hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI
DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN MP ASI DINI PADA BAYI
USIA KURANG DARI 12 BULAN
DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) MURWATI
DESA TANJUNGREJO RT 04 KECAMATAN JEKULO KUDUS
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGREJO
SKRIPSI
Oleh :
HENDRIX KURNIAWAN
NIM : G2A012061
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
http://lib.unimus.ac.id
KATA PENGATAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segalalimpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN
PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PRAKTIK
PEMBERIAN MP ASI DINI PADA BAYI USIA KURANG DARI 12 BULAN
DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) MURWATI DESA TANJUNGREJO
RT 04 KECAMATAN JEKULO KUDUS WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TANJUNGREJO”.
Proposal skripsi ini ditulis dalam rangka syarat untuk mengadakan
penelitian. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbimgan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Masrukhi, M.pd, Rektor Universitas Muhammadiyah
Semarang
2. Dr. Budi Santosa, SKM, M. Si.Med, sebagai Dekan Falkultas Ilmu
Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
3. Tri Hartiti, SKM, M.Kes, ketua program studi S1 keperawatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
4. Ns. Machmudah, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku penguji proposal skripsi
5. Dr.Ns. Sri Rejeki, S.Kep
M.Kep, Sp.Mat pembimbing I yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini
6. Ns. Pawestri, S.Kep, M.Kes pembimbing II yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan proposal ini
7. Kedua orang tua saya, yang dengan sabar memberikan semangat, Do’a dan
kontribusi yang luar biasa
8. Rekan-rekan SI keperawatan yang telah memberikan semangat, bantuan
dan kebersamaannya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
yang telah diberikan
http://lib.unimus.ac.id
ii
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan keterbatasan yang
dimiliki, sehingga penulisan penyusunan proposal skripsi ini masih jauh dari
sempurna,untuk itu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
proposal skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, maupun bagi pembaca umumnya.
Semarang, Agustus 2016
Hendrix Kurniawan
http://lib.unimus.ac.id
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiat yaitu pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi saya hasil jiplakan, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sangsi yang dijatuhkan
oleh Universitas Muhammadiyah Semarang kepada saya.
Semarang,
Agustus 2016
Hendrix
http://lib.unimus.ac.id
iv
http://lib.unimus.ac.id
v
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
http://lib.unimus.ac.id
vi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP
ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM)
Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungrejo
Hendrix K*, Sri Rejeki**, Pawestri***
Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
X + 58 Halaman + 11 Tabel + 2 Skema + 2 Diagram + 6 Lampiran
Abstrak
Latar belakang : Dalam studi pendahuluan berdasarkan keterangan dari petugas Puskesmas
Tanjungrejo dinyatakan para ibu sudah memberikan makanan pendamping ASI dini dengan alasan
karena bayi tidak kenyang dengan ASI yang diberikan ibu, dan sering rewel.Sementara untuk
dukungan suami di temukan beberapa suami menyarankan dalam pemberian makanan pendamping
dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan,suami tidak mengetahui beberapa resiko apabila bayi
diberikan makanan pendamping seperti diare dan penyakit pada saluran pencernaan.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan
praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri
(BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus.Metode :Desain penelitian deskriptif
korelasi dengan menggunakan total sampling 35 responden.Hasil yang ditunjukan bahwa terdapat
62 responden berpengetahuan rendah. memilik p value = 0,000, jika dibandingkan dengan nilai α
= 0,05 maka diperoleh p value<α hasil ini menunjukan ada hubungan pengetahuan ibu terhadap
pemberian MP ASI dini,sementara untuk hasil dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI
dini di tunjukan 13 responden suami memberikan dorongan dalam praktik pemberian MP ASI
kategori baik, diperoleh p value = 0,475, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p
value> α yang artinya tidak ada hubungan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI
dini. Kesimpulan:Hasil penelitian di BPM Murwati ibu memiliki pengetahuan yang rendah
mengenai praktik pemberian MP ASI akan tetapi sebagian besar suami tidak mendukung karena
alasan sibuk dengan pekerjaan.Saran: Untuk tenaga kesehatan supaya memberi
informasi,pendidikan kesehatan kepada orang tua tentang pemberian MP ASI
Kata kunci: pemberian MP ASI dini, pengetahuan ibu, dukungan suami
Pustaka: 39 (2000-2016)
http://lib.unimus.ac.id
vii
STUDY PROGRAM OF NURSING
FACULTY OF NURSING AND HEALTH
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY SEMARANG
The relationship of mother's knowledge and support her husband with the practice of
giving early complementary feeding in infants aged less than 12 months in Midwives
Practice Mandiri (BPM) Murwati village RT 04 Tanjungrejo Jekulo Kudus Work Area
Puskesmas Tanjungrejo
Hendrix K *, Sri Rejeki **, Pawestri***
Faculty of Nursing and Health Sciences, University of Muhammadiyah Semarang
X + 58 pages + 11 Table + 2 Scheme + 2 Diagram + 14 Attachment
Abstract
Background: In a preliminary study based on information from health worker Tanjungrejo
declared the mother is giving complementary foods early on the grounds that the baby is not fed
with mother's milk given, and often rewel.Sementara to support her husband in the husband found
some suggest in the provision of complementary foods early in infants aged less than 12 months,
the husband did not know some of the risks when infants are given complementary foods such as
diare and diseases of the channel digestion.The purpose of this study was to analyze the
relationship between the mother's knowledge and support her husband with the practice of giving
early complementary feeding in infants aged less from 12 months in Midwives Practice Mandiri
(BPM) Murwati Tanjungrejo village RT 04 Jekulo Kudus.Metodh Design correlation descriptive
study using total sampling 35 responden.resulth indicated that there were 62 respondents
knowledgeable lower. pick p value = 0,000, when compared with the value of α = 0.05, the
obtained p value <α this result shows there is a relationship of mother's knowledge on the
provision of early complementary feeding, while for the results husband support the provision of
complementary feeding practices early in the show 13 respondents husband provide a boost in the
provision of complementary feeding practices both categories, obtained p value = 0.475,
compared with a value of α = 0.05, the obtained p value> α, which means there is no relationship
of husband support the practice of giving early complementary feeding. Conclusion: The results in
BPM Murwati mothers had low knowledge about complementary feeding practices were however
most husbands do not support for busy pekerjaan.Sugestion reason: For health professionals in
order to provide information, health education to parents about giving complementary feeding.
Keywords: provision of early complementary feeding, maternal knowledge, support husband
Bibliography: 39 (2000-2016)
http://lib.unimus.ac.id
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGATAR ........................................................................................ ii
KATA PENGATAR ........................................................................................ i
SURAT BEBAS PLAGIATISME ................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Originalitas Penelitian .......................................................................... 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9
A. Makanan Pendamping ASI .................................................................. 9
1.
Pengertian ...................................................................................... 9
2.
Tujuan............................................................................................ 10
3.
Waktu pemberian .......................................................................... 11
4.
Jenis makanan ............................................................................... 13
5.
Hal – hal yang diperhatikan dalam pemberian MP ASI................ 13
6.
Praktik pemberian ......................................................................... 14
http://lib.unimus.ac.id
ix
B. Faktor yang mempengaruhi praktik pemberian MP ASI ..................... 15
1.
2.
Faktor internal ............................................................................... 15
a.
Faktor pengalaman .............................................................. 15
b.
Faktor pengetahuan.............................................................. 15
Faktor eksternal ............................................................................. 20
a.
Faktor social budaya............................................................. 20
b.
Faktor informasi ................................................................... 21
c.
Faktor petugas kesehatan ..................................................... 21
d.
Faktor dukungan suami ........................................................ 21
C. Kerangka Teori..................................................................................... 24
D. Kerangka Konsep ................................................................................. 25
E. Variabel Penelitian ............................................................................... 25
F. Hipotesis............................................................................................... 25
BAB III : METODE PENELITIAN ................................................................ 26
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 26
B. Populasi Dan Sampel ........................................................................... 26
1.
Populasi ......................................................................................... 26
2.
Sampel ........................................................................................... 26
C. Definisi Operasional ............................................................................. 27
D. Tempat Penelitian ................................................................................. 28
E. Waktu Penelitian .................................................................................. 28
F. Etika Penelitian .................................................................................... 29
G. Alat Pengumpulan Data ....................................................................... 29
1.
Sumber data ................................................................................... 29
2.
Alat penelitian ............................................................................... 30
H. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 33
I. Rencana Analisis atau pengolahan data ............................................... 34
1.
Pengolahan data............................................................................. 34
2.
Analisis data ................................................................................. 35
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37
A. Hasil penelitian..................................................................................... 37
http://lib.unimus.ac.id
x
1. Gambaran umum tempat penelitian ............................................... 37
2. Karakteristik responden ................................................................. 37
a. Pekerjaan ibu ........................................................................... 37
b. Umur ........................................................................................ 38
c. Pendidikan orang tua responden .............................................. 39
d. Umur Bayi………………………………………………….39
3. Analisa Univariat…………………………...............................40
a. Pengetahuan Ibu…………………………………………....40
b. Dukungan Suami……………………………………….…..41
c. Praktik Pemberian MP ASI…………………………..…….42
4. Analisa Bivariat…………………………………………..…….43
a. Hubungan Pengetahuan ibu…………………………..……43
b. Hubungan Dukungan Suami……………………..………..43
B. Pembahasan .......................................................................................... 44
1. Analisa univariat ............................................................................ 44
a. Jenis Pekerjaan ......................................................................... 44
b. Umur Responden…………………………………………..45
c. Pendidikan Ibu ......................................................................... 45
d. Umur Bayi………………………………………………….46
e. Pengetahuan Ibu ....................................................................... 46
f. Dukungan Suami ...................................................................... 48
g. Praktik Pemberian MP ASI………………………………...50
2. Analisa Bivariat……………………….………………………..52
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ .56
BAB V: PENUTUP………………………………………………………...57
A. Kesimpulan .......................................................................................... .57
B. Saran ..................................................................................................... .57
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
http://lib.unimus.ac.id
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian ...................................................................... 8
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 28
Tabel 5.1 Frekuensi responden berdasarkan umur ibu ................................... 38
Tabel 5.2 Frekuensi nilai rata-rata berdasarkan umur ibu................................ 38
Tabel 5.3 Frekuensi responden berdasarkan umur bayi ................................... 39
Tabel 5.4 Frekuensi nilai rata-rata berdasarkan umur bayi .............................. 39
Tabel 5.5 Item pertanyaan tentang pengetahuan ibu ........................................ 40
Tabel 5.6 Item pertanyaan tentang dukungan suami ........................................ 41
Tabel 5.7 Frekuensi praktik pemberian MP ASI ............................................. 42
Tabel 5.8 Hubungan pengetahuan ................................................................... 43
Tabel 5.9 Hubungan dukungan suami……………………………………43
http://lib.unimus.ac.id
xii
DAFTAR SKEMA
Tabel 1.1 Kerangka teori .................................................................................. 24
Tabel 3.1 Kerangka konsep .............................................................................. 25
http://lib.unimus.ac.id
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Tabel 1.1 Diagram Pekerjaan ibu ..................................................................... 37
Tabel 3.1 Diagram pendidikan ibu ................................................................... 39
http://lib.unimus.ac.id
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
: Surat permohonan menjadi responden
: Lembar persetujuan menjadi responden
: Kuisoner
: Daftar riwayat hidup
: Hasil penelitian
: Uji validitas dan reliabilitas
http://lib.unimus.ac.id
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Air Susu Ibu (ASI) diberikan pada anak usia kurang dari 24 bulan.
ASI hanya cukup memenuhi pertumbuhan pada bayi sampai usia 6 bulan
sehingga bayi membutuhkan makanan pendamping ASI untuk pertumbuhan
bayi. Saat bayi memasuki usia 4 atau 6 bulan ke atas bayi membutuhkan
beberapa nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan beberapa vitamin lainnya
dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula yang tidak cukup.
Dengan alasan usia 4 - 6 bulan, maka bayi mulai dianjurkan diberi makanan
pendamping ASI (Prasetyono, 2009).
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan padat. MP ASI diberikan setelah bayi usia
lebih dari 6 bulan. Pemberian makanan pendamping harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk maupun jumlah, sesuai dengan kemampuan pencernaan
bayi (DEPKES RI, 2007). Makanan Pendamping ASI yang cukup harus
memenuhi kriteria dalam hal kualitas maupun kuantitas dan penting untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan anak (Graimes, 2008).
