Likuiditas Valuta Asing

advertisement
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Likuiditas Valuta
Asing
Transaksi Valuta Asing
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Likuiditas Valuta
Asing
Transaksi Valuta Asing
Tim Penyusun
Ramlan Ginting
Chandra Murniadi
Gantiah Wuryandani
Siti Astiyah
Wahyu Yuwana Hidayat
Komala Dewi
Wirza Ayu Novriana
Patrick A. Kapugu
Sylvia Sazumi
Pri Hartini
Tresna Kholilah
Safyra Primadhyta
Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES)
Bank Indonesia
Telp: 021-29817321
Fax: 021-2311580
email: [email protected]
Hak Cipta © 2014, Bank Indonesia
2014
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
DAFTAR ISI
Paragraf
Halaman
Hal. i – iv
Hal. v
Hal. vi
Daftar Isi
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
Rekam Jejak Regulasi Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian
Kredit Valuta Asing oleh Bank
Rekam Jejak Regulasi Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah
kepada Bank
Rekam Jejak Regulasi Transaksi USD Repo Bank Terhadap Bank
Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan
Terhadap Surat Berharga Rupiah Kepada Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank
Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Sistem Monitoring Valuta Asing Terhadap
Rupiah
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Swap Lindung Nilai
Rekam Jejak Regulasi Posisi Devisa Neto
Dasar Hukum
Regulasi Terkait
Regulasi Bank Indonesia
Hal. vii
Hal. viii
Hal. ix
Hal. x
Hal. xi
Hal. xii
Hal. xiii
Hal. xiv
Hal. xiv – xv
Hal. xv – xvi
Transaksi Lindung Nilai kepada Bank
Ketentuan Umum
Pengaturan Transaksi
Sanksi
Par. 1
Par. 2 – 7
Par. 8
Hal. 1
Hal. 1 – 7
Hal. 7
Par. 9
Par. 10 – 18
Par. 19 – 20
Par. 21 – 22
Hal. 7 – 8
Hal. 8 – 15
Hal. 15 – 16
Hal. 16 – 17
Par. 23
Par. 24
Par. 25 – 27
Par. 28 – 30
Par. 31 – 35
Par. 36 – 37
Par. 38
Hal. 18 – 19
Hal. 19
Hal. 20
Hal. 21 – 23
Hal. 23 – 42
Hal. 42 – 43
Hal. 43 – 45
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
Ketentuan Umum
Pengaturan Transaksi
Sanksi
Ketentuan Peralihan
Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing
oleh Bank
Ketentuan Umum
Pelarangan, Pembatasan, dan Pengecualian Transaksi Bagi Bank
Pelarangan Transaksi
Pembatasan Transaksi
Pengecualian terhadap Pelarangan dan Pembatasan Transaksi
Dokumen Pendukung
Sanksi
i
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank
Ketentuan Umum
Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank
Sanksi
Par. 39
Par. 40– 46
Par. 47
Hal. 45
Hal. 45 – 58
Hal. 58
Par. 48
Par. 49 – 65
Par. 66
Hal. 58 – 59
Hal. 59 – 64
Hal. 64
Par. 67
Par. 68
Par. 69 – 70
Par. 71 – 78
Par. 79 – 80
Par. 81
Par. 82
Par. 83 – 84
Hal. 64 – 65
Hal. 65
Hal. 65 – 67
Hal. 67 – 72
Hal. 72 – 74
Hal. 74 – 75
Hal. 75
Hal. 75 – 76
Par. 85 – 86
Par. 87 – 92
Par. 93 – 98
Par. 99 –108
Par. 109
Par. 110
Hal. 76 – 77
Hal. 77 – 78
Hal. 78 – 80
Hal. 80 – 83
Hal. 83 – 84
Hal. 84
Par. 111
Par. 112 – 113
Par. 114 – 116
Hal. 84 – 85
Hal. 85
Hal. 86
Par. 117
Par. 118 – 125
Par. 126 – 127
Par. 128
Par. 129 – 130
Par. 131 – 132
Hal. 87
Hal. 87 – 91
Hal. 91 – 93
Hal. 93 – 95
Hal. 95 – 98
Hal. 98 – 99
Par. 133 – 134
Par. 135 – 139
Hal. 100
Hal. 100 – 104
Transaksi USD Repurchase Agreement Bank kepada Bank Indonesia
Ketentuan Umum
USD Repo
Sanksi
Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat
Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
Ketentuan Umum
Prinsip Dasar
Pengajuan Kebutuhan CNY Bank kepada Bank Indonesia
Transaksi CNY/IDR Bank kepada Bank Indonesia
Penyelesaian Transaksi CNY/ IDR Repo Bank kepada Bank Indonesia
Early Termination
Peniadaan Window Time
Sanksi
Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
Ketentuan Umum
Persyaratan Instrumen
Persyaratan Transaksi
Tata Cara Pelaksanaan Pembelian WEB
Pembatalan Transaksi
Sanksi
Sistem Monitoring Valuta Asing terhadap Rupiah
Ketentuan Umum
Mekanisme Transaksi Valuta Asing
Sanksi
Transaksi Swap Lindung Nilai
Ketentuan Umum
Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia
Pelaksanaan Transaksi
Dokumen Transaksi
Setelmen Transaksi
Sanksi
Posisi Devisa Neto
Ketentuan Umum
Perhitungan Posisi Devisa Neto
ii
Likuiditas Valuta Asing
Pengecualian Posisi Sturktural
Pelaporan
Jangka Waktu Penyelesaian Pelanggaran
Sanksi
Lampiran
Lampiran 1 : Format Laporan Mingguan Transaksi Forward Beli Bank
dengan Pihak Asing
Lampiran 2 : Format Laporan Mingguan Transaksi Swap Beli Bank
dengan Pihak Asing
Lampiran 3 : Format Laporan Mingguan Transaksi Option Beli Bank
dengan Pihak Asing
Lampiran 4 : Format Laporan Mingguan Rekapitulasi Transaksi
Derivatif Bank dengan Pihak Asing per Jenis Transaksi
dan Tujuan Transaksi
Lampiran 5 : Contoh Surat Permohonan Pembelian Valuta Asing
Terhadap Rupiah kepada Bank oleh PVA Bank dan PVA
Bukan Bank
Lampiran 6 : Contoh Perhitungan Net Jual Berdasarkan Data Transaksi
Harian Jual Beli UKA antara PVA “XYZ” dengan Nasabah
PVA
Lampiran 7 : List of Pilot Enterprises Participating in RMB Cross-border
Trade Settlement
Lampiran 8 : Surat Permohonan Pledge
Lampiran 9 : Surat Kuasa dan Khusus
Lampiran 10 :
Contoh Perhitungan Transaksi CNY/IDR Repo
Perhitungan Nominal Surat Berharga yang di-repo-kan
Perhitungan Nilai Pembelian Kembali (second leg)
Contoh Penyelesaian Transaksi CNY/IDR Repo Jika Bank Tidak
Menyerahkan Dana CNY pada Second Leg
Contoh Perhitungan Jumlah Hari dalam Pengenaan Sanksi Kewajiban
Membayar
Lampiran 11 : Surat Pernyataan terkait Transaksi Pembelian Wesel
Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
Lampiran 12 : Pedoman Umum dan Perhitungan Risiko Pasar terhadap
Transaksi Option
Pendahuluan
Penggunaan Metode Standar Dalam Perhitungan KPMM Dengan
Memperhitungkan RIsiko Pasar
Perhitungan Aspek RIsiko Pasar Dengan Metode Standar
1. Umum
2. Perhitungan RIsiko Suku Bunga
a. Ketentuan Umum
b. Perhitungan Risiko Spesifik
c. Perhitungan Risiko Umum
d. Proses saling hapus untuk transaksi derivatif dalam perhitungan
Risiko Spesifik dan Risiko Umum
e. Perlakuan terhadap Transaksi Repo
Transaksi Valuta Asing
Par. 140
Par. 141 – 143
Par. 144 – 145
Par. 146 – 148
Hal. 104 – 105
Hal. 105 – 106
Hal. 107
Hal. 107 – 108
Hal. 109 – 216
Hal. 109
Hal. 110
Hal. 101
Hal. 112
Hal. 113 – 114
Hal. 115
Hal. 116 – 125
Hal. 126
Hal. 127 – 128
Hal. 129 – 133
Hal. 129
Hal. 130
Hal. 130
Hal. 130 – 133
Hal. 133
Hal. 134
Hal. 135 – 195
Hal. 135
Hal. 135 – 171
Hal. 171 – 193
Hal. 171 – 173
Hal. 173 – 179
Hal. 173 – 174
Hal. 174 – 177
Hal. 177 – 184
Hal. 184 – 185
Hal. 185 – 186
iii
Likuiditas Valuta Asing
f.
Perlakuan terhadap transaksi Reverse Repo dalam rangka kegiatan
perdagangan
g.
Perlakuan terhadap Transaksi Reksadana
Transaksi Valuta Asing
Hal. 186
Hal. 186 – 188
3.
Perhitungan Risiko NIlai Tukar
Hal. 188 – 189
4.
Pedoman Umum dan Perhitungan Modal terhadap Transaksi Option
Hal. 189 – 184
a.
Ketentuan Umum
Hal. 189 – 190
b.
Metode Simple Delta
c.
Option suku bunga
Hal. 191 – 192
d.
Option valuta asing
Hal. 192 – 193
Peralihan
Pengenaan Sanksi
Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
Lampiran 13 : Format Laporan Pelanggaran
Lampiran 14 : Contoh Nilai Nominal Underlying yang Dinyatakan dalam
Kontrak Lindung Nilai
1.
2.
3.
Kontrak Lindung Ni lai dengan Underlaying berupa Pinjaman Luar Negeri
dengan Penarikan Pinjaman Secara Langsung
Kontrak Lindung Ni lai dengan Underlaying berupa Pinjaman Luar Negeri
Milik Bank dengan Penarikan Secara Bertahap
Kontrak Lindung Nilai dengan Underlaying berupa Transaksi Swap Bank
dengan Nasabah atas Pinjaman Luar Negeri Milik Nasabah yang
Penarikannya Dilakukan Secara Bertahap
Lampiran 15 : Contoh Pernyataan Bank Mengenai Pemenuhan
Persyaratan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia
Lampiran 16 : Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal
yang Sama pada Setiap Perpanjangan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
Lampiran 17 : Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal
yang Sama pada Setiap Perpanjangan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
Lampiran 18 : Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal
yang Lebih Kecil pada Setiap Perpanjangan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
Lampiran 19 : Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal
yang Lebih Kecil pada Setiap Perpanjangan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
Lampiran 20 : Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal
yang Sesuai dengan Nilai Outstanding Pinjaman Luar
Negeri Bank pada Setiap Periode Perpanjangan Transaksi
Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
Lampiran 21 : Contoh Format Deal Conversation di RMDS
Hal. 190
Hal. 193 – 194
Hal. 194
Hal. 194 – 195
Hal. 196
Hal. 197 - 203
Hal. 197
Hal. 197 – 199
Hal. 199 – 203
Hal. 204
Hal. 205 – 206
Hal. 207 – 208
Hal. 209 – 210
Hal. 211 – 212
Hal. 213 – 214
Hal. 215 – 216
iv
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
SE 15/42/DPM 2013
Angka 5 huruf
b – f, angka 7,
angka 8
Angka 1
Ketentuan angka 13:
Huruf b dihapus,
Huruf h dihapus,
Huruf I dihapus,
Huruf c diubah
Huruf e diubah
Huruf f diubah
Huruf g diubah
15/8/PBI/2013
Transaksi Lindung Nilai kepada
Bank
SE 15/19/DPM 2013
Perubahan Kedua atas
SE 10/48/DPD 2008
SE 11/12/DPD 2009
Perubahan atas
SE 10/48/DPD 2008
Pasal 4 ayat (2) huruf b
11/14/PBI/2009
Perubahan atas
10/37/PBI/2008
SE 10/48/DPD 2008
Penjelasan Pasal 12
Ketentuan Pasal 13 dan 14
10/37/PBI/2008
Transaksi Valuta Asing terhadap
Rupiah
- 14/18/PBI/2012 Kewajiban penyediaan Modal Minimum Bank Umum
- 13/8/PBI/2011 Laporan Harian Bank Umum
- 11/26/PBI/2009 Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product
Bagi Bank Umum
- 7/31/PBI/2005 Transaksi Derivatif
- 9/13/PBI/2007 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan
Memperhitungkan Risiko Pasar
Keterangan :
Diubah
Dicabut
Terkait
PBI Masih Berlaku
SE Masih Berlaku
Regulasi Terkait
v
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit
Valuta Asing oleh Bank
Ketentuan angka 6
Ketentuan angka 7
Ketentuan angka 8
Ketentuan angka 9
Ketentuan angka 10
Ketentuan angka 12
Ketentuan angka 5 huruf b
Ketentuan angka 8 huruf d
SE 14/22/DPM 2012
Perubahan Kedua atas
SE 7/23/DPD 2005
14/10/PBI/2012
Perubahan atas
7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan
Transaksi Rupiah dan Pemberian
Kredit Valuta Asing Oleh Bank
SE 7/44/DPD 2005
Perubahan atas
SE 7/23/DPD 2005
Pasal 12 diubah, Pasal
13 dihapus, Pasal 14
diubah, Pasal 17
diubah
SE 7/23/DPD 2005
7/14/PBI/2005
Pembatasan Transaksi Rupiah
dan Pemberian Kredit Valuta
Asing Oleh Bank
12/10/PBI/2010
tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Bank Indonesia
Nomor 5/13/PBI/2003 tentang Posisi
Devisa Neto Bank Umum
SE 3/5/DPD 2001
3/3/PBI/2001
Pembatasan Transaksi Rupiah dan
Pemberian Kredit Valuta Asing oleh
Bank
Keterangan :
PBI Masih Berlaku
PBI Tidak Berlaku
SE 11/03/UPK 1978
Pemberian Kredit kepada Perusahaan
Asing dalam Bid. Perdagangan
SE Masih Berlaku
SE 08/28/UPK 1975
Pemberian Kredit kpd Perorangan
ataupun para Pengusaha yg tidak
Berdomisili di Indonesia
SE 06/29/UPK 1973
Pemberian Kredit kpd Perorangan/Perusahaan yg
tidak Berdomisili di Indonesia (berlaku untuk BU
Swasta Nasional, Bank Pembangunan Swasta, Bank
Pembangunan Daerah, Bank Tabungan Swasta)
Dicabut
Terkait
SE 28/182/UPG 1996
Penjelasan ttg Penggunaan Fasilitas
Transaksi PUAB sehubungan dg
Perubahan Jadwal Kliring
SE 06/28/UPK 1973
Pemberian Kredit kpd
Perorangan/Perusahaan yg
tidak Berdomisili di Indonesia
(berlaku untuk BU Pemerintah)
Diubah
SE Tidak Berlaku
Regulasi Terkait
SE 06/30/UPK 1973
Pemberian Kredit kpd Perorangan/
Perusahaan yg tidak Berdomisili di Indonesia
(berlaku untuk Bank Asing di Jakarta)
vi
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada
Bank
SE 15/33/DPM 2013
Perubahan ketiga atas
SE 10/42/DPD 2008
angka 4.a 7),
butir 7.c.2)a), 7.c.2)d), 7.c.2)g)
angka 9.b
SE 15/3/DPM 2013
Perubahan kedua atas
SE 10/42/DPD 2008
angka 4
angka 7
menyisipkan angka 2a
di antara angka 2 dan 3
butir 4.a.7) dihapus
angka 6, 7, 8 dan 12
SE 14/11/DPM 2012
Perubahan atas
SE 10/42/DPD 2008
SE 10/42/DPD 2008
10/28/PBI/2008
Pembelian Valuta Asing Terhadap
Rupiah Kepada Bank
11/26/PBI/2009
Prinsip Kehati-hatian Dalam Melaksanakan
Kegiatan Structured Product Bagi Bank
Umum
Keterangan :
Diubah
Terkait
PBI Masih Berlaku
SE Masih Berlaku
Regulasi Terkait
vii
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Transaksi USD Repo Bank kepada Bank Indonesia
11/4/PBI/2009
Transaksi USD Repurchase
Agreement Bank kepada Bank
Indonesia
12/10/PBI/2010
perubahan ketiga atas Peraturan Perbankan
Indonesia Nomor5/13/PBI/2003 tentang
Posisi Devisa Neto Bank Umum
Keterangan :
Terkait
PBI Masih Berlaku
Regulasi Terkait
viii
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan
terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
SE 12/22/DPS 2010
Perubahan atas SE 12/12/DPS 2010
Ketentuan Romawi I angka 1 dan Romawi II angka 3
SE 12/12/DPS 2010
12/6/PBI/2010
Transaksi Repurchase Agreement Chinese
Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah
Bank kepada Bank Indonesia
13/11/PBI/2011
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Keterangan :
Diubah
Terkait
PBI Masih Berlaku
SE Masih Berlaku
Regulasi Terkait
ix
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka
Rupiah kepada Bank Indonesia
12/15/PBI/2010
Perubahan 10/34/PBI/2008 tentang
Transaksi Wesel Ekspor Berjangka oleh
Bank Indonesia
Pasal 19
10/34/PBI/2008
Transaksi Wesel Ekspor Berjangka oleh
Bank Indonesia
- 9/17/PBI/2007 Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank
- 8/13/PBI/2006 Batas Maksimum
Pemberian Kredit Umum
3/6/PBI/2001
Pencabutan 30/138/KEP/DIR 1997, 30/
193/KEP/DIR 1998, 30/194/KEP/DIR
1998, dan 31/187/KEP/DIR 1999
31/187/KEP/DIR 1999
Penjaminan Dan Atau Pembiayaan
Letter Of Credit Melalui Penempatan
Dana Bank Indonesia pada Bank Asing
30/193/KEP/DIR 1998
Jual Beli Devisa Hasil Ekspor untuk
Eksportir dan Eksportir Tertentu
30/194/KEP/DIR 1998
Jual Beli Devisa Hasil Ekspor Yang Akan
Datang untuk Eksportir Tertentu
Keterangan :
30/138/KEP/DIR 1997
Jual beli tagihan atas dasar surat
berdokumen dalam Negeri kepada
Bank Indonesia
Diubah
Dicabut
Terkait
PBI/ KEP DIR Masih Berlaku
PBI/ KEP DIR Tidak Berlaku
Regulasi Terkait
x
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Sistem Monitoring Valuta Asing terhadap Rupiah
12/16/PBI/2010
Sistem Monitoring Transaksi
Valuta Asing terhadap Rupiah
Keterangan :
PBI Masih Berlaku
xi
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Swap Lindung Nilai
SE 16/2/DPM 2014
Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank
Indonesia
- 13/1/PBI/2011 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum
- 9/17/PBI/2007 Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah
- 9/1/PBI/2007 Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
15/17/PBI/2013
Transaksi Swap Lindung
Nilai Kepada Bank
Indonesia
7/36/PBI/2005
Transaksi Swap Lindung
Nilai
SE 28/5/UD 1995
Transaksi Swap Bank Indonesia dengan Bank
28/38/KEP/DIR 1995
Transaksi Swap Bank
Indonesia dengan Bank
SE 24/12/UD 1991
Swap Likuiditas dan Swap Investasi
24/51/KEP/DIR 1991
Swap Likuiditas dan Swap
Investasi
SE 23/25/UD 1991
Swap dan Swap Uang
SE 22/3/UD 1989
Swap Bank Devisa dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank serta Swap
Pinjaman Subordinasi
23/85/KEP/DIR 1991
Swap dan Swap Ulang
SE 21/16/UD 1988
Swap dan Swap Ulang
21/49/KEP/DIR 1988
Swap dan Swap Ulang
SE 21/8/UD 1988
Perubahan Bentuk Kontrak Transaksi Swap
SE 21/5/UD 1988
Kompensasi Bunga karena Keterlambatan
Penyerahan Valuta Asing Swap
SE 19/55/ULN 1987
Laporan Transaksi Swap dan Swap Ulang
SE 19/7/UD 1986
Ketentuan-ketentuan Swap dan Swap Ulang
19/45/KEP/DIR 1986
Ketentuan-Ketentuan
Tentang Swap dan Swap
Ulang
SE 15/15/UD 1983
Ketentuan-ketentuan Mengenai Transaksi Swap
SE 11/215/UD 1979
Penutupan Transaksi Swap
SE 5/38/ULN 1972
Laporan Penjualan dan Pembelian Devisa
Umum
SE 3/144/ULN/EXIM 1971
Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Transaksi
Swap dan Transaksi Penjualan Forward
Bentuk
Kontrak
Pembayaran
Kompensasi
Bunga
Keterangan :
Diubah
Dicabut
Terkait
PBI/KEP DIR Masih Berlaku
SE Masih Berlaku
PBI/KEP DIR Tidak Berlaku
Regulasi Terkait
xii
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Rekam Jejak Regulasi Posisi Devisa Neto
SE 14/21/DPNP 2012
Perubahan atas SE 9/33/DPNP 2007
SE 9/33/DPbS 2007
Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam
perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum dengan
Memperhitungkan Risiko Pasar
Lampiran 1 Bab II butir 2.a.3) diubah
Lampiran 1 Bab II butir 2.b.4) diubah
Lampiran 1 Bab II butir 2.e.2) diubah
Lampiran 1 Bab II butir 2.f.1) diubah
Lampiran 1 Bab III dihapus
Formulir 1.a dalam Lampiran 2 diubah
Diantara Bab IV dan Bab V disisipkan 2 (dua) Bab yakni Bab IVA dan Bab IVB
Perhitungan KPMM secara konsolidasi dengan memperhitungkan risiko pasar
SE 8/27/DPNP 2006
Prinsip Kehati-hatian dan Laporan dalam rangka
Penerapan Manajemen Risiko secara
Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan
Pengendalian terhadap Perusahaan Anak
- 14/9/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan
(Fit and Proper Test) Bank Perkreditan Rakyat
- 14/6/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan
(Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah
- 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum
- 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah
12/10/PBI/2010
Per. III 5/13/PBI/2003
Ps 1, Ps 2 (1) huruf b, Ps 2 (3); Ps 3; Ps 7A; Ps 10, Ps 10A, Ps 10B
7/37/PBI/2005
Per.II 5/13/PBI/2003
Ps 1 angka 3 & 4; Ps 1A; Ps 2; Ps 3; Ps. 3A; Ps 7; Ps 7A; Ps 8
6/20/PBI/2004
Per. 5/13/PBI/2003
Ps 1 angka 1 dan 2; Ps 2; Ps 3; Ps 3A; Ps 7; Ps 7A; Ps 8; Ps 9A; Ps 10
SE 5/23/DPNP 2003
Pedoman Perhitungan Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum Dengan
Memperhitungkan Risiko Pasar (Market Risk)
dan Pedoman Perhitungan Posisi Devisa Neto
Bank Umum
5/13/PBI/2003
Posisi Devisa Neto
31/178/KEP/DIR/1998
Posisi Devisa Neto
Keterangan :
24/50/KEP/DIR/1991
Posisi Devisa Neto
Diubah
Dicabut
Terkait
PBI Masih Berlaku
23/75/KEP/DIR/1990
Penentuan Ketentuan Posisi
Devisa Neto Bank Devisa
dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank
PBI/KEP DIR Tidak Berlaku
SE Tidak Berlaku
Regulasi Terkait
xiii
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Dasar Hukum :
- Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia
- Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
- Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia
- Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998
Regulasi Terkait :
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/9/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test) Bank Perkreditan Rakyat
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/6/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/11/PBI/2011 tentang Tingkat Kesehatan Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/8/PBI/2011 tentang Laporan Harian Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test)
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/10/PBI/2010 Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/26/PBI/2009 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan
Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/3/PBI/2005 Tentang Terhadap Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/37/PBI/2005 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 tentang Transaksi Derivatif
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/20/PBI/2004 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/21/DPNP 2012 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
9/33/DPNP 2007 perihal Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/3/DPM 2011 perihal Laporan harian Bank Umum
xiv
Likuiditas Valuta Asing
-
-
Transaksi Valuta Asing
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/33/DPNP 2007 perihal Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam
Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/27/DPNP 2006 perihal Prinsip Kehati-hatian dan Laporan dalam
rangka Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan Pengendalian terhadap
Perusahaan Anak
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/45/DPD 2005 perihal Transaksi Derivatif
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/14/DPNP 2005 perihal Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank
Umum
Regulasi Bank Indonesia :
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank
Indonesia
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai kepada Bank
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/10/PBI/2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit dalam Valuta Asing
oleh Bank
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/16/PBI/2010 tentang Sistem Monitoring Valuta Asing terhadap Rupiah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/15/PBI/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/34/PBI/2008 Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/6/PBI/2010 tentang Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan
terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/14/PBI/2009 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/39/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/4/PBI/2009 tentang Transaksi Repurchase Agreement Bank kepada
Bank Indonesia
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/34/PBI/2008 tentang Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka
oleh Bank Indonesia
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/28/PBI/2008 tentang Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah Kepada
Bank
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/36/PBI/2005 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian
Kredit dalam Valuta Asing oleh Bank
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/2/DPM 2014 perihal Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank
Indonesia
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/42/DPM 2013 perihal Transaksi Lindung Nilai kepada Bank
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/33/DPM 2013 Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 10/42/DPD 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/19/DPM 2013 Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 10/48/DPD 2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/22/DPM 2012 Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 7/23/DPD 2005 perihal Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/11/DPM 2012 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
10/42/DPD 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/22/DPD 2010 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
12/12/DPD 2010 perihal Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah
Bank kepada Bank Indonesia
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/12/DPD 2010 perihal Transaksi Repurchase Agreement Chinese
Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/12/DPD 2009 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
10/48/DPD 2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
xv
Likuiditas Valuta Asing
-
Transaksi Valuta Asing
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/48/DPD 2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/42/DPM 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah
kepada Bank
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/44/DPD 2005 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
7/23/DPD 2005 perihal Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD 2005 perihal Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian
Kredit Valuta Asing oleh Bank
xvi
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
1
BAB I
Pasal 1
15/8/PBI/2013
2
BAB II
Pasal 2
15/8/PBI/2013
Ketentuan
Moneter
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Lindung Nilai kepada Bank
Ketentuan Umum
1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang dari bank
yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Umum Syariah serta Unit Usaha
Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Lindung Nilai adalah cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul
maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di
pasar keuangan.
3. Nasabah adalah:
a. perorangan yang memiliki kewarganegaraan Indonesia; atau
b. badan usaha selain Bank yang berbadan hukum Indonesia, berdomisili
di Indonesia, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
4. Transaksi Lindung Nilai adalah transaksi yang dilakukan oleh Nasabah
kepada Bank dalam rangka memitigasi risiko atau melindungi nilai suatu
aset, kewajiban, pendapatan, dan/atau beban Nasabah terhadap risiko
fluktuasi nilai mata uang di masa yang akan datang.
5. Transaksi Lindung Nilai Beli adalah transaksi pembelian valuta asing
terhadap rupiah dalam rangka Lindung Nilai oleh Nasabah kepada Bank.
6. Transaksi Lindung Nilai Jual adalah transaksi penjualan valuta asing
terhadap rupiah dalam rangka Lindung Nilai oleh Nasabah kepada Bank.
Pengaturan Transaksi
(1) Nasabah dapat melakukan Transaksi Lindung Nilai kepada Bank.
(2) Transaksi Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Transaksi Lindung Nilai Beli; dan/atau
b. Transaksi Lindung Nilai Jual.
(3) Transaksi Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dalam bentuk transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah yang standar
(plain vanilla) antara lain dengan cara transaksi forward dan transaksi swap.
Transaksi derivatif yang termasuk plain vanilla adalah transaksi yang
mempunyai satu underlying asset serta diterbitkan dengan fitur jatuh
tempo, strike price, pembayaran (pay-off) yang sederhana atau standar,
serta termasuk kombinasi dana pokok (notional amount) yang berimbang
antara lain forward contract, swap dan option.
Transaksi forward adalah transaksi jual/beli valuta asing terhadap rupiah
yang penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (hari) kerja setelah tanggal
transaksi.
Transaksi swap adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap rupiah
melalui pembelian/penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian
kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan
counterparty yang sama dan pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati
pada tanggal transaksi dilakukan.
1
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
3
Sumber
Regulasi
Pasal 3
15/8/PBI/2013
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(1) Transaksi Lindung Nilai Beli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
huruf a (Paragraf 2 ayat (2) huruf a dalam kodifikasi ini) wajib dilakukan
berdasarkan underlying kegiatan ekonomi, antara lain berupa pembayaran
utang dalam valuta asing, kegiatan ekspor impor, dan kegiatan investasi.
Kegiatan investasi antara lain berupa pemberian kredit, penyertaan
langsung, dan transaksi surat berharga.
(2) Transaksi Lindung Nilai Beli wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai pembelian valuta asing terhadap rupiah
kepada Bank dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
transaksi valuta asing terhadap rupiah.
(3) Transaksi Lindung Nilai Jual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
huruf b (Paragraf 2 ayat (2) huruf b dalam kodifikasi ini) wajib dilakukan
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
transaksi valuta asing terhadap rupiah.
(4) Dalam melakukan Transaksi Lindung Nilai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 (Paragraf 2 dalam kodifikasi ini), Bank wajib menerapkan
manajemen risiko sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai penerapan manajemen risiko Bank.
(5) Dalam melaksanakan Transaksi Lindung Nilai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 (Paragraf 2 dalam kodifikasi ini), Bank wajib memenuhi ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi derivatif.
4
Pasal 4
15/8/PBI/2013
(1) Transaksi Lindung Nilai Beli wajib didukung dokumen underlying ekonomi
yang dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Nilai nominal Transaksi Lindung Nilai Beli paling banyak sebesar nilai
nominal underlying kegiatan ekonomi yang tercantum di dalam dokumen
underlying.
(3) Jangka waktu Transaksi Lindung Nilai Beli paling lama sama dengan jangka
waktu underlying kegiatan ekonomi yang tercantum dalam dokumen
underlying.
5
Pasal 5
15/8/PBI/2013
Ayat (1) – (3)
b.1
(1) Penyelesaian Transaksi Lindung Nilai dilakukan sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap
rupiah.
(2) Penyelesaian Transaksi Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib diselesaikan dengan pemindahan dana pokok secara penuh.
Yang dimaksud dengan “pemindahan dana pokok secara penuh” untuk
transaksi valuta asing terhadap rupiah adalah penyerahan dana secara riil
untuk masing-masing transaksi jual dan/atau transaksi beli valuta asing
terhadap rupiah sebesar nilai penuh nominal transaksi atau ekuivalennya.
(3) Kewajiban penyelesaian dengan cara pemindahan dana pokok secara penuh
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan untuk:
a. transaksi valuta asing terhadap rupiah dalam rangka Lindung Nilai oleh
Bank dan/atau Nasabah yang mengalami kejadian luar biasa (force
majeure) berdasarkan penilaian Bank dan didukung dengan bukti
dokumen yang memadai;
2
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Yang dimaksud dengan “kejadian luar biasa (force majeure)” adalah
suatu keadaan di luar kendali Bank dan/atau Nasabah yang
menyebabkan Bank dan/atau Nasabah tidak dapat memenuhi
kewajibannya sesuai dengan kontrak, antara lain gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, angin topan, tanah longsor, kebakaran,
kerusuhan massal, perang, aksi terorisme, pemogokan buruh,
keterlambatan pengapalan/ pengiriman barang, dan/atau kegagalan
sistem yang digunakan dalam bertransaksi.
Yang dimaksud dengan ”penilaian Bank” antara lain mencakup
kewajaran atas akibat yang ditimbulkan dari force majeure yang
dialami terhadap transaksi valuta asing terhadap rupiah.
Bukti dokumen yang memadai antara lain berupa dokumen tertulis
yang dikeluarkan oleh pemerintah, media massa, atau media
komunikasi lainnya.
b. perpanjangan transaksi valuta asing terhadap rupiah untuk keperluan
Lindung Nilai atas:
1. kegiatan ekspor atau impor apabila jangka waktu transaksi valuta
asing terhadap rupiah tersebut paling singkat 1 (satu) bulan dan
dapat diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka
waktu yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi;
SE 15/42/DPM
2013
Romawi I No.1
b
Dokumen perpanjangan transaksi valuta asing terhadap rupiah
untuk keperluan Lindung Nilai (hedging) atas kegiatan ekspor atau
impor paling kurang meliputi:
1) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah dalam rangka
Lindung Nilai yang diperpanjang; dan
2) fotokopi letter of credit (L/C), invoice, Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB), Pemberitahuan Impor Barang (PIB), salinan
dokumen bill of lading (B/L), atau dokumen sejenis.
SE10/48/DPD
2008
No. 6
Pengecualian kewajiban pemindahan dana pokok secara penuh
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) termasuk untuk penyelesaian
lebih awal transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dalam rangka
Kegiatan Ekspor/Impor yang disebabkan karena penerimaan hasil
ekspor yang datang lebih awal.
Jangka waktu penyelesaian lebih awal paling lama 2 (dua) hari kerja
sebelum transaksi lindung nilai jatuh waktu. Penyelesaian transaksi
tersebut wajib didukung dengan dokumen transaksi lindung nilai
dan bukti adanya hasil ekspor yang datangnya lebih awal.
Contoh :
Pada tanggal 22 Desember 2008 PT A melakukan transaksi forward
Jual USD/IDR 1 bulan dengan dengan tanggal valuta 22 Januari 2009
sebesar USD1.000.000 (satu juta US Dollar) dengan underlying.
Kegiatan Ekspor/Impor yang hasilnya akan diterima pada tanggal 22
Januari 2009. Karena sesuatu hal, hasil ekspor diterima oleh PT A
pada tanggal 20 Januari 2009, sehingga PT A mempercepat
3
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
penyelesaian transaksi forward jual diatas dengan melakukan
transaksi swap USD/IDR dengan nilai nominal paling banyak sebesar
USD1.000.000 (satu juta US Dollar) dan jangka waktu paling lama 2
(dua) hari kerja sebelum transaksi lindung nilai jatuh waktu (swap
tod/spot atau swap tom/next), dan transaksi forward jual awal
tersebut dapat diselesaikan tanpa pergerakan dana pokok secara
penuh.
SE 15/42/DPM
2013
Romawi I No. 2
Nilai nominal perpanjangan (rollover) transaksi valuta asing
terhadap rupiah untuk keperluan lindung nilai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b (Paragraf 5 ayat (3) huruf b
dalam kodifikasi ini) Peraturan Bank Indonesia tentang Transaksi
Lindung Nilai Kepada Bank paling banyak sebesar nilai nominal
underlying dari transaksi dimaksud.
SE 15/42/DPM
2013
Romawi I No. 3
Frekuensi dan jangka waktu yang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b
(Paragraf 5 ayat (3) huruf b dalam kodifikasi ini) Peraturan Bank
Indonesia tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank adalah
sesuai dengan jangka waktu underlying yang tercantum dalam bukti
dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1 (Paragraf 5 ayat (3)
huruf b dalam kodifikasi ini)
Contoh:
Pada tanggal 14 November 2013, PT. A melakukan ekspor barang ke
luar negeri menggunakan L/C dengan nilai ekspor sebesar
USD500,000.00 (lima ratus ribu US Dollar). Untuk melakukan
Lindung Nilai atas penerimaan hasil ekspor tersebut, pada tanggal
13 Desember 2013 PT. A melakukan transaksi derivatif dengan Bank
B melalui forward jual USD/IDR 1 bulan dengan nilai nominal
sebesar hasil ekspor yang tertera di L/C USD500,000.00 (lima ratus
ribu US Dollar) dan jatuh tempo pada tanggal 13 Januari 2014. Pada
tanggal valuta, PT. A tidak dapat menyerahkan dana valuta asing
yang diperjanjikan akibat importir tidak dapat melakukan
pembayaran sesuai tanggal kesepakatan. Transaksi lindung nilai
yang dilakukan antara PT. A dan Bank B tersebut dapat
diperpanjang dengan nilai nominal yang sesuai dengan dokumen
L/C yaitu paling banyak sebesar USD500,000.00 (lima ratus ribu US
Dollar), dan frekuensi serta jangka waktu perpanjangan yang sesuai
dengan kebutuhan pemenuhan kontrak transaksinya.
Pasal 5
15/8/PBI/2013
Ayat (3) b.2
2. dana usaha, modal disetor, laba ditahan, dan pinjaman subordinasi
Bank yang diperhitungkan dalam kewajiban pemenuhan modal
minimum Bank, apabila jangka waktu transaksi valuta asing
terhadap rupiah tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka waktu
yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi;
4
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
SE 15/42/DPM
2013
Rom. I No.1 c
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Dokumen perpanjangan transaksi valuta asing terhadap rupiah
untuk keperluan Lindung Nilai atas dana usaha, modal disetor, laba
ditahan, dan pinjaman sub-ordinasi Bank yang diperhitungkan
dalam kewajiban pemenuhan modal minimum Bank, paling kurang
meliputi:
1) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
diperpanjang dan dokumen bukti setoran modal dari kantor
pusat;
2) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
diperpanjang dan laporan keuangan Bank; atau
3) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
diperpanjang dan perjanjian pinjaman sub-ordinasi Bank;
Pasal 5
15/8/PBI/2013
Ayat (3) b.3
3. kegiatan penyertaan langsung di sektor riil dengan jangka waktu
paling singkat 1 (satu) tahun yang sumber dananya dalam valuta
asing, apabila jangka waktu transaksi valuta asing terhadap rupiah
tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang
dengan frekuensi perpanjangan dan jangka waktu yang sesuai
dengan kondisi yang dihadapi;
SE 15/42/DPM
2013
Rom. I No. 1 d
Dokumen perpanjangan transaksi valuta asing terhadap rupiah
untuk keperluan Lindung Nilai atas kegiatan penyertaan langsung di
sektor riil paling kurang meliputi:
1) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
diperpanjang; dan
2) fotokopi bukti penyertaan langsung yang dilakukan oleh kantor
pusat atau penanam modal (investor).
Pasal 5
15/8/PBI/2013
Ayat (3) b.4
4. pinjaman luar negeri dalam valuta asing dengan jangka waktu paling
singkat 1 (satu) tahun, apabila jangka waktu transaksi valuta asing
terhadap rupiah tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka waktu
yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi;
SE 15/42/DPM
2013
Rom. I No. 1 e
Dokumen perpanjangan transaksi valuta asing terhadap rupiah
untuk keperluan Lindung Nilai atas pinjaman luar negeri dalam
valuta asing paling kurang meliputi:
1) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
diperpanjang; dan
2) fotokopi surat perjanjian kredit (loan agreement) dan/atau
dokumen utang terkait lainnya.
Pasal 5
15/8/PBI/2013
Ayat (3) b.5
5. Surat Utang Negara, saham dan obligasi korporasi yang telah
dimiliki paling singkat 3 (tiga) bulan, apabila jangka waktu transaksi
valuta asing terhadap rupiah tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan
dan dapat diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka
waktu yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi;
5
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
SE 15/42/DPM
2013
Rom. I No. 1 f
Pasal 5
15/8/PBI/2013
Ayat (4) – (6)
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Dokumen perpanjangan transaksi valuta asing terhadap rupiah
untuk keperluan Lindung Nilai atas Surat Utang Negara (SUN),
saham dan obligasi korporasi paling kurang meliputi:
1) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
diperpanjang dan fotokopi dokumen kepemilikan SUN;
2) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
diperpanjang dan fotokopi dokumen kepemilikan saham; atau
3) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
diperpanjang dan fotokopi dokumen kepemilikan obligasi
korporasi.
(4) Penyelesaian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dilakukan secara netting.
Contoh netting untuk kondisi force majeure Pada tanggal 21 Oktober 2013
Nasabah (PT A) melakukan Transaksi Lindung Nilai Jual kepada Bank atas
penerimaan hasil ekspornya senilai USD1,000,000.00 (satu juta US Dollar)
berupa forward jual USD/IDR 1 bulan pada tanggal valuta 21 November
2013 dengan kurs 1 USD = Rp10.100,00. Pada tanggal 11 November 2013
terjadi kondisi force majeure berupa keterlambatan pengapalan sehingga
PT A dipastikan tidak dapat menerima dana hasil ekspor sesuai dengan
tanggal yang telah ditetapkan. Atas hal tersebut, pada tanggal 14
November 2013 PT A melakukan transaksi forward beli USD/IDR 1 minggu
untuk melakukan offset transaksi forward jual yang akan jatuh tempo pada
tanggal valuta 21 November 2013 dengan kurs 1 USD = Rp10.200,00
dengan Bank yang sama.
Penyelesaian transaksi tersebut dilakukan secara netting, dimana PT A
melakukan pembayaran net sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah). Perhitungan tersebut berasal dari Rp100,00 x USD1,000,000.00.
Contoh netting untuk transaksi perpanjangan Lindung Nilai.
Pada tanggal 14 November 2013 PT B melakukan impor barang dari luar
negeri sebesar USD 1,000,000.00 (satu juta US Dollar) dengan jatuh tempo
pembayaran 2 bulan, yaitu tanggal 14 Januari 2014. Atas transaksi tersebut
pada tanggal 13 Desember 2013 PT B melakukan Transaksi Lindung Nilai
Beli dengan cara forward beli USD/IDR kepada Bank dengan jangka waktu 1
bulan pada tanggal valuta 13 Januari 2014 dengan kurs 1 USD =
Rp11.000,00. Karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, pada
saat jatuh tempo pembayaran PT B tidak dapat melakukan pembayaran
tagihan, sehingga jatuh tempo pembayaran tersebut diperpanjang selama 1
bulan. Atas dasar tersebut PT B melakukan perpanjangan transaksi forward
beli USD/IDR kepada Bank dengan jangka waktu 1 bulan. Penyelesaian
perpanjangan tersebut dapat dilakukan secara netting.
(5) Perpanjangan transaksi valuta asing terhadap rupiah untuk keperluan
Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib didukung dengan
bukti dokumen yang memadai.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) berlaku juga
untuk pihak yang menggunakan jasa Bank sebagaimana dimaksud pada
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi valuta asing
terhadap rupiah.
6
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
6
7
8
9
Sumber
Regulasi
Pasal 6
15/8/PBI/2013
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(1) Perlakuan akuntansi terhadap Transaksi Lindung Nilai tunduk pada Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku.
(2) Nasabah dapat menerapkan akuntansi Lindung Nilai (hedge accounting)
sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
(3) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari Transaksi Lindung Nilai yang
memenuhi kriteria akuntansi Lindung Nilai (hedge accounting) sebagaimana
diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, merupakan
pendapatan atau biaya dalam rangka Lindung Nilai.
Pasal 7
15/8/PBI/2013
Transaksi Lindung Nilai yang dilakukan Nasabah wajib dilaporkan Bank kepada
Bank Indonesia melalui Laporan Harian Bank Umum (LHBU) sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai laporan harian bank
umum.
BAB III
Pasal 8
15/8/PBI/2013
Sanksi
BAB I
Pasal 1
10/37/PBI/2008
(1) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2)
(Paragraf 3 ayat (1) dan ayat (2) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi
sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pembelian
valuta asing terhadap rupiah kepada Bank dan ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap rupiah.
(2) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 3 ayat (3) dan Pasal 5
(Paragraf 3 ayat (3) dan Paragraf 5 dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi
sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi valuta
asing terhadap rupiah.
(3) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 3 ayat (4) (Paragraf 3
ayat (4) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi sesuai ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai manajemen risiko Bank.
(4) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 3 ayat (5) (Paragraf 3
ayat (5) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi sesuai ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai transaksi derivatif.
(5) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 4 (Paragraf 4 dalam
kodifikasi ini) dikenakan sanksi sesuai ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank.
(6) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 7 (Paragraf 7 dalam
kodifikasi ini) dikenakan sanksi sesuai ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai laporan harian bank umum.
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
Ketentuan Umum
1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing
di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah adalah transaksi jual beli valuta
asing terhadap rupiah dalam bentuk :
a. transaksi spot, termasuk transaksi yang dilakukan dengan valuta today
dan/atau valuta tomorrow;
7
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
b. transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah yang standar (plain
vanilla) dalam bentuk forward, swap, option, dan transaksi lainnya yang
dapat dipersamakan dengan itu;
3. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank.
4. Kegiatan Ekspor/Impor adalah:
a. mengirimkan barang dan/atau jasa ke luar wilayah Indonesia (ekspor);
b. memasukan barang dan/atau jasa ke dalam wilayah Indonesia (impor);
dan/atau
c. kegiatan perdagangan dalam negeri terkait dengan huruf a dan huruf b
tersebut di atas.
5. Cerukan adalah saldo negatif pada rekening giro Nasabah yang tidak dapat
dibayar lunas pada akhir hari.
10
BAB II
Pasal 2
10/37/PBI/2008
Ayat (1)
Pengaturan Transaksi
(1) Bank dapat melakukan Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah dan/atau
terhadap valuta asing lainnya untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah atas dasar suatu kontrak.
Yang dimaksud dengan kontrak adalah konfirmasi tertulis yang menunjukan
terjadinya transaksi yang antara lain berupa dealing conversation,
SWIFT/Telex/tested fax confirmation, atau konfirmasi tertulis lainnya.
SE 10/48/DPD
2008
No. 1a – 1d
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta asing
lainnya untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah atas
dasar suatu kontrak diatur sebagai berikut :
a. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta asing
lainnya untuk kepentingan sendiri adalah apabila Bank berperan
sebagai counterparty dalam bertransaksi dengan Nasabah, dimana
kedudukan Bank dan Nasabah setara.
Contoh :
Bank A melakukan transaksi spot USD/IDR sebesar USD1.000.000 (satu
juta US Dollar) dengan Nasabah X. Dalam hal ini, posisi Bank A sebagai
counterparty dari Nasabah X.
b. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta asing
lainnya untuk kepentingan Nasabah adalah apabila Bank bertransaksi
atas nama Nasabah, dimana Bank bertindak sebagai pihak yang
mewakili kepentingan Nasabah.
Contoh :
Nasabah A meminta kepada Bank B untuk mewakili Nasabah A tersebut
untuk melakukan transaksi dengan Bank X, Ltd di luar negeri. Dalam hal
ini, transaksi yang terjadi adalah antara Nasabah A dengan Bank X, Ltd,
dimana posisi Bank B hanya merupakan perantara.
c. Kontrak yang terkait dengan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
dan/atau terhadap valuta asing lainnya yang dilakukan Bank untuk
kepentingan sendiri paling kurang berisi :
1) nomor kontrak;
2) tanggal transaksi dan tanggal valuta;
8
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
3) nilai nominal transaksi;
4) nama counterparty;
5) mata uang (denominasi); dan
6) rekening Bank koresponden.
d. Kontrak yang terkait dengan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
dan/atau terhadap valuta asing lainnya yang dilakukan Bank untuk
kepentingan Nasabah paling kurang berisi :
1) nomor kontrak;
2) hak dan kewajiban dari kedua belah pihak (Bank dan nasabah) dalam
hal Bank diberi kewenangan untuk mewakili Nasabah;
3) tanggal transaksi dan tanggal valuta;
4) nilai nominal transaksi;
5) pagu Transaksi Valuta Asing Terhadap rupiah;
6) jenis valuta asing yang diperjualbelikan;
7) jenis transaksi yang digunakan;
8) besarnya komisi, dan rekening Bank koresponden
9) rekening Bank Koresponden
SE 15/19/DPD
2013
No. 1.e – g
Pasal 2
10/37/PBI/2008
Ayat (2)
SE 10/48/DPD
2008
No. 2
e. Dalam hal kontrak yang dilakukan Bank atas Transaksi Valuta Asing
Terhadap Rupiah mencantumkan penggunaan acuan kurs dalam
penyelesaian transaksi pada saat jatuh tempo, Bank harus mengacu
pada kurs referensi yang diterbitkan Bank Indonesia.
f. Kurs referensi yang diterbitkan Bank Indonesia yang selanjutnya disebut
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) merupakan representasi
harga spot US Dollar terhadap Rupiah dari transaksi antar Bank di pasar
domestik termasuk transaksi Bank dengan bank di luar negeri, yang
dilaporkan Bank melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing
Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR).
g. JISDOR yang diterbitkan Bank Indonesia diatur sebagai berikut:
1) Bank Indonesia menerbitkan JISDOR setiap hari kerja pada pukul
10.00 WIB melalui website Bank Indonesia dan/atau media lainnya.
2) Penggunaan JISDOR berlaku untuk transaksi US Dollar terhadap
Rupiah.
(2) Dalam melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, Bank wajib
memiliki pedoman internal secara tertulis.
Pedoman internal dalam melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap
Rupiah sedikitnya meliputi :
a. penetapan wewenang dan tanggungjawab untuk pelaksanaan Transaksi
Valuta Asing Terhadap Rupiah;
b. mekanisme penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang
sesuai dengan PBI;
c. penatausahaan dokumen terkait dengan Transaksi Valuta Asing
Terhadap Rupiah;
d. kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait
pelaksanaan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah; dan
9
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
e. hal-hal lain yang harus dicantumkan dalam pedoman internal yang
terkait dengan pengaturan kewajiban dan larangan sebagaimana
dimaksud dalam PBI.
11
Pasal 3
10/37/PBI/2008
Dalam melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dengan Nasabah
bukan Bank, Bank wajib menggunakan kuotasi harga (kurs) valuta asing
terhadap rupiah yang ditetapkan oleh Bank.
Yang dimaksud dengan ”kuotasi harga (kurs) valuta asing terhadap rupiah”
adalah harga (kurs) beli dan/atau harga (kurs) jual valuta asing terhadap rupiah
yang ditetapkan oleh Bank dan menjadi dasar kesepakatan untuk melakukan
transaksi.
Pengertian Nasabah bukan Bank tidak termasuk Bank Indonesia.
12
SE 10/48/DPD
2008
No. 3
Contoh kewajiban penggunaan kuotasi harga valuta asing terhadap rupiah yang
ditetapkan oleh Bank sebagai berikut :
Bank A melakukan transaksi spot USD/IDR dengan Nasabah B yang bukan Bank.
Dalam hal ini, Bank A wajib menggunakan kuotasi harga USD/IDR yang
ditetapkan oleh Bank A, dan bukan berasal dari Nasabah B.
Pasal 4
10/37/PBI/2008
Ayat (1)
(1) Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah wajib diselesaikan dengan
pemindahan dana pokok secara penuh.
Yang dimaksud dengan ”pemindahan dana pokok secara penuh” untuk
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah adalah penyerahan dana secara riil
untuk masing-masing transaksi jual dan/atau transaksi beli valuta asing
terhadap Rupiah sebesar nilai penuh nominal transaksi atau ekuivalennya.
SE 10/48/DPD
2008
No. 4
Kewajiban penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dengan
pemindahan dana pokok secara penuh diatur sebagai berikut :
a. pemindahan dana pokok secara penuh dilakukan secara riil atas nilai
pokok masing-masing transaksi jual dan/atau transaksi beli yang
disepakati pada awal transaksi tersebut.
b. pemindahan dana pokok tersebut wajib didukung oleh tersedianya
sejumlah dana riil yang cukup untuk membiayai transaksi dimaksud
(good fund), dan bukan didasarkan pada aspek pencatatan dalam
pembukuan (akuntansi).
c. dana pokok tersebut wajib digunakan untuk proses setelmen Transaksi
Valuta Asing Terhadap Rupiah pada tanggal valuta, dan tercatat pada
sistem treasury Bank, yang dapat dibuktikan dari urutan waktu
setelmen.
d. pemindahan dana riil yang dilakukan sebagian (partial delivery) tidak
diperkenankan.
Contoh 1 :
Nasabah A melakukan transaksi pembelian spot USD terhadap Rupiah
dengan Bank B sebesar USD1.000.000 (satu juta US Dollar) pada kurs spot
USD/IDR Rp11.000,00. Pada tanggal jatuh tempo, Nasabah A wajib
melakukan penyerahan dana IDR melalui pergerakan dana pokok secara
10
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
penuh sebesar Rp11.000.000.000,00 (sebelas milyar rupiah) secara riil pada
saat proses setelmen transaksi tersebut dilakukan, dan tercatat pada sistem
treasury bank yang dapat dibuktikan berdasarkan urutan waktu setelmen.
Disamping itu, Bank B wajib melakukan penyerahan dana USD melalui
pergerakan dana pokok secara penuh sebesar USD1.000.000 (satu juta US
Dollar) secara riil pada saat proses setelmen transaksi tersebut dilakukan,
dan tercatat pada sistem treasury bank, yang dapat dibuktikan berdasarkan
urutan waktu setelmen.
Contoh 2 :
PT X melakukan pembelian option (put) 1 bulan USD terhadap Rupiah
dengan Bank Y sebesar USD125.000 (seratus dua puluh lima ribu US Dollar)
pada kurs (strike price) USD/IDR Rp9.500,00. Dengan asumsi kurs USD di
pasar pada tanggal valuta mencapai level USD/IDR Rp9.300,00 sehingga
kontrak option tersebut dieksekusi (exercised). Untuk itu, pada tanggal
valuta tersebut PT X wajib melakukan penyerahan dana USD melalui
pergerakan dana pokok secara penuh sebesar USD125.000 (seratus dua
puluh lima ribu US Dollar) secara riil pada saat proses setelmen transaksi
option tersebut dilakukan, dan tercatat pada sistem treasury bank yang
dapat dibuktikan berdasarkan urutan waktu setelmen. Disisi lain, Bank Y
wajib melakukan penyerahan dana IDR melalui pergerakan dana pokok
secara penuh sebesar Rp1.187.500.000,00 (satu milyar seratus delapan
puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) secara riil.
Contoh 3 :
Pada tanggal 19 Desember 2008, Nasabah V melakukan transaksi forward
jual USD/IDR 1 bulan dengan Bank W sebesar USD500.000 (lima ratus ribu
US Dollar) dengan tanggal valuta 19 Januari 2009 pada kurs Rp11.000,00.
Pada tanggal 12 Januari 2009, Nasabah V melakukan transaksi forward beli
USD/IDR sebesar USD500.000 (lima ratus ribu US Dollar) dengan tanggal
valuta 19 Januari 2009 pada kurs USD/IDR Rp11.500,00 Pada tanggal valuta
19 Januari 2009, Bank W menyelesaikan masing-masing transaksi, yaitu :
1) Untuk transaksi forward jual tanggal 19 Desember 2008, Nasabah V
wajib menyerahkan dana valuta asing kepada Bank W sebesar
USD500.000 (lima ratus ribu US Dollar) secara riil, dan
2) Untuk transaksi forward beli tanggal 12 Januari 2009, Nasabah V wajib
menyerahkan dana rupiah kepada Bank W sebesar Rp5.750.000.000,00
(lima milyar tujuh ratus lima puluh juta rupiah) secara riil.
Kedua transaksi diatas tidak diperkenankan untuk diselesaikan secara
netting.
Pasal 4
10/37/PBI/2008
Ayat (2) a
(2) Kewajiban penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dengan
pemindahan dana pokok secara penuh sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dikecualikan untuk :
a. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan oleh Bank
dan/atau Nasabah yang mengalami kejadian luar biasa (force majeure),
berdasarkan penilaian Bank dan didukung dengan bukti dokumen yang
memadai;
11
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Yang dimaksud dengan ”kejadian luar biasa (force majeure)” adalah
suatu keadaan yang menyebabkan Bank dan/atau Nasabah tidak dapat
memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak, yaitu: gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, angin topan, tanah longsor,
kebakaran, kerusuhan masal, perang, aksi terorisme, pemogokan buruh,
keterlambatan pengapalan/pengiriman barang, dan/atau kegagalan
sistem yang digunakan dalam bertransaksi.
Yang dimaksud dengan ”penilaian Bank” antara lain mencakup
kewajaran atas akibat yang ditimbulkan dari force majeure yang
dialami terhadap Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah.
Bukti dokumen yang memadai antara lain berupa dokumen tertulis
yang dikeluarkan oleh pemerintah, media massa atau media komunikasi
lainnya.
SE 15/42/DPM
2013
Rom. I No. 1 a
13
Pasal 5
10/37/PBI/2008
Ayat (1)
Dokumen transaksi valuta asing terhadap rupiah dalam rangka Lindung
Nilai yang dilakukan oleh Bank dan/atau Nasabah yang mengalami
kejadian luar biasa (force majeure) paling kurang meliputi:
1) kontrak transaksi valuta asing terhadap rupiah dalam rangka
Lindung Nilai yang masih outstanding; dan
2) dokumen tertulis yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, yang
menerangkan bahwa kejadian luar biasa tersebut dialami oleh Bank
dan/atau Nasabah yang bertransaksi.
Dokumen tersebut juga berlaku apabila transaksi valuta asing terhadap
rupiah dalam rangka Lindung Nilai diperpanjang.
(1) Bank dilarang melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah apabila
transaksi atau potensi transaksi tersebut terkait dengan structured product.
