HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN MP ASI DINI PADA BAYI USIA KURANG DARI 12 BULAN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) MURWATI DESA TANJUNGREJO RT 04 KECAMATAN JEKULO KUDUS WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGREJO SKRIPSI Oleh : HENDRIX KURNIAWAN NIM : G2A012061 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 http://lib.unimus.ac.id KATA PENGATAR Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segalalimpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN MP ASI DINI PADA BAYI USIA KURANG DARI 12 BULAN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) MURWATI DESA TANJUNGREJO RT 04 KECAMATAN JEKULO KUDUS WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGREJO”. Proposal skripsi ini ditulis dalam rangka syarat untuk mengadakan penelitian. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbimgan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Masrukhi, M.pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Dr. Budi Santosa, SKM, M. Si.Med, sebagai Dekan Falkultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3. Tri Hartiti, SKM, M.Kes, ketua program studi S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang 4. Ns. Machmudah, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku penguji proposal skripsi 5. Dr.Ns. Sri Rejeki, S.Kep M.Kep, Sp.Mat pembimbing I yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini 6. Ns. Pawestri, S.Kep, M.Kes pembimbing II yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini 7. Kedua orang tua saya, yang dengan sabar memberikan semangat, Do’a dan kontribusi yang luar biasa 8. Rekan-rekan SI keperawatan yang telah memberikan semangat, bantuan dan kebersamaannya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan yang telah diberikan http://lib.unimus.ac.id ii Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, sehingga penulisan penyusunan proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna,untuk itu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan proposal skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, maupun bagi pembaca umumnya. Semarang, Agustus 2016 Hendrix Kurniawan http://lib.unimus.ac.id iii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiat yaitu pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi saya hasil jiplakan, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sangsi yang dijatuhkan oleh Universitas Muhammadiyah Semarang kepada saya. Semarang, Agustus 2016 Hendrix http://lib.unimus.ac.id iv http://lib.unimus.ac.id v Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan http://lib.unimus.ac.id vi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG Hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo Hendrix K*, Sri Rejeki**, Pawestri*** Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang X + 58 Halaman + 11 Tabel + 2 Skema + 2 Diagram + 6 Lampiran Abstrak Latar belakang : Dalam studi pendahuluan berdasarkan keterangan dari petugas Puskesmas Tanjungrejo dinyatakan para ibu sudah memberikan makanan pendamping ASI dini dengan alasan karena bayi tidak kenyang dengan ASI yang diberikan ibu, dan sering rewel.Sementara untuk dukungan suami di temukan beberapa suami menyarankan dalam pemberian makanan pendamping dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan,suami tidak mengetahui beberapa resiko apabila bayi diberikan makanan pendamping seperti diare dan penyakit pada saluran pencernaan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus.Metode :Desain penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan total sampling 35 responden.Hasil yang ditunjukan bahwa terdapat 62 responden berpengetahuan rendah. memilik p value = 0,000, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value<α hasil ini menunjukan ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian MP ASI dini,sementara untuk hasil dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini di tunjukan 13 responden suami memberikan dorongan dalam praktik pemberian MP ASI kategori baik, diperoleh p value = 0,475, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value> α yang artinya tidak ada hubungan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI dini. Kesimpulan:Hasil penelitian di BPM Murwati ibu memiliki pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian MP ASI akan tetapi sebagian besar suami tidak mendukung karena alasan sibuk dengan pekerjaan.Saran: Untuk tenaga kesehatan supaya memberi informasi,pendidikan kesehatan kepada orang tua tentang pemberian MP ASI Kata kunci: pemberian MP ASI dini, pengetahuan ibu, dukungan suami Pustaka: 39 (2000-2016) http://lib.unimus.ac.id vii STUDY PROGRAM OF NURSING FACULTY OF NURSING AND HEALTH MUHAMMADIYAH UNIVERSITY SEMARANG The relationship of mother's knowledge and support her husband with the practice of giving early complementary feeding in infants aged less than 12 months in Midwives Practice Mandiri (BPM) Murwati village RT 04 Tanjungrejo Jekulo Kudus Work Area Puskesmas Tanjungrejo Hendrix K *, Sri Rejeki **, Pawestri*** Faculty of Nursing and Health Sciences, University of Muhammadiyah Semarang X + 58 pages + 11 Table + 2 Scheme + 2 Diagram + 14 Attachment Abstract Background: In a preliminary study based on information from health worker Tanjungrejo declared the mother is giving complementary foods early on the grounds that the baby is not fed with mother's milk given, and often rewel.Sementara to support her husband in the husband found some suggest in the provision of complementary foods early in infants aged less than 12 months, the husband did not know some of the risks when infants are given complementary foods such as diare and diseases of the channel digestion.The purpose of this study was to analyze the relationship between the mother's knowledge and support her husband with the practice of giving early complementary feeding in infants aged less from 12 months in Midwives Practice Mandiri (BPM) Murwati Tanjungrejo village RT 04 Jekulo Kudus.Metodh Design correlation descriptive study using total sampling 35 responden.resulth indicated that there were 62 respondents knowledgeable lower. pick p value = 0,000, when compared with the value of α = 0.05, the obtained p value <α this result shows there is a relationship of mother's knowledge on the provision of early complementary feeding, while for the results husband support the provision of complementary feeding practices early in the show 13 respondents husband provide a boost in the provision of complementary feeding practices both categories, obtained p value = 0.475, compared with a value of α = 0.05, the obtained p value> α, which means there is no relationship of husband support the practice of giving early complementary feeding. Conclusion: The results in BPM Murwati mothers had low knowledge about complementary feeding practices were however most husbands do not support for busy pekerjaan.Sugestion reason: For health professionals in order to provide information, health education to parents about giving complementary feeding. Keywords: provision of early complementary feeding, maternal knowledge, support husband Bibliography: 39 (2000-2016) http://lib.unimus.ac.id viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i KATA PENGATAR ........................................................................................ ii KATA PENGATAR ........................................................................................ i SURAT BEBAS PLAGIATISME ................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6 E. Originalitas Penelitian .......................................................................... 8 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9 A. Makanan Pendamping ASI .................................................................. 9 1. Pengertian ...................................................................................... 9 2. Tujuan............................................................................................ 10 3. Waktu pemberian .......................................................................... 11 4. Jenis makanan ............................................................................... 13 5. Hal – hal yang diperhatikan dalam pemberian MP ASI................ 13 6. Praktik pemberian ......................................................................... 14 http://lib.unimus.ac.id ix B. Faktor yang mempengaruhi praktik pemberian MP ASI ..................... 15 1. 2. Faktor internal ............................................................................... 15 a. Faktor pengalaman .............................................................. 15 b. Faktor pengetahuan.............................................................. 15 Faktor eksternal ............................................................................. 20 a. Faktor social budaya............................................................. 20 b. Faktor informasi ................................................................... 21 c. Faktor petugas kesehatan ..................................................... 21 d. Faktor dukungan suami ........................................................ 21 C. Kerangka Teori..................................................................................... 24 D. Kerangka Konsep ................................................................................. 25 E. Variabel Penelitian ............................................................................... 25 F. Hipotesis............................................................................................... 25 BAB III : METODE PENELITIAN ................................................................ 26 A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 26 B. Populasi Dan Sampel ........................................................................... 26 1. Populasi ......................................................................................... 26 2. Sampel ........................................................................................... 26 C. Definisi Operasional ............................................................................. 27 D. Tempat Penelitian ................................................................................. 28 E. Waktu Penelitian .................................................................................. 28 F. Etika Penelitian .................................................................................... 29 G. Alat Pengumpulan Data ....................................................................... 29 1. Sumber data ................................................................................... 29 2. Alat penelitian ............................................................................... 30 H. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 33 I. Rencana Analisis atau pengolahan data ............................................... 34 1. Pengolahan data............................................................................. 34 2. Analisis data ................................................................................. 35 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37 A. Hasil penelitian..................................................................................... 37 http://lib.unimus.ac.id x 1. Gambaran umum tempat penelitian ............................................... 37 2. Karakteristik responden ................................................................. 37 a. Pekerjaan ibu ........................................................................... 37 b. Umur ........................................................................................ 38 c. Pendidikan orang tua responden .............................................. 39 d. Umur Bayi………………………………………………….39 3. Analisa Univariat…………………………...............................40 a. Pengetahuan Ibu…………………………………………....40 b. Dukungan Suami……………………………………….…..41 c. Praktik Pemberian MP ASI…………………………..…….42 4. Analisa Bivariat…………………………………………..…….43 a. Hubungan Pengetahuan ibu…………………………..……43 b. Hubungan Dukungan Suami……………………..………..43 B. Pembahasan .......................................................................................... 44 1. Analisa univariat ............................................................................ 44 a. Jenis Pekerjaan ......................................................................... 