Makanan Pendamping (MP) ASI diberikan setelah bayi berusia 6
bulan, akan tetapi dalam kenyataannya di masyarakat MP ASI sudah
diberikan terlalu dini yaitu 6 bulan pertama, bahkan ada yang memberikan
sejak usia 1 hari. Pemberian MP ASI dini mempunyai resiko terhadap
kesehatan bayi. Dari berbagai hasil penelitian bayi yang diberikan MP ASI
dini mempunyai resiko terkena penyakit 4,3% dibanding bayi yang menerima
ASI eksklusif (Juliantoro, 2006).
Banyak resiko yang ditemukan apabila balita sudah diberi MP ASI
terlalu dini. Ada 2 resiko apabila balita sudah diberikan MP ASI dini antara
lain : Resiko jangka pendek dan Resiko jangka panjang. Resiko jangka
http://lib.unimus.ac.id
1
2
pendek yaitu balita mengalami penyakit diare, anemia, defisiensi besi. Harus
diperhatikan dulu apabila MP ASI sudah diberikan terlalu dini ( dibawah usia
6 bulan) maka asupan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan.Selain
itu pencernaan akan mengalami gangguan seperti sakit perut,sembelit dan
alergi. Untuk resiko jangka panjang balita akan mengalami obesitas
(kegemukan) dan penyakit kronis (Arisman,2004).
Praktik pemberian MP ASI dini merupakan kegagalan dalam
pemberian ASI eksklusif, hal ini dapat meningkatkan resiko bayi terkena
penyakit dan resiko bayi mengalami berat badan yang tidak normal pada bayi
yang menerima MP ASI dini. Pemberian MP ASI dini praktik yang disukai
oleh masyarakat pedesaan, terutama pemberian makanan tradisional (Depkes
RI, 2007).
Survei demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan bahwa
hampir semua bayi (96,3%) pernah mendapat ASI. Sebanyak 8 % bayi baru
lahir mendapatkan ASI dalam 1 jam setelah lahir dan 53% bayi mendapat
ASI pada hari pertama. Proporsi anak yang mendapatkan ASI pada hari
pertama menurun dengan meningkatnya tingkat pendidikan ibu. Rata-rata
pemberian ASI eksklusif pada bayi hanya 1,7 bulan. Hal ini menunjukan
bahwa ASI sudah diberikan pada usia dini dan diberikan MP ASI (ditjen,
Direktorat Gizi Masyarakat, 2007).
Menurut data dari SDKI 2007 Pemberian makanan pendamping air
susu ibu usia 6-12 bulan di Indonesia yang terjadi pada tahun 2007 mencapai
75% sedangkan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu pada usia 0-6
bulan baru mencapai 32,4%. Menurut profil Kesehatan Jawa Tengah pada
tahun 2009 bayi yang diberikan MP ASI sebelum usia kurang dari 6 bulan
adalah 59,79%.
Dari data yang diperoleh oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas
Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus bulan Mei tahun 2016,
http://lib.unimus.ac.id
3
Desa Tanjungrejo merupakan salah satu desa dengan angka kegagalan
ASI yang cukup tinggi yaitu sebesar 55,75%, lebih tinggi dalam pemberian
makanan pendamping ASI dini dibandingkan dengan desa-desa yang lain di
Kecamatan Jekulo, bayi sudah mendapatkan PASI dan MP-ASI sejak usia <
6 bulan.
Menurut Artini, B (2013) mengenai gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian MP ASI dini di RW 1 Kelurahan Ngagel
Kecamatan Wonokromo Surabaya,tentang faktor eksternal dan faktor internal
yang mempengaruhi pemberian MP ASI dini. Faktor internal yang meliputi
pengetahuan yaitu sebanyak 26 responden (100%) dan pengalaman yaitu
sebanyak 23 responden (88,5%), sedangkan faktor eksternal yang meliputi
faktor social budaya yaitu sebanyak 24 responden yaitu (92,3%), faktor
petugas kesehatan yaitu sebanyak 25 responden (96,2%) dan faktor informasi
yaitu sebanyak26 responden (100%) dengan faktor dominan yang
mempengaruhi pemberian MP ASI dini yaitu faktor pengetahuan dan
informasi. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu faktor yang dominan
dalam pemberian MP ASI dini yaitu faktor informasi ibu dan faktor
pengetahuan ibu.
Orang tua terutama ibu harus memiliki pengetahuan yang baik
tentang pemberian ASI, maka orang tua tersebut kan mantap memberikan
ASI ekslusif saja terhadap anaknya sampai usia 6 bulan, sebaliknya jika
orang tua tidak memiliki pengetahuan yang adekuat maka orang tua tersebut
tidak mengerti tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif, sehingga agar
bayi kenyang dan tidak menangis orang tua memberikan MP ASI dini
(Notoadmodjo, 2005)
Pengetahuan merupakan kesan dalam pikiran manusia yang sebagian
hasil penggunaan panca indra, perbedaan kepercayaan (belief) , takhayul dan
informasi yang keliru dari tempat sekitar (Soekanto,2005). Pengetahuan pada
dasarnya adalah hasil dari tahu seseorang yang terjadi setelah orang tersebut
http://lib.unimus.ac.id
4
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra
perabaan dan indra perasaan. Pengetahuan di peroleh melalui mata dan
telinga, perilaku kesehatan juga dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai faktor
predisposisi. Pengetahuan tentang MP ASI baik diharapkan pula perilaku
terhadap pemberian MP ASI juga baik (Notoadmodjo, 2007).
Dari data yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 dan 11 Juni 2016
dengan metode wawancara di Puskesmas Desa Tanjungrejo mengenai apakah
ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP ASI dini. Dalam studi
pendahuluan peneliti menggunakan mewawancarai ibu yang sudah
mempunyai balita usia kurang dari 6 bulan, menemukan ada 20 ibu yang
memiliki balita usia kurang dari 6 bulan sudah diberikan MP ASI seperti
pisang yang dihaluskan, pisang yang dicampur dengan nasi kemudian
dihaluskan, bubur susu.Berdasarkan keterangan dari petugas Puskesmas
Tanjungrejo dinyatakan para ibu sudah memberikan makanan pendamping
ASI dini dengan alasan karena bayi tidak kenyang dengan ASI yang
diberikan ibu, dan sering rewel , dan 12 orang yang memberikan MP ASI
setelah usia 12 bulan. Ibu yang memberikan MP ASI dini kebanyakan karena
faktor pengetahuan tentang kapan usia yang tepat pemberian MP ASI.
Masalah lain dalam pemberian MP ASI dini selain dari faktor
pengetahuan ibu juga bisa dari dukungan keluarga terutama dukungan suami
juga perlu di perhatikan dalam pemberian MP ASI dini. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia dukungan dari kata dukung-an yang artinya
dorongan, menyokong (Suharso,Retnoningsih, 2005). Dukungan suami
adalah dorongan, motivasi yang diberikan kepada istri secara moral dan
material (Bobak, 2000).
Dukungan suami merupakan bentuk perwujudan dari sikap perhatian
dan kasih sayang yang diberikan oleh suami kepada istri. Dukungan itu bisa
http://lib.unimus.ac.id
5
fisik maupun psikis, suami memiliki andil yang cukup besar dalam
menentukan kondisi status kesehatan ibu (Eko, 2008).
Jenis dukungan suami ada empat yaitu dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional.
Dukungan keluarga yang tinggi terhadap pemberian makanan pendamping
ASI menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan bayi. Hal ini jelas bahwa
jika keluarga memberikan peran atau dukungan yang baik akan mendorong
ibu untuk tidak memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka
saat usia 0-6 bulan (Rahman, 2014).
Dari data yang diperoleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas
Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, di temukan beberapa
suami menyarankan dalam pemberian makanan pendamping dini pada bayi
usia kurang dari 6 bulan, Meskipun memberikan dukungan dalam pemberian
makanan pendamping dini akan tetapi suami tidak mengetahui beberapa
resiko apabila bayi usia kurang 6 bulan diberikan makanan pendamping
seperti diare dan penyakit pada saluran pencernaan.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut,maka peneliti ingin
mengetahui apakah ada hubungan Pengetahuan Ibu dan dukungan suami
dengan Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI dini pada bayi usia
kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT
04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan
masalah peneliti adalah “ adakah hubungan pengetahuan ibu dan dukungan
suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12
bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT 04
Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”.
http://lib.unimus.ac.id
6
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Untuk mendiskripsikan hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami
dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12
bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo
Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”.
Tujuan Khusus :
a
Untuk mendiskripsikan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP
ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri
(BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungrejo”.
b. Untuk mendiskripsikan dukungan suami dengan praktik pemberian MP
ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri
(BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungrejo”.
c. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dan dukungan
suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang
dari 12 bulan di Bidan Praktek Swasta (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04
Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”
D. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah :
1. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang praktik pemberian MP ASI.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan dan peran sertanya
untuk meningkatkan pelayanan terhadap ibu dan anak untuk
melaksanakan program peningkatan pengetahuan ibu dengan praktik
http://lib.unimus.ac.id
7
pemberian Makanan Pendamping ASI dan menambah informasi
tentang pemberian MP ASI
3. Bagi Peneliti
Penilitian ini sangat bermanfaat dalam proses belajar karena akan
banyak menambah wawasan yang luas dalam ruang lingkup praktik
pemberian Makanan Pendamping ASI
4. Bagi Mahasiswa
Untuk meningkatkan pengetahuan dan tambahan informasi serta dapat
digunakan sebagai bahan kajian mengenai praktik pemberian Makanan
Pendamping ASI bagi
mahasiswa
khususnya
Mahasiswa
S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang
E. Bidang ilmu
Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Keperawatan Maternitas
http://lib.unimus.ac.id
8
F. Keaslian penelitian
Tabel 1.1 keaslian penelitian
NO
1
2
NAMA
JUDUL
Atik
Setyaningsih
(2007)
Hubungan
karakteristik ibu
dengan
pemberian MP
ASI dini pada
bayi usia 0-6
bulan
di
posyandu
warnasari desa
glonggong
nogosari
boyolali
Budi Artini
(2013)
Gambaran
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemberian MP
ASI dini di RW
1
kelurahan
ngagel
kecamatan
wonokromo
Surabaya
Rancangan
penelitian
Metode
penelitian ini
menggunakan
metode
deskriptif
korelasi
dengan
pendekatan
cross
sectional
Metode
penelitian
menggunakan
metode
deskriptif
Variabel
Hasil
Variabel bebas :
Karakteristik ibu
yang mempunyai
bayi
usia 0-6
bulan
Variabel
terikatnya:Pemberi
an MP ASI dini
pada bayi usia 0-6
bulan
Hasil
penelitian
menunjukan
sebagian besar ibu
memberikan MP ASI
dini sebanyak 56,7%
Kesimpulan
dari
penelitian
ini
menunjukan bahwa
ada
hubungan
karakteristik
ibu(tingkat
pendidikan,pekerjaan
dan
pengetahuan)
dengan
pemberian
MP ASI dini bayi
umur 0-6 bulan
Variabel bebas :
Faktor-faktor yang
meliputi
faktor
eksternal
dan
faktor
internal,faktor
eksternal meliputi
social
budaya,informasi
dan
petugas
kesehatan
sementara faktor
internal meliputi:
pengetahuan dan
pengalaman
Variabel
terikatnya:
Pengaruh
pemberian
MP
ASI dini
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
didapatkan
bahwa
semua
faktor
mempengaruhi
pemberian MP ASI
dini.Faktor yang
paling
mempengaruhi
pemberian MP ASI
dini di RW 1
kelurahan
ngagel
wonokromo
Surabaya yaitu faktor
pengetahuan
dan
faktor informasi
Orisinalitas dari penilian ini adalah :
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 3 variabel
yaitu pengetahuan ibu,dukungan suami dan praktik pemberian MP
ASI.Rencana yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi
dan menggunakan total sampling dengan criteria ibu yang mempunyai bayi
usia kurang dari 12 bulan.
http://lib.unimus.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
1. Pengertian MP ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang
secara berangsur diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi menjelang dan sesudah disapih sebelum bayi diberikan makanan
anak (Kristiyanasari, 2010). Makanan pendamping ASI merupakan
makanan tambahan bagi bayi yang menjadi makanan pelengkap dan
dapat memenuhi kebutuhan bayi. Makanan pendamping ASI diberikan
kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
Jadi selain makanan pendamping, ASI harus tetap diberikan kepada bayi
paling tidak sampai berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI
sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi
ASI (Waryana, 2010).