Yang dimaksud dengan “structured product” adalah produk yang
merupakan kombinasi berbagai instrumen dengan transaksi derivatif valuta
asing terhadap rupiah, untuk tujuan mendapatkan tambahan income
(return enhancement), yang dapat mendorong transaksi pembelian
dan/atau penjualan valuta asing terhadap rupiah untuk tujuan spekulatif
dan dapat menimbulkan ketidakstabilan nilai rupiah.
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan terkait dengan
structured product diatur sebagai berikut :
SE 10/48/DPD
2008
No. 9
Pasal 5
10/37/PBI/2008
Ayat (2)
Bank dilarang melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang
terkait dengan structured product apabila hasil transaksi tersebut
diinvestasikan dalam structured product, atau sebaliknya structured product
tersebut mengakibatkan adanya Transaksi Valuta Asing Terhadap
Rupiah.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi Bank sebagai
penerbit structured product maupun Bank sebagai agen penjual structured
product (selling agent).
Termasuk Bank sebagai agen penjual dalam hal ini adalah penjualan
structured product luar negeri (offshore product) yang terkait dengan valuta
asing terhadap rupiah.
12
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
14
Sumber
Regulasi
Pasal 6
10/37/PBI/2008
Ayat (1)
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(1) Bank dilarang memberikan kredit dalam valuta asing dan/atau dalam rupiah
kepada Nasabah untuk kepentingan transaksi derivatif valuta asing
terhadap rupiah.
Yang dimaksud dengan ”kredit” adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk pengambilalihan
tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang dan pengambilalihan atau
pembelian kredit dari pihak lain.
SE 10/48/DPD
2008
No. 10a
Larangan pemberian kredit dalam valuta asing dan/atau rupiah kepada
Nasabah tidak hanya untuk kredit yang diberikan Bank secara khusus untuk
membiayai kegiatan transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah
Nasabah, namun juga kredit yang ditujukan untuk membiayai kegiatan lain
yang telah disetujui oleh Bank yang kemudian kredit dimaksud digunakan
oleh Nasabah untuk membiayai transaksi derivatif valuta asing terhadap
rupiah.
SE 10/48/DPD
2008
No. 10b
(2) Pelarangan pemberian kredit valuta asing dan/atau rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk transaksi derivatif valuta asing
terhadap rupiah yang dilakukan dalam rangka Kegiatan Ekspor/Impor
digunakan untuk melakukan transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah
dengan tujuan lindung nilai atas Kegiatan Ekspor/Impor dimaksud.
(3) Pemberian kredit valuta asing dan/atau rupiah untuk transaksi derivatif
valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan dalam rangka Kegiatan
Ekspor/Impor sebagaimana dimaksud ayat (2) wajib didukung dengan bukti
dokumen yang memadai.
Dokumen pengecualian pelarangan pemberian kredit paling kurang
meliputi:
a. fotokopi dokumen surat perjanjian kredit (loan agreement); dan
b. fotokopi dokumen L/C, invoice, PEB, PIB, salinan dokumen bill of lading
(B/L), dan/atau dokumen sejenis lainnya.
SE 10/48/DPD
2008
No. 10c
15
Pasal 6
10/37/PBI/2008
Ayat (2)
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk pihak
asing.
Pasal 7
10/37/PBI/2008
Ayat (1)
SE 10/48/DPD
2008
No. 11
(1) Bank dilarang memberikan Cerukan kepada Nasabah dalam rangka
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah.
Yang dimaksud dengan “pihak asing” adalah pihak asing sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai pembatasan transaksi
rupiah dan pemberian kredit dalam valuta asing oleh Bank.
Yaitu ketika Bank memberikan fasilitas pendanaan untuk penyelesaian
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dengan Nasabah yang memiliki
rekening maupun yang tidak memiliki rekening pada Bank tersebut, namun
pada akhir hari tanggal valuta, dana valuta asing atau dana rupiah yang
diperjanjikan tidak dapat dilunasi oleh Nasabah.
13
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Contoh 1 :
PT A memiliki rekening valuta asing dan rekening rupiah di Bank C. Pada
tanggal 19 Desember 2008, PT A melakukan transaksi forward beli USD/IDR
1 bulan dengan Bank C sebesar USD200.000 (dua ratus ribu US Dollar) pada
kurs USD/IDR Rp11.500,00 . Pada saat jatuh tempo (tanggal 19 Januari
2009), saldo IDR pada rekening PT A di Bank C tidak cukup untuk membiayai
secara penuh transaksi pembelian USD dimaksud, yaitu sebesar
Rp2.300.000.000,00 (dua milyar tiga ratus juta rupiah). Setelah melakukan
konfirmasi kepada PT A bahwa dana IDR akan diserahkan kepada Bank C
sebelum akhir hari, Bank C melakukan penyerahan dana USD melalui
pengkreditan rekening valuta asing PT A senilai USD200.000 (dua ratus ribu
US Dollar). Namun dana IDR yang diperkirakan masuk sebelum akhir hari 19
Januari 2009 dalam rekening rupiah PT A tidak terjadi. Dengan demikian,
Bank C telah memberikan Cerukan kepada PT A dalam rangka Transaksi
Valuta Asing Terhadap Rupiah.
Contoh 2 :
PT X tidak memiliki rekening valuta asing maupun rekening rupiah di Bank Y.
Pada tanggal 23 Desember 2008, PT X melakukan transaksi forward jual
USD/IDR 1 bulan dengan Bank Y sebesar USD2.000.000 (dua juta US Dollar)
pada kurs USD/IDR Rp10.000,00 yang jatuh tempo pada tanggal 23 Januari
2009. Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari PT X, PT X akan
menerima dana hasil ekspor pada tanggal 23 Januari 2009 sebesar
USD2.000.000 (dua juta US Dollar). Untuk itu Bank Y melakukan penyerahan
dana IDR terlebih dahulu kepada PT X sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua
puluh milyar rupiah), dengan harapan pada akhir hari tanggal valuta PT X
akan menyerahkan dana sebesar USD2.000.000 (dua juta US Dollar). Namun
demikian, sampai dengan akhir hari tanggal 23 Januari 2009, PT X tidak
dapat memenuhi janjinya menyerahkan dana sebesar USD2.000.000 (dua
juta US Dollar). Dengan demikian, Bank Y telah memberikan Cerukan
kepada PT X dalam rangka Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah.
16
17
Pasal 7
10/37/PBI/2008
Ayat (2)
(2) Bank dilarang memberikan fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan
Cerukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka Transaksi
Valuta Asing Terhadap Rupiah.
Pasal 8
10/37/PBI/2008
Bank wajib melengkapi dan menatausahakan dokumen pendukung atas
pelaksanaan transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 6
(Paragraf 12 ayat (2), dan Paragraf 14 dalam kodifikasi ini).
SE 10/48/DPD
2008
No. 12
Jangka waktu penatausahaan dokumen disesuaikan dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku mengenai dokumen perusahaan.
Pasal 9
10/37/PBI/2008
Dalam rangka pelaporan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, Bank
berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan “ketentuan yang berlaku” adalah yang mengatur
mengenai laporan harian bank umum.
14
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
18
Sumber
Regulasi
Pasal 10
10/37/PBI/2008
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Selain wajib memenuhi ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, Bank
yang melakukan Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah wajib tunduk pada
ketentuan yang berlaku lainnya yang terkait.
Yang dimaksud dengan ”ketentuan yang berlaku” antara lain ketentuan yang
mengatur mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta
asing oleh Bank dan ketentuan yang mengatur mengenai pembelian valuta
asing terhadap rupiah kepada Bank.
19
20
BAB III
Pasal 11
10/37/PBI/2008
Sanksi
Pasal 12
11/14/PBI/2009
(1) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 4, Pasal 5, Pasa; 6 dan/
atau Pasal 7 (Paragraf 12, Paragraf 13, Paragraf 14 dan/atau Paragraf 15
dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar masing-masing
sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari nilai nominal masing-masing
transaksi yang dilanggar.
(2) Perhitungan nilai nominal transaksi yang dilanggar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. Pelanggaran terhadap kewajiban pemindahan dana pokok secara penuh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 12 dalam kodifikasi ini),
dihitung dari nilai nominal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
dimaksud;
b. Pelanggaran terhadap Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 13 dalam kodifikasi ini),
dihitung dari nilai nominal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
dimaksud;
c. Pelanggaran terhadap larangan pemberian kredit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 (Paragraf 14 dalam kodifikasi ini), dihitung dari
nilai persetujuan kredit yang digunakan untuk transaksi 15derivatif
valuta asing terhadap rupiah;
d. Pelanggaran terhadap larangan pemberian Cerukan dan/atau fasilitas
yang lain yang dapat dipersamakan dengan Cerukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 15 dalam kodifikasi ini), dihitung dari
nilai Cerukan dan/atau fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan
Cerukan yang diberikan Bank kepada Nasabah;
Bank yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2), Pasal 3 dan/ atau Pasal 8 (Paragraf 10 ayat (2), Paragraf
11 dan/atau Paragraf 16 dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif
berupa:
(1) teguran tertulis;
(2) penurunan tingkat kesehatan Bank;
(3) pembekuan kegiatan usaha tertentu;
(4) pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham dalam
daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemilik dan pengurus Bank;
dan/atau
(5) pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat
pengganti sementara sampai rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota koperasi mengangkat pengganti tetap dengan persetujuan Bank
Indonesia.
15
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(3) Total sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling banyak sebesar Rp 27.000.000.000 (dua puluh tujuh milyar rupiah)
dalam 1 (satu) tahun kalender.
(4) Penghitungan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 (Paragraf 19 dalam kodifikasi ini) menggunakan kurs tengah dari
kurs transaksi Bank Indonesia pada tanggal terjadinya pelanggaran.
Kurs tengah Bank Indonesia dihitung dengan cara kurs jual transaksi
ditambah kurs beli transaksi, dibagi 2 (dua).
21
BAB IV
Pasal 13
11/14/PBI/2009
Ayat(1) dan (2)
Pasal 13
11/14/PBI/2009
Ayat (2) a
SE 11/12/DPD
2009
No. 13.e
Pasal 13
11/14/PBI/2009
Ayat (2) b
SE 11/12/DPD
2009
No. 13.f
Ketentuan Peralihan
(1) Setiap Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan sebelum
berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 tentang
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dapat diteruskan sampai dengan
jatuh waktu kontrak.
(2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang masih outstanding
dalam suatu kontrak yang jatuh waktu setelah berlakunya Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap
Rupiah dapat diselesaikan tanpa pergerakan dana pokok antara lain
melalui:
a. percepatan penyelesaian (early termination) atau penghentian (unwind)
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah;
Penyelesaian transaksi tanpa pergerakan dana pokok melalui
percepatan penyelesaian (early termination) atau penghentian (unwind)
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, dapat dilakukan sepanjang:
1. penyelesaiannya tidak dilakukan dengan transaksi structured
product; dan
2. wajib didukung dengan dokumen paling kurang berupa kontrak
percepatan penyelesaian atau penghentian Transaksi Valuta Asing
Terhadap Rupiah yang bersangkutan.
b. penyelesaian transaksi melalui restrukturisasi kontrak Transaksi Valuta
Asing Terhadap Rupiah; dan/atau
Penyelesaian transaksi tanpa pergerakan dana pokok melalui
restrukturisasi kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah diatur
sebagai berikut:
1) restrukturisasi antara lain meliputi restrukturisasi yang terkait
dengan nilai nominal, jangka waktu, dan syarat-syarat lainnya.
2) nilai nominal restrukturisasi paling banyak sebesar nilai nominal
transaksi sebelumnya yang direstrukturisasi.
3) restrukturisasi tidak dilakukan dengan menggunakan transaksi
structured product.
4) restrukturisasi hanya dapat dilakukan apabila didukung dengan
dokumen paling kurang berupa kontrak restrukturisasi Transaksi
Valuta Asing Terhadap Rupiah yang bersangkutan.
16
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Pasal 13
11/14/PBI/2009
Ayat (2).c
SE 11/12/DPD
2009
No. 13.g
SE 11/12/DPD
2009
No. 13.a, c, d
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
c. penyelesaian transaksi dengan menggunakan dana pinjaman dari Bank.
Penyelesaian transaksi tanpa pergerakan dana pokok dengan
menggunakan dana pinjaman dari Bank, diatur sebagai berikut:
a. pemberian dana pinjaman untuk penyelesaian transaksi
merupakan penyediaan dana yang wajib dinilai kualitasnya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku mengenai penilaian kualitas aktiva
bank umum dan diperhitungkan dalam batas maksimum
pemberian kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai
batas maksimum pemberian kredit bank umum.
b. pemberian dana pinjaman untuk penyelesaian transaksi dapat
dilakukan apabila didukung dengan dokumen paling kurang berupa
surat perjanjian pinjaman atau tagihan lainnya yang dapat
dipersamakan dengan surat perjanjian pinjaman yang memuat
tujuan penggunaan pinjaman untuk penyelesaian Transaksi Valuta
Asing Terhadap Rupiah yang bersangkutan.
c. pelaporan pemberian pinjaman tersebut dilaporkan melalui
Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) pada pos ”tagihan lainnya”.
Penyelesaian transaksi berlaku untuk Transaksi Valuta Asing Terhadap
Rupiah yang dilakukan oleh Bank dengan Nasabah maupun Bank dengan
Bank.
Penyelesaian transaksi juga berlaku untuk Transaksi Valuta Asing Terhadap
Rupiah terkait dengan structured product baik yang dilakukan dalam rangka
Kegiatan Ekspor/Impor maupun yang dilakukan tidak dalam rangka Kegiatan
Ekspor/Impor.
Penyelesaian transaksi dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara Pasal
4 ayat (2) huruf a, huruf b, dan/atau huruf c (Paragraf 12 ayat (2) huruf a,
huruf b, dan/atau huruf c dalam kodifikasi ini).
22
Pasal 13
11/14/PBI/2009
Ayat (3) – (4)
(3) Penyelesaian transaksi dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilakukan sepanjang terdapat kesepakatan tertulis antara pihak yang
melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah.
(4) Penyelesaian transaksi dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sedapat mungkin menggunakan rupiah.
Pasal 14
11/14/PBI/2009
Ketentuan yang mengatur mengenai sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 (Paragraf 19 dalam kodifikasi ini) berlaku pula terhadap Bank yang
melakukan penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang tidak
didukung dengan dokumen kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (3) (Paragraf 21 ayat (3) dalam kodifikasi ini).
17
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
23
Sumber
Regulasi
BAB I
Pasal 1
7/14/PBI/2005
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing
oleh Bank
Ketentuan Umum
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing
di Indonesia namun tidak termasuk kantor Bank berbadan hukum Indonesia
yang beroperasi di luar negeri.
2. Pihak Asing adalah:
a. warga negara asing;
b. badan hukum asing atau lembaga asing lainnya;
c. warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap
(permanent resident) negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia;
d. kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia;
e. kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan
hukum Indonesia.
3. Warga Negara Asing adalah orang yang memiliki kewarganegaraan selain
Indonesia, termasuk yang memiliki izin menetap atau izin tinggal di
Indonesia.
4. Badan Hukum Asing atau lembaga asing lainnya adalah badan hukum atau
lembaga asing yang didirikan di luar negeri, namun tidak termasuk :
a. Kantor cabang bank asing di Indonesia;
b. Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA);
c. Badan hukum asing atau lembaga asing yang memiliki kegiatan yang
bersifat nirlaba.
5. Transaksi Rupiah adalah transaksi yang dilakukan Bank dengan
menggunakan mata uang Rupiah, termasuk transaksi antara mata uang
Rupiah terhadap mata uang asing.
6. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga
atau imbalan jasa, termasuk :
a. cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah
yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari;
b. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang;
c. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
7. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah
wa iqtina).
8. Penempatan adalah penanaman dana Bank pada bank lain dalam bentuk
giro, interbank call money, deposito berjangka, sertifikat deposito, Kredit
18
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
24
BAB II
Pasal 2
7/14/PBI/2005
atau Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah, dan penanaman dana lainnya
yang sejenis.
Transfer Rupiah adalah pemindahan sejumlah dana rupiah yang ditujukan
kepada penerima dana untuk kepentingan Bank maupun nasabah, baik
melalui setoran tunai maupun pemindahbukuan antar rekening pada Bank
yang sama atau Bank yang berbeda, yang menyebabkan bertambahnya
saldo rekening rupiah penerima dana.
Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban
dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
dan pasar uang, termasuk obligasi yang diterbitkan oleh lembaga
multilateral atau supranasional yang seluruh dana hasil penerbitan obligasi
tersebut digunakan untuk kepentingan pembiayaan kegiatan ekonomi di
Indonesia.
Tagihan Antar Kantor adalah semua tagihan yang dimiliki Bank terhadap
kantor pusat atau kantor cabang di luar negeri baik untuk kepentingan Bank
maupun nasabah, yaitu :
a. bagi kantor cabang bank asing di Indonesia, tagihan adalah dari kantor
cabang bank asing di Indonesia terhadap kantor pusat dan atau kantor
cabang lain di luar negeri;
b. bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia, tagihan adalah dari kantor
pusat dan atau kantor cabang di Indonesia terhadap kantor cabang di
luar negeri.
Penyertaan Modal adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada
bank dan perusahaan di bidang keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti perusahaan sewa
guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga
kliring penyelesaian dan penyimpanan, termasuk penanaman dalam bentuk
surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity option)
atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan
memiliki saham pada bank dan atau perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan lainnya.
Penyertaan Langsung adalah penanaman dana dalam bentuk saham pada
perusahaan yang tidak melalui pasar modal.
Transaksi Derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau
perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai tukar
dalam bentuk transaksi outright forward, swap, option valuta asing
terhadap rupiah dan transaksi lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Prime Bank adalah bank yang memiliki peringkat investasi tertentu dari
lembaga pemeringkat dan total aset yang termasuk dalam 200 (dua ratus)
besar dunia berdasarkan informasi yang tercantum dalam banker’s
almanac.
Pelarangan, Pembatasan, dan Pengecualian Transaksi Bagi Bank
Bank dilarang dan atau dibatasi dan atau dikecualikan melakukan transaksitransaksi tertentu dengan Pihak Asing.
19
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
25
Sumber
Regulasi
BAB III
Pasal 3
7/14/PBI/2005
SE 7/23/DPD
2005
No. 1
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Pelarangan Transaksi
Transaksi-transaksi tertentu yang dilarang dilakukan Bank dengan Pihak Asing
meliputi :
a. Pemberian Kredit dalam rupiah dan atau valuta asing;
Pelarangan pemberian Kredit dalam rupiah dan atau valuta asing kepada
Pihak Asing tidak termasuk Kredit non tunai atau garansi yang terkait
dengan kegiatan investasi di Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) memperoleh counter guaranty (kontra garansi) dari bank di luar negeri
yang bonafide. Dalam pengertian bank tersebut tidak termasuk cabang
bank yang bersangkutan di luar negeri; atau
2) adanya jaminan setoran sebesar 100% (seratus persen) dari nilai
garansi yang diberikan.
b. Penempatan dalam rupiah;
c. Pembelian Surat Berharga dalam rupiah yang diterbitkan oleh Pihak Asing;
d. Tagihan Antar Kantor dalam rupiah;
e. Tagihan Antar Kantor dalam valuta asing dalam rangka pemberian Kredit di
luar negeri;
f. Penyertaan Modal dalam rupiah;
g. Transfer Rupiah ke rekening yang dimiliki Pihak Asing dan atau yang dimiliki
secara gabungan (joint account) antara Pihak Asing dengan bukan Pihak
Asing pada Bank di dalam negeri;
Yang dimaksud dengan bukan Pihak Asing adalah pihak yang tidak
termasuk Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2
(Paragraf 23 angka 2 dalam kodifikasi ini).
h. Transfer Rupiah ke rekening yang dimiliki Pihak Asing dan atau yang dimiliki
secara gabungan (joint account) antara Pihak Asing dengan bukan Pihak
Asing pada Bank di luar negeri.
Yang dimaksud dengan bukan Pihak Asing adalah pihak yang tidak
termasuk Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2
(Paragraf 23 angka 2 dalam kodifikasi ini).
26
Pasal 4
7/14/PBI/2005
Bank dilarang melaksanakan Transfer Rupiah kepada bukan Pihak Asing di luar
negeri.
Yang dimaksud dengan bukan Pihak Asing adalah pihak yang tidak termasuk
Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 (Paragraf 23 angka
2 dalam kodifikasi ini).
27
Pasal 5
7/14/PBI/2005
Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 (Paragraf 25 dan
Paragraf 26 dalam kodifikasi ini) berlaku pula terhadap transaksi sejenis
berdasarkan Prinsip Syariah.
20
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
28
29
Sumber
Regulasi
BAB IV
Pasal 6
7/14/PBI/2005
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Pembatasan Transaksi
Transaksi-transaksi tertentu yang dibatasi untuk dilakukan oleh Bank dengan
Pihak Asing meliputi :
(1) Transaksi Derivatif jual valuta asing terhadap rupiah;
(2) Transaksi Derivatif beli valuta asing terhadap rupiah.
SE 7/23/DPD
2005
No. 13
Bank yang pada saat berlakunya Surat Edaran ini masih memiliki posisi
(outstanding) Transaksi Derivatif, dan belum jatuh tempo maka posisi dari
Transaksi Derivatif tersebut tetap dapat dilakukan sampai dengan jatuh tempo
Transaksi Derivatif tersebut namun Transaksi Derivatif tersebut dilarang
diperpanjang (roll over).
Pasal 7
7/14/PBI/2005
Ayat (1)
(1) Transaksi Derivatif jual valuta asing terhadap rupiah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf a (Paragraf 28 huruf a dalam kodifikasi ini) yang dibatasi
untuk dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing meliputi :
a. Transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi outright forward jual valuta asing
terhadap rupiah adalah penjualan valuta asing terhadap rupiah yang
penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah
tanggal transaksi.
Termasuk dalam transaksi ini adalah transaksi valuta tod, tom atau spot
yang disintetiskan sebagai outright forward jual valuta asing terhadap
rupiah.
b. Transaksi swap jual valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi swap jual valuta asing terhadap
rupiah adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap rupiah
melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka
yang dilakukan secara simultan dengan counterparty yang sama dan
pada tingkat harga yang disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.
Termasuk dalam transaksi ini adalah berbagai kombinasi dari transaksi
valuta tod, tom, dan spot yang disintetiskan sebagai swap jual valuta
asing terhadap rupiah;
c. Transaksi jual call option valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi jual call option valuta asing terhadap
rupiah adalah transaksi atas dasar perjanjian yang memberikan hak
kepada Bank untuk menjual hak beli atas suatu transaksi valuta asing
terhadap rupiah dengan harga tertentu pada tanggal berakhirnya
perjanjian atau tanggal tertentu dalam periode perjanjian transaksi.
d. Transaksi beli put option valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi beli put option valuta asing terhadap
rupiah adalah transaksi atas dasar perjanjian yang memberikan hak
kepada Bank untuk membeli hak jual atas suatu transaksi valuta asing
21
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
terhadap rupiah dengan harga tertentu pada tanggal berakhirnya
perjanjian atau tanggal tertentu dalam periode perjanjian transaksi.
SE 7/23/DPD
2005
No. 2
Pasal 7
7/14/PBI/2005
Ayat (2)
e. Transaksi Derivatif lainnya yang dapat dipersamakan dengan transaksitransaksi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d.
Termasuk untuk transaksi Non-Deliverable Forward (NDF).
(2) Transaksi Derivatif beli valuta asing terhadap rupiah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf b (Paragraf 28 huruf b dalam kodifikasi ini) yang
dibatasi untuk dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing meliputi :
a. Transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi outright forward beli valuta asing
terhadap rupiah adalah pembelian valuta asing terhadap rupiah yang
penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah
tanggal transaksi. Termasuk dalam transaksi ini adalah transaksi valuta
tod, tom atau spot yang disintetiskan sebagai outright forward beli
valuta asing terhadap rupiah.
b. Transaksi swap beli valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi swap beli valuta asing terhadap rupiah
adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap rupiah melalui
penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka yang
dilakukan secara simultan dengan counterparty yang sama dan pada
tingkat harga yang disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.
Termasuk dalam transaksi ini adalah berbagai kombinasi dari transaksi
valuta tod, tom, dan spot yang disintetiskan sebagai swap beli valuta
asing terhadap rupiah.
c. Transaksi beli call option valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi beli call option valuta asing terhadap
rupiah adalah transaksi atas dasar perjanjian yang memberikan hak
kepada Bank untuk membeli hak beli atas suatu transaksi valuta asing
terhadap rupiah dengan harga tertentu pada tanggal berakhirnya
perjanjian atau tanggal tertentu dalam periode perjanjian transaksi.
d. Transaksi jual put option valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi jual put option valuta asing terhadap
rupiah adalah transaksi atas dasar perjanjian yang memberikan hak
kepada Bank untuk menjual hak jual atas suatu transaksi valuta asing
terhadap rupiah dengan harga tertentu pada tanggal berakhirnya
perjanjian atau tanggal tertentu dalam periode perjanjian transaksi.
e. Transaksi Derivatif lainnya yang dapat dipersamakan dengan transaksitransaksi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf, b, huruf c, dan
huruf d.
22
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
30
31
Sumber
Regulasi
SE 7/23/DPD
2005
No. 2
Pasal 7
7/14/PBI/2005
Ayat (3)
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Termasuk untuk transaksi Non-Deliverable Forward (NDF).
(3) Bank hanya dapat melakukan Transaksi Derivatif valuta asing terhadap
rupiah dengan Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) sampai batas maksimum nominal yaitu USD 1.000.000 (satu juta US
Dollar) atau ekuivalen dari nilai dimaksud, baik untuk setiap transaksi
individual maupun posisi (outstanding) masing-masing Transaksi Derivatif
jual dan Transaksi Derivatif beli per Bank.
Pasal 8
7/14/PBI/2005
Pembatasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 29 dalam kodifikasi
ini) berlaku pula terhadap transaksi sejenis berdasarkan Prinsip Syariah.
BAB V
Pasal 9
7/14/PBI/2005
Ayat (1).a
Pengecualian terhadap Pelarangan dan Pembatasan Transaksi
(1) Larangan terhadap pemberian Kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a (Paragraf 15 huruf a dalam kodifikasi ini) tidak berlaku terhadap :
a. Kredit dalam bentuk sindikasi yang memenuhi persyaratan berikut :
1) mengikutsertakan Prime Bank sebagai lead bank;
Yang dimaksud dengan lead bank adalah bank yang berperan
sebagai koordinator bagi anggota sindikasi.
2) diberikan untuk pembiayaan proyek di sektor riil untuk usaha
produktif yang berada di wilayah Indonesia; dan
Yang dimaksud dengan sektor riil adalah sektor produksi dan
perdagangan barang dan jasa, namun tidak termasuk sektor jasa
keuangan seperti kegiatan jual beli Surat Berharga.
3) kontribusi bank asing sebagai anggota sindikasi lebih besar
dibandingkan dengan kontribusi bank dalam negeri;
SE 7/23/DPD
2005
No. 3
Kredit dalam bentuk sindikasi merupakan Kredit yang diberikan oleh
lebih dari satu bank.
Apabila pemberian Kredit sindikasi beranggotakan Bank dan bank di
luar negeri, maka kontribusi bank di luar negeri secara total harus lebih
besar dari kontribusi Bank.
Contoh :
Kredit sindikasi oleh beberapa bank yang diberikan kepada PT. X
sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) berasal dari 3 (tiga)
bank di luar negeri dan 2 (dua) Bank. Ketiga bank di luar negeri
tersebut harus memberikan kontribusi paling sedikit sebesar Rp
510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah) dan kedua Bank
tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 490.000.000,- (empat
ratus sembilan puluh juta rupiah ). Dengan demikian, prosentase
kontribusi 3 (tiga) bank di luar negeri harus paling sedikit sebesar 51%
dan prosentase kontribusi 2 (dua) Bank dalam kredit sindikasi tersebut
sebesar 49%.
23
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Pasal 9
7/14/PBI/2005
Ayat (1) b – d
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
b. kartu kredit;
Termasuk jenis kartu kredit untuk pembelian barang produksi
(procurement card).
c. kredit konsumsi yang digunakan di dalam negeri;
Kredit konsumsi yaitu pemberian Kredit untuk keperluan konsumsi di
dalam negeri dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain,
termasuk di dalamnya Kredit Pemilikan Rumah, Apartemen, Ruko, dan
Rukan serta kredit pembelian kendaraan.
d. cerukan intra hari rupiah dan valuta asing yang didukung oleh
dokumen-dokumen yang bersifat authenticated yang menunjukkan
konfirmasi akan adanya dana masuk ke rekening bersangkutan pada
hari yang sama dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Surat Edaran Bank Indonesia;
Yang dimaksud dengan dokumen yang bersifat authenticated adalah
dokumen yang identitas pihak pengirim, isi pesan atau perintah, serta
kode rahasia dokumen dimaksud telah disepakati para pihak sehingga
hanya dapat dikonfirmasi atau diverifikasi oleh pihak penerima pesan
atau perintah, secara individual.
SE 7/23/DPD
2005
No. 4
Yang dimaksud Cerukan intra hari rupiah dan valuta asing, diatur
sebagai berikut :
1) Ketentuan pemberian cerukan intra hari
Pemberian cerukan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a) cerukan intra hari diberikan kepada penerima dana yang
tercantum dalam dokumen konfirmasi, dan dilaksanakan pada
tanggal valuta pembayaran yang tercantum dalam konfirmasi
dimaksud;
b) nilai dana yang akan diterima yang tercantum pada dokumen
konfirmasi dimaksud, ditambah dengan saldo rekening
penerima dana sekurang-kurangnya sama atau lebih besar dari
nilai transaksi pembayaran yang dilaksanakan;
c) transaksi pembayaran dilakukan setelah dokumen konfirmasi
sebagaimana dimaksud pada huruf b) diterima terlebih dahulu;
dan
d) penerimaan dana sebagaimana tercantum dalam dokumen
konfirmasi harus terealisasi pada tanggal pembayaran
dilaksanakan.
2) Dokumen pendukung pemberian cerukan intra hari
Dokumen konfirmasi yang bersifat authenticated yang
menunjukkan akan adanya dana rupiah masuk ke rekening
bersangkutan pada hari yang sama, meliputi :
a) Society for Worldwide Interbank Financial Telecomunication
(SWIFT) yang berfungsi sebagai notice to receive, customer
transfer, delivery versus payment (untuk Surat Berharga), atau
dokumen SWIFT lainnya yang sejenis; atau
24
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
b) tested telex.
Contoh :
1) Pada tanggal 1 Maret 2005, saldo awal rekening Pihak Asing
adalah Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
2) Pada tanggal yang sama, yang bersangkutan akan melakukan
pembayaran yang mengakibatkan pendebetan rekeningnya
sebesar Rp Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), sehingga
terjadi cerukan intra hari sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah).
Cerukan intra hari ini diperkenankan apabila Bank telah menerima
dokumen bukti akan adanya dana masuk dalam rekening Pihak
Asing pada tanggal 1 Maret 2005. Dokumen tersebut dapat berupa
SWIFT message yang berfungsi sebagai notice to receive, customer
transfer, delivery versus payment, atau tested telex dengan jumlah
nominal paling sedikit sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah).
e. cerukan dalam rupiah dan valuta asing karena pembebanan biaya
administrasi;
f. pengambilalihan tagihan dari badan yang ditunjuk pemerintah untuk
mengelola aset-aset bank dalam rangka restrukturisasi perbankan
Indonesia oleh Pihak Asing yang pembayarannya dijamin oleh Prime
Bank.
Ketentuan ini tunduk kepada ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia tentang prinsip kehati-hatian dalam rangka pembelian kredit
oleh bank dari badan yang menangani penyehatan perbankan nasional.
32
Pasal 9
7/14/PBI/2005
Ayat (2)
(2) Prime Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat
paling kurang :
1) BBB- dari lembaga pemeringkat Standard & Poors;
2) Baa3 dari lembaga pemeringkat Moody's;
3) BBB- dari lembaga pemeringkat Fitch; atau
4) Setara dengan angka 1), angka 2), dan atau angka 3), berdasarkan
penilaian lembaga pemeringkat terkemuka lain yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia;
berdasarkan penilaian terhadap prospek usaha jangka panjang (long
term outlook) bank tersebut; dan
b. Memiliki total aset yang termasuk dalam 200 (dua ratus) besar dunia
berdasarkan informasi yang tercantum dalam banker’s almanac.
Pasal 10
7/14/PBI/2005
Larangan pembelian Surat Berharga dalam rupiah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf c (Paragraf 25 huruf c dalam kodifikasi ini) tidak berlaku
untuk :
(1) pembelian Surat Berharga yang berkaitan dengan kegiatan ekspor barang
dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia serta perdagangan dalam
negeri;
25
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Yang dimaksud dengan pembelian Surat Berharga yang berkaitan dengan
kegiatan ekspor barang dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia
adalah pembelian Wesel Ekspor dan Banker’s Acceptance atas dasar
transaksi L/C maupun non-L/C.
Yang dimaksud dengan pembelian Surat Berharga yang berkaitan dengan
perdagangan dalam negeri adalah pembelian wesel atau Banker’s
Acceptance atas dasar transaksi Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN).
(2) pembelian bank draft dalam rupiah yang diterbitkan oleh bank di luar
negeri untuk kepentingan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar
negeri dan dana rupiah tersebut diterima di dalam negeri oleh bukan Pihak
Asing.
33
Pasal 11
7/14/PBI/2005
Ayat (1) dan (2)
(1) Larangan Transfer Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g
(Paragraf 25 huruf g dalam kodifikasi ini) tidak berlaku apabila dilakukan :
a. dalam rangka kegiatan ekonomi di Indonesia; atau
Termasuk dalam kegiatan ekonomi di Indonesia antara lain transaksi
Penyertaan Langsung di Indonesia, transaksi Surat Berharga, dan
transaksi pembelian barang dan jasa di Indonesia.
b. antar rekening yang dimiliki oleh Pihak Asing yang sama.
(2) Cakupan kegiatan ekonomi di Indonesia diatur lebih lanjut dalam Surat
Edaran Bank Indonesia.
SE 7/23/DPD
2005
No. 5
Pengecualian atas pelarangan Transfer Rupiah ke rekening rupiah Pihak
Asing, diatur sebagai berikut:
a. Transfer Rupiah dalam rangka pembayaran kepada Pihak Asing dapat
dilakukan apabila terdapat kegiatan ekonomi berupa :
1) divestasi Penyertaan Langsung Pihak Asing di Indonesia, dan atau
pembagian dividen;
2) penjualan Surat Berharga dalam rupiah oleh Pihak Asing, termasuk
penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), penjualan saham,
pembagian dividen, dan atau pembayaran kupon;
3) penerimaan pembayaran piutang Pihak Asing dalam rupiah,
termasuk dalam rangka restrukturisasi utang;
4) penjualan wesel ekspor Pihak Asing melalui transaksi Letter of
Credit (L/C) dalam rupiah;
5) penjualan wesel atas dasar Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN); dan atau
6) penjualan barang dan jasa di Indonesia termasuk penerimaan
penghasilan/gaji.
SE 7/44/DPD
2005
No. 1.b
b. Penerimaan Transfer Rupiah oleh Pihak Asing sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dengan nilai lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah), baik satu transaksi maupun beberapa transaksi untuk Pihak
26
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Asing yang sama dalam satu hari, Bank wajib memiliki jenis kegiatan
ekonomi yang mendasari (underlying transaction) Transfer Rupiah
tersebut dan dilengkapi dengan dokumen pendukung dari Pihak Asing,
yang ditetapkan paling kurang sebagai berikut :
1) Untuk Transfer Rupiah dalam rangka divestasi Penyertaan Langsung
di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam butir.a.1) adalah berupa
bukti penjualan saham.
2) Untuk Transfer Rupiah dalam rangka penjualan Surat Berharga
dalam rupiah oleh Pihak Asing termasuk penjualan SBI dan
penjualan saham sebagaimana dimaksud dalam butir a.2) adalah
berupa bukti konfirmasi penjualan Surat Berharga, antara lain
berupa SWIFT message, Tested Telex, Tested Fax, Reuters Monitor
Dealing System (RMDS).
3) Untuk Transfer Rupiah yang terkait dengan pembagian dividen
berupa bukti kepemilikan saham dan keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham tentang pembagian dividen. Untuk Transfer
Rupiah yang terkait dengan pembayaran kupon dilengkapi dengan
bukti kepemilikan Surat Berharga.
4) Untuk Transfer Rupiah yang terkait dengan penerimaan
pembayaran piutang Pihak Asing dalam rupiah, termasuk dalam
rangka restrukturisasi utang sebagaimana dimaksud dalam butir a.3)
adalah bukti perjanjian kredit.
5) Untuk Transfer Rupiah yang terkait dengan penjualan wesel ekspor
Pihak Asing melalui transaksi L/C dalam rupiah sebagaimana
dimaksud dalam butir 5.a.4) antara lain berupa wesel, invoice, atau
Bill of Lading (B/L);
6) Untuk Transfer Rupiah dalam rangka penjualan wesel atas dasar
SKBDN sebagaimana dimaksud dalam butir a.5) antara lain berupa
wesel, invoice, atau B/L antar pulau;
7) Untuk Transfer Rupiah dalam rangka penjualan barang dan jasa di
Indonesia termasuk penerimaan penghasilan/gaji sebagaimana
dimaksud dalam butir a.6) adalah bukti antara lain berupa faktur
transaksi jual beli barang dan jasa atau perjanjian kontrak kerja
SE 7/23/DPD
2005
No. 5
Pasal 11
7/14/PBI/2005
Ayat (3)
c. Transfer Rupiah dalam rangka rencana pembelian Surat Berharga dapat
dilakukan dengan pengaturan sebagai berikut :
1) terdapat dokumen yang menyatakan adanya pembelian Surat
Berharga antara lain berupa SWIFT message, tested telex, tested
fax, atau RMDS.
2) jangka waktu kepemilikan rupiah sebelum digunakan untuk
pembelian Surat Berharga paling lama 2 (dua) hari kerja.
7) pada saat realisasi pembelian Surat Berharga, Bank wajib memiliki
bukti pembelian Surat Berharga berupa bukti realisasi pembelian
saham (receive versus payment).
(3) Bank penerima dari suatu Transfer Rupiah yang ditujukan kepada Pihak
Asing wajib melakukan verifikasi terhadap status pihak penerima dana dan
kelengkapan dokumen kegiatan yang dilakukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
27
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Yang dimaksud dengan status penerima dana adalah status penerima dana
sebagai Pihak Asing atau bukan Pihak Asing.
34
Pasal 12
14/10/PBI/2012
No. 1 Ayat (1)
(1) Pembatasan Transaksi Derivatif valuta asing terhadap rupiah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) (Paragraf 29 ayat (3) dalam kodifikasi ini)
tidak berlaku dalam hal Transaksi Derivatif dilakukan untuk keperluan
lindung nilai (hedging) dalam rangka kegiatan berikut:
a. investasi di Indonesia yang berjangka waktu paling singkat 1 (satu)
minggu, yang dihitung sejak tanggal setelmen pembelian investasi
sampai dengan tanggal setelmen penjualan investasi;
b. ekspor barang dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia; dan/atau
Ekspor barang dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia
menggunakan cara pembayaran berdasarkan Letter of Credit (L/C) dan
Non L/C.
c. perdagangan dalam negeri yang menggunakan Surat Kredit
Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai surat kredit
berdokumen dalam negeri.
Kegiatan investasi di Indonesia meliputi Penyertaan Langsung,
pemberian Kredit, dan pembelian Surat Berharga, namun tidak
termasuk Sertifikat Bank Indonesia.
Pasal 12
14/10/PBI/2012
No. 1 Ayat (2)
SE 14/22/DPM
2012
No. 2.7
(2) Investasi di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
Penyertaan Langsung, pemberian Kredit, dan pembelian Surat Berharga,
namun tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia
Underlying transaction dalam pengecualian pembatasan Transaksi Derivatif
valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan untuk keperluan lindung nilai
(hedging) diatur sebagai berikut:
1. Dalam hal investasi berupa pembelian Surat Berharga diatur sebagai
berikut:
a) underlying transaction untuk pembelian Surat Berharga dihitung
berdasarkan total portofolio (basket of securities) atas dasar harga
pasar (market value), sesuai dengan ketentuan yang berlaku
mengenai Surat Berharga yang bersangkutan;
b) total nilai portofolio paling sedikit sama dengan nilai hedging pada
saat awal transaksi hedging dilakukan; Apabila dalam jangka waktu
hedging terdapat penurunan market value Surat Berharga yang
digunakan sebagai underlying, maka tidak terdapat kewajiban topup atas nilai Surat Berharga dimaksud.
c) apabila dalam jangka waktu hedging terdapat penambahan Surat
Berharga dalam portofolio yang sama, dan Pihak Asing bermaksud
untuk melakukan hedging atas penambahan Surat Berharga
tersebut, maka Pihak Asing yang bersangkutan wajib membuka
28
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
kontrak hedging baru dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu)
minggu dengan nilai hedging paling banyak sebesar penambahan
Surat Berharga dimaksud;
Contoh:
Pihak Asing memiliki portofolio saham sebesar Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) pada tanggal 1 Agustus 2012, dan pada
tanggal yang sama dilakukan hedging dengan membuka Transaksi
Derivatif sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dan
berjangka waktu 1 (satu) minggu. Pada tanggal 6 Agustus 2012,
Pihak Asing tersebut melakukan pembelian obligasi SUN sebesar
Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah), sehingga total nilai
portofolio Pihak Asing menjadi sebesar Rp90.000.000,00 (sembilan
puluh juta rupiah). Apabila Pihak Asing tersebut bermaksud untuk
melakukan hedging atas tambahan obligasi SUN tersebut, maka
Pihak Asing dimaksud harus membuka kontrak hedging baru di luar
transaksi hedging sebelumnya dengan nilai hedging paling banyak
sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) dan jangka
waktu paling singkat 1 (satu) minggu.
d) dalam hal Pihak Asing telah menerima kupon dan/atau penghasilan
lainnya atas Surat Berharga yang dimiliki, Pihak Asing dapat
melakukan transaksi hedging dengan underlying kupon dan/atau
penghasilan lainnya yang telah diterima dari investasi Surat
Berharga dimaksud;
e) dalam hal Pihak Asing akan menerima kupon dan/atau penghasilan
lainnya atas Surat Berharga yang dimiliki yang dibuktikan dengan
dokumen pendukung mengenai kepastian waktu dan jumlah yang
akan diterima, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging
dengan underlying kupon dan/atau penghasilan lainnya yang akan
diterima dari investasi Surat Berharga dimaksud;
f) transaksi hedging yang dilakukan Pihak Asing paling banyak sebesar
nilai kupon dan/atau penghasilan lainnya dari investasi Surat
Berharga yang telah atau yang akan diterima.
2. Dalam hal investasi berupa pemberian Kredit diatur sebagai berikut:
a) underlying transaction untuk pemberian Kredit dihitung
berdasarkan nominal Kredit yang telah direalisasikan;
b) underlying untuk pemberian Kredit dalam bentuk Kredit sindikasi,
dihitung berdasarkan kontribusi Pihak Asing tersebut dalam Kredit
sindikasi;
Dalam hal terdapat Kredit sindikasi dengan Pihak Asing lebih dari 1
(satu), maka masing-masing Pihak Asing yang tergabung dalam
Kredit sindikasi dapat melakukan hedging dengan nilai hedging
paling banyak sebesar nilai kontribusi Pihak Asing yang
bersangkutan dalam Kredit sindikasi tersebut.
Contoh:
Kredit sindikasi oleh 5 (lima) bank di luar negeri yang diberikan
kepada PT. PQR adalah sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah). Masing-masing bank di luar negeri tersebut memberikan
kontribusinya sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
maka nilai hedging yang dapat dilakukan oleh masing-masing bank
29
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
c)
d)
e)
f)
g)
di luar negeri tersebut paling banyak adalah sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
dalam hal Pihak Asing telah menerima bunga atas pemberian Kredit
oleh Pihak Asing yang bersangkutan, Pihak Asing dapat melakukan
transaksi hedging dengan underlying pendapatan bunga dimaksud;
dalam hal Pihak Asing telah menerima pengembalian Kredit oleh
debitur, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan
underlying dana yang berasal dari pengembalian Kredit dimaksud;
dalam hal Pihak Asing akan menerima bunga atas pemberian Kredit
oleh Pihak Asing yang bersangkutan yang dibuktikan dengan
dokumen pendukung mengenai kepastian waktu dan jumlah yang
akan diterima, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging
dengan underlying bunga yang akan diterima dimaksud;
dalam hal Pihak Asing akan menerima pengembalian Kredit oleh
debitur yang dibuktikan dengan dokumen pendukung mengenai
kepastian waktu dan jumlah yang akan diterima, Pihak Asing dapat
melakukan transaksi hedging dengan underlying pengembalian
Kredit yang akan diterima dimaksud;
transaksi hedging yang dilakukan Pihak Asing paling banyak sebesar
nilai pendapatan bunga dan/atau nilai pengembalian Kredit yang
telah atau yang akan diterima;
Contoh 1:
Pihak Asing memberikan Kredit kepada PT. STU pada tanggal 3
Desember 2012 sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun. Pelunasan Kredit tersebut
akan dilakukan pada akhir tahun ketiga yang jatuh waktu pada
tanggal 3 Desember 2015. Pihak Asing berencana untuk melakukan
hedging dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun atas pemberian Kredit
yang telah dilakukan tersebut. Bank dapat memenuhi kebutuhan
Pihak Asing untuk melakukan hedging melalui transaksi outright
forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) pada tanggal transaksi 3
Desember 2012 dengan tanggal valuta 3 Desember 2015. Dalam hal
Pihak Asing yang bersangkutan telah menerima pengembalian
Kredit sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) pada
tanggal 3 Desember 2015, atas dana rupiah tersebut Pihak Asing
yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi
hedging lagi.
Contoh 2:
Pihak Asing memberikan Kredit kepada PT. VWX sebesar
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dengan jangka
waktu 5 (lima) tahun. Pembayaran Kredit tersebut dilakukan secara
bertahap setiap tahunnya dengan angsuran pokok Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan bunga 10% (sepuluh per seratus) per
tahun. Pembayaran angsuran I jatuh waktu pada 1 Oktober 2012
sebesar Rp55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah) dan Pihak
Asing berencana untuk melakukan transaksi hedging atas
pendapatan bunga dan pengembalian Kredit yang telah diterima
tersebut. Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing untuk
30
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
melakukan hedging melalui transaksi outright forward jual USD/IDR
Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp55.000.000,00 (lima puluh lima
juta rupiah) dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu.
Dalam hal ini, transaksi dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2012
dengan tanggal valuta paling singkat 8 Oktober 2012.
3. Dalam hal investasi berupa Penyertaan Langsung diatur sebagai berikut:
a) underlying transaction untuk Penyertaan Langsung adalah berupa
setoran modal dan laba ditahan, namun tidak termasuk laba tahun
berjalan;
b) hedging atas Penyertaan Langsung paling banyak sebesar nilai
underlying Penyertaan Langsung yang tercantum dalam dokumen
pendukung;
c) dalam hal Pihak Asing telah menerima dividen atas Penyertaan
Langsung, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan
underlying dividen yang telah diterima dimaksud;
d) dalam hal Pihak Asing telah melakukan pencairan aset dalam rupiah
yang dimiliki oleh Pihak Asing yang bersangkutan, Pihak Asing dapat
melakukan transaksi hedging dengan underlying dana hasil
pencairan aset rupiah dimaksud;
e) dalam hal Pihak Asing akan menerima dividen atas Penyertaan
Langsung yang dibuktikan dengan dokumen pendukung mengenai
kepastian waktu dan jumlah yang akan diterima, Pihak Asing dapat
melakukan transaksi hedging dengan underlying dividen yang akan
diterima dimaksud;
f) dalam hal Pihak Asing akan melakukan pencairan aset dalam rupiah
yang dimiliki oleh Pihak Asing yang bersangkutan yang dibuktikan
dengan dokumen pendukung mengenai kepastian waktu dan jumlah
yang akan diterima, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging
dengan underlying dana pencairan aset rupiah yang akan diterima
dimaksud;
g) transaksi hedging yang dilakukan Pihak Asing paling banyak sebesar
nilai pendapatan dividen dan/atau dana hasil pencairan aset rupiah
yang telah atau yang akan diterima;
Contoh:
Pihak Asing melakukan Penyertaan Langsung kepada PT. XYZ yang
merupakan perusahaan dalam negeri yang bergerak di bidang alatalat pertambangan sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) selama 3 (tiga) tahun ke depan. Pihak Asing berencana
untuk melakukan hedging dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun atas
Penyertaan Langsung tersebut. Bank dapat memenuhi kebutuhan
Pihak Asing untuk melakukan hedging dengan jangka waktu 3 (tiga)
tahun. Dalam hal Pihak Asing yang bersangkutan melakukan
pencairan aset atas Penyertaan Langsung di PT. XYZ sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) pada akhir tahun ketiga,
atas dana hasil pencairan aset rupiah tersebut Pihak Asing yang
bersangkutan tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi
hedging lagi.
31
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
4. Dalam hal kegiatan investasi masih dalam proses penyelesaian diatur
sebagai berikut:
a) underlying transaction untuk kegiatan investasi yang masih dalam
proses penyelesaian dihitung berdasarkan rencana investasi yang
meliputi Penyertaan Langsung di Indonesia, pemberian Kredit, dan
pembelian Surat Berharga yang dibuktikan dengan dokumen
pendukung;
b) dan nilai hedging atas kegiatan investasi yang masih dalam proses
penyelesaian paling banyak sebesar nilai rencana investasi pada saat
awal transaksi hedging dilakukan yang dibuktikan dengan dokumen
pendukung.
Pasal 12
14/10/PBI/2012
No. 1 Ayat (3) a
(3) Hedging sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas suatu kegiatan investasi
di Indonesia hanya dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan berikut:
a. terdapat realisasi investasi;
Yang dimaksud dengan realisasi investasi adalah terjadinya aliran dana
dari Pihak Asing untuk penyelesaian kegiatan investasi, termasuk
investasi yang dalam proses penyelesaian.
SE 14/22/DPM
2012
Angka 1.6. Huruf
a 1), 2), 5) – 9)a
Hedging atas realisasi investasi diatur sebagai berikut:
1) telah terjadi aliran dana dari Pihak Asing untuk setelmen kegiatan
investasi dimaksud;
2) dalam hal kegiatan investasi masih dalam proses penyelesaian
namun telah terjadi aliran dana dari Pihak Asing atas rencana
investasi dimaksud, hedging dapat dilakukan atas aliran dana
tersebut apabila Pihak Asing yang bersangkutan telah tercatat
sebagai investor atas investasi dimaksud;
3) dalam hal kegiatan investasi masih dalam proses penyelesaian, nilai
hedging paling banyak sebesar nilai rencana investasi yang
tercantum dalam dokumen pendukung;
4) dalam hal kegiatan investasi masih dalam proses penyelesaian,
jangka waktu hedging paling singkat 1 (satu) minggu dan paling
lama sama dengan jangka waktu proses penyelesaian investasi
dimaksud;
5) contoh hedging atas kegiatan investasi yang telah direalisasikan:
Pihak Asing melakukan pembelian saham sebesar Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) pada tanggal transaksi 10 September 2012
dengan tanggal valuta 13 September 2012 dan berencana untuk
melakukan hedging atas saham tersebut. Bank dapat memenuhi
kebutuhan hedging Pihak Asing atas pembelian saham yang telah
terealisasi tersebut dengan transaksi outright forward jual USD/IDR
Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu,
sepanjang saham dimiliki Pihak Asing paling singkat sampai dengan
tanggal 20 September 2012. Dalam hal ini transaksi hedging
dilakukan pada tanggal 13 September 2012 dengan tanggal valuta
paling singkat 20 September 2012.
32
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
6) contoh hedging atas kegiatan investasi yang masih dalam proses
penyelesaian dimana Pihak Asing telah memiliki dana rupiah yang
cukup untuk penyelesaian transaksi kegiatan investasi dimaksud:
Contoh 1:
Pihak Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menyelenggarakan
Initial Public Offering (IPO) Saham PT. JKL dengan persyaratan
sebagai berikut:
Tanggal efektif : 1 Oktober 2012
Tanggal penawaran : 8 s.d. 12 Oktober 2012
Tanggal penjatahan : 15 Oktober 2012
Tanggal pengembalian dana : 16 Oktober 2012
Tanggal distribusi : 16 Oktober 2012
Tanggal listing di bursa : 17 Oktober 2012
Pada tanggal penawaran, para investor dipersyaratkan untuk
menyetor dana rupiah sebesar nilai penawaran yang diajukan.
Berdasarkan informasi IPO tersebut, Pihak Asing melakukan
penawaran saham PT. JKL sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah). Pada tanggal 9 Oktober 2012, Pihak Asing
menyetor dana sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) dalam rangka memenuhi persyaratan IPO dan
berencana untuk melakukan hedging atas setoran dana tersebut.
Bank dapat memenuhi kebutuhan hedging Pihak Asing atas setoran
dana dimaksud dengan transaksi outright forward jual USD/IDR
Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu)
minggu. Dalam hal ini, transaksi hedging dilakukan pada tanggal 9
Oktober 2012 dengan tanggal valuta 16 Oktober 2012, dimana
tanggal valuta tersebut merupakan tanggal penyelesaian transaksi
pembelian saham tersebut.
Contoh 2:
Apabila dalam penawaran Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada
contoh 1, Pihak Asing dimaksud memperoleh saham sebesar
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah), maka Pihak
Asing yang bersangkutan harus menyediakan dana rupiah yang
cukup untuk melakukan penyelesaian transaksi outright forward
jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) yang telah dilakukan sebelumnya.
Contoh 3:
Apabila dalam penawaran Pihak Asing sebagaimana dimaksud
pada contoh 1, Pihak Asing dimaksud tidak memperoleh saham
seluruhnya, dan kemudian Pihak Asing yang bersangkutan
mendapatkan dana rupiahnya kembali pada tanggal 16 Oktober
2012.
Dana rupiah tersebut dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan transaksi outright forward jual USD/IDR Bank
kepada Pihak Asing sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) yang telah dilakukan sebelumnya.
Contoh 4:
Apabila dalam penawaran Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada
contoh 1, Pihak Asing dimaksud memperoleh saham hanya sebesar
33
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), dan kemudian Pihak Asing
yang bersangkutan mendapatkan dana rupiahnya kembali sebesar
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) pada tanggal 16
Oktober 2012. Pihak Asing yang bersangkutan harus menyediakan
tambahan dana rupiah sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) untuk melakukan penyelesaian transaksi outright forward
jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) yang telah dilakukan sebelumnya.
7) contoh hedging atas kegiatan investasi yang masih dalam proses
penyelesaian dimana hedging dilakukan untuk pendanaan kegiatan
investasi yang bersangkutan:
Pihak Asing melakukan pembelian Obligasi Negara tenor 5 (lima)
tahun sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
pada tanggal transaksi 3 September 2012 dengan tanggal valuta 6
September 2012, dan akan dimiliki sampai dengan tanggal 8
Oktober 2012. Atas kepemilikan Obligasi Negara tersebut, Pihak
Asing berencana untuk melakukan hedging. Bank dapat memenuhi
kebutuhan hedging Pihak Asing atas pembelian Obligasi Negara
tersebut melalui transaksi swap jual USD/IDR Bank kepada Pihak
Asing (beli USD/IDR pada first leg dan jual USD/IDR pada second leg)
sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Dalam
hal ini, transaksi dapat dilakukan pada tanggal 4 September 2012
dengan tanggal valuta (first leg) 6 September 2012 dan tanggal
jatuh waktu (second leg) 8 Oktober 2012. Dana rupiah yang
diperoleh pada tanggal 6 September 2012 dipergunakan untuk
melakukan setelmen Obligasi Negara tersebut.
Pasal 12
14/10/PBI/2012
No. 1
Ayat (3) b – e
b. nilai hedging untuk investasi paling banyak sebesar nilai realisasi
investasi yang tercantum dalam dokumen pendukung;
c. nilai investasi yang dapat dilakukan hedging tidak termasuk future
income yang belum dapat dipastikan jumlah dan waktu penerimaan dari
investasi dimaksud;
Future income antara lain capital gain, dividen, kupon dan bunga.
d. jangka waktu hedging paling singkat 1 (satu) minggu yang dihitung
berdasarkan tanggal dimulainya transaksi hedging sampai dengan
tanggal valuta hedging, dan paling lama sama dengan jangka waktu
investasi; dan
e. transaksi hedging dilengkapi dengan dokumen hedging dan dokumen
investasi yang bersangkutan.
