Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dimanapun berada tidak akan lepas dari penggunaan bahasa karena bahasa merupakan alat komunikasi utama untuk berkomunikasi. Bahasa digunakan untuk menyampaikan pendapat dan bersosialisasi dengan sesama dalam segala aktifitas kehidupan yang sudah dibawa secara alamiah sejak masih kanak – kanak dan akan dibawa sampai akhir hayat. Dalam Kamus Linguistik, Kridaklasana (1993:21) mengatakan bahwa “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa bahasa sangatlah penting untuk kehidupan bersosialisasi sehari-hari. Untuk seseorang yang ingin mempelajari bahasa baru atau diluar bahasa ibu tidaklah mudah, terutama dalam mempelajari bahasa Jepang karena bahasa Jepang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dan seringkali pembelajar bahasa Jepang melakukan kesalahan, baik dalam penulisan dan pengucapannya. Jika dibandingkan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang, maka dapat dilihat adanya beberapa perbedaan. Salah satunya adalah bahasa Jepang mempunyai tiga huruf dan cara penulisan yang berbeda, yaitu : Hiragana, Katakana dan Kanji. Sedangkan bahasa Indonesia hanya memiliki satu bahasa yang disebut romaji di dalam bahasa Jepang. Selain itu, unsur kalimat bahasa Indonesia memiliki pola ”subjek-predikat-objek”, sedangkan unsur kalimat bahasa Jepang memiliki pola ”subjek-objek-predikat”. Pembelajar bahasa Jepang seringkali melakukan kesalahan yang beraneka ragam dalam penggunaan bahasa Jepang. Seperti dalam penggunaan kosakata, pola kalimat, 1 situasi keadaan dan sebagainya. Misalnya kata samui (dingin) dan tsumetai (dingin), meskipun dalam bahasa Indonesia adalah dingin, namun dalam bahasa Jepang samui digunakan untuk cuaca sedangkan tsumetai digunakan untuk makanan, minuman dan sebagainya. Untuk mempelajari tata bahasa dan budaya suatu negara, kita harus menggunakan linguistik sebagai standar dalam menyampaikan kalimat dan tutur kata yang ingin diucapkan. Kata linguistik diturunkan dari bahasa Latin lingua yang dapat diartikan sebagai bahasa. Linguistik modern berasal dari sarjana Swis Ferdinand de Saussure. Dalam bukunya Cours de linguistique generale, De Saussure membedakan linguistik menjadi langue atau langage dan parole (‘tuturan’) dari kedua istilah tersebut. Menurut De Saussure (Verhaar, 2004:3) langue adalah salah satu bahasa (misalnya bahasa Prancis, bahasa Inggris, atau bahasa Indonesia) sebagai suatu “sistem”. Sedangkan, langage berarti bahasa sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan “Manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa”. Parole ‘tuturan’ adalah bahasa sebagaimana dipakai secara kongkret: ‘logat’, ‘ucapan’, ‘perkataan’. Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari, kita sering menggunakan kata tunjuk untuk menunjuk benda, orang, tempat, binatang, tumbuh-tumbuhan, arah dalam suatu kalimat atau percakapan. Di dalam bahasa Indonesia, kita menggunakan kata ”Ini” dan ”Itu” untuk menunjuk sesuatu, namun untuk menunjuk sesuatu dalam bahasa Jepang, menggunakan Shijishi (指示詞) yang terbagi dalam ko (こ), so (そ), a (あ). Apabila diartikan, kata ko digunakan ketika menunjuk sesuatu yang berada dekat dengan pembicara, kata so digunakan menunjuk sesuatu yang ditunjuk tersebut jauh dari pembicara maupun pendengar, dan kata a digunakan ketika sesuatu yang ditunjuk tersebut jauh dari pembicara maupun pendengar. Dari pernyataan 2 tersebut dapat dilihat bahwa pembelajar asing Indonesia yang ingin mempelajari bahasa Jepang, akan mengalami kesulitan dalam membedakan penggunaan kata tersebut karena adanya perbedaan nuansa dan fungsi yang terkandung dari masingmasing kata tersebut. Selain itu, Shijishi (指示詞) juga terbagi atas : Genbashiji (現 場 指 示 ) dan Bunmyakushiji ( 文 脈 指 示 ). Genbashiji ( 現 場 指 示 ) yang dapat diartikan sebagai kata tunjuk dan Bunmyakushiji (文脈指示) yang dapat diartikan sebagai hubungan kata. Dalam