BAB III METODOLOGI PENELITIAN

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma
kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk
menganalisa bukan hanya artefak kebudayaan, tetapi juga sosial, politik, historis,
gender dan etnik.1 Paradigma kritis adalah tajam/tegas dan teliti dalam
menanggapi atau memberikan penelitian secara mendalam. Sehingga teori kritis
adalah teori yang berusaha melakukan analisa secara tajam dan teliti terhadap
realitas.2 Sikap realistik tidak berarti bahwa kita menerima realitas begitu saja.
Kita mempelajari keadaan dengan serealis-realisnya supaya dapat kita sesuaikan
dengan tuntutan prinsip-prinsip dasar. Dengan kata lain, sikap realistik mesti
berbarengan dengan sikap kritis. Tanggung jawab moral menuntut agar kita terusmenerus memperbaiki apa yang ada supaya lebih adil, lebih sesuai dengan
martabat manusia, dan supaya orang-orang daat lebih bahagia. Prinsip-prinsip
moral dasar adalah norma kritis yang kita letakkan pada keadaan. Sikap kritis
perlu juga terhadap segala macam kekuatan, kekuasaan dan wewenang dalam
masyarakat. Kritis tidak tunduk begitu saja, tidak dapat dan tidak boleh
menyerahkan tanggung jawab kita kepada mereka. Penggunaan setiap wewenang
1
Stuarrt Sim & Borin Van Loon. Mengenal Teori Kritis.Yogyakarta: Resist Book. 2008 hal 165
Yasraf Amir Piliang. Hipersemiotika tafsir cultural studies astas matinya makna. Yogyakarta:
Jalasutra. 2003 hal 165
2
37
38
harus harus sesuai dengan keadilan dan bertujuan untuk menciptakan syarat-syarat
agar semakin banyak orang dapat lebih bahagia. Paradigma kritis membongkar
kesadaran palsu yang sesungguhnya. Kritis karena membedakan antara unsurunsur yang tidak memadai dan unsur-unsur hakiki.3 Teori kritis menggunakan
pendekatan yang lebih filosofis, menekankan pada struktur sosial yang lebih luas
dimana komunikasi massa itu terjadi, dan fokus pada isu siapa mengontrol suatu
sistem komunikasi. Analisis kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang
terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa dalam pandangan
kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek
tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh
karena itu, analisis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap
proses komunikasi, batasan-batasan apa yang diperkenankan, perspektif yang
mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Teori kritis meyakini bahwa ilmu
pengetahuan itu dikonstruksi atas dasar kepentingan manusiawi. Dalam praksis
penelitian (dari pemilihan masalah untuk penelitian, instrumen dan metode
analisis yang digunakan interpretasi, kesimpulan dan rekomendasi) dibuat sangat
bergantung pada nilai-nilai peneliti. Standar penilaian ilmiah bukan ditentukan
oleh prinsip verifikasi atau falsifikasi melainkan didasarkan konteks sosial historis
serta kerangka pemikiran yang digunakan ilmuwan. Kritik merupakan konsep
kunci untuk memahami teori kritis.4
3
Franz Magnis Suseno. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius. 2010 hal 150
4
Elvinaro Ardianto dan Bambang. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2011 hal 167
39
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan
prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Pendekatan kualitatif
pada buku Lexi J.Moleong adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan,dll.5 Penelitian kualitatif ini menggunakan metode
semiotika Roland Barthes. Dalam semiotika Roland Barthes, konsep hubungan
sintagmatik dan paradigmatik, dan yang kedua adalah konsep denotasi dan
konotasi. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos” yang
menandai suatu masyarakat.
Metode
semiotika
pada
dasarnya
bersifat
kualitatif
interpretatif
(interpretation), yaitu sebuah metode yang memfokuskan pada tanda dan teks
sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami
kode (decoding) dibalik tanda, pesan dan teks tersebut. Metode analisis teks
adalah salah satu dari metode interpretatif tersebut.6 Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode analisis semiotika dengan teori Roland Barthes. Melalui
pendekatan semiotika secara mendalam sehingga didapatkan penjelasan terperinci
mengenai makna dibalik tanda-tanda dan pesan yang ada, dan selanjutnya
mengungkapkan makna yang terdapat pada cover / halaman depan surat kabar
Republika “saat tertutup asap semua berita menjadi sulit dibaca” yang diteliti.
5
Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 hal 6
Yasraf Amir Piliang. Hipersemiotika tafsir cultural studies astas matinya makna. Yogyakarta:
Jalasutra.2003 hal.270
6
40
Dalam konteks media massa, khususnya media cetak kajian semiotikanya
adalah mengusut ideologi yang melatari pemberitaan.7 Semiotika adalah suatu
ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika atau dalam istilah
Barthes adalah semiologi. Semiologi pada dasarnya hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal. Memaknai dalam hal ini
tidak dapat disamakan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa
objek-objek tidak hanya membawa informasi dalam hal mana objek-objek itu
hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang akan diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Pada
penulisan laporan peneliti menganalisa data yang sangat kaya tersebut dan
berusaha memberikan penulisan sesuai dengan keadaan aslinya. Pertanyaan
dengan kata tanya mengapa, alasan apa, dan bagaimana terjadinya akan senantiasa