Pasal 12
14/10/PBI/2012
No. 1 Ayat (4)
(4) Dalam hal terdapat penghasilan dari investasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang jumlah dan waktu penerimaannya dapat dipastikan, dapat
dilakukan hedging dengan ketentuan sebagai berikut:
a. hedging hanya dapat dilakukan melalui transaksi outright forward jual
valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing;
b. penghasilan dari investasi meliputi penghasilan yang telah diterima
maupun yang akan diterima;
34
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Penghasilan dari investasi yang telah diterima maupun yang akan
diterima antara lain dividen, kupon dan bunga.
c. transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah Bank
dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi yang telah diterima
oleh Pihak Asing hanya dapat dilakukan sebanyak 1 (satu) kali transaksi
dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu;
d. transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah Bank
dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi yang akan diterima
oleh Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan jangka waktu paling
singkat 1 (satu) minggu dan jangka waktu paling lama sama dengan
jangka waktu penerimaan penghasilan;
e. nilai transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah Bank
dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi sebagaimana
dimaksud pada huruf b paling banyak sebesar nilai penghasilan dari
investasi yang tercantum dalam dokumen pendukung; dan
f. transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah Bank
dengan Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib
dilengkapi dengan dokumen pendukung.
SE 14/22/DPM
2012
Angka 1.6.b
Hedging atas penghasilan dari investasi, diatur sebagai berikut:
1. dana rupiah yang telah diterima oleh Pihak Asing;
Contoh:
Pihak Asing menerima dana rupiah yang berasal dari kupon Obligasi
Pemerintah pada tanggal 25 September 2012 sebesar Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah). Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing
untuk melakukan repatriasi atas dana rupiah tersebut melalui transaksi
outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan jangka waktu paling
singkat 1 (satu) minggu. Dalam hal ini, transaksi dilakukan pada tanggal
26 September 2012 dengan tanggal valuta paling singkat 3 Oktober
2012.
2. dalam hal dana rupiah belum diterima oleh Pihak Asing, harus terdapat
kepastian atas jumlah dana rupiah yang akan diterima dan waktu
penerimaan oleh Pihak Asing yang dibuktikan dengan dokumen
pendukung;
Contoh:
Pihak Asing melakukan Penyertaan Langsung dalam PT. MNO yang
bergerak pada usaha pertambangan di Indonesia. Sesuai dengan hasil
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 2 Agustus 2012,
dividen akan dibagikan kepada Pihak Asing yang bersangkutan pada
tanggal 10 Agustus 2012 sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah). Berdasarkan dokumen hasil RUPS tersebut, Pihak Asing dapat
melakukan repatriasi atas dana rupiah dari dividen yang akan diterima.
Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing untuk melakukan
repatriasi melalui transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada
Pihak Asing sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan
35
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu. Dalam hal ini, transaksi
dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2012 dengan tanggal valuta 10
Agustus 2012.
Pasal 12
14/10/PBI/2012
No. 1 Ayat (5)
(5) Hedging sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas kegiatan ekspor/impor
perdagangan internasional dan/atau perdagangan dalam negeri diatur
sebagai berikut:
Contoh:
Eksportir akan menerima pembayaran dalam waktu 2 (dua) bulan ke depan.
Dalam hal ini, eksportir dapat melakukan hedging dengan jangka
waktu paling lama 2 (dua) bulan atau eksportir melakukan hedging dengan
jangka waktu kurang dari 2 (dua) bulan, namun dengan tanggal jatuh
waktu yang sama dengan tanggal jatuh waktu penerimaan pembayaran.
a. jangka waktu hedging paling lama sesuai dengan jangka waktu
kebutuhan pembayaran importir dan/atau penerimaan pembayaran
eksportir;
b. jatuh waktu hedging paling lama sama dengan jatuh waktu pembayaran
importir dan/atau penerimaan pembayaran eksportir;
c. nilai hedging paling banyak sebesar nilai ekspor/impor perdagangan
internasional dan/atau perdagangan dalam negeri yang tercantum
dalam dokumen pendukung; dan
d. dilengkapi dengan dokumen hedging dan dokumen ekspor/impor
perdagangan internasional dan/atau perdagangan dalam negeri yang
bersangkutan.
SE 14/22/DPM
2012
No. 4.9
Dokumen pendukung atas hedging untuk kegiatan ekspor/impor
perdagangan internasional, diatur sebagai berikut:
a. Dokumen bersifat final.
b. Dokumen yang memuat informasi paling kurang mengenai nilai
ekspor/impor
perdagangan
internasional,
identitas
eksportir/importir, dan term of payment.
c. Dokumen pendukung antara lain berupa wesel, invoice,
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), Pemberitahuan Impor Barang
(PIB), Bill of Lading (B/L), dokumen Letter of Credit (L/C), dokumen
Non L/C dan/atau surat kesanggupan membayar yang dibuat oleh
importir.
d. Dalam hal hedging yang dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing
dalam rangka cover hedging Bank diatur sebagai berikut:
1) untuk cover hedging nasabah Bank dengan underlying milik
nasabah yang bersangkutan, dokumen pendukung berupa bukti
kegiatan ekspor/impor perdagangan internasional sebagaimana
diatur pada huruf a sampai dengan huruf c;
2) untuk cover hedging Bank lain di dalam negeri kepada Pihak
Asing (bank di luar negeri), dokumen pendukung berupa surat
pernyataan dari Bank yang bersangkutan bahwa underlying
untuk transaksi cover hedging tersebut telah memenuhi
persyaratan yang diatur dalam ketentuan Pasal 12 ayat (6)
(Paragraf 34 ayat (6) dalam kodifikasi ini).
36
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
e. Transaksi Derivatif dalam rangka hedging yang dilakukan oleh Pihak
Asing, disertai dengan dokumen pendukung berupa surat
pernyataan yang bersifat authenticated yang dibuat oleh Pihak
Asing yang bersangkutan, yang isinya paling kurang mencakup:
1) nama dan identitas Pihak Asing;
2) nama Bank;
3) nilai nominal Transaksi Derivatif yang dilakukan Pihak Asing
dengan Bank dalam rangka hedging atas suatu underlying; dan
4) pernyataan tertulis dari Pihak Asing bahwa hedging atas
underlying tidak digunakan sebagai underlying bagi Transaksi
Derivatif lainnya baik dengan Bank yang sama maupun dengan
Bank lain.
Surat Pernyataan dimaksud disampaikan oleh Pihak Asing pada saat
dilakukan hedging dan berlaku untuk 1 (satu) tahun kalender.
SE 14/22/DPM
2012
No. 5.10
Dokumen pendukung atas hedging untuk kegiatan perdagangan dalam
negeri diatur sebagai berikut:
a. Dokumen bersifat final
b. Dokumen yang memuat informasi paling kurang mengenai nilai
perdagangan dalam negeri, identitas buyer/seller dan term of
payment
c. Dokumen pendukung antara lain berupa wesel, invoice, B/L antar
pulau, dokumen Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)
dan/atau surat kesanggupan membayar yang dibuat oleh buyer.
d. Dalam hal hedging yang dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing
dalam rangka cover hedging Bank diatur sebagai berikut:
1) untuk cover hedging nasabah Bank dengan underlying milik
nasabah yang bersangkutan, dokumen pendukung berupa bukti
kegiatan perdagangan dalam negeri sebagaimana diatur pada
huruf a sampai dengan huruf c;
2) untuk cover hedging Bank lain di dalam negeri kepada Pihak
Asing (bank di luar negeri), dokumen pendukung berupa surat
pernyataan dari Bank yang bersangkutan bahwa underlying
untuk transaksi cover hedging tersebut telah memenuhi
persyaratan yang diatur dalam ketentuan Pasal 12 ayat (6)
(Paragraf 26 ayat (6) dalam kodifikasi ini).
e. Transaksi Derivatif dalam rangka hedging yang dilakukan oleh Pihak
Asing, disertai dengan dokumen pendukung berupa surat
pernyataan yang bersifat authenticated yang dibuat oleh Pihak Asing
yang bersangkutan, yang isinya paling kurang mencakup:
1) nama dan identitas Pihak Asing;
2) nama Bank;
3) nilai nominal Transaksi Derivatif yang dilakukan Pihak Asing
dengan Bank dalam rangka hedging atas suatu underlying; dan
4) pernyataan tertulis dari Pihak Asing bahwa hedging atas
underlying tidak digunakan sebagai underlying bagi Transaksi
Derivatif lainnya baik dengan Bank yang sama maupun dengan
Bank lain.
37
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Surat Pernyataan dimaksud disampaikan oleh Pihak Asing pada saat
dilakukan hedging dan berlaku untuk 1 (satu) tahun kalender.
SE 14/22/DPM
2012
No. 1.6.c – 1.6.d
Hedging atas kegiatan ekspor/impor perdagangan internasional harus
memiliki jangka waktu paling lama sesuai dengan jangka waktu kebutuhan
pembayaran importir dan/atau penerimaan pembayaran eksportir.
Contoh:
Pihak Asing yang merupakan importir di Indonesia mempunyai kewajiban
pembayaran impor sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta US Dollar) yang
jatuh waktu pada tanggal 14 September 2012 dan berencana melakukan
hedging atas kewajiban pembayaran impor. Bank dapat memenuhi
kebutuhan hedging Pihak Asing atas kewajiban pembayaran tersebut
melalui transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing
sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta US Dollar) pada tanggal transaksi
11 September 2012 dengan tanggal valuta 14 September 2012.
Hedging atas kegiatan perdagangan dalam negeri harus memiliki jangka
waktu paling lama sesuai dengan jangka waktu kebutuhan pembayaran
kewajiban dan/atau penerimaan tagihan.
Contoh:
Pihak Asing mempunyai kewajiban pembayaran invoice dalam rangka
kegiatan perdagangan antar pulau di Indonesia sebesar USD15,000,000.00
(lima belas juta US Dollar) yang jatuh waktu pada tanggal 7 September 2012
dan berencana melakukan hedging atas kewajiban pembayaran invoice.
Bank dapat memenuhi kebutuhan hedging Pihak Asing atas kewajiban
pembayaran tersebut melalui transaksi outright forward jual USD/IDR Bank
kepada Pihak Asing sebesar USD15,000,000.00 (lima belas juta US Dollar)
pada tanggal transaksi 3 September 2012 dengan tanggal valuta 7
September 2012.
Pasal 12
14/10/PBI/2012
No. 1 Ayat (6)
(6) Hedging sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan oleh
Bank dengan Pihak Asing dalam rangka cover hedging Bank.
Yang dimaksud dengan cover hedging adalah apabila Bank melakukan
hedging kepada Pihak Asing (bank di luar negeri) atas hedging yang telah
dilakukan nasabah Bank kepada Bank yang bersangkutan dengan
underlying yang dimiliki oleh nasabah Bank dimaksud.
SE 14/22/DPM
2012
No. 1.6.e
Hedging yang dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing dalam rangka cover
hedging Bank, diatur sebagai berikut:
1. Bank dapat melakukan hedging kepada Pihak Asing (bank di luar negeri)
atas hedging yang telah dilakukan nasabah Bank kepada Bank yang
bersangkutan dengan underlying yang dimiliki oleh nasabah Bank
dimaksud;
2. Contoh cover hedging Bank kepada Pihak Asing atas hedging nasabah:
PT. ABC memiliki kewajiban valuta asing terkait dengan transaksi impor
perdagangan internasional yang akan jatuh waktu 1 (satu) minggu ke
38
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
depan. Perusahaan tersebut melakukan hedging melalui transaksi
outright forward beli USD/IDR kepada Bank X dengan jangka waktu 1
(satu) minggu. Bank X dapat melakukan cover hedging dengan jangka
waktu paling singkat 1 (satu) minggu kepada Pihak Asing (bank di luar
negeri) berdasarkan hedging yang dilakukan PT. ABC sepanjang
underlying kewajiban valuta asing tersebut masih memiliki sisa jangka
waktu 1 (satu) minggu.
3. Contoh cover hedging Bank kepada Pihak Asing atas cover hedging Bank
lain:
PT. DEF memiliki kewajiban valuta asing terkait dengan transaksi impor
perdagangan internasional yang akan jatuh waktu 1 (satu) bulan ke
depan pada tanggal 28 September 2012. Perusahaan tersebut
melakukan hedging melalui transaksi outright forward beli USD/IDR
kepada Bank Y di dalam negeri dengan tanggal transaksi 3 September
2012 dan tanggal valuta 28 September 2012. Selanjutnya Bank Y
melakukan cover hedging kepada Bank Z di dalam negeri dengan tanggal
transaksi 10 September 2012 dan tanggal valuta 28 September 2012.
Karena keterbatasan credit limit di dalam negeri maka Bank Z di dalam
negeri melakukan cover hedging kepada Pihak Asing (bank di luar
negeri) dengan tanggal transaksi 1 September 2012 dan tanggal valuta
28 September 2012 berdasarkan hedging yang dilakukan PT. DEF
dengan Bank Y.
Pasal 12
14/10/PBI/2012
No. 1
Ayat (7) – (8)
(7) Persyaratan hedging dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan untuk transaksi outright
forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam
rangka setelmen kegiatan investasi.
(8) Transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan
Pihak Asing dalam rangka setelmen kegiatan investasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) diatur sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan “transaksi outright forward beli valuta asing
terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing” adalah transaksi forward yang
bukan berasal dari transaksi swap atau transaksi derivative lainnya.
a. jangka waktu outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank
dengan Pihak Asing sama dengan jangka waktu setelmen kegiatan
investasi;
b. tanggal dimulainya transaksi outright forward beli valuta asing terhadap
rupiah Bank dengan Pihak Asing maupun berakhirnya transaksi outright
forward beli dimaksud sama dengan tanggal dimulainya dan
berakhirnya setelmen kegiatan investasi; dan
c. dilengkapi dengan dokumen pendukung setelmen kegiatan investasi
yang bersangkutan.
SE 14/22/DPM
2012
No. 1.6.f
Transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan
Pihak Asing dalam rangka setelmen kegiatan investasi diatur sebagai
berikut:
1) Tanggal transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank
39
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
dengan Pihak Asing sama dengan tanggal transaksi pembelian investasi
oleh Pihak Asing;
2) Tanggal valuta outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank
dengan Pihak Asing sama dengan tanggal setelmen pembelian investasi
oleh Pihak Asing; 3) contoh transaksi outright forward beli valuta asing
terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen
pembelian saham:
3) Pihak Asing (global broker, atau global custody, atau pemodal asing)
melakukan transaksi pembelian saham pada tanggal 27 Agustus 2012
untuk setelmen saham pada tanggal 30 Agustus 2012. Pihak Asing
membutuhkan dana rupiah dalam rangka setelmen transaksi pembelian
saham tersebut. Dalam hal ini, Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak
Asing dengan melakukan transaksi outright forward beli valuta asing
terhadap rupiah Bank kepada Pihak Asing pada tanggal transaksi 27
Agustus 2012 untuk jatuh waktu pada tanggal 30 Agustus 2012.
SE 14/22/DPM
2012
No. 3.8
(9) Dokumen pendukung dalam pengecualian pembatasan Transaksi Derivatif
valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan untuk keperluan lindung nilai
(hedging), diatur sebagai berikut:
a. Dokumen kegiatan investasi bersifat final.
b. Dokumen kegiatan investasi memuat informasi paling sedikit nilai
investasi, identitas investor, dan term of payment.
c. Dalam hal hedging untuk investasi berupa Penyertaan Langsung,
dokumen pendukung antara lain berupa:
1) bukti Penyertaan Langsung yang didalamnya tercantum nilai
nominal, identitas penyetor, identitas pihak penerima Penyertaan
Langsung;
2) bukti pencairan aset; dan/atau
3) bukti setoran.
d. Dalam hal hedging untuk investasi berupa pemberian Kredit, dokumen
pendukung antara lain berupa:
1) bukti perjanjian Kredit;
2) bukti outstanding Kredit;
3) bukti realisasi pembayaran/penarikan Kredit; dan/atau
4) bukti pengembalian Kredit.
e. Dalam hal hedging untuk investasi berupa pembelian Surat Berharga
diatur sebagai berikut:
1) Dokumen pendukung berupa bukti pembelian Surat Berharga oleh
Pihak Asing berupa SWIFT message yang berfungsi sebagai receive
versus payment dan statement of holdings; dan/atau
2) Bagi nasabah yang tidak berlangganan SWIFT dapat menggunakan
dokumen pengganti berupa laporan rekapitulasi kepemilikan Surat
Berharga yang diterbitkan bank kustodian yang bersangkutan, untuk
bukti kepemilikan Surat Berharga dimaksud.
3) Di dalam laporan rekapitulasi tersebut harus tercantum tanggal
yang membuktikan bahwa pada saat dilakukan hedging sampai
dengan jatuh waktu hedging, yang bersangkutan masih memiliki
jumlah outstanding Surat Berharga yang nilainya paling sedikit sama
dengan nilai hedging.
40
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
f.
Dalam hal hedging untuk investasi yang masih dalam proses
penyelesaian, dokumen pendukung berupa:
1) Bukti bahwa Pihak Asing yang bersangkutan tercatat sebagai investor
dari kegiatan investasi yang akan direalisasikan yang antara lain
dapat berupa bukti masuk dalam short list;
2) Bukti pembayaran/setoran dana dalam rangka pemenuhan
persyaratan kegiatan investasi dimaksud yang antara lain dapat
berupa SWIFT message, invoice; dan/atau
3) Dokumen rencana investasi yang antara lain dapat berupa invoice,
sale and purchase agreement.
g. Dalam hal hedging yang dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing dalam
rangka cover hedging Bank diatur sebagai berikut:
1) untuk cover hedging nasabah Bank dengan underlying milik nasabah
yang bersangkutan, dokumen pendukung berupa bukti kegiatan
investasi sebagaimana diatur pada huruf a sampai dengan huruf f;
2) untuk cover hedging Bank lain di dalam negeri kepada Pihak Asing
(bank di luar negeri), dokumen pendukung berupa surat pernyataan
dari Bank yang bersangkutan bahwa underlying untuk transaksi
cover hedging tersebut telah memenuhi persyaratan yang diatur
dalam ketentuan Pasal 12 ayat (6) (Paragraf 26 ayat (6) dalam
kodifikasi ini).
h. Dalam hal hedging dengan transaksi outright forward beli valuta asing
terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen
kegiatan investasi oleh Pihak Asing, diatur sebagai berikut:
1) untuk transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah
Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen pembelian Surat
Berharga, dokumen pendukung berupa:
a) konfirmasi pembelian saham dan/atau Surat Berharga yang
disepakati oleh pembeli dan penjual, antara lain melalui sarana
SWIFT message, pada saat tanggal transaksi outright forward
beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing; dan
b) bukti pembelian saham dan/atau Surat Berharga berupa
authenticated SWIFT message yang berfungsi sebagai bukti
realisasi pembelian (receive versus payment), pada saat tanggal
valuta transaksi outright forward beli valuta asing terhadap
rupiah Bank dengan Pihak Asing.
2) untuk transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah
Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen Penyertaan
Langsung, dokumen pendukung antara lain berupa bukti Penyertaan
Langsung, sale and purchase agreement, dan/atau invoice;
3) untuk transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah
Bank dengan Pihak Asing dalam rangka pemberian Kredit, dokumen
pendukung antara lain berupa bukti perjanjian Kredit, bukti
outstanding Kredit, dan/atau bukti realisasi pembayaran/penarikan
Kredit.
i. Dalam hal hedging yang dilakukan Pihak Asing atas penghasilan dari
investasi yang jumlah dan waktu penerimaannya dapat dipastikan,
diatur sebagai berikut:
1) untuk dana rupiah yang telah diterima oleh Pihak Asing, dokumen
41
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
j.
pendukung antara lain berupa bukti penerimaan penghasilan dari
investasi, seperti kupon, bunga dan dividen;
2) untuk dana rupiah yang akan diterima oleh Pihak Asing, dokumen
pendukung antara lain berupa notarial risalah RUPS yang
mempunyai kekuatan hukum, bukti perjanjian Kredit, bukti
kesanggupan pembayaran atas penghasilan investasi yang akan
diterima Pihak Asing dari debitur.
Transaksi Derivatif dalam rangka hedging yang dilakukan oleh Pihak
Asing, disertai dengan dokumen pendukung berupa surat pernyataan
yang bersifat authenticated yang dibuat oleh Pihak Asing yang
bersangkutan, yang isinya paling kurang mencakup:
1) nama dan identitas Pihak Asing;
2) nama Bank;
3) nilai nominal Transaksi Derivatif yang dilakukan Pihak Asing dengan
Bank dalam rangka hedging atas suatu underlying; dan
4) pernyataan tertulis dari Pihak Asing bahwa hedging atas underlying
tidak digunakan sebagai underlying bagi Transaksi Derivatif lainnya
baik dengan Bank yang sama maupun dengan Bank lain.
Surat Pernyataan dimaksud disampaikan oleh Pihak Asing pada saat
dilakukan hedging dan berlaku untuk 1 (satu) tahun kalender.
Contoh:
Apabila Pihak Asing melakukan transaksi hedging pada tanggal 6
Agustus 2012 maka Pihak Asing yang bersangkutan wajib
menyampaikan surat pernyataan yang bersifat authenticated yang
dibuat oleh Pihak Asing yang bersangkutan pada tanggal 6 Agustus 2012
yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2012. Apabila pada
tanggal 7 Januari 2013 Pihak Asing tersebut akan melakukan transaksi
hedging maka Pihak Asing dimaksud harus membuat surat pernyataan
baru dan berlaku sampai tanggal 31 Desember 2013.
35
36
Pasal 14
14/10/PBI/2012
No. 3
Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 12
(Paragraf 31 sampai dengan Paragraf 34 dalam kodifikasi ini) berlaku pula
terhadap transaksi sejenis berdasarkan Prinsip Syariah.
BAB VI
Pasal 15
7/14/PBI/2005
Ayat (1)
Dokumen Pendukung
SE 7/23/DPD
2005
No. 9 – 10
(1) Dokumen pendukung yang diperlukan dalam ketentuan ini diatur lebih
lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Dokumen pendukung untuk kegiatan ekspor barang dari Indonesia dan
impor barang ke Indonesia yang menggunakan L/C antara lain berupa
wesel, invoice, dan B/L.
Dokumen pendukung untuk kegiatan perdagangan dalam negeri yang
menggunakan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) antara lain
berupa wesel, invoice, dan B/L antar pulau.
42
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
37
Sumber
Regulasi
Pasal 15
7/14/PBI/2005
Ayat (2)
Pasal 16
7/14/PBI/2005
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(2) Bank wajib menatausahakan dokumen-dokumen yang diperlukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kepentingan pemeriksaan Bank
Indonesia.
Bank wajib menyampaikan laporan Transaksi Derivatif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 (Paragraf 28 dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia secara
akurat, benar, dan lengkap sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku mengenai pelaporan transaksi devisa.
Laporan Transaksi Derivatif dimaksud wajib disampaikan oleh kantor pusat
Bank atau kantor cabang bank asing di Indonesia yang merupakan laporan
konsolidasi dari seluruh kantor operasionalnya di Indonesia.
38
SE 7/23/DPD
2005
No. 11
Bank wajib menyampaikan seluruh laporan Transaksi Derivatif kepada Bank
Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
tentang pelaporan transaksi devisa secara akurat, benar, dan lengkap. Dalam
hal belum tersedia sistem pelaporan yang dapat mengakomodasi pelaporan
posisi Transaksi Derivatif beli Bank dengan Pihak Asing, Bank wajib
menyampaikan laporan secara tertulis dengan menggunakan format
sebagimana lampiran 1 sampai dengan lampiran 4 dalam bentuk hardcopy
(Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 4 dalam kodifikasi ini).
BAB VII
Pasal 17
14/10/PBI/2012
No. 4 Ayat (1)
dan (2)
Sanksi
(1) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 3 sampai dengan Pasal
12 (Paragraf 25 sampai dengan Paragraf 34 dalam kodifikasi ini) dikenakan
sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar
sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari nominal transaksi yang dilanggar.
(2) Total kewajiban membayar untuk sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling banyak sebesar Rp27.000.000.000,00 (dua puluh tujuh miliar
rupiah) dalam 1 (satu) tahun kalender.
Perhitungan tahun kalender adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember
tahun yang bersangkutan.
SE 14/22/DPM
2012
No. 6 Huruf b, d,
dan e
(3) Sanksi diatur sebagai berikut :
a. Besarnya sanksi kewajiban membayar dihitung per hari pelanggaran
selama jangka waktu transaksi yang dilanggar.
b. Pengenaan sanksi kewajiban membayar atas pelanggaran dilakukan
dengan pendebetan rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di
Bank Indonesia.
c. Contoh:
1) Jika Pihak Asing melakukan Transaksi Derivatif berjangka waktu 1
(satu) minggu dengan tanggal transaksi 12 Oktober 2012 dan
tanggal valuta 19 Oktober 2012 sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh
juta US Dollar). Namun nilai underlying transaction hanya sebesar
USD9,000,000.00 (sembilan juta US Dollar). Atas pelanggaran
tersebut Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 10%
(sepuluh per seratus) dari USD1,000,000.00 (satu juta US Dollar),
dikalikan 7 (tujuh) hari kalender.
43
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
2) Jika Pihak Asing melakukan Transaksi Derivatif berjangka waktu 1
(satu) minggu dengan tanggal transaksi 3 September 2012 dan
tanggal valuta 10 September 2012 sebesar USD3,000,000.00 (tiga
juta US Dollar). Namun Pihak Asing yang bersangkutan tidak
memiliki underlying transaction. Atas pelanggaran tersebut Bank
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 10% (sepuluh per
seratus) dari USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar), dikalikan 7
(tujuh) hari kalender.
3) Bank melakukan pemberian cerukan intra-hari kepada Pihak Asing A
sebanyak 3 (tiga) kali dengan nominal masing-masing sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) pada tanggal 4 September
2012, Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) pada tanggal 6
September 2012 dan Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)
pada tanggal 10 September 2012. Nilai pelanggaran yang
diperhitungkan dari pelanggaran cerukan intra-hari ini adalah
sebesar Rp65.000.000,00 (enam puluh lima juta rupiah), yaitu nilai
kumulatif pelanggaran cerukan yang terjadi.
Selain itu, Bank juga melakukan transaksi outright forward jual
USD/IDR kepada Pihak Asing B sebesar USD5,000,000.00 (lima juta
US Dollar) pada tanggal transaksi 17 September 2012 dengan
tanggal valuta 24 September 2012. Namun Pihak Asing B yang
bersangkutan tidak memiliki underlying transaction. Nilai
pelanggaran Transaksi Derivatif tersebut adalah sebesar
USD5,000,000.00 (lima juta US Dollar), dikalikan 7 (tujuh) hari
kalender yaitu sebesar USD35,000,000.00 (tiga puluh lima juta US
Dollar). Dengan asumsi kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal
Transaksi Derivatif dilakukan adalah sebesar Rp9.400,00 (sembilan
ribu empat ratus rupiah) per USD maka nilai pelanggaran Transaksi
Derivatif dimaksud adalah sebesar Rp329.000.000.000,00 (tiga ratus
dua puluh sembilan miliar rupiah).
Atas pelanggaran tersebut Bank dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari Rp65.000.000,00
(enam puluh lima juta rupiah) ditambah 10% (sepuluh per seratus)
dari Rp329.000.000.000,00 (tiga ratus dua puluh sembilan miliar
rupiah) sehingga total sanksi kewajiban membayar adalah sebesar
Rp32.906.500.000,00 (tiga puluh dua miliar sembilan ratus enam
juta lima ratus ribu rupiah).
4) Jika ditemukan adanya pelanggaran hedging yang dilakukan Pihak
Asing sebesar USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar) berjangka
waktu 4 (empat) hari dimana transaksi dilakukan pada tanggal 10
September 2012 dengan tanggal valuta 14 September 2012. Di
samping itu, pada transaksi hedging yang sama ditemukan bahwa
yang
memiliki
underlying
transaction
hanya
sebesar
USD1,800,000.00 (satu juta delapan ratus ribu US Dollar).
Total nilai pelanggaran yang dilakukan Bank adalah sebesar
USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar) ditambah USD1,200,000.00
(satu juta dua ratus ribu US Dollar). Atas pelanggaran tersebut Bank
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 10% (sepuluh per
seratus) dari USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar) dikalikan 4
44
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(empat) hari kalender, ditambah 10% (sepuluh per seratus) dari
USD1,200,000.00 (satu juta dua ratus ribu US Dollar) dikalikan 4
(empat) hari kalender
Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah Kepada Bank
Ketentuan Umum
39
Pasal 1
10/28/PBI/2008
40
Pasal 2
10/28/PBI/2008
Ayat (1)
1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing
di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Nasabah adalah :
a. perorangan yang memiliki kewarganegaraan Indonesia; atau
b. badan usaha selain Bank yang berbadan hukum Indonesia, berdomisili
di Indonesia, dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
3. Pihak Asing adalah :
a. warga negara asing;
b. badan hukum asing atau lembaga asing lainnya
c. warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap
(permanent resident) negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia
d. kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia;
atau
e. kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan
hukum Indonesia.
4. Warga Negara Asing adalah orang yang memiliki kewarganegaraan selain
Indonesia, termasuk yang memiliki izin menetap atau izin tinggal di
Indonesia.
5. Badan Hukum Asing atau lembaga asing lainnya adalah badan hukum atau
lembaga asing yang didirikan di luar negeri .
6. Underlying transaksi adalah kegiatan yang mendasari pembelian valuta
asing terhadap rupiah.
Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank
SE 10/42/DPD
2008
No. 1 – 2
(1) Nasabah atau Pihak Asing dapat melakukan pembelian valuta asing
terhadap rupiah kepada Bank.
Pembelian valuta asing terhadap rupiah hanya dapat dilakukan untuk
kegiatan yang tidak bersifat spekulatif.
Pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank oleh Nasabah atau
Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam angka 1, meliputi transaksi
pembelian dalam denominasi seluruh valuta asing terhadap rupiah.
SE 10/42/DPD
2008
No. 5
Kegiatan spekulatif antara lain dapat berupa structured product yang diatur
sebagai berikut:
a. Yang dimaksud dengan structured product adalah produk yang
dikeluarkan oleh Bank yang merupakan kombinasi suatu asset dengan
derivatif dari mata uang valuta asing terhadap mata uang rupiah, untuk
45
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
tujuan mendapatkan tambahan income (return enhancement), yang
dapat mendorong transaksi pembelian valuta asing terhadap rupiah
untuk tujuan spekulatif, dan dapat menimbulkan ketidakstabilan nilai
rupiah.
b. Pembelian valuta asing terhadap rupiah tidak diperkenankan dilakukan
dalam jumlah berapapun apabila pembelian tersebut atau potensi
pembelian terkait dengan structured product.
Contoh 1:
Dual currency deposit. Dual Currency Deposit (DCD) merupakan deposito
jangka pendek yang di dalamnya terdapat kemungkinan terjadi konversi
antara valuta asing dengan mata uang rupiah, yang bunganya
dihubungkan dengan pergerakan kurs dari dua mata uang tersebut.
Pada saat jatuh tempo, nasabah akan menerima pokok dan bunga
dalam mata uang penempatan deposito atau dalam mata uang
pasangannya, tergantung mana yang lebih lemah dibandingkan dengan
kurs konversi yang disetujui.
ï‚· Jumlah deposito: IDR 1 milyar
ï‚· Mata uang deposito: IDR
ï‚· Mata uang pasangan: USD
ï‚· Tenor: 1 bulan
ï‚· Bunga: 15% pa
ï‚· Strike level: 11.000
Pada saat jatuh tempo, Nasabah akan menerima pokok dan bunga
dalam mata uang yang lebih lemah.
Kurs Spot
Mata uang yang
diterima
Jumlah yang
diterima
Skenario 1: Jika Kurs spot < Skenario 2: jika Kurs spot ≥
strike: 11.000
strike: 11.000
10.000
12.000
USD
IDR 1milyar +
(IDR 1Milyar*15%*30/360)
= IDR 1.0125milyar/12000
= USD101,250
IDR
IDR 1 milyar +
(IDR 1Milyar *15%*30/360)
= IDR 1.0125 milyar
Contoh 2:
Callable forward. Callable forward adalah 46instrumen investasi yang
dilakukan nasabah dengan melakukan kombinasi transaksi forward dan
option, misalnya nasabah long forward and short call option, dengan
harapan untuk memperoleh harga yang lebih baik dari harga pasar.
ï‚· Nasabah melakukan kontrak forward dan option selama 3 bulan
dengan Bank, dengan total 12 (dua belas) kontrak option, sejak 1
Desember 2008 sampai dengan 16 Februari 2009, dengan rincian
sebagai berikut:
o Volume: USD5.000.000 (lima juta US Dollar) o Kurs Spot Rate:
12.000
o Nasabah melakukan kontrak forward 3 bulan dengan cara
melakukan:
 buy call option : strike price = 12.300
Weekly exercise
46
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
 sell put option: strike price = 12.300
(1) Akibat dari pembelian valuta asing yang dilakukan melalui transaksi
callable forward ini, Nasabah memperoleh keuntungan transaksi
sebesar Rp19.500.000.000,00 (47sembilan belas miliar lima ratus
juta rupiah) atau sekitar USD1.500.000 (satu juta lima ratus US
Dollar), dari yang seharusnya hanya Rp3.500.000.000,00 (tiga miliar
lima ratus juta rupiah) atau ekuivalen USD270.000 (dua ratus tujuh
puluh ribu US Dollar), dengan rincian:
o Rupiah terus mengalami pelemahan, dimana spot price
pada tgl 16 Februari 2009 mencapai Rp13.000 (tiga belas ribu
rupiah) per USD
o Pada saat kurs melemah, yang terjadi adalah:
a. Nasabah akan meng-exercise call option-nya sehingga
Nasabah dapat membeli diharga Rp12.300, namun
membiarkan put option-nya worthless, sehingga Nasabah
menjual pada harga pasar.
b. Kurs konversi yang digunakan juga dapat berbeda-beda
tergantung kesepakatan Nasabah dengan Bank.
Fixing
#
Expiry
Date
Spot
Onshore
Strike*)
Volume
1
1-Dec
12,000
12,300
2
8-Dec
12,100
12,300
3
15-Dec
12,500
12,300
4
22-Dec
12,550
12,300
…
12
…
16-Feb
…
13000
…
12300
USD
5 juta
USD
5 juta
USD
5 juta
USD
5 juta
…
USD
5 juta
Nasabah
Buy to
Bank
(Rp Juta)
61,500
Nasabah
Sell to
Market
(Rp Juta)
60,000
Profit/
Loss
(Rp
Juta)
(1,500)
61,500
60,500
(1,000)
61,500
62,500
1,000
61,500
62,750
1,250
…
61,500
…
65,000
…
3,500
TOTAL
19,500
*) konversi dapat menggunakan strike price atau harga lain, tergantung
kesepakatan.
Contoh 3:
Callable forward.
ï‚· Nasabah PT X akan menerima export proceed dalam US Dollar,
dan bermaksud untuk menjual US Dollar tersebut secara
mingguan dalam 1 tahun ke depan (Total kontrak sebanyak 52
kontrak), melalui transaksi callable forward dengan harapan
memperoleh rate yang lebih baik dari market rate, dengan rincian
sebagai berikut:
Deal date : 1 Desember 2008
Tenor
: 1 tahun – jatuh tempo tanggal 1 Desember 2009
Spot rate : 12.000
Callable forward rate 1 year: 13.000 = strike price
47
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
ï‚·
Fixing
#
Pasal 2
10/28/PBI/2008
Ayat (2)
Dalam transaksi callable forward, PT X melakukan ”Sell call” dengan
nominal USD1.000.000 (satu juta US Dollar), dan melakukan ”Buy
put” dengan nominal USD1.000.000 (satu juta US Dollar).
Expiry
Date
Spot
Onshore
Strike*)
1
1-Dec
12,000
13,000
2
8-Dec
12,100
13,000
3
15-Dec
12,500
13,000
4
22-Dec
12,550
13,000
5
29-Dec
12,600
13,000
…
dst
…
dst
…
dst
…
dst
Nominal
Transaksi
USD
1 Juta
USD
1 Juta
USD
1 Juta
USD
1 Juta
USD
1 Juta
…
dst
12,000
PT X
Sell to
Bank
(Rp
Juta)
13,000
Profit
/
Loss
(Rp
Juta)
1,000
12,100
13,000
900
12,500
13,000
500
12,550
13,000
450
12,600
13,000
400
…
dst
…
dst
…
dst
PT X
Buy to
Market
(Rp Juta)
(2) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing
kepada Bank di atas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per
bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan
underlying.
SE 14/11/DPM
2012
No. 1.2 a
Pembelian valuta asing terhadap rupiah hanya dapat dilakukan untuk jenis
valuta asing yang sama dengan yang tercantum dalam dokumen underlying,
kecuali untuk valuta asing yang likuiditasnya tidak tersedia di pasar
keuangan domestik.
SE 10/42/DPD
2008
No. 3
Untuk pembelian valuta asing selain US Dollar terhadap rupiah
menggunakan perhitungan kurs pasar sebagaimana yang lazim dilakukan di
pasar valuta asing (misalnya: kurs Reuters atau Bloomberg) pada saat
transaksi dilakukan, yaitu menggunakan kurs tengah ([kurs beli + kurs jual] /
2).
Pasal 2
10/28/PBI/2008
Ayat (3)
SE 15/3/DPM
2013
No. 1.4.a
(3) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing
kepada Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan paling
banyak sebesar nominal underlying transaksinya.
a. Untuk Nasabah perorangan, jenis underlying transaksi antara lain dapat
berupa:
1) Kegiatan impor barang dan jasa;
2) Pembayaran jasa, seperti:
a. Biaya sekolah di luar negeri;
b. Biaya berobat ke luar negeri;
c. Biaya perjalanan luar negeri untuk keperluan haji, perjalanan
ibadah/wisata rohani, atau wisata lainnya;
48
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
3)
4)
5)
SE 15/33/DPM
2013
No. 1.4.a.7)
SE 15/3/DPM
2013
No. 1.4.b – c
41
Pasal 3
10/28/PBI/2008
Ayat (1)
6)
7)
d. Pembayaran atas penggunaan jasa konsultan luar negeri;
e. Pembayaran yang terkait dengan penggunaan tenaga kerja asing
di Indonesia
Pembayaran utang dalam valuta asing;
Pembayaran atas pembelian aset di luar negeri;
Kegiatan usaha jual beli uang kertas asing (UKA) oleh pedagang
valuta asing (PVA) Bank dan PVA bukan Bank yang memiliki ijin dari
Bank Indonesia yang masih berlaku untuk memenuhi kebutuhan
nasabah PVA, dengan ketentuan :
a) Bank dapat memenuhi kebutuhan pembelian valuta asing
terhadap rupiah yang dilakukan PVA hanya dalam bentuk UKA;
b) Penyerahan UKA dalam penyelesaian transaksi pembelian valuta
asing terhadap rupiah dari Bank kepadan PVA harus dilakukan
secara fisik;
c) Penyerahan dana rupiah dalam penyelesaian transaksi
pembelian valuta asing terhadap rupiah dapat dilakukan melalui
pemindahbukuan rekening.
Kegiatan usaha travel agent;
Kegiatan ekspor barang dan jasa.
b. Nasabah yang merupakan penyelenggara transfer dana tunduk pada
pengaturan pembelian valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan oleh
Nasabah yang bukan merupakan PVA.
c. Untuk Pihak Asing, underlying transaksi antara lain dapat berupa
pencaraian asset atau investasi dalam rupiah yang dimiliki, termasuk
repatriasi modal; pengembalian kredit oleh debitur; dan penghasilan
dari investasinya, seperti capital gain, kupon, bunga dan dividen.
(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah meliputi transaksi
spot, transaksi forward, dan transaksi derivatif lainnya.
Termasuk dalam pengertian transaksi spot adalah transaksi today dan
tomorrow. Pengertian transaksi derivatif lainnya termasuk namun tidak
terbatas pada transaksi options.
SE 14/11/DPM
2012
No. 3.6
Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah yang meliputi
transaksi spot, transaksi forward dan transaksi derivatif lainnya diatur
sebagai berikut:
a. Termasuk dalam pengertian transaksi spot adalah transaksi dengan
valuta today dan valuta tomorrow, yang dilakukan melalui transaksi
bank notes, transfer dari rekening rupiah ke rekening valuta asing,
transaksi melalui kartu kredit, transaksi melalui sistem electronic
banking, atau transaksi melalui sistem phone banking.
b. Transaksi forward dan transaksi derivatif lainnya meliputi namun tidak
terbatas pada transaksi swap dan option.
49
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Pasal 3
10/28/PBI/2008
Ayat (2)
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(2) Apabila Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah
kepada Bank diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per
bulan per Nasabah, Nasabah wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:
SE 15/3/DPM
2013
No. 2.7.b
a. dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan;
Dokumen yang dipersyaratkan dilampirkan pada setiap transaksi
berdasarkan tanggal transaksi. Dalam hal dokumen yang dipersyaratkan
tidak dapat dilampirkan pada tanggal transaksi maka dokumen dapat
disampaikan paling lambat pada tanggal valuta transaksi yang
bersangkutan dengan mencantumkan tanggal transaksi.
SE 15/3/DPM
2013
No. 2.7.c.1)
Untuk Nasabah:
1) Untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah yang
memiliki kriteria:
a) pembelian valuta asing terhadap rupiah dilakukan secara reguler
dengan jumlah pembelian yang relative tetap dari waktu ke
waktu;
b) pembelian valuta asing terhadap rupiah dilakukan secara
bertahap untuk tujuan pembayaran kewajiban valuta asing
dengan total jumlah pembelian paling banyak sebesar jumlah
kebutuhan valuta asing yang tercantum dalam dokumen
underlying; dan
c) Nasabah telah dikenal baik oleh Bank dan Bank memiliki track
record Nasabah yang bersangkutan, Nasabah melampirkan
dokumen yang dipersyaratkan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
kalender atau jumlah pembelian valuta asing terhadap rupiah
oleh Nasabah telah mencapai jumlah sebesar nominal underlying
sebagaimana dimaksud dalam butir 4.a., yang mana lebih dahulu
terjadi.
SE 15/3/DPM
2013
No. 2.7.c.2)
SE 15/33/DPM
2013
No. 2 a)
2) Dokumen underlying transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan
antara lain berupa bukti dokumen yang terkait dengan jenis
underlying sebagaimana butir 4.a.:
a) Untuk kegiatan impor barang dan jasa, dokumen antara lain
berupa fotokopi Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, Letter of Credit (L/C),
invoice dengan masa berlaku paling lama 6 (enam) bulan
setelah tanggal penerbitan invoice atau sesuai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran, atau list of invoices;
(1) Dokumen underlying berupa list of invoices diatur sebagai
berikut:
(a) list of invoices ditandatangani oleh pihak berwenang
dari Nasabah; dan
(b) penyerahan list of invoices oleh Nasabah disertakan
dengan invoices asli untuk kepentingan verifikasi oleh
Bank dan untuk selanjutnya invoices asli tersebut dapat
ditatausahakan oleh Nasabah;
50
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(2) Dokumen underlying berupa proforma invoice diatur sebagai
berikut:
(a) proforma invoice bersifat tetap dan final, dan menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan invoice
final;
(b) jumlah pembelian valuta asing terhadap rupiah dengan
dasar dokumen proforma invoice paling banyak sebesar
jumlah yang tercantum dalam proforma invoice;
(c) jumlah pembelian valuta asing terhadap rupiah
maksimal yang tercantum dalam invoice final, dan
sudah termasuk jumlah yang tercantum dalam
proforma invoice.
(3) Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk menyediakan
invoices
asli
sewaktu-waktu
untuk
kepentingan
pemeriksaan Bank (post audit).
SE 15/3/DPM
2013
No. 2.7.c.2)b)–c)
SE 15/33/DPM
2013
No. 3 d)
SE 15/3/DPM
2013
No. 2.7.c.2)e)–f)
b) Untuk pembayaran jasa, dokumen diatur sebagai berikut:
(1) Untuk biaya sekolah di luar negeri, dokumen antara lain
berupa perkiraan kebutuhan biaya sekolah dan biaya hidup di
luar negeri;
(2) Untuk biaya berobat ke luar negeri, dokumen antara lain
berupa perkiraan kebutuhan biaya berobat dan akomodasi;
(3) Untuk biaya perjalanan luar negeri, untuk keperluan haji,
perjalanan rohani/wisata rohani, atau wisata lainnya,
dokumen antara lain berupa perkiraan kebutuhan biaya
perjalanan dan akomodasi;
(4) Untuk pembayaran atas penggunaan jasa konsultan luar
negeri, dokumen antara lain berupa fotokopi kontrak jasa
konsultan;
(5) Untuk pembayaran yang terkait dengan penggunaan tenaga
kerja asing di Indonesia, dokumen antara lain berupa fotokopi
surat perjanjian kerja antara tenaga kerja asing yang
bersangkutan dengan badan usaha.
c) Untuk pembayaran utang valuta asing yang berasal dari kreditur
dalam negeri atau kreditur luar negeri, dokumen antara lain
berupa fotokopi surat perjanjian kredit (loan agreement), atau
dokumen utang terkait lainnya;
d) Untuk pembayaran atas pembelian aset di luar negeri, dokumen
antara lain berupa proforma invoice, invoices atas pembelian aset
di luar negeri;
e) Untuk kegiatan usaha PVA Bank dan PVA bukan Bank yang
memiliki ijin dari Bank Indonesia yang masih berlaku, dokumen
antara lain berupa :
(1) Fotokopi surat ijin usaha PVA dari Bank Indonesia yang
masih berlaku;
(2) Surat pernyataan bermaterai cukup yang ditandatangani
pihak berwenang PVA yang berisi informasi mengenai
kebenaran dokumen underlying dan informasi bahwa
dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian
51
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
valuta asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal
underlying dalam sistem perbankan di Indonesia;
(3) Surat permohonan pembelian valuta asing terhadap rupiah
kepada Bank dengan contoh surat sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I (Lampiran 5 dalam kodifikasi ini) yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran
Bank Indonesia ini, yang berisi informasi mengenai jumlah
kebutuhan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada
Bank dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) Jumlah kebutuhan pembelian valuta asing terhadap
rupiah dihitung berdasarkan besarnya selisih antara total
penjualan valuta asing dengan total pembelian valuta
asing (net jual) PVA kepada nasabah selama 1 (satu)
bulan terakhir dari bulan dilakukannya pembelian valuta
asing terhadap rupiah oleh PVA kepada Bank;
Contoh:
Tanggal 7 Mei 2013 PVA ”XYZ” melakukan pembelian
valuta asing kepada Bank ”ABC” sebesar USD300,000.00
(tiga ratus ribu US Dollar) dengan menggunakan
dokumen underlying berupa data net jual PVA ”XYZ”
kepada nasabah bulan April 2013 sebesar USD
559,000.00 (lima ratus lima puluh Sembilan ribu US
Dollar).
Tanggal 23 Mei 2013 PVA ”XYZ” melakukan pembelian
valuta asing lagi kepada Bank ”ABC” sebesar
USD150,000.00 (seratus lima puluh ribu US Dollar)
dengan tetap menggunakan dokumen underlying berupa
data net jual PVA ”XYZ” kepada nasabah bulan April
2013 sebesar USD 559,000.00 (lima ratus lima puluh
sembilan ribu US Dollar).
Sampai dengan akhir bulan Mei 2013, PVA ”XYZ” masih
dapat melakukan pembelian valuta asing kepada Bank
sepanjang tidak melampaui sisa plafon dokumen
underlying berupa data net jual PVA ”XYZ” kepada
nasabah pada bulan April 2013, yaitu sebesar
USD109,000.00 (seratus sembilan ribu US Dollar).
(b) Perhitungan net jual sebagaimana dimaksud pada huruf
(a) di atas, tidak memperhitungkan transaksi jual beli
UKA PVA dengan Bank dan/atau PVA lainnya;
(c) Perhitungan net jual sebagaimana dimaksud pada huruf
(a) di atas, dilengkapi dengan dokumen berupa fotokopi
data rekapitulasi transaksi jual beli harian PVA dengan
nasabah selama 1 (satu) bulan terakhir;
(d) Dalam hal terdapat pembelian valuta asing oleh nasabah
PVA kepada PVA dengan nilai nominal melebihi
USD100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen
selama 1 (satu) bulan terakhir, surat permohonan
52
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank
dilengkapi dengan dokumen underlying transaksi dari
nasabah PVA atas pembelian valuta asing nasabah
tersebut kepada PVA dan disertai fotokopi identitas
nasabah;
(e) Dokumen underlying transaksi dari nasabah PVA atas
pembelian valuta asing yang dilakukan nasabah PVA
kepada PVA sebagaimana pada huruf (d) antara lain
sebagaimana dimaksud dalam butir 7.c.2).a), butir
7.c.2).b), butir 7.c.2).c), butir 7.c.2).d), dan/ atau butir
7.c.2).f).
Contoh perhitungan jumlah kebutuhan pembelian valuta
asing terhadap rupiah oleh PVA kepada Bank sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini
(Lampiran 6 dalam kodifikasi ini);
f) Untuk kegiatan usaha travel agent, dokumen antara lain berupa
proyeksi cashflow berdasarkan kebutuhan pengguna jasa travel
agent dan cadangan yang dibutuhkan;
SE 15/33/DPM
2013
No. 4 g)
SE 15/3/DPM
2013
No. 2.7.c.3)
Pasal 3
10/28/PBI/2008
Ayat (2) b
SE 15/3/DPM
2013
No. 2.7.c.4)
g) Untuk kegiatan ekspor barang dan jasa, diatur sebagai berikut:
(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah hanya dapat
dilakukan oleh eksportir yang telah melakukan penjualan
valuta asing atas hasil ekspor.
(2) Valuta asing yang dibeli eksportir sebagaimana dimaksud
pada angka (1) dapat digunakan antara lain untuk
penempatan pada simpanan dalam valuta asing.
(3) Dokumen untuk kegiatan ekspor barang dan jasa antara lain
berupa dokumen penjualan valuta asing terhadap rupiah yang
berasal dari penjualan valuta asing hasil ekspor.
(4) Masa berlaku dokumen penjualan valuta asing yang dapat
digunakan sebagai underlying paling lama 6 (enam) bulan
setelah tanggal penerbitan dokumen penjualan valuta asing.
(5) Nilai pembelian valuta asing terhadap rupiah maksimal
sebesar nilai penjualan valuta asing yang tercantum di dalam
dokumen penjualan valuta asing terhadap rupiah.
3) Penilaian atas kewajaran atau kelaziman nilai nominal underlying
yang diajukan oleh Nasabah, dilakukan oleh Bank.
b. fotokopi dokumen identitas Nasabah dan fotokopi Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP); dan
Fotokopi dokumen identitas Nasabah meliputi fotokopi Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau Surat Ijin Mengemudi (SIM), dan NPWP
perorangan untuk Nasabah perorangan; atau fotokopi Surat Ijin Usaha
Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang dan
fotokopi NPWP badan usaha untuk Nasabah badan usaha bukan Bank.
53
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Pasal 3
10/28/PBI/2008
Ayat (2) c
SE 15/3/DPM
2013
No. 2.7.c.5)
42
Pasal 4
10/28/PBI/2008
Ayat (1)
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
c. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak
yang berwenang dari Nasabah mengenai kebenaran dokumen
underlying sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen
underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap
rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam system
perbankan di Indonesia.
Pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh
Nasabah yang bersangkutan untuk Nasabah perorangan, atau pihak
yang berwenang dari Nasabah badan usaha bukan Bank, mengenai
informasi kebenaran dokumen underlying dan informasi bahwa
dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing
terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam
sistem perbankan di Indonesia.
(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Pihak Asing meliputi transaksi
spot outright. Transaksi forward dan transaksi 54derivatif lainnya diatur
dalam ketentuan yang mengatur mengenai pembatasan transaksi rupiah
dan pemberian kredit valuta asing oleh Bank.
Termasuk dalam pengertian transaksi spot outright adalah transaksi today
dan tomorrow, tidak termasuk transaksi derivatif dengan kombinasi
transaksi spot.
SE 14/11/DPM
2012
No. 5.8.a
Pasal 4
10/28/PBI/2008
Ayat (2) a
yang dilakukan melalui transaksi bank notes, transfer dari rekening rupiah
ke rekening valuta asing, transaksi melalui system electronic banking,
atau transaksi melalui sistem phone banking.
(2) Apabila Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah
kepada Bank diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per
bulan per Pihak Asing, Pihak Asing wajib melampirkan dokumen sebagai
berikut:
a. dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan; dan
Dalam hal underlying adalah surat berharga, maka nilai nominal
underlying yang digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap
rupiah adalah sebesar nilai surat berharga ditambah kupon, capital
gain, dan penerimaan terkait lainnya.
Dalam hal underlying adalah pemberian kredit, maka nilai nominal
underlying yang digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap
rupiah adalah sebesar nilai pokok ditambah bunga dan penerimaan
terkait lainnya.
Dalam hal Pihak Asing melakukan repatriasi maka berlaku ketentuan
yang mengatur mengenai penanaman modal.
SE 15/33/DPM
2013
No. 5.9.b
a. Dokumen yang dipersyaratkan wajib dilampirkan pada setiap
transaksi berdasarkan tanggal transaksi. Dalam hal dokumen yang
dipersyaratkan tidak dapat dilampirkan pada tanggal transaksi maka
dokumen dapat disampaikan paling lambat pada tanggal valuta
54
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
transaksi yang bersangkutan dengan mencantumkan tanggal
transaksi.
SE 10/42/DPD
2008
No. 9.c
Pasal 4
10/28/PBI/2008
Ayat (2) b
SE 10/42/DPD
2008
No. 9.d – f
b. Dokumen underlying transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan
antara lain meliputi bukti dokumen yang terkait dengan jenis
underlying, dan penilaian oleh Bank atas kewajaran atau kelaziman
nilai nominal underlying yang diajukan.
b. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak
yang berwenang dari Pihak Asing atau pernyataan yang authenticated
dari Pihak Asing mengenai kebenaran dokumen underlying
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen underlying
hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah paling
banyak sebesar nominal underlying dalam system perbankan di
Indonesia,
Pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak
yang berwenang dari Pihak Asing yang bersangkutan. Dalam hal Pihak
Asing tidak dapat menyediakan dokumen pernyataan bermaterai, Pihak
Asing wajib menyediakan pernyataan authenticated yang berisi
informasi mengenai kebenaran dokumen underlying dan informasi
bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta
asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam
sistem perbankan di Indonesia antara lain berupa SWIFT message,
tested telex, tested fax, Reuters Monitoring Dealing System (RMDS),
atau dokumen yang ditandatangani dan disampaikan secara elektronik
kepada Bank.
Khusus untuk Bank yang melakukan fungsi kustodian, pernyataan
tertulis yang disampaikan oleh Pihak Asing untuk transaksi yang
dilakukan sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar) dan
diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per
Pihak Asing, dapat dilakukan satu kali dalam satu tahun kalender.
Bank yang melakukan fungsi kustodian bertanggungjawab terhadap
penatausahaan dan kelengkapan dokumen underlying dan pernyataan
tertulis tersebut.
SE 10/42/DPD
2008
No. 10
(3) Dalam hal Nasabah atau Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing
terhadap rupiah sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar)
secara berangsur dan mencapai nilai di atas USD100.000 (seratus ribu US
Dollar) dalam satu bulan yang sama, maka dokumen sebagaimana
dipersyaratkan dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 34 ayat (2) (Paragraf 41
ayat (2) dan Paragraf 42 ayat (2) dalam kodifikasi ini), wajib dilampirkan
untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah yang melebihi USD100.000
(seratus ribu US Dollar).
Contoh :
Apabila pada tanggal 5 Desember 2008 Nasabah melakukan pembelian
valuta asing terhadap rupiah sebesar USD30.000 (tiga puluh ribu US
55
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Dollar). Kemudian pada tanggal 12 Desember 2008 Nasabah yang sama
melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah sebesar USD50.000
(lima puluh ribu US Dollar). Selanjutnya pada tanggal 19 Desember 2008
Nasabah kembali melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah
sebesar USD60.000 (enam puluh ribu US Dollar), maka pada tanggal 19
Desember 2008 pembelian telah melampaui USD 100.000 (seratus ribu US
Dollar). Nasabah wajib menyediakan dokumen lengkap sebagaimana yang
dipersyaratkan untuk pembelian yang dilakukan pada tanggal 19 Desember
2008.
43
Pasal 5
10/28/PBI/2008
Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada
Bank tanpa underlying hanya dapat dilakukan paling banyak sebesar
USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau
per Pihak Asing.
Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada
Bank tersebut dihitung secara gross dan bersifat kumulatif.
Contoh 1:
Apabila pada tanggal 3 Desember 2008 terdapat Nasabah A yang melakukan
pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar)
kepada Bank X dan pada tanggal yang sama Nasabah tersebut juga melakukan
penjualan valas terhadap rupiah sebesar USD25.000 (dua puluh lima ribu US
Dollar), maka perhitungan jumlah pembelian valas yang telah dilakukan oleh
Nasabah A pada Bank X adalah USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar).