44 b. Umur Responden…………………………………………..45 c. Pendidikan Ibu ......................................................................... 45 d. Umur Bayi………………………………………………….46 e. Pengetahuan Ibu ....................................................................... 46 f. Dukungan Suami ...................................................................... 48 g. Praktik Pemberian MP ASI………………………………...50 2. Analisa Bivariat……………………….………………………..52 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ .56 BAB V: PENUTUP………………………………………………………...57 A. Kesimpulan .......................................................................................... .57 B. Saran ..................................................................................................... .57 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................... http://lib.unimus.ac.id xi DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Originalitas Penelitian ...................................................................... 8 Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 28 Tabel 5.1 Frekuensi responden berdasarkan umur ibu ................................... 38 Tabel 5.2 Frekuensi nilai rata-rata berdasarkan umur ibu................................ 38 Tabel 5.3 Frekuensi responden berdasarkan umur bayi ................................... 39 Tabel 5.4 Frekuensi nilai rata-rata berdasarkan umur bayi .............................. 39 Tabel 5.5 Item pertanyaan tentang pengetahuan ibu ........................................ 40 Tabel 5.6 Item pertanyaan tentang dukungan suami ........................................ 41 Tabel 5.7 Frekuensi praktik pemberian MP ASI ............................................. 42 Tabel 5.8 Hubungan pengetahuan ................................................................... 43 Tabel 5.9 Hubungan dukungan suami……………………………………43 http://lib.unimus.ac.id xii DAFTAR SKEMA Tabel 1.1 Kerangka teori .................................................................................. 24 Tabel 3.1 Kerangka konsep .............................................................................. 25 http://lib.unimus.ac.id xiii DAFTAR DIAGRAM Tabel 1.1 Diagram Pekerjaan ibu ..................................................................... 37 Tabel 3.1 Diagram pendidikan ibu ................................................................... 39 http://lib.unimus.ac.id xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 : Surat permohonan menjadi responden : Lembar persetujuan menjadi responden : Kuisoner : Daftar riwayat hidup : Hasil penelitian : Uji validitas dan reliabilitas http://lib.unimus.ac.id xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Air Susu Ibu (ASI) diberikan pada anak usia kurang dari 24 bulan. ASI hanya cukup memenuhi pertumbuhan pada bayi sampai usia 6 bulan sehingga bayi membutuhkan makanan pendamping ASI untuk pertumbuhan bayi. Saat bayi memasuki usia 4 atau 6 bulan ke atas bayi membutuhkan beberapa nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan beberapa vitamin lainnya dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula yang tidak cukup. Dengan alasan usia 4 - 6 bulan, maka bayi mulai dianjurkan diberi makanan pendamping ASI (Prasetyono, 2009). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan padat. MP ASI diberikan setelah bayi usia lebih dari 6 bulan. Pemberian makanan pendamping harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi (DEPKES RI, 2007). Makanan Pendamping ASI yang cukup harus memenuhi kriteria dalam hal kualitas maupun kuantitas dan penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan anak (Graimes, 2008). Makanan Pendamping (MP) ASI diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, akan tetapi dalam kenyataannya di masyarakat MP ASI sudah diberikan terlalu dini yaitu 6 bulan pertama, bahkan ada yang memberikan sejak usia 1 hari. Pemberian MP ASI dini mempunyai resiko terhadap kesehatan bayi. Dari berbagai hasil penelitian bayi yang diberikan MP ASI dini mempunyai resiko terkena penyakit 4,3% dibanding bayi yang menerima ASI eksklusif (Juliantoro, 2006). Banyak resiko yang ditemukan apabila balita sudah diberi MP ASI terlalu dini. Ada 2 resiko apabila balita sudah diberikan MP ASI dini antara lain : Resiko jangka pendek dan Resiko jangka panjang. Resiko jangka http://lib.unimus.ac.id 1 2 pendek yaitu balita mengalami penyakit diare, anemia, defisiensi besi. Harus diperhatikan dulu apabila MP ASI sudah diberikan terlalu dini ( dibawah usia 6 bulan) maka asupan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan.Selain itu pencernaan akan mengalami gangguan seperti sakit perut,sembelit dan alergi. Untuk resiko jangka panjang balita akan mengalami obesitas (kegemukan) dan penyakit kronis (Arisman,2004). Praktik pemberian MP ASI dini merupakan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif, hal ini dapat meningkatkan resiko bayi terkena penyakit dan resiko bayi mengalami berat badan yang tidak normal pada bayi yang menerima MP ASI dini. Pemberian MP ASI dini praktik yang disukai oleh masyarakat pedesaan, terutama pemberian makanan tradisional (Depkes RI, 2007). Survei demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan bahwa hampir semua bayi (96,3%) pernah mendapat ASI. Sebanyak 8 % bayi baru lahir mendapatkan ASI dalam 1 jam setelah lahir dan 53% bayi mendapat ASI pada hari pertama. Proporsi anak yang mendapatkan ASI pada hari pertama menurun dengan meningkatnya tingkat pendidikan ibu. Rata-rata pemberian ASI eksklusif pada bayi hanya 1,7 bulan. Hal ini menunjukan bahwa ASI sudah diberikan pada usia dini dan diberikan MP ASI (ditjen, Direktorat Gizi Masyarakat, 2007). Menurut data dari SDKI 2007 Pemberian makanan pendamping air susu ibu usia 6-12 bulan di Indonesia yang terjadi pada tahun 2007 mencapai 75% sedangkan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu pada usia 0-6 bulan baru mencapai 32,4%. Menurut profil Kesehatan Jawa Tengah pada tahun 2009 bayi yang diberikan MP ASI sebelum usia kurang dari 6 bulan adalah 59,79%. Dari data yang diperoleh oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus bulan Mei tahun 2016, http://lib.unimus.ac.id 3 Desa Tanjungrejo merupakan salah satu desa dengan angka kegagalan ASI yang cukup tinggi yaitu sebesar 55,75%, lebih tinggi dalam pemberian makanan pendamping ASI dini dibandingkan dengan desa-desa yang lain di Kecamatan Jekulo, bayi sudah mendapatkan PASI dan MP-ASI sejak usia < 6 bulan. Menurut Artini, B (2013) mengenai gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP ASI dini di RW 1 Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Surabaya,tentang faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi pemberian MP ASI dini. Faktor internal yang meliputi pengetahuan yaitu sebanyak 26 responden (100%) dan pengalaman yaitu sebanyak 23 responden (88,5%), sedangkan faktor eksternal yang meliputi faktor social budaya yaitu sebanyak 24 responden yaitu (92,3%), faktor petugas kesehatan yaitu sebanyak 25 responden (96,2%) dan faktor informasi yaitu sebanyak26 responden (100%) dengan faktor dominan yang mempengaruhi pemberian MP ASI dini yaitu faktor pengetahuan dan informasi. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu faktor yang dominan dalam pemberian MP ASI dini yaitu faktor informasi ibu dan faktor pengetahuan ibu. Orang tua terutama ibu harus memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian ASI, maka orang tua tersebut kan mantap memberikan ASI ekslusif saja terhadap anaknya sampai usia 6 bulan, sebaliknya jika orang tua tidak memiliki pengetahuan yang adekuat maka orang tua tersebut tidak mengerti tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif, sehingga agar bayi kenyang dan tidak menangis orang tua memberikan MP ASI dini (Notoadmodjo, 2005) Pengetahuan merupakan kesan dalam pikiran manusia yang sebagian hasil penggunaan panca indra, perbedaan kepercayaan (belief) , takhayul dan informasi yang keliru dari tempat sekitar (Soekanto,2005). Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu seseorang yang terjadi setelah orang tersebut http://lib.unimus.ac.id 4 melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perabaan dan indra perasaan. Pengetahuan di peroleh melalui mata dan telinga, perilaku kesehatan juga dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi. Pengetahuan tentang MP ASI baik diharapkan pula perilaku terhadap pemberian MP ASI juga baik (Notoadmodjo, 2007). Dari data yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 dan 11 Juni 2016 dengan metode wawancara di Puskesmas Desa Tanjungrejo mengenai apakah ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP ASI dini. Dalam studi pendahuluan peneliti menggunakan mewawancarai ibu yang sudah mempunyai balita usia kurang dari 6 bulan, menemukan ada 20 ibu yang memiliki balita usia kurang dari 6 bulan sudah diberikan MP ASI seperti pisang yang dihaluskan, pisang yang dicampur dengan nasi kemudian dihaluskan, bubur susu.Berdasarkan keterangan dari petugas Puskesmas Tanjungrejo dinyatakan para ibu sudah memberikan makanan pendamping ASI dini dengan alasan karena bayi tidak kenyang dengan ASI yang diberikan ibu, dan sering rewel , dan 12 orang yang memberikan MP ASI setelah usia 12 bulan. Ibu yang memberikan MP ASI dini kebanyakan karena faktor pengetahuan tentang kapan usia yang tepat pemberian MP ASI. Masalah lain dalam pemberian MP ASI dini selain dari faktor pengetahuan ibu juga bisa dari dukungan keluarga terutama dukungan suami juga perlu di perhatikan dalam pemberian MP ASI dini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dukungan dari kata dukung-an yang artinya dorongan, menyokong (Suharso,Retnoningsih, 2005). Dukungan suami adalah dorongan, motivasi yang diberikan kepada istri secara moral dan material (Bobak, 2000). Dukungan suami merupakan bentuk perwujudan dari sikap perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh suami kepada istri. Dukungan itu bisa http://lib.unimus.ac.id 5 fisik maupun psikis, suami memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan kondisi status kesehatan ibu (Eko, 2008). Jenis dukungan suami ada empat yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan keluarga yang tinggi terhadap pemberian makanan pendamping ASI menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan bayi. Hal ini jelas bahwa jika keluarga memberikan peran atau dukungan yang baik akan mendorong ibu untuk tidak memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan (Rahman, 2014). Dari data yang diperoleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, di temukan beberapa suami menyarankan dalam pemberian makanan pendamping dini pada bayi usia kurang dari 6 bulan, Meskipun memberikan dukungan dalam pemberian makanan pendamping dini akan tetapi suami tidak mengetahui beberapa resiko apabila bayi usia kurang 6 bulan diberikan makanan pendamping seperti diare dan penyakit pada saluran pencernaan. Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut,maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan Pengetahuan Ibu dan dukungan suami dengan Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah peneliti adalah “ adakah hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”. http://lib.unimus.ac.id 6 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan umum : Untuk mendiskripsikan hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”. Tujuan Khusus : a Untuk mendiskripsikan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”. b. Untuk mendiskripsikan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”. c. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Swasta (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo” D. