- Repository UNPAD

advertisement
TRANSPORTASI PADA NEONATUS
Sjarif Hidajat Effendi
Ruankha Bilommi
November 2011
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HASAN SADIKIN
BANDUNG
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ………………………………………………………………
1
ORGANISASI PELAYANAN TRANSPORTASI….…………..…………..…..
2
TIM TRANSPORTASI………………………………………………………….
2
MODEL TRANSPORTASI……….………………………...…………………...
2
KELENGKAPAN……………………………………………...………………....
3
DOKUMENTASI ……………………………………………………………..…
5
PENANGANAN STABILISASI MEDIS SEBELUM DILAKUKAN
TRANSPORTASI ………………………………………………………………
5
S-SUGAR ……………...………………………………………………………...
6
T-TEMPERATUR ……...………………………………………………………..
7
AIRWAY …………………………….…………………………………………..
9
B-BLOOD PRESSURE ………………………………………………………….
10
SIMPULAN ……………………………………………………………………………..
11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………...
12
TRANSPORTASI PADA NEONATUS
PENDAHULUAN
Transportasi neonatus memiliki tujuan utama yaitu untuk memberikan terapi atau penanganan
lanjutan di tempat yang dituju serta melakukan pengawasan selama dilakukan transportasi
sehingga neonatus tersebut dalam keadaan aman dan mempunyai hasil akhir yang lebih baik
dalam perawatannya. Transportasi antara rumah sakit sangat diperlukan pada neonatus yang
memiliki resiko tinggi di tempat pelayanan rumah sakit yang tidak mempunyai sarana
prasarana yang memadai. Idealnya seorang wanita yang ingin melahirkan dengan resiko pada
bayinya haruslah melahirkan di tempat rumah sakit yang memiliki sarana prasarana serta tim
medis yang mampu, sehingga neonatus yang mempunyai resiko tinggi dapat dilakukan
tindakan stabilisasi yang baik bilamana diperlukan. 1,2
Transportasi ke antar rumah sakit memerlukan tindakan stabilisai awal sebelum dilakukan
transportasi, dan rumah sakit awal harus menghubungi rumah sakit yang akan dikirim apakah
sudah siap dengan neonatal intensive care unit (NICU) untuk menangani penerimaan.1,2
Kriteria neonatus untuk di lakukan transportasi pertama tama haruslah dilihat kemampuan
rumah sakit yang akan menerima dapat menangani keadaan atau resiko yang ada pada
neonatus tersebut. American Academy of Pediatric menetapkan kriteria neonatus yang harus
dirawat di NICU antara lain adalah :1
1. Prematur atau berat badan < 1.500 gr
2. Usia gestasi < 32 minggu
3. Respiratory distress yang memerlukan pemakaian ventilator
4. Kejang
5. Adanya anomali kongenital yang menghambat metabolisme
6. Gangguan jangtung kongenital atau terjadinya aritmia yang memerlukan penanganan
jantung
7. Hipoksia dan inskemik injury
8. Semua keadaaan lain yang memerlukan penanganan khusus contohnya :
a. Hiperbilirubin yang memerlukan transfusi exchange
b. Neonatus deengan ibu yang diabetes
c. Hambatan pertumbuhan intra uterin yang gawat
d. Berat badan 1500 – 2000 gr dengan gestasi < 36 minggu
1
2
e. Seluruh keadaan lain yang memerlukan penanganan yang tidak dapat dilakukan
ditempat awal.