Contoh 2:
Apabila pada tanggal 3 Desember 2008 terdapat Nasabah X melakukan
pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD30.000 (tiga puluh ribu US Dollar)
kepada Bank A, kemudian pada tanggal 5 Desember 2008 Nasabah X
melakukan pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh
ribu US Dollar) kepada Bank B, maka pembelian valas Nasabah X pada bulan
Desember 2008 adalah sebesar USD80.000 (delapan puluh ribu US Dollar).
SE 10/42/DPD
2008
No. 11
Pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada
Bank tanpa underlying yang hanya dapat dilakukan paling banyak sebesar
USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau
per Pihak Asing diatur sebagai berikut :
a. Perhitungan satu bulan didasarkan pada bulan kalender, yaitu sejak tanggal
permulaan bulan kalender sampai dengan tanggal berakhirnya bulan
kalender.
Contoh :
Jika pada bulan Januari 2009 Nasabah hanya melakukan pembelian valuta
asing terhadap rupiah tanpa underlying satu kali pada tanggal 25 Januari
2009 sebesar USD100.000 (seratus ribu US Dollar), maka hal tersebut
diperhitungkan sebagai maksimum jumlah yang telah digunakan dalam
bulan Januari 2009. Nasabah dapat kembali menggunakan jumlah
maksimum ekuivalen USD100.000 (seratus ribu US Dollar) tersebut selama
periode Februari 2009.
56
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
b. Perhitungan nominal transaksi didasarkan pada tanggal transaksi.
Contoh :
Pada tanggal 9 Desember 2008, Nasabah melakukan pembelian valuta asing
terhadap rupiah melalui transaksi spot beli sebesar USD40.000 (empat
puluh ribu US Dollar). Kemudian Nasabah melakukan transaksi forward beli
valuta asing terhadap rupiah pada tanggal 18 Desember 2008 sebesar
USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar) yang jatuh tempo tanggal 18 Februari
2009. Perhitungan transaksi pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh
Nasabah sampai dengan 18 Desember 2008 adalah USD 90.000 (sembilan
puluh ribu US Dollar).
c. Perhitungan nominal transaksi didasarkan pada akumulasi seluruh transaksi
dalam 1 (satu) bulan kalender yang dilakukan oleh masing-masing Nasabah
atau Pihak Asing secara individual baik secara tunai maupun non tunai
dalam bentuk simpanan valuta asing.
Contoh :
Nasabah A melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah di Bank X
secara tunai sebesar USD20.000 (dua puluh ribu US Dollar) pada tanggal 2
Desember 2008. Kemudian, pada tanggal 4 Desember 2008 Nasabah A
melakukan konversi simpanan rupiah menjadi simpanan valuta asing (USD
Dollar) di Bank X sebesar USD80.000 (delapan puluh ribu US Dollar).
Perhitungan kumulatif transaksi yang dilakukan oleh Nasabah A adalah
penjumlahan dari seluruh nominal transaksi Nasabah A di Bank X, yaitu
sebesar USD100.000 (seratus ribu US Dollar).
d. Untuk rekening gabungan (joint account), pembelian valuta asing terhadap
rupiah tanpa underlying sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar)
didasarkan pada transaksi yang dilakukan oleh masing-masing Nasabah atau
Pihak Asing yang memiliki rekening gabungan dimaksud.
SE 14/11/DPM
2012
No. 6.12
Untuk transaksi pembelian valas terhadap rupiah sampai dengan
USD100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per
Nasabah atau per Pihak Asing, termasuk yang dilakukan melalui phone
banking, e-banking, dan kartu kredit, secara keseluruhan wajib disertai
dengan:
a. surat pernyataan tertulis dari Nasabah yang bermaterai cukup atau
pernyataan authenticated dari Pihak Asing, yang disampaikan 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan kalender; atau
b. pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat pula berupa surat
elektronik resmi (official email), SWIFT message, tested telex, tested fax,
Reuters Monitoring Dealing System (RMDS), atau negative confirmation
dari Bank kepada Nasabah atau Pihak Asing yang bersangkutan, bagi
yang sedang berada di luar negeri.
Negative confirmation adalah konfirmasi yang disampaikan oleh Bank
kepada Nasabah atau Pihak Asing, yang bila tidak ditanggapi dalam
periode waktu tertentu, maka Nasabah atau Pihak Asing dianggap
menyetujui isi konfirmasi tersebut.
57
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
Terhadap negative confirmation sebagaimana dimaksud pada huruf b,
Bank harus memastikan bahwa negative confirmation tersebut diterima
oleh Nasabah atau Pihak Asing dalam bentuk tanda terima yang
ditandatangani oleh Nasabah atau Pihak Asing yang bersangkutan atau
pihak yang ditunjuk oleh Nasabah atau Pihak Asing.
44
45
46
Pasal 6
10/28/PBI/2008
Bank yang melayani pembelian valuta asing oleh Nasabah atau Pihak Asing
sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Nasabah atau
per Pihak Asing, wajib meminta surat pernyataan dari Nasabah atau dari Pihak
Asing, bermaterai cukup atau pernyataan yang authenticated dari Pihak Asing
yang menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap rupiah tidak lebih
dari USD100.000 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Nasabah atau per Pihak
Asing dari seluruh sistem perbankan di Indonesia.
SE 10/42/DPD
2008
No. 13
Surat pernyataan yang wajib disampaikan oleh Nasabah atau Pihak Asing
kepada Bank untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah dengan nilai
nominal sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar), paling kurang
memuat informasi tentang :
a. Nama dan identitas Nasabah atau Pihak Asing;
b. Nama Bank tempat dilakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah;
c. Nilai nominal pembelian valuta asing terhadap rupiah; dan
d. Pernyataan bahwa pembelian valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan
tidak lebih dari USD100.000 (seratus ribu US Dollar) di seluruh sistem
perbankan di Indonesia.
Pasal 7
10/28/PBI/2008
Bank wajib menatausahakan dokumen underlying transaksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 (Paragraf 41 dan Paragraf 42 dalam
kodifikasi ini).
SE 10/42/DPD
2008
No. 14
Jangka waktu dokumen yang wajib ditatausahakan oleh Bank disesuaikan
dengan
ketentuan
perundang-undangan
yang
berlaku
mengenai
penatausahaan dokumen.
Pasal 8
10/28/PBI/2008
Bank bertanggungjawab terhadap kelengkapan persyaratan yang disampaikan
oleh Nasabah atau Pihak Asing.
Sanksi
47
Pasal 9
10/28/PBI/2008
Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban
membayar sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap
pelanggaran atas Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 ayat (2), Pasal 4, dan Pasal 5 (Paragraf
40 ayat (3), Paragraf 41 ayat (2), Paragraf 42, dan Paragraf 43 dalam kodifikasi
ini).
Transaksi Repurchase Agreement Bank kepada Bank Indonesia
Ketentuan Umum
48
Pasal 1
11/4/PBI/2009
1.
Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang
bank asing di Indonesia.
58
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
USD Repurchase Agreement yang selanjutnya disebut USD Repo adalah
transaksi penjualan bersyarat surat berharga dalam mata uang USD oleh
bank kepada Bank Indonesia dengan kewajiban membeli kembali sesuai
harga dan jangka waktu yang disepakati.
Surat Berharga adalah global bond yang diterbitkan oleh Pemerintah
Indonesia.
Repo Rate adalah tingkat bunga yang dikenakan kepada bank terhadap
dana USD dalam rangka USD repo.
Haircut adalah faktor pengurang nilai surat berharga dalam USD repo
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam bentuk persentase.
Tenor adalah jangka waktu USD repo.
Window Time adalah waktu yang disediakan bagi bank untuk mengajukan
USD repo kepada Bank Indonesia.
Kustodian adalah bank atau lembaga keuangan yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia untuk menyelenggarakan penatausahaan kegiatan yang terkait
dengan aktivitas pengelolaan surat berharga.
Bank Koresponden adalah bank tempat pemeliharaan rekening giro dalam
rangka pembayaran dan/atau penerimaan dana ke atau dari bank,
counterpart dan kustodian.
Tanggal Transaksi adalah tanggal kesepakatan USD repo bank kepada
Bank Indonesia.
Tanggal Valuta adalah tanggal penyelesaian transaksi yang dihitung dari
tanggal transaksi ditambah 3 (tiga) hari kerja.
Tanggal Jatuh Tempo adalah tanggal berakhirnya USD repo.
Nilai Pembelian Kembali adalah nilai nominal pembelian kembali surat
berharga oleh bank yaitu nilai nominal USD repo ditambah dengan nilai
nominal dari repo rate.
USD Repo
49
Pasal 2
11/4/PBI/2009
(1)
(2)
(3)
Bank Indonesia membuka window USD Repo pada hari kerja paling lambat
pada pukul 13.00 WIB.
Bank Indonesia mengumumkan harga pasar Surat Berharga, Repo Rate,
Haircut dan Tenor pada saat pembukaan window sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melalui Reuters.
Dalam hal terdapat gangguan terhadap Reuters, pengumuman
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan sarana komunikasi
lainnya.
Sarana komunikasi lainnya antara lain sistem Laporan Harian Bank Umum
(LHBU) dan Bloomberg.
50
Pasal 3
11/4/PBI/2009
(1)
(2)
Bank dapat mengajukan USD Repo kepada Bank Indonesia apabila
memenuhi persyaratan paling kurang memiliki Peringkat Komposit 3 (PK3) dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai posisi devisa
neto.
Pengajuan USD Repo kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bilateral antara Bank dengan Bank
Indonesia melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS).
59
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
51
Sumber
Regulasi
Pasal 4
11/4/PBI/2009
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(1)
(2)
Surat Berharga yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia memiliki
sisa jangka waktu paling singkat melebihi jangka waktu Tenor.
Sisa jangka waktu Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling singkat 1 (satu) hari kerja setelah Tanggal Jatuh Tempo.
Contoh:
Pada tanggal 1 Juni 2009, Bank Indonesia mengumumkan USD Repo
dengan Tenor 1 bulan dimana Tanggal Valuta pada 4 Juni 2009, dan
Tanggal Jatuh Tempo pada 1 Juli 2009.
Bank A, Bank B, dan Bank C mengajukan USD Repo kepada Bank
Indonesia
dengan sisa jangka waktu Surat Berharga sebagai berikut:
a. Surat Berharga Bank A memiliki sisa jangka waktu 15 hari dengan
maturity date pada tanggal 16 Juni 2009,
b. Surat Berharga Bank B memiliki sisa jangka waktu 30 hari dengan
maturity date pada tanggal 1 Juli 2009,
c. Surat Berharga Bank C memiliki sisa jangka waktu 31 hari dengan
maturity date pada tanggal 2 Juli 2009, maka hanya Surat Berharga
Bank C yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia.
52
Pasal 5
11/4/PBI/2009
(1)
Bank mengajukan USD Repo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) (Paragraf 50 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dengan mencantumkan nilai
total nominal Surat Berharga yang di-repo-kan dengan perincian untuk
masing-masing Surat Berharga sebagai berikut:
a. identitas Surat Berharga;
Yang dimaksud dengan “identitas Surat Berharga”, yaitu:
1. identitas sesuai dengan Committee on Uniform Securities
Identification Procedures (CUSIP) dan/atau International
Securities Identification Number (ISIN);
2. kupon; dan
3. maturity date.
b. nominal Surat Berharga;
c. sisa jangka waktu Surat Berharga; dan
d. nomor rekening Bank pada Bank Koresponden dan Kustodian.
(2)
(3)
Dalam hal Surat Berharga yang di-repo-kan oleh Bank sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) lebih dari 1 (satu) seri, maka pencantuman
diurutkan dimulai dari sisa jangka waktu yang paling mendekati maturity
date dari total keseluruhan Surat Berharga yang di-repo-kan oleh Bank.
Harga pasar Surat Berharga mengacu pada harga marked to market yang
berlaku di pasar keuangan internasional.
Bank Indonesia menggunakan informasi harga pasar Surat Berharga yang
diperoleh dari Clearstream pada 1 (satu) hari kerja sebelum Tanggal
Transaksi. Dalam hal informasi harga pasar (marked to market) Surat
Berharga tidak dapat diperoleh dari Clearstream, maka akan digunakan
Bloomberg price atau informasi harga pasar dari pihak lainnya yang
60
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Clearstream merupakan salah satu
Kustodian Surat Berharga Ayat
(4)
Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan milik
Bank yang mengajukan USD Repo.
53
Pasal 6
11/4/PBI/2009
Bank bertanggungjawab atas kebenaran data pengajuan USD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 52 dalam kodifikasi ini).
54
Pasal 7
11/4/PBI/2009
(1)
(2)
55
Pasal 8
11/4/PBI/2009
(1)
(2)
(3)
(4)
Repo
Bank melakukan pengajuan USD Repo kepada Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) (Paragraf 50 ayat (1) dalam
kodifikasi ini) melalui window pada pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul
15.00 WIB.
Bank hanya dapat melakukan 1 (satu) kali pengajuan dalam window
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada hari yang sama.
Bank Indonesia melakukan pemrosesan terhadap pengajuan USD Repo
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) (Paragraf 50 ayat (1) dalam
kodifikasi ini).
Bank Indonesia menetapkan Bank penjual Surat Berharga yang
menerima USD Repo.
Bank Indonesia menetapkan nominal USD yang diperoleh Bank penjual
Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Bank Indonesia menyampaikan informasi penetapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) melalui sarana RMDS paling lambat
pukul 16.30 WIB pada Tanggal Transaksi.
Bank Indonesia menginformasikan:
a. besaran nominal jumlah USD yang diterima Bank penjual Surat
Berharga;
b. identitas Surat Berharga yang diterima Bank Indonesia;
c informasi terkait Standar Instruksi Penyelesaian Transaksi (Standard
Settlement Instruction); dan/atau
d. informasi yang terkait lainnya,
56
Pasal 9
11/4/PBI/2009
Bank penjual Surat Berharga yang menerima USD Repo wajib mempergunakan
nominal USD yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)
(Paragraf 55 ayat (3) dalam kodifikasi ini) untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
USD Bank.
Yang dimaksud dengan “kebutuhan likuiditas” antara lain kebutuhan untuk
memenuhi permintaan nasabah dan/atau kebutuhan untuk membayar utang.
57
Pasal 10
11/4/PBI/2009
(1) Masa berlaku USD Repo dimulai pada Tanggal Valuta dan berakhir pada
Tanggal Jatuh Tempo.
(2) Bank wajib mengirimkan Surat Berharga ke rekening Bank Indonesia pada
Kustodian yang ditunjuk oleh Bank Indonesia pada Tanggal Valuta.
61
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(3) Bank Indonesia akan mengirimkan dana USD sesuai dengan USD Repo ke
rekening Bank pada Bank Koresponden yang ditunjuk oleh Bank pada
Tanggal Valuta.
58
Pasal 11
11/4/PBI/2009
(1)
(2)
(3)
(4)
Pada Tanggal Jatuh Tempo, Bank membeli kembali Surat Berharga sebesar
Nilai Pembelian Kembali.
Atas pembelian Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank wajib mengirimkan dana USD sebesar Nilai Pembelian Kembali ke
rekening Bank Indonesia pada Bank Koresponden yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia.
Pada Tanggal Jatuh Tempo Bank Indonesia akan mengirimkan Surat
Berharga kepada Bank yang bersangkutan.
Bank harus menyampaikan konfirmasi pengiriman dana USD ke rekening
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 2 (dua)
hari kerja sebelum Tanggal Jatuh Tempo
Konfirmasi dapat dikirimkan dalam bentuk swift message kepada Bank
Indonesia yang mencantumkan informasi Tanggal Jatuh Tempo, Nilai
Pembelian Kembali, identitas Surat Berharga, dan Standar Instruksi
Penyelesaian Transaksi (Standard Settlement Instruction) dalam USD Repo
yang telah disepakati.
59
Pasal 12
11/4/PBI/2009
Kupon Surat Berharga dalam periode USD Repo merupakan hak Bank
penjual Surat Berharga.
60
Pasal 13
11/4/PBI/2009
(1)
(2)
61
Pasal 14
11/4/PBI/2009
Repo Rate ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar Singapore Interbank Offered
Rate (SIBOR) pada tanggal transaksi ditambah sejumlah margin.
Tenor ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Jangka waktu Tenor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 1
(satu) bulan.
Yang dimaksud dengan “margin” adalah tambahan tingkat bunga yang
disesuaikan dengan kondisi pasar keuangan.
62
Pasal 15
11/4/PBI/2009
Haircut ditetapkan berdasarkan jangka waktu Surat Berharga.
63
Pasal 16
11/4/PBI/2009
(1)
(2)
Dalam hal Bank tidak dapat membayar dana USD pada saat Tanggal Jatuh
Tempo sebesar Nilai Pembelian Kembali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) (Paragraf 58 ayat (2) dalam kodifikasi ini), maka Bank
Indonesia dapat menjual Surat Berharga Bank sesuai dengan harga yang
berlaku di pasar.
Dalam hal nilai Surat Berharga Bank pada saat USD Repo jatuh tempo
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencukupi Nilai Pembelian
Kembali, maka Bank Indonesia akan membebankan kekurangan
pembayaran dana pada rekening giro valuta asing Bank yang
bersangkutan di Bank Indonesia.
62
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(3)
Dalam hal dana pada rekening giro valuta asing Bank di Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas tidak mencukupi maka Bank
Indonesia akan membebankan kekurangan pembayaran dana pada
rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
Pembebanan kekurangan pembayaran dana USD kepada rekening giro
rupiah Bank dilakukan dengan menggunakan Kurs Transaksi Jual Bank
Indonesia pada hari yang bersangkutan.
(4)
(5)
Pembebanan pembayaran rekening giro valuta asing dan/atau rupiah
Bank di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
di atas dilakukan setelah Tanggal Jatuh Tempo.
Bank dikenakan tambahan kewajiban membayar sebesar Jakarta Onshore
Dollar Offer Rate (JODOR) dikalikan jangka waktu sejak Tanggal Jatuh
Tempo sampai dengan tanggal pelunasan kewajiban USD Repo.
Jangka waktu tambahan kewajiban membayar dihitung sejak Tanggal
Jatuh Tempo sampai dengan tanggal pelunasan kewajiban USD Repo
namun tidak termasuk tanggal pelunasan.
64
Pasal 17
11/4/PBI/2009
(6)
Dalam hal JODOR sebagaimana dimaksud pada ayat (5) lebih kecil
daripada SIBOR, maka tambahan kewajiban membayar dihitung
berdasarkan SIBOJODOR dan SIBOR yang digunakan adalah suku bunga
pada tanggal pelunasan.
(7)
Dalam hal hasil penjualan Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melebihi kewajiban membayar yang telah disepakati dalam USD
Repo dan kewajiban Bank lainnya, akan dikembalikan kepada Bank yang
bersangkutan.
(1)
Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu melakukan early termination
terhadap kesepakatan USD Repo apabila Bank yang bersangkutan
mengalami penurunan Peringkat Komposit di bawah persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) (Paragraf 50 ayat (1) dalam
kodifikasi ini).
Early termination merupakan proses mempercepat Tanggal Jatuh Tempo
USD Repo oleh Bank Indonesia. Pemberitahuan early termination akan
dilakukan secara bilateral kepada Bank yang bersangkutan oleh Bank
Indonesia.
(2)
(3)
Dalam hal terjadi early termination sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka Bank melakukan pembelian kembali Surat Berharga tersebut
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 58
dalam kodifikasi ini).
Dalam hal Bank tidak dapat membayar pembelian kembali Surat Berharga
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Bank Indonesia dapat
menjual Surat Berharga Bank mengikuti ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan ayat (7) (Paragraf 63 ayat (1) dan
ayat (7) dalam kodifikasi ini).
63
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(4)
65
Pasal 18
11/4/PBI/2009
Dalam hal nilai Surat Berharga Bank pada saat USD Repo jatuh tempo
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mencukupi Nilai Pembelian
Kembali, maka pembelian kembali Surat Berharga tersebut mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6) (Paragraf 63 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5),
dan ayat (6) dalam kodifikasi ini).
Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu meniadakan window transaksi USD Repo
Bank kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
(Paragraf 49 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dengan pengumuman melalui Reuters
atau sarana komunikasi lainnya paling lambat pukul 13.00 WIB.
Sarana komunikasi lainnya antara lain sistem Laporan Harian Bank Umum
(LHBU) dan Bloomberg.
Sanksi
66
Pasal 19
11/4/PBI/2009
(1) Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
(Paragraf 56 dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif berupa
teguran tertulis.
(2) Dalam hal Bank tidak mengirimkan Surat Berharga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) (Paragraf 57 ayat (2) dalam kodifikasi ini), USD
Repo dengan Bank yang bersangkutan dinyatakan batal.
(3) Bank yang tidak mengirimkan Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), tidak termasuk karena settlement failure, dikenakan sanksi
berupa:
a. teguran tertulis; dan
b. kewajiban membayar sebesar 10/00 (satu per seribu) dari nilai nominal
transaksi yang dinyatakan batal atau paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) per transaksi.
Yang dimaksud dengan ”settlement failure” adalah tidak terjadinya
penyelesaian transaksi pada tanggal valuta yang disebabkan oleh
faktor factor teknis misalnya kesalahan pencantuman rekening, tanggal
valuta,
dan lain sebagainya.
(4) Bank yang tidak dapat melakukan pembayaran atas pembelian Surat
Berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) (Paragraf 58 ayat
(2) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi berupa teguran tertulis.
67
BAB I
Pasal 1
12/6/PBI/2010
Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat
Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
Ketentuan Umum
1.
Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor
cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
64
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
68
BAB II
Pasal 2
12/6/PBI/2010
69
BAB III
Pasal 3
12/6/PBI/2010
Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah
yang selanjutnya disebut CNY/IDR Repo adalah transaksi penjualan
bersyarat surat berharga dalam denominasi Rupiah oleh Bank kepada
Bank Indonesia untuk memperoleh mata uang CNY, dengan kewajiban
membeli kembali surat berharga tersebut sesuai harga dan jangka waktu
yang disepakati dengan menggunakan mata uang CNY.
Surat Berharga adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara
(SUN), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) milik Bank yang tercatat pada rekening perdagangan
(rekening aktif) dalam sarana Bank Indonesia – Scripless Securities
Settlement System (BI-SSSS).
Repo Rate adalah tingkat bunga yang dikenakan kepada Bank terhadap
dana CNY dalam rangka CNY/IDR Repo.
Haircut adalah faktor pengurang nilai Surat Berharga dalam CNY/IDR Repo
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam bentuk persentase.
Tenor adalah jangka waktu CNY/IDR Repo.
Window Time CNY/IDR Repo adalah waktu yang disediakan bagi Bank
untuk mengajukan permohonan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia.
Bank Koresponden adalah bank pemelihara rekening giro, dalam rangka
pembayaran dan/atau penerimaan dana ke atau dari Bank, counterparty
dan kustodian.
Hari Kerja adalah hari kerja Jakarta dan Beijing.
Tanggal Transaksi adalah tanggal kesepakatan CNY/IDR Repo Bank kepada
Bank Indonesia dalam Window Time CNY/IDR Repo.
Tanggal Valuta adalah tanggal penyelesaian transaksi CNY/IDR Repo yang
dihitung dari Tanggal Transaksi ditambah 2 (dua) Hari Kerja.
Tanggal Jatuh Tempo adalah tanggal pembelian kembali Surat Berharga
oleh Bank yang telah disepakati.
Nilai Pembelian Kembali adalah nilai nominal pembelian kembali Surat
Berharga oleh Bank yaitu nilai nominal CNY/IDR Repo ditambah dengan
nilai nominal dari Repo Rate.
Chinese Yuan (CNY) adalah mata uang China yang dapat disebut juga
dengan Renminbi (RMB).
Prinsip Dasar
(1) Bank Indonesia dapat melaksanakan transaksi swap CNY terhadap Rupiah
(CNY/IDR) dengan People’s Bank of China sesuai perjanjian Indonesian
Rupiah/Chinese Yuan Bilateral Currency Swap Arrangement between Bank
Indonesia and the People’s Bank of China .
(2) Bank Indonesia melaksanakan transaksi swap CNY/IDR atas dasar
pengajuan kebutuhan CNY dari Bank dan/atau kebutuhan IDR dari People’s
Bank of China.
Pengajuan Kebutuhan CNY Bank kepada Bank Indonesia
(1) Bank yang membutuhkan CNY dapat mengajukan CNY/IDR Repo kepada
Bank Indonesia.
(2) Bank yang akan mengajukan CNY/IDR Repo harus terlebih dahulu
menyampaikan rencana kebutuhan CNY kepada Bank Indonesia.
65
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(3) Bank dapat mengajukan kebutuhan CNY kepada Bank Indonesia apabila
memenuhi persyaratan berikut:
a. paling kurang memiliki Peringkat Komposit 3 (PK-3) berdasarkan
penilaian Bank Indonesia;
b. memiliki Surat Berharga yang memenuhi persyaratan untuk dapat direpo-kan kepada Bank Indonesia dengan nilai paling kurang sebesar
ekuivalen dari nilai nominal kebutuhan CNY setelah diperhitungkan
dengan Haircut; dan
Yang dimaksud Surat Berharga yang dimiliki adalah Surat Berharga
yang sepenuhnya merupakan milik Bank dan bukan Surat Berharga hasil
sell & buy back.
Surat Berharga yang di-repo-kan kepada Bank Indonesia dihitung
dengan pembulatan ke atas pada jutaan Rupiah terdekat.
c. memiliki underlying kegiatan perdagangan internasional yang didukung
oleh dokumen yang memadai;
Dokumen underlying kegiatan perdagangan internasional yang
memadai antara lain meliputi Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, Letter of Credit (L/C), invoice,
atau kontrak jual-beli.
(4) Rencana kebutuhan CNY dapat dipenuhi hanya untuk kebutuhan nasabah
yang memiliki mitra perdagangan perusahaan China yang pada saat
transaksi termasuk dalam The List of Pilot Enterprises.
The List of Pilot Enterprises merupakan daftar perusahaan di China yang
memiliki ijin dari Otoritas China untuk melakukan cross border Renminbi
trade settlement. Daftar perusahaan China tersebut, termasuk
perubahannya akan disampaikan melalui Surat Edaran Bank Indonesia.
(lampiran 7 dalam kodifikasi ini).
(5) Nilai nominal pengajuan kebutuhan CNY kepada Bank Indonesia paling
sedikit sebesar CNY 1.000.000 (satu juta Chinese Yuan).
(6) Bank wajib menggunakan CNY yang diperoleh dari transaksi CNY/IDR Repo
untuk memenuhi kebutuhan pembayaran perdagangan internasional
sebagaimana tercantum dalam dokumen underlying.
70
Pasal 4
12/6/PBI/2010
Ayat (1)
SE 12/22/DPM
2010
No. 1.1
(1)
Rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
(Paragraf 69 ayat (2) dalam kodifikasi ini) disampaikan kepada Bank
Indonesia melalui Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) pada setiap
hari Rabu pukul 09.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB.
Ditujukan kepada Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Biro Operasi
Moneter - Tim Operasi Moneter Valas (DPM cq. BOpM-Tim OMV), dengan
dealing code BIRU.
66
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Pasal 4
12/6/PBI/2010
Ayat (2) – (5)
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Dalam hal hari Rabu bukan merupakan Hari Kerja maka rencana kebutuhan
CNY sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan kepada Bank
Indonesia pada 1 (satu) Hari Kerja berikutnya.
(3) Dalam menyampaikan rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) (Paragraf 69 ayat (2) dalam kodifikasi ini), Bank
harus mencantumkan informasi berikut:
a. Identitas dokumen underlying;
b. Nilai nominal kebutuhan CNY;
c. Tenor CNY/IDR Repo;
d. Nomor rekening Bank pada Bank Koresponden dan identitas Bank
pada BI-SSSS; dan
e. Nama perusahaan China sebagai mitra perdagangan yang
termasuk dalam The List of Pilot Enterprises.
(2)
Identitas dokumen underlying kegiatan perdagangan internasional
meliputi informasi tentang nomor referensi dokumen antara lain L/C atau
non L/C, nomor Pemberitahuan Impor Barang (PIB), nomor invoice,
dan/atau nomor kontrak jual beli dari underlying kegiatan perdagangan
internasional.
(4) Rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
direvisi paling lambat 4 (empat) Hari Kerja setelah hari pengajuan pada
pukul 11.00 WIB.
Revisi nilai nominal rencana kebutuhan CNY hanya dapat dilakukan untuk
nilai nominal yang lebih kecil dari rencana sebelumnya.
Contoh:
Rencana kebutuhan CNY disampaikan kepada Bank Indonesia pada hari
Rabu tanggal 10 Maret 2010 maka rencana tersebut dapat direvisi paling
lambat pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2010 pada pukul 11.00 WIB.
Nilai nominal hasil revisi yang disampaikan pada tanggal 16 Maret 2010
harus lebih kecil dari rencana kebutuhan yang disampaikan pada tanggal
10 Maret 2010.
(5) Dalam hal rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat dipenuhi, maka Bank Indonesia akan menyampaikan informasi
dimaksud kepada Bank yang bersangkutan paling lambat pada 3 (tiga) Hari
Kerja setelah hari pengajuan melalui RMDS dan/atau sarana komunikasi
lainnya.
71
BAB IV
Pasal 5
12/6/PBI/2010
Ayat (1) – (4)
Transaksi CNY/IDR Repo Bank kepada Bank Indonesia
(1) Bank Indonesia membuka Window Time CNY/IDR Repo 5 (lima) Hari Kerja
setelah hari pengajuan rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) (Paragraf 70 ayat (1) dalam kodifikasi ini).
Contoh:
Rencana kebutuhan CNY disampaikan kepada Bank Indonesia pada hari
Rabu tanggal 10 Maret 2010 maka CNY/IDR Repo dilaksanakan pada
Window Time CNY/IDR Repo hari Rabu tanggal 17 Maret 2010.
67
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(2) Window Time CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan pada setiap hari Rabu pukul 13.00 – 14 .00 WIB.
Dalam window tersebut Bank Indonesia juga melakukan konfirmasi atas:
a. Nilai nominal CNY yang diterima Bank penjual Surat Berharga;
b. identitas Surat Berharga yang diterima Bank Indonesia;
c. informasi terkait Standar Instruksi Penyelesaian Transaksi (Standard
Settlement Instruction); dan informasi yang terkait lainnya.
SE 12/12/DPD
2010
Romawi I No. 3a
(3) Dalam hal hari Rabu tersebut bukan merupakan Hari Kerja, Window Time
CNY/IDR Repo dilaksanakan pada Hari Kerja berikutnya.
(4) Bank Indonesia mengumumkan :
a. Repo Rate dan Tenor transaksi CNY/IDR Repo melalui Reuters atau
sarana komunikasi lainnya apabila Reuters mengalami gangguan;
Pengumuman paling lambat pukul 12.00 WIB pada 5 (lima) Hari
Kerja setelah hari pengajuan rencana kebutuhan CNY Bank.
b. harga Surat Berharga dan Haircut, yang dapat dilihat pada BI-SSSS;
c. kurs CNY/IDR, yang dapat dilihat pada Reuters page BIXY
Sarana komunikasi lainnya antara lain sistem Laporan Harian Bank
Umum (LHBU) dan Bloomberg.
Pengumuman harga Surat Berharga dan Haircut, Kurs CNY/IDR diatur
lebih lanjut pada Surat Edaran Bank Indonesia.
72
Pasal 5
12/6/PBI/2010
Ayat (5) dan (6)
(5) Bank yang telah mengajukan kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 (Paragraf 70 dalam kodifikasi ini) wajib mengajukan transaksi
CNY/IDR Repo pada saat pembukaan Window Time CNY/IDR Repo
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(6) Bank yang telah mengajukan transaksi CNY/IDR Repo sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dilarang membatalkan transaksi dan/atau
mengubah informasi yang telah diajukan kepada Bank Indonesia, termasuk
mengubah nilai nominal CNY/IDR Repo.
Pasal 6
12/6/PBI/2010
(1) Nilai nominal pengajuan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia harus sama
dengan jumlah pengajuan kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 (Paragraf 70 dalam kodifikasi ini) dan paling banyak sebesar nilai
nominal underlying kegiatan perdagangan internasional.
(2) Pengajuan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bilateral antara Bank dengan Bank
Indonesia melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS).
(3) Bank hanya dapat melakukan 1 (satu) kali pengajuan dalam Window Time
CNY/IDR Repo pada hari yang sama untuk masing-masing Tenor.
Bank dapat mengajukan beberapa Surat Berharga untuk di-repo-kan
kepada Bank Indonesia dengan satu kali pengajuan dalam 1 (satu) hari
untuk masing-masing Tenor.
68
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
73
Sumber
Regulasi
Pasal 7
12/6/PBI/2010
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Surat Berharga yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia memiliki sisa
jangka waktu paling singkat melebihi Tenor dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk SBI dan SBIS paling singkat 8 (delapan) hari kerja Jakarta setelah
Tanggal Jatuh Tempo.
b. SUN dan SBSN paling singkat 10 (sepuluh) hari kerja Jakarta setelah
Tanggal Jatuh Tempo.
Contoh 1:
Pada tanggal 3 Agustus 2010, Bank Indonesia mengumumkan CNY/IDR
Repo dengan Tenor 1 bulan dimana Tanggal Valuta pada 5 Agustus 2010,
dan Tanggal Jatuh Tempo pada 3 September 2010.
Bank A, Bank B, dan Bank C mengajukan CNY/IDR Repo kepada Bank
Indonesia dengan sisa jangka waktu Surat Berharga sebagai berikut:
a. Bank A memiliki SBI dengan sisa jangka waktu 15 (lima belas) hari dan
maturity date tanggal 3 September 2010;
b. Bank B memiliki SBI dengan sisa jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dan
maturity date tanggal 15 September 2010;
c. Bank C memiliki SBI dengan sisa jangka waktu 32 (tiga puluh dua) hari
dan maturity date tanggal 6 September 2010.
SBI yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia adalah milik Bank B.
Contoh 2:
Pada tanggal 5 Oktober 2010, Bank Indonesia mengumumkan CNY/IDR
Repo dengan Tenor 1 (satu) bulan dimana Tanggal Valuta pada 7 Oktober
2010, dan Tanggal Jatuh Tempo pada 5 November 2010.
Bank A, Bank B, dan Bank C mengajukan CNY/IDR Repo kepada Bank
Indonesia dengan sisa jangka waktu Surat Berharga sebagai berikut:
a. Bank A memiliki SUN dengan sisa jangka waktu 15 (lima belas) hari
dan maturity date tanggal 5 November 2010,
b. Bank B memiliki SUN sisa jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dan
maturity date tanggal 19 November 2010,
c. Bank C memiliki SUN dengan sisa jangka waktu 32 (tiga puluh dua) hari
dan maturity date tanggal 8 November 2010
SUN yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia adalah milik Bank B
74
Pasal 8
12/6/PBI/2010
Ayat (1) – (2)a
(1) Bank yang mengajukan CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (3) (Paragraf 69 ayat (3) dalam kodifikasi ini) harus mencantumkan
nilai total nominal Surat Berharga yang di-repo-kan dengan rincian untuk
masing-masing Surat Berharga sebagai berikut:
a. identitas Surat Berharga;
Identitas Surat Berharga meliputi informasi tentang:
1. identitas sesuai dengan Committee on Uniform Securities
Identification Procedures (CUSIP) dan/atau International Securities
Identification Number (ISIN);
2. nilai kupon; dan
3. maturity date.
69
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
b. nominal Surat Berharga; dan
c. sisa jangka waktu Surat Berharga.
(2) Bank yang mengajukan CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (3) (Paragraf 69 ayat (3) dalam kodifikasi ini) wajib menyampaikan :
a. Surat permohonan pledge Surat Berharga yang di-repo-kan (Lampiran 8
dalam kodifikasi ini).
SE 12/12/DPD
2010
Rom. I No. 6 - 8
1. Surat permohonan pledge dan surat kuasa disampaikan kepada
Bank Indonesia yang dialamatkan kepada:
Direktorat Pengelolaan Devisa - Bagian Penyelesaian Transaksi
Devisa Bank Indonesia
Gedung Sjafruddin Prawiranegara Lt.7 Jl. MH. Thamrin No.2
Jakarta Pusat
2. Bank melakukan pledge Surat Berharga paling lambat 1 (satu) hari
kerja Jakarta sebelum Tanggal Valuta dan akan berlaku efektif pada
Tanggal Valuta.
3. Jangka waktu pledge atas Surat Berharga sesuai dengan Tenor
CNY/IDR Repo ditambah 6 (enam) hari kerja Jakarta.
Pasal 8
12/6/PBI/2010
Ayat (2)b
b. Surat Kuasa yang memberikan kuasa kepada Bank Indonesia untuk
dapat melakukan penghentian pledge dan pemindahan Surat Berharga
dari rekening Bank ke rekening Bank Indonesia, melakukan penjualan
atas Surat Berharga Bank, melakukan redemption atas SBI atau SBIS
Bank, melakukan pendebetan rekening giro valuta asing Bank di Bank
Indonesia, dan/atau melakukan pendebetan rekening giro Rupiah Bank
di Bank Indonesia, apabila dalam jangka waktu kontrak CNY/IDR Repo
Bank tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam menyelesaikan
transaksi Lampiran 3 (Lampiran 9 dalam kodifikasi ini).
Pasal 8
12/6/PBI/2010
Ayat (3) – (5)
(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan pada saat
Window Time CNY/IDR Repo dan dokumen-dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling lambat 1 (satu) hari kerja
Jakarta berikutnya pukul 12.00 WIB sebagaimana contoh pada Lampiran 4
(Lampiran 10 dalam kodifikasi ini).
(4) Surat permohonan pledge sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan Surat Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b wajib
ditandatangani oleh pejabat Bank yang mempunyai spesimen tanda tangan
yang ditatausahakan di Bank Indonesia..
(5) Dokumen underlying kegiatan perdagangan internasional sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (3) (Paragraf 69 ayat (3) dalam kodifikasi ini)
wajib ditatausahakan oleh Bank.
75
Pasal 9
12/6/PBI/2010
Bank bertanggungjawab atas kebenaran data pengajuan CNY/IDR Repo
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 74 dalam kodifikasi ini).
76
Pasal 10
12/6/PBI/2010
Ayat (1) – (3)
(1) Masa berlaku CNY/IDR Repo dimulai pada Tanggal Valuta dan berakhir
pada Tanggal Jatuh Tempo.
(2) Bank Indonesia mengirimkan dana CNY ke rekening Bank pada Bank
Koresponden yang ditunjuk oleh Bank pada Tanggal Valuta sesuai dengan
kontrak CNY/IDR Repo.
70
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(3) Bank wajib melakukan pledge Surat Berharga 1 (satu) Hari Kerja sebelum
Tanggal Valuta.
SE 12/12/DPD
2010
Romawi II
No. 1, 4, dan 5
Nilai Surat Berharga yang diserahkan Bank pada Tanggal Valuta CNY/IDR
Repo (first leg) dihitung sebagai berikut:
Dana IDR = Dana CNY x Kurs Transaksi Jual CNY/IDR Bank Indonesia
Nilai Surat
Berharga
Accrued Interest
Dana IDR x 100
=
Harga Surat Berharga + Accrued Interest – Haircut
= Jumlah hari accrued interest
Jumlah hari dalam 1 tahun
x Kupon
x
100
Jumlah hari accrued interest dan jumlah hari dalam 1 (satu) tahun dihitung
berdasarkan day count conventions yang berlaku untuk Surat Berharga
yang di-repo-kan. Day count conventions antara lain ACT/ACT, ACT/360,
ACT/365, dan 30/360.
Dalam hal terjadi perbedaan perhitungan antara Bank dengan Bank
Indonesia, yang digunakan adalah hasil perhitungan Bank Indonesia.
Dalam hal pada Tanggal Valuta terjadi kekurangan nilai Surat Berharga
yang di-pledge oleh Bank , Bank harus menambah kekurangan dimaksud
77
78
Pasal 10
12/6/PBI/2010
Ayat (4) – (5)
(4) Bank yang tidak melakukan pledge Surat Berharga sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan telah menerima dana CNY pada Tanggal Valuta wajib
mengembalikan dana CNY ke rekening CNY Bank Indonesia di PBC paling
lambat 3 (tiga) Hari Kerja setelah Tanggal Valuta.
(5) Dalam hal Bank tidak mengembalikan dana ke rekening CNY Bank
Indonesia di PBC dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), Bank Indonesia akan melakukan pendebetan rekening giro valuta asing
dan/atau rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia sebesar nilai
transaksi dan kewajiban membayar lainnya.
Pasal 11
12/6/PBI/2010
Kupon Surat Berharga yang di-repo-kan dalam transaksi CNY/IDR Repo
merupakan hak Bank yang melakukan transaksi CNY/IDR Repo.
SE 12/12/DPD
2010
Rom. III. A No. 4
Dalam hal terdapat pembayaran kupon atas Surat Berharga Bank yang di-repokan ke Bank Indonesia, maka Bank Indonesia akan melakukan pengkreditan
rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia.
Pasal 12
12/6/PBI/2010
Ayat (1)
SE 12/22/DPM
2010
No. 2.3
(1)
Bank Indonesia menetapkan Tenor, Repo Rate, dan Haircut.
Haircut Surat Berharga mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai transaksi repurchase agreement Bank dengan Bank
Indonesia dalam denominasi rupiah.
71
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
79
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Pasal 12
12/6/PBI/2010
Ayat (2) – (3)
(2)
BAB V
Penyelesaian Transaksi CNY/IDR Repo Bank kepada Bank
Indonesia
Pasal 13
12/6/PBI/2010
Ayat (1)
Ketentuan
(3)
(1)
SE 12/12/DPD
2010
Romawi II No. 2
Tenor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 1 (satu) bulan
dan/atau 3 (tiga) bulan.
Repo Rate sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada Tanggal
Transaksi CNY/IDR Repo.
Bank wajib menyelesaikan transaksi CNY/IDR Repo dengan membeli
kembali Surat Berharga sebesar Nilai Pembelian Kembali pada Tanggal
Valuta.
Nilai Pembelian Kembali pada Tanggal Jatuh Tempo CNY/IDR Repo
(second leg) dihitung sebagai berikut:
Nilai Pembelian Kembali = Dana CNY pada Tanggal Valuta CNY/IDR
Repo + (Dana CNY pada Tanggal Valuta CNY/IDR Repo x Repo Rate x
act/360)
a.
b.
Pasal 13
12/6/PBI/2010
Ayat (2) – (3)
(2)
(3)
Nilai nominal Repo Rate
Nilai nominal Repo Rate = dana CNY pada tanggal valuta x (jumlah
hari repo/360) x (Repo Rate)
Nilai pembelian kembali
Nilai pembelian kembali = Dana CNY pada tanggal valuta + Nilai
nominal Repo Rate
Atas pembelian kembali Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bank wajib mengirimkan dana CNY sebesar Nilai Pembelian Kembali
ke rekening Bank Indonesia pada Bank Koresponden yang ditunjuk oleh
Bank Indonesia yaitu Peoples Bank of China
Bank wajib menyampaikan konfirmasi mengenai pengiriman dana CNY ke
rekening Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
lambat 2 (dua) hari kerja sebelum Tanggal Jatuh Tempo.
Konfirmasi dapat disampaikan dalam bentuk swift message kepada Bank
Indonesia dengan mencantumkan pula informasi tentang Tanggal Jatuh
Tempo, Nilai Pembelian Kembali, identitas Surat Berharga, dan Standar
Instruksi Penyelesaian Transaksi (Standard Settlement Instruction) dalam
CNY/IDR Repo yang telah disepakati.
SE 12/12/DPD
2010 Romawi III
No. 2
80
Pasal 14
12/6/PBI/2010
Ayat (1) – (4)
Bank yang melakukan transaksi CNY/IDR Repo harus mengkonfirmasikan
pengiriman instruksi penyelesaian pada BI-SSSS melalui telepon atau email kepada Bank Indonesia c.q. Direktorat Pengelolaan Devisa - Bagian
Penyelesaian Transaksi Devisa.
(1)
Dalam hal Bank tidak dapat mengembalikan dana CNY pada Tanggal Jatuh
Tempo sebesar Nilai Pembelian Kembali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) (Paragraf 79 ayat (2) dalam kodifikasi ini), Bank Indonesia
menjual atau melakukan early redemption Surat Berharga Bank
berdasarkan surat kuasa yang disampaikan Bank kepada Bank Indonesia
72
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) (Paragraf 74 ayat (2) dalam
kodifikasi ini).
Early redemption adalah pelunasan SBI sebelum SBI dimaksud jatuh waktu
(2)
Penjualan atau early redemption Surat Berharga Bank oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada 3 (tiga) hari kerja
Jakarta setelah Tanggal Jatuh Tempo sesuai dengan harga yang berlaku di
pasar.
Harga yang berlaku di pasar merupakan harga transaksi penjualan Surat
Berharga Bank oleh Bank Indonesia.
Contoh:
Pada tanggal 5 November 2010, Bank tidak dapat membayar dana CNY
sebesar CNY 1.000.000 (satu juta Chinese Yuan). Bank Indonesia menjual
Surat Berharga Bank pada tanggal 10 November 2010 dengan harga
transaksi penjualan ekuivalen sebesar Rp. 1.300.000.000,00 (satu milliar
tiga ratus juta rupiah) dengan kurs jual 1 CNY = Rp 1.300,00.
(3)
(4)
SE 12/12/DPD
2010
Rom. IV.B No. 3
Surat Berharga tetap berada dalam penguasaan Bank Indonesia sampai
dengan terjadinya penjualan atau early redemption Surat Berharga.
Dalam hal hasil penjualan atau early redemption Surat Berharga Bank
pada saat penjualan atau early redemption sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali dan kewajiban
membayar lainnya, Bank Indonesia membebankan kekurangan
pembayaran tersebut pada rekening giro valuta asing Bank yang
bersangkutan di Bank Indonesia.
Kewajiban
a. Kewajiban Membayar
Use of fund dikenakan biaya sebesar Repo Rate + 200 bps
Nilai
pembelian
(Repo Rate +
Use of
200 bps)
x
Jumlah hari
fund = kembali x
360
b. Total Kewajiban
Total kewajiban = Nilai pembelian kembali + Use of fund
Harga Pasar SSB
Harga pasar SSB = Nominal SSB yang di-repo-kan
x
Dirty price
100
Harga pasar Surat Berharga
Harga pasar SSB dalam CNY
=
Kurs transaksi jual CNY/IDR Bank
Indonesia
73
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Pasal 14
12/6/PBI/2010
Ayat (5) – (6)
Ketentuan
(5) Dalam hal nilai pembebanan rekening giro valuta asing Bank di Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak mencukupi, Bank
Indonesia membebankan kekurangan pembayaran tersebut pada
rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
Pembebanan kekurangan pembayaran dana CNY kepada rekening giro
rupiah Bank dilakukan dengan menggunakan Kurs Transaksi Jual Bank
Indonesia pada hari yang bersangkutan.
(6) Dalam hal hasil penjualan atau early redemption Surat Berharga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi kewajiban membayar
yang telah disepakati dalam CNY/IDR Repo dan kewajiban Bank lainnya,
selisih lebih tersebut akan dikembalikan kepada Bank yang
bersangkutan.
SE 12/12/DPD
2010
Romawi IV.B No.
5
Karena total kewajiban lebih rendah dari harga pasar SSB dalam CNY
maka dihitung jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk membeli CNY
dengan perhitungan sebagai berikut:
Total kewajiban (rupiah) = Total Kewajiban x Kurs CNY/IDR
Kelebihan hasil penjualan
dikembalikan kepada Bank.
81
BAB VI
Pasal 15
12/6/PBI/2010
Ayat (1) – (2)
SSB
sesuai
perhitungan
akan
Early Termination
(1)
Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu melakukan early termination
terhadap kesepakatan CNY/IDR Repo apabila Bank yang bersangkutan
mengalami penurunan Peringkat Komposit di bawah persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) (Paragraf 77 ayat (3) dalam
kodifikasi ini) dan/atau ditemukan adanya pelanggaran lain dalam
ketentuan ini.
Early termination merupakan proses mempercepat Tanggal Jatuh Tempo
CNY/IDR Repo oleh Bank Indonesia. Pemberitahuan early termination
akan dilakukan secara bilateral kepada Bank yang bersangkutan oleh
Bank Indonesia.
Pelanggaran lain dalam ketentuan ini antara lain apabila ditemukan
adanya ketidaksesuaian underlying atau mitra dagang nasabah Bank
diluar “The List of Pilot Enterprises”.
(2)
Dalam hal terjadi early termination sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank wajib menyelesaikan transaksi CNY/IDR Repo dengan melakukan
pembelian kembali Surat Berharga dengan mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (Paragraf 79 dalam kodifikasi ini).
Nilai Pembelian Kembali dalam hal terjadi early termination dihitung
berdasarkan periode efektif CNY/IDR Repo yaitu sejak Tanggal Valuta
Repo sampai tanggal early termination.
74
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
SE 12/12/DPD
2010
Rom. IV.C No. 3
Pasal 15
12/6/PBI/2010
Ayat (3) – (4)
Ketentuan
Bank Indonesia akan menyampaikan surat kepada Bank yang berisi
pemberitahuan pemberlakuan early termination, tanggal penyetoran dan
jumlah Nilai Pembelian Kembali yang wajib dibayar oleh Bank.
(3)
(4)
82
BAB VII
Pasal 16
12/6/PBI/2010
Dalam hal Bank tidak dapat melakukan pembelian kembali Surat Berharga
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia dapat menjual Surat
Berharga Bank dengan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) (Paragraf 80 ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) dalam kodifikasi ini).
Dalam hal hasil penjualan Surat Berharga Bank tidak mencukupi Nilai
Pembelian Kembali, maka pelunasan CNY/IDR Repo mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)
(Paragraf 80 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dalam kodifikasi ini).
Peniadaan Window Time
Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu meniadakan Window Time CNY/IDR Repo
dengan pengumuman melalui Reuters atau sarana komunikasi lainnya paling
lambat pukul 13.00 WIB.
Sarana komunikasi lainnya antara lain sistem Laporan Harian Bank Umum
(LHBU) dan Bloomberg.
83
BAB VIII
Pasal 17
12/6/PBI/2010
Ayat (1) – (2)
Sanksi
(1)
(2)
SE 12/12/DPD
2010
Rom. V No. 2b
Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (3) (Paragraf 74 ayat (3) dalam kodifikasi ini) dan dana CNY belum
diterima oleh Bank, dikenakan sanksi berupa teguran tertulis.
Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (3) (Paragraf 74 ayat (3) dalam kodifikasi ini) dan telah menerima
dana CNY dikenakan sanksi berupa:
a. teguran tertulis; dan
b. kewajiban membayar sebesar Repo Rate + 200 bps dikalikan nilai
nominal transaksi dikalikan dengan jumlah hari sejak Tanggal Valuta
sampai tanggal dikembalikannya dana CNY oleh Bank ke rekening
CNY Bank Indonesia di PBC.
Sanksi
Kewajiban =
Nilai
transaksi x
(Repo Rate + 200
bps) x
Jumlah hari
360
Membayar
Perhitungan hari dalam pengenaan sanksi menggunakan hari kalender
dimulai sejak Tanggal Valuta sampai tanggal pengembalian (tidak
termasuk tanggal pengembalian).
Pasal 17
12/6/PBI/2010
Ayat (3) – (4)
(3)
(4)
Sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilakukan dalam denominasi CNY.
Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 3 ayat (6), Pasal 5 ayat
(6), Pasal 8 ayat (2) dan ayat (5) dan Pasal 13 ayat (3) (Paragraf 69 ayat
(6), Paragraf 71 ayat (6), Paragraf 74 ayat (2) dan ayat (5), dan Paragraf 79
75
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
ayat (3) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa
teguran tertulis.
84
Pasal 18
12/6/PBI/2010
Bank yang tidak dapat membayar dana CNY pada Tanggal Jatuh Tempo atau
pada tanggal valuta early termination sebesar Nilai Pembelian Kembali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) (Paragraf 79 ayat
(1) dan ayat (2) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Repo Rate + 200 bps dikalikan jumlah hari dengan nominal Nilai
Pembelian Kembali sejak Tanggal Jatuh Tempo sampai tanggal pelunasan.
Perhitungan jumlah hari dalam pengenaan sanksi menggunakan hari kalender.
SE 12/12/DPD
2010
Romawi V No. 3
Sanksi
Nilai
kewajiban = pembelian
membayar
kembali
x
(Repo Rate +
200 bps)
Jumlah hari
x
360
dimulai sejak Tanggal Jatuh Tempo sampai tanggal pelunasan (tidak termasuk
tanggal pelunasan).
85
BAB I
Pasal 1
10/34/PBI/2008
Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
Ketentuan Umum
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing
di Indonesia, yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk
melakukan kegiatan dalam valuta asing.
2. Wesel Ekspor Berjangka (WEB) adalah wesel ekspor yang diterbitkan oleh
eksportir, yang memiliki jangka waktu tertentu dan telah diakseptasi oleh
bank pengaksep di luar negeri.
3. Akseptasi adalah pernyataan kesanggupan bank pengaksep untuk
melakukan pembayaran atas suatu wesel berjangka yang diterbitkan
eksportir, pada saat jatuh tempo wesel dimaksud.
4. Bank Pengaksep adalah bank di luar negeri yang melakukan akseptasi
terhadap wesel ekspor berjangka.
5. Bank Penjual adalah bank yang melakukan penjualan wesel ekspor
berjangka kepada Bank Indonesia.
6. Tingkat Diskonto adalah besaran diskonto yang mengacu pada suku bunga
pasar untuk masing-masing valuta asing berdasarkan jangka waktu.
7. Hak Regres adalah hak Bank Indonesia untuk membebani rekening bank
penjual di Bank Indonesia apabila terjadi penolakan atau kekurangan
pembayaran oleh Bank Pengaksep pada tanggal jatuh tempo wesel ekspor
berjangka.
8. Hari Kerja adalah hari kerja yang dimulai dari hari Senin sampai dengan hari
Jumat, kecuali hari libur nasional dan hari libur khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah.
9. Tanggal Transaksi adalah tanggal terjadinya kesepakatan transaksi
pembelian wesel ekspor berjangka antara Bank Indonesia dengan bank
penjual.
76
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
10. Tanggal Valuta adalah tanggal penyelesaian atau setelmen transaksi
pembelian wesel ekspor berjangka.
86
Pasal 2
10/34/PBI/2008
(1) Bank Indonesia berwenang membuka window pembelian WEB.
(2) Bank Indonesia berwenang meniadakan window pembelian WEB sewaktu
waktu.
BAB II
Pasal 3
10/34/PBI/2008
Persyaratan Instrumen
88
Pasal 4
10/34/PBI/2008
WEB yang dapat dibeli Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
(Paragraf 87 dalam kodifikasi ini) adalah WEB yang memiliki underlying
perdagangan ekspor atas dasar transaksi Letter of Credit berjangka yang tidak
dapat dibatalkan (irrevocable usance L/C).
Letter of Credit yang mendasari pelaksanaan ekspor mengacu pada aturan
Uniform Customs and Practices for Documentary Credit (UCPDC) yang berlaku.
89
Pasal 5
10/34/PBI/2008
Dokumen yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan pembelian WEB terdiri dari :
a. asli bukti Akseptasi dari Bank Pengaksep;
87
(1) WEB yang dapat dibeli Bank Indonesia adalah WEB yang dibeli Bank secara
langsung dari eksportir maupun dari Bank lain yang telah diakseptasi oleh
Bank Pengaksep di luar negeri.
(2) Nilai nominal WEB yang dapat dibeli oleh Bank Indonesia paling sedikit
sebesar USD10.000,00 (sepuluh ribu US Dollar) atau setara dengan nilai
USD10.000,00 (sepuluh ribu US Dollar).
Bukti Akseptasi dari Bank Pengaksep adalah pernyataan Bank Pengaksep
melalui SWIFT untuk melakukan Akseptasi sebesar nilai nominal wesel dan
membayarnya pada saat jatuh tempo. Apabila terdapat perbedaan antara
nilai nominal Akseptasi dengan nominal yang dibayarkan pada saat jatuh
tempo, maka Bank Indonesia akan membebankan selisihnya kepada Bank
Penjual.
b. asli surat pernyataan dari Bank Penjual yang berisi pernyataan kebenaran
dan kesesuaian antar dokumen serta tanggung jawab terhadap pemenuhan
syarat-syarat yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia ini;
Surat pernyataan tersebut ditandatangani oleh pengurus Bank yang
berwenang dan bermaterai cukup dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 1 (Lampiran 11 dalam kodifikasi ini);
c.
d.
e.
f.
g.