Memasuki usia 4 – 6 bulan, bayi telah siap menerima makanan
bukan cair, karena gigi sudah mulai tumbuh dan lidak sudah tidak
menolak lagi makanan padat serta lambung sudah bisa mencerna zat
tepung. Jika kemudian bayi disapih pada usia 4 atau 6 bulan, tidak berarti
bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga karena
kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Bayi
merupakan bagian penting dari keluarga, karena itu sepanjang proses
penyapihan, kepada mereka sebaiknya diberikan makan yang lazim
disantap oleh anak yang lebih besar dan orang dewasa dalam keluarga itu.
Sehingga perlu diingat, bahwa makanan yang diberikan bukan untuk
menggantikan, melainkan mendampingi ASI (Arisman, 2004).
Makanan Pendamping Air Susu Ibu merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
http://lib.unimus.ac.id
9
10
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya
sesuai dengan pencernaan bayi. Karena apabila diberikan secara
berlebihan akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap bayi
karena sebelumnya diberikan ASI penuh (Wijaya, 2009).
Pemberian MP ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang pesat
pada periode ini. Ibu harus pintar memilih makanan mana yang bisa
membantu anaknya untuk berkembang dengan memilih makanan yang
mengandung energi, protein dan manfaat yang lain (Meilani:dkk, 2009).
2. Tujuan pemberian MP-ASI
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah :
a. Melengkapi zat gizi yang sudah berkurang kepada anak usia lebih
dari 6 bulan karena pada usia tersebut anak harus membutuhkan
banyak zat gizi untuk pertumbuhan anak. Guna memperoleh gizi yang
sesuai maka peran orang tua lah yang penting dalam pemberian
asupan makanan terhadap bayi.
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam –
macam makanan untuk proses pertumbuhan anak tersebut sehingga
zat gizi yang diterima dalam tubuh seimbang. Karena dari bermacam
– macam makanan tersebut bayi mendapatkan bermacam – macam
gizi yang di dapatkan.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan
supaya saat menerima makanan yang padat bayi tidak langsung
menelan langsung karena bahaya pada saluran pencernaan nya dan
harus diajarkan mengunyah yang benar dan tepat.
d. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi
tinggi kecuali ASI, karena anak memerlukan variasi makanan yang
lain yang mempunyai kadar energi tinggi. Berikan makanan tambahan
http://lib.unimus.ac.id
11
secara bertahap supaya anak tidak kaget dengan makanan baru yang
diterima karena sebelumnya hanya mendaptakan ASI (Indiarti, 2007).
3. Waktu pemberian MP – ASI
Praktik pemberian makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi
setelah bayi berusia 4 - 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan (Krisnatuti,
2000). Adapun garis besar praktik pemberian makanan pendamping ASI
menurut kelompok umur :
a. 0-4 bulan
Bayi hanya diberikan ASI, lebih sering, lebih baik segera setelah lahir,
ASI yang berwarna kuning-kuningan (kolostrum) diberikan kepada bayi.
b.
4-6 bulan
Bayi terus diberikan ASI disamping itu mulai memperkenalkan dengan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) berbentuk lumatan yang ditambah
dengan air atau susu, pisang, dan pepaya yang dihaluskan.
c. 6-9 bulan
Bayi terus diberikan ASI pada umur 6 bulan. Alat pencernaan pada bayi
sudah lebih berfungsi oleh karena itu bayi mulai diperkenalkan dengan
makanan pendamping ASI (MP-ASI). Untuk mempertinggi nilai gizi
makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat
lemak yaitu santan atau minyak kelapa atau margarin bahan makanan ini
dapat menambah kalori makanan bayi, memberi rasa enak jika
mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam
lemak.
d. 9-12 bulan
Bayi terus diberikan ASI disamping itu mulai diberikan makanan lunak
seperti: bubur nasi, bubur kacang hijau, dan lain-lain. Pada usia 10 bulan
http://lib.unimus.ac.id
12
bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap
bentuk dan kepadatan nasi tim bayi diatur secara mendeteksi bentuk dan
kepadatan makanan keluarga.
e. 12-24 bulan
Bayi terus diberikan ASI, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) atau makanan keluarga sekarang 3x sehari dengan porsi separuh
makanan orang dewasa setiap kali makan selain tetap di berikan
makanan selingan dua kali sehari.
Waktu yang baik untuk memberikan makanan tambahan pada bayi
adalah umur 6 bulan, pemberian makanan bayi sebelum umur tersebut
akan menimbulkan resiko sebagai berikut (Ariani, 2008) :
a) Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan pada umur
kurang dari 6 bulan, makanan ini dapat dijadikan sebagai pengganti
ASI, sehingga apabila makanan diberikan, maka anak akan minum
ASI lebih sedikit dan ibu akan memproduksi ASI lebih sedkit
sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
b) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer sehingga
mudah dicerna bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh
tetapi hanya memberi sedikit nutrisi.
c) Anak mendapat faktor pelindung ASI lebih sedikit sehingga risiko
infeksi meningkat. Karena ASI selain menjadi makanan pokok akan
tetapi dalam kandungan ASI terdapat beberapa manfaat yang dapat
untuk mencegah terjadinya infeksi kepada bayi.
d) Risiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih
ASI.Di dalam Kandungan ASI terdapat zat anti body untuk membantu
melawan bayi supaya tidak terserang penyakit terutama penyakit
diare.
http://lib.unimus.ac.id
13
4. Jenis makanan MP ASI
a. Makanan lumat
Makanan lumat adalah makanan semua makanan yang dimasak
dan disajikan secara lumat, yang diberikan pertama kali oleh bayi
sebagai peralihan dari ASI ke makanan padat.Makanan lumat diberikan
pada usia bayi 6 bulan. Contoh makanan lumat : bubur tepung,bubur
beras, lauk pauk yang dilumatkan, ketupat dilumatkan dan sayuran yang
sudah di lumatkan. Makanan lumat diberikan 2 x sehari, Sejalan dengan
pertumbuhan anak, frekuensi pemberian makanan meningkat menjadi 45 kali 1 piring kecil sehari.
b. Makanan lembek
Makanan lembek adalah makanan peralihan dari makanan lumat
menjadi makanan keluarga. Makanan lembek ini diberikan pada anak
usia 7-12 bulan. Contoh makanan lembek adalah : bubur beras, nasi
lembek, ketupat disertai dengan lauk pauk seperti tempe, tahu. Diberikan
1 kali sehari hingga 4-5 kali 1 piring sedang.
c. Makanan keluarga
Makanan keluarga adalah makanan yang di konsumsi oleh anggota
keluarga yang terdiri dari makanan pokok , lauk pauk , sayuran dan
buah. Biasanya makanan keluarga banyak varian dan terkandung zat gizi
dari masakan bervariasi yang biasanya di siapkan oleh orang tua
(Hidayat, 2005).
5.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI
a.
Perhatikan kebersihan alat makan sebelum memberikan makanan
kepada anak karena mencegah masuknya kuman masuknya ke dalam
perut karena dapat mengakibatkan anak merasa mual dan terkena
http://lib.unimus.ac.id
14
diare dan akan mengganggu aktivitas dan kegiatan bermain yang
disukainya.
b. Membuat makanan secukupnya kepada anak supaya di dalam
perutnya tidak terlalu banyak makanan karena dapat mengganggu
aktifitas anak yang suka bermain. Selain menggangu aktivitas yang
dilakukan anak juga dapat membuat anak untuk mudah ingin tidur
karena diberikan makanan yang berlebihan.
c. Buat variasi makanan kepada anak agar anak tidak bosan terhadap
makanan yang dimakan setiap hari karena sifat anak kecil yang
mudah bosan terhadap sesuatu dan apabila bosan terhadap makanan
anak tersebut tidak mau makan dan biasanya juga menangis untuk
diberikan makanan yang lain.
d. Ajak makan anak bersama anggota keluarga lain agar anak terbiasa
berkumpul dengan anggota keluarga lain dan mulai ajarkan anak
untuk berinteraksi kepada orang lain. Apabila anak tidak diajarkan
dari usia dini bisa berakibat saat remaja yang tidak mau berinteraksi
dengan orang lain dan maunya sendiri terus.
e. Jangan memberikan makanan dengan waktu makan karena anak
yang susah makan pasti sudah mengira jam kapan makan,sebaiknya
ajak dulu apa kegiatan yang disukai anak seperti main terlebih
dahulu (Wijaya, 2009).
6.
Praktik pemberian MP ASI
Pola makan adalah berbagai informasi yang diberikan tentang
gambaran mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap
hari oleh satu orang dan merupakan cirri khas dari kelompok tertentu
(Heny, 2007). Pola pemberian mp asi adalah macam macam jenis dan
http://lib.unimus.ac.id
15
jumlah Makanan pendamping ASI yang diberikan ibu kepada bayi pada
jeda waktu tertentu.
B. Faktor yang mempengaruhi praktik pemberian MP ASI dini
Menurut (Nursalam, 2005) faktor – faktor yang mempengaruhi
praktik pemberian MP-ASI dini, yaitu :
1. Faktor internal meliputi :
a) Faktor pengalaman
Pengalaman
pribadi
masa
lalu
akan
membawa
seseorang
memecahkan masalah bila dihadapkan dengan pengalaman dimasa
yang akan datang. Berdasarkan tabel 2 karakteristik responden
berdasarkan jumlah anak menunjukkan bahwa terbanyak ibu dengan
jumlah anak 2-3 orang anak sebesar 15 orang (57,5%). Ibu yang
sudah pernah mempunyai anak lebih dari satu cenderung akan
memiliki pengalaman yang cukup dalam mengasuh anaknya
termasuk dalam hal pemberian MP-ASI Dini, kemungkinan ibu
sebelumnya sudah pernah memberikan MP-ASI Dini namun tidak
terjadi masalah pada bayinya sehingga ibu akan membawa
pengalaman itu untuk diterapkan pada anak selanjutnya.
b) Faktor pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
(Mubarok, 2007).
http://lib.unimus.ac.id
16
Menurut Notoatmodjo (2010); Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
telinga dan mata. Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang
sangat untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
a.1 Pengetahuan ibu tentang MP-ASI
Roesli memaparkan (2000), hambatan utama tercapainya
ASI eksklusif dan pemanfaatan MP-ASI yang benar adalah karena
kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif
dan MP-ASI pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai
pengetahuan yang baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan
tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri
seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik pada
bayinya dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang
vital dan cara perawatan yang optimal, pengetahuan yang kurang
mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI terlihat dari pemanfaatan
susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian pisang atau
nasi lembek sebagai tambahan ASI di pedesaan.
Pengetahuan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
adalah Pengetahuan tentang Makanan tambahan yang diberikan
pada bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
(Yenrina, 2008 ). Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk
menggantikam ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI
(Krisnatuti, 2000).
http://lib.unimus.ac.id
17
b) Tingkatan pengetahuan
Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan mencakup domain kognitif
yang mempunyai 6 arah atau tingkat yaitu
1. Tahu (Know). Mengingat suatu materi atau objek yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguikan, mendefinisikan, menyatakan.
2. Memahami
(Comprehension).
Suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
menginterpretasikan materi tersebut.
3.
Aplikasi (Aplication). Kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada kondisi yang riil.
4. Analisis (Analysis). Suatu kemampuan menyebarkan materi ke
dalm suatu komponen tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi yang ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi yang baru dari formulasi yang lama.
6. Evaluasi
(Evaluation).
Kemampuan
untuk
melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2010).
http://lib.unimus.ac.id
18
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki
karakter spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian
kecerdaasan, akhlak mulia, serta ketrampilan dirinya, masyarakat
dan Negara.
2. Informasi
Faktor informasi menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai
sumber informasi akan mempunyai pengetahuan lebih luas.
Lingkungan sekitar merupakan sumber informasi yang luas yang
dapat kita peroleh. Banyak informasi yang baru yang dapat kita
peroleh dari lingkungan sekitar.
3. Pengalaman
Faktor pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu
cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa
lalu.Orang
yang
memiliki
pengalaman
akan
mempunyai
pengetahuan yang baik dibandingkan dengan orang yang tidak
memiliki pengalaman dalam segi apapun.
4. Sosial ekonomi
Lingkungan social Sosial ekonomi, lingkungan sosial akan
mendukung
tingginya
pengetahuan
seseorang,
sedangkan
pengetahuan dikaitkan dengan pendidikan. Apabila status
http://lib.unimus.ac.id
19
ekonomi baik, tingkat pendidikan pun baik sehingga akan diiringi
oleh peningkatan pengetahuan yang baik pula.
5. Umur
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
dia
akan
berulang
tahun.Semakin
cukup
umur,
tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan dari masyarakat yang
lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum
cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan.
6. Pekerjaan
Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat.
