INTISARI ANALISIS HUBUNGAN BIAYA PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERHADAP BIAYA RIIL PASIEN JAMKESMASDIABETES MELITUS DENGAN ATAU TANPA PENYAKIT PENYERTA DI RAWAT INAP RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Muhammad Haris1; Aditya Maulana Perdana Putra,2; M Aini 3 Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis telah menjad imasalah kesehatan dunia. Prevalensi dan insiden penyakit ini meningkat secara drastis di Negara-negara industry baru dan Negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Saat ini ada 7,6 juta penduduk Indonesia mengidap diabetes, namun hanya 41 persen yang terdiagnosa. Penderita diabetes yang menerima perawatan hanya 39 persen, dan hanya 0,7 persen yang mencapai target pengobatan diabetes. Dewasa ini memang banyak pemeriksaan laboratorium baru yang lebih menunjang diagnosis, tapi harga pemeriksaannya mahal, seperti diagnosis diabetes melalui tes laboratorium memang relative mahal karena dibutuhkan bahan pereaksi kimia dan alat pengukur diabetes yang harganya juga mahal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya pengaruh biaya pemeriksaan laboratorium terhadap biaya riil serta berapa besar pengaruh biaya laboratorium terhadap biaya riil pasien Jamkesmas diabetes mellitus dengan atau tanpa penyakit penyerta di rawat inap RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian non-ekperi mental berupa observasi analitik. Data diperoleh secara retrospektif dari klaim Jamkesmas, Pusat Data Elektronik (PDE), serta rekam medic selama satu periode, kemudian data dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan dipilih sesuai dengan criteria inklusi.ada pun data yang memenuhi syarat inklusi sebesar 22 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase biaya laboratorium terhadap biaya riil dari 22 pasien dengan kode INA-CBG E-4-10-I terdapat 14 pasien dengan persentase biaya laboratorium< 10%, 7 pasien> 10%, dan 1 pasien> 30% dengan total biaya pemeriksaan laboratorium selama satu periode sebesar Rp.7.135.750 dan total biaya riil sebesar Rp. 63.287.525 dan mempunyai nilai korelasi sebesar 0.825 (sangat kuat) dengan persentase pengaruh biaya laboratorium terhadap biaya riil sebesar 11.27%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh biaya pemeriksaan laboratorium terhadap biaya riil pasien Jamkesmas diabetes mellitus dengan atau tanpa penyakit penyerta sebesar 11.27% walaupun kecil namun biaya pemeriksaan laboratorium tetap memberikan kontribusi terhadap biaya riil. Kata kunci : diabetes melitus, biayalaboratorium, biayariil ABSTRACT COST ANALYSIS LABORATORY STUDIES RELATED TO THE REAL COST OF PATIENTS JAMKESMAS DIABETES MELLITUS WITH OR WITHOUT COMORBIDITIES IN INPATIENT HOSPITAL BANJARMASIN ULIN YEAR 2013 Muhammad Haris1; Aditya Maulana Perdana Putra,2; M Aini 3 Diabetes mellitus has become health problem in the world. The prevalence and desease incident increased dramatically in the new industrialized and develoving countries, including Indonesia. Right this time, there are 7,6millions populations of Indonesia suffer diabetes, but only 41 percent that are diagnosed. The diabetics who received the treatment only 39 percent, and just 0,7 percent that achieved the target of diabetes treatment. There are a lot of new laboratory tests now that are more supportive diagnosis, but the cost of laboratory tests are expensive because it needs the chemical reagents and diabetes measurer is expensive too. The purpose of this research is to know the presence or absence of the relation of laboratory cost to the real cost and how much the influence of the laboratory cost to the real cost of the public health insurance (Jamkesmas) patient for diabetes mellitus with or without the other disease in the Hospitalization of General Hospital Ulin Banjarmasin in 2013. This research is the non-experimental research such as analytical observation. The data is gained by retrospective from the public health insurance claim, Electronic Data Center, and medical record for a periode, then the data is collected using observation sheet and it is choosen according to the inclution criteria. As for the eligible data for inclusion is 22 patients. The result of the research points that percentage of the laboratory cost to the real cost from 22 patients with code INA-CBG E-4-10-I there were 14 patients with percentage of laboratory cost < 10%, 7 patients > 10% and 1 patient > 30% with the total laboratory cost for a periode is Rp.7.135.750 and the total real cost is Rp. 63.287.525 and has the corelation value 0.825(firmer) with the percentage laboratory cost effect to the real cost is in the amount of 11.27%. According to the result of the research can be concluded that there is cost of laboratory checking to the real cost of the public health insurance patient for diabetes mellitus with or without other disease in the amount of 11.27% even it is small amount but the cost of laboratory checking still gives contribution to the real cost. Keyword: Diabetes mellitus, laboratory cost, real cost. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu perwujudan dari implementasi UU RI No. 36 Tahun2009 adalah dengan penerapan UU RI No. 40 Tahun 2004 yaitu tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merupakan suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosialsesuai dengan amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, yaitu :Program Negara untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang/berkurangnya pendapatan karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun. Diharapkan dengan adanya Sistem Jaminan Sosial Nasional ini, dapat meminimalisasi setiap biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat memperolah pengobatan yang maksimal dan terjangkau.Sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat(Jamkesmas), merupakan salah satu program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin, dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah(Jamsosindonesia). Pada tahun 2010, aspek pelayanan Jamkesmas memperkenalkan paket INADRGs, namun demikian pada akhir tahun 2010 dilakukan perubahan penggunaan software grouper dari Indonesian Diagnostic Related Group (INA-DRG’s) ke Indonesia Case Base Group (INA-CBGs). Seiring dengan penambahan kepesertaan maka perlu perluasan jaringan fasilitas kesehatan rujukan dengan meningkatkan jumlah Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Tim Pengelola Jamkesmas a Kabupaten/Kota dan fasilitas kesehatan rujukan setempat (Kementerian Kesehatan , 2010). Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis telah menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi dan insiden penyakit ini meningkat secara drastis di Negara-negara industri baru dan Negara sedang berkembang, termasuk Indonesia (Krisnantuti, 2008).Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) Tjandra Yoga Aditama, (Selasa 3/9/2013)“Indonesia merupakan negara urutan ke 7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, dibawah Cina, India, USA, Brazil, Rusia dan Meksiko”.Novo Nordisk (2013) merilis laporan bahwa saat ini ada 7,6 juta penduduk Indonesia mengidap diabetes, namun hanya 41 persen yang terdiagnosa. Penderita diabetes yang menerima perawatan hanya 39 persen, dan hanya 0,7 persen yang mencapai target pengobatan diabetes. Hampir 24 juta orang di Amerika menderita diabetes dan pemicu tertingginya adalah obesitas. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 35.8 triliun dengan peningkatan 8 persen tiap tahun (ulfah, 2009). Dewasa ini memang banyak pemeriksaan laboratorium baru yang lebih menunjang diagnosis, tapi harga pemeriksaannya mahal. Karena itulah dokter dengan persetujuan pasien harus bijak memilih pemeriksaan laboratorium yang perlu. Pemeriksaan yang dipilih hendaknya yang mempunyai dampak terhadap rencana pengobatan seperti halnya diagnosis diabetes melalui tes laboratorium memang relatif mahal karena dibutuhkan bahan pereaksi kimia dan alat pengukur diabetes yang harganya juga mahal. Namun tentunya tidak akan sia-sia melakukan tes laboratorium ini mengingat hasil diagnosis diabetes merupakan dasar pengambilan keputusan dokter untuk melakukan tindakan yang tepat sehingga penyakit diabetes yang diderita dapat tertangani dengan cepat (Kompas, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 tentang “Perbandingan Biaya Riil dengan Tarif Paket INACBG’s dan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Biaya Riil Pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Inap Jamkesmas ”menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi biaya riil adalah pemeriksaan patologi klinik. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis hubunganbiayapemeriksaan laboratorium terhadap biaya riil pasien Jamkesmas diabetes melitus dengan atau tanpa penyakit penyerta di rawat inap RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2013