90
Pasal 6
10/34/PBI/2008
fotokopi wesel;
fotokopi Letter of Credit (L/C);
fotokopi Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill;
fotokopi invoice;dan
nama lengkap dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) eksportir.
Bank Penjual wajib bertanggung jawab terhadap pemenuhan persyaratan dan
kebenaran dokumen yang disampaikan oleh eksportir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi ini).
77
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
Pemenuhan persyaratan dan kebenaran dokumen ekspor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi ini) mengacu kepada
UCPDC yang berlaku.
91
Pasal 7
10/34/PBI/2008
WEB yang dapat dibeli Bank Indonesia adalah WEB yang memiliki sisa jangka
waktu paling singkat 30 (tiga puluh) hari dan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari.
92
Pasal 8
10/34/PBI/2008
(1)
Pembelian WEB dilakukan Bank Indonesia dengan mekanisme valuta asing
terhadap rupiah, atau valuta asing terhadap valuta asing yang sama.
Mekanisme valuta asing terhadap rupiah, misalnya: Bank Indonesia
membeli WEB dalam USD dan membayarkannya dengan cara
mengkonversikan dalam valuta rupiah.
Mekanisme valuta asing terhadap valuta asing yang sama, misalnya: Bank
Indonesia membeli WEB dalam EUR dan membayarkannya dalam valuta
EUR.
(2)
93
BAB III
Pasal 9
10/34/PBI/2008
WEB yang dapat dibeli Bank Indonesia adalah WEB dalam valuta United
States Dollar (USD), Japanese Yen (JPY), Great Britain Pound (GBP), Euro
(EUR), Australian Dollar (AUD), dan/atau Swiss Franc (CHF).
Persyaratan Transaksi
(1)
Bank Penjual harus menyampaikan konfirmasi kepada Bank Pengaksep
mengenai kewajiban pembayaran WEB, sejak Tanggal Transaksi sampai
dengan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo
WEB dengan mencantumkan nomor rekening Bank Indonesia pada bank
koresponden.
Konfirmasi yang disampaikan kepada Bank Pengaksep mengenai
kewajiban membayar WEB tersebut, diinformasikan kepada Bank
Indonesia c.q. Direktorat Pengelolaan Devisa.
Biaya konfirmasi atas pembayaran WEB pada saat jatuh tempo
dibebankan kepada Bank Penjual.
(2)
(3)
94
Pasal 10
10/34/PBI/2008
Pada saat WEB jatuh tempo, jumlah nilai pembayaran yang dikreditkan ke
rekening Bank Indonesia adalah sebesar nilai nominal WEB yang dijual
kepada Bank Indonesia.
Dalam hal pembayaran yang dilakukan oleh Bank Pengaksep kurang atau
lebih kecil dari nilai nominal WEB yang diaksep maka Bank Indonesia akan
membebankan kekurangan atau selisih tersebut kepada Bank Penjual
melalui pendebetan langsung rekening giro valuta asing Bank Penjual di
Bank Indonesia.
(1) Bank Indonesia membeli WEB dengan Hak Regres.
(2) Pelaksanaan Hak Regres sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
pada 1 (satu) Hari Kerja berikutnya setelah tanggal jatuh tempo WEB
dengan cara mendebet rekening giro valuta asing Bank Penjual di Bank
Indonesia, disertai dengan pembebanan bunga keterlambatan sebesar
tingkat diskonto ditambah administration fee.
78
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
Pelaksanaan Hak Regres dilakukan Bank Indonesia apabila pada saat jatuh
tempo wesel, Bank Indonesia tidak menerima pembayaran dari Bank
Pengaksep.
Besarnya administration fee ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pelaksanaan pembebanan akan diinformasikan kepada Bank Penjual paling
lambat pada pukul 14.00 WIB hari yang sama dengan pelaksanaan
pendebetan rekening giro valuta asing Bank Penjual.
(3) Pendebetan rekening giro valuta asing Bank Penjual sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terhadap WEB yang menggunakan mata uang
selain USD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) (Paragraf 92 ayat
(2) dalam kodifikasi ini) dilakukan dengan mengkonversi mata uang selain
USD dimaksud menjadi USD atas dasar kurs transaksi Bank Indonesia yang
berlaku pada tanggal pendebetan.
(4) Apabila setelah dilakukan pendebetan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), diketahui terdapat pembayaran dari Bank Pengaksep maka Bank
Indonesia mengkreditkan kembali sejumlah nilai nominal wesel yang telah
didebet.
95
Pasal 11
10/34/PBI/2008
Tingkat Diskonto yang berlaku untuk transaksi pembelian WEB ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
96
Pasal 12
10/34/PBI/2008
Kurs untuk transaksi pembelian WEB dengan mekanisme valuta asing terhadap
rupiah, menggunakan kurs beli Kurs Transaksi Bank Indonesia pada Tanggal
Transaksi.
97
Pasal 13
10/34/PBI/2008
(1)
Bank Pengaksep sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) (Paragraf
87 ayat (1) dalam kodifikasi ini) harus memiliki short term credit rating
paling rendah A-3 dari Standard & Poors (S&P) atau rating setara yang
dikeluarkan oleh Moody’s Investor.
Setelah transaksi pembelian WEB oleh Bank Indonesia dilakukan, dan
apabila dikemudian hari rating Bank Pengaksep mengalami penurunan
sehingga tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dipersyaratkan pada
awal transaksi, hal ini tidak berakibat pada pembatalan transaksi.
(2)
Dalam hal terdapat perbedaan rating sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) maka yang digunakan adalah rating yang paling rendah.
Bank yang dapat menjual WEB adalah Bank yang memiliki Peringkat
Komposit (PK) paling rendah 2 (PK 2).
(3)
Yang dimaksud dengan “Peringkat Komposit” adalah peringkat akhir
tingkat kesehatan Bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Setelah transaksi pembelian WEB oleh Bank Indonesia dilakukan, dan
apabila dikemudian hari Peringkat Komposit mengalami penurunan
sehingga tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dipersyaratkan pada
awal transaksi, hal ini tidak berakibat pada pembatalan transaksi.
79
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
98
Sumber
Regulasi
Pasal 14
10/34/PBI/2008
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(1)
Nilai outstanding transaksi penjualan WEB ke Bank Indonesia paling
banyak 20% (dua puluh per seratus) dari modal Bank Penjual (Tier 1).
Setelah transaksi pembelian WEB oleh Bank Indonesia dilakukan, dan
apabila dikemudian hari modal bank mengalami penurunan sehingga
outstanding transaksi melampaui batasan maksimal 20% (dua puluh per
seratus) dari modal Bank Penjual (Tier-1), hal ini tidak berakibat pada
pembatalan transaksi.
(2)
99
BAB IV
Pasal 15
10/34/PBI/2008
Bank dapat menjual WEB yang berasal dari eksportir yang merupakan
pihak terkait dengan Bank sepanjang memenuhi ketentuan Bank
Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
Tata Cara Pelaksanaan Pembelian WEB
(1)
(2)
Bank Indonesia mengumumkan Tingkat Diskonto WEB melalui Reuters.
Dalam hal terdapat gangguan Reuters maka akan digunakan sarana
lainnya.
Yang dimaksud dengan “sarana lainnya” antara lain Sistem Laporan
Harian Bank Umum (LHBU) atau Bloomberg.
(3)
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling
lambat pada pukul 11.00 WIB.
100
Pasal 16
10/34/PBI/2008
(1) Bank yang akan menjual WEB kepada Bank Indonesia harus terlebih
dahulu menyampaikan informasi mengenai WEB yang akan
ditransaksikan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. nilai nominal;
b. jenis valuta;
c. tanggal valuta;
d. tanggal jatuh tempo;
e. sisa jangka waktu;
f. nama dan credit rating Bank Pengaksep; dan
g. mekanisme transaksi valuta asing terhadap rupiah atau valuta asing
terhadap valuta asing.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Bank Penjual
kepada Bank Indonesia melalui Reuters Monitor Dealing System (RMDS)
dalam kurun waktu pukul 11.15 – 11. 45 WIB pada hari yang sama.
101
Pasal 17
10/34/PBI/2008
(1)
Bank Indonesia akan melakukan penelitian dan penilaian pemenuhan
persyaratan terhadap:
a. Credit rating Bank Pengaksep sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) (Paragraf 97 ayat (1) dalam kodifikasi ini);
b.
Peringkat Komposit dan modal Bank Penjual sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (3) dan Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 97 ayat (3) dan
Paragraf 98 ayat (1) dalam kodifikasi ini); dan
c.
Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) (Paragraf
100 ayat (1) dalam kodifikasi ini).
80
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(2)
(3)
102
Pasal 18
10/34/PBI/2008
(1)
(2)
103
Pasal 19
12/25/PBI/2010
(1)
(2)
Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Bank Indonesia menetapkan persetujuan atau penolakan
terhadap pengajuan penjualan WEB oleh Bank Penjual.
Persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan oleh Bank Indonesia kepada masing-masing Bank melalui
RMDS pada pukul 13.00– 14.00 WIB pada hari yang sama.
Bank yang telah mendapat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (2) (Paragraf 101 ayat (2) dalam kodifikasi ini) harus
menyampaikan konfirmasi kepada Bank Indonesia sebagai syarat
terjadinya deal transaksi.
Konfirmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. nilai nominal;
b. jenis valuta;
c. tanggal valuta;
d. Tingkat Diskonto;
e. nilai tunai;
f. Kurs (untuk mekanisme valuta asing terhadap rupiah);
g. tanggal jatuh tempo;
h. sisa jangka waktu;
i. nomor rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia atau nomor
rekening USD di bank koresponden;
j. nama dan credit rating Bank Pengaksep ;
k. nomor, tanggal, dan nominal L/C;
l. nomor dan tanggal B/L;
m. nomor dan tanggal invoice; dan
n. nama lengkap dan nomor NPWP eksportir.
Bank Indonesia c.q Direktorat Pengelolaan Moneter – Biro Operasi
Moneter melakukan transaksi pembelian WEB dengan Bank Penjual
melalui sarana RMDS pada dealing room Bank.
Dalam hal sarana RMDS mengalami gangguan maka transaksi pembelian
WEB menggunakan sarana telepon dengan konfirmasi melalui SWIFT atau
faksimili.
104
Pasal 20
10/34/PBI/2008
Bank Penjual yang telah melakukan deal transaksi dengan Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 (Paragraf 103 dalam kodifkasi ini) tidak
dapat mengubah atau membatalkan transaksi dengan alasan apapun.
105
Pasal 21
10/34/PBI/2008
(1)
(2)
Bank Penjual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 (Paragraf 104 dalm
kodifikasi ini) wajib menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia –
c.q Bagian Penyelesaian Transaksi Devisa, Direktorat Pengelolaan Devisa.
Penyampaian dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf
89 dalam kodifikasi ini) dilakukan Bank Penjual pada hari yang sama
setelah pengumuman persetujuan diperoleh hingga pukul 16.00 WIB atau
paling lambat 1 (satu) Hari Kerja setelah Tanggal Transaksi pada pukul
10.00 WIB.
81
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(3)
(4)
(5)
(6)
106
Pasal 22
10/34/PBI/2008
Dalam hal Bank Penjual adalah Bank yang berkedudukan di luar wilayah
Kantor Pusat Bank Indonesia maka dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi ini) disampaikan melalui
Kantor Bank Indonesia setempat pada hari yang sama setelah
pengumuman persetujuan diperoleh hingga pukul 16.00 WIB atau paling
lambat 1 (satu) Hari Kerja setelah Tanggal Transaksi pada pukul 10.00
WIB.
Apabila berdasarkan penelitian, dokumen yang disampaikan Bank
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi ini)
tidak lengkap dan/atau konfirmasi yang disampaikan Bank Penjual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 102 dalam kodifikasi ini)
tidak sesuai, maka transaksi dibatalkan.
Pemberitahuan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diinformasikan kepada Bank Penjual pada pukul 14.00 – 16.00 WIB
melalui RMDS pada 1 (satu) hari kerja berikutnya setelah Tanggal
Transaksi.
Dalam hal sarana RMDS mengalami gangguan, maka pembatalan
menggunakan sarana telepon dengan konfirmasi ulang melalui SWIFT
atau faksimili.
Bank Penjual harus menyimpan dan menatausahakan seluruh dokumen yang
terkait dengan transaksi jual beli WEB secara tertib dan bertanggung jawab
guna kepentingan pemeriksaan Bank Indonesia.
Jangka waktu penatausahaan dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai dokumen perusahaan.
107
Pasal 23
10/34/PBI/2008
(1) Setelmen untuk mekanisme valuta asing terhadap rupiah :
a. Bank Indonesia menyerahkan nilai lawan rupiah kepada Bank Penjual, 2
(dua) Hari Kerja setelah Tanggal Transaksi dengan cara mengkredit
rekening Giro Rupiah Bank Penjual pada Bank Indonesia.
b. Pengkreditan nilai lawan rupiah oleh Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan atas dasar perhitungan
sebagai berikut:
NT = Nilai Tunai
Nilai nominal
N = wesel
D = Tingkat diskonto pada tanggal transaksi
Hari diskonto dihitung sejak Tanggal Valuta,
H = sampai dengan tanggal jatuh tempo WEB
k = Kurs beli, Kurs Transaksi Bank Indonesia
(2) Setelmen mekanisme valuta asing terhadap valuta asing yang sama :
a. Bank Indonesia menyerahkan nilai lawan valuta asing kepada Bank
Penjual, 2 (dua) Hari Kerja setelah Tanggal Transaksi dengan cara
mengkredit rekening Bank Penjual pada bank koresponden.
82
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
b. Pengkreditan nilai lawan valuta asing oleh Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan atas dasar perhitungan
sebagai berikut:
NT
= Nilai Tunai
N
= Nilai nominal wesel
D
= Tingkat diskonto pada tanggal transaksi
Hari diskonto dihitung sejak Tanggal Valuta sampai
= dengan tanggal jatuh tempo WEB
H
108
Pasal 24
10/34/PBI/2008
Bank Indonesia mengumumkan peniadaan pembelian WEB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) (Paragraf 86 ayat (2) dalam kodifikasi ini)
melalui sarana Reuters atau sarana lainnya paling lambat pukul 11.00 WIB.
Yang dimaksud dengan “sarana lainnya” antara lain Sistem Laporan Harian
Bank Umum (LHBU) atau Bloomberg.
109
BAB V
Pasal 25
10/34/PBI/2008
Pembatalan Transaksi
(1)
Bank Indonesia dapat melakukan pembatalan transaksi pembelian WEB
yang sudah dilakukan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
hal-hal sebagai berikut:
Pemeriksaan ketidaksesuaian dan ketidakbenaran dokumen transaksi
penjualan WEB serta kewajaran transaksi, dapat dilakukan Bank
Indonesia melalui pemeriksaan umum ataupun pemeriksaan khusus.
a. terdapat ketidaksesuaian data antar dokumen yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi
ini) dengan konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(2) (Paragraf 102 ayat (2) dalam kodifikasi ini) ; dan/atau
b. terdapat ketidakbenaran dokumen ekspor yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi
ini) dengan konfirmasi yang disampaikan Bank Penjual kepada Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) (Paragraf
102 ayat (2) dalam kodifikasi ini); dan/atau
c. transaksi ekspor yang menjadi underlying terbitnya WEB dilakukan
oleh pihak terkait dengan Bank yang tidak sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit.
(2)
Dalam hal Bank Indonesia melakukan pembatalan transaksi pembelian
WEB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia
memberitahukan terlebih dahulu pembatalan transaksi dimaksud kepada
Bank Penjual.
83
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(3)
Atas pembatalan transaksi pembelian WEB sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), maka :
Perhitungan pengenaan bunga pembatalan transaksi dilakukan sejak
tanggal pembelian (pengkreditan rekening Bank Penjual) sampai dengan
waktu terjadinya pembatalan transaksi.
a.
b.
110
BAB VI
Pasal 26
10/34/PBI/2008
mekanisme transaksi valuta asing terhadap rupiah
Bank Indonesia melakukan pendebatan rekening giro rupiah Bank
Penjual sebesar nilai rupiah yang dikreditkan sebagaimana dalam
Pasal 23 ayat (1) (Paragraf 107 ayat (1) dalam kodifikasi ini) ditambah
dengan bunga sebesar Sertifikat Bank Indonesia lelang terakhir
sesuai jangka waktu dan margin.
mekanisme transaksi valuta asing terhadap valuta asing
Bank Indonesia melakukan pendebetan rekening giro valuta asing
Bank Penjual sebesar nilai valuta asing atau yang lainnya setara yang
dikreditkan pada saat setelmen transaksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2) (Paragraf 107 ayat (2) dalam kodifikasi ini)
ditambah dengan bunga sebesar Tingkat Diskonto dan margin.
Sanksi
(1)
(2)
Bank Penjual dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan
kewajiban membayar apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat :
a. ketidaksesuaian data antar dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi ini) dengan konfirmasi yang
disampaikan Bank Penjual kepada Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) (Paragraf 102 ayat (2) dalam
kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah) per item ketidaksesuaian; dan/atau
b. ketidakbenaran dokumen ekspor yang dipersyaratkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 89 dalam kodifikasi ini) dengan
konfirmasi yang disampaikan Bank Penjual sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (2) (Paragraf 102 ayat (2) dalam kodifikasi ini),
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 10% dari nominal
transaksi.
Pelaksanaan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mendebet rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia.
Sistem Monitoring Valuta Asing terhadap Rupiah
Ketentuan Umum
111
Pasal 1
12/16/PBI/2010
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing
di Indonesia, dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Bank Devisa adalah Bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank
Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta
asing.
84
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
3. Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah yang selanjutnya
disebut SISMONTAVAR adalah sistem pemantauan transaksi valuta asing
terhadap rupiah yang dilakukan antarbank secara real time.
4. Sistem Transaksi Valuta Asing (dealing system) adalah sistem yang
digunakan oleh Bank untuk melakukan transaksi valuta asing terhadap
rupiah.
5. Prosedur Konfirmasi adalah prosedur pengiriman informasi transaksi valuta
asing terhadap rupiah secara elektronis ke aplikasi SISMONTAVAR.
6. Pialang Pasar Uang adalah pialang pasar uang yang memperoleh izin dari
Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing.
Mekanisme Transaksi Valuta Asing
112
Pasal 2
12/16/PBI/2010
(1) Bank Indonesia menerapkan SISMONTAVAR atas transaksi
asing terhadap rupiah yang dilakukan antarbank.
valuta
Transaksi valuta asing terhadap rupiah tidak termasuk jual beli uang kertas
asing.
(2) Penerapan SISMONTAVAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
bagi Bank Devisa yang telah menggunakan Sistem Transaksi Valuta Asing.
113
Pasal 3
12/16/PBI/2010
(1) Bank Devisa harus menyediakan perangkat pendukung SISMONTAVAR.
Perangkat pendukung SISMONTAVAR antara lain berupa personal
computer.
(2) Bank Devisa wajib memelihara aplikasi SISMONTAVAR dalam kondisi on-line
pada saat Bank melakukan transaksi valuta asing terhadap rupiah.
Yang dimaksud dengan “kondisi on-line” adalah kondisi dimana sistem
terhubung melalui jaringan komunikasi data dengan Bank Indonesia.
(3) Bank Devisa wajib melakukan Prosedur Konfirmasi pada Sistem Transaksi
Valuta Asing yang terhubung dengan aplikasi SISMONTAVAR segera setelah
transaksi valuta asing terhadap rupiah selesai dilakukan (deal is done).
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku pula untuk
transaksi valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan dengan menggunakan
jasa Pialang Pasar Uang.
(5) Dalam hal terdapat kesalahan dalam informasi transaksi setelah Prosedur
Konfirmasi dilakukan, Bank Devisa menyampaikan kepada Bank Indonesia
koreksi atas informasi transaksi segera setelah diketahui adanya kesalahan.
Koreksi transaksi yang disampaikan kepada Bank Indonesia dapat dilakukan
melalui media facsimile
.
85
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Ketentuan
114
Pasal 4
12/16/PBI/2010
(1) Bank Devisa yang tidak memelihara aplikasi SISMONTAVAR dalam kondisi
online pada saat melakukan transaksi valuta asing terhadap rupiah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) (Paragraf 113 ayat (2) dalam
kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
(2) Bank Devisa yang tidak segera melakukan Prosedur Konfirmasi setelah
transaksi valuta asing terhadap rupiah selesai dilakukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) (Paragraf 113 ayat (3) dan ayat
(4) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis.
115
Pasal 5
12/16/PBI/2010
Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 114 dalam kodifikasi ini)
tidak berlaku dalam kondisi:
a. aplikasi SISMONTAVAR terkendala;
Sanksi
Yang dimaksud dengan “aplikasi SISMONTAVAR terkenda la” adalah
kendala yang dialami oleh aplikasi SISMONTAVAR di Bank dan/atau di Bank
Indonesia yang menyebabkan informasi transaksi tidak dapat tersampaikan
kepada Bank Indonesia.
b. jaringan data terganggu;
Yang dimaksud dengan “jaringan data terganggu” antara lain adalah
gangguan pada jaringan telekomunikasi yang menyebabkan aplikasi
SISMONTAVAR tidak dapat terhubung secara on-line dengan Bank
Indonesia.
c. kegagalan Sistem Transaksi Valuta Asing; dan/atau
Yang dimaksud dengan “kegagalan Sistem Transaksi Valuta Asing” adalah
sistem Transaksi Valuta Asing tidak dapat dioperasikan.
d. kejadian luar biasa (force majeure).
Yang dimaksud dengan “kejadian luar biasa (force majeure)” adalah suatu
keadaan yang menyebabkan Bank tidak dapat memenuhi kewajibannya,
yaitu: gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, angin topan, tanah
longsor, kebakaran, kerusuhan massal, perang, aksi terorisme, dan/atau
pemogokan buruh.
116
Pasal 6
12/16/PBI/2010
(1) Bagi Bank Devisa yang telah menggunakan Sistem Transaksi Valuta Asing
namun pada saat berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini aplikasi
SISMONTAVAR belum terpasang, tidak berlaku kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) (Paragraf 113 ayat (3) dan ayat
(4) dalam kodifikasi ini).
(2) Bagi Bank Devisa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) (Paragraf 113
ayat (3) dan ayat (4) dalam kodifikasi ini) mulai berlaku pada saat aplikasi
SISMONTAVAR terpasang.
86
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
117
BAB I
Pasal 1
15/17/PBI/2013
118
BAB II
Pasal 2
15/17/PBI/2013
Ketentuan
Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia
Ketentuan Umum
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan :
1. Bank adalah Bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing
di Indonesia, namun tidak termasuk kantor bank berbadan hukum
Indonesia yang beroperasi di luar negeri.
2. Transaksi Swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian
atau penjualan tunai (spot) dengan penjualan atau pembelian kembali
secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan Bank yang sama
dan pada tingkat premi atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati
pada tanggal transaksi dilakukan.
3. Transaksi Swap Beli Bank adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui
penjualan tunai (spot) dengan pembelian kembali secara berjangka yang
dilakukan secara simultan dengan Bank Indonesia dan pada tingkat premi
atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi
dilakukan.
4. Lindung Nilai adalah cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul
maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di
pasar keuangan.
5. Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia adalah Transaksi Swap
Beli Bank dalam valuta asing terhadap Rupiah, dalam rangka Lindung Nilai
yang dilakukan antara Bank dengan Bank Indonesia.
6. Underlying Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia yang
selanjutnya disebut Underlying Transaksi adalah kegiatan yang mendasari
Transaksi Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
7. Pinjaman Luar Negeri adalah kewajiban Penduduk kepada Bukan Penduduk
dalam valuta asing.
8. Penduduk adalah orang, badan hukum, atau badan lainnya yang berdomisili
atau berencana berdomisili di Indonesia sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun,
termasuk perwakilan dan staf diplomatik Republik Indonesia di luar negeri.
9. Investasi Langsung di Indonesia yang selanjutnya disebut Investasi Langsung
adalah investasi jangka panjang secara langsung, yang tidak melalui pasar
modal, dilakukan oleh investor asing untuk melakukan kegiatan usaha di
wilayah Republik Indonesia.
10. Kontrak Lindung Nilai adalah informasi dari Bank yang disampaikan kepada
Bank Indonesia berisi rencana jangka waktu dan jumlah Underlying
Transaksi yang digunakan sebagai dasar Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia, melalui media komunikasi yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia
(1)
(2)
Bank dapat melakukan Transaksi Swap Lindung Nilai dengan Bank
Indonesia.
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dilakukan berdasarkan Underlying Transaksi yang dimiliki oleh Bank
atau nasabah;
87
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(3)
(4)
b. jangka waktu Underlying Transaksi sama dengan atau lebih panjang
dari jangka waktu Kontrak Lindung Nilai Bank kepada Bank Indonesia;
dan
c. nilai nominal Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
paling banyak sebesar nilai nominal Underlying Transaksi.
Dalam hal Underlying Transaksi dimiliki oleh Bank sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), ruang lingkup Underlying Transaksi meliputi Pinjaman Luar
Negeri Bank dalam bentuk perjanjian kredit dan/atau penerbitan surat
utang.
Dalam hal Underlying Transaksi dimiliki oleh nasabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ruang lingkup Underlying Transaksi meliputi
transaksi swap jual antara Bank dengan nasabah yang terkait dengan
lindung nilai atas:
a. Pinjaman Luar Negeri dalam bentuk perjanjian kredit dan/atau
penerbitan surat utang;
b. Investasi Langsung;
c. Devisa Hasil Ekspor;
d. investasi pada infrastruktur pembangunan sarana umum dan produksi;
e. investasi pada surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia; dan/atau
f. investasi pada kegiatan ekonomi lainnya.
Yang dimaksud dengan investasi pada kegiatan ekonomi lainnya
antara lain investasi untuk modal kerja pada perusahaan di Indonesia.
119
Pasal 3
15/17/PBI/2013
Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) (Paragraf 118 ayat (1)
dalam kodifikasi ini) harus termasuk dalam klasifikasi Bank yang melakukan
kegiatan dalam valuta asing dengan Peringkat Komposit rendah 3 (tiga).
Peringkat komposit mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia yang mengatur
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan Bank yang berlaku.
120
Pasal 4
15/17/PBI/2013
(1)
(2)
(3)
SE 16/2/DPM
2014
Butir B.4.b
Bank dapat menyampaikan Kontrak Lindung Nilai dengan jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun.
Pelaksanaan Kontrak Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan, 6 (enam) bulan, atau 12 (dua belas)
bulan.
Penyampaian Kontrak Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dilakukan
bersamaan dengan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
Pengajuan Kontrak Lindung Nilai
1) Pengajuan Kontrak Lindung Nilai dilakukan oleh Bank bersamaan dengan
pengajuan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia melalui
Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau sarana komunikasi lain
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2) Kontrak Lindung Nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 1) berlaku
efektif pada tanggal valuta.
88
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
3)
Kontrak Lindung Nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 1) meliputi
informasi:
a) nama Bank;
b) jangka waktu Kontrak Lindung Nilai;
c) Underlying Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam butir A.1 dan butir A.3 huruf a sampai
huruf f; dan
d) nilai nominal underlying yang dicantumkan dalam Kontrak Lindung
Nilai.
Contoh Kontrak Lindung Nilai untuk transaksi swap atas underlying milik
nasabah Bank adalah sebagai berikut:
Nama Bank
: Bank A
Jangka Waktu : 2 tahun
Underlying
: Kontrak transaksi swap Bank A dengan PT X atas
Pinjaman Luar Negeri PT X
Nilai Nominal : USD500 juta
Contoh Kontrak Lindung Nilai untuk transaksi swap atas underlying milik
Bank adalah sebagai berikut:
Nama Bank
: Bank A
Jangka Waktu : 2 tahun
Underlying
: Kontrak Pinjaman Luar Negeri Bank
Niai Nominal
: USD500 juta
Contoh nilai nominal underlying yang dinyatakan dalam Kontrak Lindung
Nilai tercantum pada Lampiran I (Lampiran 14 Kodifikasi ini).
121
SE 16/2/DPM
2014
Butir B.4.c.11) B.4.c.12)
4)
Pasal 5
15/17/PBI/2013
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia ditetapkan paling sedikit
sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat) dan paling
banyak sebesar nilai Underlying Transaksi, dengan kelipatan USD1,000,000.00
(satu juta dolar Amerika Serikat).
SE 16/2/DPM
2014
Butir B.4.c.6) B.4.c.10)
1)
5)
2)
3)
Kontrak Lindung Nilai berakhir apabila Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia telah berakhir dan tidak dilakukan perpanjangan
oleh Bank.
Bank Indonesia dapat menolak pengajuan Kontrak Lindung Nilai dan
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
Pengajuan nominal Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
paling kurang sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika
Serikat) dan selanjutnya dengan kelipatan sebesar USD1,000,000.00 (satu
juta dolar Amerika Serikat).
Dalam hal terjadi koreksi atas pengajuan transaksi, Bank hanya dapat
mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk setiap Transaksi Swap Lindung
Nilai kepada Bank Indonesia yang diajukan dalam window time Transaksi
Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
Dalam hal dilakukan koreksi atas nilai nominal sebagaimana dimaksud
dalam angka 7) (angka 2) Kodifikasi ini), nilai nominal dimaksud harus
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 6) (angka 1)
Kodifikasi ini).
89
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
4)
5)
122
Pasal 6
15/17/PBI/2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
SE 16/2/DPM
2014
Butir C.1 – C.7
Bank bertanggung jawab atas kebenaran data Transaksi Swap Lindung
Nilai kepada Bank Indonesia yang disampaikan kepada Bank Indonesia.
Pengajuan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia yang
telah disampaikan kepada Bank Indonesia tidak dapat dibatalkan oleh
Bank.
Bank dapat mengajukan perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia.
Bank Indonesia menerima perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia yang diajukan oleh Bank.
Jangka waktu perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah 3 (tiga) bulan, 6
(enam) bulan, atau 12 (dua belas) bulan.
Bank wajib memenuhi persyaratan perpanjangan Transaksi Swap Lindung
Nilai kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
diatur sebagai berikut:
a. menggunakan Kontrak Lindung Nilai yang masih berlaku;
b. menggunakan jenis Underlying Transaksi yang sama sesuai dengan
nomor referensi yang tercantum dalam Kontrak Lindung Nilai;
c. dalam hal jenis Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada
huruf b dimiliki oleh Bank maka nilai nominal perpanjangan Transaksi
Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia paling banyak sebesar nilai
outstanding Pinjaman Luar Negeri Bank; dan
d. jangka waktu perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia paling lama sebesar sisa jangka waktu Kontrak Lindung Nilai.
Setelmen perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia dapat dilakukan secara netting.
Perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
1. Bank dapat mengajukan perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia.
2. Bank Indonesia menerima perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia yang diajukan oleh Bank.
3. Jangka waktu perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia adalah 3 (tiga) bulan, 6 (enam) bulan, atau 12 (dua belas)
bulan.
4. Bank yang akan mengajukan perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia diatur sebagai berikut:
a. Bank harus memiliki Peringkat Komposit sebagaimana diatur dalam
Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung
Nilai kepada Bank Indonesia (Paragraf 119 Kodifikasi ini).
b. Bank wajib memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal
6 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung
Nilai kepada Bank Indonesia (Paragraf 122 ayat (4) Kodifikasi ini).
5. Bank yang akan mengajukan perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia melakukan transaksi perpanjangan paling lambat
2 (dua) hari kerja sebelum Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia jatuh waktu.
6. Bank yang mengajukan perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia melakukan prosedur yang sama dengan pengajuan pada
90
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
awal Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia sebagaimana
diatur dalam butir B.4.c. angka 1) sampai dengan angka 3), dan angka 6)
sampai dengan angka 10) (Paragraf 127 angka 1) sampai dengan angka 3),
dan Paragraf 121 angka 1) sampai dengan angka 5) Kodifikasi ini).
7. Bank yang mengajukan perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia harus menginformasikan nomor referensi Kontrak Lindung
Nilai sebagaimana dimaksud dalam butir B.4.c.5) (Paragraf 127 angka 1)
Kodifikasi ini).
123
Pasal 7
15/17/PBI/2013
Bank dilarang menggunakan Underlying Transaksi yang sama lebih dari satu
Kontrak Lindung Nilai dan satu Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia.
124
Pasal 8
15/17/PBI/2013
Bank Indonesia menetapkan dan mengumumkan tingkat premi atau diskon dari
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
125
Pasal 9
15/17/PBI/2013
(1) Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dilakukan dalam
valuta Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah.
(2) Kurs spot Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah yang digunakan dalam
Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia adalah kurs Jakarta
Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).
SE 16/2/DPM
2014
Butir B.1 – B.3
1.
2.
3.
126
BAB III
Pasal 10
15/17/PBI/2013
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dilakukan melalui
Transaksi Swap Beli Bank kepada Bank Indonesia dalam Dolar Amerika
Serikat terhadap Rupiah, dalam rangka Lindung Nilai yang dilakukan
antara Bank dengan Bank Indonesia.
Jenis valuta asing dalam Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia adalah Dolar Amerika Serikat.
Kurs spot Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah yang digunakan dalam
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia adalah kurs Jakarta
Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada tanggal transaksi.
Pelaksanaan Transaksi
(1)
(2)
Bank Indonesia mengumumkan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia pada setiap hari kerja melalui sarana informasi yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
Bank Indonesia dapat meniadakan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia, kecuali dalam rangka perpanjangan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
Bank Indonesia akan mengumumkan ketiadaan Transaksi Swap Lindung
Nilai kepada Bank Indonesia 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan transaksi
antara lain melalui sarana informasi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
SE 16/2/DPM
2014
Butir B.4.a
Pengumuman dan pelaksanaan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia
1) Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dilakukan pada
setiap hari kerja.
91
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
2) Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dapat memiliki
jangka waktu 3 (tiga) bulan, 6 (enam) bulan, atau 12 (dua belas) bulan,
yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan
tanggal jatuh waktu.
3) Bank Indonesia mengumumkan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) jam sebelum window time transaksi
dibuka melalui sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) atau sarana
informasi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada angka 3) paling kurang
meliputi:
a) jangka waktu swap;
b) premi swap;
c) tanggal transaksi;
d) window time transaksi;
e) tanggal setelmen (tanggal valuta); dan
f) kurs JISDOR.
5) Bank dapat melakukan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB, atau
waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
127
SE 16/2/DPM
2014
Butir D
Peniadaan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
1. Bank Indonesia dapat meniadakan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia, kecuali dalam rangka perpanjangan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
2. Pengumuman peniadaan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia, akan diumumkan Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) hari
kerja sebelum tanggal peniadaan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia melalui sistem LHBU atau sarana informasi lain yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pasal 11
15/17/PBI/2013
Pelaksanaan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia diatur
sebagai berikut:
a. Bank Indonesia mengumumkan tingkat premi atau diskon Transaksi Swap
Lindung Nilai pada hari pelaksanaan Transaksi Swap Lindung Nilai, melalui
sarana informasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. Bank dapat melakukan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia melalui media komunikasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
c. Pada setiap perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia, Bank wajib mencantumkan pada deal conversation nomor
referensi Kontrak Lindung Nilai yang sesuai.
Bank Indonesia memberikan nomor referensi Kontrak Lindung Nilai kepada
Bank setelah Bank Indonesia menerima Kontrak Lindung Nilai dari Bank.
Nomor
referensi
Kontrak
Lindung
Nilai
digunakan
untuk
mengidentifikasikan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
dan kaitannya dengan dokumen Underlying Transaksi yang
ditatausahakan oleh Bank maupun sebagai dasar bagi perpanjangan
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
92
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
128
Sumber
Regulasi
SE 16/2/DPM
2014
Butir B.4.c.1) B.4.c.5)
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Pengajuan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
1) Bank mengajukan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
secara langsung tanpa melalui lembaga perantara.
2) Pengajuan transaksi sebagaimana dimaksud pada angka 1) dilakukan
melalui RMDS atau sarana komunikasi lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
3) Pengajuan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia paling
kurang meliputi informasi:
a) nama Bank;
b) jangka waktu dan nominal Underlying Transaksi yang tercantum pada
Kontrak Lindung Nilai;
c) tanggal transaksi;
d) tanggal valuta;
e) jangka waktu Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia;
f) tanggal jatuh waktu;
g) nilai nominal; dan
h) nomor rekening Bank di bank koresponden.
4) Setiap pengajuan Kontrak Lindung Nilai, sebagaimana dimaksud dalam
butir 4.b (Paragraf 120 Kodifikasi ini) disertai juga dengan informasi yang
berisi pernyataan Bank bahwa seluruh persyaratan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia telah dipenuhi.
Contoh pernyataan Bank mengenai pemenuhan persyaratan Transaksi
Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia tercantum pada Lampiran II
(Lampiran 15 Kodifikasi ini).
5) Setelah diterimanya pengajuan Kontrak Lindung Nilai sebagaimana
dimaksud dalam butir b.3) (butir 3) Paragraf 120 Kodifikasi ini) dan
pengajuan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam angka 3), Bank Indonesia akan memberikan
nomor referensi kepada Bank untuk setiap Kontrak Lindung Nilai.
SE 16/2/DPM
2014
Butir B.4.d
Konfirmasi atas Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
Bank Indonesia meminta Bank untuk melakukan konfirmasi atas pengajuan
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia yang dilakukan oleh Bank
melalui RMDS atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang
meliputi:
1) nominal transaksi;
2) jangka waktu transaksi;
3) tanggal valuta dan tangga jatuh waktu;
4) kurs JISDOR;
5) kurs forward;
6) premi swap;
7) nomor rekening Bank di bank koresponden; dan
8) nomor rekening giro Bank di Bank Indonesia.
BAB IV
Pasal 12
15/17/PBI/2013
Dokumen Transaksi
(1) Bank wajib bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen asli Underlying
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dan dokumen
fotokopi Underlying Transaksi swap jual antara Bank dengan nasabah.
93
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
(2) Dalam hal Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia didasarkan
atas Underlying Transaksi yang dimiliki oleh nasabah maka dokumen
Underlying Transaksi berupa kontrak swap jual antara Bank dengan
nasabah.
(3) Dalam hal Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia didasarkan
atas Underlying Transaksi yang dimiliki oleh Bank maka dokumen
Underlying Transaksi berupa dokumen Pinjaman Luar Negeri.
SE 16/2/DPM
2014
Huruf A
1.
Dokumen underlying milik Bank dalam Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
Peraturan Bank Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia (Paragraf 118 ayat (3) Kodifikasi ini) diatur sebagai berikut:
a. Dalam hal Underlying Transaksi berupa Pinjaman Luar Negeri Bank
dalam bentuk perjanjian kredit maka dokumen underlying berupa
perjanjian kredit (loan agreement) antara Bank dengan kreditur Bank.
b. Dalam hal Underlying Transaksi berupa Pinjaman Luar Negeri Bank
dalam bentuk penerbitan surat utang maka dokumen underlying
antara lain berupa laporan penjualan surat utang yang dikeluarkan
oleh global custody.
2. Dokumen underlying milik nasabah dalam Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4)
Peraturan Bank Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung Nilai (Paragraf
118 ayat (4) Kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia, berupa dokumen
transaksi swap jual antara Bank dengan nasabah dalam bentuk deal ticket
atau kontrak swap.
3. Dokumen underlying transaksi swap jual antara Bank dengan nasabah
diatur sebagai berikut:
a. Underlying transaksi berupa Pinjaman Luar Negeri dalam bentuk
perjanjian kredit, maka dokumen underlying transaksi berupa
perjanjian kredit (loan agreement) antara nasabah dengan kreditur
nasabah.
b. Underlying transaksi berupa Pinjaman Luar Negeri dalam bentuk
penerbitan surat utang, maka dokumen underlying transaksi antara
lain berupa laporan penjualan surat utang yang dikeluarkan oleh
global custody.
c. Underlying transaksi berupa Investasi Langsung, maka dokumen
underlying transaksi antara lain berupa dokumen terkait dengan
realisasi investasi.
d. Underlying transaksi berupa Devisa Hasil Ekspor (DHE), maka
dokumen underlying transaksi antara lain berupa Authenticated
SWIFT message (MT910) yang berisi informasi penerimaan DHE.
e. Underlying transaksi berupa investasi pada infrastruktur
pembangunan sarana umum dan produksi, maka dokumen
underlying transaksi berupa dokumen kegiatan investasi yang diatur
sebagai berikut:
1) dalam hal pemilik proyek infrastruktur adalah pemerintah, maka
dokumen kegiatan investasi antara lain berupa dokumen
persetujuan proyek dari instansi yang berwenang;
94
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
2)
dalam hal pemilik proyek infrastruktur adalah lembaga
nonpemerintah, maka dokumen kegiatan investasi antara lain
berupa dokumen persetujuan proyek dari lembaga pemilik
proyek.
f. Underlying transaksi berupa investasi pada surat berharga yang
diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, maka dokumen
underlying transaksi antara lain berupa rencana dan bukti realisasi
investasi pada Surat Berharga Negara.
4. Bank bertanggung jawab atas penatausahaan kelengkapan dokumen asli
Underlying Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dan
dokumen fotokopi underlying transaksi swap jual antara Bank dengan
nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Peraturan Bank Indonesia
tentang Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia (Paragraf
128 Kodifikasi ini).
5. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 4 diterima oleh Bank dari
nasabah paling lambat 1 (satu) bulan setelah tanggal Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia.
129
BAB V
Pasal 13
15/17/PBI/2013
Setelmen Transaksi
(1)
(2)
(3)
SE 16/2/DPM
2014
Butir B.4.e
Bank bertanggung jawab atas setelmen Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia.
Bank wajib menyerahkan dana Dolar Amerika Serikat pada first leg dari
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia pada tanggal valuta.
Bank wajib menyediakan dana Rupiah pada tanggal valuta di rekening giro
Bank pada Bank Indonesia pada second leg dari Transaksi Swap Lindung
Nilai kepada Bank Indonesia.
Setelmen Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
1) Setelmen first leg
a) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah tanggal Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia, dengan mengkredit rekening giro Rupiah Bank sebesar
nilai setelmen first leg.
b) Nilai setelmen first leg dihitung sebesar nilai nominal Dolar Amerika
Serikat yang diajukan dikalikan dengan kurs JISDOR.
c) Bank wajib menyelesaikan transfer dana Dolar Amerika Serikat ke
rekening Bank Indonesia di bank koresponden pada tanggal valuta
(tanggal setelmen), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
Peraturan Bank Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia (Paragraf 129 ayat (2) Kodifikasi ini).
d) Dalam hal pada tanggal setelmen first leg, Bank tidak melakukan
transfer dana Dolar Amerika Serikat sebesar nilai transaksi yang
diajukan, maka Bank wajib menyelesaikan transfer dana Dolar
Amerika Serikat sebesar nilai transaksi yang diajukan pada hari kerja
berikutnya.
e) Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana
dimaksud dalam huruf d), Bank dikenakan sanksi sebagaimana diatur
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a dan huruf b angka 1 Peraturan Bank
Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
95
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
2)
3)
130
Indonesia (Paragraf 131 ayat (2) huruf a dan huruf b angka 1
Kodifikasi ini).
Setelmen second leg
a) Pada tanggal Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
jatuh waktu (second leg), Bank Indonesia melakukan transfer dana
Dolar Amerika Serikat ke rekening Bank di bank koresponden sebesar
nilai nominal Dolar Amerika Serikat pada setelmen first leg.
b) Bank Indonesia mendebet rekening giro Rupiah Bank sebesar nilai
nominal Dolar Amerika Serikat pada setelmen first leg dikalikan kurs
setelmen second leg.
c) Kurs setelmen second leg adalah kurs JISDOR saat tanggal transaksi
ditambah premi swap yang dibayarkan Bank kepada Bank Indonesia.
d) Bank wajib menyediakan dana Rupiah pada tanggal valuta (tanggal
setelmen second leg) di rekening giro Rupiah Bank pada Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) Peraturan
Bank Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia (Paragraf 129 ayat (3) Kodifikasi ini).
e) Dalam hal pada tanggal setelmen second leg, Bank tidak memiliki
dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen
sebagaimana dimaksud dalam huruf d), maka Bank wajib
menyediakan dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban
setelmen pada hari kerja berikutnya.
f) Pembayaran nominal Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf d) dilakukan melalui
pendebetan Rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia.
g) Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana
dimaksud dalam huruf e), Bank dikenakan sanksi sebagaimana diatur
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a dan huruf b angka 2 Peraturan Bank
Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia (Paragraf 131 ayat (2) huruf a dan huruf b angka 2
Kodifikasi ini).
Dalam hal setelah terjadinya Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan angka 2), tanggal
setelmen first leg atau tanggal setelmen second leg ditetapkan sebagai
hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
Pasal 14
15/17/PBI/2013
Setelmen secara netting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5)
(Paragraf 122 ayat (5) Kodifikasi ini) untuk perpanjangan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia, meliputi:
a.
netting untuk nilai nominal yang sama pada setiap perpanjangan;
b.
netting untuk nilai nominal yang lebih kecil pada setiap perpanjangan;
atau
c.
netting untuk nilai nilai nominal yang sesuai dengan nilai outstanding
Pinjaman Luar Negeri Bank pada setiap periode perpanjangan.
SE 16/2/DPM
2014
Butir C.8 – C.13
1.
2.
Setelmen perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia dapat dilakukan secara netting.
Bank Indonesia meminta Bank untuk melakukan konfirmasi atas
pengajuan perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
96
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
3.
4.
Indonesia melalui RMDS atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang meliputi:
a. nominal transaksi;
b. jangka waktu transaksi;
c. tanggal valuta dan tanggal jatuh waktu;
d. kurs JISDOR;
e. kurs forward;
f. premi swap;
g. nilai nominal netting baik dalam Dolar Amerika Serikat maupun
dalam Rupiah;
h. nomor rekening Bank di bank koresponden; dan
i. nomor rekening giro Bank di Bank Indonesia.
Setelmen secara netting untuk perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia meliputi:
a. netting untuk nilai nominal yang sama pada setiap perpanjangan;
b. netting untuk nilai nominal yang lebih kecil pada setiap
perpanjangan; atau
c. netting untuk nilai nominal yang sesuai dengan nilai outstanding
Pinjaman Luar Negeri Bank pada setiap periode perpanjangan.
Setelmen netting untuk nilai nominal yang sama pada setiap
perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam butir 10.a (butir 3.a
Kodifikasi ini) dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Nilai setelmen netting untuk nominal Rupiah dihitung sebagai
berikut:
b.
5.
Dalam hal perhitungan dalam huruf a menghasilkan selisih negatif,
maka Bank Indonesia akan mengkredit rekening giro Rupiah Bank
sebesar hasil perhitungan dalam huruf a.
c. Dalam hal perhitungan dalam huruf a menghasilkan selisih positif,
maka Bank Indonesia akan mendebet rekening giro Rupiah Bank
sebesar hasil perhitungan dalam huruf a.
Contoh perhitungan setelmen netting untuk nilai nominal yang sama
tercantum pada Lampiran III dan Lampiran IV (Lampiran 16 dan Lampiran
17 Kodifikasi ini).
Setelmen netting untuk nilai nominal yang lebih kecil pada setiap
perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam butir 10.b (butir 3.b
Kodifikasi ini) dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Nilai setelmen netting untuk Dolar Amerika Serikat dihitung sebagai
berikut:
b.
Bank Indonesia melakukan transfer dana Dolar Amerika Serikat ke
rekening Bank di bank koresponden sebesar nilai setelmen netting
dalam huruf a.
97
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
c.
Nilai setelmen netting untuk Rupiah dihitung sebagai berikut:
d.
Dalam hal perhitungan dalam huruf c menghasilkan selisih positif,
maka Bank Indonesia akan mendebet rekening giro Rupiah Bank
sebesar hasil perhitungan dalam huruf c.
e. Dalam hal perhitungan dalam huruf c menghasilkan selisih negatif,
maka Bank Indonesia akan mengkredit rekening giro Rupiah Bank
sebesar hasil perhitungan dalam huruf c.
Contoh perhitungan setelmen netting untuk nilai nominal yang lebih kecil
pada setiap perpanjangan adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran
V dan Lampiran VI (Lampiran 18 dan Lampiran 19 Kodifikasi ini).
6. Setelmen netting untuk nilai nominal yang sesuai dengan nilai outstanding
Pinjaman Luar Negeri Bank pada setiap periode perpanjangan
sebagaimana dimaksud dalam butir 10.c (butir 3.c Kodifikasi ini) dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Dalam hal Pinjaman Luar Negeri Bank dalam bentuk perjanjian kredit,
maka nilai perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia disesuaikan dengan nilai outstanding Pinjaman Luar Negeri
Bank yang telah berubah sesuai dengan jadwal pembayaran cicilan
Pinjaman Luar Negeri Bank kepada kreditur.
b. Dalam hal Pinjaman Luar Negeri Bank dalam bentuk penerbitan surat
utang, maka nilai perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia disesuaikan dengan nilai outstanding surat utang
yang diterbitkan Bank.
c. Mekanisme perhitungan setelmen netting untuk nilai nominal yang
sesuai dengan nilai outstanding Pinjaman Luar Negeri Bank pada
setiap periode perpanjangan, mengacu pada mekanisme perhitungan
setelmen netting untuk nilai nominal yang lebih kecil pada setiap
perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam angka 12 (angka 5
Kodifikasi ini).
Contoh perhitungan setelmen netting untuk nilai nominal yang sesuai
dengan nilai outstanding Pinjaman Luar Negeri Bank pada setiap periode
perpanjangan tercantum pada Lampiran VII (Lampiran 20 Kodifikasi ini).
Contoh format deal conversation di RMDS terkait pengajuan Kontrak Lindung
Nilai, Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia, dan perpanjangan
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia tercantum pada Lampiran
VIII (Lampiran 21 Kodifikasi ini).
131
BAB VI
Pasal 15
15/17/PBI/2013
Sanksi
(1)
Setiap pelanggaran Bank pada setiap Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2), Pasal 6 ayat (4), Pasal 7, Pasal 11 huruf c, Pasal 12 ayat (1)
(Paragraf 118 ayat (2), Paragraf 122 ayat (4), Paragraf 123, Paragraf 127
huruf c, Paragraf 128 ayat (1) Kodifikasi ini), dikenakan sanksi:
a. teguran tertulis; dan/ atau
98
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
b.
(2)
(3)
(4)
132
kewajiban membayar sebesar 1‰ (satu perseribu) dari nilai Transaksi
Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia dalam denominasi Rupiah
dengan menggunakan kurs JISDOR pada tanggal transaksi dan paling
banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) per Transaksi
Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia.
Bank yang tidak memenuhi kewajiban setelmen transaksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3) (Paragraf 129 ayat (2) dan
(3) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi:
a. teguran tertulis; dan
b. kewajiban membayar yang dihitung atas dasar :
1. rata-rata suku bunga Fed Fund yang berlaku selama periode
keterlambatan ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan
nominal transaksi dikalikan hari keterlambatan dibagi dengan
360 (tiga ratus enam puluh) untuk penyelesaian kewajiban
pembayaran dalam valuta Dolar Amerika Serikat;
2. suku bunga kebijakan Bank Indonesia (BI rate) yang berlaku
ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal
transaksi dikalikan hari keterlambatan dibagi dengan 360 (tiga
ratus enam puluh) untuk penyelesaian kewajiban pembayaran
dalam Rupiah.
Penyelesaian sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan melalui pendebetan rekening giro Rupiah Bank
yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
Penyelesaian sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dilakukan melalui pendebetan rekening giro valuta asing
atau Rupiah Bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
SE 16/2/DPM
2014
Huruf E
Tata Cara Pengenaan Sanksi
Dalam hal Bank dikenakan sanksi atas pelanggaran setiap Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dan/atau pelanggaran atas kewajiban
setelmen Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 Peraturan Bank Indonesia tentang Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia (Paragraf 131 Kodifikasi ini), mekanisme
pengenaan sanksi diatur sebagai berikut:
1. Bank Indonesia mengenakan sanksi berupa teguran tertulis dengan
tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
2. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (1) huruf b dan Pasal 15 ayat (2) huruf b Peraturan Bank
Indonesia tentang Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
(Paragraf 131 ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf b Kodifikasi ini) dilakukan
dengan mendebet rekening giro Rupiah atau rekening giro valuta asing
Bank yang ada di Bank Indonesia.
Pasal 16
15/17/PBI/2013
Dalam hal ditemukan pelanggaran atas Pasal 2 ayat (2), Pasal 6 ayat (4), Pasal 7,
dan Pasal 12 ayat (1) (Paragraf 118 ayat (2), Paragraf 122 ayat (4), Paragraf 123,
dan Paragraf 128 ayat (1) Kodifikasi ini) pada periode Kontrak Lindung Nilai
maka Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia tidak dapat
diperpanjang.
99
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
Posisi Devisa Neto
Ketentuan Umum
133
Pasal 1
12/10/PBI/2010
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing
di Indonesia, dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang
telah memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk melakukan
kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing.
2. Modal adalah modal inti dan modal pelengkap sebagaimana diatur dalam
ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal minimum
Bank Umum pada posisi akhir bulan sebelum bulan laporan.
3. Kurs Penutupan adalah kurs penutupan pada pukul 16.00 WIB setiap hari
yang dapat dilihat pada informasi Laporan Harian Bank Umum yang dikelola
Bank Indonesia.
134
Pasal 1A
7/37/PBI/2005
Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto sepanjang hari
berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Perhitungan Posisi Devisa Neto
135
Pasal 2
12/10/PBI/2010
(1) Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto pada akhir hari
kerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a. secara keseluruhan paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari
Modal.
Modal yang digunakan adalah Modal setelah memperhitungkan faktor
pengurang modal.
(2) Posisi Devisa Neto secara keseluruhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut untuk
jumlah dari:
a. selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing;
ditambah dengan
b. selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen
maupun kontinjensi dalam rekening administratif untuk setiap valuta
asing,
yang semuanya dinyatakan dalam rupiah.
(3) Aktiva valuta asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari
kas, emas, giro (termasuk giro pada Bank Indonesia), deposit on call,
deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, surat berharga,
kredit yang diberikan, nilai bersih wesel ekspor yang telah diambil alih,
rekening antar kantor aktiva dan tagihan lainnya, dalam valuta asing baik
kepada penduduk maupun bukan penduduk.
Nilai aktiva yang diperhitungkan adalah sebesar nilai buku yaitu nilai
setelah diperhitungkan dengan penyisihan penghapusan yang dibentuk
dalam valuta yang sama.
Termasuk dalam pengertian tagihan lainnya antara lain adalah penyertaan
dalam valuta asing, aktiva tetap kantor cabang di luar negeri (setelah
100
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
dikurangi depresiasi), pendapatan bunga yang masih harus diterima
(accrued interest), tagihan akseptasi, transaksi reverse repo dan tagihan
derivatif.
Rekening antar kantor aktiva bagi kantor cabang bank asing adalah seluruh
rekening antar kantor aktiva dengan kantor di luar negeri, termasuk yang
diperhitungkan dalam komponen modal (Dana Usaha).
(4) Pasiva valuta asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari
giro, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit,
pinjaman yang diterima, jaminan impor, rekening antar kantor pasiva,
pendapatan komprehensif lainnya dari surat-surat berharga valuta asing
selain saham dan kewajiban lainnya dalam valuta asing baik terhadap
penduduk maupun bukan penduduk.
Termasuk dalam pengertian kewajiban lainnya antara lain adalah surat
berharga yang diterbitkan bank, biaya yang masih harus dibayar (accrued
expense), kewajiban akseptasi, transaksi repo dan kewajiban derivatif.
Rekening antar kantor pasiva bagi kantor cabang bank asing adalah seluruh
rekening antar kantor pasiva dari kantor-kantor di luar negeri, termasuk
yang diperhitungkan dalam komponen modal (Dana Usaha).
(5) Rekening administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah
rekening dalam valuta asing yang dapat menimbulkan tagihan dan atau
kewajiban di masa mendatang yang merupakan komitmen dan kontinjensi
yang mencakup spot, bank garansi maupun L/C yang dipastikan menjadi
kewajiban Bank setelah dikurangi margin deposit, serta transaksi derivatif
antara lain transaksi forward, option, dan future maupun produk-produk
lain yang sejenis baik terhadap penduduk maupun bukan penduduk.
Nilai rekening administratif yang diperhitungkan adalah sebesar nilai buku,
yaitu nilai setelah diperhitungkan dengan penyisihan penghapusan yang
dibentuk dalam valuta yang sama.
136
Pasal 3
12/10/PBI/2010
(1) Selain wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto pada akhir hari
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 135 dalam kodifikasi
ini), Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto paling tinggi
20% dari Modal setiap 30 (tiga puluh) menit sejak sistem tresuri Bank
dibuka sampai dengan sistem tresuri Bank ditutup.
Waktu 30 (tiga puluh menit) dimaksudkan untuk memberikan waktu yang
cukup bagi Bank untuk melakukan “squaring” atas posisi terbuka dari
transaksi yang dilakukan.