Masyarakat
akan
memandang
seseorang
dengan
penuh
penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai negri atau
pejabat di pemerintahan. Status pekerjan rendah seseorang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Nursalam, 2008).
d) Cara pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
terhadap responden yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
di ukur dari responden, pengukuran pengetahuan juga dapat
dilakukan dengan skala kualitatif yaitu :
1.Baik
: Hasil presentasi 76% - 100%
2.Cukup : Hasil presentasi 56% - 75%
3.Kurang : Hasil presentasi <56%
Pengukuran
pengetahuan
tentang
kesehatan
dapat
di
ukur
berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif yang pada
http://lib.unimus.ac.id
20
umumnya mencari jawaban atas fenomena yang menyangkut berapa
banyak, berapa sering, berapa lama biasanya menggunakan metode
wawancara dan angket. Sedangkan pengetahuan secara kualitatif
digunakan untuk mengetahui suatu fenomena terjadi atau mengapa
terjadi (Notoatmodjo, 2010)
d.1. Cara pengukuran pengetahuan tentang MP-ASI
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang MP-ASI yang ingin di ukur dari
responden.
2. Faktor ekternal meliputi :
a) Faktor sosial budaya
Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh
terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Jika dilihat dari tabel 4
karakteristik responden berdasarkan daerah asal sebanyak 24
responden (92,31%) Hal ini sesuai dengan perilaku ibu dalam
pemberian MP-ASI Dini juga dipengaruhi oleh sosio budaya
setempat dimana terdapat kepercayaan, adat istiadat maupun
kebiasaan masyarakat setempat, dalam adat istiadat jawa ada tradisi
3 bulanan dimana bayi diberikan bubur susu ataupun pisang kerok
karena bayi dianggap sudah mampu untuk menerina MP-ASI saat
upacara 3 bulanan tersebut. Selain itu orang tua memberikan MPASI dini karena menurut mereka bayi yang sering menangis
walaupun sudah diberi ASI menunjukkan bayi masih lapar sehingga
harus diberi makananan tambahan selain ASI seperti pisang ataupun
nasi yang dilumatkan.
http://lib.unimus.ac.id
21
b) Faktor informasi
Informasi Menurut George H. Bodnar, (2000: 1), “Informasi adalah
data yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan yang tepat”. Dalam era globalisasi ini terjadi kemajuan
ilmu pengetahuan dan pesatnya tehnologi sehingga ibu pun akan
semakin mudah dalam mendapatkan informasi, salah satu contoh
adalah banyaknya iklan-iklan susu formula yang menawarkan
berbagai produk dengan berbagai kelebihan akan membuat ibu
tertarik untuk memberikan MP-ASI Dini.
c) Faktor petugas kesehatan
Petugas kesehatan sebagai “educator” peran ini dilaksanakan
dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan (Wahid Iqbal, 2005 : 76). Pada
kenyataan masih banyak ibu yang memberikan MPASI dini hal ini
dapat dikarenakan kurangnya pemantauan dari petugas kesehatan
dalam pemberian MPASI Dini ataupun tidak ada langkah lanjutan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan dalam penyelesaian masalah
MPASI dini, selain itu luasnya jangkauan wilayah kerja petugas
kesehatan disertai dengan jumlah penduduk yang banyak sedangkan
jumlah petugas kesehatan itu sendiri tidak sesuai dengan luas
wilayah sehingga penanganan dan pemantauan oleh petugas pun
tidak akan maksimal.
d) Faktor dukungan suami
a. Pengertian dukungan
Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai
http://lib.unimus.ac.id
22
memberikan dorongan / motivasi atau semangat dan nasihat kepada
orang lain dalam situasi pembuat keputusan (Chaplin, 2006).
Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang di
dalamnya terbentuk hubungan yang saling memberi dan menerima
bantuan yang bersifat nyata yang dilakukan suami kepada
istrinya.Suami juga harus bisa melakukan pekerjaan istri apabila istri
lagi dalam keadaan sakit atau yang lain (Hidayat,2005)
Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang
wanita hamil. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang
diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah
melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko
komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan
utama yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tandatanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan
penerimaan pasangannya terhadap anaknya (Rukiah, 2014).
Dukungan moral seorang suami kepada istrinya hal yang
memang di butuhkan dan sangat di anjurkan suami memberikan
dukungan atau motivasi yang lebih kepada istrinya tersebut (Dagun,
2002).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Asdan 2007)
menyatakan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap pemberian MP ASI adalah sikap. Variabel
pendukung yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP ASI
adalah keterpaparan media, variabel pendorong yang mempunyai
pengaruh terhadap pemberian MP ASI adalah dukungan keluarga
termasuk suami dan kebiasaan memberi MP ASI di masyarakat.
http://lib.unimus.ac.id
23
b. Jenis dukungan suami
Wujud dari dukungan suami antara lain :
1.
Dukungan emosional
Dukungan yang berupa perhatian, mendampingi , menemani istri
di rumah dalam pemberian makanan pendamping ASI kepada
anaknya. Di saat itulah istri memerlukan perhatian khusus dari
suami dalam bentuk kasih sayang dan perhatian keapada istri
maupun anaknya.
2.
Dukungan informasi
Dukungan informasi suami adalah informasi tentang bagaimana
tentang cara pemberian makanan dan macam – macam makanan
yang cocok diberikan kepada bayi. Informasi dari suami penting
untuk istri tentang makanan yang cocok diberikan karena bukan
hanya istri yang tahu apa saja makanan apa yang tepat untuk
anak melainkan suami juga harus tahu.
3
Dukungan penilaian
Dukungan penilaian yang positif terhadap suami bahwa
pemberian makanan tambahan kepada bayi sangat baik diberikan
kepada bayi. Penilaian tersebut berguna untuk tumbuh kembang
sang anak dan berguna sebagai media tukar pemikiran anttara
suami dan istri.
4
Dukungan finansial
Pemberian berupa dana atau biaya kepada suami untuk keperluan
keluarga guna untuk membeli makanan tambahan kepada bayi.
Banyaknya kebutuhan jika mempunyai anak membuat suami
harus memberikan dana semaksimal mungkin dan diberikan
kepada istri guna memberikan kebutuhan sang anak.
http://lib.unimus.ac.id
24
C.
Kerangka teori
Faktor yang mempengaruhi praktik pemberian MP-ASI dini
Faktor internal
1.Faktor Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi :
a.Pendidikan
b.Pengalaman
c.Umur
d.Sosial ekonomi
e.Informasi
f.Pekerjaan
2.Faktor Pengalaman
Praktik Pemberian MP-ASI dini
Faktor Eksternal
1.Faktor social budaya
2.Faktor Informasi
3.Faktor Petugas Kesehatan
4.Faktor Dukungan Suami
Wujud dari dukungan suami :
Gambar 2.1 Kerangka Teori
-Finansial - Informasi
-Emosional -Penilaian
Sumber (Notoatmodjo, 2005) , ( Wijaya, 2009)
http://lib.unimus.ac.id
25
D. Kerangka konsep
Variable dependen
Variabel independen
Faktor praktik
pemberian
MP- ASI dini :
Praktek pemberian MP -ASI dini
1.Pengetahuan
2.Dukungan
suami
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Variabel penelitian
1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah faktor pemberian MP ASI dini meliputi Pengetahuan dan dukungan suami
2. Variable independen dalam penelitian ini adalah Praktik pemberian MP
– ASI dini
F. Hipotesis
1. Ada Hubungan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI
dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri
(BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungrejo.
2. Ada Hubungan dukungan suami dengan praktik pemberian MP-ASI
dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri
(BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungrejo.
http://lib.unimus.ac.id
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang
dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan. Desain sangat erat dengan bagaimana kerangka konsep penelitian
sebagai petunjuk perencanaan penelitian secara rinci dalam hal pengumpulan
dan analisa data (Suyanto, 2011).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi
dapat diketahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi lain.
(Arikunto, 2007). Deskriptif korelasi yang akan akan diteliti tentang pengaruh
tingkat pengetahuan dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI
di Desa Tanjungrejo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cros-sectional karena
pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan sekali dalam waktu
yang sama (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau subyek yang
diteliti dan mempunyai kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2009). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia <
12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo. Berdasarkan data pada
tanggal 19 Juli – 14 Agustus 2016, didapatkan jumlah 115 bayi di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo Rt 04 Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus dan sebagai responden yaitu ibu bayi.
2. Sampel dan teknik sampling
Sampling adalah proses menyeleksi dari populasi yang ada (Hidayat,
http://lib.unimus.ac.id
27
2009). Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan setiap penelitian (Nursalam, 2011).Pada penelitian ini
teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Random
Sampling. Random sampling adalah Pengambilan (Simple Random
Sampling) sampel acak sederhana adl suatu cara pengambilan sampel
dimana tiap unsur yg membentuk populasi diberi kesempatan yg sama utk
terpilih menjadi sampel.
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel
adalah menggunakan rumus Slovin , sebagai berikut:
n:
N
1+Ne”
:
115
1+115(0,05)”
:
115
1,28
:
89 sampel
dimana
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Sampel yang digunakan adalah ibu yang mempunyai bayi usia kurang dari
12 bulan yang berjumlah 89 bayi, berdasarkan data pada tanggal 19 Juli –
14 Agustus 2016.
C. Definisi operasional
Definisi
operasional
adalah
mendefinisikan
variabel
secara
ggoperasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan
menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2009).
http://lib.unimus.ac.id
28
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Alat Ukur &
Skala
Hasil Ukur
Ukur
Kuisoner tentang
tingkat pengetahuan
yang terdiri dari 15
pertanyaan skor:
-Iya : 1
-Tidak : 0
Setelah di
lakukan uji
dengan
responden 89 di
dapatkan hasil
-Rendah :
62 responden
-Sedang :
17 responden
-Baik
:
10 responden
Interval
Dukungan suami
dalam pemberian MP
ASI terdiri dari 4
macam:
1.Dukungan financial
2.Dukungan
emosional
3.Dukungan
Informasi
4.Dukungan Penilaian
Kuisoner tentang
dukungan suami
yang terdiri dari 15
pertanyaan skor:
-Iya : 1
-Tidak : 0
Setelah di
lakukan uji
dengan
responden 89 di
dapatkan hasil
-Rendah :
50 responden
-Sedang :
26 responden
-Baik
:
13 responden
Interval
Pelaksanaan
pemberian MP ASI
yang diberikan pada
bayi usia < 6 bulan
Kuisoner
Setelah di
lakukan uji
dengan
responden 89 di
dapatkan hasil
-di berikan < 6
bulan : 84
responden
-di berikan > 6
bulan : 5
responden
Nominal
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Pengetahuan
ibu tentang
pemberian MP
ASI
Independent
Kemampuan ibu
menjawab pertanyaan
mengenai definisi,
manfaat, jenis dari
MP ASI
Dukungan
Suami
terhadap
pemberian MP
ASI
Independent
Praktik
pemberian MP
ASI
Dependent
D. Tempat penelitian
Penelitian ini akan di Desa Tanjungrejo Rt 4 Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus.
E. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan yang dimulai dari perencanaan
(penyusunan proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir yang
http://lib.unimus.ac.id
29
dilaksanakan sejak bulan November 2015 sampai dengan bulan Agustus
2016.Adapun pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Maret sampai
Juli 2016.
F. Etika penelitian
Menurut Hidayat (2009) dalam penelitian ini peneliti menekankan pada
masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian, mempunyai hak untuk bersedia atau menolak menjadi
responden. Pada informed concent juga perlu dicantumkan untuk
mengembangkan ilmu.
Lembar
persetujuan
menjadi
responden
diedarkan
sebelum
riset
dilakukan.Tujuannya agar subyek mengetahui maksud dan tujuan riset.
Serta mengetahui dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan
data. Jika subyek bersedia diteliti maka peneliti harus menghormati hakhak responden.
2. Anomity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan identitas
subyek pada lembar pengumpulan data
(kuesioner) yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya diberi nomer
kode tertentu.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok
data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
G. Alat pengumpul data
1.
Sumber data
a. Data primer
Data primer yang disebut juga data tangan pertama.Data primer
diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat
pengukur atau alat pengambil data, langsung pada subjek sebagai
http://lib.unimus.ac.id
30
sumber informasi yang dicari (Sugiyono, 2009).Pengumpulan data
primer dalam penelitian ini menggunakan kuesioner meliputi :
identitas, pengetahuan ibu dan dukungan suami tentang praktik
pemberian MP ASI.
b. Data sekunder
Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah
data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh
peneliti dari subjek penelitiannya (Sugiyono, 2009). Data sekunder
dalam penelitian ini adalah 89 bayi dan sebagai responden yaitu ibu
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Rt 04 Kecamatan Jekulo Kudus.