ORGANISASI PELAYANAN TRANSPORTASI
Perencanaan untuk melakukan transport harus dilakukan dengan baik, antara rumah sakit
awal dan rumah sakit yang akan menerima harus mempunyai komunikasi yang baik tentang
pelayanan transportasi yang akan dilakukan sehingga pelayanan dapat terlaksana dengan
baik, ruang NICU di rumah sakit yang akan menerima juga telah menyiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan. Para tim medis di rumah sakit yang akan menerima mulai dari perawat
sampai dokter juga telah mengetahui keterangan lengkap tentang keadaan medis neonatus
yang akan diterima. 1,2,14,19,20
1. TIM TRANSPORTASI
Tim untuk transportasi dibutuhkan setidaknya dua atau tiga tim medis yang mampu,
sebaiknya di sertai dengan serior residen anak yang kemampuannya lebih baik lagi
disupervisi oleh seorang neonatologist. Selain itu dapat disertai dengan perawat neonatus
yang handal dan dokter ahli dalam bidang kegawatdaruratan. Setiap anggota tim disertai
dengan perincian yang baik tentang tugas mereka selama dilakukannya transportasi
neonatus.Commission on Accreditation of Medical Transport Systems (CAMTS) menetapkan
keharusan kemampuan yang harus dimiliki oleh tim transport neonatus, antara lain adalah
keahlian melakukan basic life support skill untuk A,B,C,D, kemudian dilanjutkan dengan
keahlian advanced life support procedures. 1,2,14,15,16,20
2. MODEL TRANSPORTASI
Ditentukan apakah transportasi yang akan dilakukan lewat jalan darat, udara atau air,
kemudian disiapkan sarana prasarana didalam kendaraan yang akan digunakan, misalnya
pada jalan darat dengan ambulance atau jalan udara dengan ambulance halikopter yang akan
digunakan, selama transportasi ini haruslah diketahui berbagai hal misalnya apakah bunyi
bising selama perjalanan dan getaran dapat berpengaruh pada neonatus yang dibawa, adanya
perubahan suhu, ataupun perubahan atmosphere bila menggunakan jalan udara, karena suara
dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem kardiovaskular, getaran dapat meningkatkan
resiko perdarahan intra kranial, perubahan tekanan atmosphere dapat menyebabkan resiko
pneumothorak.1,2,14
3
3. KELENGKAPAN
Kelengkapan dibagi menjadi kelengkapan
tim, kelengkapan pada kendaraan transportasi dan kelengkapan obat obatan yang akan
digunakan.1,2,3,14,16
a. Kelengkapan tim transportasi
1. Inkubator
2. Alat suction
3. Infusion pumps
4. Adaptors untuk alat medis
5. Peralatan untuk airway
6. Laryngoscope no 0 dan 1
7. Magill forceps
8. Instrumentasi untuk selang dada dan catheter vaskular
9. Stetoscope
10. Peralatan untuk oksigen, penghangat dan sumber listrik
b. Kelengkapan didalam kendaraan transportasi
Ambulance : pada kendaraan ambulance hatus diperhatiakan seluruh kelengkapan
dr kendaraan untuk keamanan tim dan pasien, serta saat mengendarai harus
diperhatikan kecepatannya, diperhatikan juga pengaturan tempat duduk, tempat
troli, cahaya penerangan, ketersediaan oksigen.
Kelengkapan alat alat untuk keperluan neonatus didalam ambulance haruslah
tersedia yaitu ;
1. Swabs alkohol
2. Swabs betadine
3. Chest tube no 10 dan 12
4. Face mask
5. Kassa
6. Sarung tangan steril
7. Abocath no 22 dan 24
8. Spuit
9. Gel lubrikasi
10. Ett no 2,5 3,5 dan 4 mm
11. Selang oksigen
12. Ngt
4
13. Pisau scaple
14. Alat suction
15. Benang untuk menjahit luka
16. Peralatan steril untuk menjahit luka
17. Termometer
18. Umbilical catheter
19. Urine catheter
20. Urine colector
21. Tape seperti hansaplast atau hipafix
c. Kelengkapan obat obatan
1. Atropine
2. Calsium
3. Calcium glukonas
4. Dexamethasone
5. Dekstrose 50%
6. Dekstrose 10%
7. Dobutamine
8. Dopamine
9. Epinephrine
10. Fentanyl
11. Flurosemide
12. Lidocain
13. Midazolan
14. Morphine
15. Naloxone
16. Prostaglandin E1
17. Normal saline
18. Phenobarbital
19. Potassium cloride
20. Air Steril untuk injeksi
21. Vitamin K
22. Erythromicin salep mata
5
4. DOKUMENTASI
Seluruh kelengkapan dokumentasi harus tersedia dengan lengkap yang menyatakan secara
lengkap keadaan pada neonatus disertai segala resikonya dan sarana prasarana yang dapat
diberikan. Hal ini juga dilakukan guna menghindari terjadinya tuduhan malpraktik dan untuk
keperluan asuransi. 1,2,14
PENANGANAN STABILISASI MEDIS SEBELUM DILAKUKAN TRANSPORTASI
Selama transportasi, neonatus yang sakit kritis tersebut sangat rentan terkena rangsang yang
berbahaya, seperti suara, goncangan, dan ketidakstabilan temperatur, dimana semua hal
tersebut dapat menambah ketidakstabilan neonatus yang sedang berusaha mempertahankan
homeostasis tubuhnya.Faktor-faktor yang menentukan morbiditas dan mortalitas diantaranya
asidosis, karbondioksida, tekanan darah, glukosa, dan suhu.1,2,14
Selama proses tranportasi neonatus, seluruh faktor tersebut sedapatnya harus dijaga dalam
batas normal agar dapat meminimalisasi efek samping. Hingga saat ini, mengingat
keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan, maka proses transportasi neonatus masih
merupakan tantangan.1,4
Stabilisasi adalah mengidentifikasi faktor-faktor, yang apabila tidak dikoreksi akan
memperburuk keadaan dari neonatus. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilisasi tersebut
diantaranya:1,5,15
-
Pemeliharaanventilasidanoksigenasi :
-
Pemantauankardiovaskuler
-
Pemantauansuhu
-
Pemantauanmetabolik antara lain kadar glukosa
-
Pemeliharaan akses vena ataupun arteri yang sesuai
-
Pemakaian antibiotik yang sesuai
-
Pemakaian selang lambung dengan indikasi yang sesuai
-
Penggunaan foto radiology yang diperlukan bila tersedia
Bila faktor-faktoryang mempengaruhistabilisasidiatas dapat dilakukan dengan baik
makaakanmengurangimasalah yang lebihseriusselama proses transportasi.