Contoh perhitungan setiap 30 (tiga puluh) menit sejak sistem tresuri dibuka
adalah sebagai berikut:
a. Bank A memiliki waktu pembukaan sistem tresuri pada pukul 08.00
WIB. Posisi Devisa Neto dengan batas maksimal 20% dari Modal setiap
akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit dihitung sejak pukul 08.00 WIB
dengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) menit yaitu:
 Pukul 08.30 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal
101
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan


Pukul 09.00 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal
Pukul 09.30 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal;
dan
 seterusnya hingga sistem tresuri ditutup.
b. Bank B memiliki waktu pembukaan sistem tresuri pada pukul 07.45
WIB. Posisi Devisa Neto dengan batas maksimal 20% dari Modal setiap
akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit dihitung sejak pukul 07.45 WIB
dengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) menit yaitu:
 Pukul 08.15 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal
 Pukul 08.45 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal
 Pukul 09.15 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal;
dan
 seterusnya hingga sistem tresuri ditutup.
(2) Perhitungan Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menggunakan Kurs Penutupan pada hari kerja
sebelumnya.
(3) Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah penjumlahan antara Posisi Devisa Neto secara keseluruhan
akhir hari kerja sebelumnya dengan posisi terbuka tresuri pada setiap akhir
jangka waktu 30 (tiga puluh) menit.
Posisi Devisa Neto secara keseluruhan akhir hari kerja sebelumnya
merupakan Posisi Devisa Neto masing-masing valuta asing sebelum
diabsolutkan.
Contoh:
(Dalam rupiah)
USD
JPY
Total
Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada 50
(40)
akhir hari kerja sebelumnya
Posisi terbuka tresuri setiap akhir jangka
(10)
20
waktu 30 (tiga puluh) menit pada hari kerja
berjalan
Posisi Devisa Neto Setiap akhir jangka
40
(20)
20
waktu 30 (tiga puluh) menit
Asumsi Modal = 100, maka Posisi Devisa Neto setiap akhir jangka waktu 30
(tiga puluh) menit = ( 20 / 100 ) x 100% = 20%
(4) Posisi terbuka tresuri pada setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan selisih bersih antara
transaksi beli dan jual valuta asing yang terkait dengan kegiatan tresuri
Bank pada posisi akhir 30 (tiga puluh) menit yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan “kegiatan tresuri” antara lain transaksi beli dan jual
valuta asing yang dilakukan di dealing room.
102
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(5) Perhitungan posisi terbuka tresuri sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
termasuk transaksi valuta asing yang telah dilakukan (deal done) namun
belum dimasukkan ke dalam sistem tresuri.
Contoh:
Bank A memiliki waktu pembukaan sistem tresuri pada pukul 08.00 WIB.
Apabila terjadi transaksi valuta asing pada pukul 08.20 WIB namun belum
dimasukkan ke dalam sistem tresuri sampai dengan pukul 08.30 WIB, maka
transaksi dimaksud termasuk dalam perhitungan Posisi Devisa Neto setiap
akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit pada pukul 08.30 WIB.
137
Pasal 3A
7/37/PBI/2005
Pemeliharaan Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
(Paragraf 135 dalam kodifikasi ini) dihitung secara gabungan yaitu:
a. bagi Bank yang berbadan hukum Indonesia mencakup seluruh kantor
cabang di dalam negeri maupun di luar negeri.
b. Bagi kantor cabang bank asing mencakup seluruh kantor-kantornya di
Indonesia.
138
Pasal 4
5/13/PBI/2003
(1) Dalam rangka menghitung Posisi Devisa Neto, bagi Bank yang tidak dapat
menghitung nilai delta dari posisi option (delta based equivalent), posisi
option yang diperhitungkan hanya posisi option yang diterbitkan Bank.
(2) Seluruh atau sebagian posisi option yang diterbitkan Bank sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan saling hapus dengan posisi option
lainnya sepanjang identik.
(3) Proses saling hapus untuk posisi option yang identik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) adalah posisi option yang diterbitkan Bank
dengan pos lawan posisi option yang dibeli Bank, yang memiliki persyaratan
sama dalam:
a. tanggal pelaksanaan (exercise date);
b. harga yang disepakati (strike price);
c. jenis valuta;
d. transaksi yang mendasari (underlying transaction); dan
e. jenis option.
Contoh saling hapus untuk posisi yang identik antara lain posisi penjualan
(sell) call option dengan posisi pembelian (buy) call option apabila keduanya
memiliki persyaratan sama.
139
Pasal 5
5/13/PBI/2003
(1) Bagi Bank yang dapat menghitung nilai delta dari posisi option (delta
based equivalent), posisi option yang diperhitungkan adalah seluruh posisi
option Bank.
Yang dimaksud dengan seluruh posisi option adalah posisi option yang
diterbitkan Bank (Bank sebagai writer) dan posisi option yang dibeli Bank
(Bank sebagai holder)
(2) Perhitungan nilai delta dan posisi option sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia (lampiran 12
Kodifikasi ini).
103
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
(3) Seluruh atau sebagian posisi option Bank sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat saling hapus dengan posisi option lainnya sepanjang simetris.
Contoh posisi yang bersifat simetris, antara lain apabila Bank menerbitkan
(sell) call option maka posisi simetris adalah posisi:
1. pembelian (buy) call option; atau
2. penerbitan (sell) put option.
(4) Proses saling hapus untuk posisi option yang simetris sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) hanya dapat dilakukan dengan perhitungan nilai
delta dari posisi option (delta based equivalent)
Pengecualian Posisi Struktural
140
Pasal 6
5/13/PBI/2003
(1) Bank dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk dapat
mengecualikan posisi struktural dalam valuta asing dari perhitungan Posisi
Devisa Neto.
Pengajuan permohonan termasuk perubahan atas posisi struktural yang
disebabkan penambahan atau pengurangan posisi struktural. Perubahan
akibat depresiasi dilaporkan setiap 1 (satu) tahun. Tata cara pengajuan
permohonan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
(2) Posisi struktural sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah posisi yang
sekurang-kurangnya memenuhi kriteria:
a. bagian dan investasi strategis dan penting untuk operasional Bank atau
posisi yang diwajibkan oleh otoritas;
b. posisi tersebut merupakan investasi jangka menengah atau jangka
panjang dan tidak digunakan untuk tujuan spekulatif;
c. posisi tersebut telah disetujui oleh Direksi Bank.
Termasuk posisi dalam ayat ini antara lain:
a. penempatan dana yang bersifat permanen di kantor cabang di luar
negeri yang diwajibkan oleh otoritas setempat;
b. pembelian aktiva tetap untuk kantor cabang Bank di luar negeri;
c. penyertaan dalam valuta asing, tidak termasuk penyertaan dalam
rangka penyelamatan kredit;
d. posisi lindung nilai yang dilakukan untuk melindungi nilai Modal yang
ditempatkan dalam mata uang asing;
e. posisi lindung nilai terhadap penempatan dana yang bersifat
permanen di kantor cabang luar negeri;
f. Dana Usaha kantor cabank bank asing di Indonesia yang
diperhitungkan sebagai Modal;
g. Pinjaman Subordinasi dan Modal Pinjaman yang diperhitungkan
sebagai Modal.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara
tertulis oleh Bank kepada Bank Indonesia, dengan alamat:
a. Direktorat Pengawasan Bank terkait, J1. MH. Thamrin No.2 Jakarta
10110, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat
Bank Indonesia; atau
104
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Transaksi Valuta Asing
Sumber
Regulasi
Ketentuan
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.
(4) Dalam hal permohonan Bank untuk mengecualikan posisi struktural dalam
valuta asing pada perhitungan Posisi Devisa Neto disetujui oleh Bank
Indonesia maka Bank wajib menerapkan pengecualian posisi struktural
dimaksud secara konsisten.
Lamp. 1 SE
9/33/DPNP
2007 butir
II.3.d.2) dan 3)
(5) Dalam rangka memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, Bank wajib
menyampaikan dokumen pendukung yang terkait dengan status dari Posisi
Struktural dan bukti pembukuan transaksi.
Contoh:
Posisi Struktural berupa aktiva tetap di luar negeri perlu didukung antara
lain dengan dokumen yang berupa bukti kepemilikan, bukti pembayaran
dan dokumen pembukuan.
(6) Bank Indonesia dapat meminta tambahan dokumen kepada Bank untuk
memastikan kelayakan dari suatu Posisi Struktural yang akan dikecualikan
dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
Pelaporan
141
Pasal 7
7/37/PBI/2005
(1) Bank wajib menyampaikan laporan Posisi Devisa Neto akhir hari kerja
secara berkala dan benar kepada Bank Indonesia.
(2) Tata cara mengenai penyusunan dan penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada ketentuan yang berlaku tentang
Laporan Harian Bank Umum.
(3) Bank wajib menyesuaikan Penyusunan Laporan Harian Bank Umum untuk
Laporan Posisi Devisa Neto sesuai dengan ketentuan tentang Posisi Devisa
Neto yang berlaku.
142
Pasal 7A
12/10/PBI/2010
(1) Bank wajib menatausahakan informasi yang mendukung pemantauan Posisi
Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat
(1) (Paragraf 135 ayat (1) dan Paragraf 136 ayat (1) dalam kodifikasi ini).
Informasi yang mendukung antara lain berupa deal conversation, deal
confirmation, blotter, dan/atau informasi pendukung lainnya.
(2) Bank Indonesia dapat meminta informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) apabila diperlukan.
(3) Dalam hal terjadi pelanggaran kewajiban pengelolaan dan pemeliharaan
atas Posisi Devisa Neto pada akhir hari kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) (Paragraf 135 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dan Posisi Devisa
Neto setiap 30 (tiga puluh) menit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) (Paragraf 136 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Bank wajib menyampaikan
laporan pelanggaran dimaksud kepada Bank Indonesia dengan format
sebagaimana dalam Lampiran 1 Peraturan Bank Indonesia ini (Lampiran 13
dalam kodifikasi ini).
105
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Penyampaian laporan dari Bank kepada Bank Indonesia dialamatkan
kepada:
a. Bank Indonesia cq. Direktorat Pengawasan Bank yang membawahi
pengawasan bank yang bersangkutan, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2
Jakarta 10350, bagi Bank yang berada di wilayah kerja Kantor Pusat
Bank Indonesia (DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bogor, Kota Depok,
Kabupaten/Kota Tanggerang, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten
Kerawang);
b. Kantor Bank Indonesia yang mewilayahi, bagi Bank yang berada di luar
wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada huruf a.
(4) Laporan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
paling lambat pukul 16.00 WIB pada 2 (dua) hari kerja setelah terjadinya
pelanggaran.
Contoh waktu pelaporan pelanggaran Posisi Devisa Neto yang melampaui
batas paling tinggi 20% modal adalah sebagai berikut:
a. Apabila pelanggaran Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit
terjadi pada hari Senin tanggal 2 Agustus 2010, maka Bank
menyampaikan laporan pelanggaran paling lambat pada hari Rabu
tanggal 4 Agustus 2010 pukul 16.00 WIB.
b. Apabila pelanggaran Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit
terjadi pada hari Jumat tanggal 17 September 2010, maka Bank
menyampaikan laporan pelanggaran paling lambat pada hari Selasa 21
September 2010 pukul 16.00 WIB.
c. Apabila pelanggaran Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir
hari kerja terjadi pada hari Senin tanggal 2 Agustus 2010, maka Bank
menyampaikan laporan pelanggaran paling lambat pada hari Rabu
tanggal 4 Agustus 2010 pukul 16.00 WIB.
d. Apabila pelanggaran Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir
hari kerja terjadi pada hari Jumat tanggal 17 September 2010, maka
Bank menyampaikan laporan pelanggaran paling lambat pada hari
Selasa 21 September 2010 pukul 16.00 WIB.
(5) Laporan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani
paling kurang oleh pejabat eksekutif Bank.
Yang dimaksud dengan “pejabat eksekutif” adalah pejabat eksekutif
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai Bank
Umum dan Bank Umum Syariah.
143
Pasal 8
7/37/PBI/2005
(1) Bank wajib menyusun laporan Posisi Devisa Neto akhir hari kerja dengan
menggunakan Kurs Penutupan.
(2) Dalam hal Kurs Penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
valuta asing tertentu tidak tersedia, Bank dapat menggunakan crossing rate
pada waktu yang sama dengan Kurs Penutupan.
106
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
144
Pasal 9
5/13/PBI/2003
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
Jangka Waktu Penyelesaian Pelanggaran
Bagi Bank yang melanggar kewajiban memelihara Posisi Devisa Neto
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) (Paragraf 135 ayat (1) dalam
kodifikasi ini) sebagai akibat perubahan cakupan aktiva valuta asing, pasiva
valuta asing, dan rekening administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) (Paragraf 135 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)
dalam kodifikasi ini), yang berkaitan dengan posisi struktural diberikan waktu
untuk menyelesaikan pelanggaran Posisi Devisa Neto dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diberlakukannya ketentuan tentang
Posisi Devisa Neto yang berlaku.
Dengan ketentuan ini pelanggaran Posisi Devisa Neto akibat adanya perubahan
ketentuan yang terkait dengan posisi struktural tidak dikenalkan sanksi
pelanggaran sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak diberlakukannya Peraturan
Bank Indonesia ini.
145
Pasal 9A
6/20/PBI/2004
Bagi Bank yang pada saat berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini memiliki
Posisi Devisa Neto untuk neraca melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b (Paragraf 135 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi
ini) wajib menurunkannya sehingga selambat-lambatnya pada tanggal 1
September 2004 Posisi Devisa Neto neraca telah sesuai dengan ketentuan
tentang Posisi Devisa Neto yang berlaku.
Sanksi
146
Pasal 10
12/10/PBI/2010
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A,
Pasal 6 ayat (4), Pasal 7A ayat (1), dan Pasal 8 ayat (1) (Paragraf 134,
Paragraf 140 ayat (4), Paragraf 142 ayat (1), dan Paragraf 143 ayat (1) dalam
kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
(2) Bank yang melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) (Paragraf 135 ayat (1)
dan Paragraf 136 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi berupa:
a. teguran tertulis; dan
b. sanksi kewajiban membayar sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) setiap hari pelanggaran atau paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dalam 1 (satu) tahun kalender.
(3) Bank yang melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) (Paragraf 135 ayat (1)
dan Paragraf 136 ayat (1) dalam kodifikasi ini) selama lebih dari 1 (satu) hari
kerja dan tidak menyampaikan laporan dalam waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A ayat (4) (Paragraf 142 ayat (4) dalam kodifikasi
ini), maka selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bank juga dikenakan sanksi berupa penurunan 1 (satu) peringkat penilaian
faktor manajemen dan peningkatan penilaian profil risiko untuk Risiko
Kepatuhan pada penilaian tingkat kesehatan Bank dalam 2 (dua) periode
penilaian setelah exit meeting.
147
Pasal 10A
12/10/PBI/2010
(1) Dalam hal Bank melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (10 (Paragraf 135 ayat (1)
dan Paragraf 136 ayat (1) dalam kodifikasi ini) selama 5 (lima) hari kerja
107
Likuiditas Valuta Asing
Paragraf
Sumber
Regulasi
Transaksi Valuta Asing
Ketentuan
secara berturut-turut atau 15 (lima belas) hari kerja dalam 1 (satu) tahun
kalender, namun Bank telah menyampaikan laporan pelanggaran, maka
selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
(Paragraf 146 ayat (2) dalam kodifikasi ini), terhadap pengurus dan/atau
pejabat eksekutif yang bertanggung jawab dilakukan proses penilaian
kemampuan dan kepatutan sesuai ketentuan yang mengatur mengenai
penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
(2) Dalam hal Bank melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) (Paragraf 135 ayat (1)
dan Paragraf 136 ayat (1) dalam kodifikasi ini) lebih dari 1 (satu) hari kerja
dan Bank tidak menyampaikan laporan dalam waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A ayat (4) (Paragraf 142 ayat (4) dalam kodifikasi
ini), maka selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) dan ayat (3) (Paragraf 146 ayat (2) dan ayat (3) dalam kodifikasi ini),
terhadap pengurus dan/atau pejabat eksekutif yang bertanggung jawab
dilakukan proses penilaian kemampuan dan kepatutan sesuai ketentuan
yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and
proper test).
146
Pasal 10B
12/10/PBI/2010
Sanksi terkait dengan tingkat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (3) (Paragraf 146 ayat (3) dalam kodifikasi ini) dan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10A ayat (2) (Paragraf 147 ayat (2) dalam kodifikasi ini)
tidak berlaku dalam hal pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) (Paragraf 135 ayat (1) dan Paragraf
136 ayat (1) dalam kodifikasi ini) lebih dari 1 (satu) hari kerja terjadi karena
adanya koreksi perhitungan modal dari hasil pemeriksaan Bank Indonesia.
108
`Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tanggal 8 Juli 2005
Lampiran 1
BANK ….
LAPORAN MINGGUAN
TRANSAKSI FORWARD BELI BANK DENGAN PIHAK ASING
TANGGAL…..s.d…….BULAN……
(dalam ribu USD)
Tanggal
No
…
1.
2.
…
1.
2.
…
Counterparty
Tujuan Transaksi
Jangka Waktu
Jumlah
…
…
…
…
…
…
KETERANGAN
1. Kolom Tanggal diisi tanggal transaksi
2. Kolom Counterparty diisi dengan nama pihak lawan transaksi
3. Kolom Tujuan Transaksi diisi dengan:
a. Investasi, dirinci dengan Penyertaan Langsung, Pemberian Kredit, dan Pembelian Surat-surat Berharga, Export atas dasar L/C, Perdagangan
Dalam Negeri atas dasar SKBDN, atau
b. Bukan Investasi
4. Kolom Jangka Waktu diisi dengan tenor transaksi
5. Kolom Jumlah diisi dengan nilai individual transaksi
6. Ekivalen valuta asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi dilakukan
7. Pihak Asing adalah warga negara asing, badan hukum asing atau lembaga asing lainnya, warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk
tetap negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia, kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia, kantor perusahaan di
luar negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.
94
109
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tanggal 8 Juli 2005
Lampiran 2
BANK ….
LAPORAN MINGGUAN
TRANSAKSI SWAP BELI BANK DENGAN PIHAK ASING
TANGGAL…..s.d…….BULAN……
(dalam ribu USD)
Tanggal
No
…
1.
2.
…
1.
2.
…
Counterparty
Tujuan Transaksi
Jangka Waktu
Jumlah
…
…
…
…
…
…
KETERANGAN
1. Kolom Tanggal diisi tanggal transaksi
2. Kolom Counterparty diisi dengan nama pihak lawan transaksi
3. Kolom Tujuan Transaksi diisi dengan:
a. Investasi, dirinci dengan Penyertaan Langsung, Pemberian Kredit, dan Pembelian Surat-surat Berharga, Export atas dasar L/C,
Perdagangan Dalam Negeri atas dasar SKBDN, ata u
b. Bukan Investasi
4. Kolom Jangka Waktu diisi dengan tenor transaksi
5. Kolom Jumlah diisi dengan nilai individual transaksi
6. Ekivalen valuta asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi dilakukan
7. Pihak Asing adalah warga negara asing, badan hukum asing atau lembaga asing lainnya, warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap
negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia, kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia, kantor perusahaan di luar
negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.
95
110
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tanggal 8 Juli 2005
Lampiran 3
BANK ….
LAPORAN MINGGUAN
TRANSAKSI OPTION BANK DENGAN PIHAK ASING
TANGGAL…..s.d…….BULAN……
(dalam ribu USD)
Tanggal
No
…
1.
2.
…
1.
2.
…
Counterparty
Tujuan Transaksi
Jangka Waktu
Jumlah
…
…
…
…
…
…
KETERANGAN
1. Kolom Tanggal diisi tanggal transaksi
2. Kolom Counterparty diisi dengan nama pihak lawan transaksi
3. Kolom Tujuan Transaksi diisi dengan:
a. Investasi, dirinci dengan Penyertaan Langsung, Pemberian Kredit, dan Pembelian Surat-surat Berharga, Export atas dasar L/C, Perdagangan
Dalam Negeri atas dasar SKBDN, atau
b. Bukan Investasi
4. Kolom Jangka Waktu diisi dengan tenor transaksi
5. Kolom Jumlah diisi dengan nilai individual transaksi
6. Ekivalen valuta asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi dilakukan
7. Pihak Asing adalah warga negara asing, badan hukum asing atau lembaga asing lainnya, warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap
negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia, kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia, kantor perusahaan di luar
96
111
negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tanggal 8 Juli 2005
Lampiran 4
BANK ….
LAPORAN MINGGUAN
REKAPITULASI TRANSAKSI DERIVATIF BANK DENGAN PIHAK ASING
PER JENIS TRANSAKSI DAN TUJUAN TRANSAKSI
TANGGAL…..s.d…….BULAN……
(dalam ribu USD)
Forward
Tanggal
Swap
Option
TOTAL
POSISI
Investasi
Bukan
Investasi
Investasi
Bukan
Investasi
Investasi
Bukan
Investasi
Investasi
Bukan
Investasi
Bukan
Investasi
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
KETERANGAN
1. Kolom Tanggal diisi tanggal transaksi
2. Kolom Posisi diisi dengan Posisi (outstanding) transaksi Bukan Investasi sampai dengan tanggal yang bersangkutan. Cara perhitungan: Posisi awal
hari (+/-)
3. Ekivalen valuta asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi dilakukan
4. Pihak Asing adalah warga negara asing, badan hukum asing atau lembaga asing lainnya, warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk
tetap negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia, kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia, kantor perusahaan di
luar negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.
97
112
Lampiran
LAMPIRAN 5
I5
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/3/DPM TANGGAL 28 FEBRUARI 2013
PERIHAL
PERUBAHAN KEDUA ATAS SURAT EDARAN BANK
INDONESIA NOMOR 10/42/DPD PERIHAL
PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH
KEPADA BANK
CONTOH SURAT PERMOHONAN PEMBELIAN VALUTA ASING
TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK
OLEH PVA BANK DAN PVA BUKAN BANK
KOP SURAT PERUSAHAAN
SURAT PERMOHONAN PEMBELIAN VALUTA ASING
TERHADAP RUPIAH
Menunjuk Pasal 3 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/28/PBI/2008 tanggal 12 November 2008 tentang Pembelian Valuta
Asing Terhadap Rupiah kepada Bank , bahwa kami :
Nama PVA : ................................................................................
No. KPmIU : ................................................................................
dengan ini menyatakan bahwa:
1. Selisih antara total penjualan dengan total pembelian (net jual)
valuta asing terhadap rupiah yang kami lakukan dengan nasabah
dalam 1 (satu) bulan terakhir adalah sebesar USD ...........................
Jumlah ini merupakan dasar transaksi kami dalam melakukan
pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank. Transaksi
pembelian tersebut kami perlukan untuk memenuhi kebutuhan
valuta asing kami dalam bertransaksi dengan nasabah kami.
2. Sebagai …
113
Lanjutan Lampiran 5
2. Sebagai pendukung pembelian valuta asing di atas, terlampir kami
sampaikan fotokopi data rekapitulasi transaksi jual beli harian kami
dengan nasabah selama 1 (satu) bulan terakhir.
Demikian surat permohonan kami buat dengan sebenar-benarnya.
Tempat ..................., Tgl/Bulan/Tahun
Hormat kami,
PT .........................
Ttd. dan Cap Perusahaan
Nama Jelas
(Direktur/Pimpinan Cabang)
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
114
Lampiran
6
LAMPIRAN 6II
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/3/DPM TANGGAL 28 FEBRUARI 2013
PERIHAL
PERUBAHAN KEDUA ATAS SURAT EDARAN BANK
INDONESIA NOMOR 10/42/DPD PERIHAL
PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH
KEPADA BANK
Contoh Perhitungan Net Jual Berdasarkan Data Transaksi Harian
Jual Beli UKA antara PVA “XYZ” dengan Nasabah PVA
Dalam US Dollar
PEMBELIAN
Tanggal
1-Apr-13
2-Apr-13
4-Apr-13
8-Apr-13
9-Apr-13
10-Apr-13
12-Apr-13
15-Apr-13
16-Apr-13
18-Apr-13
22-Apr-13
23-Apr-13
24-Apr-13
29-Apr-13
30-Apr-13
Total
Total
Transaksi di
luar Bank dan
PVA
a
Nominal
30,000
150,000
25,000
10,000
60,000
120,000
25,000
5,000
75,000
120,000
25,000
75,000
120,000
110,000
10,000
960,000
155,000
Nasabah
A
BANK ABC
D
PVA MNO
J
PVA PQR
PVA JKL
Q
BANK KLM
PVA JKL
S
BANK ABC
PVA MNO
BANK ABC
A
PENJUALAN
1)
1)
1)
1)
1)
1)
1)
1)
1)
b
Nominal
35,000
120,000
30,000
10,000
50,000
110,000
30,000
35,000
80,000
140,000
35,000
120,000
110,000
130,000
9,000
1,044,000
Nasabah
B
C
PVA PQR
I
K
L
P
PVA MNO
R
PT BTA
PVA PQR
PVA JKL
PVA PQR
PT DEF
W
714,000
2)
1)
2)
1)
2)
1)
1)
1)
2)
NET JUAL DILUAR
TRANSAKSI DENGAN
PVA DAN BANK
(b-a)
Nominal
5,000
120,000
(25,000)
10,000
(10,000)
110,000
30,000
(5,000)
80,000
140,000
(25,000)
130,000
(1,000)
559,000
Keterangan:
1) Tidak termasuk dalam perhitungan net jual.
2) Nasabah wajib melampirkan dokumen underlying pembelian sesuai ketentuan pada butir
7.c.2).a), 7.c.2).b), 7.c.2).c), 7.c.2).d), dan/atau 7.c.2).f).
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
115
Lampiran 7
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/12/DPD/ tanggal 8 April 2010
List of Pilot Enterprises Participating in RMB Cross-border Trade Settlement
City
1
Name Of Company
Guangdong Commercial Trading Import And Export Corporation
2
Guangdong Silique International Group Maufar Corp.,Ltd.
Guang Zhou
3
Guangdong Silique International Group Wintex Corp.Ltd
Guang Zhou
4
Guangdong Silique International Group Garment Co.,Ltd.
Guang Zhou
5
Guangdong Light Industrial Products Imp And Exp Holdings Corp.
Guang Zhou
6
Guangdong Foreign Trade Imp.And Exp. Corp.
Guang Zhou
7
Guangdong Foodstuffs Import & Export (Group) Corparation
Guang Zhou
8
Guangdong Native Produce I/E Corp. (Group).Ltd
Guang Zhou
9
China National Nonferrous Metals Imp.& Exp. Guangdong Corp.
Guang Zhou
10
Guanddong Stationary And Sporting Goods Imp And Exp Corp.
Guang Zhou
11
Guangzhou Henghao Chemical Science Co.Ltd.
Guang Zhou
12
Ho Yu Shoe Material Ltd
Guang Zhou
13
Gise Kam Kwan International Trade Ltd.
Guang Zhou
14
Guangzhou Flashlight Industrial Corporation
Guang Zhou
15
Guangzhou Automobile Trading Co Ltd
Guang Zhou
16
Htc Trade Co Ltd
Guang Zhou
17
Guangzhou Pearl River
18
Guangzhou Shunlung Industrial Corp.
Guang Zhou
19
Guangzhou Shun Lung Industrial Corp.
Guang Zhou
20
Guangzhou Lun Rigid New Material Corporation
Guang Zhou
21
Guangzhou Elec&Eltek Megenetic Integrated Connetors First Co.,Ltd
Guang Zhou
22
W & G Biaxial Materials Technology Corporation
Guang Zhou
23
Pan-Asia Pet Resin(Guangzhou)Co.,Ltd.
Guang Zhou
24
Guangdong Silkgroup Fortune Co.,Ltd.
Guang Zhou
25
Guangzhou Nypro Molding Plastics Products Co.,Ltd.
Guang Zhou
26
Telegoal (Guangzhou) Garment Company Limited
Guang Zhou
27
Guang Zhou Panyu Massway Stationnery & Gift Box Co.,Ltd.
Guang Zhou
28
Exquisite Knitters (Guangzhou) Ltd.
Guang Zhou
29
Guangzhou Huabao Glass Co.,Ltd
Guang Zhou
30
Guangzhou City Pan Yu Chun Fung Footwear Company Limited
Guang Zhou
31
Grg Banking Equipment Co.,Ltd.
Guang Zhou
32
Guangzhou Economic And Technical Development District
Construction Import And Export Co. Ltd
Guang Zhou
33
Golden Ware Enterprise Limited
Guang Zhou
34
Guangdong Guangxin Trade Development Co.,Ltd
Guangzhou Evervan Footwear Co.,Ltd.
Guang Zhou
35
Piano
Group Co., Ltd
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
36 Guangzhou Sunmile…
101
116
Lanjutan Lampiran 7
36 Guangzhou Sunmile Industries Co Ltd
37 Guangzhou Trademaster & Creation Ltd.
Guang Zhou
38 Hedy Holding Co.,Ltd
39 Guangdong Silk I/E Corp.(Group).Ltd
Guang Zhou
40 Guangzhou Grace Electron Corporation
41 Epoxy Base Electronic Material Co.,Ltd.
Guang Zhou
42 Guangzhou Panyu Southern Star Co. Ltd.
43 Guangzhou Huasheng Paints And Pigments Co., Ltd
Guang Zhou
44 Guangzhou Shipyard International Co. Ltd.
45 China National Aero-Technology Guangzhou Co.,Ltd
Guang Zhou
46 Eleceltek (Guangzhou ) Electronics Co.,Ltd
47 Lg Chemical (Guangzhou) Engineering Plastics Co.,Ltd.
Guang Zhou
48 Guangzhou Zhujiang Steel Co Ltd
49 Guangzhou Tws Electronics Limited
Guang Zhou
50 Pan Overseas (Guangzhou) Electronic Co.,Ltd
51 Guangzhou Malting Company Ltd
Guang Zhou
52 Guangzhou Yiguan Leather Products Co.,Ltd
53 Wells Electronic Material(Guangzhou)Co.,Ltd.
Guang Zhou
54 Guangzhou Starlite Environmental Friendly Center Limited
55 Guangzhou Jianyuan Material Trade And Logistics Co.Ltd
Guang Zhou
56 Kingfa Sci.& Tech.Co.,Ltd
Guang Zhou
57 Guangdong Petro_Trade Development Corporation.
58 Tai-I Jiang Corp (Guangzhou) Co., Ltd
Guang Zhou
59 Tai-I Copper (Guangzhou) Co., Ltd
60 Huntsman Advanced Materials (Guangdong) Company Limited
Guang Zhou
61 Huntsman Textile Effects (China) Co.,Ltd.
62 Guangzhou Power Construct Trade Co. Ltd.
Guang Zhou
63 Panyu Metals And Minerals Imp And Exp Corp
64 Guangzhou Zhujiang Lianggua Footwear Co.,Ltd
Guang Zhou
65 High Sun Electrical Industrial Co., Ltd.
66 Ggec Thchnology Limited
Guang Zhou
67 Guoguang Electric Company Limited
68 First Audio Manufacturing Co.,Ltd.
Guang Zhou
69 Guangzhou Tiger Head Battery Group Co.,Ltd
70 Guangzhou Nansha Santis Substrates Ltd
Guang Zhou
71 Panyu Juda Car Audio Equipment Co.,Ltd
72 Guangzhou Kwangfeng Industrial Co.,Ltd.
Guang Zhou
73 Guangzhou Couger Metal Material Ltd.
74 Guangzhou Kam Hing Textile Dyeing Co Ltd
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
Guang Zhou
75 Bogart …
102
117
Lanjutan Lampiran 7
75
Bogart Lingerie (Guangzhou) Limited
Guang Zhou
76
Guangzhou Panyu Pegasus Footwear Co.,Ltd.
Guang Zhou
77
Guang Zhou Chuang De Shoes Co.,Limited
Guang Zhou
78
Guangzhou Chuangyu Garment Co.,Ltd
Guang Zhou
79
Guangzhou City Panyu Ever Rich Knitting Garment Co.,Ltd.
Guang Zhou
80
Guangzhou Xingxiangweiye Development Co.,Ltd
Guang Zhou
81
Guangzhou Pule Packaging Container Co.,Ltd
Guang Zhou
82
Guangzhou Younibao Trade Co.,Ltd
Guang Zhou
83
Guangzhou Runtian Import And Export Co Ltd
Guang Zhou
84
Df Import & Export Corp.,Ltd
Guang Zhou
85
Tency Enterprise Ltd.
Guang Zhou
86
Sabic Innovative Plastics Co.,Ltd (China)
Guang Zhou
87
Guangzhou Textile Industry Union Import Export Corporation
Guang Zhou
88
Guangzhou Light Holdings Limited
Guang Zhou
89
Gree Electric Appliances, Inc. Of Zhuhai
Zhu Hai
90
Zhuhai Unicizers Industrial Co.,Ltd.
Zhu Hai
91
Philips Dap Company Ltd Zhuhai S.E.Z
Zhu Hai
92
New Ocean Energy Holdings Limited
Zhu Hai
93
Zhuhai Hansen Technology Co.,Ltd.
Zhu Hai
94
China Electronics
Zhu Hai
95
Zhuhai Yueyufeng Iron And Steel Co Ltd
Zhu Hai
96
Elec-Tech International Co.,Ltd.
Zhu Hai
97
Zhuhai Wonderful Electric Power Goods And Materdals Co.Ltd.
Zhu Hai
98
Yuhua Polyester Co.,Ltd Of Zhuhai
Zhu Hai
99
Zhuhai Founder Technology Multi-Layer Pcb Co.,Ltd.
Zhu Hai
100
Eastcom Peace Smart Card Co.,Ltd.
Zhu Hai
101
Intelligent Components Technology Zhuhai Ltd
Zhu Hai
102
V.S. Technology Industry Park(Zhuhai) Co.,Ltd
Zhu Hai
103
Zhuhai Chi Cheng Technology Co.,Ltd
Zhu Hai
104
Zhuhai Shi You Chemical Co.,Ltd
Zhu Hai
105
Zhuhai S.E.Z. Hongta Renheng Paper Co.,Ltd
Zhu Hai
106
Print-Rite. Unicorn Iwage Products Co.,Ltd Of Zhuhai
Zhu Hai
107
Jin Pin Electrical
Zhu Hai
108
Zhuhai Qinfa Trading Co.,Ltd
Zhu Hai
109
Taltex(Zhuhai) Ltd
Zhu Hai
110
Teck Soon Hong (Zhuhai) Flavours And Fragrances Ltd
Zhu Hai
111
Zhuhai Yinghao Electronic Technology Co Ltd
Zhu Hai
112
Zhuhai Sunland Trading Co.,Ltd.
Guangdong Ronsen Super Micro-Wire Co.,Ltd
Zhu Hai
113
Zhuhai Co.,Ltd.
Co., Ltd Zhuhai S.E.Z.
Zhu Hai
114 Apollo …
103
118
Lanjutan Lampiran 7
114 Apollo Zhuhai Electronics Co.,Ltd
115 Zhuhai Lewaunion Woollen Mills Limited
Zhu Hai
116 Zhuhai Novel Spinning Knitting And Dyeing Co.,Ltd
117 Sing Hwa Garment Dlpt (Zhuhai) Ltd
Zhu Hai
118 Sunway Plastics And Electric(Zhuhai) Co.,Ltd
119 Kingtech (Zhuhai) Pcb Limited
Zhu Hai
120 Zhuhai Doree Electronic Co.,Ltd.
121 Zhuhai Lightex Woollen Mills Limited
Zhu Hai
122 Luen Fung (Zhuhai) Knitwear Ltd.
123 Zhuhai Lichen Medicine Co.,Ltd
Zhu Hai
124 Dai Cheong (Zhuhai) Concretepile Co.,Ltd
125 Zhuhai Golden Clothing Co.,Ltd
Zhu Hai
126 Guangdong Nam Kwong Industrial And Trading Corp.
127 Dongguan Fay Candle Co., Ltd
Zhu Hai
128 Dongguan Aall & Zyleman Baby Goods Ltd
129 Dongguan Datlywtn Watch Co., Ltd
Dongguan Supreme Plastic And Metal Manufacturing Company
130 Limited
131 Dongguan Nine Dragons Paper Industries Co.,Ltd.
Dong Guan
132 Dongguan Texwinca Textile & Garment Ltd.
133 Dongguan Kingsun Optoelectronic Co.,Ltd.
Dong Guan
134 Dongguan Xinya Electronic Technology Co.,Ltd
135 Dongguan Ming Hui Shoes And Garment Co.,Ltd
Dong Guan
136 Dongguan Wisetex Knitwear Manufactoring Ltd
137 Dongguan Walltes Decorative Material Co.,Ltd.
Dong Guan
138 Dongguan Piko Model Manufacturing Ltd.
139 Dongguan Win-Tech Plastic Materials Ltd
Dong Guan
140 Iriver China Co Ltd
141 Guangdong Shengyi Sci. Tech Co., Ltd
Dong Guan
142 Konica Minolta Business Technologies(Dongguan)Co Ltd
143 Dongguan Shung Chong Steel Products Co Ltd
Dong Guan
144 Fugang Electronic (Dongguan) Co.,Ltd
145 Topship Chemical Co., Ltd
Dong Guan
146 Foxlink Electronic (Dongguan) Co.,Ltd
147 Tatsin Furniture(Dongguan) Co.Ltd
Dong Guan
148 Dongguan Island Printing Co,Ltd
149 Dongguan Taifu Electronic Co.,Ltd
Dong Guan
150 Dongguan Senlin Textile Ltd
151 Guangdong Silver Age Sci And Tech. Co.,Ltd.
Dong Guan
Zhu Hai
Zhu Hai
Zhu Hai
Zhu Hai
Zhu Hai
Zhu Hai
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
152 Dongguan Nova…
104
119
Lanjutan Lampiran 7
152 Dongguan Nova Furniture Co.,Ltd
153 Dongguan Sheng He Chemicals Co., Ltd.
Dong Guan
154 Dongguan Keystone Electric Wire And Cable Co.,Ltd
155 Dongguan Qifeng Foreign Trade Co.,Ltd
Dong Guan
156 Dongguan Gloss Mind Apparel Co.,Ltd
157 Dongguan Maugee Industril. Ltd
Dong Guan
158 Dongguan Jing Yi Knitted Garment Co.Ltd
159 Million Harvest Dongguan Co.Ltd
Dong Guan
160 Dongguan Xinlong Varnished Wire Co., Ltd
161 Good Prosperity Furniture(Dongguan)Company Ltd
Dong Guan
162 Dongguan City Xingye Industry Co.,Ltd.
163 Dongguan Universal Circuit Board Equipment Co.,Ltd
Dong Guan
164 Dongguan Fortune Furniture Ltd
165 Dongguan Nan Sing Plastics Ltd.
Dong Guan
166 Dongguan Aoyu Hardware And Plastic Co.,Ltd
167 Dongguan Yihui Trade Co.Ltd
Dong Guan
168 The Wing Fat Printing(Dongguan)Co.Ltd
169 Silver Age Engineering Plastics (Dongguan) Co.,Ltd.
Dong Guan
170 Dongguan Great Eastern Garment Limited
171 Dong Guan Wan Tai Rubber Co.,Ltd.
Dong Guan
172 Dongguan Lingqiao Metaland Plastic Manufacturing Ltd
173 Dongguan Huasheng Audio Products Co.,Ltd.
Dong Guan
174 Dongguan Aeon Tech Co.,Ltd.
175 Dongguan Land Dragon Paper Industries Co., Ltd
Dong Guan
176 Dongguan Sea Dragon Paper Industries Co., Ltd
177 Best System (Dg) Limited
Dong Guan
178 Dongguan Skywalk Sole Co.,Ltd
179 Dongguan Shingtak Shoes Company Ltd
Dong Guan
180 Dongguan Ming Hoi Dyeing & Finishing Factory Co., Ltd.
181 Dongguan Janus Plastic Product Co Ltd
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
Dong Guan
182 Dongguan Yongqiang Vehicles Manufacturing Co.,Ltd
183 Ricoh Elemex (Shenzhen) Co., Ltd.
Dong Guan
184 Hung Hing Printing(China) Co., Ltd.
185 Shenzhen Vitasoy (Guangming) Foods And Beverage Co., Ltd
Shen Zhen
186 Shenzhen Globe Union Industrial Corp.
187 Haojia Electronic (Shenzhen) Ltd
Shen Zhen
188 Unimicron Technology (Shenzhen) Corp.
189 Z.China Paint Mist. Co.,(Shenzhen) Ltd
190 Shenzhen Jianyi Tower Electronic Co., Ltd
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
191 Action…
105
120
Lanjutan Lampiran 7
191 Action Technology (Shenzhen) Co.,Ltd
192 Shenzhen Huili Electronic Co.,Ltd
Shen Zhen
193 China Associate (Group) Co., Ltd.
194 Zte Kangxun Telecom Co.,Ltd
Shen Zhen
195 Shenzhen China Silk Enterprise Limited
196 Shekou Lam Soon Flour Mills Co., Ltd
Shen Zhen
197 Zte Corporation
198 Shenzhen Mindray Bio-Medical&Electronics Co.,Ltd
Shen Zhen
199 Shenzhen Huali Packing & Trading Co., Ltd
200 Konka Group Co., Ltd
Shen Zhen
201 Ce Lighting Ltd.
202 Byd Precision Manufacture Co., Ltd
Shen Zhen
203 Shenzhen Huawei Communication Technology Co.,Ltd
204 Shenzhen Konka Communication Technology Co.,Ltd
Shen Zhen
205 Shenzhen Zhongjin Lingnan Nonfemet Co.,Ltd
206 China Electronics Shenzhen Company
Shen Zhen
207 Tianma Microelectronics Co., Ltd
208 Strongjet Technology Co., Ltd
Shen Zhen
209 Ykk Zipper (Shenzhen) Co., Ltd
Shen Zhen
210 Toshiba Tec Information Systems(Shen Zhen)Co.,Ltd
211 Ricoh Componenis Asia (Shenzhen) Co., Ltd
Shen Zhen
212 Timely Electronics (Shenzhen) Co., Ltd
213 Regina Miracle Intimate Apparel (Shenzhen) Co., Ltd
Shen Zhen
214 Simtai Optics (Shenzhen) Co., Ltd
215 Fuding Precision Components (Shenzhen) Co., Ltd
Shen Zhen
216 Sheng Longxing Electronics (Shenzhen) Co., Ltd
217 Merry Electronics (Shenzhen) Co., Ltd
Shen Zhen
218 Msi Computer (Shenzhen) Co., Ltd
219 Winner Industries (Shenzhen) Co.,Ltd.
Shen Zhen
220 Wei Chang Sing Electronics (Shenzhen) Co., Ltd
221 Apcb Electronics (Shen Zhen) Co., Ltd.
Shen Zhen
222 Shenzhen Yu Da Fu Electronic Co., Ltd
223 Sanmina-Sci Enclosure Systems (Shenzhen) Co., Ltd.
Shen Zhen
224 Chochuen Garment (Shenzhen) Co., Ltd
225 Shenzhen Baohing Electronic Wire&Cable Manufacture Co., Ltd
Shen Zhen
226 Nishoku Plastic Mold (Shenzhen)Co.,Ltd
227 Sharetronic Digital Electronic (Shenzhen) Co.,Ltd
Shen Zhen
228 Shenzhen Oriental Wanghe Industrial Co.,Ltd
229 Pantene Industrial Co., Ltd.
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
230 Gode…
106
121
Lanjutan Lampiran 7
230 Gode Electronics (Shenzhen) Co.,Ltd
231 Starlite Printers (Shenzhen)Co.,Ltd
Shen Zhen
232 Embry (China) Garments Limited
233 Shenzhen Yuanxing Fruit Co., Ltd
Shen Zhen
234 Shenzhen Bada Logistics Co., Ltd.
235 Cnbmit Co.,Ltd
Shen Zhen
236 Clad Garments (SHENZHEN)Co.Ltd
237 SHENZHEN Harson Shoes.Limited
Shen Zhen
238 Southseas Oils&Fats Industrial (Chiwan) Co.,Ltd
239 Skyworth Multimedia (Shenzhen) Co., Ltd
Shen Zhen
240 A-Max Technology (China) Ltd.
241 Huike Electronics (Shenzhen) Co. Ltd
Shen Zhen
242 Epson Engineering (Shenzhen) Ltd.
243 Leefung-Asco Printers Holdings Limited
Shen Zhen
244 Wynne Wood Toys Industrial (Shenzhen) Co., Ltd.
245 Shenzhen Wanhe Pharmaceutical Co., Ltd
Shen Zhen
246 Shenzhen Sangfei Consumer Communications Co,Ltd.
247 Shenzhen Seastar Technology Co.,Ltd
Shen Zhen
248 Shenzhen Zowee Technology Co.,Ltd
249 Shenzhen Chuangwei-RGB Electronics Co., Ltd.
Shen Zhen
250 Shenzhen Diguang Electronics Co., Ltd.
251 Shenzhen Coship Electronics Co.,Ltd.
Shen Zhen
252 Emerson Network Power Co., Ltd.
253 Shenzhen Yifang Digital Technologies Co.,Ltd
Shen Zhen
254 Measurement Specialties (China) Ltd
Shenzhen Southern Cimc Eastern Logistics Equipment Manufatore
255 Co., Ltd
256 Byd Company Ltd
Shen Zhen
257 Omron Electronic Components (Shenzhen) Ltd.
258 Shenzhen BAK Battery CO., LTD.
Shen Zhen
259 Join-One Electric(Shenzhen) Co.,Ltd
260 Huawei Technologies Co., Ltd
Shen Zhen
261 Monforts Fong's Textile Machinery(Shenzhen)Co.,Ltd
262 Shenzhen Ktc Computer Technology Co., Ltd
Shen Zhen
263 Cnb Technology Inc.
264 Mingle Metal (Shen Zhen) Co., Ltd
Shen Zhen
265 Shenzhen Excelstor Technology Ltd
266 Shenzhen Samsung Sdi Co., Ltd
267 Shenzhen Hi-Optel Technology Co., Ltd.
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
268 Shenzhen Aerospace…
107
122
Lanjutan Lampiran 7
268 Shenzhen Aerospace Guangyu Industry(Group)Corp.
269 Shenzhen Hongji Entertrises (Holdings) Ltd
Shen Zhen
270 Eternal Asia Supply Chain Management Ltd.
271 Shenzhen Prolto Supply Chain Management Co. Ltd.
Shen Zhen
272 Tianji Electronics (Shenzhen) Co.,Ltd
273 Shenzhen Longgang Foreign Economic Development Co.,Ltd.
Shen Zhen
274 Baoshan Iron&Steel Co.,Ltd.
275 Sinochem Shanghai Co.,Ltd
276 Siic Shanghai Int'l Trade(Group) Co.,Ltd.
277 Shanghai Silk Groub Co.,Ltd
Shen Zhen
Shen Zhen
Shen Zhen
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
278 Shanghai Foreign Trade Enterprises Co.,Ltd.
279 Shanghai Foreign Trade Enterprises Pudong Co.,Ltd.
Shang Hai
280 Shanghai Flying Horse Imp.&Exp.Co.,Ltd.
281 Shanghai Metals & Minerals Imp&Exp Corp.
Shang Hai
282 Ikea(China)Investment Co.,Ltd
283 Sassin International Electric Shanghai Co.,Ltd
Shang Hai
284 Shanghai Baolong Sales Co.,Ltd.
285 Shanghai Electric Group Company Limited
Shang Hai
286 Shanghai Zhenhua Heavy Industry Co.,Ltd.
287 Shanghai Urban Construction Group
Shang Hai
288 China Building Material International Engineering Co.,Ltd.
289 Sinochem International Corporation
Shang Hai
290 Shanghai Zhongze International Trade Co.,Ltd.
291 Shanghai Electric International Economic & Trade Co.,Ltd.
Shang Hai
292 Shanghai Huanyu Import & Export Co.,Ltd.
293 Semiconductor Manufacturing International Corporation
Shang Hai
294 Shanghai Bell Co.,Ltd.
295 Hudong-Zhonghua Shipbuilding (Group) Co., Ltd.
Shang Hai
296 Shanghai Hewlett-Packard Co.,Ltd
297 STATS Chippac Shanghai Co., Ltd
Shang Hai
298 Basf Auxiliary Chemicals Company Limited
299 Shanghai Michelin Warrior Tire Co.,Ltd.
Shang Hai
300 Shanghai Shipyard Co.,Ltd.
301 Orient International Holding Shanghai Knitwear I/E Co.,Ltd.
Shang Hai
302 Shanghai San Kai Imp. &Exp. Co.,Ltd.C46
303 Shanghai Bada Textile Printing And Dyeing Garment Co.,Ltd.
Shang Hai
China Shanghai (Group) Corporation For Foreign Economic &
304 Technological Cooperation
,
305 China S Dongfeng Automobile Import & Export Co.,Ltd.
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
306 Shanghai Win…
108
123
Lanjutan Lampiran 7
306 Shanghai Win-Wing Imp.&Exp. Co.,Ltd.
307 Shanghai Haicheng Economic & Trade Co.,Ltd
Shang Hai
308 Shanghai Dongyuan Enterprise Development Co.,Ltd.
309 Shanghai Jianpu Import & Export Co.,Ltd.
Shang Hai
310 Shanghai Jin Jiang International Trading Co.,Ltd.
311 Shanghai Atomic Energy Industry Co.,Ltd.
Shang Hai
312 Shanghai New World Corporation Ltd.
313 Shanghai Foodstuffs Imp.& Exp.Corp.
Shang Hai
314 Shanghai Minguang Imp.& Exp.Co.,Ltd.
315 Shanghai Light Industrial Prodocts Imp. & Exp.Co.,Ltd.
Shang Hai
316 Shanghai Hansen Investment Developing Co.,Ltd
317 Shanghai Lansheng Corporation
Shang Hai
318 Shanghai Shenda Imp.& Exp.Co.,Ltd.
319 Jiangnan Shipbuilding(Group)Co.,Ltd.
Shang Hai
320 China Mcc International Economic And Trade Co.,Ltd.
321 Shanghai Toys Imp.& Exp.Co.,Ltd.
Shang Hai
322 Shanghai Dragon (Group) Corporation(Sdc)
323 Sinosteel Shanghai Co.,Ltd.
Shang Hai
324 Shanghai Baoqing Asset Management Co.,Ltd.
,
325 Shanghai Baolong Int L Trading Co.,Ltd.
Shang Hai
326 Shanghai Senlian Timber Industrail Development Co.,Ltd.
327 Shanghai Tunnel Engineering Co.,Ltd.
Shang Hai
328 China Haisum Engineering Co.,Ltd.
329 Shanghai Port Technology Engineer Service Co.,Ltd.
Shang Hai
330 Double Coin Holdings Ltd.
331 Shanghai Chemical Industry Supply & Sales Co.,Ltd.
Shang Hai
332 Shanghai Dongsong International Trading Co.,Ltd.
333 Shanghai Shenlong International Trading Co.,Ltd.
Shang Hai
334 Shanghai Vostosun Industrial Co.,Ltd.
335 Shanghai Wor-Biz. Trading Co.,Ltd.
Shang Hai
336 Shanghai Tiqiao Textile &Yarn Dyeing Co.,Ltd
337 Shanghai Povos Enterprise(Group)Co.,Ltd.
Shang Hai
338 Shanghai Sanweng International Trading Co.,Ltd.
339 Ningbo United Group Shanghai Imp.& Exp. Co.,Ltd.
Shang Hai
340 Shanghai Tianyuan International Trade Co.,Ltd.
341 Johnson & Johnson (China) Co.,Ltd.
Shang Hai
342 Shanghai Jinneng International Trade Co.,Ltd
343 Shanghai Shenlong Bus Co.,Ltd.
344 Shanghai Dynacast Electron Parts Co.,Ltd.
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
345 Shanghai Lansheng
109
124
Lanjutan Lampiran 7
345
Shanghai Lansheng Daewoo Corp.
Shang Hai
346
Evapco (Shanghai) Cooling Equipment Co.,Ltd.
Shang Hai
347
Shanghai Baoshan Taiping Container Co.,Ltd.
Shang Hai
348
Bayer (Shanghai) Polyurethane Co.,Ltd.
Shang Hai
349
Hannspree Technology (Shanghai) Co.,Ltd.
Shang Hai
350
Shanghai Taiping Int,L Container Co.,Ltd.
Shang Hai
351
Shanghai Singamas Container Holdings Co.,Ltd.
Shang Hai
352
Pulcra Chemicals (Shanghai) Co.,Ltd.
Shang Hai
353
Cognis Chemicals (China) Co.,Ltd.
Shang Hai
354
Shanghai Mitsubishi Elevator Co.,Ltd.
Shang Hai
355
Shanghai Fuji Xerox Co.,Ltd.
Shang Hai
356
Shanghai Eternal Information Technology Co.,Ltd.
Shang Hai
357
Shanghai Ab Food &Beverages Ltd.
Shang Hai
358
Mitsubishi Electric Shanghai Electric Elevator Co.,Ltd
Shang Hai
359
Cooltech Power(Shanghai)Ltd.&Shantou S.E.Z.Cooltech Power Ltd.
360
361
Shanghai Bcd Semiconductor Manufacturing Co.,Ltd.
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
362
363
Salim Van (Shanghai) Enterprise Group Co.,Ltd.
Bayer Paint Systems Shanghai Co.,Ltd.
Bayer (Shanghai) Polymer Co.,Ltd.
364
Shanghai Kerry Food Industries Co.,Ltd.
Shang Hai
365
Shanghai Aotuolifu Automobile Security System Co.,Ltd.
Shang Hai
Shang Hai
Shang Hai
110
125
Lampiran 8
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/12/DPD/ tanggal 8 April 2010
SURAT PERMOHONAN PLEDGE
Kepada
Bank Indonesia – Direktorat Pengolaan Devisa
Cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Devisa
Menara Sjafruddin Prawiranegara Lantai 7
Jl. MH Thamrin No.2
Jakarta 10350
Perihal: Permohonan Pledge Dalam Rangka Transaksi CNY/IDR Repurchase Agreement
Sehubungan dengan rencana pengajuan transaksi CNY/IDR Repurchase Agreement (Repo)
kami kepada Bank Indonesia dengan jangka waktu Repo selama................... (sebut dengan huruf)
hari, dengan ini kami mengajukan permohonan pelaksanaan transaksi agunan (pledge) atas
SBI/SUN/SBSN milik kami yang tercatat pada BI-SSSS sebagaimana terlampir.
Nama Peserta
: ...............................................................
Member Code
: ...............................................................
Seri Surat Berharga
: ...............................................................
Nominal
: ...............................................................
Harga
: ...............................................................
Tanggal Setelmen
: ...............................................................
Tenor Pledge
: ...............................................................
Surat permohonan beserta lampiran tersebut diatas kami buat dengan sebenar-benarnya
dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami membebaskan
Bank Indonesia dari tuntutan hukum dan bertanggung jawab atas tuntutan hukum terhadap
Penyelenggara dan tuntutan lainnya yang timbul terkait pelaksanaan pledge dimaksud.
Demikian agar maklum dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, ...............................
Nama Perusahaan
Tandatangan Pejabat berwenang
dan stempel Perusahaan
111
126
Lampiran 9
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/12/DPD/ tanggal 8 April 2010
SURAT KUASA
Yang bertandatangan di bawah ini :
......(nama)......, .......(jabatan)......, bertempat tinggal di ....................., dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili (Direksi/Perusahaan Perseroan PT. Bank......),
berdasarkan karena itu ..................... dan oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama Bank
...................., berdasarkan ............* (Pasal....Anggaran Dasar-nya yang dimuat dalam Akta Notaris
....., Nomor ....., tanggal ......) berkedudukan di .........., dan beralamat di ............ selanjutnya disebut
sebagai Pemberi Kuasa. *) Jika Bank adalah Bank Asing, maka : ......(nama)......, .......(jabatan)......,
bertempat tinggal di ....................., dalam hal ini bertindak ..... berdasarkan kekuatan Akta Power of
Attorney tertanggal ..... Nomor .... dibuat di hadapan ......, Notaris di Jakarta, demikian bertindak
untuk dan atas nama ..........................., cabang Indonesia, suatu bank yang didirikan berdasarkan
hukum ......(negara kantor pusat bank asing) .........., dan dalam hal ini bertindak melalui kantor
cabangnya di Indonesia, berkedudukan di Jakarta, ..........(alamat)..........., selanjutnya disebut sebagai
Pemberi Kuasa.
---- KHUSUS ---1) Untuk melakukan penjualan dan/atau melakukan early termination Surat Berharga Bank (.......
identitas Surat Berharga......) yang diagunkan (pledge) dalam rangka penyelesaian transaksi CNY/IDR
Repurchase Agreement.
2) Mendebit rekening giro valas Bank (....... nama Bank .......) di Bank Indonesia, dalam hal nilai hasil
penjualan Surat Berharga tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali dan kewajiban Bank lainnya
terkait transaksi CNY/IDR Repurchase Agreement.