2.
Alat penelitian
a.
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010).
Suatu kuisoner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuisoner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh
kuisoner tersebut (Notoatmodjo, 2002). Pertanyaan
pertama
digunakan untuk mengetahui identitas responden. Bagian kedua
untuk mengetahui pengetahuan yang terdiri dari 15 pertanyaan
dengan menggunakan jawaban iya (skor : 1), tidak (skor : 0). Bagian
ketiga digunakan untuk mengetahui dukungan suami terdiri dari 15
pertanyaan dengan menggunakan jawaban iya (skor : 1), tidak (skor :
0). Bagian keempat untuk mengetahui tentang praktik pemberian
MP ASI dengan kategori 1. (Sesuai) dan 2. (Tidak sesuai).
Apabila ada responden yang mengalami kesulitan dalam
membaca kuisoner, maka peneliti akan membantu membacakan
kuisoner. Setelah kuisoner sebagai alat peneliti telah selesai disusun,
kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas kuisoner.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
http://lib.unimus.ac.id
31
kuesioner. Tahapan kuesioner ini meliputi :
1) Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat (Arikunto, 2010).Uji validitas akan di
lakukan dengan cara memberikan kuesioner yang telah disusun
oleh peneliti kepada Ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan di
BPM Yuni Gunawan Desa Honggosoco Jekulo Kudus. Jumlah
responden dalam uji validasi ini adalah 20 ibu yang memiliki
bayi usia 12 bulan.Uji validasi akan di lakukan setelah peneliti
melalui tahap sidang proposal.
Menurut Notoatmodjo (2012) untuk mengetahui apakah
kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang
kita ukur, maka perlu uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap
item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut,
sedangkan teknik korelasi yang dipakai adalah korelasi “Person
Product Moment”.
Rumus Pearson Product Moment :
rxy
n
{n
X2
XY
(
(
X )(
X ) 2 }{n
Y)
Y2
(
Y )2}
Keterangan :
rhitung
= koefisien korelasi
Xi
= jumlah skor item
Yi
= jumlah skor total (item)
n
= jumlah responden
Menurut (Notoatmojo, 2012) untuk uji validitas kuesioner
minimal dilakukan agar diperoleh distribusi nilai hasil
http://lib.unimus.ac.id
32
pengukuran mendekati normal. Responden yang digunakan uji
coba sebaiknya memiliki ciri-ciri responden yang sama dari
tempat dimana penelitian tersebut harus dilaksanakan.
Menurut Sugiyono (2010), keputusan ujinya adalah :
Bila r
hitung
lebih besar dari pada r
tabel
artinya variabel tersebut
hitung
lebih kecil dari pada r
tabel
artinya variabel tersebut
valid.
Bila r
tidak valid.
Kevalidan instrument ini, peneliti menggunakan rumus
product moment. Jika r hitung > r table dengan n = 0,444 maka
instrument dikatakan valid dan dapat dipergunakan dalam
penelitian (Sugiyono, 2006). Pada semua item pertanyaan
kuisioner Hubungan pengetahuan Ibu dan dukungan suami
dinyatakan valid karena r hitung berkisar antara 0,458-0,811
yang lebih besar dari r tabel (0,444) sehingga dinyatakan valid.
2) Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menyatakan sejauh
mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo,
2012).Sedangkan
(keandalan)
menurut
adalah
Nursalam
kesamaan
hasil
(2011)
reliabilitas
pengukuran
atau
pengamatan bila fakta atau kesamaan hidup diukur berkali-kali
dalam waktu yang berlainan.Setelah diketahui bahwa setiap
item-itempertanyaan cukup valid, dilanjutkan dengan analisa
reabilitas untukmengetahui apakah instrument tersebut cukup
konsisten untukmengukur gejala yang sama pada pengukuran
satu kali. Pada awalnyatinggi rendahnya reliabilitas tes
tercermin oleh nilai Cronbach Alpha.
Uji reliabilitas kuesioner akan diuji dengan rumus Cronbach
Alpha (Arikunto, 2010).
r₁₁ = [
] [1-
]
http://lib.unimus.ac.id
33
Keterangan :
r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b
t
= jumlah varians butir
2
= varians total
Di mana kuesioner dikatakan reliable jika indeks reliabilitas
yangdiperoleh paling tidak mencapai 0,60 (Ghozali, 2011). .
Pada hasil uji realibilitas didapatkan nilai p sebesar 0,762
untuk hubungan pengetahuan ibu dan nilai p 0,752 untuk
hubungan dukungan suami, sehingga lebih besar dari cronbach
alpha yaitu 0,6 maka data dinyatakan reliable.
H. Prosedur pengumpulan data
Cara pengumpulan data untuk penelitian ini melalui beberapa tahap
antara lain :
1. Setelah mendapat izin dari program studi S1 Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Semarang dan tempat penelitian, peneliti
melakukan pendekatan kepada responden.
2. Peneliti mendatangi ibu yang mempunyai bayi usia < 12 bulan di BPM
Murwati Rt 4 Desa Tanjungrejo untuk mendapatkan data penelitian.
3. Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan keikutsertaan
dalam penelitian ini bagi yang setuju mengikuti atau berpatisipasi dalam
penelitian
ini
responden
diminta
untuk
menandatangani
lembar
persetujuan penelitian.
4. Peneliti membagikan
penelitian
yang
lembar persetujuan penelitian kepada responden
bersedia
berpartisipasi
dalam
penelitian
untuk
menandatangani lembar persetujuan.
5. Peneliti memberikan lembar kuesioner dan menjelaskan cara pengisian
kuesioner.
6. Peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden
kemudian diolah dan dianalisis.
http://lib.unimus.ac.id
34
I.
Analisis atau pengolahan data
1. Pengolahan data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan, di mana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaanpertanyaan dalam mengungkap fenomena (Nursalam, 2011).
Data yang telah terkumpul kemudian diolah, adapun tujuan dari
tindakan ini adalah untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul,
dan menyajikannya dalam bentuk susunan yang rapi. Dalam proses
pengolahan data, langkah-langkah yang akan ditempuh adalah sebagai
berikut:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.Dilakukan pada saat pengumpulan data dan
atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut
kriteria tertentu.Klasifikasi ukurnya ditandai dengan kode tertentu yang
biasanya berupa angka (Suyanto, 2011). Pada penelitian ini pengkodean
sebagai berikut :
1) Data tingkat pengetahuan ibu, apabila diperoleh jumlah skor:
Rendah : 0-5
Sedang : 6-10
Baik
: 11-15
2) Data dukungan suami, apabila diperoleh jumlah skor:
Rendah : 0-5
Sedang : 6-10
Baik
: 11-15
3) Data Praktik Pemberian MP ASI, dengan kategori :
< 6 Bulan
:1
 6 Bulan
:2
http://lib.unimus.ac.id
35
c. Entry Data
Entry Data adalah proses memasukan data ke dalam komputer sebelum
dilakukan
analisa,
dengan
program
komputerisasi
dilakukan
pengecekan ulang terhadap data (Nursalam, 2011).
d. Cleaning
Semua data dari sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu
dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan,
dan
sebagainya
yang
kemudian
dilakukan
pembetulan atau koreksi.
2. Analisis data
a. Analisa Univariat
Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2009). Analisa
univariat yaitu analisa dilakukan dengan mendiskripsikan besar
persentase pada seluruh variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi (Arikunto, 2010).
Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi mendeskripsikan
masing-masing variable penelitian, termasuk karakteristik sampel
penelitian. Dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel penelitian yaitu pengetahuan, dukungan suami
dan pemberian mp asi. Data berbentuk kategorik dilakukan dengan
pengujian distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan hasil
penelitian tentang pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP ASI
dengan menggunakan kuisoner di dapatkan ibu yang mempunyai
pengetahuan baik sebanyak 10 responden, ibu yang mempunyai
pengetahuan sedang 17 responden dan ibu yang mempunyai
pengetahuan rendah sebanyak 62 responden. Berdasarkan hasil
penelitian tentang dukungan suami dengan praktek pemberian MP ASI
dengan menggunakan kuisoner di dapatkan ibu yang mempunyai
dukungan dengan kategori baik sebanyak 13 responden, ibu yang
mempunyai dukungan kateegori sedang 26 responden dan ibu yang
http://lib.unimus.ac.id
36
mempunyai dukungan kategori rendah sebanyak 50 responden.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai praktik pemberian MP ASI
dapat diketahui dari jumlah 35 responden menunjukan terdapat 84
(94,4%) responden memperoleh makanan pendamping pada usia < 6
bulan, 5 (5,6%) responden memperoleh makanan pendamping usia > 6
bulan.
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan gambaran antara
variabel bebas dan terikat.Karena jumlah data lebih dari 15 maka akan
dilakukan
analisa
bivariat
terlebih
dahulu
menggunakan
uji
kenormalan/normalitas data, dengan uji Kolmogorov Smirnov untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak normal (Emzir, 2012),
jika kedua variabel tidak normal akan menggunakan uji korelasi
spearman rank (Hidayat, 2003). Untuk Hasil penelitian yang di
dapatkan untuk data pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP
ASI memilik p value = 0,000, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05
maka diperoleh p value<α hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan
pengetahuan ibu terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12
bulan di BPM Murwati.Sementara untuk Hasil penelitian yang di
dapatkan untuk data dukungan suami diperoleh p value = 0,475, jika
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value> α yang
artinya bahwa tidak ada hubungan dukungan suami terhadap
pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati
http://lib.unimus.ac.id
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Bab ini akan menguraikan mengenai hasil dan pembahasan
penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami
dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12
bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT
04 Jekulo Kudus”. Penelitian ini dilakukan di BPM Murwati Desa
Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, jumlah responden
yang diteliti berjumlah 89 orang. Seluruh sampel dalam proses penelitian
tersebut diberikan pertanyaan mengenai hubungan pengetahuan ibu dan
dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI dini dengan
menggunakan instrument (kuesioner). Penelitian ini dilaksanakan selama
2 hari mulai tanggal 20 - 21 Juli dan 9 – 14 Agustus 2016 dilakukan
mulai pukul 15.00-20.00 WIB menyesuaikan dengan responden.
Pengambilan data dilakukan pada 89 ibu yang mempunyai bayi.
2. Karakteristik responden
a.
Pekerjaan Ibu
Diagram 4.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
Distribusi frequensi pekerjaan ibu
IRT 29 responden
Pedagang 20 responden
Buruh 33 responden
Guru 5 responden
Dosen 2 responden
Diagram 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
bekerja sebagai buruh sebanyak 33 responden dengan presentase 37,1 %
dan 2 responden bekeraja sebagai dosen.
http://lib.unimus.ac.id
38
b. Umur Ibu
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur Ibu
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
Umur
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Total
Frequensi
1
3
4
3
12
19
8
5
5
3
7
6
5
2
2
2
1
1
89 responden
Presentasi(%)
1,1
3,4
4,5
3,4
13,5
21,3
9
5,6
5,6
3,4
7,9
6,7
5,6
2,2
2,2
2,2
1,1
1,1
100%
Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa paling banyak
responden berusia 23 tahun dengan frequensi 19 responden.
Tabel 5.2
Distribusi nilai rata-rata berdasarkan umur ibu
Di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
N
89
Minimum
18
Maksimum
35
Mean
25,03
Std.devisiasi
3,80
Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa umur responden
termuda 18 tahun dan tertua 35 tahun, rata-rata usia 25 tahun dengan
Std.devisiasi 3,80.
http://lib.unimus.ac.id
39
c. Pendidikan Ibu
Diagram 4.2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu
Di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n:89)
Distribusi frequensi pendidikan ibu
SMP 24 responden
SMA 57 responden
Diagram 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden lulusan SMA sederajat yaitu 57 responden dengan
presentase (64%).
d. Umur bayi
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur Bayi
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
Umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total
Frequensi
3
6
19
20
20
9
6
3
3
89
Presentasi (%)
3,4
6,7
21,3
22,5
22,5
10,1
6,7
3,4
3,4
100
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa usia bayi paling
banyak usia 4 dan 5 bulan masing-masing dengan presentase 22,5%.