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah : 1. Bagi Masyarakat Untuk meningkatkan pengetahuan tentang praktik pemberian MP ASI. 2. Bagi Institusi Kesehatan Dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan dan peran sertanya untuk meningkatkan pelayanan terhadap ibu dan anak untuk melaksanakan program peningkatan pengetahuan ibu dengan praktik http://lib.unimus.ac.id 7 pemberian Makanan Pendamping ASI dan menambah informasi tentang pemberian MP ASI 3. Bagi Peneliti Penilitian ini sangat bermanfaat dalam proses belajar karena akan banyak menambah wawasan yang luas dalam ruang lingkup praktik pemberian Makanan Pendamping ASI 4. Bagi Mahasiswa Untuk meningkatkan pengetahuan dan tambahan informasi serta dapat digunakan sebagai bahan kajian mengenai praktik pemberian Makanan Pendamping ASI bagi mahasiswa khususnya Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang E. Bidang ilmu Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Keperawatan Maternitas http://lib.unimus.ac.id 8 F. Keaslian penelitian Tabel 1.1 keaslian penelitian NO 1 2 NAMA JUDUL Atik Setyaningsih (2007) Hubungan karakteristik ibu dengan pemberian MP ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan di posyandu warnasari desa glonggong nogosari boyolali Budi Artini (2013) Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP ASI dini di RW 1 kelurahan ngagel kecamatan wonokromo Surabaya Rancangan penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional Metode penelitian menggunakan metode deskriptif Variabel Hasil Variabel bebas : Karakteristik ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan Variabel terikatnya:Pemberi an MP ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan Hasil penelitian menunjukan sebagian besar ibu memberikan MP ASI dini sebanyak 56,7% Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan karakteristik ibu(tingkat pendidikan,pekerjaan dan pengetahuan) dengan pemberian MP ASI dini bayi umur 0-6 bulan Variabel bebas : Faktor-faktor yang meliputi faktor eksternal dan faktor internal,faktor eksternal meliputi social budaya,informasi dan petugas kesehatan sementara faktor internal meliputi: pengetahuan dan pengalaman Variabel terikatnya: Pengaruh pemberian MP ASI dini Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa semua faktor mempengaruhi pemberian MP ASI dini.Faktor yang paling mempengaruhi pemberian MP ASI dini di RW 1 kelurahan ngagel wonokromo Surabaya yaitu faktor pengetahuan dan faktor informasi Orisinalitas dari penilian ini adalah : Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu pengetahuan ibu,dukungan suami dan praktik pemberian MP ASI.Rencana yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dan menggunakan total sampling dengan criteria ibu yang mempunyai bayi usia kurang dari 12 bulan. http://lib.unimus.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) 1. Pengertian MP ASI Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang secara berangsur diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi menjelang dan sesudah disapih sebelum bayi diberikan makanan anak (Kristiyanasari, 2010). Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi yang menjadi makanan pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi selain makanan pendamping, ASI harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi ASI (Waryana, 2010). Memasuki usia 4 – 6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi sudah mulai tumbuh dan lidak sudah tidak menolak lagi makanan padat serta lambung sudah bisa mencerna zat tepung. Jika kemudian bayi disapih pada usia 4 atau 6 bulan, tidak berarti bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Bayi merupakan bagian penting dari keluarga, karena itu sepanjang proses penyapihan, kepada mereka sebaiknya diberikan makan yang lazim disantap oleh anak yang lebih besar dan orang dewasa dalam keluarga itu. Sehingga perlu diingat, bahwa makanan yang diberikan bukan untuk menggantikan, melainkan mendampingi ASI (Arisman, 2004). Makanan Pendamping Air Susu Ibu merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP- http://lib.unimus.ac.id 9 10 ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya sesuai dengan pencernaan bayi. Karena apabila diberikan secara berlebihan akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap bayi karena sebelumnya diberikan ASI penuh (Wijaya, 2009). Pemberian MP ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang pesat pada periode ini. Ibu harus pintar memilih makanan mana yang bisa membantu anaknya untuk berkembang dengan memilih makanan yang mengandung energi, protein dan manfaat yang lain (Meilani:dkk, 2009). 2. Tujuan pemberian MP-ASI Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah : a. Melengkapi zat gizi yang sudah berkurang kepada anak usia lebih dari 6 bulan karena pada usia tersebut anak harus membutuhkan banyak zat gizi untuk pertumbuhan anak. Guna memperoleh gizi yang sesuai maka peran orang tua lah yang penting dalam pemberian asupan makanan terhadap bayi. b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam – macam makanan untuk proses pertumbuhan anak tersebut sehingga zat gizi yang diterima dalam tubuh seimbang. Karena dari bermacam – macam makanan tersebut bayi mendapatkan bermacam – macam gizi yang di dapatkan. c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan supaya saat menerima makanan yang padat bayi tidak langsung menelan langsung karena bahaya pada saluran pencernaan nya dan harus diajarkan mengunyah yang benar dan tepat. d. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi kecuali ASI, karena anak memerlukan variasi makanan yang lain yang mempunyai kadar energi tinggi. Berikan makanan tambahan http://lib.unimus.ac.id 11 secara bertahap supaya anak tidak kaget dengan makanan baru yang diterima karena sebelumnya hanya mendaptakan ASI (Indiarti, 2007). 3. Waktu pemberian MP – ASI Praktik pemberian makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4 - 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan (Krisnatuti, 2000). Adapun garis besar praktik pemberian makanan pendamping ASI menurut kelompok umur : a. 0-4 bulan Bayi hanya diberikan ASI, lebih sering, lebih baik segera setelah lahir, ASI yang berwarna kuning-kuningan (kolostrum) diberikan kepada bayi. b. 4-6 bulan Bayi terus diberikan ASI disamping itu mulai memperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) berbentuk lumatan yang ditambah dengan air atau susu, pisang, dan pepaya yang dihaluskan. c. 6-9 bulan Bayi terus diberikan ASI pada umur 6 bulan. Alat pencernaan pada bayi sudah lebih berfungsi oleh karena itu bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak yaitu santan atau minyak kelapa atau margarin bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, memberi rasa enak jika mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak. d. 9-12 bulan Bayi terus diberikan ASI disamping itu mulai diberikan makanan lunak seperti: bubur nasi, bubur kacang hijau, dan lain-lain. Pada usia 10 bulan http://lib.unimus.ac.id 12 bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap bentuk dan kepadatan nasi tim bayi diatur secara mendeteksi bentuk dan kepadatan makanan keluarga. e. 12-24 bulan Bayi terus diberikan ASI, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) atau makanan keluarga sekarang 3x sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan selain tetap di berikan makanan selingan dua kali sehari. Waktu yang baik untuk memberikan makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan, pemberian makanan bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan resiko sebagai berikut (Ariani, 2008) : a) Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan pada umur kurang dari 6 bulan, makanan ini dapat dijadikan sebagai pengganti ASI, sehingga apabila makanan diberikan, maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu akan memproduksi ASI lebih sedkit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. b) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer sehingga mudah dicerna bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi hanya memberi sedikit nutrisi. c) Anak mendapat faktor pelindung ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat. Karena ASI selain menjadi makanan pokok akan tetapi dalam kandungan ASI terdapat beberapa manfaat yang dapat untuk mencegah terjadinya infeksi kepada bayi. d) Risiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.Di dalam Kandungan ASI terdapat zat anti body untuk membantu melawan bayi supaya tidak terserang penyakit terutama penyakit diare. http://lib.unimus.ac.id 13 4. Jenis makanan MP ASI a. Makanan lumat Makanan lumat adalah makanan semua makanan yang dimasak dan disajikan secara lumat, yang diberikan pertama kali oleh bayi sebagai peralihan dari ASI ke makanan padat.Makanan lumat diberikan pada usia bayi 6 bulan. Contoh makanan lumat : bubur tepung,bubur beras, lauk pauk yang dilumatkan, ketupat dilumatkan dan sayuran yang sudah di lumatkan. Makanan lumat diberikan 2 x sehari, Sejalan dengan pertumbuhan anak, frekuensi pemberian makanan meningkat menjadi 45 kali 1 piring kecil sehari. b. Makanan lembek Makanan lembek adalah makanan peralihan dari makanan lumat menjadi makanan keluarga. Makanan lembek ini diberikan pada anak usia 7-12 bulan. Contoh makanan lembek adalah : bubur beras, nasi lembek, ketupat disertai dengan lauk pauk seperti tempe, tahu. Diberikan 1 kali sehari hingga 4-5 kali 1 piring sedang. c. Makanan keluarga Makanan keluarga adalah makanan yang di konsumsi oleh anggota keluarga yang terdiri dari makanan pokok , lauk pauk , sayuran dan buah. Biasanya makanan keluarga banyak varian dan terkandung zat gizi dari masakan bervariasi yang biasanya di siapkan oleh orang tua (Hidayat, 2005). 5. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI a. Perhatikan kebersihan alat makan sebelum memberikan makanan kepada anak karena mencegah masuknya kuman masuknya ke dalam perut karena dapat mengakibatkan anak merasa mual dan terkena http://lib.unimus.ac.id 14 diare dan akan mengganggu aktivitas dan kegiatan bermain yang disukainya. b. Membuat makanan secukupnya kepada anak supaya di dalam perutnya tidak terlalu banyak makanan karena dapat mengganggu aktifitas anak yang suka bermain. Selain menggangu aktivitas yang dilakukan anak juga dapat membuat anak untuk mudah ingin tidur karena diberikan makanan yang berlebihan. c. Buat variasi makanan kepada anak agar anak tidak bosan terhadap makanan yang dimakan setiap hari karena sifat anak kecil yang mudah bosan terhadap sesuatu dan apabila bosan terhadap makanan anak tersebut tidak mau makan dan biasanya juga menangis untuk diberikan makanan yang lain. d. Ajak makan anak bersama anggota keluarga lain agar anak terbiasa berkumpul dengan anggota keluarga lain dan mulai ajarkan anak untuk berinteraksi kepada orang lain. Apabila anak tidak diajarkan dari usia dini bisa berakibat saat remaja yang tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan maunya sendiri terus. e. Jangan memberikan makanan dengan waktu makan karena anak yang susah makan pasti sudah mengira jam kapan makan,sebaiknya ajak dulu apa kegiatan yang disukai anak seperti main terlebih dahulu (Wijaya, 2009). 6. Praktik pemberian MP ASI Pola makan adalah berbagai informasi yang diberikan tentang gambaran mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan cirri khas dari kelompok tertentu (Heny, 2007). Pola pemberian mp asi adalah macam macam jenis dan http://lib.unimus.ac.id 15 jumlah Makanan pendamping ASI yang diberikan ibu kepada bayi pada jeda waktu tertentu. B. Faktor yang mempengaruhi praktik pemberian MP ASI dini Menurut (Nursalam, 2005) faktor – faktor yang mempengaruhi praktik pemberian MP-ASI dini, yaitu : 1. Faktor internal meliputi : a) Faktor pengalaman Pengalaman pribadi masa lalu akan membawa seseorang memecahkan masalah bila dihadapkan dengan pengalaman dimasa yang akan datang. Berdasarkan tabel 2 karakteristik responden berdasarkan jumlah anak menunjukkan bahwa terbanyak ibu dengan jumlah anak 2-3 orang anak sebesar 15 orang (57,5%). Ibu yang sudah pernah mempunyai anak lebih dari satu cenderung akan memiliki pengalaman yang cukup dalam mengasuh anaknya termasuk dalam hal pemberian MP-ASI Dini, kemungkinan ibu sebelumnya sudah pernah memberikan MP-ASI Dini namun tidak terjadi masalah pada bayinya sehingga ibu akan membawa pengalaman itu untuk diterapkan pada anak selanjutnya. b) Faktor pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, 2007). http://lib.unimus.ac.id 16 Menurut Notoatmodjo (2010); Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui telinga dan mata. Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). a.1 Pengetahuan ibu tentang MP-ASI Roesli memaparkan (2000), hambatan utama tercapainya ASI eksklusif dan pemanfaatan MP-ASI yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif dan MP-ASI pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik pada bayinya dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal, pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian pisang atau nasi lembek sebagai tambahan ASI di pedesaan. Pengetahuan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah Pengetahuan tentang Makanan tambahan yang diberikan pada bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. (Yenrina, 2008 ). Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikam ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI (Krisnatuti, 2000). http://lib.unimus.ac.id 17 b) Tingkatan pengetahuan Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan mencakup domain kognitif yang mempunyai 6 arah atau tingkat yaitu 1. Tahu (Know). Mengingat suatu materi atau objek yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguikan, mendefinisikan, menyatakan. 2. Memahami (Comprehension). Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut. 3. Aplikasi (Aplication). Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang riil. 4. Analisis (Analysis). Suatu kemampuan menyebarkan materi ke dalm suatu komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi yang ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang lama. 6. Evaluasi (Evaluation). Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2010). http://lib.unimus.ac.id 18 c) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Pendidikan Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki karakter spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdaasan, akhlak mulia, serta ketrampilan dirinya, masyarakat dan Negara. 2. Informasi Faktor informasi menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai sumber informasi akan mempunyai pengetahuan lebih luas. Lingkungan sekitar merupakan sumber informasi yang luas yang dapat kita peroleh. Banyak informasi yang baru yang dapat kita peroleh dari lingkungan sekitar. 3. Pengalaman Faktor pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun. 4. Sosial ekonomi Lingkungan social Sosial ekonomi, lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan pengetahuan dikaitkan dengan pendidikan. Apabila status http://lib.unimus.ac.id 19 ekonomi baik, tingkat pendidikan pun baik sehingga akan diiringi oleh peningkatan pengetahuan yang baik pula. 5. Umur Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat dia akan berulang tahun.Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan dari masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan. 6. Pekerjaan Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai negri atau pejabat di pemerintahan. Status pekerjan rendah seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Nursalam, 2008). d) Cara pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap responden yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari responden, pengukuran pengetahuan juga dapat dilakukan dengan skala kualitatif yaitu : 1.Baik : Hasil presentasi 76% - 100% 2.Cukup : Hasil presentasi 56% - 75% 3.Kurang : Hasil presentasi <56% Pengukuran pengetahuan tentang kesehatan dapat di ukur berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif yang pada http://lib.unimus.ac.id 20 umumnya mencari jawaban atas fenomena yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama biasanya menggunakan metode wawancara dan angket. Sedangkan pengetahuan secara kualitatif digunakan untuk mengetahui suatu fenomena terjadi atau mengapa terjadi (Notoatmodjo, 2010) d.1. Cara pengukuran pengetahuan tentang MP-ASI Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang MP-ASI yang ingin di ukur dari responden. 2. Faktor ekternal meliputi : a) Faktor sosial budaya Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Jika dilihat dari tabel 4 karakteristik responden berdasarkan daerah asal sebanyak 24 responden (92,31%) Hal ini sesuai dengan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI Dini juga dipengaruhi oleh sosio budaya setempat dimana terdapat kepercayaan, adat istiadat maupun kebiasaan masyarakat setempat, dalam adat istiadat jawa ada tradisi 3 bulanan dimana bayi diberikan bubur susu ataupun pisang kerok karena bayi dianggap sudah mampu untuk menerina MP-ASI saat upacara 3 bulanan tersebut. Selain itu orang tua memberikan MPASI dini karena menurut mereka bayi yang sering menangis walaupun sudah diberi ASI menunjukkan bayi masih lapar sehingga harus diberi makananan tambahan selain ASI seperti pisang ataupun nasi yang dilumatkan. http://lib.unimus.ac.id 21 b) Faktor informasi Informasi Menurut George H. Bodnar, (2000: 1), “Informasi adalah data yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat”. Dalam era globalisasi ini terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dan pesatnya tehnologi sehingga ibu pun akan semakin mudah dalam mendapatkan informasi, salah satu contoh adalah banyaknya iklan-iklan susu formula yang menawarkan berbagai produk dengan berbagai kelebihan akan membuat ibu tertarik untuk memberikan MP-ASI Dini. c) Faktor petugas kesehatan Petugas kesehatan sebagai “educator” peran ini dilaksanakan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Wahid Iqbal, 2005 : 76). Pada kenyataan masih banyak ibu yang memberikan MPASI dini hal ini dapat dikarenakan kurangnya pemantauan dari petugas kesehatan dalam pemberian MPASI Dini ataupun tidak ada langkah lanjutan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dalam penyelesaian masalah MPASI dini, selain itu luasnya jangkauan wilayah kerja petugas kesehatan disertai dengan jumlah penduduk yang banyak sedangkan jumlah petugas kesehatan itu sendiri tidak sesuai dengan luas wilayah sehingga penanganan dan pemantauan oleh petugas pun tidak akan maksimal. d) Faktor dukungan suami a. Pengertian dukungan Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai http://lib.unimus.ac.id 22 memberikan dorongan / motivasi atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan (Chaplin, 2006). Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang di dalamnya terbentuk hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata yang dilakukan suami kepada istrinya.Suami juga harus bisa melakukan pekerjaan istri apabila istri lagi dalam keadaan sakit atau yang lain (Hidayat,2005) Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tandatanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya (Rukiah, 2014). Dukungan moral seorang suami kepada istrinya hal yang memang di butuhkan dan sangat di anjurkan suami memberikan dukungan atau motivasi yang lebih kepada istrinya tersebut (Dagun, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Asdan 2007) menyatakan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap pemberian MP ASI adalah sikap. Variabel pendukung yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP ASI adalah keterpaparan media, variabel pendorong yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP ASI adalah dukungan keluarga termasuk suami dan kebiasaan memberi MP ASI di masyarakat. http://lib.unimus.ac.id 23 b. Jenis dukungan suami Wujud dari dukungan suami antara lain : 1. Dukungan emosional Dukungan yang berupa perhatian, mendampingi , menemani istri di rumah dalam pemberian makanan pendamping ASI kepada anaknya. Di saat itulah istri memerlukan perhatian khusus dari suami dalam bentuk kasih sayang dan perhatian keapada istri maupun anaknya. 2. Dukungan informasi Dukungan informasi suami adalah informasi tentang bagaimana tentang cara pemberian makanan dan macam – macam makanan yang cocok diberikan kepada bayi. Informasi dari suami penting untuk istri tentang makanan yang cocok diberikan karena bukan hanya istri yang tahu apa saja makanan apa yang tepat untuk anak melainkan suami juga harus tahu. 3 Dukungan penilaian Dukungan penilaian yang positif terhadap suami bahwa pemberian makanan tambahan kepada bayi sangat baik diberikan kepada bayi. Penilaian tersebut berguna untuk tumbuh kembang sang anak dan berguna sebagai media tukar pemikiran anttara suami dan istri. 4 Dukungan finansial Pemberian berupa dana atau biaya kepada suami untuk keperluan keluarga guna untuk membeli makanan tambahan kepada bayi. Banyaknya kebutuhan jika mempunyai anak membuat suami harus memberikan dana semaksimal mungkin dan diberikan kepada istri guna memberikan kebutuhan sang anak. http://lib.unimus.ac.id 24 C. Kerangka teori Faktor yang mempengaruhi praktik pemberian MP-ASI dini Faktor internal 1.Faktor Pengetahuan Faktor yang mempengaruhi : a.Pendidikan b.Pengalaman c.Umur d.Sosial ekonomi e.Informasi f.Pekerjaan 2.Faktor Pengalaman Praktik Pemberian MP-ASI dini Faktor Eksternal 1.Faktor social budaya 2.Faktor Informasi 3.Faktor Petugas Kesehatan 4.Faktor Dukungan Suami Wujud dari dukungan suami : Gambar 2.1 Kerangka Teori -Finansial - Informasi -Emosional -Penilaian Sumber (Notoatmodjo, 2005) , ( Wijaya, 2009) http://lib.unimus.ac.id 25 D. Kerangka konsep Variable dependen Variabel independen Faktor praktik pemberian MP- ASI dini : Praktek pemberian MP -ASI dini 1.Pengetahuan 2.Dukungan suami Gambar 2.2 Kerangka Konsep E. Variabel penelitian 1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah faktor pemberian MP ASI dini meliputi Pengetahuan dan dukungan suami 2. Variable independen dalam penelitian ini adalah Praktik pemberian MP – ASI dini F. Hipotesis 1. Ada Hubungan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo. 2. Ada Hubungan dukungan suami dengan praktik pemberian MP-ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo. http://lib.unimus.ac.id 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan. Desain sangat erat dengan bagaimana kerangka konsep penelitian sebagai petunjuk perencanaan penelitian secara rinci dalam hal pengumpulan dan analisa data (Suyanto, 2011). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi dapat diketahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi lain. (Arikunto, 2007). Deskriptif korelasi yang akan akan diteliti tentang pengaruh tingkat pengetahuan dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI di Desa Tanjungrejo. Penelitian ini menggunakan pendekatan cros-sectional karena pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan sekali dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau subyek yang diteliti dan mempunyai kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo. Berdasarkan data pada tanggal 19 Juli – 14 Agustus 2016, didapatkan jumlah 115 bayi di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo Rt 04 Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan sebagai responden yaitu ibu bayi. 2. Sampel dan teknik sampling Sampling adalah proses menyeleksi dari populasi yang ada (Hidayat, http://lib.unimus.ac.id 27 2009). Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan setiap penelitian (Nursalam, 2011).Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Random Sampling. Random sampling adalah Pengambilan (Simple Random Sampling) sampel acak sederhana adl suatu cara pengambilan sampel dimana tiap unsur yg membentuk populasi diberi kesempatan yg sama utk terpilih menjadi sampel. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin , sebagai berikut: n: N 1+Ne” : 115 1+115(0,05)” : 115 1,28 : 89 sampel dimana n: jumlah sampel N: jumlah populasi e: batas toleransi kesalahan (error tolerance) Sampel yang digunakan adalah ibu yang mempunyai bayi usia kurang dari 12 bulan yang berjumlah 89 bayi, berdasarkan data pada tanggal 19 Juli – 14 Agustus 2016. C. Definisi operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara ggoperasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2009). http://lib.unimus.ac.id 28 Tabel 3.1. Definisi Operasional Alat Ukur & Skala Hasil Ukur Ukur Kuisoner tentang tingkat pengetahuan yang terdiri dari 15 pertanyaan skor: -Iya : 1 -Tidak : 0 Setelah di lakukan uji dengan responden 89 di dapatkan hasil -Rendah : 62 responden -Sedang : 17 responden -Baik : 10 responden Interval Dukungan suami dalam pemberian MP ASI terdiri dari 4 macam: 1.Dukungan financial 2.Dukungan emosional 3.Dukungan Informasi 4.Dukungan Penilaian Kuisoner tentang dukungan suami yang terdiri dari 15 pertanyaan skor: -Iya : 1 -Tidak : 0 Setelah di lakukan uji dengan responden 89 di dapatkan hasil -Rendah : 50 responden -Sedang : 26 responden -Baik : 13 responden Interval Pelaksanaan pemberian MP ASI yang diberikan pada bayi usia < 6 bulan Kuisoner Setelah di lakukan uji dengan responden 89 di dapatkan hasil -di berikan < 6 bulan : 84 responden -di berikan > 6 bulan : 5 responden Nominal Variabel Definisi Cara Ukur Pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI Independent Kemampuan ibu menjawab pertanyaan mengenai definisi, manfaat, jenis dari MP ASI Dukungan Suami terhadap pemberian MP ASI Independent Praktik pemberian MP ASI Dependent D. Tempat penelitian Penelitian ini akan di Desa Tanjungrejo Rt 4 Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. E. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan yang dimulai dari perencanaan (penyusunan proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir yang http://lib.unimus.ac.id 29 dilaksanakan sejak bulan November 2015 sampai dengan bulan Agustus 2016.Adapun pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2016. F. Etika penelitian Menurut Hidayat (2009) dalam penelitian ini peneliti menekankan pada masalah etika yang meliputi : 1. Informed Consent Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian, mempunyai hak untuk bersedia atau menolak menjadi responden. Pada informed concent juga perlu dicantumkan untuk mengembangkan ilmu. Lembar persetujuan menjadi responden diedarkan sebelum riset dilakukan.Tujuannya agar subyek mengetahui maksud dan tujuan riset. Serta mengetahui dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka peneliti harus menghormati hakhak responden. 2. Anomity Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan identitas subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. 3. Confidentiality Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian. G. Alat pengumpul data 1. Sumber data a. Data primer Data primer yang disebut juga data tangan pertama.Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambil data, langsung pada subjek sebagai http://lib.unimus.ac.id 30 sumber informasi yang dicari (Sugiyono, 2009).Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan kuesioner meliputi : identitas, pengetahuan ibu dan dukungan suami tentang praktik pemberian MP ASI. b. Data sekunder Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Sugiyono, 2009). Data sekunder dalam penelitian ini adalah 89 bayi dan sebagai responden yaitu ibu di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Rt 04 Kecamatan Jekulo Kudus. 2. Alat penelitian a. Instrumen penelitian Instrumen penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010). Suatu kuisoner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisoner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisoner tersebut (Notoatmodjo, 2002). Pertanyaan pertama digunakan untuk mengetahui identitas responden. Bagian kedua untuk mengetahui pengetahuan yang terdiri dari 15 pertanyaan dengan menggunakan jawaban iya (skor : 1), tidak (skor : 0). Bagian ketiga digunakan untuk mengetahui dukungan suami terdiri dari 15 pertanyaan dengan menggunakan jawaban iya (skor : 1), tidak (skor : 0). Bagian keempat untuk mengetahui tentang praktik pemberian MP ASI dengan kategori 1. (Sesuai) dan 2. (Tidak sesuai). Apabila ada responden yang mengalami kesulitan dalam membaca kuisoner, maka peneliti akan membantu membacakan kuisoner. Setelah kuisoner sebagai alat peneliti telah selesai disusun, kemudian dilakukan uji validitas dan uji reabilitas kuisoner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah http://lib.unimus.ac.id 31 kuesioner. Tahapan kuesioner ini meliputi : 1) Uji validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010).Uji validitas akan di lakukan dengan cara memberikan kuesioner yang telah disusun oleh peneliti kepada Ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan di BPM Yuni Gunawan Desa Honggosoco Jekulo Kudus. Jumlah responden dalam uji validasi ini adalah 20 ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan.Uji validasi akan di lakukan setelah peneliti melalui tahap sidang proposal. Menurut Notoatmodjo (2012) untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang kita ukur, maka perlu uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut, sedangkan teknik korelasi yang dipakai adalah korelasi “Person Product Moment”. Rumus Pearson Product Moment : rxy n {n X2 XY ( ( X )( X ) 2 }{n Y) Y2 ( Y )2} Keterangan : rhitung = koefisien korelasi Xi = jumlah skor item Yi = jumlah skor total (item) n = jumlah responden Menurut (Notoatmojo, 2012) untuk uji validitas kuesioner minimal dilakukan agar diperoleh distribusi nilai hasil http://lib.unimus.ac.id 32 pengukuran mendekati normal. Responden yang digunakan uji coba sebaiknya memiliki ciri-ciri responden yang sama dari tempat dimana penelitian tersebut harus dilaksanakan. Menurut Sugiyono (2010), keputusan ujinya adalah : Bila r hitung lebih besar dari pada r tabel artinya variabel tersebut hitung lebih kecil dari pada r tabel artinya variabel tersebut valid. Bila r tidak valid. Kevalidan instrument ini, peneliti menggunakan rumus product moment. Jika r hitung > r table dengan n = 0,444 maka instrument dikatakan valid dan dapat dipergunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2006). Pada semua item pertanyaan kuisioner Hubungan pengetahuan Ibu dan dukungan suami dinyatakan valid karena r hitung berkisar antara 0,458-0,811 yang lebih besar dari r tabel (0,444) sehingga dinyatakan valid. 2) Uji reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menyatakan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2012).Sedangkan (keandalan) menurut adalah Nursalam kesamaan hasil (2011) reliabilitas pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kesamaan hidup diukur berkali-kali dalam waktu yang berlainan.Setelah diketahui bahwa setiap item-itempertanyaan cukup valid, dilanjutkan dengan analisa reabilitas untukmengetahui apakah instrument tersebut cukup konsisten untukmengukur gejala yang sama pada pengukuran satu kali. Pada awalnyatinggi rendahnya reliabilitas tes tercermin oleh nilai Cronbach Alpha. Uji reliabilitas kuesioner akan diuji dengan rumus Cronbach Alpha (Arikunto, 2010). r₁₁ = [ ] [1- ] http://lib.unimus.ac.id 33 Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2 b t = jumlah varians butir 2 = varians total Di mana kuesioner dikatakan reliable jika indeks reliabilitas yangdiperoleh paling tidak mencapai 0,60 (Ghozali, 2011). . Pada hasil uji realibilitas didapatkan nilai p sebesar 0,762 untuk hubungan pengetahuan ibu dan nilai p 0,752 untuk hubungan dukungan suami, sehingga lebih besar dari cronbach alpha yaitu 0,6 maka data dinyatakan reliable. H. Prosedur pengumpulan data Cara pengumpulan data untuk penelitian ini melalui beberapa tahap antara lain : 1. Setelah mendapat izin dari program studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang dan tempat penelitian, peneliti melakukan pendekatan kepada responden. 2. Peneliti mendatangi ibu yang mempunyai bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Rt 4 Desa Tanjungrejo untuk mendapatkan data penelitian. 3. Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan keikutsertaan dalam penelitian ini bagi yang setuju mengikuti atau berpatisipasi dalam penelitian ini responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian. 4. Peneliti membagikan penelitian yang lembar persetujuan penelitian kepada responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian untuk menandatangani lembar persetujuan. 5. Peneliti memberikan lembar kuesioner dan menjelaskan cara pengisian kuesioner. 6. Peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian diolah dan dianalisis. http://lib.unimus.ac.id 34 I. Analisis atau pengolahan data 1. Pengolahan data Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan, di mana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaanpertanyaan dalam mengungkap fenomena (Nursalam, 2011). Data yang telah terkumpul kemudian diolah, adapun tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, dan menyajikannya dalam bentuk susunan yang rapi. Dalam proses pengolahan data, langkah-langkah yang akan ditempuh adalah sebagai berikut: a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.Dilakukan pada saat pengumpulan data dan atau setelah data terkumpul. b. Coding Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu.Klasifikasi ukurnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka (Suyanto, 2011). Pada penelitian ini pengkodean sebagai berikut : 1) Data tingkat pengetahuan ibu, apabila diperoleh jumlah skor: Rendah : 0-5 Sedang : 6-10 Baik : 11-15 2) Data dukungan suami, apabila diperoleh jumlah skor: Rendah : 0-5 Sedang : 6-10 Baik : 11-15 3) Data Praktik Pemberian MP ASI, dengan kategori : < 6 Bulan :1 6 Bulan :2 http://lib.unimus.ac.id 35 c. Entry Data Entry Data adalah proses memasukan data ke dalam komputer sebelum dilakukan analisa, dengan program komputerisasi dilakukan pengecekan ulang terhadap data (Nursalam, 2011). d. Cleaning Semua data dari sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya yang kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 2. Analisis data a. Analisa Univariat Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2009). Analisa univariat yaitu analisa dilakukan dengan mendiskripsikan besar persentase pada seluruh variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Arikunto, 2010). Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi mendeskripsikan masing-masing variable penelitian, termasuk karakteristik sampel penelitian. Dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian yaitu pengetahuan, dukungan suami dan pemberian mp asi. Data berbentuk kategorik dilakukan dengan pengujian distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP ASI dengan menggunakan kuisoner di dapatkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 10 responden, ibu yang mempunyai pengetahuan sedang 17 responden dan ibu yang mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 62 responden. Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan suami dengan praktek pemberian MP ASI dengan menggunakan kuisoner di dapatkan ibu yang mempunyai dukungan dengan kategori baik sebanyak 13 responden, ibu yang mempunyai dukungan kateegori sedang 26 responden dan ibu yang http://lib.unimus.ac.id 36 mempunyai dukungan kategori rendah sebanyak 50 responden. Berdasarkan hasil penelitian mengenai praktik pemberian MP ASI dapat diketahui dari jumlah 35 responden menunjukan terdapat 84 (94,4%) responden memperoleh makanan pendamping pada usia < 6 bulan, 5 (5,6%) responden memperoleh makanan pendamping usia > 6 bulan. b. Analisa Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan gambaran antara variabel bebas dan terikat.Karena jumlah data lebih dari 15 maka akan dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu menggunakan uji kenormalan/normalitas data, dengan uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak normal (Emzir, 2012), jika kedua variabel tidak normal akan menggunakan uji korelasi spearman rank (Hidayat, 2003). Untuk Hasil penelitian yang di dapatkan untuk data pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI memilik p value = 0,000, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value<α hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati.Sementara untuk Hasil penelitian yang di dapatkan untuk data dukungan suami diperoleh p value = 0,475, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value> α yang artinya bahwa tidak ada hubungan dukungan suami terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati http://lib.unimus.ac.id 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Bab ini akan menguraikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus”. Penelitian ini dilakukan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, jumlah responden yang diteliti berjumlah 89 orang. Seluruh sampel dalam proses penelitian tersebut diberikan pertanyaan mengenai hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI dini dengan menggunakan instrument (kuesioner). Penelitian ini dilaksanakan selama 2 hari mulai tanggal 20 - 21 Juli dan 9 – 14 Agustus 2016 dilakukan mulai pukul 15.00-20.00 WIB menyesuaikan dengan responden. Pengambilan data dilakukan pada 89 ibu yang mempunyai bayi. 2. Karakteristik responden a. Pekerjaan Ibu Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) Distribusi frequensi pekerjaan ibu IRT 29 responden Pedagang 20 responden Buruh 33 responden Guru 5 responden Dosen 2 responden Diagram 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai buruh sebanyak 33 responden dengan presentase 37,1 % dan 2 responden bekeraja sebagai dosen. http://lib.unimus.ac.id 38 b. Umur Ibu Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur Ibu di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) Umur 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Total Frequensi 1 3 4 3 12 19 8 5 5 3 7 6 5 2 2 2 1 1 89 responden Presentasi(%) 1,1 3,4 4,5 3,4 13,5 21,3 9 5,6 5,6 3,4 7,9 6,7 5,6 2,2 2,2 2,2 1,1 1,1 100% Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa paling banyak responden berusia 23 tahun dengan frequensi 19 responden. Tabel 5.2 Distribusi nilai rata-rata berdasarkan umur ibu Di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) N 89 Minimum 18 Maksimum 35 Mean 25,03 Std.devisiasi 3,80 Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa umur responden termuda 18 tahun dan tertua 35 tahun, rata-rata usia 25 tahun dengan Std.devisiasi 3,80. http://lib.unimus.ac.id 39 c. Pendidikan Ibu Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu Di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n:89) Distribusi frequensi pendidikan ibu SMP 24 responden SMA 57 responden Diagram 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden lulusan SMA sederajat yaitu 57 responden dengan presentase (64%). d. Umur bayi Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur Bayi di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total Frequensi 3 6 19 20 20 9 6 3 3 89 Presentasi (%) 3,4 6,7 21,3 22,5 22,5 10,1 6,7 3,4 3,4 100 Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa usia bayi paling banyak usia 4 dan 5 bulan masing-masing dengan presentase 22,5%. Tabel 5.4 Distribusi nilai rata-rata berdasarkan Umur Bayi di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) N 89 Minimum 1 Maksimum 9 http://lib.unimus.ac.id Mean 4,48 std devisiasi 1,79 40 Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa umur responden termuda 1 bulan dan tertua 9 bulan, rata-rata usia 4 bulan dengan Std.devisiasi 1,79 3. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang praktek pemberian MP ASI Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang praktik pemberian MP ASI di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Pernyataan Makanan pendamping asi merupakan makanan tambahan bagi bayi yang menjadi makanan pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi Makanan pendamping asi diberikan kepada bayi setelah uisa 4-6 bulan ASI cuma diberikan sampai usia bayi 6 bulan Memasuki usia 4-6 bulan bayi sudah siap makanan bukan cair Makanan lumat diberikan saat bayi berusia 6 bulan Makanan lumat diberikan sehari 2x sejalan dengan perkembangan anak Memberikan nasi yang di campur pisang kemudian dihaluskan pada bayi usia 8 bulan Bayi usia 6 bulan tidak perlu diberikan makanan pendamping Cara pemberian makanan pendamping ASI diberikan sedikit demi sedikit Pemberian makanan pendamping dini mempunyai resiko terhadap kesehatan bayi Resiko pemberian makanan pendamping dini membuat bayi terkena penyakit salah satunya diare Pada usia 6-12 bulan anak membutuhkan makanan yang tinggi protein,energi dan vitamin Peran makanan pendamping adalah sebagai penggati ASI Makanan pendamping ASI diberikan pada usia 8 bulan Memberikan buah pisang pada usia 4 bulan http://lib.unimus.ac.id Iya (%) 49,4 N 44 Tidak (%) 50,6 Total N 45 28 31,5 61 68,5 89 28 31,5 61 68,5 89 29 32,6 60 67,4 89 30 33,7 59 66,3 89 27 30,3 62 69,7 89 28 31,5 61 68,5 89 26 29,2 63 70,8 89 27 30,3 62 69,7 89 34 38,2 55 61,8 89 31 34,8 58 65.2 89 25 28,1 64 71,9 89 31 34,8 58 65,2 89 28 31,5 61 68,5 89 39 43,8 50 56,2 89 89 41 Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa pertanyaan kuisoner pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI dengan nilai yang paling besar dengan responden menjawab “tidak” no 9 (cara pemberian MP ASI) dan 12 (pada usia 6-12 bulan anak membutuhkan makanan tinggi protein), dan nilai pertanyaan kecil dengan responden menjawab “iya” iya no 9 (cara pemberian MP ASI) dan no 4 (Memasuki usia 4-6 bulan bayi sudah siap makanan bukan cair). 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan suami tentang praktek pemberian MP ASI Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami tentang praktik pemberian MP ASI di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pernyataan Suami memberikan informasi yang tepat mengenai kapan,manfaat dari pemberian makanan pendamping Suami memberikan langsung makanan pendamping kepada anaknya Suami memberikan makanan pendamping ASI yang bervariasi supaya anaknya tidak bosan Suami selalu memberikan apapun yang di inginkan untuk membeli makanan pendamping ASI Suami memperhatikan tumbuh kembang anaknya Suami menemani saat istri memberikan makanan pendamping kepada anaknya Suami memberikan petunjuk dalam pemberian makanan pendamping yang benar Suami memberikan makanan yang bergizi untuk tumbuh kembang anaknya Suami peduli terhadap gizi anaknya dalam pemberian makanan pendamping Suami membelikan buah buahan yang dihaluskan untuk diberikan kepada anaknya Suami bertukar pikiran dengan istri mengenai jenis makanan yang diberikan kepada anaknya http://lib.unimus.ac.id Iya (%) 49,4 N 45 Tidak (%) 50,6 Total N 44 41 46,1 48 53,9 89 35 39,3 54 60,7 89 33 37,1 56 62,9 89 38 42,7 51 57,3 89 30 33,7 59 66,3 89 32 36 57 64 89 34 38,2 55 61,8 89 41 46,1 48 53,9 89 34 38,2 55 61,8 89 38 42,7 51 57,3 89 89 42 12 13 14 15 Suami memberikan perhatian lebih tentang makanan pendamping ASI yang diberikan oleh anaknya Suami memberikan informasi yang tepat mengenai makanan pendamping apa yang sesuai dengan usia anaknya Suami memberikan penilaian langsung mengenai makanan pendamping yang diberikan sudah tepat atau belum Suami mendukung penuh makanan pendamping apa yang diberikan kepada anaknya 34 38,2 55 61,8 89 34 38,2 55 61,8 89 43 48.3 46 51,7 89 37 41,6 52 58,4 89 Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa pertanyaan kuisoner dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dengan nilai yang paling besar responden menjawab “tidak” no 5 (suami memperhatikan tumbuh kembang anaknya) , 6 (suami menemani istri memberi makanan pendampng ), dan nilai pertanyaan kecil responden menjawab “iya” no 4 ( suami selalu memberikan untuk membeli MP ASI) 5. Distribusi frekuensi praktek pemberian MP ASI Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pemberian MP ASI di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) Umur (bulan) 1 2 3 4 5 6 Frekuensi 15 37 20 11 1 5 Presentasi (%) 16,9 41,6 22,5 12,4 1,1 5,6 Total 89 100 Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar bayi mendapatkan MP ASI pada usia < 6 bulan yaitu 84 bayi dengan presentase 94,4 %, menunjukan dalam praktik pemberian MP ASI sesuai karena banyak yang diberikan pada bayi usia < 6 bulan. http://lib.unimus.ac.id 43 6. Hubungan pengetahuan terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan HubunganPengetahuan terhadap Pemberian MP ASI Dini pada Bayi Usia < 12 Bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) Pengetahuan Rendah Sedang Baik Total Pemberian MP ASI < 6 bulan > 6 bulan N % N % 62 100,0 0 0,0 16 94,1 1 5,9 6 60 4 40 84 94,4 5 5,6 Total 62 17 10 89 % 100,0 100,0 100,0 100,0 p value** 0,000 **= Spearman Rank Tabel 5.8 di atas menunjukkan Uji Spearman Rank diperoleh p value = 0,000, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value<α yang artinya bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 7. Hubungan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Hubungan Dukungan Suami terhadap Pemberian MP ASI Dini pada Bayi Usia < 12 Bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016 (n : 89) Pengetahuan Rendah Sedang Baik Total Pemberian MP ASI < 6 bulan > 6 bulan N % N % 48 96 2 4 24 92,3 2 7,7 12 92,3 1 7,7 84 94,4 5 5,6 **= Spearman Rank http://lib.unimus.ac.id Total 50 26 13 89 % 100,0 100,0 100,0 100,0 p value** 0,475 44 Tabel 5.9 di atas menunjukkan Uji Spearman Rank diperoleh Hasil penelitian yang di dapatkan untuk data dukungan suami diperoleh p value = 0,475 jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value> α yang artinya bahwa tidak ada hubungan dukungan suami terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016. Pembahasan Air Susu Ibu (ASI) hanya cukup memenuhi pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan sehingga bayi membutuhkan makanan pendamping ASI untuk pertumbuhan bayi, bertambah pula kebutuhan gizinya yang lebih untuk perkembangan dan pertumbuhannya bayi. Ketika bayi memasuki usia 4 atau 6 bulan ke atas bayi membutuhkan beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan beberapa vitamin lainnya dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula yang tidak lagi cukup. Dengan alasan usia 4 - 6 bulan, maka bayi mulai dianjurkan diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) (Prasetyono, 2009). 1. Karakteristik Responden a. Jenis Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juli di BPM Murwati terhadap jenis pekerjaan responden sebagian besar ibu bekerja sebagai buruh sebanyak 33 responden dengan presentase 37,1 %. Banyaknya pabrik yang menjamur di kota kudus membuat warga kudus sebagian besar bekerja sebagai buruh.Hal ini bisa di lihat, menurut Dinas Tenaga Kerja Jawa Tengah 2014, kota kudus berada di peringkat ke dua di bawah kota semarang dengan penduduk yang mayoritas bekerja di pabrik dengan jumlah tenaga kerja 129.813. Status sosial ekonomi berhubungan erat dengan pekerjaan dan pendapatan orang tua yang bepengaruh terhadap konsumsi energi. Ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap pola http://lib.unimus.ac.id 45 asuh anak, ibu menjadi kurang perhatian dan kurang dekat dengan anak karena sebagian waktu ibu digunakan untuk bekerja diluar rumah. Pemberian ASI juga semakin berkurang. Pemberian MP ASI terlalu dini bisa terjadi karena orang tua khususnya ibu terlalu sibuk bekerja diluar rumah dan pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain. Banyak sekali orang tua yang memberikan MP ASI sebelum usia 6 bulan. b. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juli di BPM Murwati terhadap jenis pekerjaan responden sebagian besar umur ibu berusia 23 tahun. Umur adalah usia yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalaman. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis (Notoadmodjo, 2007). Semakin umur ibu bertambah semakin tambah juga pengalaman dan pengetahuan dalam pemberian makanan pendamping asi kepada bayinya. c. Pendidikan Ibu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juliagustus di BPM Murwati terhadap jenis pendidikan responden sebagian besar ibu menunjukan banyaknya ibu lulusan SMA sederajat. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Makin tinggi tingkat pendidikan, maka makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga dan pola pengasuhan anak. Ibu akan mengerti waktu yang tepat memberikan MP ASI bagi bayi serta mengerti dampak yang ditimbulkan jika makanan tersebut diberikan terlalu dini. Ibu yang berpendidikan akan memahami informasi dengan baik terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, pemberian makan yang baik, cara menjaga kesehatan anak dan sebagainya. Ibu juga akan lebih mudah mengerti penjelasan yang diberikan oleh http://lib.unimus.ac.id petugas kesehatan melalui 46 penyuluhan, dan tidak akan terpengaruh dengan informasi yang tidak jelas. d. Umur bayi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juli di BPM Murwati terhadap umur bayi di dapatkan sebagian bayi umur berumur 4 dan 5 bulan dengan 20 responden masing-masing umur. 2. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP ASI Berdasarkan distibusi freuquensi tentang item pertanyaan responden tentang pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP ASI dengan menggunakan kuisoner di dapatkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 10 responden, ibu yang mempunyai pengetahuan sedang 17 responden dan ibu yang mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 62 responden. Untuk pengetahuan ibu rendah dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI memiliki beberapa faktor kenapa ibu tidak mengetahui kapan usia tepat pemberian,macam-macam makanan pendamping dll terutama ibu yang masih berpegang teguh kebudayaan kuno yang tidak menekan kapan usia tepat pemberian makanan pendamping, selain itu tingkatan pengetahuan juga berdampak besar dalam pemberian makanan pendamping, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi akan mengerti tentang makanan pendamping di banding dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Hasil tersebut mendukung penelitian sudiyanto et al, (2003) di Jakarta Timur bahwa tingkat pengetahuan yang diperoleh ibu tentang pemberian MP ASI akan mempengaruhi pola pemberian makanan pendamping untuk bayi. Hal tersebut membuktikan bahwa jika pengetahuan seorang ibu tentang pemberian MP-ASI baik, maka http://lib.unimus.ac.id 47 dapat memberi pengaruh positif terhadap pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi. Hasil jawaban pertanyaan tentang pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI dini mendapatkan nilai total yang paling besar dengan jawaban ibu tidak mengetahui tentang praktik pemberian MP ASI dini berada no 9 ( Cara pemberian makanan pendamping ASI diberikan sedikit demi sedikit) dengan jawaban tidak tahu (74,3%), dalam pemberian makanan pendamping ibu sebagai responden tidak mengetahui tentang banyak/sedikitnya pemberian makanan pendamping ibu hanya mengerti kalau anak rewel itu menandakan anaknya lapar dan dengan tanggap ibu memberikan makanan pendamping seperti pisang dikerok dll tapi tidak mengetahui porsinya,ibu hanya tidak memberikan lagi jika anak sudah tidak rewel. Item pertanyaan no 12 ( Pada usia 6-12 bulan anak membutuhkan makanan yang tinggi protein,energi dan vitamin) dengan jawaban tidak tahu 74,3%, dapat diketahui ibu yang menjadi responden tidak membutuhkan makanan yang tinggi protein dll untuk diberikan anaknya karena banyak ibu yang penting anaknya kenyang dan faktor dari tingkat pendidikan ibu yang rendah yang tidak mengetahui kandungan yang ada pada makanan yang diberikan untuk anaknya. Item pertanyaan no 7 ( Memberikan nasi yang di campur pisang kemudian dihaluskan pada bayi usia 8 bulan) dengan yawaban tidak tahu 68,6% dapat dijelaskan bahwa dalam pertanyaan ini ibu belum jelas tentang macam-macam makanan pendamping ASI dan usia tepat dalam praktik pemberian dan hanya paham makanan seperti nasi yang dihaluskan dalam pemberian tapi tidak paham usia tepat pemberian. Secara garis besar pertanyaan tentang pengetahuan ibu dengan praktik pemberian makanan pendamping di ketahui secara http://lib.unimus.ac.id 48 signifikan ibu tidak mengetahui tentang kapan usia tepat dalam pemberian MP ASI, jenis makanan pendamping dll. Kebanyakan ibu tidak mengetahui tentang usia dalam pemberian ASI eksklusif maupun MP ASI secara keseluruhan karena dari sebagaian besar ibu hanya tamatan SMA sederajat.Sementara sebagian ibu cuma mengetahui pada hari pertama anak lahir diberikan ASI akan tetapi tidak tahu secara tepat sampai kapan pemberian ASI dan untuk pemberian makanan pendamping ibu juga tidak tahu usia yang tepat pemberian dan cuma tahu bayi sudah boleh diberikan bubur atau makanan yang dihaluskan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi eka (2011) yang menemukan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi di Desa Langensari Kecamatan Unggaran Barat dengan nilai p 0,001 < 0,05.Hasil penelitian membuktikan Pengetahuan ibu yang cukup tentang pemberian MP-ASI memberikan pengaruh positif terhadap pemberian MP-ASI pada bayi. Ibu-ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang MP-ASI sebagian besar memberikan MP-ASI sesuai dengan anjuran kesehatan. Hal tersebut membuktikan perlu untuk seorang ibu untuk menambah wawasan dan pengetahuannya mengenai pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi. 3. Distribusi frekuensi dukungan suami dengan praktek pemberian MP ASI Berdasarkan distibusi freuquensi tentang item pertanyaan responden tentang dukungan suami dengan praktek pemberian MP ASI dengan menggunakan kuisoner di dapatkan ibu yang mempunyai dukungan dengan kategori baik sebanyak 13 responden, ibu yang mempunyai dukungan kateegori sedang 26 responden dan ibu yang mempunyai dukungan kategori rendah sebanyak 50 responden. Untuk hasil dari dorongan suami dalam pemberian MP http://lib.unimus.ac.id 49 ASI ini suami yang memberikan dorongan untuk pemberian makanan pendamping rendah itu dikarenakan suami tidak mau urus masalah dalam perawatan bayi , suami hanya memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan makanan pendamping dan disamping faktor suami tidak mau campur tangan, suami juga sibuk kerja.Hal ini jelas bahwa jika keluarga memberikan peran atau dukungan yang baik akan mendorong ibu untuk tidak memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan (Rahman, 2014). Dari hasil jawaban pertanyaan tentang dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini mendapatkan nilai total yang paling besar dengan soal no 4 (Suami selalu memberikan apapun yang di inginkan untuk membeli makanan pendamping ASI) dengan presentasi jawaban tidak 68,6% dapat dijelaskan suami tidak memberikan dukungan apapun yang di inginkan untuk membeli makanan pendamping baik dari dukungan informasi,emosional dan finansial.Faktor pekerjaan suami juga berpengaruh dalam dukungan pemberian makanan pendamping karena kalau suami bergaji tinggi anak pasti terpenuhi kebutuhan sementara kalau suami bergaji rendah suami tidak bisa membelikan MP ASI yang di inginkan. Item pertanyaan no 5 (Suami memperhatikan tumbuh kembang anaknya) dengan presentasi jawaban tidak 62,9% dapat dijelaskan suami tidak memberikan dukungan dan memperhatikan tumbuh kembangnya.Faktor suami yang sibuk dengan pekerjaan yang membuat tidak memberikan tumbuh kembang anaknya.Banyak suami yang kerja dari pagi sampai malam dan jarang bertemu langsung dengan anaknya. Item pertanyaan no 6 (Suami menemani saat istri memberikan makanan pendamping kepada anaknya) dengan presentasi jawaban tidak 62,9% dapat dijelaskan suami tidak menemani saat pemberian MP ASI karena faktor pekerjaan suami http://lib.unimus.ac.id 50 yang tidak bisa menemani sepenuhnya dalam pemberian makanan pendamping karena suami bekerja sampai malam. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Yulnita, T (2014), yang menunjukan bahwa sebanyak 65 responden yang mendapat dukungan keluarga yang memberikan MP-ASI yang benar sesuai ketentuan kesehatan berjumlah 43 responden (66,2%) dan yang memberikan MP-ASI yang tidak benar berjumlah 22 responden (33,8%), sedangkan dari 37 responden yang tidak mendapat dukungan keluarga yang memberikan MP-ASI yang benar sesuai ketentuan kesehatan berjumlah 19 responden (51,4%) dan yang memberikan MP-ASI yang tidak benar berjumlah 18 responden (48,6%).Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang menggunakan Uji “Chi Square” untuk melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai ρ (0,141) > 0,05 ini berarti secara statistik tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada Bayi. 4. Distribusi frekuensi praktek pemberian MP ASI Berdasarkan hasil penelitian mengenai praktik pemberian MP ASI dapat diketahui dari jumlah 89 responden menunjukan terdapat 84 (94,4%) responden memperoleh makanan pendamping pada usia < 6 bulan, 5 (5,6%) responden memperoleh makanan pendamping usia > 6 bulan.Banyaknya bayi di usia < 6 bulan sudah di berikan MP ASI karena beberapa factor mulai dari factor pengetahuan ibu yang kurang tentang MP ASI,kurangnya terpapar informasi tentang MP ASI dan factor lingkungan sekitar terutama dari keluarga yang memberi dukungan dalam pemberian MP ASI. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) merupakan makanan transisi sebelum bayi dapat mencerna makanan keluarga. Mempersiapkan MP-ASI yang baik tidak dapat didasarkan pada insting seorang ibu semata , tetapi memerlukan pengetahuan dan http://lib.unimus.ac.id 51 keterampilan khusus teknologi rumah tangga untuk dapat memenuhi kebutuhan bayi yang relatif lebih tinggi untuk setiap kilogram berat badan dibandingkan kebutuhan orang dewasa. Walaupun demikian volume perut bayi jauh lebih kecil, sehingga diperlukan makanan yang padat gizi. Disini dapat diperhatikan faktor penghambat yang bisa menurunkan kualitas makanan seperti enzim inhibitor, phytat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan seng, tanin dan poliphenol yang bisa menghambat penyerapan protein. Penghambat yang lain datang dari volume MP-ASI yang besar, tinggi karbohidrat dan rendah lemak sehingga terpaksa diencerkan untuk mengurangi viscosity atau kekentalan agar mudah ditelan bayi yang berakibat bertambah volumenya. Tepung serelia bila dibuat bubur mempunyai viscosity (derajat kekentalan) yang tinggi (Amelia,2010). Praktik pemberian makanan pendamping ASI transisi dari asupan yang berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral bayi. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang (Irianto dan Waluyo, 2004). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ida hayati, dkk yang menunjukan hasil diketahui bahwa ada Informan yang masih memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya di bawah usia 6 bulan, yaitu pada usia 3 hari, 2, 3 dan 4 bulan karena anjuran dari ibu mertua, kakaknya, inisiatif sendiri karena bayinya nangis terus dikira anaknya lapar, sehingga diberikan MP-ASI lebih cepat. Budaya atau kebiasaan yang terjadi di kalangan informan Etnis Banjar pada bayi yang baru lahir akan diolesi madu di mulutnya dan 2-3 hari setelah lahir diberi pisang sanggar (pisang kepok) yang dikerok dengan sendok, karena sudah jadi kebiasaan turun temurun sehingga generasi selanjutnya ikut melakukannya juga. http://lib.unimus.ac.id 52 5. Hubungan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Hasil penelitian yang di dapatkan untuk data pengetahuan ibu dengan praktik pemberian MP ASI memilik p value = 0,000, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value<α hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016. Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu terhadap praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia 12 bulan dapat diketahui dari jumlah 89 responden menunjukan terdapat 62 responden berpengetahuan rendah, 17 responden berpengetahuan sedang dan 10 responden berpengetahuan baik. Untuk pengetahuan ibu rendah dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI memiliki beberapa factor kenapa ibu tidak mengetahui kapan usia tepat pemberian, macammacam makanan pendamping dll terutama ibu yang masih berpegang teguh kebudayaan kuno yang tidak menekan kapan usia tepat pemberian makanan pendamping, selain itu tingkatan pengetahuan juga berdampak besar dalam pemberian makanan pendamping, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi akan mengerti tentang makanan pendamping di banding dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah.Hasil tersebut mendukung penelitian sudiyanto et al, (2003) di Jakarta Timur bahwa tingkat pengetahuan yang diperoleh ibu tentang pemberian MP ASI akan mempengaruhi pola pemberian makanan pendamping untuk bayi. Hal tersebut membuktikan bahwa jika pengetahuan seorang ibu tentang pemberian MP-ASI baik, maka dapat memberi pengaruh positif terhadap pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi. http://lib.unimus.ac.id 53 Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui telinga dan mata. Pengetahuan / kognitif merupakan domain yang sangat untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya, dalam hal pemberian dan penyediaan makanan agar anak tidak menderita kekurangan gizi.Kekurangan gizi di dapatkan karena pemilihan bahan makanan yang tidak sesuai. Pemilihan makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang bahan makanan (Suharjo, 2009). Secara teori pengetahuan untuk menentukan perilaku seseorang. Secara rasional ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentu akan berpikir lebih dalam bertindak, dia akan memperhatikan akibat yang akan diterima bila dia bertindak sembarangan. Dalam menjaga kesehatan bayinya terutama dalam pemberian makanan pendamping ASI yang benar seorang ibu dituntut memiliki pengetahuan yang tinggi sehingga pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar dapat dicegah. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Budi Artini (2013) di Wonokromo Surabaya, yang dari hasil penelitiannya pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhadap praktik pemberian MP ASI. Pengetahuan ibu tentang praktik pemberian MP ASI yang baik akan membantu ibu khususnya dalam hal pemenuhan zat-zat gizi yang ada dalam penyediaan makanan pendamping untuk bayi, karena dengan hal itu ibu akan mengetahui pola pemberian makanan pendamping yang bergizi. http://lib.unimus.ac.id 54 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi eka (2011) di Ungaran Barat, yang menemukan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi di Desa Langensari Kecamatan Unggaran Barat dengan nilai p 0,001 < 0,05. Hasil penelitian membuktikan pengetahuan ibu yang cukup tentang pemberian MP-ASI memberikan pengaruh positif terhadap pemberian MP-ASI pada bayi. Ibu-ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang MP-ASI sebagian besar memberikan MP-ASI sesuai dengan anjuran kesehatan. Hal tersebut membuktikan perlu untuk seorang ibu untuk menambah wawasan dan pengetahuannya mengenai pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi. Berdasarkan hasil diatas, ibu yang memberikan makanan pendamping ASI yang tidak sesuai, memiliki pengetahuan kurang. Hal ini dikarenakan ibu tersebut tidakmengetahui akan pengertian makanan pendamping ASI dan tidak tahu waktukapan pemberian makanan yang tepat. Pengetahuan responden yang kurang dapat disebabkan karena ibu tersebut kurang aktif dalam mencari informasi tentang pemberian makanan pendamping secara benar. 