3) Mendebit rekening giro valas Bank (....... nama Bank .......) di Bank Indonesia, dalam hal saldo
rekening giro valas Bank (....... nama Bank .......) di Bank
112
127
Lanjutan Lampiran 9
Indonesia, tidak mencukupi untuk memenuhi kekurangan Nilai Pembelian Kembali dan
kewajiban Bank lainnya terkait transaksi CNY/IDR Repurchase Agreement.
dengan mengacu pada ketentukan PBI Nomor 12/ -- /PBI/2010 tentang Transaksi
Repurchase Agreement Chinese Yuan Terhadap Surat Berharga Rupiah Bank
Kepada Bank Indonesia.
Surat Kuasa ini berlaku sejak tanggal ditandatangani sampai dengan ....................
Demikian Kuasa ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, ...............................
Penerima Kuasa
...........................
Pemberi Kuasa
..........................
113
128
Lampiran 10
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/12/DPD/ tanggal 8 April 2010
Contoh Perhitungan Transaksi CNY/IDR Repo
----------------------------------------------------------Pada tanggal 28 Januari 2010, Bank “A” mengajukan CNY/IDR Repo sebesar CNY
1.000.000,00 selama 31 hari (jatuh tempo CNY/IDR Repo tanggal 28 Februari 2010)
menggunakan SUN dengan karakteristik sebagai berikut:
Kupon : 13,55%
Clean Price : 104,83000%
Accrued Interest : 2,78530%
Dengan perhitungan sebagai berikut:
Accrued Interest =74 x 13,55% x 100 = 2,79
360
Data lainnya pada tanggal transaksi:
Kurs Transaksi Jual CNY/IDR Bank Indonesia : Rp1.500 per CNY
Haircut : 5%
Repo rate : 4%
Perhitungan Nominal Surat Berharga yang di-repo-kan
a. Jumlah dana CNY/IDR Repo dalam rupiah
Jumlah pengajuan
CNY/IDR Repo
dalam rupiah = Jumlah dana CNY/IDR Repo x Kurs Transaksi Jual CNY/IDR Bank Indonesia
= CNY1.000.000,00 x Rp1.500/CNY = Rp1.500.000.000,00
b. Nominal Surat Berharga yang di-repo-kan
Nominal Surat
Berharga yang =
Jumlah dana CNY/IDR Repo dalam rupiah
di-repo-kan
Clean Price + Accrued Interest - Haircut
= Rp1.500.000,00 =
Rp1.461.770.320,80
104,83000% + 2,78530% - 5%
≈ Rp1.462.000.000,00
Perhitungan…
114
129
Lanjutan Lampiran 10
Perhitungan Nilai Pembelian Kembali (second leg)
a. Nilai nominal repo rate
Nilai
Jumlah dana
nominal
=
CNY/IDR
x Jumlah hari repo x
repo rate
Repo
360
Repo rate
= CNY1.000.000,00 x 31 x 4% = CNY3.444,44
360
b. Nilai pembelian kembali
Nilai pembelian
= Jumlah dana x Nilai nominal
Kembali
CNY/IDR Repo
repo rate
= CNY1.000.000,00 + CNY3.444,44 = CNY1.003.444,44
Contoh Penyelesaian Transaksi CNY/IDR Repo jika bank tidak menyerahkan
dana CNY pada second leg
----------------------------------------------------------Jika pada contoh di atas Bank tidak dapat memenuhi kewajiban pengiriman Dana CNY pada Tanggal
Jatuh Tempo maka Bank Indonesia melakukan penjualan Surat Berharga pada 3 (tiga) hari kerja
Jakarta setelah Tanggal Jatuh Tempo.
I.
Hasil penjualan Surat Berharga Bank tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali dan
kewajiban lainnya
Pada Tanggal Jatuh Tempo, Kurs transaksi jual CNY/IDR Bank Indonesia sebesar 1.600 per CNY dan
dirty price (clean price ditambah accrued interest) SUN Seri FR0011adalah 99,00000%.
a.
Harga pasar Surat Berharga
Harga pasar
surat berharga
=
Nominal Surat
Berharga yang
di-repo-kan
x
Dirty
price
= Rp1462.000.000,00 x 99,00000% = Rp1.447.380.000,00
b. Harga…
115
130
Lanjutan Lampiran 10
b. Harga pasar Surat Berharga dalam CNY
Harga pasar
Harga pasar surat berharga
surat berharga
=
Kurs transaksi jual
dalam CNY
CNY/IDR Bank Indonesia
= Rp1.447.380.000,00 = CNY904.612,50
Rp1.600/CNY
c. Sanksi kewajiban membayar
Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Repo Rate ditambah 200
bps dikalikan jumlah hari dengan nominal Nilai Pembelian Kembali sejak
Tanggal Jatuh Tempo sampai dengan pelunasan.
Sanksi
Nilai
Jumlah hari
Kewajiban
=
pembelian x (repo rate + 200bps) x
360
membayar
kembali
= CNY1.003.444,44 x (4% + 2%) x 5 = CNY836,20
360
d. Total kewajiban
Total
=
Nilai
Kewajiban
pembelian
Kembali
Sanksi
+ kewajiban
membayar
= CNY1.003.444,44 + CNY836,20 = CNY1.004.280,64
Karena total kewajiban lebih besar dari harga pasar SSB dalam CNY maka terdapat kekurangan
pembayaran sebesar CNY99.668,14 (CNY1.004.280,64 – CNY904.612,50) yang akan dibebankan ke
rekening giro valuta asing Bank di Bank Indonesia.
Apabila pada Tanggal Jatuh Tempo jumlah rekening giro valuta asing Bank A di Bank Indonesia hanya
sebesar ekuivalen CNY50.000,00, maka sisanya sebesar CNY49.668,14 akan dibebankan pada
rekening giro rupiah Bank A di Bank Indonesia.
II. Hasil…
116
131
Lanjutan Lampiran 10
II.
Hasil penjualan Surat Berharga Bank lebih besar dari Nilai Pembelian Kembali dan kewajiban
lainnya
Pada Tanggal Jatuh Tempo, Kurs transaksi jual CNY/IDR Bank Indonesia sebesar 1.400 per CNY dan
dirty price (clean price ditambah accrued interest) SUN Seri FR0011adalah 109,00000%.
a.
Harga pasar Surat Berharga
Harga pasar
= Nominal Surat
surat berharga
Berharga yang
di-repo-kan
x
Dirty
price
= Rp1462.000.000,00 x 109,00000% = Rp1.593.580.000,00
b. Harga pasar Surat Berharga dalam CNY
Harga pasar
Harga pasar surat berharga
surat berharga
=
Kurs transaksi jual
dalam CNY
CNY/IDR Bank Indonesia
= Rp1.593.580.000,00 = CNY1.138.271,43
Rp1.400/CNY
c. Sanksi kewajiban membayar
Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Repo Rate ditambah 200 bps dikalikan
jumlah hari dengan nominal Nilai Pembelian Kembali sejak Tanggal Jatuh Tempo sampai dengan
pelunasan.
Sanksi
Kewajiban =
Membayar
Nilai
pembelian
x (repo rate + 200bps) x Jumlah hari
kembali
360
= CNY1.003.444,44 x (4% + 2%) x 5 = CNY836,20
360
d. Total kewajiban
Total
Nilai
Kewajiban = pembelian +
Kembali
Sanksi
kewajiban
membayar
= CNY1.003.444,44 + CNY836,20 = CNY1.004.280,64
e. Total…
117
132
Lanjutan Lampiran 10
e. Total kewajiban dalam rupiah
Total
Total
Kewajiban
=
kewajiban
dalam rupiah
x
Kurs transaksi jual
CNY/IDR Bank Indonesia
= CNY1.004.280,64 + Rp1.400/CNY = Rp1.405.992.901,18
Karena total kewajiban lebih rendah dari harga pasar SSB dalam CNY maka
kelebihan hasil penjualan SSB sebesar Rp187.587.098,82 (Rp1.593.580.000,00 –
Rp1.405.992.901,18) akan dikembalikan kepada Bank.
Contoh Perhitungan Jumlah Hari dalam Pengenaan Sanksi Kewajiban
membayar
----------------------------------------------------------Tanggal Jatuh Tempo CNY/IDR Repo: 1 Februari 2010.
Tanggal pelunasan dana CNY hasil eksekusi/penjualan Surat Berharga yang
di-repo-kan: 8 Februari 2010.
Jumlah hari pengenaan sanksi kewajiban membayar adalah 7 (tujuh) hari kalender (jumlah hari
dihitung dari tanggal 1 sampai dengan 7 Februari 2010, tidak termasuktanggal pelunasan dana CNY 8
Februari 2010).
118
133
Lampiran 11
Peraturan Bank Indonesia No. 10/34/PBI/2008 tanggal 5 Desember 2008
No.
*)Kepada Yth:
Direktorat Pengelolaan Devisa
Kantor Pusat Bank Indonesia Jl.
M.H. Thamrin No.2
JAKARTA 10010
**)Kepada Yth.
Pemimpin Bank Indonesia…………..
Jl…………………….
SURAT PERNYATAAN
Dengan hormat,
Dengan ini kami………………………………(nama bank dan alamat) menyatakan bahwa seluruh
dokumen yang kami serahkan dalam rangka penjualan Wesel Ekspor Berjangka kepada Bank Indonesia
adalah benar dan telah sesuai sebagaimana yang dipersyaratkan dalam PBI No.10/ /PBI/2008 tanggal
Desember 2008 tentang Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia.
Apabila dikemudian hari setelah dilakukan pemeriksaan terbukti bahwa dokumen-dokumen
tersebut tidak benar dan tidak sesuai dengan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam PBI No.10/
/PBI/2008 tanggal Desember 2008 tentang Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank
Indonesia maka kami bersedia untuk bertanggung jawab dan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini kami sampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima
kasih.
............(nama kota), ……...(tanggal)
(materai)
(Nama Pengurus)
(Jabatan)
*)
Alamat Bank Indonesia untuk Kantor Pusat Bank Penjual yang berdomisili di JABOTABEK
**)
Alamat Bank Indonesia untuk Kantor Pusat Bank Penjual yang berdomisili di Wilayah Kerja
Kantor Bank Indonesia
119
134
Lampiran 12
I.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
PENDAHULUAN
1. Dalam dokumen Amendment to the Capital Accord to Incorporate Market Risks
2005 yang merupakan penyempurnaan dari dokumen Amendment to the Capital
Accord to Incorporate Market Risks 1996, Basel Committee on Banking
Supervision (Committee) merekomendasikan 2 pendekatan untuk mengukur
Risiko Pasar dalam perhitungan kecukupan modal yaitu Metode Standar dan
Metode Internal.
2. Metode Standar menawarkan pendekatan pengukuran Risiko Pasar serta
perhitungan kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh Bank.
Disamping relatif sederhana, standardisasi tersebut dapat mengurangi beban
pelaporan oleh Bank serta memberikan acuan bagi pengawas dalam
melakukan verifikasi.
3. Bank Indonesia telah mewajibkan Bank yang memenuhi kriteria tertentu untuk
melakukan perhitungan Risiko Pasar dengan menggunakan Metode Standar
sejak tahun 2003. Namun berdasarkan perkembangan dan tuntutan yang ada
termasuk sejalan dengan perkembangan instrumen keuangan dan semakin
kompleksnya usaha Bank, maka perlu dilakukan penyempu rnaan kembali
terhadap ketentuan pelaksanaan penggunaan Metode Standar dalam perhitungan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan memperhitungkan Risiko Pasar.
II.
PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN
KPMM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR
1. Umum
a. Bank yang secara individual dan/atau secara konsolidasi memenuhi
kriteria tertentu untuk memperhitungkan Risiko Pasar dalam
perhitungan KPMM wajib menggunakan Metode Standar. Dalam
melakukan perhitungan Risiko Pasar dengan menggunakan Metode
Standar, Bank wajib memenuhi standar minimum yang diatur dalam
ketentuan ini.
b. Risiko Pasar dalam perhitungan KPMM mencakup Risiko Suku
Bunga, Risiko Nilai Tukar, Risiko Ekuitas, dan/atau Risiko Komoditas.
c. Bank secara individual dan/atau secara konsolidasi dengan
Perusahaan Anak wajib memperhitungkan Risiko Suku Bunga
dan/atau Risiko Nilai Tukar.
d. Bank secara konsolidasi sebagaimana dimaksud pada huruf a selain
memperhitungkan risiko sebagaimana dimaksud pada huruf c, juga
wajib memperhitungkan:
1) Risiko Ekuitas, apabila Bank memiliki Perusahaan Anak yang
terekspos Risiko Ekuitas; dan/atau
2) R i s i k o K o m o d i t a s , a p a b i l a B a n k m e m i l i k i P e r u s a h a a n
A n a k yang terekspos Risiko Komoditas.
120
135
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
2. Perhitungan Risiko Suku Bunga
a. Ketentuan Umum
1) Perhitungan Risiko Suku Bunga dilakukan terhadap instrumen keuangan
dalam Trading Book yang terekspos Risiko Suku Bunga, yang
meliputi:
a) Seluruh efek utang dengan suku bunga tetap atau
mengambang dan seluruh instrumen keuangan yang
memiliki karakteristik yang sejenis, termasuk sertifikat
deposito yang dapat diperdagangkan ( Negotiable Certificates of
Deposits) dan surat-surat berharga yang dijual oleh Bank dengan
syarat dibeli kembali (Repo/Securities Lending);
b)
Instrumen derivatif yang terkait dengan surat-surat berharga atau
suku bunga antara lain Bond Forward, Bond Option, Interest Rate
Swap, Cross Currency Swaps, Foreign Exchange Forward, Interest Rate
Options, dan Forward Rate Agreements/FRAs.
2) Perhitungan beban modal untuk Risiko Suku Bunga meliputi:
a) Risiko Spesifik dari setiap efek atau instrumen keuangan, tanpa
memperhatikan posisi long atau posisi short. Dengan demikian proses
saling hapus (offset) tidak dimungkinkan kecuali posisi tersebut
bersifat identik;
b) Risiko Umum dari keseluruhan portofolio, dimana posisi long atau
posisi short dalam efek atau instrumen keuangan yang berbeda dapat
dilakukan saling hapus.
3) Nilai pasar surat berharga yang digunakan dalam perhitungan Risiko
Spesifik dan Risiko Umum adalah dirty price, yaitu nilai pasar surat
berharga (clean price) ditambah dengan present value dari pendapatan
bunga yang akan diterima (accrued interest). Present value atas accrued
interest dapat tidak dilakukan apabila berdasarkan jangka waktu
pembayaran kupon, nilai present value tidak menimbulkan perbedaan
yang material dengan nilai accrued interest.
b. Perhitungan Risiko Spesifik
1) Perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik dirancang untuk melindungi
Bank dari risiko kerugian akibat perubahan harga dari setiap instrumen
keuangan yang dimiliki akibat faktorfaktor yang berkaitan dengan penerbit
instrumen keuangan (issuer).
2) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, Bank hanya dapat melakukan
proses saling hapus antara posisi long dan posisi short apabila posisi tersebut
identik. Yang dimaksud dengan posisi yang identik dalam transaksi surat
berharga dan transaksi derivatif, yaitu apabila terdapat kesamaan penerbit
(issuer), tingkat bunga kupon (coupon rate), jatuh tempo, jenis valuta, call
features, dan lainnya.
121
136
Lanjutan
12
LampiranLampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
3) Dalam hal terdapat posisi long dan short yang identik sehingga dilakukan
proses saling hapus maka posisi tersebut tidak perlu dilaporkan kepada
Bank Indonesia, tetapi Bank wajib melakukan dokumentasi yang
memadai atas seluruh proses saling hapus.
4) Pembebanan Risiko Spesifik dibagi dalam kategori pembobotan seperti pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Kategori Pembobotan untuk Risiko Spesifik
Penerbit
1. Pemerintah Indonesia
Bobot
0,00%
2. Pemerintah Negara Lain
a. peringkat AAA sampai dengan AA-
0,00%
b. peringkat A+ sampai dengan BBB- dengan:
sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo
kurang dari atau sama dengan 6 (enam) bulan
0,25%
sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo
lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 24 (dua
puluh empat) bulan
iii. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo
lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan
1,00%
c
peringkat
.
BB+ sampai dengan B-
8,00%
d
peringkat
.
kurang dari B-
i.
ii.
e. tanpa peringkat
1,60%
12,00%
8,00%
3. Kualifikasi (Qualifying)
a sisa
. jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kurang
dari atau sama dengan 6 (enam) bulan
0,25%
b sisa
. jangka waktu sampai dengan jatuh tempo lebih
1,00%
dari 6 (enam) bulan sampai dengan 24 (dua puluh
c. sisa
empat)
bulanwaktu sampai dengan jatuh tempo lebih
jangka
dari 24 (dua puluh empat) bulan
1,60%
4. Lainnya
a. korporasi dengan:
i.
peringkat jangka pendek A-1
1,60%
ii.
peringkat jangka pendek A-2
4,00%
iii.
peringkat jangka pendek A-3
8,00%
iv. peringkat jangka pendek kurang dari A-3
v.
peringkat AAA sampai dengan AA-
vi. peringkat A+ sampai dengan A-
12,00%
1,60%
4,00%
122
137
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Penerbit
vii. peringkat BBB+ sampai dengan BB-
Bobot
8,00%
viii. peringkat kurang dari BB-
12,00%
ix. tanpa peringkat
12,00%
b. bank yang tergolong:
i.
Tagihan Jangka Pendek
1) peringkat jangka pendek kurang dari A-3
2) peringkat BB+ sampai dengan B3) peringkat kurang dari B4) tanpa peringkat
12,00%
4,00%
12,00%
4,00%
ii. Tagihan Jangka Panjang
1) peringkat jangka pendek kurang dari A-3
2) peringkat BB+ sampai dengan B3) peringkat kurang dari B4) tanpa peringkat
c.entitas sektor publik dan bank pembangunan
multilateral dan lembaga internasional
i.
peringkat BB+ sampai dengan B-
ii.
peringkat kurang dari B-
iii. tanpa peringkat
12,00%
8,00%
12,00%
8,00%
8,00%
12,00%
8,00%
Penjelasan Tabel 1 mengenai Kategori Pembobotan untuk Risiko Spesifik adalah
sebagai berikut:
a) Pemerintah Indonesia
Yang termasuk kategori Pemerintah Indonesia adalah seluruh instrumen yang
dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh:
(1) Pemerintah Pusat Republik Indonesia;
(2) Bank Indonesia;
(3) Badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang seluruh
pendanaan operasionalnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Pemerintah Republik Indonesia.
b) Pemerintah Negara Lain
Yang termasuk kategori Pemerintah Negara Lain adalah seluruh instrumen
yang dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat atau bank sentral negara lain.
c) Kualifikasi
(1) Yang termasuk kategori Kualifikasi (Qualifying) adalah:
123
138
Lanjutan
12
LampiranLampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
(a) surat-surat berharga yang dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan
efek yang dikeluarkan oleh:
i. Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam ketentuan
perundang-undangan mengenai pemerintahan daerah;
ii. bank;
iii. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam
ketentuan perundang-undangan mengenai BUMN, yang tidak
tergolong sebagai Bank;
iv. bank pembangunan multilateral, yaitu World Bank Group yang
terdiri dari International Bank for Reconstruction and Development
(IBRD) dan International Finance Corporation (IFC), Asian
Development Bank (ADB), African Development Bank (AfDB),
European Bank for Reconstruction and Development (EBRD), InterAmerican Development Bank (IADB), European Investment Bank
(EIB), European Investment Fund (EIF), Nordic Investment Bank
(NIB), Caribbean Development Bank (CDB), Islamic Development
Bank (IDB), dan Council of Europe Development Bank (CEDB);
v. lembaga internasional yaitu Bank for International Settlements,
International Monetary Fund (IMF), dan European Central Bank,
yang memiliki peringkat investasi (investment grade) dari 1 (satu)
lembaga pemeringkat sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang
diakui Bank Indonesia. Bank sebagaimana dimaksud pada angka ii
mencakup bank yang beroperasi di Indonesia dan bank yang
beroperasi di luar Indonesia, termasuk Lembaga Pembiayaan
Ekspor Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.
(b) surat-surat berharga yang diterbitkan oleh pihak selain sebagaimana
dimaksud dalam Bab.II butir 2.b.4).c).(1).(a), yang memiliki
peringkat investasi (investment grade) dari paling sedikit 2 (dua)
lembaga pemeringkat sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui
Bank Indonesia.
(2) Peringkat domestik digunakan untuk surat berharga dalam mata uang
Rupiah. Peringkat internasional digunakan untuk surat berharga dalam
valuta asing.
d) Lainnya
Yang termasuk kategori Lainnya adalah seluruh surat-surat berharga yang
dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh
korporasi, bank, entitas sector publik, bank pembangunan multilateral dan
lembaga internasional yang tidak termasuk dalam kategori Pemerintah
Indonesia, Pemerintah Negara Lain, dan Kualifikasi.
Yang dimaksud dengan korporasi, bank, entitas sector publik,
bank
pembangunan multilateral dan lembaga internasional adalah pihak-pihak yang
termasuk dalam Tagihan Kepada Korporasi, Tagihan Kepada Bank, Tagihan
Kepada Entitas Sektor Publik, dan Tagihan Kepada Bank
124
139
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman
perhitungan asset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan
menggunakan pendekatan standar.
5) Pos Tagihan Derivatif yang timbul dari instrumen suku bunga (efek utang)
dalam neraca Bank tetap terkena perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit sesuai
ketentuan yang berlaku meskipun instrumen derivatif yang mendasari
timbulnya pos tersebut telah diperhitungkan dalam Risiko Spesifik. Hal ini
mengingat Risiko Spesifik memperhitungkan kredibilitas penerbit, sedangkan
pos tagihan derivatif merupakan counterparty credit risk.
c. Perhitungan Risiko Umum
1)
Perhitungan beban modal untuk Risiko Umum dimaksudkan untuk
melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan dalam suku
bunga pasar.
2)
Risiko Umum dikenakan terhadap posisi surat berharga dan instru
men derivatif yang terkait dengan surat berharga atau suku bunga dan
tercatat pada Trading Book.
3)
Metode perhitungan yang dapat dilakukan untuk perhitungan Risiko
Umum adalah dengan menggunakan Metode Jatuh Tempo (Maturity
Method) atau Metode Jangka Waktu (Duration Method). Bank dapat
menentukan pilihan terhadap 2 (dua) metode tersebut sepanjang
dilakukan secara konsisten dan akurat. Bagi Bank yang
menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration Method), manajemen
Bank harus dapat memastikan bahwa Bank memiliki kapasitas untuk
menerapkan metode tersebut dengan berdasarkan prinsip kehatihatian.
4)
Bank harus memberitahukan secara tertulis kepada Direktorat
Pengawasan Bank terkait atau Kantor Bank Indonesia setempat
apabila Bank akan menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration
Method) dalam perhitungan Risiko Umum.
5)
Bank yang akan menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration
Method), dalam pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud
pada angka 4) harus dilengkapi dokumen dan informasi yang
mencakup:
a) kebijakan dan prosedur pelaksanaan Metode Jangka Waktu
(Duration Method);
b) instrumen yang dihitung dengan Metode Jangka Waktu (Duration
Method);
c) sistem yang mendukung pelaksanaan prosedur perhitungan;
d) proses dan prosedur pengendalian terhadap metode
perhitungan;
125
140
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
e) validasi internal oleh pihak independen terhadap metode
perhitungan Risiko Pasar yang digunakan.
6)
Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap Metode
Jangka Waktu (Duration Method) yang digunakan Bank untuk
memastikan kebenaran dokumen dan informasi sebagaimana dimaksud
pada angka 5).
7)
Perhitungan beban modal dalam Risiko Umum dilakukan
dengan menjumlahkan 4 (empat) komponen sebagai berikut:
a) Suatu proporsi yang terkecil antara posisi long dan short yang
matched pada setiap skala waktu (vertical disallowance);
b) Suatu proporsi yang terbesar antara posisi long dan short yang
matched dari keseluruhan skala waktu (horizontal disallowance);
c) Posisi net short atau net long dari seluruh Trading Book yang telah
dibobot;
d) Pembebanan atas matched option position (net).
8) Metode Jatuh Tempo (Maturity Method).
Posisi long dan short dari seluruh posisi surat-surat berharga dan
instrumen derivatif dipetakan ke dalam jenjang maturitas (maturity
ladder) yang terdiri dari 13 atau 15 skala waktu (time band) sebagaimana
tercantum pada Tabel 2 sesuai dengan suku bunga/ kupon
instrumen keuangan. Yang dimaksud dengan jenjang maturitas adalah
tabel yang disusun berdasarkan pengelompokkan sisa jatuh tempo atau
jangka waktu sampai dengan penetapan suku bunga berikutnya dari
suatu surat berharga atau instrument derivatif.
Tabel 2
Skala Waktu dan Bobot Risiko (Maturity Method)
Skala Waktu
Kupon > 3%
Kupon < 3%
Bobot
Risiko
(%)
< 1 bulan
< 1 bulan
>1–
3 bulan
> 3 – 6 bulan
> 6 – 12 bulan
> 1 – 3 bulan
> 3 – 6 bulan
> 6 – 12 bulan
0
0.2
0.4
0.7
> 1 – 2 tahun
> 2 – 3 tahun
> 3 – 4 tahun
>1
– 1,9 tahun
> 1,9– 2,8 tahun
> 2,8– 3,6 tahun
1.25
1.75
2.25
> 4 – 5 tahun
> 5 – 7 tahun
> 3,6– 4,3 tahun
> 4,3– 5,7 tahun
2.75
3.25
126
141
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
> 7 – 10 tahun
> 10 – 15 tahun
> 15 – 20 tahun
> 20 tahun
> 5,7– 7,3 tahun
> 7,3– 9,3 tahun
> 9,3–1 0,6tahun
> 10,6–12 tahun
> 12 – 20 tahun
> 20 tahun
3.75
4.50
5.25
6.00
8.00
12.50
b) Instrumen bersuku bunga tetap (fixed) dialokasikan sesuai dengan
sisa jatuh tempo, sedangkan instrumen bersuku bunga
mengambang (variable) dialokasikan sesuai dengan jangka waktu
sampai dengan saat penetapan suku bunga berikutnya (next
repricing date).
c) Proses perhitungan beban modal dengan metode ini dilakukan
sebagai berikut:
(1) Vertical Disallowance, yaitu:
Perhitungan posisi matched dalam setiap skala waktu dikalikan
dengan bobot beban modal, yaitu sebesar 10%. Perhitungan
posisi matched tersebut dilakukan dengan mempertemukan
(matching) antara posisi short dan posisi long dalam setiap
skala waktu, dimana posisi terkecil merupakan posisi
matched. Selisih dari matching tersebut merupakan posisi
residu (unmatched position), bai k long maupun short.
(2) Horizontal Disallowance, yaitu:
(a) Dalam setiap zona (zona 1, zona 2, dan zona 3).
Perhitungan posisi matched dalam setiap zona dikalikan
dengan bobot beban modal, yaitu sebesar 40%
untuk zona 1, 30% untuk zona 2, dan 30% untuk
zona 3 sesuai Tabel .3 Perhitungan posisi matched
tersebut dilakukan dengan mempertemukan (matching)
antara posisi res i d u (unmatched position) long dan short dari
seluruh skala waktu, dimana posisi terkecil merupakan
posisi matched dari zona tersebut. Selisih dari proses
matching tersebut merupakan posisi residu (unmatched
position), baik long maupun short dari zona tersebut.
(b) Antar Zona (zona 1 dan 2; zona 2 dan 3; serta zona 1
dan 3)
Perhitungan posisi matched antar zona di kalikan dengan
bobot beban modal, yaitu 40% untuk zona 1 dan 2 dan
40% untuk zona 2 dan 3, serta 100% untuk zona 1 dan 3
sesuai Tabel .3
Antar Zona 1 dan 2
Perhitungan
posisi
matched
dilakukan
dengan
mempertemukan (matching) antara posisi residu (unmatched
position) long dan short dari zon a 1 dan zona 2 tersebut diatas,
dimana posisi terkecil merupakan posisi matched antara zona 1
127
142
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
dan 2. Selisih dari proses matching tersebut merupakan
posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dalam
zona 1 dan zona 2, baik long maupun short.
Antar Zona 2 dan 3
Perhitungan
posisi
matched
dilakukan
dengan
mempertemukan (matching) antara posisi long dan short
dari posisi residu yang tersisa (remaining unmatched
position) dari zon a 2 dengan posisi residu (unmatched
position) dari zona 3, dimana posisi terkecil merupakan
posisi matched antara zona 2 dan 3. Selisih dari proses matching
tersebut merupakan posisi residu yang tersisa (remaining
unmatched position) dalam zona 3, baik long maupun
short.
Antar Zona 1 dan 3
Perhitungan
posisi
matched
dilakukan
dengan
mempertemukan (matching) antara posisi residu yang ters
isa (remaining unmatched position) long dan short dari zona 1
dan zona 3, dimana posisi terkecil merupakan posisi
matched antara zona 1 dan 3. Selisih dari proses matching
antara zona 1 dan 3 tersebut merupakan posisi residu
yang tersisa (remaining unmatched position) dari seluruh
proses matching antar zona.
128
143
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Tabel 3
Horizontal Disallowance
(3) Overall Net Open Position, yaitu:
Perhitungan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched
position) baik long atau short dari se lu ru h proses matching antar
zona sesuai uraian angka (2) dikalikan dengan bobot beban
modal sebesar 100%.
Dengan demikian perhitungan kebutuhan modal minimum untuk
Risiko Umum adalah penjumlahan dari :
1
Vertical
.
Disallowance
Matched position antara posisi long X 10%
dan posisi short dalam setiap
2
Horizontal
.
Disallowance
Matched position antara posisi long X 40%
dan posisi short dalam zona 1
Matched position antara posisi long X 30%
dan posisi short dalam zona 2
Matched position antara posisi long X 30%
dan posisi short dalam zona 3
skala waktu
129
144
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Matched position antara posisi long X 40%
dan short dari posisi residu zona
1 dan posisi long dan short
dari posisi residu zona 2
Matched position antara posisi long X 40%
dan short dari posisi residu yang
tersisa zona 2 dan posisi long
dan short dari posisi residu zona
Matched
position antara posisi long X 100%
3
dan short dari posisi residu yang
tersisa zona 1 dan posisi long dan
short dari posisi residu yang
tersisa zona 3
Overall
Net
Open
Jumlah netto dari bobot posisi
3.
X 100%
Position
long atau posisi short
9) Metode Jangka Waktu (Duration Method)
a) Posisi long dan short dari seluruh posisi surat berharga dan instrumen
derivatif dipetakan ke dalam jenjang durasi (duration ladder) yang
terdiri dari 15 skala waktu (time band) sebagaimana tercantum pada
Tabel .4 Yang dimaksud dengan jenjang durasi adalah
tabel yang disusun berdasarkan pengelompokkan durasi dari
suatu surat berharga atau i nstru men derivatif.
b) Dalam melakukan proses perhitungan beban modal dengan metode
ini dilakukan dengan memperhatikan modified duration dan
estimasi pergerakan harga dari setiap posisi serta memetakannya
pada zona maturitas (maturity zones) yang sesuai dengan Tabel 4.
Tabel 4
Skala Waktu dan Asumsi Perubahan Imbal Hasil
Skala Waktu
Zona 1
< 1 bulan
> 1 – 3 bulan
> 3 – 6 bulan
> 6 – 12 bulan
Zona 2
> 1– 1,9 tahun
> 1,9– 2,8 tahun
> 2,8– 3,6 tahun
Zona 3
> 3,6– 4,3 tahun
> 4,3– 5,7 tahun
> 5,7– 7,3 tahun
> 7,3– 9,3 tahun
> 9,3–10,6tahun
Asumsi Perubahan
Imbal Hasil (%)
1.00
1.00
1.00
1.00
0.90
0.80
0.75
0.75
0.70
0.65
0.60
0.60
130
145
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
> 10,6–12 tahun
> 12 – 20 tahun
> 20 tahun
c)
0.60
0.60
0.60
Proses perhitungan beban modal dengan Metode Jangka Waktu
(Duration Method) pada prinsipnya sama dengan Metode Jatuh
Tempo (Maturity Method), kecuali pengenaan bobot beban modal
untuk Vertical Disallowance, yaitu 5% dari posisi matched dalam
setiap skala waktu.
10) Instrumen derivatif baik dalam rangka trading maupun lindung nilai atas
instrumen surat berharga dalam Trading Book dilaporkan dengan
pendekatan two legged approach.
Contoh:
a) Pembelian (long position) Forward Rate Agreement (FRA) yang
dilakukan pada akhir bulan April dan jatuh tempo akhir bulan
Juni dengan suku bunga SBI 3 bulan harus dilaporkan sebagai posisi
long dengan jangka waktu 5 bulan dan posisi short dengan jangka
waktu 2 bulan.
b) suatu transaksi interest-rate swap yang dilakukan Bank dengan
menerima suku bunga mengambang (floating) dan membayar untuk
suku bunga tetap (fixed) harus dilaporkan sebagai posisi long
untuk instrumen suku bunga mengambang sesuai jangka
waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya dan
sebagai posisi short untuk instrumen suku bunga tetap sesuai sisa
jatuh tempo transaksi swap tersebut.
d. Proses saling hapus untuk transaksi derivatif dalam perhitungan Risiko
Spesifik dan Risiko Umum:
1) Secara umum posisi long dan short dapat saling hapus sepanjang
instrumen keuangan tersebut bersifat identik, yaitu terdapat kesamaan
dalam hal penerbit, tingkat bunga kupon, jenis valuta, jatuh tempo,
dan lain nya.
2) Dalam hal Bank melakukan proses saling hapus, maka posisi tersebut
tidak perlu dilaporkan namun Bank wajib melakukan dokumentasi
yang memadai atas seluruh proses saling hapus tersebut.
3) Transaksi forward dapat saling hapus dengan instrumen yang
mendasarinya (underlying instrument). Namun posisi dengan sisa
jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kontrak forward tetap harus
dilaporkan karena Bank masih memiliki eksposur suku bunga sampai
pada saat surat berharga tersebut diserahkan kepada pihak pembeli.
Dalam hal kontrak forward menggunakan berbagai jenis surat berharga
pada saat penyelesaian transaksi, maka saling hapus hanya dapat
dilakukan apabila Bank memiliki posisi long atas surat berharga dan
posisi short forward berdasarkan underlying surat berharga dimaksud.
131
146
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
4)
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Yang dimaksud dengan hal-hal lainnya sebagaimana dimaksud pada
angka 1) yang digunakan dalam menentukan posisi yang identik dalam
proses saling hapus yaitu:
a) Untuk transaksi swap dan forward rate agreement (FRA) adalah
identik dalam hal referensi suku bunga (untuk posisi bersuku bunga
mengambang, misalnya JIBOR dan LIBOR) dan perbedaan suku
bunga/kupon setinggi-tingginya sebesar 0,15% (15 basis point);
b) Untuk transaksi swap, forward rate agreement (FRA) dan forward
adalah identik dalam hal tanggal penetapan suku bunga
berikutnya, atau bagi instrumen dengan suku bunga tetap atau
transaksi forward adalah sisa jangka waktu jatuh tempo dengan
memenuhi batasan sebagai berikut:
(1) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu
posisi transaksi derivatif sampai dengan 1 bulan, maka
proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa
jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kedua posisi
tersebut adalah sama;
(2) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu
posisi transaksi derivatif lebih dari 1 bulan sampai dengan 1
tahun, maka proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila
sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo dari masingmasing posisi tersebut adalah tidak lebih dari 7 hari;
(3) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu
posisi transaksi derivatif lebih dari 1 tahun, maka proses saling
hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa waktu sampai
dengan jatuh tempo kedua posisi tersebut tidak lebih dari 30
hari.
c) Untuk posisi option, proses saling hapus adalah
sebagaimana diatur dalam Bab.II.6 (Pedoman Umum dan
Perhitungan Risiko Pasar terhadap Transaksi Option).
e. Perlakuan Terhadap Transaksi Repo
1)
2)
3)
Surat berharga yang diserahkan kepada counterparty sebagai collateral dalam
transaksi Repo yang dicatat dalam Trading Book sesuai standar
akuntansi yang berlaku, dicatat sebagai posisi long dalam
perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum.
Perhitungan Risiko Spesifik
Perhitungan Risiko Spesifik ditentukan dari surat berharga ditentukan
dari :
a) kategori penerbit; dan
b) peringkat dan/ atau sisa jatuh tempo
Perhitungan Risiko Umum
Perhitungan Risiko Umum didasarkan pada sisa jatuh tempo untuk
surat berharga berbunga tetap atau sisa jangka waktu sampai
132
147
Lanjutan
12
LampiranLampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk surat berharga berbunga
mengambang.
f. Perlakuan Terhadap Transaksi Reverse Repo dalam rangka kegiatan
perdagangan (trading)
Apabila surat berharga yang menjadi agunan transaksi reverse repo diperdagangkan
maka Bank harus membukukan transaksi tersebut sebagai posisi short dalam
Trading Book, sehingga terekspos Risiko Pasar.
1) Perhitungan Risiko Spesifik
2)
Perhitungan Risiko Spesifik dari surat berharga ditentukan dari :
a) kategori penerbit; dan
b) peringkat dan/ atau sisa jatuh tempo.
Perhitungan Risiko Umum
Perhitungan Risiko Umum didasarkan pada sisa jatuh tempo untuk
surat berharga dengan suku bunga tetap atau sisa jangka waktu sampai
penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk surat berharga dengan suku
bunga mengambang.
g. Perlakuan terhadap Transaksi Reksa dana
1)
2)
Perhitungan Risiko Pasar terhadap Reksadana yang tercatat dalam
Trading Book yang meliputi Risiko Spesifik dan Risiko Umum, harus
mencerminkan bobot risiko dari seluruh asset yang terkandung
dalam unit reksa dana.
Perhitungan Risiko Spesifik dapat dilakukan dengan 2 pendekatan,
yaitu berdasarkan:
a) Peringkat reksa dana
Dalam hal reksa dana tersebut memiliki peringkat sebagaimana
yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia, dikenakan bobot risiko
1,6%.
b) Kategori penerbit dan/atau peringkat dari setiap aset dalam reksa
dana
Dalam menghitung Risiko Spesifik berdasarkan pendekatan ini,
Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai
rincian aset-aset reksa dana tersebut berdasarkan penerbit dan/atau
peringkat. Berdasarkan informasi tersebut, Bank dapat melaku kan
langkah-langkah perhitungan untuk mendapatkan nilai yang akan
dikenakan beban modal adalah sebagai berikut:
(1) menghitung persentasi komponen dari setiap aset yang
terkandung dalam reksa dana.
(2) nilai sebagaimana dimaksud pada angka (1) dikalikan dengan
nilai pasar unit reksa dana yang dimiliki Bank.
(3) nilai sebagaimana dimaksud pada angka (2) dicatat sesuai
kategori penerbit surat berharga.
133
148
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
3) Dalam hal ke-2 pendekatan sebagaimana dimaksud dalam angka 2)
tidak dapat dilakukan, maka surat berharga reksa dana akan digolongkan
dalam kategori “Lainnya” dan dikenakan beban modal sebesar 8%.
4) Perhitungan Risiko Umum dapat dilakukan dengan 2
pendekatan, yaitu berdasarkan:
a) Sisa jatuh tempo dari setiap aset reksa dana.
Dalam menghitung Risiko Umum berdasarkan pendekatan ini, Bank
harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rincian
seluruh aset dari reksa dana tersebut berdasarkan sisa jatuh
tempo. Proses perhitungan untuk mendapatkan nilai yang akan
dikenakan beban modal adalah sebagai berikut:
(1) menghitung persentasi komponen dari setiap aset yang terkandung
dalam reksa dana.
(2) nilai sebagaimana dimaksud pada angka (1) dikalikan dengan
nilai pasar unit reksa dana yang dimiliki Bank.
(3) nilai sebagaimana dimaksud pada angka (2) dicatat sesuai
skala waktu.
b) Rata-rata durasi (average duration) dari seluruh aset reksa dana
Dalam menghitung Risiko Umum berdasarkan pendekatan ini, Bank
harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rata-rata
durasi dari reksa dana. Penetapan rata-rata durasi aset reksa dana
dilakukan dengan menghitung durasi dari setiap aset reksa dana dan
dikalikan dengan besarnya pangsa/komposisi setiap aset reksa dana
terhadap total aset reksa dana.
5) Apabila Bank menggunakan Metode Jatuh Tempo untuk menghitung
Risiko Umum, sementara untuk reksa dana Bank hanya memiliki
informasi dari Manajer Investasi mengenai rata-rata durasi dari aset
reksa dana, maka Bank dapat menggunakan pendekatan rata-rata durasi
tersebut untuk menghitung Risiko Umum reksa dana.
6) Dalam hal dua pendekatan sebagaimana dimaksud pada angka 5) tidak
dapat dilakukan, maka surat berharga reksa dana tersebut dianggap
memiliki sisa jatuh tempo 10 – 15 tahun dan dikenakan bobot risiko
sebesar 4,5%.
7) Informasi mengenai Nilai Aktiva Bersih (liquidation value) reksa dana yang
diperoleh dari Manajer Investasi harus merupakan Nilai Aktiva Bersih
yang disesuaikan setiap hari.
8) Seluruh informasi mengenai reksa dana yang diperoleh dari Manajer
Investasi, misalnya rincian aset reksa dana berdasarkan penerbit dan atau
peringkat, sisa jatuh tempo dan rata-rata durasi dapat digunakan
untuk periode 1 bulan.
Contoh:
Pada tanggal 15 Jan uari 200X, Manajer Investasi dapat menyediakan
informasi mengenai sisa jatuh tempo atau rata-rata durasi dari
134
149
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
seluruh aset reksa dana. Informasi tersebut dapat digunakan oleh
Bank untuk periode 1 bulan, khususnya untuk laporan perhitungan
Risiko Pasar pada posisi 31 Januari 200X. Selanjutnya, laporan
perhitungan Risiko Pasar posisi 28 Februari 200X harus menggunakan
informasi yang tersedia maksimal satu bulan sebelumnya.
9) Seluruh informasi yang diperoleh dari Manajer Investasi wajib didokumentasikan
oleh Bank untuk kepentingan jejak audit (audit trail).
h. Perlakuan terhadap Derivatif Kredit (Credit Derivative)
1)
2)
Derivatif Kredit adalah kontrak antara dua pihak yang menggunakan
instrumen derivatif untuk melaku kan li ndung nilai dengan
mengalihkan risiko dari pihak pembeli proteksi (protection buyer)
kepada penjual proteksi (protection seller) atas aset keuangan referensi
(underlying reference asset) dalam bentuk surat berharga, kredit yang
diberikan, atau tagihan lainnya. Kontrak Derivatif Kredit mengatur
bahwa pengalihan risiko didasarkan pada terjadinya credit event atas
kewajiban referensi (reference obligation) yang dimiliki entitas
referensi (reference entity).
Secara umum, Derivatif Kredit meliputi Credit Default Swap (CDS), Total
Rate of Return Swap (TRS), dan Credit Linked Notes (CLN) atau
instrumen serupa lainnya.
Transaksi Derivatif Kredit dapat diklasifikasikan sebagai Trading Book
apabila:
a) dilakukan untuk tujuan lindung nilai (hedge) dari posisi aset
keuangan atau sekumpulan aset keuangan dalam Trading Book;
dan/atau
b) transaksi Derivatif Kredit (misalnya CLN) dilakukan oleh protection
seller untuk tujuan diperdagangkan (trading).
4)
Apabila Bank melakukan lindung nilai terhadap eksposur risiko kredit
dalam Banking Book dengan menggunakan Derivatif Kredit dalam
Trading Book melalui lindung nilai dari pihak internal, maka
eksposur risiko kredit dalam Banking Book tersebut dianggap
tidak dilindung nilai untuk tujuan perhitungan modal, kecuali
jika Bank membeli Derivatif Kredit dari protection seller yang
merupakan pihak eksternal. Jika proteksi kredit dari pihak eksternal
tersebut dibeli dan diakui sebagai lindung nilai atas eksposur risiko
kredit dalam Banking Book untuk tujuan perhitungan modal, maka
Derivatif Kredit untuk lindung nilai baik dari pihak internal maupun
pihak eksternal tidak dibukukan sebagai Trading Book.
5) Pelaporan Derivatif Kredit dilakukan dengan two legs approach, yaitu:
a) sebagai posisi long atau short kepada entitas referensi untuk Risiko
Spesifik dan posisi long atau short atas kewajiban referensi
untuk Risiko Umum; dan
3)
b)
sebagai posisi long atau short untuk Risiko Umum dengan skala
waktu sampai dengan jatuh tempo untuk suku bunga tetap atau
sisa waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya
135
150
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
sesuai skala waktu dalam Tabel ,2 apabila kontrak Derivatif
Kredit mempersyaratkan pembayaran premi atau bunga
secara periodik.
6)
Perhitungan beban modal untuk Risiko Pasar didasarkan pada jumlah
notional dari kontrak Derivatif Kredit, kecuali CLN yang
menggunakan nilai wajar dari surat berharga tersebut.
7) Perhitungan beban modal dilakukan sebagai berikut:
a) Metode perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum adalah
serupa dengan metode perhitungan yang digunakan pada
instrumen-instrumen keuangan lainnya.
b) Credit Default Swap
(1) Dalam
perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer
melaporkan sebagai posisi short dan protection seller
melaporkan sebagai posisi long kepada entitas referensi.
(2) Dalam perhitungan Risiko Umum atas Credit Default Swap
tanpa pembayaran premi atau bunga secara periodik sesuai
kontrak swap, protection seller maupun protection buyer tidak
perlu menghitung dan mengalokasikan beban modal Risiko
Pasar.
Dalam hal Credit Default Swap mempersyaratkan
pembayaran premi atau bunga secara periodik, protection
seller melaporkan sebagai posisi long dan protection buyer
melaporkan sebagai posisi short dengan skala waktu sampai
dengan jatuh tempo untuk suku bunga tetap atau sisa waktu
sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya
untuk suku bunga mengambang.
c) Total Rate of Return Swap
(1) Dalam
perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer
melaporkan sebagai posisi short dan protection seller
melaporkan sebagai posisi long kepada entitas referensi.
(2) Dalam perhitungan Risiko Umum atas Total Rate of Return
Swap tanpa pembayaran premi atau bunga secara periodik
sesuai kontrak swap, protection seller maupun protection buyer
tidak perlu menghitung dan mengalokasikan beban modal Risiko
Pasar.
Dalam hal Total Rate of Return Swap mempersyaratkan pertukaran
arus kas secara periodik (premi dan/atau bunga), protection
buyer melaporkan sebagai posisi long dengan skala waktu
sampai dengan jatuh tempo untuk suku bunga tetap dan sisa
waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga
berikutnya untuk suku bunga mengambang dan posisi short
atas aset keuangan referensi.
Sementara itu, protection seller melaporkan sebagai posisi
short dengan skala waktu sampai dengan jatuh tempo untuk
suku bunga tetap dan sisa waktu sampai dengan penyesuaian
136
151
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
tingkat bunga berikutnya untuk suku bunga mengambang
dan posisi long atas aset keuangan referensi.
d) Credit Linked Note (CLN)
(1) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer
melaporkan sebagai posisi short dan protection seller
melaporkan sebagai posisi long kepada entitas referensi.
Disamping itu, protection seller juga melaporkan posisi long
atas surat berharga yang diterbitkan protection buyer sebesar
nilai wajar dari CLN.
(2) Dalam perhitungan Risiko Umum, protection seller
melaporkan sebagai posisi long dan protection buyer
melaporkan sebagai posisi short atas surat berharga tersebut
sebesar nilai wajar dari CLN.
e) Derivatif Kredit dengan fitur first-to-default
(1) Dalam
perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer
melaporkan sebagai posisi short atas salah satu aset keuangan
referensi dari sekumpu lan aset keuangan referensi (basket of
underlying reference assets) yang menghasilkan perhitungan
beban modal untuk Risiko Spesifik dengan jumlah tertinggi.
(2) Selanjutnya, protection seller melaporkan sebagai posisi long
atas setiap aset keuangan referensi dari sekumpulan
aset keuangan referensi dengan jumlah maksimum beban
modal untuk Risiko Spesifik sebesar nilai notional dari
kontrak Derivatif Kredit.
Untuk Derivatif Kredit dengan fitur first-to-default, beban
modal dibentuk terhadap seluruh aset keuangan referensi yang
terdapat dalam sekumpulan aset keuangan. Hal ini berarti
bobot risiko dikenakan terhadap jumlah maksimum yang
harus dibayarkan dalam kontrak untuk masing-masing aset
keuangan referensi dimaksud.
Dalam hal jumlah perhitungan beban modal atas setiap aset
keuangan referensi lebih rendah dibandingkan dengan
perhitungan beban modal atas nilai notional dari
kontrak Derivatif Kredit, maka posisi yang
dilaporkan adalah posisi setiap aset keuangan referensi atau
posisi kontrak Derivatif Kredit yang menghasilkan
perhitungan beban modal tertinggi.
Contoh:
� Bank menerbitkan CLN sebesar Rp. 10 milyar dengan
3 aset referensi keuangan dalam bentuk surat berharga
yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. CLN yang
diterbitkan
bank
memenuhi
kriteria
kategori
Kualifikasi sehingga dapat dilkenakan bobot risiko 1
137
152
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
.6%. Perhitungan beban modal atas 3 aset keuangan referensi
tersebut adalah sebesar Rp. 0, yaitu Rp. 10 milyar x (3 x
0%) dan perhitungan beban modal atas CLN adalah
sebesar Rp. 0,1 6 milyar, yaitu Rp, 10 milyar x 1 .6%.
Dengan demikian, perhitungan beban modal yang
digunakan adalah sebesar Rp. 0,1 6 milyar.
� Bank menerbitkan CLN sebesar Rp. 10 milyar dengan
3 aset keuangan referensi dalam bentuk
tanpa peringkat yang diterbitkan oleh
komersial. Perhitungan beban modal atas 3
referensi tersebut adalah sebesar Rp.2,4
[(Rp. 10 milyar x (3 x 100%)) x 8%].
surat berharga
3 perusahaan
aset keuangan
milyar, yaitu
� Bank menerbitkan CLN sebesar Rp. 10 milyar dengan 1
3 aset keuangan referensi dalam bentuk surat berharga
tanpa peringkat yang diterbitkan oleh 13 perusahaan
komersial. Perhitungan beban modal atas 13 aset keuangan
referensi tersebut adalah maksimum sebesar beban modal
atas nilai notional dari CLN yaitu Rp. 10 milyar dan bukan
Rp. 10,4 milyar [(Rp. 10 milyar x (13 x 100%)) x 8%].
(3) Perhitungan Risiko Umum tidak berbeda dengan
Derivatif Kredit lainnya.
f) Derivatif Kredit dengan beberapa aset keuangan referensi
(1)
Dalam perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer
melaporkan sebagai posisi short dan protection seller
melaporkan sebagai posisi long kepada seluruh entitas referensi
secara proporsional.
(2) Dalam hal instrumen CLN memenuhi kategori
Kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Tabel 1, protection
buyer melaporkan sebagai posisi short dan protection seller
melaporkan sebagai posisi long atas surat berharga (CLN)
tersebut.
g) Protection buyer dapat menggunakan instrumen Derivatif Kredit
untuk melakukan saling hapus dengan aset keuangan referensi dalam
perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik sepanjang
memenuhi persyaratan berikut:
(1) Dalam hal nilai aset keuangan referensi dan instrumen Derivatif
Kredit selalu bergerak berlawanan arah dalam jumlah yang
relatif sama besar yang dapat terjadi jika:
(a) aset keuangan referensi identik dengan kewajiban
referensi; atau
(b) posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai
dengan oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit
(atau sebaliknya), dan terdapat kecocokan (match)
antara aset keuangan referensi dan kewajiban referensi
138
153
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
(kecuali dalam hal jangka waktu dimana jatuh tempo
kontrak Derivatif Kredit dapat lebih pendek dari aset
keuangan referensi),
maka Bank dapat melakukan saling hapus antara posisi aset
keuangan referensi dan posisi instrumen Derivatif Kredit
sehingga tidak perlu menghitung beban modal untuk Risiko
Spesifik.
(2) Dalam hal nilai dari aset keuangan referensi dan
instrumen Derivatif Kredit selalu bergerak berlawanan arah
dalam jumlah yang relatif tidak sama besar dengan kondisi
dimana:
(a) Posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai
oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit (atau
sebaliknya), dan terdapat kecocokan (match) antara aset
keuangan referensi dan kewajiban referensi dalam hal
syarat dan kondisi, jatuh tempo, serta jenis mata
uang;
(b) Definisi credit event dan mekanisme penyelesaian
transaksi, serta aspek-aspek penting lainnya dalam kontrak
Derivatif Kredit tidak menyebabkan pergerakan harga
instrumen Derivatif Kredit berbeda secara signifikan
dari pergerakan harga aset keuangan referensi; dan
(c) Kontrak Derivatif Kredit dapat mengalihkan risiko secara
efektif dimana tidak terdapat persyaratan dalam kontrak
yang dapat membatasi realisasi pembayaran proteksi,
maka Bank dapat melakukan saling hapus antara pos aset
keuangan referensi dan pos instrumen Derivatif Kredit sebesar
80% dalam perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik.
Saling hapus diterapkan dengan memperhitungkan beban
modal untuk Risiko Spesifik hanya sebesar 20% untuk satu
posisi, yaitu posisi aset keuangan referensi atau posisi
instrumen Derivatif Kredit yang menghasilkan perhitungan
beban modal untuk Risiko Spesifik terbesar, sementara beban
modal untuk posisi lain nya tidak akan diperhitungkan.
(3) Dalam hal nilai dari aset keuangan referensi dan
instrumen Derivatif Kredit umumnya bergerak berlawanan
arah yang dapat terjadi jika:
(a) posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai
oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit (atau
sebaliknya), dimana terdapat ketidaksesuaian (mismatch)
antara aset keuangan referensi dan kewajiban referensi
namun memenu hi persyaratan:
i.
kewajiban referensi bersifat sederajat (pari passu)
dengan atau bersifat yunior terhadap aset
keuangan referensi; dan
139
154
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
ii.
entitas referensi sama dengan obligor dari aset
keuangan referensi dan terdapat klausula dalam
kontrak Derivatif Kredit mengenai cross reference
yaitu cross default atau cross acceleration sesuai
ISDA Credit Derivatives Definitions yang berlaku.
(b) aset keuangan referensi identik dengan kewajiban
referensi, atau posisi long dari aset keuangan referensi
di lindung nilai oleh posisi short dari kontrak Derivatif
Kredit (atau sebaliknya) namun terdapat ketidaksesu aian
(mismatch) antara aset keuangan referensi dan
proteksi kredit dalam instrumen Derivatif Kredit dalam
hal jenis mata uang; atau
(c) posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai
oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit (atau
sebaliknya) dimana terdapat ketidaksesuaian (mismatch),
yaitu aset keuangan referensi serupa tapi tidak identik
dengan kewajiban referensi, namun aset keuangan referensi
termasuk salah satu kewajiban referensi dalam kontrak
Derivatif Kredit yang akan diserahkan kepada protection
seller dalam hal penyelesaian dilakukan secara fisik
(physical settlement),
maka Bank dapat melakukan saling hapus antara posisi aset
keuangan referensi dan posisi instrumen Derivatif Kredit
sebesar 50% dalam perhitungan beban modal untuk Risiko
Spesifik. Saling hapus diterapkan dengan memperhitungkan
beban modal untuk Risiko Spesifik hanya sebesar 50% untuk
satu posisi, yaitu posisi aset keuangan referensi atau instrumen
Derivatif Kredit yang menghasilkan perhitungan beban modal
untuk Risiko Spesifik terbesar, sementara beban modal untuk
posisi lainnya tidak akan diperhitungkan.
(4) Apabila kondisi sebagaimana pada angka (1), (2), dan (3)
tidak terpenuhi, maka Bank wajib menghitung dan mengalokasikan
beban modal untuk Risiko Spesifik atas posisi aset keuangan
referensi dan posisi instrumen Derivatif Kredit.
h) Protection buyer dapat menggunakan instrumen Derivatif Kredit
i)
dengan fitur first-to-default untuk melakukan saling hapus
dengan salah satu aset keuangan referensi dari sekumpulan aset
keuangan referensi, yaitu dengan aset keuangan referensi yang
menghasilkan perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik
terendah.
Dalam hal Bank melakukan proses saling hapus, maka Bank
wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh
proses saling hapus.