Tabel 5.4
Distribusi nilai rata-rata berdasarkan Umur Bayi
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
N
89
Minimum
1
Maksimum
9
http://lib.unimus.ac.id
Mean
4,48
std devisiasi
1,79
40
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa umur responden
termuda 1 bulan dan tertua 9 bulan, rata-rata usia 4 bulan dengan
Std.devisiasi 1,79
3. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang praktek pemberian MP
ASI
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu
tentang praktik pemberian MP ASI
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Pernyataan
Makanan pendamping asi merupakan
makanan tambahan bagi bayi yang menjadi
makanan pelengkap dan dapat memenuhi
kebutuhan bayi
Makanan pendamping asi diberikan kepada
bayi setelah uisa 4-6 bulan
ASI cuma diberikan sampai usia bayi 6
bulan
Memasuki usia 4-6 bulan bayi sudah siap
makanan bukan cair
Makanan lumat diberikan saat bayi berusia
6 bulan
Makanan lumat diberikan sehari 2x sejalan
dengan perkembangan anak
Memberikan nasi yang di campur pisang
kemudian dihaluskan pada bayi usia 8 bulan
Bayi usia 6 bulan tidak perlu diberikan
makanan pendamping
Cara pemberian makanan pendamping ASI
diberikan sedikit demi sedikit
Pemberian makanan pendamping dini
mempunyai resiko terhadap kesehatan bayi
Resiko pemberian makanan pendamping
dini membuat bayi terkena penyakit salah
satunya diare
Pada usia 6-12 bulan anak membutuhkan
makanan yang tinggi protein,energi dan
vitamin
Peran makanan pendamping adalah sebagai
penggati ASI
Makanan pendamping ASI diberikan pada
usia 8 bulan
Memberikan buah pisang pada usia 4 bulan
http://lib.unimus.ac.id
Iya
(%)
49,4
N
44
Tidak
(%)
50,6
Total
N
45
28
31,5
61
68,5
89
28
31,5
61
68,5
89
29
32,6
60
67,4
89
30
33,7
59
66,3
89
27
30,3
62
69,7
89
28
31,5
61
68,5
89
26
29,2
63
70,8
89
27
30,3
62
69,7
89
34
38,2
55
61,8
89
31
34,8
58
65.2
89
25
28,1
64
71,9
89
31
34,8
58
65,2
89
28
31,5
61
68,5
89
39
43,8
50
56,2
89
89
41
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa pertanyaan kuisoner
pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI dengan nilai
yang paling besar dengan responden menjawab “tidak” no 9 (cara
pemberian MP ASI) dan 12 (pada usia 6-12 bulan anak
membutuhkan makanan tinggi protein), dan nilai pertanyaan kecil
dengan responden menjawab “iya” iya no 9 (cara pemberian MP
ASI) dan no 4 (Memasuki usia 4-6 bulan bayi sudah siap makanan
bukan cair).
4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan suami tentang
praktek pemberian MP ASI
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami
tentang praktik pemberian MP ASI
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pernyataan
Suami memberikan informasi yang tepat
mengenai kapan,manfaat dari pemberian
makanan pendamping
Suami memberikan langsung makanan
pendamping kepada anaknya
Suami memberikan makanan pendamping
ASI yang bervariasi supaya anaknya tidak
bosan
Suami selalu memberikan apapun yang di
inginkan
untuk
membeli
makanan
pendamping ASI
Suami memperhatikan tumbuh kembang
anaknya
Suami menemani saat istri memberikan
makanan pendamping kepada anaknya
Suami memberikan petunjuk dalam
pemberian makanan pendamping yang
benar
Suami memberikan makanan yang bergizi
untuk tumbuh kembang anaknya
Suami peduli terhadap gizi anaknya dalam
pemberian makanan pendamping
Suami membelikan buah buahan yang
dihaluskan untuk diberikan kepada
anaknya
Suami bertukar pikiran dengan istri
mengenai jenis makanan yang diberikan
kepada anaknya
http://lib.unimus.ac.id
Iya
(%)
49,4
N
45
Tidak
(%)
50,6
Total
N
44
41
46,1
48
53,9
89
35
39,3
54
60,7
89
33
37,1
56
62,9
89
38
42,7
51
57,3
89
30
33,7
59
66,3
89
32
36
57
64
89
34
38,2
55
61,8
89
41
46,1
48
53,9
89
34
38,2
55
61,8
89
38
42,7
51
57,3
89
89
42
12
13
14
15
Suami memberikan perhatian lebih tentang
makanan pendamping ASI yang diberikan
oleh anaknya
Suami memberikan informasi yang tepat
mengenai makanan pendamping apa yang
sesuai dengan usia anaknya
Suami memberikan penilaian langsung
mengenai makanan pendamping yang
diberikan sudah tepat atau belum
Suami mendukung penuh makanan
pendamping apa yang diberikan kepada
anaknya
34
38,2
55
61,8
89
34
38,2
55
61,8
89
43
48.3
46
51,7
89
37
41,6
52
58,4
89
Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa pertanyaan kuisoner
dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dengan nilai
yang paling besar responden menjawab “tidak” no 5 (suami
memperhatikan tumbuh kembang anaknya) , 6 (suami menemani
istri memberi makanan pendampng ), dan nilai pertanyaan kecil
responden menjawab “iya” no 4 ( suami selalu memberikan untuk
membeli MP ASI)
5.
Distribusi frekuensi praktek pemberian MP ASI
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pemberian MP ASI
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
Umur (bulan)
1
2
3
4
5
6
Frekuensi
15
37
20
11
1
5
Presentasi (%)
16,9
41,6
22,5
12,4
1,1
5,6
Total
89
100
Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar bayi
mendapatkan MP ASI pada usia < 6 bulan yaitu 84 bayi dengan
presentase 94,4 %, menunjukan dalam praktik pemberian MP ASI
sesuai karena banyak yang diberikan pada bayi usia < 6 bulan.
http://lib.unimus.ac.id
43
6.
Hubungan pengetahuan terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi
usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus 2016
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan HubunganPengetahuan
terhadap Pemberian MP ASI Dini pada Bayi Usia < 12 Bulan
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
Pengetahuan
Rendah
Sedang
Baik
Total
Pemberian MP ASI
< 6 bulan
> 6 bulan
N
%
N
%
62
100,0
0
0,0
16
94,1
1
5,9
6
60
4
40
84
94,4
5
5,6
Total
62
17
10
89
%
100,0
100,0
100,0
100,0
p
value**
0,000
**= Spearman Rank
Tabel 5.8 di atas menunjukkan Uji Spearman Rank diperoleh
p value = 0,000, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka
diperoleh p value<α yang artinya bahwa ada hubungan pengetahuan
ibu terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di
BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus 2016
7. Hubungan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI
dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo
Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016.
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Hubungan Dukungan
Suami terhadap Pemberian MP ASI Dini pada Bayi Usia < 12 Bulan
di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus 2016 (n : 89)
Pengetahuan
Rendah
Sedang
Baik
Total
Pemberian MP ASI
< 6 bulan
> 6 bulan
N
%
N
%
48
96
2
4
24
92,3
2
7,7
12
92,3
1
7,7
84
94,4
5
5,6
**= Spearman Rank
http://lib.unimus.ac.id
Total
50
26
13
89
%
100,0
100,0
100,0
100,0
p
value**
0,475
44
Tabel 5.9 di atas menunjukkan Uji Spearman Rank diperoleh Hasil
penelitian yang di dapatkan untuk data dukungan suami diperoleh p
value = 0,475 jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh
p value> α yang artinya bahwa tidak ada hubungan dukungan suami
terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM
Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
2016.
Pembahasan
Air Susu Ibu (ASI) hanya cukup memenuhi pertumbuhan
bayi sampai usia 6 bulan sehingga bayi membutuhkan makanan
pendamping ASI untuk pertumbuhan bayi, bertambah pula
kebutuhan
gizinya
yang
lebih
untuk
perkembangan
dan
pertumbuhannya bayi. Ketika bayi memasuki usia 4 atau 6 bulan
ke atas bayi membutuhkan beberapa elemen nutrisi seperti
karbohidrat, protein, dan beberapa vitamin lainnya dan mineral
yang terkandung dalam ASI atau susu formula yang tidak lagi
cukup. Dengan alasan usia 4 - 6 bulan, maka bayi mulai dianjurkan
diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) (Prasetyono, 2009).
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juli
di BPM Murwati terhadap jenis pekerjaan responden sebagian besar
ibu bekerja sebagai buruh sebanyak 33 responden dengan presentase
37,1 %. Banyaknya pabrik yang menjamur di kota kudus membuat
warga kudus sebagian besar bekerja sebagai buruh.Hal ini bisa di
lihat, menurut Dinas Tenaga Kerja Jawa Tengah 2014, kota kudus
berada di peringkat ke dua di bawah kota semarang dengan
penduduk yang mayoritas bekerja di pabrik dengan jumlah tenaga
kerja 129.813. Status sosial ekonomi berhubungan erat dengan
pekerjaan dan
pendapatan orang tua yang bepengaruh terhadap
konsumsi energi. Ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap pola
http://lib.unimus.ac.id
45
asuh anak, ibu menjadi kurang perhatian dan kurang dekat dengan
anak karena sebagian waktu ibu digunakan untuk bekerja diluar
rumah. Pemberian ASI juga semakin berkurang. Pemberian MP ASI
terlalu dini bisa terjadi karena orang tua khususnya ibu terlalu sibuk
bekerja diluar rumah dan pengasuhan anak diserahkan kepada orang
lain. Banyak sekali orang tua yang memberikan MP ASI sebelum
usia 6 bulan.
b.
Umur Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juli
di BPM Murwati terhadap jenis pekerjaan responden sebagian besar
umur ibu berusia 23 tahun. Umur adalah usia yang secara garis besar
menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan
keputusan yang mengacu pada setiap pengalaman. Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan logis (Notoadmodjo, 2007). Semakin umur ibu
bertambah semakin tambah juga pengalaman dan pengetahuan dalam
pemberian makanan pendamping asi kepada bayinya.
c.
Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juliagustus di BPM Murwati terhadap jenis pendidikan responden
sebagian besar ibu menunjukan banyaknya ibu lulusan SMA
sederajat. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting
dalam tumbuh kembang anak. Makin tinggi tingkat pendidikan,
maka makin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga dan pola
pengasuhan anak. Ibu akan mengerti waktu yang tepat memberikan
MP ASI bagi bayi serta mengerti dampak yang ditimbulkan jika
makanan tersebut diberikan terlalu dini. Ibu yang berpendidikan akan
memahami informasi dengan baik terutama tentang cara pengasuhan
anak yang
baik, pemberian makan yang baik, cara menjaga
kesehatan anak dan sebagainya. Ibu juga akan lebih mudah mengerti
penjelasan
yang
diberikan
oleh
http://lib.unimus.ac.id
petugas
kesehatan
melalui
46
penyuluhan, dan tidak akan terpengaruh dengan informasi yang tidak
jelas.
d. Umur bayi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juli
di BPM Murwati terhadap umur bayi di dapatkan sebagian bayi
umur berumur 4 dan 5 bulan dengan 20 responden masing-masing
umur.
2. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dengan praktek pemberian
MP ASI
Berdasarkan distibusi freuquensi tentang item pertanyaan
responden tentang pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP
ASI dengan menggunakan kuisoner di dapatkan ibu yang
mempunyai pengetahuan baik sebanyak 10 responden, ibu yang
mempunyai pengetahuan sedang 17 responden dan ibu yang
mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 62 responden. Untuk
pengetahuan ibu rendah dalam Pemberian Makanan Pendamping
ASI memiliki beberapa faktor kenapa ibu tidak mengetahui kapan
usia tepat pemberian,macam-macam makanan pendamping dll
terutama ibu yang masih berpegang teguh kebudayaan kuno yang
tidak menekan kapan usia tepat pemberian makanan pendamping,
selain itu tingkatan pengetahuan juga berdampak besar dalam
pemberian makanan pendamping, ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan tinggi akan mengerti tentang makanan pendamping di
banding dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Hasil
tersebut mendukung penelitian sudiyanto et al, (2003) di Jakarta
Timur bahwa tingkat pengetahuan yang diperoleh ibu tentang
pemberian MP ASI akan mempengaruhi pola pemberian makanan
pendamping untuk bayi. Hal tersebut membuktikan bahwa jika
pengetahuan seorang ibu tentang pemberian MP-ASI baik, maka
http://lib.unimus.ac.id
47
dapat memberi pengaruh positif terhadap pemberian makanan
pendamping ASI bagi bayi.
