T1_262012081_BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a.
Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi
ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa disebut juga ujaran karena media
bahasa yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media tulisan.
b.
Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secaa lisan maupun tulis. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami bahasa indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Menggunakan bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosianal dan
sosial. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahua dan ketrampilan berbahasa.
Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai kasabah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
c.
Ruang Lingkup
1)
Mendengarkan
2)
Berbicara
3)
Membaca
4)
Menulis
2.1.1.1 Hasil Belajar Bahasa
Belajar bahasa merupakan perubahan perilaku manusia yang relatif permanen
sebagai hasil pengalaman. Belajar melalui proses yang relatif terus menerus dijalani dari
berbagai pengalaman. Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut belajar.
(Robert M.Cagne, 1984, the condition of learning and theory of intruction). Belajar juga
merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya di dalam proses belajar terdapat berbagai
kondisi yang dapat menentukan keberhasilan belajar. Faktor yang mempengaruhi
4
5
keberhasilan belajar adalah berbagai kondisi yang berkaitan dengan proses belajar yakni
kondisi eksternal dan kondisi internal.
2.1.1.2 Fungsi Bahasa
Secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa selalu
mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia. Santono dkk (2004) berpendapat bahwa
bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut : (1) fungsi informal, (2)
fungsi ekspresi diri, (3) fungsi adaptasi dan integrasi, (4) fungsi kontrol sosial. Sejalan
dengan pendapat diatas, Hallyday, (1992) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi untuk berbagai keperluan sebagai berikut : (1) fungsi instrumental, yakni
digunakan untuk memperoleh sesuatu, (2) fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan
untuk mengendalikan perilaku orang lain, (3) fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk
berinteraksi dengan orang lain, (4) fungsi personal, bahasa digunakan untuk berinteraksi
dengan orang lain, (5) fungsi heuristic, bahasa digunakan untuk belajar dan menemukan
sesuatu, (6) fungsi imaginative, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia
imajinasi, (7) fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.
Secara khusus, bahasa indonesia dalam kedudukanya sebagai bahasa nasional
sekaligus bahasa negara memiliki fungsi khusus, yakni sebagai : (1) bahasa pemersatu
dan sebagai bahasa perhubungan antar suku bangsa, (2) memberi identitas bangsa, (3)
bahasa resmi kenegaraan, (4) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (5) bahasa
resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah, (6) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2.1.1.3 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Salah satu unsur dalam strategi
pembelajaran adalah mnguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar.
Dalam menyajikan materi pembelajaran guru jangan terpaku pada satu jenis teknik
saja.
Beberapa ciri metode mengajar yang baik, yaitu :
1. Mengundang rasa ingin tahu siswa.
2. Memotivasi siswa untuk belajar.
6
3. Mengaktifkan mental, fisik dan psikis siswa.
4. Mengembangkan kreatifitas siswa.
5. Mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Beberapa metode yang perlu dikuasai guru dalam mengatur strategi pembelajaran
bahasa yaitu : diskusi, sosiodrama atau bermain peran, tanya jawab, penugasan, latihan,
bercerita, pemecahan masalah dan karya wisata. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan model pembelajaran Scramble.
2.1.2 Model Pembelajaran Scramble
1. Pengertian Metode Pembelajaran Scramble
Istilah Scramble berasal dari Bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia berarti perbuatan, pertarungan, perjuangan. Metode Scramble adalah
pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokan kartu pertanyaan dan kartu
jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal. Sedangkan Soeparno berpendapat
bahwa metode Scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakekatnya
permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh ketrampilan tertentu
dengan cara menggembirakan.
Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan
lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan
mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble dipakai
untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan
peningkatan wawasan pemikiran kosa kata. Sesuai dengan sifat jawabanya Scramble
terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni :
Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf
yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang
bermakana, misalnya :
1) Alpjera
= Pelajar
2) Ktursurt
= Struktur
a. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak.
Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat dan benar. Contoh :
1) Datang selamat di Bandung kota
= Selamat datang di kota Bandung
2) Komme Ich aus bandung
= ich komme aus Bandung
7
b. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan
kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis dan bermakna.
Melalui pembelajaran kooperatif metode Scramble, siswa dapat dilatih berkreasi
menyusun kata, kalimat atau wacana yang acak susunanya dengan susunan yang
bermakna dan mungkin lebih dari susunan aslinya.
2. Prosedur ( langkah-langkah) pembelajaran metode Scramble
Pembelajaran kooperatif metode Scramble memiliki kesamaan dengan modelmodel pembelajarn kooperatif lainya, yaitu siswa dikelompokan secara acak berdasarkan
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Model pembelajaran kooperatif tipe Scramble dapat dilakukan seorang guru
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang
terdapat dalam wacana tersebut kedalam kartu-kartu kalimat.
b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai
materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu
soal tersebut.
c. Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal
untuk jawaban yang cocok. Sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa.
d. Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu
yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa
dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.
Dari beberapa penjelasan dapat ditarik kesimpualn bahwa pembelajaran metode
Scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang membutuhkan kretivitas serta
kerjasama siswa dalam kelompok. Metode ini memberikan sedikit sentuhan permainan
acak kata dengan harapan dapat menarik perhatian siswa.
3. Manfaat Metode Scramble
1. Bagi Peserta Didik
a. Mengurangi beban dalam mengingat istilah yang sulit.
b. Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.
c. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan bersosialisasi.
2. Bagi Guru
8
a.Mendapatkan pengalaman langsumg dalam pelaksanaan pembelajaran.
b.Sebagai motivasi meningkatkan ketrampilan untuk memilih strategi pembelajaran
yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga
memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik.
c. Guru dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Scramble
1. Kelebihan
a. Setiap individu akan aktif karena dalam kelompok mempunyai tanggung jawab
keberhasilan kelompoknya.
b. Siswa belajar sambil bermain, rekreasi sekaligus belajar dan befikir. Mempelajari
sesuatu dengan santai dan tidak membuatnya stres dan tertekan.
c. Menimbulkan kegembiraan, melatih ketrampilan tertentu dan dapat memupuk rasa
solidaritas dalam kelompok.
d. Mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju.
2. Kekurangan
a.Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakanya, karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
b. Dalam mengimplementasinya memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit
menyesuaikanya dengan waktu yang telah ditentukan.
c. Dalam permainan biasanya menimbulkan suara gaduh dan mengganggu kelas yang
berdekatan
2.1.3
Hasil belajar
2.1.3.1 Hakikat Belajar
Belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu
yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh
karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu
memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologi
(Anni, 2005: 2).
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
9
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh
aspek tingkah laku (Ahmadi, 2006: 128).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dan interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 2000: 13).
Menurut Hamalik (2004), belajar adalah ”Suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah:
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresisasi, emosional, hubungan
sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap. Sedangkan menurut Morgen (dalam Suprijono
2011:3) belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan tahapan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Itu artinya bahwa dalam belajar terdapat tingkah laku yang mengalami
perubahan sebagai akibat dari interaksi dan pengalaman serta latihan, sedangkan
perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan oleh latihan dan pengalaman tidak
digolongkan sebagai belajar.
Beberapa tokoh pendidikan (Winataputra, 2008:1.8.)
mendefinisikan belajar
sebagai berikut:
1) Hilgard dan Bower, mengemukakan bahwa belajar mengacu pada
perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari
pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh
insting, kematangan atau kelelahan, dan kebiasaan.
2) Gagne, menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang
bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan”.
3) Morgan, mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
4) Witherington, mengemukakan bahwa: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
10
Beberapa definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya
beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman;
dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau
kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/ berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai tanda seorang
telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang
tersebut. Akan tetapi, perubahan yang terjadi akibat proses kematangan seseorang tidak
dianggap sebagai hasil belajar.