Dalam melaksanakan stabilisasi neonatus terdapat acuan dalam melakukan pemeriksaan dan
stabilisasi, yaitu S.T.A.B.L.E, yang terdiri dari:4
6
S-SUGAR
Adalah langkah untuk menstabilkan kadargula darah neonatus. Hipoglikemia adalah keadaan
dimana kadar glukosa darah tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh. Hipoglikemia
berhubungan dengan keluaran neurologis yang buruk. Percobaan pada hewan menunjukkan
bahwa kejadian hipoglikemik yang bersamaan dengan hipoksik-iskemik menunjukkan daerah
infark yang lebih besar dan menunjukkan angka keselamatan yang lebih rendah. Pada
neonatus kadar glukosa darah harus dipertahankan pada kadar 50-110 mg/dl.3,7,8,19
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk stabilisasi gula darah neonatus adalah
1. Tidak memberikan makanan perenteral.
Kebanyakan neonatus yang perlu ditransportasi terlalu sakit untuk mentoleransi makanan
peroral. Pada bayi sakit, sebaiknya menunda pemberian makanan peroral karena bayi yang
sakit seringkali mengalami distress pernafasan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
aspirasi isi lambung ke paru. Selain itu ketika bayi mengalami distress pernafasan mereka
memiliki koordinasi menghisap, menelan dan bernafas yang buruk. Pada keadaan tertentu,
misalnyainfeksidapatmemperlambatpengosonganisilambungkarena
ileus
intestinal.Isi
gasterdapatmengalamireflukskeesofagusdanteraspirasikeparu.Padabayi
mengalamiasfiksia,
kadaroksigendantekanandarah
yang
yang
rendah,
sehinggaalirandarahkeususmenurunsehinggameningkatkanrisikoterjadinyajejasiskemik.
2. Memberikanglukosamelaluijalurintravena.
Memberikankebutuhanenergibagibayi
yang
sakitmelaluicairanintravena
yang
mengandungglukosamerupakankomponenpentingdalamstabilisasibayi,
karenaotakbayimemerlukansuplaiglukosa
yang
cukupuntukberfungsidengan
normal.Cairan
yang
mengandungglukosaharussegeradiberikanmelaluijalurintravenakepadabayisakit.Jalurintrav
enadapatdiberikan
di
tangan,
ataukulitkepala.Apabilajalurperifersulitdidapatkanmakadapatdigunakanjalur
umbilikaluntukpemberiancairandanobat-obatan.
3. Beberapaneonatusberisikotinggimengalamihipoglikemia.
Bayi yang berisikotinggimengalamihipoglikemiadiantaranyaadalah:
-
Bayiprematur (usiakehamilan<37 minggu)
-
Bayikeciluntukmasakehamilan, beratbadanlahirrendah, dan IUGR
-
Bayibesaruntukmasakehamilan
-
Bayidariibudengan diabetes mellitus
-
Bayi yang sakit
kaki
vena
7
-
Bayidariibu yang mendapatobathipoglikemikataudiinfusglukosasaatpersalinan.
Pemeriksaan gula darah diindikasikan dilakukan saat usia 30 menit pada bayi dengan distres
pernafasan, sepsis atau tidak dapat minum. Kemudian pemeriksaan gula darah dilanjutkan
tiap satu jam. Pada bayi dengan faktor risiko yang asimtomatik dan dapat minum,
pemeriksaan gula darah dilakukan pada usia 2 jam.3,7,8,19
Tandabayimengalamihipoglikemiadiantaranyajitteriness, tremor, hipotermia, letargis, lemas,
hipotonia, apnea atautakipnea, sianosis, malasmenetek, muntah, menangislemahatauhigh
pitched, kejangbahkanhentijantung.3,7
T- TEMPERATURE
Hipotermiamerupakankondisi
yang
dapatdicegahdansangatmempengaruhimorbiditasdanmortalitas,
khususnyapadabayiprematur.Maka,usahauntukmempertahankansuhu
normal
bayidanpencegahanhipotermiaselamastabilisasisangatlahpenting.