Hasil jawaban pertanyaan tentang pengetahuan ibu dengan
praktik pemberian MP ASI dini mendapatkan nilai total yang paling
besar dengan jawaban ibu tidak mengetahui tentang praktik
pemberian MP ASI dini berada no 9 ( Cara pemberian makanan
pendamping ASI diberikan sedikit demi sedikit) dengan jawaban
tidak tahu (74,3%), dalam pemberian makanan pendamping ibu
sebagai responden tidak mengetahui tentang banyak/sedikitnya
pemberian makanan pendamping ibu hanya mengerti kalau anak
rewel itu menandakan anaknya lapar dan dengan tanggap ibu
memberikan makanan pendamping seperti pisang dikerok dll tapi
tidak mengetahui porsinya,ibu hanya tidak memberikan lagi jika
anak sudah tidak rewel.
Item pertanyaan no 12 ( Pada usia 6-12 bulan anak
membutuhkan makanan yang tinggi protein,energi dan vitamin)
dengan jawaban tidak tahu 74,3%, dapat diketahui ibu yang menjadi
responden tidak membutuhkan makanan yang tinggi protein dll
untuk diberikan anaknya karena banyak ibu yang penting anaknya
kenyang dan faktor dari tingkat pendidikan ibu yang rendah yang
tidak mengetahui kandungan yang ada pada makanan yang diberikan
untuk anaknya.
Item pertanyaan no 7 ( Memberikan nasi yang di campur
pisang kemudian dihaluskan pada bayi usia 8 bulan) dengan
yawaban tidak tahu 68,6% dapat dijelaskan bahwa dalam pertanyaan
ini ibu belum jelas tentang macam-macam makanan pendamping
ASI dan usia tepat dalam praktik pemberian dan hanya paham
makanan seperti nasi yang dihaluskan dalam pemberian tapi tidak
paham usia tepat pemberian.
Secara garis besar pertanyaan tentang pengetahuan ibu
dengan praktik pemberian makanan pendamping di ketahui secara
http://lib.unimus.ac.id
48
signifikan ibu tidak mengetahui tentang kapan usia tepat dalam
pemberian MP ASI, jenis makanan pendamping dll. Kebanyakan ibu
tidak mengetahui tentang usia dalam pemberian ASI eksklusif
maupun MP ASI secara keseluruhan karena dari sebagaian besar ibu
hanya tamatan SMA sederajat.Sementara sebagian ibu cuma
mengetahui pada hari pertama anak lahir diberikan ASI akan tetapi
tidak tahu secara tepat sampai kapan pemberian ASI dan untuk
pemberian makanan pendamping ibu juga tidak tahu usia yang tepat
pemberian dan cuma tahu bayi sudah boleh diberikan bubur atau
makanan yang dihaluskan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Novi eka (2011) yang menemukan adanya hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi di Desa
Langensari Kecamatan Unggaran Barat dengan nilai p 0,001 <
0,05.Hasil penelitian membuktikan Pengetahuan ibu yang cukup
tentang pemberian MP-ASI memberikan pengaruh positif terhadap
pemberian MP-ASI pada bayi. Ibu-ibu yang memiliki pengetahuan
yang cukup tentang MP-ASI sebagian besar memberikan MP-ASI
sesuai dengan anjuran kesehatan. Hal tersebut membuktikan perlu
untuk seorang ibu untuk menambah wawasan dan pengetahuannya
mengenai pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi.
3. Distribusi frekuensi dukungan suami dengan praktek pemberian
MP ASI
Berdasarkan distibusi freuquensi tentang item pertanyaan
responden tentang dukungan suami dengan praktek pemberian MP
ASI dengan menggunakan kuisoner di dapatkan ibu yang
mempunyai dukungan dengan kategori baik sebanyak 13 responden,
ibu yang mempunyai dukungan kateegori sedang 26 responden dan
ibu yang mempunyai dukungan kategori rendah sebanyak 50
responden. Untuk hasil dari dorongan suami dalam pemberian MP
http://lib.unimus.ac.id
49
ASI ini suami yang memberikan dorongan untuk pemberian
makanan pendamping rendah itu dikarenakan suami tidak mau urus
masalah dalam perawatan bayi , suami hanya memikirkan bagaimana
caranya untuk mendapatkan makanan pendamping dan disamping
faktor suami tidak mau campur tangan, suami juga sibuk kerja.Hal
ini jelas bahwa jika keluarga memberikan peran atau dukungan yang
baik akan mendorong ibu untuk tidak memberikan makanan
pendamping ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan (Rahman,
2014).
Dari hasil jawaban pertanyaan tentang dukungan suami
dengan praktik pemberian MP ASI dini mendapatkan nilai total yang
paling besar dengan soal no 4 (Suami selalu memberikan apapun
yang di inginkan untuk membeli makanan pendamping ASI) dengan
presentasi jawaban tidak 68,6% dapat dijelaskan suami tidak
memberikan dukungan apapun yang di inginkan untuk membeli
makanan pendamping baik dari dukungan informasi,emosional dan
finansial.Faktor pekerjaan suami juga berpengaruh dalam dukungan
pemberian makanan pendamping karena kalau suami bergaji tinggi
anak pasti terpenuhi kebutuhan sementara kalau suami bergaji
rendah suami tidak bisa membelikan MP ASI yang di inginkan.
Item pertanyaan no 5 (Suami memperhatikan tumbuh
kembang anaknya) dengan presentasi jawaban tidak 62,9% dapat
dijelaskan suami tidak memberikan dukungan dan memperhatikan
tumbuh kembangnya.Faktor suami yang sibuk dengan pekerjaan
yang membuat tidak memberikan tumbuh kembang anaknya.Banyak
suami yang kerja dari pagi sampai malam dan jarang bertemu
langsung dengan anaknya.
Item pertanyaan no 6 (Suami menemani saat istri
memberikan makanan pendamping kepada anaknya) dengan
presentasi jawaban tidak 62,9% dapat dijelaskan suami tidak
menemani saat pemberian MP ASI karena faktor pekerjaan suami
http://lib.unimus.ac.id
50
yang tidak bisa menemani sepenuhnya dalam pemberian makanan
pendamping karena suami bekerja sampai malam.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Yulnita, T (2014), yang
menunjukan bahwa sebanyak 65 responden yang mendapat
dukungan keluarga yang memberikan MP-ASI yang benar sesuai
ketentuan kesehatan berjumlah 43 responden (66,2%) dan yang
memberikan MP-ASI yang tidak benar berjumlah 22 responden
(33,8%), sedangkan dari 37 responden yang tidak mendapat
dukungan keluarga yang memberikan MP-ASI yang benar sesuai
ketentuan kesehatan berjumlah 19 responden (51,4%) dan yang
memberikan MP-ASI yang tidak benar berjumlah 18 responden
(48,6%).Berdasarkan
hasil
analisis
dari
penelitian
yang
menggunakan Uji “Chi Square” untuk melihat hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh
nilai ρ (0,141) > 0,05 ini berarti secara statistik tidak ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada Bayi.
4. Distribusi frekuensi praktek pemberian MP ASI
Berdasarkan hasil penelitian mengenai praktik pemberian MP
ASI dapat diketahui dari jumlah 89 responden menunjukan terdapat
84 (94,4%) responden memperoleh makanan pendamping pada usia <
6 bulan, 5 (5,6%) responden memperoleh makanan pendamping usia
> 6 bulan.Banyaknya bayi di usia < 6 bulan sudah di berikan MP ASI
karena beberapa factor mulai dari factor pengetahuan ibu yang kurang
tentang MP ASI,kurangnya terpapar informasi tentang MP ASI dan
factor lingkungan sekitar terutama dari keluarga yang memberi
dukungan dalam pemberian MP ASI.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) merupakan
makanan transisi sebelum bayi dapat mencerna makanan keluarga.
Mempersiapkan MP-ASI yang baik tidak dapat didasarkan pada
insting seorang ibu semata , tetapi memerlukan pengetahuan dan
http://lib.unimus.ac.id
51
keterampilan khusus teknologi rumah tangga untuk dapat memenuhi
kebutuhan bayi yang relatif lebih tinggi untuk setiap kilogram berat
badan dibandingkan kebutuhan orang dewasa. Walaupun demikian
volume perut bayi jauh lebih kecil, sehingga diperlukan makanan
yang padat gizi. Disini dapat diperhatikan faktor penghambat yang
bisa menurunkan kualitas makanan seperti enzim inhibitor, phytat
yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan seng, tanin dan
poliphenol yang bisa menghambat penyerapan protein. Penghambat
yang lain datang dari volume MP-ASI yang besar, tinggi karbohidrat
dan rendah lemak sehingga terpaksa diencerkan untuk mengurangi
viscosity atau kekentalan agar mudah ditelan bayi yang berakibat
bertambah volumenya. Tepung serelia bila dibuat bubur mempunyai
viscosity (derajat kekentalan) yang tinggi (Amelia,2010).
Praktik pemberian makanan pendamping ASI transisi dari
asupan yang berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat.
Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral bayi.
Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap
menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan
memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian
belakang (Irianto dan Waluyo, 2004).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ida
hayati, dkk yang menunjukan hasil diketahui bahwa ada Informan
yang masih memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya di
bawah usia 6 bulan, yaitu pada usia 3 hari, 2, 3 dan 4 bulan karena
anjuran dari ibu mertua, kakaknya, inisiatif sendiri karena bayinya
nangis terus dikira anaknya lapar, sehingga diberikan MP-ASI lebih
cepat. Budaya atau kebiasaan yang terjadi di kalangan informan Etnis
Banjar pada bayi yang baru lahir akan diolesi madu di mulutnya dan
2-3 hari setelah lahir diberi pisang sanggar (pisang kepok) yang
dikerok dengan sendok, karena sudah jadi kebiasaan turun temurun
sehingga generasi selanjutnya ikut melakukannya juga.
http://lib.unimus.ac.id
52
5. Hubungan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI
dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di BPM Murwati Desa
Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus
Hasil penelitian yang di dapatkan untuk data pengetahuan
ibu dengan praktik pemberian MP ASI memilik p value = 0,000, jika
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value<α hasil
ini menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap
pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati
Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016.
Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu terhadap praktik
pemberian MP ASI dini pada bayi usia 12 bulan dapat diketahui dari
jumlah
89
responden
menunjukan
terdapat
62
responden
berpengetahuan rendah, 17 responden berpengetahuan sedang dan 10
responden berpengetahuan baik. Untuk pengetahuan ibu rendah dalam
Pemberian Makanan Pendamping ASI memiliki beberapa factor
kenapa ibu tidak mengetahui kapan usia tepat pemberian, macammacam makanan pendamping dll terutama ibu yang masih berpegang
teguh kebudayaan kuno yang tidak menekan kapan usia tepat
pemberian makanan pendamping, selain itu tingkatan pengetahuan
juga berdampak besar dalam pemberian makanan pendamping, ibu
yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi akan mengerti tentang
makanan pendamping di banding dengan ibu yang memiliki tingkat
pendidikan rendah.Hasil tersebut mendukung penelitian sudiyanto et
al, (2003) di Jakarta Timur bahwa tingkat pengetahuan yang diperoleh
ibu tentang pemberian MP ASI akan mempengaruhi pola pemberian
makanan pendamping untuk bayi. Hal tersebut membuktikan bahwa
jika pengetahuan seorang ibu tentang pemberian MP-ASI baik, maka
dapat memberi pengaruh positif terhadap pemberian makanan
pendamping ASI bagi bayi.
http://lib.unimus.ac.id
53
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui
telinga
dan
mata.
Pengetahuan / kognitif merupakan domain yang sangat untuk
terbentuknya tindakan seseorang overt behavior
(Notoatmodjo,
2010).
Pengetahuan ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya,
dalam hal pemberian dan penyediaan makanan agar anak tidak
menderita kekurangan gizi.Kekurangan gizi di dapatkan karena
pemilihan bahan makanan yang tidak sesuai. Pemilihan makanan ini
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang bahan makanan
(Suharjo, 2009).
Secara teori pengetahuan untuk menentukan perilaku
seseorang. Secara rasional ibu yang mempunyai pengetahuan baik
tentu akan berpikir lebih dalam bertindak, dia akan memperhatikan
akibat yang akan diterima bila dia bertindak sembarangan. Dalam
menjaga kesehatan bayinya terutama dalam pemberian makanan
pendamping ASI yang benar seorang ibu dituntut memiliki
pengetahuan yang tinggi sehingga pemberian makanan pendamping
ASI yang tidak benar dapat dicegah.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Budi Artini
(2013) di Wonokromo Surabaya, yang dari hasil penelitiannya
pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling mempengaruhi
terhadap praktik pemberian MP ASI. Pengetahuan ibu tentang praktik
pemberian MP ASI yang baik akan membantu ibu khususnya dalam
hal pemenuhan zat-zat gizi yang ada dalam penyediaan makanan
pendamping untuk bayi, karena dengan hal itu ibu akan mengetahui
pola pemberian makanan pendamping yang bergizi.
http://lib.unimus.ac.id
54
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Novi eka (2011) di Ungaran Barat, yang menemukan
adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI
pada bayi di Desa Langensari Kecamatan Unggaran Barat dengan
nilai p 0,001 < 0,05. Hasil penelitian membuktikan pengetahuan ibu
yang cukup tentang pemberian MP-ASI memberikan pengaruh positif
terhadap pemberian MP-ASI pada bayi. Ibu-ibu yang memiliki
pengetahuan yang cukup tentang MP-ASI sebagian besar memberikan
MP-ASI sesuai dengan anjuran kesehatan. Hal tersebut membuktikan
perlu
untuk
seorang
ibu
untuk
menambah
wawasan
dan
pengetahuannya mengenai pemberian makanan pendamping ASI bagi
bayi.