Menurut Anni (2005), ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:
a) Faktor internal
Faktor internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh: kondisi
psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang
dimiliki oleh pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar.
Misalnya peserta didik yang mengalami kelemahan di bidang fisik, seperti membedakan
warna akan menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan di dalam belajar melukis,
atau belajar menggunakan bahan-bahan berwarna. Peserta didik yang bermotivasi rendah,
akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar, lebih-lebih dalam proses belajar.
Peserta didik yang sedang mengalami ketegangan emosional, misalnya takut pada guru,
maka akan mengalami kesulitan di dalam mempersiapkan diri untuk memulai belajar baru
11
karena selalu teringat oleh perilaku guru yang ditakuti. faktor faktor internal ini dapat
terbentuk sebagian akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar, dan perkembangan.
b) Faktor eksternal
Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi (stimulus)
yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar
masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Pesrta didik yang
akan mempelajari materi belajar yang memiliki kesulitan tinggi misalnya, sementara itu dia
belum memiliki kemampuan internal yang dipersyaratkan untuk mempelajarinya, maka dia
akan mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu agar peserta didik berhasil dalam
memepelajari materi belajar baru, dia harus memiliki kemampuan internal yang
dipersyaratkan anak yang belajar perkalian, misalnya memiliki kemampuan internal
tentang penjumlahan dan pengurangan. Tempat belajar yang kurang memenuhi syarat,
iklim atau cuaca yang panas, menyengat, dan suasana lingkungan bising akan
mengganggu konsentrasi belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar yang efektif dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal (meliputi kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis,
seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan
bersosialisasi dengan lingkungannya) dan faktor eksternal (meliputi: variasi dan tingkat
kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana
lingkungan, dan budaya belajar masyarakat). Dengan kata lain belajar yang efektif adalah
belajar yang mempersyaratkan kemampuan internal peserta didik dan memperhatikan
kondisi luar yang ada di lingkungan peserta didik.
2.1.3.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi dan ketrampilan. Menunjuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol,
pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
12
Keterampilan intelektual terdiri atas kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat
khas.
c) Stategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah.
d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai
standar perilaku.
Selain itu hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua jenis yaitu bersumber dari dalam diri manusia yang belajar dan
bersumber dari luar diri manusia yang belajar. (Sutrisno : 2008)
a) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang mempengaruhi hasil
belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni : faktor biologis dan faktor psikologis.
Yang dapat diklasifikasikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan dan
kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah
kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
b) Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang mempengaruhi hasil belajar
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia (human) dan faktor non
manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.
Benyamin Bloom menyebutkan tiga hasil pembelajaran yaitu :
1. Ranah kognitif
Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap
pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual. Penggolongan
tujuan ranah kognitif oleh bloom mengemukakan adanya 6 kelas / tingkat yakni :
13
a. Pengetahuan.
b. Pengalaman.
c. Penerapan / penggunaan.
d. Analisis.
e. Sintesis.
f. Penilaian / evaluasi.
2. Ranah Afektif
Tujuan ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai,
perasaan, dan emosi. Ranah afektif meliputi 5 kelas yakni :
a. Menerima.
b. Merespons / menjawab.
c. Menilai.
d. Organisasi.
e. Karakterisasi.
3. Ranah Psikomotorik
Tujuan ranah psikomotorik yang berhubungan dengan keterampilan motorik,
manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan koordinasi badan.
Ranah psikomotorik meliputi 6 kelas yakni
a. Gerakan tubuh yang mencolok / gerakan reflex.
b. Gerakan fundamental yang dasar.
c. Kemampuan Perseptual.
d. Kemampuan fisik.
e. Gerakan terampil.
f. Komunikasi nondiskusif.