6. Hubungan dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Hasil penelitian yang di dapatkan untuk data dukungan suami diperoleh p value = 0,475, jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka diperoleh p value> α yang artinya bahwa tidak ada hubungan dukungan suami terhadap pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan di BPM Murwati Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2016. Berdasarkan hasil penelitian mengenai dukungan suamiter hadap praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia < 12 bulan dapat diketahui dari jumlah 89 responden menunjukan terdapat 50 http://lib.unimus.ac.id 55 responden suami memberikan dorongan dalam pemberian MP ASI kategori rendah, 26 responden suami memberikan dorongan dalam pemberian MP ASI kategori sedang dan 13 responden suami memberikan dorongan dalam pemberian MP ASI kategori baik. Untuk hasil dari dorongan suami dalam pemberian MP ASI ini suami yang memberikan dorongan untuk pemberian makanan pendamping rendah itu dikarenakan suami tidak mau mengurusi masalah dalam perawatan bayi , suami hanya memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan makanan pendamping dan disamping faktor suami tidak mau campur tangan, suami juga sibuk kerja.Hal ini jelas bahwa jika keluarga memberikan peran atau dukungan yang baik akan mendorong ibu untuk tidak memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan (Rahman, 2014). Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang di dalamnya terbentuk hubungan yang saling member dan menerima bantuan yang bersifat nyata yang dilakukan suami kepada istrinya.Suami juga harus bisa melakukan pekerjaan istri apabila istri lagi dalam keadaan sakit atau yang lain (Hidayat,2005) Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil.Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tandatanda bahwa dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya (Rukiah, 2014). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Yulnita, T (2014), yang menunjukan bahwa sebanyak 65 responden yang mendapat dukungan keluarga yang memberikan MP-ASI yang benar sesuai ketentuan kesehatan berjumlah 43 responden (66,2%) dan yang http://lib.unimus.ac.id 56 memberikan MP-ASI yang tidak benar berjumlah 22 responden (33,8%), sedangkan dari 37 responden yang tidak mendapat dukungan keluarga yang memberikan MP-ASI yang benar sesuai ketentuan kesehatan berjumlah 19 responden (51,4%) dan yang memberikan MP-ASI yang tidak benar berjumlah 18 responden (48,6%). Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang menggunakan Uji “Chi Square” untuk melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai ρ (0,141) > 0,05 ini berarti secara statistik tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada Bayi. Hal ini tidak berhubungan karena ada faktor lain yang memiliki peranan penting dalam pemberian MP-ASI pada bayi. Dimana faktor yang paling mempengaruhi adalah dari ibu itu sendiri dalam memberikan MP-ASI secara benar maupun tidak benar. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yaitu terkait kualitas data.Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner dukungan suami dan lembar kuesioner sikap ibu dalam pemberian Makanan Pendamping ASI. Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner cenderung bersifat subyektif sehingga kejujuran responden menentukan kebenaran data yang diberikan. Ketidaktepatan jawaban dapat terjadi karena faktor pemahaman responden yang kurang terhadap pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti saat wawancara. Oleh sebab itu peneliti mendampingi responden saat responden mengisi kuesioner.Cara pengumpulan responden berbeda dengan metode mendampingi responden selanjutnya mengumpulkan responden dan diberikan kuisoner. http://lib.unimus.ac.id 57 BAB V PENUTUP B. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Pengetahuan Ibu dan dukungan suami dengan Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo” dapat disimpulkan sebagai berikut : 1 Untuk data pengetahuan ibu tentang praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di dapatkan 62 responden dengan pengetahuan ibu rendah, 17 responden dengan pengetahuan ibu sedang, 10 responden dengan pengetahuan ibu baik . 2 Untuk data dukungan suami tentang praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di dapatkan 50 responden dengan dukungan suami kategori rendah, 26 responden dengan dukungan suami kategori sedang, 13 responden dengan dukungan suami kategori baik . 3.Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi kurang dari 12 bulan namun untuk dukungan suami tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan praktik pemberian MP ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Pengetahuan Ibu dan dukungan suami dengan Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI dini pada bayi usia kurang dari 12 bulan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo” dapat di ambil saran untu Institusi Kesehatan, masyarakat, peneliti dan mahasiswa sebagai berikut : http://lib.unimus.ac.id 58 1. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan asuhan keperawatan dengan pemberian penyuluhan kesehatan khususnya tentang pengetahuan ibu dan dukungan suami dalam pemberian makanan pendamping ASI yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang MP ASI. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini masih belum optimal dikarenakan ketidaktepatan jawaban dapat terjadi karena faktor pemahaman responden yang kurang terhadap pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti saat wawancara. Oleh sebab itu peneliti mendampingi responden saat responden mengisi kuesioner. 3. Bagi Masyarakat Dengan penelitian ini diharapkan dapat di jadikan rekomendasi kepada masyarakat khususnya yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan untuk tidak memberikan makanan pendamping ASI dini. 4. Bagi Mahasiswa Penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan dan tambahan informasi serta dapat digunakan sebagai bahan kajian mengenai praktik pemberian Makanan Pendamping ASI bagi mahasiswa. http://lib.unimus.ac.id 59 DAFTAR PUSTAKA Alimul H, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Ariani. (2008). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI),http://paretingislami. wordpress.com/2013/04/27makananpendamping-asi-mp-asi/,diakses 27 april 2013. Arikunto, S.( 2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Asdan, P. 2008. Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ibu dalam Pemberian MP ASI dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Atika, P. (2009). Hubungan pengetahun dengan perilaku ibu tentang pemberian MP ASI pada balita usia 6-24 bulan di posyandu dusun tlagu desa bulan kecamatan wonosari klaten. Budi, A.( 2013). Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP ASI. Chaplin.( 2005), Konsep suami, http://drsuparyanto.com diakses pada tanggal 8 januari 2016. Depkes RI. ( 2005). Pedoman pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI). Surabaya. _____(2007). Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2009), Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah . Ditjen, Direktorat Gizi Masyarakat, Stategi Nasional PP-ASI. Diah, K, & Yenrina. (2000). Menyiapkan makanan pendamping ASI . Jakarta: Puspa Swara. Emzir.(2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. Eko, H. (2008). Tips Mengatasi stress saat kehamilan. www.nusaku.com. Diakses pada tanggal 14 desember 2015. Ghozali, Imam.( 2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19( Edisi Kelima).Semarang :Universitas Diponegoro. http://lib.unimus.ac.id 60 Graimes, N. (2008). 67 Resep Masakan Super Untuk Otak Anak. Jogjakarta:Platinum.www.gizi.net, diakses pada tanggal 14 desember 2015. Hidayat, AAA. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Indiarti, MT. (2007). Panduan Kesehatan Anak Lengkap Dari A-Z. Jakarta: Salemba Medika. Ida, H. (2012). Pola pemberian MP ASI Bayi 6-12 bulan pada etnis Banjar di Kelurahan Teluk Lerong Ilir. Samarinda. Kristiyanasari, W. (2010). Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika. Meilani, dkk. (2009). Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya. Notoatmodjo, S. (2005). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Seagung Seto . _____(2007). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta _____ (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Novi, E. (2011). hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi di Desa Langensari Kecamatan Unggaran Barat. Nursalam, (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika. _____ (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. _____(2011).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi II. Salemba Medika. Jakarta Sudiyanto, et. Al, (2003). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI. Jakarta Timur Sugiyono.( 2009).Metode Penelitian Pendidikan: Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta Pendekatan Kuantitatif, _____(2010).Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta Suharso, & Ana, R. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya Suhardjo. 2009. Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak. jakarta : Bumi Aksara http://lib.unimus.ac.id 61 Survei Demografi Kesehatan Indonesia. (2007). Pencapaian pemberian makanan pendamping ASI usia 6-12 bulan Suyanto.( 2011).Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Wijaya, AM.( 2009). Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS). Jakarta. Yulnita, T (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Gintu Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso http://lib.unimus.ac.id 62 LAMPIRAN - LAMPIRAN http://lib.unimus.ac.id 63 Lampiran : 1 Dengan Hormat, Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang akan mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan Skripsi. Identitas diri saya adalah sebagai berikut : Nama peneliti : Hendrix Kurniawan NIM : G2A012061 Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengetahuan ibu dan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI. Judul penelitian adalah : HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN MP ASI DINI PADA BAYI USIA KURANG DARI 12 BULAN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) MURWATI DESA TANJUNGREJO RT 04 JEKULO KUDUS WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGREJO Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu dan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI. Pelaksanaan Penelitian : Penelitian dilaksanakan dengan cara pengisian kuesioner yang dilaksanakan pada bulan 20-21 Juli 2016. Risiko Penelitian :Tidak ada. Hormat Saya, Hendrix http://lib.unimus.ac.id 64 Lampiran : 2 JUDUL PENELITIAN : Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami dengan Praktik Pemberian MP ASI pada Bayi Usia < 12 Bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Murwati di Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo. INSTALASI PELAKSANA : Universitas Muhammadiyah Semarang Persetujuan Setelah Penjelasan (INFORMED CONSENT) Bapak/Ibu yang terhormat, Perkenalkan saya Hendrix Kurniawan dari Fakultas S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Saya bermaksud melakukan penelitian yang mengenai “Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami dengan Praktik Pemberian MP ASI pada Bayi Usia < 12 Bulan di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Murwati Desa Tanjungrejo RT 04 Jekulo Kudus Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dan dukungan suami terhadap praktik pemberian MP ASI di BPM Murwati. Saya berharap Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian angket yang terkait dengan penelitian. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan terjamin kerahasiaannya. Selain itu Bapak/Ibu akan kami wawancarai terkait dengan judul penelitian ini. Terima kasih atas kerjasama Bapak/Ibu yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini. Setelah mendengarkan dan memahami penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan : SETUJU / TIDAK SETUJU Untuk menjadi responden atau sampel penelitian. Semarang, http://lib.unimus.ac.id 2016 65 http://lib.unimus.ac.id 66 http://lib.unimus.ac.id 67 http://lib.unimus.ac.id 68 http://lib.unimus.ac.id