Bayi yang berisikotinggimengalamihipotermiaadalah :
1. Bayiprematur, beratbadanrendah (khususnyaberatbadankurangdari 1500 gram).
2. Bayikeciluntukmasakehamilan
3. Bayi yang mengalamiresusitasi yang lama
4. Bayi yang sakitberatdenganmasalahinfeksi,jantung, neurologis, endokrindanbedah.
5. Bayi yang hipotonikakibatsedatif, analgesik, atauanestesi.
Konseputamadalampencegahanhipotermipadabayipascaresusitasiadalahsebagaiberikut:
1. Pemeliharaansuhubadan normal harusdiprioritaskanbaikpadabayisakitmaupunsehat.
Untukbayisehatdapatdilakukandenganmenggunakanselimuthangat, menjauhkankainbasah,
meletakkananak
di
dada
ibu
(skin
to
skin
contact),
menggunakantopidanpakaian.Padabayisakitbiasanyabayitidakmenggunakanpakaiandandile
takkan
di
atasradiant
warmeruntukmemudahkanobservasidantindakan.Selamaresusitasidanstabilisasi,
risikoterjadinyastresdingindanhipotermiasangatmeningkat,
sehinggausahapencegahanhipotermiaharusditingkatkan.
2. Bayiprematurdanberatbadanrendahsangatrentanmengalamihipotermia.
Bayimasihmemilikikesulitandalammengaturkeseimbanganantaraproduksidankehilanganpa
nas,
terutamapadabayiprematurdanbayikecilmasakehamilan.
Hal
inidisebabkankarenaperbandinganantaraluaspermukaandanmassatubuh yang lebihbesar,
kulitimatur
yang
lebih
tipis,
danlemakcoklat
Masalahinilebihberisikopadabayidenganberat<1500
yang
lebihsedikit.
8
gram.Apabilakehilanganpanastidakdicegah,
makasuhutubuhakanmenurundengansangatcepat.
3. Bayi yang dilakukanresusitasi lama berisikotinggimengalamihipotermia.
Pada neonatus proses kehilangan panas dapat melalui beberapa mekanisme, antara lain :
3,7,8,19
1. Konduksi
Konduksi adalah proses kehilangan panas melalui kontak benda padat. Misalnya kontak
antara tubuh bayi dengan alas atau timbangan. Untuk mengurangi risiko kehilangan panas
secara konduksi dapat dilakukan dengan cara menghangatkan alat-alat yang akan
bersentuhan dengan bayi, misalnya alas, stetoskop, handuk, tangan pemeriksa.
2. Konveksi
Konveksi adalah proses kehilangan panas melalui kontak dengan aliran udara, misalnya
aliran udara dari jendela, pintu, kipas angin, AC. Untuk mengurangi kehilangan panas
secara konveksi dapat dilakukan dengan cara menaikkan suhu ruangan menjadi 25-280C
(rekomendasi WHO),melapisi tubuh bayi prematur (berat <1500 gram) dengan plastik
polietilen dari dagu hingga kaki, serta mentransfer bayi dengan menggunakan inkubator
tertutup yang telah dihangatkan terlebih dahulu.
3. Evaporasi
Evaporasi adalah proses kehilangan panas melalui penguapan. Standar internasional
merekomendasikan untuk segera mengeringkan bayi dengan handuk hangat setelah lahir
untuk mengurangi kehilangan panas secara evaporasi, lapisi permukaan tubuh bayi
prematur dengan plastik polietilen untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi dan
konveksi, hangatkan suhu ruangan dan kurangi adanya turbulensi udara yang melewati
bayi.
4. Radiasi
Radiasi adalah proses kehilangan panas antara dua benda padat yang tidak bersentuhan.
Proses kehilangan panas melalui radiasi dapat dikurangi dengan cara mempertahankan
kehangatan suhu ruangan dan menjauhkan bayi dari jendela terbuka, atau dengan
meletakkan bayi di dalam inkubator.
Stres dingin yang berkepanjangan menyebabkan meningkatnya konsumsi oksigen dan
penggunaan glukosa yang abnormal, sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia,
hipoksemia dan asidosis.Pada bayi yang mengalami hipotermia, bayi harus dihangatkan
sambil memonitor ketat tanda vital, kesadaran, dan status asam basa. Kecepatan dalam
menghangatkan suhu tubuh harus diatur sesuai dengan stabilitas dan toleransi bayi.7,8,18,19
9
A-AIRWAY
Sebagian besar masalah neonatus yang ditransfer dari NICU adalah distres pernafasan. Pada
keadaan tertentu, gagal nafas dapat dicegah dengan memberikan dukungan respiratorik sesuai
dengan kebutuhan bayi, misalnya pemberian oksigen melalui nasal kanul, ventilasi tekanan
positif, intubasi endotrakeal, sampai bantuan ventilator.1,7,17
Evaluasi kondisi bayi sesering mungkin dan catat hasil observasi. Pada beberapa keadaan
membutuhkan penilaian ulang tiap beberapa menit, sedangkan pada keadaan yang lebih
ringan dapat dinilai ulang tiap 1–3 jam. Hal yang harus dievaluasi dan dicatat 3,6,7
1. Laju nafas
Nilai normal laju nafas neonatus adalah 40–60 kali/menit. Laju nafas >60 kali/menit
(takipnea) dapat disebabkan karena berbagai hal, dapat berhubungan dengan kelainan di
saluran respiratorik atau dari tempat lain. Laju nafas <40 kali/menit dapat menandakan
bahwa bayi mulai kelelahan, atau sekunder karena cedera otak (hipoksik iskemikensefalopati, edema otak atau perdarahan intrakranial), obat-obatan (opioid), atau syok.