Berdasarkan hasil diatas, ibu yang memberikan makanan
pendamping ASI yang tidak sesuai, memiliki pengetahuan kurang.
Hal ini dikarenakan ibu tersebut tidakmengetahui akan pengertian
makanan pendamping ASI dan tidak tahu waktukapan pemberian
makanan yang tepat. Pengetahuan responden yang kurang dapat
disebabkan karena ibu tersebut kurang aktif dalam mencari informasi
tentang pemberian makanan pendamping secara benar.
6. Hubungan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI
dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di BPM Murwati Desa
Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus
Hasil penelitian yang di dapatkan untuk data dukungan
suami diperoleh p value = 0,475, jika dibandingkan dengan nilai α =
0,05 maka diperoleh p value> α yang artinya bahwa tidak ada
hubungan dukungan suami terhadap pemberian MP ASI dini pada
bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus 2016.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai dukungan suamiter
hadap praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan
dapat diketahui dari jumlah 89 responden menunjukan terdapat 50
http://lib.unimus.ac.id
55
responden suami memberikan dorongan dalam pemberian MP ASI
kategori rendah, 26 responden suami memberikan dorongan dalam
pemberian MP ASI kategori sedang dan 13 responden suami
memberikan dorongan dalam pemberian MP ASI kategori baik.
Untuk hasil dari dorongan suami dalam pemberian MP ASI
ini suami yang memberikan dorongan untuk pemberian makanan
pendamping rendah itu dikarenakan suami tidak mau mengurusi
masalah dalam perawatan bayi , suami hanya memikirkan bagaimana
caranya untuk mendapatkan makanan pendamping dan disamping
faktor suami tidak mau campur tangan, suami juga sibuk kerja.Hal ini
jelas bahwa jika keluarga memberikan peran atau dukungan yang baik
akan mendorong ibu untuk tidak memberikan makanan pendamping
ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan (Rahman, 2014).
Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang di
dalamnya terbentuk hubungan yang saling member dan menerima
bantuan yang bersifat nyata yang dilakukan suami kepada
istrinya.Suami juga harus bisa melakukan pekerjaan istri apabila istri
lagi dalam keadaan sakit atau yang lain (Hidayat,2005)
Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang
wanita hamil.Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang
diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah
melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko
komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan
utama yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tandatanda bahwa dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan
pasangannya terhadap anaknya (Rukiah, 2014).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Yulnita, T (2014),
yang menunjukan bahwa sebanyak 65 responden yang mendapat
dukungan keluarga yang memberikan MP-ASI yang benar sesuai
ketentuan kesehatan berjumlah 43 responden (66,2%) dan yang
http://lib.unimus.ac.id
56
memberikan MP-ASI yang tidak benar berjumlah 22 responden
(33,8%), sedangkan dari 37 responden yang tidak mendapat dukungan
keluarga yang memberikan MP-ASI yang benar sesuai ketentuan
kesehatan berjumlah 19 responden (51,4%) dan yang memberikan
MP-ASI yang tidak benar berjumlah 18 responden (48,6%).
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang menggunakan Uji “Chi
Square” untuk melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai ρ (0,141) > 0,05 ini
berarti secara statistik tidak ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan pemberian MP-ASI pada Bayi.
Hal ini tidak berhubungan karena ada faktor lain yang
memiliki peranan penting dalam pemberian MP-ASI pada bayi.
Dimana faktor yang paling mempengaruhi adalah dari ibu itu sendiri
dalam memberikan MP-ASI secara benar maupun tidak benar.
Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yaitu
terkait kualitas data.Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan lembar kuesioner dukungan suami dan lembar
kuesioner sikap ibu dalam pemberian Makanan Pendamping ASI.
Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner cenderung bersifat
subyektif sehingga kejujuran responden menentukan kebenaran data
yang diberikan. Ketidaktepatan jawaban dapat terjadi karena faktor
pemahaman responden yang kurang terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh peneliti saat wawancara. Oleh sebab itu
peneliti
mendampingi
responden
saat
responden
mengisi
kuesioner.Cara pengumpulan responden berbeda dengan metode
mendampingi responden selanjutnya mengumpulkan responden dan
diberikan kuisoner.
http://lib.unimus.ac.id
57
BAB V
PENUTUP
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Pengetahuan Ibu dan
dukungan suami dengan Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI dini
pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Desa
Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1 Untuk data pengetahuan ibu tentang praktik pemberian MP ASI dini pada
bayi usia kurang dari 12 bulan di dapatkan 62 responden dengan
pengetahuan ibu rendah, 17 responden dengan pengetahuan ibu sedang, 10
responden dengan pengetahuan ibu baik .
2 Untuk data dukungan suami tentang praktik pemberian MP ASI dini pada
bayi usia kurang dari 12 bulan di dapatkan 50 responden dengan dukungan
suami kategori rendah, 26 responden dengan dukungan suami kategori
sedang, 13 responden dengan dukungan suami kategori baik .
3.Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini
pada bayi kurang dari 12 bulan namun untuk dukungan suami tidak ada
hubungan antara dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini
pada bayi usia kurang dari 12 bulan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Pengetahuan Ibu dan
dukungan suami dengan Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI dini
pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Desa
Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”
dapat di ambil saran untu Institusi Kesehatan, masyarakat, peneliti dan
mahasiswa sebagai berikut :
http://lib.unimus.ac.id
58
1. Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan Sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan asuhan keperawatan dengan pemberian penyuluhan
kesehatan khususnya tentang pengetahuan ibu dan dukungan suami dalam
pemberian makanan pendamping ASI yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang MP ASI.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini masih belum optimal dikarenakan ketidaktepatan
jawaban dapat terjadi karena faktor pemahaman responden yang kurang
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti saat
wawancara. Oleh sebab itu peneliti mendampingi responden saat
responden mengisi kuesioner.
3. Bagi Masyarakat
Dengan penelitian ini diharapkan dapat di jadikan rekomendasi kepada
masyarakat khususnya yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan untuk
tidak memberikan makanan pendamping ASI dini.
4. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan dan tambahan
informasi serta dapat digunakan sebagai bahan kajian mengenai praktik
pemberian Makanan Pendamping ASI bagi mahasiswa.
http://lib.unimus.ac.id
59
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Ariani. (2008). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI),http://paretingislami.
wordpress.com/2013/04/27makananpendamping-asi-mp-asi/,diakses 27
april 2013.
Arikunto, S.( 2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Asdan, P. 2008. Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ibu dalam Pemberian
MP ASI dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Atika, P. (2009). Hubungan pengetahun dengan perilaku ibu tentang pemberian
MP ASI pada balita usia 6-24 bulan di posyandu dusun tlagu desa bulan
kecamatan wonosari klaten.
Budi, A.( 2013). Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP
ASI.
Chaplin.( 2005), Konsep suami, http://drsuparyanto.com diakses pada tanggal 8
januari 2016.
Depkes RI. ( 2005). Pedoman pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Surabaya.
_____(2007). Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2009), Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah .
Ditjen, Direktorat Gizi Masyarakat, Stategi Nasional PP-ASI.
Diah, K, & Yenrina. (2000). Menyiapkan makanan pendamping ASI . Jakarta:
Puspa Swara.
Emzir.(2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.
Eko, H. (2008). Tips Mengatasi stress saat kehamilan. www.nusaku.com. Diakses
pada tanggal 14 desember 2015.
Ghozali, Imam.( 2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 19( Edisi Kelima).Semarang :Universitas Diponegoro.
http://lib.unimus.ac.id
60
Graimes,
N. (2008). 67 Resep Masakan Super Untuk Otak Anak.
Jogjakarta:Platinum.www.gizi.net, diakses pada tanggal 14 desember
2015.
Hidayat, AAA. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Indiarti, MT. (2007). Panduan Kesehatan Anak Lengkap Dari A-Z. Jakarta:
Salemba Medika.
Ida, H. (2012). Pola pemberian MP ASI Bayi 6-12 bulan pada etnis Banjar di
Kelurahan Teluk Lerong Ilir. Samarinda.
Kristiyanasari, W. (2010). Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.
Meilani, dkk. (2009). Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.
Notoatmodjo, S. (2005). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta: Seagung Seto .
_____(2007). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta
_____ (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Novi, E. (2011). hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI
pada bayi di Desa Langensari Kecamatan Unggaran Barat.
Nursalam, (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Medika.
_____ (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
_____(2011).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Edisi II. Salemba Medika. Jakarta
Sudiyanto, et. Al, (2003). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
MP ASI. Jakarta Timur
Sugiyono.( 2009).Metode Penelitian Pendidikan:
Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta
Pendekatan
Kuantitatif,
_____(2010).Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan RND. Bandung: Alfabeta
Suharso, & Ana, R. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya
Karya
Suhardjo. 2009. Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak. jakarta : Bumi Aksara
http://lib.unimus.ac.id
61
Survei Demografi Kesehatan Indonesia. (2007). Pencapaian pemberian makanan
pendamping ASI usia 6-12 bulan
Suyanto.( 2011).Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Cetakan
Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika
Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Wijaya, AM.( 2009). Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS). Jakarta.
Yulnita, T (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI
pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Gintu Kecamatan Lore Selatan
Kabupaten Poso
http://lib.unimus.ac.id
62
LAMPIRAN - LAMPIRAN
http://lib.unimus.ac.id
63
Lampiran : 1
Dengan Hormat,
Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Semarang
akan
mengadakan
penelitian
dalam
rangka
penyusunan Skripsi. Identitas diri saya adalah sebagai berikut :
Nama peneliti
:
Hendrix Kurniawan
NIM
:
G2A012061
Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengetahuan ibu dan dukungan suami
terhadap praktik pemberian MP ASI. Judul penelitian adalah :
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN
PRAKTIK PEMBERIAN MP ASI DINI PADA BAYI USIA KURANG
DARI 12 BULAN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) MURWATI
DESA TANJUNGREJO RT 04 JEKULO KUDUS WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNGREJO
Tujuan Penelitian
: Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu dan dukungan
suami terhadap praktik pemberian MP ASI.
Pelaksanaan Penelitian : Penelitian dilaksanakan dengan cara pengisian
kuesioner yang dilaksanakan pada bulan 20-21 Juli
2016.
Risiko Penelitian
:Tidak ada.
Hormat Saya,
Hendrix
http://lib.unimus.ac.id
64
Lampiran : 2
JUDUL PENELITIAN
: Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan
Suami dengan Praktik Pemberian MP ASI
pada Bayi Usia < 12 Bulan di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Murwati di Desa
Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjungrejo.
INSTALASI PELAKSANA
: Universitas Muhammadiyah Semarang
Persetujuan Setelah Penjelasan
(INFORMED CONSENT)
Bapak/Ibu yang terhormat,
Perkenalkan
saya
Hendrix
Kurniawan
dari
Fakultas
S1
Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Saya bermaksud melakukan
penelitian yang mengenai “Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami
dengan Praktik Pemberian MP ASI pada Bayi Usia < 12 Bulan di Bidan Praktek
Mandiri (BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungrejo”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu dan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI di
BPM Murwati.
Saya berharap Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden dalam
penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian angket yang terkait dengan
penelitian. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan terjamin kerahasiaannya.
Selain itu Bapak/Ibu akan kami wawancarai terkait dengan judul penelitian ini.
Terima kasih atas kerjasama Bapak/Ibu yang telah bersedia menjadi
responden penelitian ini. Setelah mendengarkan dan memahami penjelasan dari
peneliti, dengan ini saya menyatakan :
SETUJU / TIDAK SETUJU
Untuk menjadi responden atau sampel penelitian.
Semarang,
http://lib.unimus.ac.id
2016
65
http://lib.unimus.ac.id
66
http://lib.unimus.ac.id
67
http://lib.unimus.ac.id
68
http://lib.unimus.ac.id
Download