dimanfaatkan oleh peneliti, dengan demikian peneliti tidak akan memandang
sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya.8 Roland Barthes dengan teori
sistem pertandaan bertingkat yang disebut sistem denotasi dan konotasi,
menyatakan bahwa apapun bentuk pertandaan denotatif pada akhirnya harus
mengandung didalam dirinya rantai pertandaan dan makna-makna ideologi.
7
8
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009 hal 110
Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 hal 11
41
Pada dasarnya media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna
dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi seperti halnya basis
studi komunikasi adalah proses komunikasi dan intinya adalah makna. Konsep
dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan
simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk non verbal, teori-teori yang
menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan makna-nya dan bagaimana
tanda disusun. Secara umum studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.9
Roland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda
yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu
tertentu. Barthes menggunakan teori signifiant-signifie yang dikembangkan
menjadi teori tentang metabahasa dan konotasi.10
Penulis ingin mencari penanda, petanda, mitos dan pesan ideologis pada
cover koran Republika maka membutuhkan penelitian dengan Semiotika Roland
Barthes. Karena semiotika Roland Barthes dapat memenuhi penelitian dengan
model pengembangan teori Roland Barthes yaitu denotasi, konotasi, mitos dan
ideologi. Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama sedangkan
konotasi merupakan sistem signifikansi tingkat kedua. Denotasi dapat dikatakan
merupakan makna objektif yang tetap, sedangkan konotasi merupakan makna
subjektif dan bervariasi.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan
operasi ideologi yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk
9
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009 hal 15
Nawiroh Vera. Semiotika dalam Riset Komunikasi pengantar Deddy Mulyana. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2014 hal 27
10
42
mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang
berlaku dalam suatu periode tertentu.
3.3 Unit Analisis
Dalam penelitian ini unit analisisnya terfokus pada halaman depan (cover)
surat kabar Republika, yang meliputi aspek:
a. Gambar
b. Tipografi dan Huruf
c. Teks
d. Warna
e. Komposisi
f. Tata Letak (Lay Out)
g. Fotografi
h. Pesan Linguistik
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder antara lain:
3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berupa cover depan surat kabar
Republika edisi kamis, 08 Oktober 2015. Dalam tampilannya tersebut, peneliti
ingin mengetahui dan memaknai pesan yang ada pada keseluruhan konsep layout
43
“saat tertutup asap semua berita menjadi sulit dibaca” pada halaman depan surat
kabar Republika.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:
Pengolahan data sekunder ini peneliti peroleh lewat literatur-literatur yang
telah ada atau melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan bahan-bahan
bacaan seperti buku, internet, dokumen-dokumen, catatan perkuliahan yang
berkaitan dengan fokus penelitian. Data yang diperoleh dari kepustakaan tersebut
bertujuan untuk melengkapi data primer yang diperoleh oleh peneliti. Sedangkan
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi berupa surat
kabar, terkait dengan konsep layouting pada cover surat kabar republika “saat
tertutup asap semua berita menjadi sulit dibaca” dan untuk menemukan ketepatan
dalam menganalisa dan memaknai pesan serta mengetahui penanda, petanda,
mitos dan pesan ideologis pada konsep layout surat kabar Republika.
44
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan mengacu pada Semiotika Roland
Barthes yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Peta tanda Roland Barthes:11
1. Signifier
2. Signified
(penanda)
(pertanda)
3. Denotatif Sign
(tanda Denotatif)
4. Connotative Signifier
(penanda konotatif)
5. Connotative Signified
(petanda konotatif)
6. Connotative Sign
(tanda konotatif)
Tabel 3.5.1 Peta Tanda Roland Barthes
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif (4).
11
Nawiroh Vera. Semiotika dalam Riset Komunikasi pengantar Deddy Mulyana. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2014 hal 27
45
Model pengembangan teori konotasi Roland Barthes:
Denotasi
Konotasi
Mitos
Ideologi
Tabel 3.5.2 Model pengembangan teori konotasi Roland Barthes
Teknik
analisis
data
merupakan
teknik
yang
digunakan
dalam
menganalisis dan menginterpretasikan / memaknai data yang ada. Teknik analisa
yang dipakai oleh peneliti adalah kualitatif, dengan mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini, peneliti kemudian menggunakan metode analisis
yang dipakai oleh Roland Barthes yaitu sistem denotasi dan konotasi. Untuk
menganalisisnya, penulis menggunakan:12

Pesan linguistik yaitu semua kata dan kalimat dalam cover Republika,
yaitu: “saat tertutup asap semua berita menjadi sulit dibaca”.

Pesan ikonik yang terkodekan yaitu konotasi yang muncul dalam efek asap
pada cover Republika, yang hanya berfungsi jika dikaitkan dengan sitem
tanda yang lebih luas dalam masyarakat.

Pesan ikonik yang tidak terkodekan yaitu denotasi dalam efek asap pada
cover Republika.
12
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009 hal 119
Download