Yang harus diingat, bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil
pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di
atas tidak dilihat secara fragmatis atau terpisah, melainkan secara komperehensif
(Sutrisno : 2008). Perubahan sebagai hasil dari belajar ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Perubahan yang disadari.
14
2. Perubahan yang bersifat kontinu dan fungsional.
3. Perubahan yang bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan yang bersifat relative permanen dan bukan yang bersifat kontemporer
serta bukan karena proses kematangan / perkembangan.
5. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku secara keseluruhan atau kemampuan yang dimilki siswa setelah
menerima pengalaman belajar yang berupa informasi verbal, keterampilan intelektual,
strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oelh banyak faktor, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern (Slameto,2010).
1) Faktor Intern
Adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajara yang berasal dari dalam diri siswa.
Faktor intern terbagi menjadi 3 yaitu faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.
a. faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari faktor kesehatan dan
cacat tubuh.
1. faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga
akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badan lemah dan
kelainan-kelainan fungsi alat indera lainnya.
2. faktor cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar, siswa yang cacat maka
belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, maka ia harus belajar pada
lembaga pendidikan khusus.
b. Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
1. Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
15
mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Dalam situasi yang sama siswa
memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang
memiliki tingkat intelegensi lebih rendah.
2. Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya. Jika pelajaran tidak menjadi perhatian, maka timbullah
kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar.
3. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan belajar tidak sesuai
dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena
tidak ada daya tarik baginya.
4. Bakat
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar
lebih baik karena ia belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dan pada
akhirnya akan mencapai pada hasil belajar yang memuaskan.
5. Motif
Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir
dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
menunjang belajarnya.
6. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana
alat-alat tubuhnya sudah siapuntuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih
berhasil jika anak siap (matang)
7. Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar. Jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya lebih baik.
c. Faktor Kelelahan.
16
Faktor kelelahan meliputi : kelelahan Jasmani dan Kelelahan Rohani. Kelelahan
jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Sedangkan kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2). Faktor Ekstern, meliputi :
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi : Cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi
keluarga
1. Cara Orang Tua Mendidik
Orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh
terhadap belajar anak-anak mereka, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan
dan kebutuhan anak-anak dalam belajar, tidak menyediakan kelengkapan belajar anak
dapat menyebabkan anak kurang dalam belajar.
2. Relasi Antar Anggota Keluarga
Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan dalam keluarga penuh kasih sayang dan
perhatian, apakah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, bersikap acuh tak
acuh. Demi kelancaran dan keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di
dalam keluarga.
3. Suasana Rumah Tangga
Suasana rumah tangga yang tegang, rebut, sering cekcok, pertengkaran antar
anggota keluarga atau dengan keluarga lain dapat menyebabkan anak bosan dirumah,
suka keluar rumah. Akibatnya anak malas belajar.
4. Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan belajar anak.
Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan,
pakaian, perlindungan, kesehatan juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, alat tulis, buku-buku, penerangan dan lain-lain. Fasilitas tersebut hanya dapat
terpenuhi jika keluarga memiliki uang yang cukup.
17
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, gedung sekolah, dan standar metode mengajar guru.
c. Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi : kesiapan siswa
dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.3.3 Teori Belajar
Pengertian teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah
perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi
kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian
diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan
psikomotor, dan perubahan afektif.
Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat
manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan
mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika didorong oleh motivasi, khususnya
motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa atau
memiliki rasa takut.
Di dalam banyak hal belajar adalah proses mencoba dengan kemungkinan untuk
keliru dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang harus bisa diperhitungkan dalam
menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu diajar secara
langsung, kontrol, penghayatan, kontak, pengalaman langsung dan dengan pengenalan
atau peniruan.
Belajar melalui praktik secara langsung akan lebih efektif daripada melakukan
hafalan. Pengalaman mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Bahan belajar yang
bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang kurang
bermakna. Informasi mengenai kelakuan yang baik, pengetahuan, kesalahan serta
keberhasilan belajar akan banyak membantu kelancaran dan semangat belajar siswa.
