. Hal ini berdampak pada pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa auditor tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Adanya presepsi masyarakat tersebut juga akan merusak citra baik dan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap auditor sebagai pihak yang bertugas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Beberapa kasus skandal akuntansi yang menimpa dunia akuntan publik dalam dekade terakhir telah mencoreng citra dan kepercayaan publik terhadap integritas auditor.Sebagai contoh, kasus yang melibatkan kantor auditor ternama di AS yaitu KAP Andersen. KAP ini terlibat dalam kasus manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Enron. Enron merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energy yang berada di Amerika Serikat. Pada akhir tahun 2002 Enron mengalami kebangkrutan. Sebelumnya pada tahun 2001, enron masih mengumumkan pendapatannya sebesar US$ 100 miliar. Namun, secara mendadak Enron mengumumkan kebangkrutannya di pasar modal.Enron diperkirakan mendapati kerugian mencapai US$ 50 miliar. Manajemen Enron menaikkan 3 (mark up) pendapatannya sebesar US$ 600 juta dan menyembunyikan utangnya dengan teknik off-balance sheet US$ 1,2 miliar. Kasus Enron telah merugikan banyak pihak diantaranya pelaku pasar modal dan ribuan pegawainya (https://hafikahhadiyanti.wordpress.com). Di Indonesia juga terjadi beberapa kasus manajemen laba seperti kasus yang menimpa pada PT. Indofarma Tbk. Kasus ini bermula adanya penelaahan Bapepam mengenai dugaan adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal terutama berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang dilakukan PT. Indofarma Tbk. Dari hasil penelitian, Bapepam menemukan buktibukti diantaranya, nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai seharusnya (overstated) dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28,87 miliar. Akibatnya harga pokok penjualan mengalami understated dan laba bersih mengalami overstated dengan nilai yang sama. Bapepam menilai ada ketidaksesuaian penyampaian laporan keuangan. Kasus manajemen laba yang terjadi pada PT. Indofarma dapat menurunkan kualitas laporan keuangan dan menyesatkan para pemakai keuangan (https://nabilarachmas.wordpress.com). Untuk dapat mengembalikan kepercayaan para pemakai laporan keuangan, sangat diharapkan kualitas audit yang baik. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa laporan keuangan perusahaan akan diaudit oleh auditor yang memiliki kemampuan dan kualitas yang berbeda-beda. Ardiati (2005) menyatakan bahwa audit yang berkualitas tinggi (high-quality auditing) bertindak sebagai pencegah manajemen laba yang efektif, karena reputasi manajemen akan hancur 4 dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan yang salah ini akan terdeteksi dan terungkap. Kualitas audit dapat diproksikan dengan ukuran KAP (KAP big four dan KAP non big four). Auditor yang bekerja di KAP Big four dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan KAP non-big four, sehingga informasi yang diberikan lebih akurat dan berkualitas. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit. Lennox (1999), dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa KAP besar lebih mampu untu menangkap sinyal penyelewengan keuangan yang terjadi dan mengungkapkan dalam pendapat audit mereka. Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi praktik manajemen laba. Terdapat dua pandangan tentang bentuk ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Pandangan pertama yaitu ukuran perusahaan kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan yang lebih besar. Hal ini dikarenakan pada perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar para investor tertarik untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Namun pada perusahaan besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan dan berdampak pada perusahaan tersebut lebih akurat dalam melaporkan kondisinya (Nasution dan Setiawan 2007). Akan tetapi pandangan kedua memandang ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba. 5 Watts and Zimmerman (1990) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar yang memiliki biaya politik lebih tinggi cenderung memilih metode akuntansi untuk mengurangi laba yang dilaporkan dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil. Profit (laba) yang disajikan pada laporan keuangan digunakan sebagai indikator kinerja pihak manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan. Laba tersebut berfungsi untuk mengukur efektifitas bersih dari suatu operasi bisnis, kinerja suatu entitas bisnis dapat dilihat pula melalui tingkat perolehan laba. Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan (Sudarmaji dan Sularto, 2007). Penelitian yang menguji tentang praktik manajemen laba telah banyak dilakukan namun banyak perbedaan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya. Daljono (2013) yang meneliti tentang kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP (KAP big four dan KAP non big four) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap manajemen laba. Perusahaan yang diaudit Big Four memiliki manajemen laba yang lebih rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herusetya (2012). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan maka praktik manajemen laba yang terjadi akan semakin rendah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiani dan Nugrahanti (2014) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian yang masih belum konsisten mendorong untuk melakukan penelitian terhadap manajemen laba. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2013) yang meneliti kualitas auditor 6 terhadap manajemen laba. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah objek penelitian dan adanya penambahan variabel independen yaitu independensi auditor, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Objek penelitian penulis adalah perusahaan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan objek penelitian Rachmawati (2013) menggunakan objek penelitian perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil dari penelitaian Rachmawati (2013) dapat disimpulkan bahwa kualitas auditor yang diproksikan dengan KAP big four tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap manajemen laba? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? 4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba. 2. Untuk menguji pengaruh independensi auditor terhadap manajemen laba. 7 3. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen. 4. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memeberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang berkepentingan baik secara praktis maupun teoritis: a. Kontribusi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang praktik manajemen laba serta faktor-faktor yang mempengaruhinnya, seperti kualitas audit, independensi auditor, ukuran perusahaan dan profitabilitas sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. b. Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama, serta dapat menambah wawasan bagi mahasiswa. c. Kontribusi kebijakan Memberikan suatu gambaran sebagai bahan pertimbangan bagi para calon investor dalam menilai kinerja keuangan perusahaan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu kualitas audit, independensi auditor, ukuran perusahaan dan profitabilitas, terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Populasi yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah perusahaan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2015.