mempelajari Genbashiji (現場指示 ), pembelajar bahasa Jepang akan dapat mengerti pemakaian di dalamnya, seperti ko diartikan “ini”, so dan a diartikan “itu” (Matsuura:2005). Akan tetapi, dalam Bunmyakushiji, ko, so dan a memiliki nuansa dan fungsi yang berbeda. Atas latar belakang ini penulis bermaksud melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap Bunmyakushiji sebagai hubungan kata. Sebagai kata tunjuk serta hubungan kata, これ、それ、あれ、この + N、その + N、あの + N memiliki fungsi yang sama, yaitu berfungsi sebagai kata ganti yang menunjukkan orang, benda, tempat dan sebagainya. Meskipun memiliki kesamaan fungsi sebagai kata tunjuk, pemakaian kata こ、そ、あ dalam bahasa Jepang juga dibedakan pada beberapa konteks dan nuansa yang terkandung pada objek yang ditunjuk sehingga akan membingungkan para pembelajar bahasa Jepang. Pada kenyataannya, kata tunjuk tidak hanya terbatas pada yang sudah disebutkan. Adapun bentuk kata tunjuk lain, seperti ここ、そこ、あそこ、こちら、そちら、 あ ち ら yang akan semakin membingungkan para pembelajar bahasa Jepang, khususnya bagi pemula yang ingin mempelajari perbedaan Genbashiji (現場指示) dan Bunmyakushiji (文脈指 示). Untuk pertanyaan atas kata tunjuk yang sudah disebutkan diatas memiliki bentuk yang berbeda-beda juga. Bunmyakushiji (文脈指 3 示) memiliki persamaan dengan Genbashiji (現場指示) dalam penggunaan kata tunjuk, namun yang membedakan adalah Bunmyakushiji ( 文 脈 指 示 ) memiliki makna yang terkandung dalam ko, so dan a yang akan dibahas dalam skipsi ini. 1.2 Rumusan Permasalahan Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai hubungan kata atau Bunmyakushiji (文脈指示) yang terdapat dalam komik. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis membatasi penelitian ini pada hubungan kata yang muncul pada komik Meitantei Conan Tokubetsuhen Jilid 21, khususnya dalam Bunmyakushiji (文脈指示) untuk Kono, Sono dan Ano. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini agar penulis, pembaca dan pembelajar bahasa Jepang dapat mengerti dan memahami perbedaan pengunaan dari hubungan kata yang bernuansa この、その、あの dalam bahasa Jepang sehingga pembaca maupun pembelajar bahasa Jepang dapat mengerti dan mengetahui arti yang terkandung pada hubungan kata dalam Bunmyakushiji (文脈指示). Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat agar penulis, pembaca dan pembelajar bahasa Jepang dapat menambah pengetahuan mengenai hubungan kata baik dalam Genbashiji (現場指示) maupun dalam Bunmyakushiji (文脈指示). 4 1.5 Metode Penelitian Metode merupakan cara atau strategi yang menyeluruh untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian yang akan penulis gunakan adalah metode Kepustakaan menurut Susilo (2007:11). Penulis mengumpulkan data-data dan teori pendukung penelitian ini melalui sumber-sumber tertulis, buku-buku tersebut penulis dapatkan dari SALLC Universitas Bina Nusantara, perpustakaan Japan Foundation maupun buku koleksi Dosen Universitas Bina Nusantara. Selain itu penulis juga menggunakan metode deskriptif analitis. Menurut Sukmadinata (2007:72), ”Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena – fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia”. Menurut Sugiyono (2008:169), metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam bab 1, berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Dalam Bab 2, berisi landasan teori. Teori yang akan penulis gunakan adalah teori mengenai hubungan kata Bunmyakushiji (文脈指示). Dalam Bab 3, berisi analisis data. Penulis menganalisis data yang sudah didapat mengenai arti penggunaan この、 その 、 dan あの dalam konteks penggunaan Bunmyakushiji (文脈指示) pada komik Meitantei Conan Tokubetsuhen Jilid 21. 5 Dalam Bab 4, berisi simpulan dan saran. Kesimpulan yang penulis dapatkan setelah menganalisis data yang telah penulis peroleh. Dan juga mengikutsertakan saran atas analisis yang telah dilakukan. Dalam Bab 5, berisi ringkasan. Ringkasan dari seluruh isi skripsi yang dilakukan oleh penulis. 6