2. Usaha nafas
Selain takipnea, tanda distres pernafasan lain diantaranya:
a. Retraksi, dapat dilihat didaerah suprasternal, substernal, interkostal, subkostal.
b. Grunting, pernafasan cuping hidung
c. Apnea, nafas megap-megap, atau periodic breathing.
3. Kebutuhan oksigen
Apabila bayi mengalami sianosis di udara ruangan dan distres pernafasan ringan atau
sedang, maka oksigen diberikan melalui hidung. Pada keadaan bayi mengalami distres
pernafasan berat, dapat diberikan tindakan yang lebih agresif seperti Continous Positive
Airway Pressure (CPAP), atau intubasi endotrakeal.
4. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus dipertahankan agar diatas 90 %.
5. Analisis gas darah
Evaluasi dan interpretasi gas darah penting untuk menilai derajat distres pernafasan yang
dialami oleh bayi.
10
Dalam menentukan derajat distres pernafasan, penting untuk menilai laju pernafasan, usaha
nafas, kebutuhan oksigen, saturasi oksigen, rontgen dada dan analisis gas darah.Berikut
merupakan penilaian derajat distres pernafasan pada neonatus:7,19
a. Ringan: nafas cepat tanpa membutuhkan oksigen tambahan, tanpa atau terdapat tanda
distres minimal.
b. Sedang: sianotik pada suhu kamar, terdapat tanda distres pernafasan dan analisis gas darah
yang abnormal.
c. Berat: sianosis sentral, berusaha kuat untuk bernafas, dan analisis gas darah yang
abnormal.
Progresivitas distres pernafasan dari ringan, sedang menjadi berat dapat terjadi dengan cepat,
oleh karena itu pemantauan yang kontinyu dibutuhkan sehingga penyediaan bantuan nafas
dapat segera diberikan.7,17,19
B- Blood pressure
Curah jantung yang mencukupi diperlukan untuk mempertahankan sirkulasi. Cara yang
terbaik untuk mempertahankan sirkulasi adalah dengan memberikan cairan dan elektrolit
yang adekuat.Pada bayi sakit berat harus dipantau tanda-tanda syok.Syok adalah keadaan
dimana terjadi perfusi dan pengiriman oksigen ke organ vital yang inadekuat atau suatu
keadaan yang kompleks dari disfungsi sirkulasi yang berakibat terganggunya suplai oksigen
dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Kegagalan dalam mengenali dan
menangani syok dapat berakibat gagal organ multipel dan kematian pada bayi, oleh karena itu
penanganan syok harus dilakukan secara agresif.3,7,8,17
Bayi yang mengalami syok dapat memiliki tanda-tanda berikut ini:
1.
Usaha nafas
Takipnea, retraksi, pernafasan cuping hidung, grunting, apnea, gasping.
2.
Nadi
Pada keadaan syok denyut nadi dapat melemah atau tidak teraba.
3.
Perfusi perifer
Perfusi yang buruk akibat vasokonstriksi dan menurunnya curah jantung memanjangnya
waktu pengisian kapiler (>3 detik), mottling dan kulit teraba dingin.Tanda perfusi yang
adekuat diantaranya adalah waktu pengisian kapiler yang cepat, warna tidak sianosis atau
pucat, denyut nadi yang kuat, output urin yang adekuat dan kesadaran yang baik.
4.
Warna
11
Kulit bayi tampak sianosis atau pucat. Oksigenasi dan saturasi harus dievaluasi secara
berkala. Pemeriksaan gas darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui adanya asidosis
respiratorik atau metabolik.
5.
Frekuensi jantung
Frekuensi jantung normal adalah 120–160 kali/menit, namun dapat bervariasi sekitar 80–
200 kali/menit tergantung dari aktivitas bayi. Pada keadaan syok, denyut jantung dapat
berupa bradikardia (<100 kali/menit) yang disertai dengan adanya tanda perfusi yang
buruk, atau takikardia (>180 kali/menit).
6.
Jantung
Evaluasi adanya murmur dan pembesaran jantung pada rontgen dada.
7.
Tekanan darah
Tekanan darah saat syok dapat normal atau hipotensi. Hipotensi merupakan tanda
terakhir dari dekompensasi jantung. Hal lain yang harus dievaluasi adalah tekanan nadi.