18
Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas sehingga murid yang
belajar bisa melakukan dialog dengan dirinya sendiri.
Ada tiga golongan besar teori belajar yaitu teori belajar menurut ilmu jiwa daya,
teori belajar ilmu jiwa gestalt dan teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi. Pengertian teori
belajar menurut ilmu jiwa daya adalah bermacam-macam daya yang ada pada manusia
bisa dilatih untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh adalah melatih daya ingat dengan
menghafal istilah asing atau angka.
Sedangkan pengertian teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt adalah belajar
secara keseluruhan lebih penting dan pada belajar bagian atau unsur. Berdasarkan aliran
ini belajar dimulai pada saat diperoleh insight dengan melihat hubungan tertentu berbagai
unsur dalam situasi tertentu. Insight ini tergantung pada pengalaman, kesanggupan,
kompleksitas suatu situasi, latihan dan kesalahan.
http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/07/pengertian-teori-belajar.html
2.2 Kajian Hasil penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan metode Scramble antara lain:
1. Septyana (2009) dalam penelitiannya tentang peningkatan pemahaman konsep
matematika melalui pembelajaran
Scramble pokok bahasan segi empat,
menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model ini, dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa.
2. Sulistyowaty (2010) dalam penelitiannya tentang peningkatan motivasi siswa
dalam pembelajaran matematika model pembelajaran scramblepada pokok
bahasan bilangan bulat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model
pembelajaran ini, motivasi siswa dalam belajar matematika meningkat, terutama
pada pokok bahasan bilangan bulat.
3. Azizah (2010) dalam penelitiannya tetang implementasi cooperative learning
metode Scramble sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran matematika, menyimpulkan bahwa setelah diterapkanya model
pembelajaran ini, motivasi belajar siswa meningkat terutama dalam pembelajaran
matematika.
19
Dari hasil penelitian di atas ternyata metode
Scramble
Dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Sehingga hal tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian diatas, penulis menggunakan metode
Scramble guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS didalam
penelitian ini.
2.3 Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan dapat disusun suatu kerangka berpikir
guna memperoleh jawaban sementara. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian
yang bersifat reflektif khususnya bagi guru sebagai pengajar dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/ atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian ini dilakukan tahap awal untuk
penelitian ini dilakukan tahap awal untuk mengetahui masalah yang terjadi di kelas seperti
rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia. Sedangkan observasi sebagai upaya
menemukan fakta-fakta yang digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan
menyusun rencana tindakan yang tepat dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Tindakan kelas yang dilakukan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan
tindakan pengelolaan kelas melalui pendekatan pembelanjaan yang tepat. Modul
pembelajaran Scramble. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati reaksi siswa dalam
setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di depan kelas dengan model pembelajaran
Scramble ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas 1
SD Kasepuhan 01 Kecamatan Batang.
Adapun skema dari kerangka berpikir sebagai berikut :
20
Gambar 1
Skema Kerangka Berpikir
Pembelajaran
menggunakan Scramble
siswa pasif komunikasi
satu arah, hanya guru
yang aktif. Pembelajaran
tidak efektif
Pembelajaran Bahasa
Indonesia materi
membaca dan menulis
Hasil belajar
siswa rendah
Penerapan metode scramble
siswa dan guru aktif (sebagai
pelaku
demontrasi)
siswa
memahami, konsep pembelajaran
KBM lebih intensif
Hasil belajar
siswa lebih
meningkat
Pemantapan penerapan
metode Scramble siswa
semakin aktif, guru hanya
sebagai fasilisator, siswa
menemukan konsep
pembelajaran tentang suku
kata
Hasil belajar
siswa meningkat
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah menggunakan model pembelajaran
Scramble dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca dan menulis diduga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Kasepuhan 01 Kecamatan
Batang Kabupaten Batang tahun pelajaran 2013/2014.
Download