Nilai normal tekanan nadi pada bayi cukup bulan adalah 25–30 mmHg,sedangkan pada
bayi kurang bulan nilai normalnya adalah 15–25 mmHg.Tekanan nadi yang sempit
menunjukkan vasokonstriksi, gagal jantung atau curah jantung yang rendah. Sedangkan
tekanan nadi yang lebar dapat terjadi pada duktus arteriosus persisten atau malformasi
arterivena.7
L-Laboratory studies
Pemantauan elektrolit direkomendasikan pada neonatus yang mengalami kejang atau usia>24
jam dan dalam keadaan tidak bugar. Elektrolit yang harus diperiksa adalah kadar natrium,
kalium dan kalsium. Selain itu perlu dilakukan juga pemeriksaan tanda infeksi, karena sistem
imun neonatus masih imatur dan berisiko tinggi untuk mengalami infeksi. Tanda klinis sepsis
diantaranya distres pernafasan, perfusi kulit yang abnormal, suhu yang tidak stabil, denyut
jantung dan tekanan darah yang abnormal, serta intolerasi terhadap minum. Apabila dicurigai
adanya sepsis berdasarkan klinis dan riwayat maternal, harus dilakukan pemeriksaan kultur
darah dan darah lengkap bila memungkinkan.Pemberian antibiotik intravena tidak boleh
ditunda apabila pemeriksaan kultur darah tidak dapat dilakukan.Pada bayi yang sakit berat
atau pada saat sebelum transportasi, antibiotik harus diberikan sampai kemungkinan infeksi
sudah tersingkirkan.7,8
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan:7
1. Sebelum transportasi
12
Pemeriksaan berikut (4-B) harus dilakukan sebelum dilakukan transportasi:
-
Blood count (pemeriksaan darah rutin)
-
Blood culture (kultur darah)
-
Blood glucose (kadar glukosa darah)
-
Blood gas (analisis gas darah)
2. Setelah transportasi
Pemeriksaan laboratorium setelah transportasi tergantung dari riwayat, faktor risiko, dan
gejala klinis dari bayi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya pemeriksaan Creactive protein (CRP), elektrolit (natrium, kalium, kalsium), fungsi ginjal (ureum,
kreatinin), fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin, pT, aPTT, fibrinogen, D-dimer).7,8
E- Emotional support
Keluarga dari bayi yang mengalami krisis biasanya akan mengalami rasa bersalah, marah,
tidak percaya, merasa gagal, tidak berdaya, takut dan depresi. Orang tua dari bayi akan
mengalami beberapa tahapan emosional dalam menghadapi keadaan bayinya, yaitu : 7
1. Terkejut. Pada masa ini pikiran orang tua dipenuhi dengan berbagai pertanyaan, seperti
bagaimana nasib bayi selanjutnya? Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya? Sehingga
orang tua akan sulit berpikir dengan jernih, dan perlu mendapatkan penjelasan mengenai
kondisi bayinya berulang kali.
2. Menyangkal. Pada masa ini orang tua tidak mempercayai kenyataan yang terjadi. Orang
tua cenderung mencari bukti-bukti lain yang dapat membuktikan bahwa keadaan tersebut
tidak benar.
3. Berkabung, sedih dan takut. Pada masa ini orang tua sudah mulai menerima bahwa
keadaan anaknya tidak seperti yang diharapkan, mulai merasa sedih dengan beban yang
harus mereka pikul, dan takut bahwa bayi mereka akan meninggal atau menjadi tidak
normal.
4. Marah dan merasa bersalah. Pada tahap selanjutnya orang tua akan merasa marah karena
bayi mereka sakit, marah mengapa hal tersebut terjadi pada mereka. Jadi pada tahap ini,
karena mereka tidak bisa marah kepada bayinya, mereka cenderung akan marah kepada
orang-orang yang ada di sekitarnya.
5. Tahap ekuilibrium dan terorganisir
Pada masa ini orang tua mulai mengerti mengenai kondisi bayinya dan mulai berinteraksi
dengannya.
Tahapan-tahapantersebut penting untuk diketahui agar dapat lebih mengerti mengenai kondisi
mereka dan dapat memberikan dukungan emosi, serta menawarkan bantuan untuk membantu
13
keluarga melewati masa kritisnya. Keluarga sedapat mungkin memperoleh informasi secara
kontinyu mengenai perkembangan keadaan anaknya. Kontak sedini mungkin antara orang tua
dengan anaknya sangatlah penting.
Dukunganemosi
yang
diberikankepadakeluargadapatdiberikansebelum,
padasaatbahkansesudahbayiditransferketempat
yang
lebihintensif.Setelahbayidilakukanresusitasidanakanditransferketempat
orang
yang lebihintensif,
tuabayiharusdiperbolehkanuntukmelihatdanmenyentuhbayimerekadahulu.
Apabilatidakmemungkinkan,
makasebelumdipindahkan,
bayidisinggahkanterlebihdahulukekamaribuuntukmempertemukanmerekasecarasingkat.Sebai
knyakeluargadiperbolehkanuntukmemotretataumerekambayi.
Hal
inidapatmembantumenenangkanibuyang akanberpisahdenganbayinya.
Padasaatakanditransfer,
orang
tuaharusmendapatkanpenjelasankembalimengenaikondisianakmereka.
Penjelasanharussingkatdanmudahdimengerti
agar
orang
tuadapatmengerti.
tuajugaharusdiberikankesempatanuntukbertanyaapabilaterdapathal
Orang
yang
tidakdimengerti.Penjelasanmengenaikondisianakpertama kali harusdiberikankepada orang
tuabayi, tidakdiperkenankanuntukmemberitahukanmengenaikondisianakkepada orang lain,
tanpaseijin
orang
tua.Setelahbayiditransferkeruangintensif,
tuatetapharusmendapatkandukungan.
Salah
satunyaadalahdengancaramembiarkan
orang
orang
tuamenengokbayinyasertamembiarkanmerekamengetahuidanmemantauteruskondisi
bayinya.7,19
KONDISI MEDIS KHUSUS DAN PENANGANANNYA
A. CONGENITAL HERNIA DIAFRAGMATIKA
Pada keadaan kasus ini kebanyakan bayi harus langsung dilakukanintubasi dan ventilasi
mekanik. Pemakaian selang lambung juga diperlukan guna untuk mencegah distensi lambung
yang masuk ke rongga thorak. 1, 10
B. ATRESIA ESOPHAGUS DENGAN FISTULA TRAKEOESOPHAGUS
Pada keadaan kasus ini yang harus diperhatikan adalah agar bayi tidak mengalami aspirasi,
maka dapat dilakukan hal hal berikut ini yaitu :1, 11
1. Posisi bayi body up 30 – 35 derajat
2. Dilakukan suctioning berkala lebih kurang setiap 15 menit
3. Dilakukan pemasangan selang lambung
C. DEFEK DINDING ABDOMEN
14
Pada keadaan kasus ini dibedakan antara Omphalocele dan Gastroschisis, penanganan
keduanya sedikit berbeda.1, 12
Penanganan untuk gastroschisis
1. Pemantauan sirkulasi dengan infus yang adekuat
2. Pemantauan suhu agar tidak terjadi hipotermia akibat dari evaporasi berlebih dari usus
yang terburai yaitu dapat dilakukan pembungkusan bayi dengan plastic wrapping
3. Usus yang terburai dilakukan penutupan dengan kantung steril dapat digunakan
Bogota bag, saline Bag ataupun Urine bag
4. Dilakukan pemasangan selang lambung untuk dekompresi
5. Dilakukan pencucian washout dari anus untuk dekompresi
Penanganan untuk omphalocele
1. Pemantauan sirkulasi dengan infus yang adekuat
2. Pemantauan suhu agar tidak terjadi hipotermia
3. Pemasangan selang lambung untuk dekompresi
4. Defek omphaloce ditutup dengan kasa lembab dengan mengoleskan pada defek zat
eskarotik antara lain dapat digunakan silversulfadiazin
D. DEFEK NEURAL TUBE
Pada kasus ini defek dapat ditutup oleh kasa steril lembab selain proteksi bayi agar sirkulasi
terjaga dan tidak terjadi hipotermia,selain itu yang penting juga adalah agar defek tidak
terkontaminasi oleh feses.1, 13
E. PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL YANG SIANOTIK
Pada kasus ini harus diperhatikan akan terjadi apnea, hipotensi selain masalah sirkulasi dan
hipotermia. Dapat dilakukan pemberian prostaglandin dengan mengawasi berbagai efek
sampingnya.1
F. NEONATUS DENGAN RESPIRATORY DISTRESS
Pada kasus ini harus diketahui pemberian surfactant oleh tim yang melakukan transportasi,
serta penggunaan ett dan ventilasi yang sesuai, serta penanganan komplikasi seperti
terjadinya pneumothorak.1
KEDATANGAN DI NICU RUMAH SAKIT YANG MENERIMA
Tim transportasi harus memberitahukan informasi klinis yang lengkap terhadap tim medis di
NICU yang menerima, lengkap dengan surat surat dokumentasi dan chart tentang keadaan
dan perkembangan bayi. Tim transportasi juga bertugas mengecek seluruh kelengkapan tim
15
transportasi, kelengkapan pada kendaraan transportasi dan obat obatan yang telah digunakan.
Tim transportasi juga dapat memberikanketerangan lebih lanjut bila diperlukan.1,2,15,19,20
DAFTAR PUSTAKA
1.
Robert M. Insoft. Neonatal Transport. Dalam Dalam: Manual of Neonatal Care.
Philadelphia Edisi 6. Lippincotts Wiliam and Wilkin; 2008.
2.
Gomella T L. Infant Transport Dalam Neonatology: Management, Procedures, On
Call Problems, Disease And Drugs. Lange McGraw-Hill 2009
3.
University of
Saskatchewan.
Neonatal
Post-Rescucitation
Stabilization
and
Preparation for Transport. 2006
4.
Mears M, Chalmers S. Neonatal Pre-Transport Stabilisation-Caring For Infants the
STABLE way. Infant. 2005
5.
Jay P, Goldsmith, Karotkin E. Assisted ventilation of the neonate. Philadelphia:
Elsevier; 2003
6.
Haider BA, Bhutta ZA. Birth Asphixia in Developing Countries: Current Status and
Public Health Implications. Curr Probl Pediatr Adolesc Health Care. 2006
7.
Karlsen KA. The S.T.A.B.L.E Program. Pre-transport/ Post-resuscitation Stabilization
Care of Sick Infants. Guidelines for Neonatal Healthcare Provider. 2006.Utah:
S.T.A.B.L.E Inc.
8.
NNF Teaching aids: Newborn care. Post Resuscitation Management Of An
Asphyxiated Neonate.
9.
General Hospital Devices Branch Division of Dental, Infection Control, and General
Hospital
Devices
Office
of
Device
Evaluation.
Neonatal
and
Neonatal
Transport.World Wide Web/CDRH home page: http://www.fda.gov/cdrh. 1998
16
10.
Charles J.H. Congernital Diafragmatic hernia. Dalam Pediatric Surgery Edisi 6. J L
Grosfeld. Mosby 2006
11.
Carrol M. Congenital Anomalies Of The Esophagus.Dalam Pediatric Surgery Edisi 6.
J L Grosfeld. Mosby 2006
12.
Michael D Klein. Congenital Abdominal Wall Defect. Dalam Pediatric Surgery Edisi
6. J L Grosfeld. Mosby 2006
13.
Jodi L Smith. Management Of Neural Tubes Defects. Dalam Pediatric Surgery Edisi
6. J L Grosfeld. Mosby 2006
14.
Petter Bary. Planning Of Safe And Effective Transport. Dalam Paediatric and
Neonatal Critical Care Transport. BMJ 2003
15.
Bryan L Ohning. Transport of the Critically Newborn. Departments of Critical Care
and Emergency Services, Medical University of South Carolina. Vol. 2, N. 4, Luglio
2004
16.
Joseph E. Morales. Guidelines For Pediatric Interfacility Transpor Programs.
California EMS Authority 1994
17.
Kathleen Berry. Pediatric cardiopulmonary Resuscitation And Life Threatening
Emergencies. Dalam Handbook Of Pediatric Emergency Medicine. BIOS Scientific
Publishers Limited, 2003
18.
NNF Teaching Aids:Newborn Care. Hypotermia In Newborn. Dalam Thermal control
of the newborn: a practical guide. WHO/FHE/MSM/93.2. Dan Thermal protection of
the newborn: a practical guide. WHO/RHT /MSM/97.2.
19.
Andrew Berry. Newborn Emergency Transport.Department of Neonatology,Royal
Alexandra
Hospital
for
Children.
Sydney1st
National
Rural
Health
ConferenceToowoomba 14th - 16th February 1991.
20.
Russ Horowitz and Ranna A. Rozenfeld. Pediatric Critical Care Interfacility
Transport. Clin Ped Emerg Med 8:190-202 C 2007. doi:10.1016/j.cpem.2007.07.001
21.
Aspazija Sofijanova. Audit of Premature Infants and Critically Ill Neonates
RequiringEx-Utero Transport by the First Macedonian NeonatalEmergency Transport
Service: A Retrospective DescriptiveStudy. Macedonian Journal of Medical Sciences.
2009 Jun 15; 2(2). doi:10.3889/MJMS.1857-5773.2009.0041
22.
Student Course Manual 8th Edition,American College of Surgeons Committee
onTrauma, 2008. ISBN 978-1-880696-31-6.
17
23.
Jaimovich, DG and Vidyasagar, D. ed.Handbook of Pediatric and Neonatal
TransportMedicine, 2nd Ed. Hanley & Belfus, Inc.Philadelphia, 2002. ISBN 1-56053406-0.
24.
Nichols, DG ed. Rogers’ Textbook of PediatricIntensive Care, 4th Ed. Chapter 24,
WoltersKluwer, Baltimore, 2008. ISBN 978-0-7817-8275-3
25.
Pediatric Protocols for PreHospital Care di www.naemsp.org dan www.ems-c.org
26.
London Kent Surrey. Launch Of The Elective Service For London. Neonatal Transfer
Service. 2011
Download