140
155
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
3. Perhitungan Risiko Nilai Tukar
a. Perhitungan Risiko Nilai Tukar dilakukan terhadap posisi valuta asing dalam
Trading Book dan Banking Book yang terekspos Risiko Nilai Tukar termasuk emas
dengan mengacu pada perhitungan Posisi Devisa Neto sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai posisi devisa neto. Posisi
terhadap emas diperhitungkan sama dengan valuta asing dengan pertimbangan
bahwa pergerakan harga emas hampir sama dengan pergerakan nilai tukar valuta
asing dan Bank memperlakukan transaksi emas sama dengan transaksi valuta
asing.
b. Posisi suatu instrumen yang memiliki denominasi dalam valuta asing selain terkena
Risiko Nilai Tukar, juga memungkinkan Bank terkena Risiko Suku Bunga (misalnya
untuk cross-currency swaps). Dalam kasus tersebut maka eksposur Risiko Suku
Bunga juga harus diperhitungkan sebagaimana dijelaskan dalam Bab.II.2
(Perhitungan Risiko Suku Bunga).
c. Perhitungan beban modal untuk Risiko Nilai Tukar dari posisi valuta asing
dibebankan sebesar 8% terhadap Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir
hari.
d. Dalam perhitungan Risiko Nilai Tukar, Bank dapat mengecualikan Posisi
Struktural dari perhitungan Posisi Devisa Neto sepanjang memenuhi seluruh
persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
mengenai posisi devisa neto.
1) Bila Bank memilih untuk mengecualikan Posisi Struktural tersebut maka
pengecualian tersebut harus dilakukan secara konsisten dan memperoleh
persetujuan dari Bank Indonesia.
2) Dalam rangka memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, Bank
wajib menyampaikan dokumen pendukung yang terkait dengan status dari
Posisi Struktural dan bukti pembukuan transaksi.
Contoh:
Posisi Struktural berupa aktiva tetap di luar negeri perlu didukung
antara lain dengan dokumen yang berupa bukti kepemilikan, bukti
pembayaran dan dokumen pembukuan.
3) Bank Indonesia dapat meminta tambahan dokumen kepada Bank untuk
memastikan kelayakan dari suatu Posisi Struktural yang akan dikecualikan
dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
4. Perhitungan Risiko Ekuitas
a. Perhitungan Risiko Ekuitas bagi Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak
dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan dalam Trading Book yang terekspos
Risiko Ekuitas, yang meliputi:
1)
Saham biasa (common stocks) dengan atau tanpa hak suara (voting rights),
surat berharga yang dapat dikonversi menjadi saham (convertible securities),
atau instrumen keuangan lainnya yang memiliki karakteristik seperti saham,
141
156
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
namun tidak termasuk penyertaan saham di Perusahaan Anak dan
penyertaan saham sementara dalam rangka penyelamatan kredit yang
diperlakukan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan modal Bank,
serta saham preferen yang tidak dapat di konversi (non-convertible
preference shares); dan
2)
Kontrak derivatif berbasis ekuitas yang merupakan kontrak future, forward,
swap, option, atau kontrak derivatif lainnya yang serupa dimana nilai
kontrak tersebut dipengaruhi oleh saham atau indeks saham yang
mendasari (underlying).
b. Dalam perhitungan Risiko Ekuitas, posisi kontrak derivatif berbasis ekuitas harus
dikonversi ke dalam posisi nosional komoditas (notional equity positions) yang
men dasari derivatif tersebut.
1)
Kontrak futures dan forward yang terkait dengan saham individual
dilaporkan berdasarkan nilai wajar dari saham tersebut;
2)
Kontrak futures yang terkait dengan indeks saham dilaporkan berdasarkan
nilai wajar dari portofolio saham yang mendasari kontrak futures tersebut;
Kontrak swap saham diperlakukan berdasarkan two leg approach, yaitu
sebagai 2 posisi nosional. Misalnya, swap saham dilaporkan sebagai posisi
long atas jumlah yang diterima Bank berdasarkan perubahan nilai dari suatu
saham atau indeks tertentu dan posisi short atas jumlah yang dibayar Bank
berdasarkan perubahan nilai dari saham atau indeks lain.
c. Dalam perhitungan Risiko Ekuitas, Bank dapat melakukan proses saling hapus
antara posisi long dan short apabila posisi tersebut identik sehingga
menghasilkan posisi ekuitas neto long atau short. Yang dimaksud dengan posisi
yang identik yaitu apabila terdapat kesamaan emiten dan pasar keuangan.
Contoh:
3)
Perusahaan Anak membeli saham PT. X di Bursa Efek Jakarta dan menjual kontrak
berjangka (forward) saham PT. X di Bursa Efek Jakarta. Posisi yang timbul dari ke 2
transaksi tersebut dapat saling hapus karena memenuhi syarat identik.
Dalam hal terdapat posisi long dan short yang identik sehingga dilakukan proses
saling hapus, maka posisi tersebut tidak perlu dilaporkan kepada Bank Indonesia,
tetapi Bank wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh proses
saling hapus.
d. Perhitungan beban modal untuk Risiko Ekuitas dalam Trading Book meliputi:
1) Risiko Spesifik dari posisi ekuitas bruto yang merupakan penjumlahan nilai
absolut dari posisi long dan short dari setiap instrumen keuangan yang
terekspos Risiko Ekuitas yang diterbitkan oleh setiap emiten di setiap pasar
keuangan (market by market basis).
Dalam hal instrumen keuangan yang terekspos Risiko Ekuitas
diperdagangkan di lebih dari satu pasar keuangan, maka instrumen
keuangan tersebut diperlakukan sebagai posisi di pasar keuangan di mana
instrumen keuangan dimaksud diperdagangkan secara utama (primary
listing).
2) Risiko Umum dari posisi ekuitas neto secara keseluruhan yang merupakan nilai
142
157
Lanjutan Lampiran
12
Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
absolut dari selisih antara jumlah posisi long dan jumlah posisi short dari setiap
instrumen keuangan yang terekspos Risiko Ekuitas di setiap pasar keuangan.
e. Perhitungan Risiko Spesifik
1)
Perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik dirancang untuk melindungi
Bank dari risiko kerugian akibat perubahan harga dari setiap instrumen
keuangan yang yang terekspos Risiko Ekuitas akibat faktor-faktor yang
berkaitan dengan emiten. Risiko yang terkait dengan pihak lawan dalam transaksi
tersebut diperhitungkan tersendiri dalam perhitungan risiko pihak lawan
(counterparty credit risk).
2)
Perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik adalah sebesar 8% (delapan
persen) dari posisi ekuitas bruto.
f. Perhitungan Risiko Umum
1)
Perhitungan beban untuk Risiko Umum dimaksudkan untuk melindungi Bank
dari risiko kerugian akibat perubahan faktor pasar.
2)
Perhitungan beban modal untuk Risiko Umum adalah sebesar 8% (delapan
persen) dari posisi ekuitas neto secara keseluruhan.
Contoh:
Perusahaan
A
B
C
D
E
Jumlah
Saham
10.000
2.000
15.000
5.000
10.000
20.000
Posisi
Long
Short
Short
Short
Short
Long
Harga pasar/ Harga pasar
saham
Rp. 100
Rp. 1.000.000
Rp. 100
Rp.
200.000
Rp. 200
Rp. 3.000.000
Rp. 400
Rp. 2.000.000
Rp. 100
Rp. 1.000.000
Rp. 200
Rp. 4.000.000
Saling hapus antara posisi long dan posisi short pada Perusahaan A, yaitu (1 0.000 x
Rp.100) – (2.000 x Rp.100) = Rp. 800.000 (Long)
Jumlah posisi long = Rp. 800.000 + Rp. 4.000.000 = Rp. 4.800.000
Jumlah posisi short = Rp. 3.000.000 + Rp. 2.000.000 + Rp. 1.000.000 =
Rp. 6.000.000
Risiko Spesifik = (Rp. 4.800.000 + Rp. 6.000.000) x 8% = Rp.
864.000 Risiko Umum = (Rp. 4.800.000 – Rp. 6.000.000) x 8% = Rp.
96.000 Risiko Ekuitas = Rp. 864.000 + Rp. 96.000 = Rp.960.000
Dari perhitungan tersebut, maka beban modal untuk Risiko Ekuitas adalah
sebesar Rp960.000,00 (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah).
g. Dalam hal kontrak forward, future, atau option tidak hanya berbasis saham, namun
juga suku bunga atau nilai tukar, maka Bank juga wajib menghitung beban
143
158
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
modal untuk Risiko Suku Bunga atau Risiko Nilai Tukar.
5. Perhitungan Risiko Komoditas
a. Perhitungan Risiko Komoditas bagi Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan
Anak dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan dalamTrading Book dan
Banking Book yang terekspos Risiko Komoditas yang antara lain meliputi kontrak
derivatif berbasis komoditas yang merupakan kontrak future, option, atau kontrak
derivatif lainnya yang serupa dimana nilai kontrak tersebut dipengaruhi oleh
komoditas atau indeks komoditas yang mendasari (underlying). Yang termasuk sebagai
komoditas antara lain produk fisik yang dapat diperdagangkan seperti produk
agrikultur, mineral (termasuk minyak), dan logam berharga (precious metal),
namun tidak termasuk emas.
b. Risiko Komoditas yang harus diperhitungkan mencakup:
1)
Directional risk, yaitu risiko yang timbul dari perubahan harga spot atas posisi
komoditas terbuka neto (net open positions), khususnya untuk posisi komoditas
dari transaksi perdagangan spot atau perdagangan fisik.
2)
3)
Basis risk, yaitu risiko yang timbul dari pergerakan harga yang tidak
berkorelasi sempurna antara komoditas yang serupa namun tidak identik,
yang antara lain dapat disebabkan oleh kualitas komoditas.
Forward gap risk dan interest rate risk, yaitu risiko yang timbul dari perubahan
harga forward yang disebabkan oleh perbedaan j angka waktu (maturity
mismatches);
c. Dalam perhitungan Risiko Komoditas, baik untuk posisi komoditas maupun
kontrak derivatif berbasis komoditas, Bank wajib:
1)
mengkonversi posisi bruto (yaitu penjumlahan posisi long dan short) untuk
setiap komoditas (yang diukur dalam barrel, kilogram, atau unit pengukuran
lainnya yang digunakan untuk komoditas) ke dalam satuan mata uang
berdasarkan harga pasar terkini dari setiap komoditas tersebut;
2) mengkonversi posisi kontrak derivatif berbasis komoditas ke dalam posisi
nosional komoditas (notional comodity positions) yang mendasari derivatif
tersebut berdasarkan harga pasar terkini dari setiap komoditas tersebut dan
sesuai jatuh tempo kontrak derivatif, khususnya apabila Bank menggunakan
Metode Jatuh Tempo (Maturity Ladder Approach).
a) Kontrak futures dan forward yang terkait dengan komoditas individual
dilaporkan sebesar jumlah nosional dalam unit pengukuran (misalnya
barrel atau kilogram) dikalikan dengan harga spot dari komoditas, dan
berdasarkan jatuh tempo kontrak derivatif;
b) Kontrak swap komoditas diperlakukan berdasarkan two leg approach, yaitu
sebagai 2 posisi nosional dimana satu leg merupakan harga tetap dan
leg lainnya merupakan harga pasar terkini. Setiap posisi dilaporkan
sebesar jumlah nosional dan dipetakan pada jenjang maturitas yang
sesuai. Bank melaporkan posisi long jika melakukan pembayaran secara
tetap dan menerima pembayaran secara tidak tetap (floating), dan posisi
144
159
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
short jika menerima pembayaran secara fixed dan melakukan pembayaran
secara tidak tetap (floating).
d. Dalam perhitungan Risiko Komoditas, Bank dapat melakukan proses saling hapus
antara posisi long dan short apabila bersifat identik, yaitu :
1) Komoditas yang men dasari sama; atau
2) Komoditas yang mendasari berbeda namun masuk dalam kelompok yang
sama
e.
Metode perhitungan yang dapat dilakukan untuk perhitungan Risiko Komoditas
adalah dengan menggunakan Metode Sederhana (Simplified Approach) atau Metode
Jatuh Tempo (Maturity Ladder Approach). Bank dapat menentukan pilihan terhadap 2
(dua) metode tersebut sepanjang dilakukan secara akurat dan konsisten.
f. Metode Sederhana (Simplified Approach)
Beban modal untuk Risiko Komoditas adalah sebesar penjumlahan dari
perhitungan berikut:
1) 15% dari posisi neto, baik long atau short, dari setiap posisi komoditas
untuk mengantisi pasi directional risk; dan
2) 3% dari posisi bruto (penjumlahan dari nilai absolut posisi long dan short) dari
setiap posisi komoditas untuk mengantisipasi basis risk, forward gap risk dan
interest rate risk.
g. Metode Jatuh Tempo (Maturity Ladder Approach)
1) Posisi dalam setiap jenis komoditas harus dilaporkan berdasarkan
skala waktu dalam jenjang maturitas (maturity ladder) yang terpisah sesuai
Tabel 5 berikut.
Tabel 5
Skala Waktu dan Spread Rate
Skala Waktu
<1
> 1–
> 3–
> 6–
bulan
3 bulan
6 bulan
12 bulan
> 1– 2 tahun
> 2– 3 tahun
>3 tahun
Spread Rate
1,5%
1,5%
1,5%
1,5%
1,5%
1,5%
1,5%
Posisi spot komoditas harus dipetakan dalam skala waktu < 1 < bulan.
Posisi kontrak derivatif berbasis komoditas dipetakan berdasarkan
jatuh tempo kontrak derivatif.
145
160
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
2)
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Beban modal untuk Risiko Komoditas adalah sebesar penjumlahan
dari perhitungan berikut:
a) 1,5 % (spread rate) dari jumlah posisi long dan posisi short yang matched
dalam setiap skala waktu;
b) 0,6% dari posisi residu (unmatched position) yang berasal dari setiap
skala waktu yang dikalikan dengan jumlah skala antara skala waktu
sebelumnya dengan skala waktu berikutnya; dan
c) 15% dari posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position).
Contoh:
Perusahaan Anak menyepakati kontrak futures beli dan jual
komoditas gula dengan jatuh tempo dan harga sebagai berikut:
Kontrak futures
Jatuh tempo
Beli
Jual
Beli
Jual
4 bulan
5 bulan
2,5 tahun
7 tahun
Skala waktu
< 1 bulan
> 1 – 3 bulan
> 3 – 6 bulan
> 6 – 12 bulan
> 1 – 2 tahun
> 2 – 3 tahun
Posisi
(Rp 000)
Long 800
Short 1.000
Harga
(dalam Rp. 000)
800
1.000
600
600
Perhitungan Beban Modal
[800 (Long) + 800 (Short)
(posisi matched)] x 1,5%
200 (Short) (posisi residu yang
tersisa) yang diperhitungkan ke
3 skala waktu berikutnya
yaitu skala waktu > 2- 3
tahun
200 X 3 x 0.6%
Long 600
[200 (Long) + 200 (Short)
(posisi matched)] x 1,5%
400 (Long) (posisi residu yang
tersisa) yang diperhitungkan ke
1 skala waktu berikutnya
yaitu skala waktu > 3 tahun
> 3 tahun
Short 600
400 X 1 x 0.6%
[400 (Long) + 400 (Short)
(posisi matched) x 1,5%
200 (posisi residu yang tersisa)
x15%
Total Beban Modal
24
3.6
6
2.4
12
30
78
146
161
Lampiran
Lanjutan 12
Lampiran 12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
3) Dalam hal kontrak forward, future, atau option tidak hanya berbasis
komoditas, namun juga suku bunga atau nilai tukar, maka Bank juga wajib
menghitung beban modal untuk Risiko Suku Bunga atau Risiko Nilai Tukar.
6. Pedoman Umum dan Perhitungan Risiko Pasar terhadap Transaksi Option
a. Ketentuan Umum
1) Bank yang melakukan transaksi option dengan tujuan trading atau
lindung nilai atas suatu instrumen tertentu yang berada dalam
Trading Book (misalnya surat berharga yang masuk dalam Trading
Book) wajib melaporkan posisi option beserta instrumen keuangan
yang mendasari dan melakukan perhitungan beban modal untuk Risiko
Pasar atas posisi option tersebut.
2) Perhitungan beban modal untuk Risiko Pasar terhadap transaksi option
dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
a) Metode Sederhana (Simplified Approach); atau
b) Pendekatan Intermediate (Intermediate Approach).
b. Metode Sederhana (Simplified Approach)
1) Metode Sederhana pada dasarnya digunakan hanya oleh Bank yang
melakukan transaksi pembelian option.
2) D alam Me tode S ede rh an a, h as il perhitu n gan be ban modal untuk
risiko option akan ditambahkan dengan perhitungan beban modal
untuk kategori risiko yang sama dengan instrumen yang mendasari,
misalnya Risiko Suku Bunga, Risiko Ekuitas, Risiko Nilai tukar, atau
Risiko Komoditas.
3) Perhitungan beban modal berdasarkan Metode Sede rhana adalah
sebagai berikut:
147
162
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
4) Bobot beban modal untuk risiko option adalah sebagai berikut:
148
163
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Contoh:
PT A (Perusahaan Anak dari Bank) memiliki 100 lembar saham PT X dalam rangka
kegiatan trading. Nilai pasar dari 1 lembar saham tersebut adalah Rp. 1 .000.000,00. Selain
itu, PT A juga memiliki opsi jual (put option) saham tersebut dengan strike price sebesar Rp.
1.100.000,00.
Perhitungan beban modal untuk posisi tersebut adalah sebagai berikut:
Rp. 16.000.000,001) – Rp. 10.000.000,002) = Rp.6.000.000,00
1) Rp 1 6.000.000,00 merupakan perkalian antara Nilai saham (100 lembar saham x Rp.
1.000.000,00 = Rp.1 00.000.000,00) dengan bobot beban modal untuk Risiko Ekuitas
(8% untuk Risiko Spesifik + 8% untuk Risiko Umum = 1 6%)
2) Rp. 10.000.000,00 merupakan selisih nilai option pada posisi in the money [(Rp.
1.100.000,00 – Rp. 1.000.000,00) x 100 lembar saham]
Metodologi perhitungan yang serupa juga berlaku untuk option dengan instrumen
keuangan yang terekspos Risiko Nilai Tukar, Risiko Suku Bunga, atau Risiko
Komoditas.
5)
Untuk transaksi option valuta asing, instrumen yang mendasari adalah aset
yang akan diterima apabila option dieksekusi. Dalam hal nilai wajar
dari suatu instrumen yang mendasari adalah nol (misalnya caps and floors,
swaptions), maka Bank harus menggunakan nilai notional dalam
perhitungan Risiko Pasar.
c. Pendekatan Intermediate (Intermediate Approach)
1) Umum
a) Bank yang melakukan transaksi penjualan option wajib menerapkan
Pendekatan Intermediate (Intermediate Approach) yang terdiri dari
149
164
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Pendekatan Delta-Plus (Delta Plus Approach) dan Pendekatan Analisis
Skenario (Scenario Analysis Approach).
b) Perhitungan beban modal untuk risiko option dengan Pendekatan
Intermediate meliputi perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik dan
Risiko Umum.
c) Beban modal untuk Risiko Spesifik dihitung dengan mengalikan
nilai delta ekuivalen dari setiap posisi option dengan bobot risiko yang
ditetapkan sesuai dengan kategori risiko dari instrumen yang mendasari
option. Perhitungan beban modal untuk Risiko Umum .
2) Pendekatan Delta-Plus (Delta-Plus Approach)
a) Bank yang melakukan transaksi penjualan option wajib paling kurang
menggunakan Pendekatan Delta-Plus dalam menilai posisi option.
Pendekatan ini menggunakan nilai delta ekuivalen dan parameter
sensitivitas atau “Greek letters” yang terkait dengan option untuk mengukur
Risiko Pasar. Nilai delta ekuivalen harus dilaporkan sebesar nilai wajar dari
instrumen yang mendasari dikalikan dengan nilai delta.
b) Bila nilai delta tidak tersedia di pasar, Bank dapat memperhitungkan nilai delta
dengan menggunakan option pricing model seperti standard Cox, Ross, Rubinstein
atau a Black and Scholes type algorithm atau model lain yang dapat
dibandingkan dan setara dengan algoritma.
c) Posisi option yang diperhitungkan dengan menggunakan nilai delta option
adalah seluruh posisi option Bank, yaitu posisi option yang diterbitkan Bank
(Bank sebagai writer) dan posisi option yang dibeli Bank (Bank sebagai
holder).
d) Seluruh atau sebagian posisi option sebagaimana dimaksud pada huruf c) dapat
saling hapus dengan posisi option lainnya sepanjang memenuhi persyaratan
berikut:
(1) memiliki underlying yang sama, yaitu mata uang yang sama;
(2) bersifat simetris dengan posisi option yang akan dilindung nilai.
Contoh posisi yang bersifat simetris adalah apabila Bank menerbitkan call
option (Bank sebagai writer) maka posisi simetris adalah posisi :
(a) pembelian call option (Bank sebagai holder); atau
(b) penjualan put option (Bank sebagai writer). Contoh:
Bank melakukan transaksi penjualan call option USD 50.000
dengan strike price Rp. 8.800,- yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X
(Bank sebagai writer). Sementara itu, Bank juga melakukan transaksi
penjualan
put option USD 40.000 dengan strike price Rp. 8.750,- yang akan jatuh
tempo pada 31 Juli 200X (Bank sebagai writer) dan transaksi pembelian call
option USD 20.000 dengan strike price Rp. 8.850,- yang akan jatuh tempo
pada 31 Juli 200X (Bank sebagai holder). Berdasarkan perhitungan nilai
delta, diasumsikan bahwa ketiga transaksi option tersebut masing-masi ng
memiliki nilai delta 0,5 , 0,6 dan 0,8. Dengan demikian, perhitungan risiko
option adalah sebagai berikut :
150
165
Lanjutan Lampiran
12
Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
0,5 x USD 50.000 = USD 25.000 (short)
0,6 x USD 40.000 = USD 24.000 (long)
0,8 x USD 20.000 = USD 16.000 (long)
USD 15.000 (long)
e)
f)
g)
Posisi long atau short yang timbul dari beberapa transaksi option (penjualan
call dan put option maupun pembelian call dan put option) dapat saling
hapus sepanjang bersifat identik, yaitu memiliki kesamaan dalam hal
instrumen yang mendasari (underlying instrument), tanggal pelaksanaan
(exercise date), harga yang disepakati (strike price), jenis option, serta jenis
mata uang.
Contoh:
Bank melakukan transaksi penjualan put option atas suku bunga JIBOR 3
bulan yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X. Sementara itu, Bank juga
melakukan transaksi pembelian put option atas suku bunga JIBOR 3 bulan
yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X. Mengingat kedua transaksi
yang menimbulkan posisi long dan short tersebut bersifat identik, maka
dapat dipastikan memiliki nilai delta yang sama sehingga dapat dilakukan
saling hapus.
Beban modal untuk Risiko Umum dihitung berdasarkan nilai delta
ekuivalen dari setiap option. Namun, karena nilai delta tidak cukup untuk
mencakup seluruh risiko yang terkait dengan posisi option, Bank juga wajib
mengukur sensitivitas gamma (mengukur tingkat perubahan delta) dan vega
(mengukur sensitivitas harga option terhadap perubahan volatilitas dari
instrumen yang mendasari option).
Bank yang men ggunakan Pendekatan Delta-Plus diwajibkan
menghitung risiko delta, risiko gamma, dan risiko vega untuk setiap
posisi option (termasuk posisi lindung nilai). Pengukuran beban modal
tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Perhitungan risiko delta
(a) Beban modal untuk risiko delta dihitung berdasarkan nilai delta
ekuivalen dengan surat berharga atau suku bunga sebagai
instrumen yang mendasari sesuai skala waktu suku bunga, yaitu
menggunakan pendekatan two-legged dengan cara yang sama
dengan pelaporan transaksi derivatif lainnya, yaitu posisi pada saat
kontrak berlaku dan posisi pada saat instrumen yang mendasari
jatuh tempo.
Contoh:
ï‚·
ï‚·
Pada bulan April, Bank membeli call option berjangka 2 bulan
dengan underlying suku bunga 3 bulan. Pada akhir April,
Bank melaporkan posisi long dan short masingmasing dengan
jangka waktu 5 dan 2 bulan sesuai nilai delta ekuivalen.
Pada bulan April, Bank membeli call option atas surat
berharga yang akan diserahkan dalam jangka waktu 5 bulan.
Pada akhir April, Bank melaporkan posisi long dengan jangka
151
166
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
ï‚·
waktu sesuai surat berharga dan posisi short dengan jangka
waktu 5 bulan sesuai nilai delta ekuivalen.
Pada bulan April, Bank menjual call option berjangka 2 bulan
dengan underlying suku bunga 3 bulan. Pada akhir April bank
melaporkan posisi long dan short masingmasing dengan
jangka waktu 2 dan 5 bulan sesuai nilai delta ekuivalen.
(b) Beban modal untuk option atas posisi nilai tukar d an e m as
din i l ai be r d as ar k a n n il ai de lta ekuivalen yang mengacu
pada perhitungan
Risiko Nilai Tukar.
(c) Beban modal untuk option saham dinilai berdasarkan nilai delta
ekuivalen yang mengacu pada perhitungan Risiko Ekuitas. Untuk
tujuan perhitungan tersebut, pasar keuangan di setiap negara
akan diperlakukan sebagai underlying yang berbeda.
(d) Beban modal untuk option komoditas dinilai berdasarkan nilai
delta ekuivalen yang mengacu pada perhitungan Risiko
Komoditas.
(2) Perhitungan risiko gamma
(a) Perhitungan risiko gamma untuk setiap posisi option adalah sebagai
berikut:
Gamma impact = 1/2 x Gamma x VU²
VU = perubahan/variasi dari instrumen yang mendasari option
(b) VU dihitung sebagai berikut:
i. Untuk option suku bunga, apabila instrument yang mendasari adalah
surat berharga, maka nilai wajar dari instrumen tersebut dikalikan
dengan bobot risiko sesuai Tabel .2
ii. Untuk option valuta asing, nilai wajar dari instrumen yang mendasari
dikalikan 8%;
iii. Untuk option saham dan indeks saham, nilai wajar dari instrumen yang
mendasari dikalikan 8%;
iv. Untuk option komoditas, nilai wajar dari instrumen yang mendasari
dikalikan 15%.
(c) Untuk tujuan perhitungan tersebut, posisi-posisi berikut harus diperlakukan
sebagai option yang memiliki underlying yang sama:
i. Untuk suku bunga: setiap skala waktu.
ii. Untuk valuta asing: setiap jenis valuta asing;
iii. Untuk saham dan indeks saham: setiap pasar keuangan;
iv. Untuk komoditas: setiap jenis komoditas
(d) Setiap option dengan underlying kategori risiko yang sama akan menghasilkan
perhitungan risiko gamma yang bernilai positif atau negatif. Hasil perhitungan
152
167
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
risiko gamma dalam setiap kategori risiko tersebut dijumlahkan
sehingga menghasilkan angka risiko gamma neto untuk setiap kategori
risiko baik bernilai positif atau negatif. Selanjutnya, hanya angka risiko
gamma neto yang bernilai negatif dari setiap kategori risiko yang
dikenakan perhitungan beban modal.
(e) Total beban modal untuk risiko gamma merupakan penjumlahan
atas nilai absolut dari angka risiko gamma neto yang bernilai negatif.
(3) Perhitungan risiko vega
(a) Risiko vega merupakan risiko pergeseran volatilitas dari underlying
secara proporsional sebesar ± 25%. Dalam perhitungan risiko vega, Bank
wajib menghitung beban modal dengan mengalikan jumlah vega dari
seluruh option dengan underlying yang sama dengan pergeseran secara
proporsional dari asumsi sebesar ± 25%. Setiap option dengan underlying
yang sama akan menghasilkan perhitungan vega yang bernilai positif atau
negatif. Angka vega tersebut dijumlahkan sehingga menghasilkan angka
neto vega untuk setiap underlying baik bernilai positif atau negatif.
(b) Total beban modal untuk risiko vega merupakan penjumlahan atas nilai absolut
dari angka neto vega yang diperoleh dari perhitungan untuk setiap
option.
Contoh:
Volatilitas dari underlying sebesar 20% sedangkan hasil
perhitungan vega sebesar 1,68. Dengan pergeseran proporsional sebesar
25%, maka perhitungan beban modal untuk risiko vega adalah sebagai
berikut:
51) x 1,68 = 8,4
1)
Terdapat peningkatan volatilitas sebesar 5% yaitu dari 20% ke 25%
3) Pendekatan Analisis Skenario (Scenario Analysis Approach)
a) Bank dengan aktivitas transaksi option eksotis yang tinggi, atau memiliki
strategi perdagangan option yang kompleks atau Bank yang telah
menggunakan Model Internal namun belum dapat menggunakan model
tersebut untuk mengukur risiko option wajib menggunakan metode
pengukuran dan pemantauan risiko option yang lebih komprehensif. Bank
wajib mengukur beban modal untuk risiko option serta posisi lindung nilai yang
terkait dengan menggunakan Pendekatan Analisis Skenario berdasarkan Matriks
Skenario (Scenario Matrix Analysis). Dalam hal ini, Bank wajib menerapkan
manajemen Risiko Pasar yang memadai dan skenario telah melalui proses
validasi oleh pihak intern yang independen.
b) Pendekatan Analisis Skenario menggunakan teknik simulasi untuk
mengukur perubahan nilai portofolio option karena perubahan tingkat dan
volatilitas instrumen keuangan yang mendasari. Dengan pendekatan ini,
beban modal untuk Risiko Umum ditetapkan berdasarkan skenario
“grid” (yaitu kombinasi dari perubahan faktor risiko yang mendasari option
dan volatilitas dari faktor risiko tersebut) yang mengakibatkan kerugian
terbesar. Bank harus menginformasikan kepada Bank Indonesia mengenai
153
168
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
latar belakang penetapan metode pengukuran volatilitas.
c) Pengukuran
berdasarkan:
volatilitas
dapat
dilakukan
dengan
2
metode,
yaitu
(1) estimasi dari data historis sekurang-kurangnya 1 tahun (250 hari
kerja). Estimasi dapat dilakukan menggunakan skim pembobotan
(weighting scheme) seperti equal weight atau exponential weight.
(2) implied volatility dari model penetapan harga option (option pricing model).
d) Pendekatan Analisis Skenario dilakukan dengan menetapkan suatu
kisaran tertentu dari perubahan faktor risiko dalam portofolio option dan
menghitung perubahan nilai portofolio option pada setiap sel dalam
matriks. Matriks yang berbeda akan ditetapkan untuk setiap faktor ri s i ko.
e) Dimensi pertama dari Matriks Skenario ditetapkan berdasarkan perubahan
harga/suku bunga dari instrumen yang mendasari option, yang dapat
mempengaruhi harga option dan/atau posisi lindung nilai yang terkait. Tingkat
perubahan harga/suku bunga, harga ekuitas, nilai tukar, dan harga
komoditas sekurang-kurangnya dibagi ke dalam 7 skenario (termasuk
skenario tingkat suku bunga dan/atau harga saat ini) dengan interval yang
sama. Option dan posisi lindung nilai yang terkait akan dievaluasi
berdasarkan berbagai skenario perubanan suku bunga dan/atau harga
tersebut, yaitu skenario perubahan dalam kisaran di atas maupun di bawah
suku bunga dan/atau harga saat ini.
(1) Untuk option berbasis suku bunga, kisaran perubahan suku
bunga adalah -1 % sampai +1 %;
(2) Untuk option berbasis ekuitas, kisaran perubahan harga saham
adalah - 8% sampai + 8%;
(3) Untuk option berbasis nilai tukar, kisaran perubahan nilai tukar dan
emas adalah - 8% sampai + 8%; dan
(4) Untuk option berbasis komoditas, kisaran perubahan harga komoditas
adalah - 15% sampai + 1 5%.
f)
Dimensi kedua dari matriks mencakup perubahan volatilitas dari suku
bunga atau harga dari instrumen yang mendasari option yang dapat
mempengaruhi harga option. Dalam hal ini, perubahan volatilitas dari suku
bunga atau harga ditetapkan sebesar + 25% dan - 25%. Apabila
dipandang perlu, Bank Indonesia dapat mempersyaratkan Bank untuk
menggunakan perubahan volatilitas yang berbeda.
154
169
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Matriks Skenario Faktor Risiko Suku Bunga
Matriks Skenario Faktor Risiko Ekuitas dan Nilai Tukar (termasuk emas)
Matriks Skenario Faktor Risiko Komoditas
155
170
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
g) Untuk tujuan menghitung beban modal, Bank harus menggabungkan
transaksi option dengan underlying yang sama, serta melakukan penilaian
kembali (revaluasi) posisi portofolio option terhadap perubahan
faktor risiko mendasari option dan volatilitas faktor risiko tersebut
secara simultan dengan menggunakan matriks tersebut. Revaluasi
berdasarkan berbagai skenario dalam matriks tersebut akan menghasilkan data
keuntungan atau kerugian neto dalam setiap sel.
h) Beban modal untuk risiko option adalah sebesar jumlah kerugian terbesar
yang dihasilkan oleh suatu skenario dalam matriks.
i)
Selain terekspos risiko delta, gamma, dan vega, transaksi option juga terekspos
pada risiko lainnya, yaitu risiko rho (tingkat perubahan harga option yang
terkait dengan suku bunga) dan risiko theta (tingkat perubahan harga
option yang terkait dengan waktu). Bank yang melakukan transaksi
option dalam jumlah yang signifikan wajib melakukan pemantauan
terhadap risiko rho dan theta tersebut.
III. PERHITUNGAN ASPEK RISIKO PASAR DENGAN METODE STANDAR
1.
Umum
a. Bank wajib menggunakan Metode Standar dalam perhitungan aspek
Risiko Pasar dan memenuhi standar minimum yang diatur dalam
Pedoman ini secara konsisten. Bank dapat menggunakan Internal Model
hanya dalam rangka keperluan internal khususnya penerapan
manajemen risiko.
b. Perhitungan Risiko Suku Bunga dilakukan terhadap posisi Bank yang
diklasifikasikan sebagai Trading Book sedangkan perhitungan Risiko Nilai
Tukar dilakukan terhadap posisi Bank yang diklasifikasikan sebagai
Trading Book maupun Banking Book.
c. Pengelompokkan instrumen keuangan ke dalam Trading Book atau
Banking Book harus dilakukan secara konsisten.
d. Dalam perhitungan Risiko Pasar seluruh posisi dalam Trading Book
(termasuk lindung nilai atas Trading Book) wajib dilakukan proses mark
to market setiap hari.
e. Proses mark to market sebagaimana dimaksud dalam huruf d dilakukan
dengan menggunakan nilai pasar sebagai berikut:
1)
nilai pasar (market value) instrumen keuangan yang
diperdagangkan di pasar sekunder misalnya BES, NASDAQ, Dow
Jones, Nikkei, Han Seng, Bloomberg dan Reuters;
2)
apabila nilai pasar sebagaimana dimaksud dalam angka 1) tidak
156
171
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
tersedia maka digunakan nilai pasar sekunder yaitu nilai pasar
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) yang terbentuk dari
transaksi yang terjadi paling lama dalam 10 (sepuluh) hari kerja
terakhir;
3)
apabila nilai pasar sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan 2)
tidak tersedia maka digunakan rata-rata quotation dari minimal 2
(dua) market maker atau broker.
f. Dalam hal nilai pasar tidak tersedia untuk melakukan proses mark to
market sebagaimana dimaksud dalam huruf e maka penilaian posisi Bank
dilakukan dengan menggunakan:
1)
metode present value dalam jangka waktu sampai dengan 30 (tiga
puluh) hari;
2)
metode present value dan faktor deflator dalam jangka waktu
setelah 30 (tiga puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun.
g. Dalam hal setelah jangka waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam huruf f angka 2) nilai pasar tetap tidak tersedia maka Bank wajib
memindahkan posisi Trading Book ke Banking Book.
h. Dalam hal tidak tersedia nilai pasar dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam huruf g namun Bank akan menggunakan
instrumen keuangan surat berharga sebagai agunan dalam rangka
memperoleh Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) maka instrumen
keuangan tersebut tetap dibukukan dalam Trading Book dengan
menggunakan metode sebagaimana dimaksud dalam huruf f angka 2).
i. Dalam penggunaan metode present value sebagaimana dimaksud dalam
huruf f, Bank harus menentukan terlebih dahulu tingkat diskonto
(discount rate) yang akan digunakan secara prudent berdasarkan
observasi terhadap instrumen-instrumen yang tersedia di pasar yang
dapat digunakan sebagai benchmark, misalnya SBI, Obligasi Rekap, serta
Surat Utang Negara lainnya.
j. Posisi Trading Book adalah seluruh posisi perdagangan Bank (proprietary
position) pada instrumen keuangan dalam neraca dan rekening
administratif serta transaksi derivatif yang:
1)
dimaksudkan untuk dimiliki dan dijual kembali dalam jangka
pendek;
2)
dimiliki untuk tujuan memperoleh keuntungan jangka pendek dari
perbedaan secara aktual dan atau potensial atas nilai jual dan nilai
beli atau dari harga lain atau dari perbedaan suku bunga;
3)
timbul dari kegiatan perantaraan (brokering) dan kegiatan
pembentukan pasar (market making);atau
157
172
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
4)
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
diambil untuk kegiatan lindung nilai (hedging) komponen Trading
Book lain.
k. Instrumen di bawah ini yang dibukukan sebagai Trading Book atau bukan
Trading Book (Banking Book), antara lain:
1)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dimiliki Bank tidak
diperhitungkan dalam Risiko Pasar walaupun berdasarkan tujuan
kepemilikan (intention) SBI tersebut termasuk kategori Trading
Book;
2)
Obligasi Syariah tidak termasuk dalam Trading Book kecuali untuk
tujuan kebutuhan likuiditas;
3)
Efek utang yang memiliki opsi untuk menjadi efek ekuitas yang
dimiliki Bank misalnya Convertible Bonds tidak diperhitungkan
sebagai komponen eksposur Risiko Pasar, mengingat posisi ini
termasuk dalam definisi penyertaan Bank;
4)
Posisi dalam Trading Book yang digunakan untuk lindung nilai
(hedging) posisi dalam Banking Book tidak termasuk dalam
Trading Book, contohnya transaksi Swaps untuk lindung nilai posisi
dalam Banking Book. Berkaitan dengan hal tersebut, posisi lindung
nilai harus diidentifikasi dengan jelas pada saat transaksi;
5)
Surat berharga yang mengandung instrumen derivatif yang
melekat (Embedded Derivative) misalnya obligasi yang
mengandung
call/put
option
dan
dimaksudkan
untuk
diperdagangkan (Trading Book) diperhitungkan dalam risiko pasar;
6)
Surat-surat berharga yang dimiliki Bank dalam portofolio “Tersedia
Untuk Dijual” (Available For Sale) termasuk dalam Trading Book;
7)
Surat berharga yang dijual melalui proses Repurchase Agreements
(Repos) termasuk dalam Trading Book mengingat surat berharga
tersebut digunakan sebagai agunan;
8)
Transaksi forward beli surat berharga secara outright yang
merupakan kontrak berjangka pembelian dari transaksi penjualan
surat berharga yang sama secara outright, termasuk dalam
Trading Book.
2.
Perhitungan Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
a. Ketentuan Umum
1)
Perhitungan Risiko Suku Bunga dilakukan terhadap posisi efek
utang (debt securities) dan instrumen lain yang terkait dengan
suku bunga yang tercatat dalam Trading Book, yang meliputi:
158
173
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
a) Seluruh efek utang dengan suku bunga tetap atau
mengambang dan seluruh instrumen yang memiliki
karakteristik yang sejenis, termasuk sertifikat deposito yang
dapat diperdagangkan (Negotiable Certificates of Deposits) dan
surat-surat berharga yang dijual oleh Bank dengan syarat dibeli
kembali (Repo/Securities Lending);
b) Instrumen derivatif yang terkait dengan surat-surat berharga
atau suku bunga antara lain Bond Forward, Bond Option,
Interest Rate Swap, Cross Currency Swaps, Foreign Exchange
Forward, Interest Rate Options, dan Forward Rate
Agreements/FRAs.
2)
Perhitungan kebutuhan modal minimum dilakukan terhadap 2
(dua) faktor risiko yaitu:
a) Risiko Spesifik (Specific Risk) dari setiap efek atau instrumen,
tanpa memperhatikan posisi long atau posisi short. Dengan
demikian proses saling hapus (offset) tidak dimungkinkan
kecuali posisi tersebut bersifat identik;
b) Risiko Umum (General Market Risk) dari keseluruhan portofolio,
dimana posisi long atau posisi short dalam efek atau instrumen
yang berbeda dapat dilakukan saling hapus.
3)
Nilai pasar surat berharga yang digunakan dalam perhitungan
Risiko Spesifik dan Risiko Umum adalah dirty price, yaitu nilai
pasar surat berharga (clean price) ditambah dengan present value
dari pendapatan bunga yang akan diterima (accrued interest).
Dalam perhitungan Risiko Spesifik, nilai pasar surat berharga
(clean price) tersebut dikurangi pula dengan cadangan khusus
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) untuk Surat
Berharga dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar,
Diragukan atau Macet. Present value atas accrued interest dapat
tidak dilakukan apabila berdasarkan jangka waktu pembayaran
kupon nilai present value tidak menimbulkan perbedaan yang
material.
b. Perhitungan Risiko Spesifik (Specific Risk)
1)
Perhitungan kebutuhan modal terhadap Risiko Spesifik dirancang
untuk melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan
harga dari setiap instrumen yang dimiliki dengan memperhatikan
faktor kredibilitas dari penerbit instrumen (issuer).
2)
Dalam perhitungan Risiko Spesifik, Bank hanya dapat melakukan
proses saling hapus terhadap posisi long atau posisi short apabila
posisi tersebut identik. Yang dimaksud dengan posisi yang identik
dalam transaksi surat berharga dan transaksi derivatif,
159
174
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
yaitu apabila terdapat kesamaan penerbit (issuer), coupon rate,
jatuh tempo, jenis valuta, call features, dan hal lainnya.
3)
Dalam hal terdapat posisi long dan short yang identik maka posisi
tersebut tidak perlu dilaporkan kepada Bank Indonesia, tetapi
Bank wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh
proses saling hapus (off setting).
4)
Pembebanan Risiko Spesifik dibagi dalam 6 (enam) kategori
pembobotan seperti pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6
Penerbit
1. Pemerintah
2. Kualifikasi (Qualifying)
a. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh
tempo kurang dari atau sama dengan 6 bulan.
b. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh
tempo antara 6 bulan sampai dengan 24
bulan.
c. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh
tempo lebih dari 24 bulan.
d. diterbitkan oleh Bank dengan jangka waktu
awal (original maturity) kurang dari 24 bulan
dan tidak memiliki rating.
3. Lainnya
Bobot
0,00%
0,25%
1,00%
1,60%
1,60%
8,00%
a) Yang termasuk kategori Pemerintah adalah seluruh instrumen
yang dikeluarkan Pemerintah seperti Surat Utang Negara yang
meliputi Obligasi Negara dan Surat Perbendaharaan Negara.
Instrumen tersebut akan memperoleh bobot 0% untuk Risiko
Spesifik apabila:
(1)
dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat Republik Indonesia
atau Bank Indonesia;
(2)
dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang
dikeluarkan oleh Pemerintah atau Bank Sentral dari
negara-negara lain dan diterbitkan dalam mata uang
lokal negara penerbit, yang pendanaannya oleh Bank
pelapor menggunakan mata uang yang sama.
b) Yang termasuk kategori Kualifikasi (Qualifying) adalah:
(1)
Surat-surat berharga yang dikeluarkan, dijamin, atau
dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh
160
175
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Pemerintah Daerah, lembaga non departemen dan
BUMN;
(2)
Surat-surat berharga yang dikeluarkan, dijamin, atau
dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh Bank
pembangunan multilateral, seperti International Bank
for Reconstruction and Development (IBRD), InterAmerican Development Bank, Asian Development Bank
(ADB), International Finance Corporation (IFC),
European
Investment
Bank
(EIB),
Islamic
Development Bank (IDB), Council of Europe Social
Development Fund (Council of Europe Resettlement
Fund),
Nordic
Investment
Bank,
Caribbean
Development Bank, European Bank for Reconstruction
and Development (EBRD), European Investment Fund,
Inter-American Investment Corporation dan African
Development Bank (AfDB);
(3)
Surat-surat berharga yang diterbitkan oleh Bank
dengan jangka waktu awal (original maturity) kurang
dari 2 (dua) tahun dan tidak memiliki peringkat,
misalnya Negotiable Certificate Deposit (NCD);
(4)
Surat-surat berharga yang diterbitkan pihak selain
sebagaimana dimaksud dalam huruf a) dan huruf b)
angka (1),(2) dan (3) yang memenuhi kriteria:
(a) Memiliki peringkat investasi (investment grade)
dari sekurang-kurangnya 2 (dua) lembaga
pemeringkat sebagaimana terdapat dalam
Lampiran 3; atau
(b) Memiliki peringkat investasi (investment grade)
dari 1 (satu) lembaga pemeringkat sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran 3 dan 1 (satu)
lembaga pemeringkat yang setara berdasarkan
persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.
(c)
Peringkat yang bersifat local scale/ national scale
dari lembaga pemeringkat sesuai Lampiran 3
hanya dapat digunakan untuk Surat-surat
berharga yang diterbitkan oleh perusahaan lokal
dalam mata uang Rupiah.
Yang dimaksud peringkat yang bersifat local scale/
national scale adalah peringkat yang dikeluarkan oleh
lembaga pemeringkat dengan membandingkan suratsurat berharga tersebut dengan surat-surat berharga
sejenis di pasar lokal, tanpa memperhitungkan country
161
176
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
risk.
c) Lainnya
Surat-surat berharga yang tidak termasuk kategori Pemerintah
dan Kualifikasi dicatat dalam kategori Lainnya.
5)
Pos Tagihan Derivatif yang timbul dari instrumen suku bunga (efek
utang) dalam neraca Bank tetap terkena perhitungan ATMR untuk
Risiko Kredit sesuai ketentuan yang berlaku meskipun instrumen
derivatif yang mendasari timbulnya pos tersebut telah
diperhitungkan dalam risiko spesifik. Hal ini mengingat risiko
spesifik memperhitungkan kredibilitas penerbit, sedangkan pos
tagihan derivatif merupakan counterparty credit risk.
c. Perhitungan Risiko Umum (General Market Risk)
1)
Perhitungan kebutuhan modal untuk Risiko Umum dimaksudkan
untuk melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan
dalam suku bunga pasar.
2)
Risiko Umum dikenakan terhadap posisi surat-surat berharga dan
instrumen derivatif yang terkait dengan surat berharga atau suku
bunga dan tercatat pada Trading Book.
3)
Metode perhitungan yang dapat dilakukan untuk perhitungan
Risiko Umum adalah dengan menggunakan Metode Jatuh Tempo
(Maturity Method) atau Metode Jangka Waktu (Duration Method).
Bank dapat menentukan pilihan terhadap 2 (dua) metode tersebut
sepanjang dilakukan secara konsisten dan akurat. Bagi Bank yang
menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration Method),
manajemen Bank harus dapat memastikan bahwa organisasi Bank
memiliki kapasitas untuk menerapkan metode tersebut dengan
berdasarkan prinsip kehati-hatian.
4)
Bank harus memberitahukan secara tertulis kepada Direktorat
Pengawasan Bank terkait atau Kantor Bank Indonesia setempat
apabila Bank akan menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration
Method) dalam perhitungan Risiko Umum.
5)
Bank yang menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration
Method), dalam pemberitahuan secara tertulis sebagaimana
dimaksud dalam angka 4) harus dilengkapi dokumen dan informasi
yang mencakup:
a) kebijakan dan prosedur pelaksanaan Metode Jangka Waktu
(Duration Method);
b) instrumen yang dihitung dengan Metode Jangka Waktu
(Duration Method);
162
177
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
c) sistem yang mendukung pelaksanaan prosedur perhitungan;
d) proses dan
perhitungan;
prosedur
pengendalian
terhadap
metode
e) penilaian secara independen oleh satuan kerja lain terhadap
metode perhitungan Risiko Pasar yang digunakan.
6)
Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap Metode
Jangka Waktu (Duration Method) yang digunakan Bank untuk
memastikan kebenaran dokumen dan informasi sebagaimana
dimaksud dalam angka 5).
7)
Perhitungan beban modal dalam Risiko Umum dilakukan dengan
menjumlahkan 4 (empat) komponen sebagai berikut:
a) Suatu proporsi yang terkecil antara posisi long dan short yang
matched pada setiap skala waktu (vertical disallowance);
b) Suatu proporsi yang terbesar antara posisi long dan short yang
matched dari keseluruhan skala waktu (horizontal
disallowance);
c) Posisi net short atau net long dari seluruh Trading Book yang
telah dibobot;
d) Pembebanan atas matched option position (net).
8)
Metode Jatuh Tempo (Maturity Method)
a) Posisi long dan short dari seluruh posisi surat-surat berharga
dan instrumen derivatif dipetakan ke dalam jenjang maturitas
(maturity ladder) yang terdiri dari 13 atau 15 skala waktu (time
band) sebagaimana tercantum dalam Tabel 7 sesuai dengan
suku bunga/ kupon instrumen. Yang dimaksud dengan jenjang
maturitas
adalah
tabel
yang
disusun
berdasarkan
pengelompokkan sisa jatuh tempo atau jangka waktu sampai
dengan penetapan suku bunga berikutnya dari suatu surat
berharga atau instrumen derivatif.
Tabel 7
Skala Waktu dan Bobot Risiko (Maturity Method)
Skala Waktu
Kupon > 3%
Kupon < 3%
Bobot
Risiko
(%)
< 1 bulan
> 1 – 3 bulan
< 1 bulan
> 1 – 3 bulan
0
0.2
163
178
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
> 3 – 6 bulan
> 6 – 12 bulan
> 3 – 6 bulan
> 6 – 12 bulan
0.4
0.7
> 1 – 2 tahun
> 2 – 3 tahun
> 3 – 4 tahun
> 1 – 1,9 tahun
> 1,9– 2,8 tahun
> 2,8– 3,6 tahun
1.25
1.75
2.25
> 4 – 5 tahun
> 5 – 7 tahun
> 7 – 10 tahun
> 10 – 15 tahun
> 15 – 20 tahun
> 20 tahun
> 3,6– 4,3 tahun
> 4,3– 5,7 tahun
> 5,7– 7,3 tahun
> 7,3– 9,3 tahun
> 9,3–10,6tahun
> 10,6–12 tahun
> 12 – 20 tahun
> 20 tahun
2.75
3.25
3.75
4.50
5.25
6.00
8.00
12.50
b) Instrumen bersuku bunga tetap (fixed) dialokasikan sesuai
dengan sisa jatuh tempo, sedangkan instrumen bersuku bunga
mengambang (variable) dialokasikan sesuai dengan jangka
waktu sampai dengan saat penetapan suku bunga berikutnya
(next repricing date).
c) Proses perhitungan beban modal dengan metode ini dilakukan
sebagai berikut:
(1)
Vertical Disallowance, yaitu:
Perhitungan posisi matched dalam setiap skala waktu
dikalikan dengan bobot beban modal, yaitu sebesar
10%. Perhitungan posisi matched tersebut dilakukan
dengan mempertemukan (matching) antara posisi short
dan posisi long dalam setiap skala waktu, dimana posisi
terkecil merupakan posisi matched. Selisih dari matching
tersebut merupakan posisi residu (unmatched position),
baik long maupun short.
(2)
Horizontal Disallowance, yaitu:
(a) Dalam setiap zona (zona 1, zona 2, dan zona 3).
Perhitungan posisi matched dalam setiap zona
dikalikan dengan bobot beban modal, yaitu sebesar
40% untuk zona 1, 30% untuk zona 2, dan 30%
untuk zona 3 sesuai Tabel 8. Perhitungan posisi
matched
tersebut
dilakukan
dengan
mempertemukan (matching) antara posisi residu
(unmatched position) long dan short dari seluruh
skala waktu, dimana posisi terkecil merupakan
posisi matched dari zona tersebut. Selisih dari
proses matching tersebut merupakan posisi residu
164
179
Lampiran
12
Lanjutan Lampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
(unmatched position), baik long maupun short dari
zona tersebut.
(b) Antar Zona (zona 1 dan 2; zona 2 dan 3; serta
zona 1 dan 3)
Perhitungan posisi matched antar zona dikalikan
dengan bobot beban modal, yaitu 40% untuk zona
1 dan 2 dan 40% untuk zona 2 dan 3, serta 100%
untuk zona 1 dan 3 sesuai Tabel 8.
Antar Zona 1 dan 2
Perhitungan posisi matched dilakukan dengan
mempertemukan (matching) antara posisi residu
(unmatched position) long dan short dari zona 1
dan zona 2 tersebut diatas, dimana posisi terkecil
merupakan posisi matched antara zona 1 dan 2.
Selisih dari proses matching tersebut merupakan
posisi residu yang tersisa (remaining unmatched
position) dalam zona 1 dan zona 2, baik long
maupun short.
Antar Zona 2 dan 3
Perhitungan posisi matched dilakukan dengan
mempertemukan (matching) antara posisi long dan
short dari posisi residu yang tersisa (remaining
unmatched position) dari zona 2 dengan posisi
residu (unmatched position) dari zona 3, dimana
posisi terkecil merupakan posisi matched antara
zona 2 dan 3. Selisih dari proses matching tersebut
merupakan posisi residu yang tersisa (remaining
unmatched position) dalam zona 3, baik long
maupun short.
Antar Zona 1 dan 3
Perhitungan posisi matched dilakukan dengan
mempertemukan (matching) antara posisi residu
yang tersisa (remaining unmatched position) long
dan short dari zona 1 dan zona 3, dimana posisi
terkecil merupakan posisi matched antara zona 1
dan 3. Selisih dari proses matching antara zona 1
dan 3 tersebut merupakan posisi residu yang
tersisa (remaining unmatched position) dari seluruh
proses matching antar zona.
165
180
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Tabel 8
Horizontal Disallowance
Zona
Skala Waktu
Zona 1
<
>
>
>
Zona 2
Zona 3
(3)
1
1
3
6
bulan
– 3 bulan
– 6 bulan
– 12 bulan
> 1 –
tahun
> 2 –
tahun
> 3 –
tahun
Dalam
zona
Antar
Zona
Berurutan
Antar Zona
1 dan Zona
3
40%
40%
2
3
30%
100%
4
> 4 –
5
tahun
> 5 –
7
tahun
>
7
–10
tahun
>
10–15
tahun
>
15–20
tahun
> 20 tahun
40%
30%
Overall Net Open Position, yaitu:
Perhitungan posisi residu yang tersisa (remaining
unmatched position) baik long atau short dari seluruh
proses matching antar zona sesuai uraian angka (2)
dikalikan dengan bobot beban modal sebesar 100%.
(4)
Pembebanan atas matched option position (net) sebesar
30%. Matched option position (net) diperoleh dari
proses perhitungan sebagai berikut:
(a) jumlah dari matched option position yang diperoleh
166
181
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
dari proses matching antara posisi setelah
pembobotan dengan posisi option neto setelah
pembobotan, dimana posisi terkecil antara long dan
short merupakan posisi matched;
(b) posisi setelah pembobotan maupun posisi option
neto setelah pembobotan sebagaimana dimaksud
dalam huruf (a) adalah selisih antara nilai long dan
short.
Dengan demikian perhitungan kebutuhan modal minimum
untuk Risiko Umum adalah penjumlahan dari :
1.
2.
3.
Vertical
Matched
position
antara X 10%
Disallowance posisi long dan posisi short
dalam setiap skala waktu
Horizontal
Matched
position
antara
Disallowance posisi long dan posisi short
dalam zona 1
Matched
position
antara
posisi long dan posisi short
dalam zona 2
Matched
position
antara
posisi long dan posisi short
dalam zona 3
Matched
position
antara
posisi long dan short dari
posisi residu
zona 1 dan
posisi long dan short dari
posisi residu zona 2
Matched
position
antara
posisi long dan short dari
posisi residu yang tersisa
zona 2 dan posisi long dan
short dari posisi residu zona
3
Matched
position
antara
posisi long dan short dari
posisi residu yang tersisa
zona 1 dan posisi long dan
short dari posisi residu yang
tersisa zona 3
Overall Net Jumlah netto dari bobot
Open
posisi long atau posisi short
X 40%
X 30%
X 30%
X 40%
X 40%
X 100%
X 100%
Position
167
182
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
4.
Matched
option
position
(net)
Matched option position (net) X 30%
antara posisi long dan short
dari
posisi
setelah
pembobotan dengan posisi
long dan short dari posisi
option neto
9)
Metode Jangka Waktu (Duration Method)
a) Posisi long dan short dari seluruh posisi surat berharga dan
instrumen derivatif dipetakan ke dalam jenjang durasi
(duration ladder) yang terdiri dari 15 skala waktu (time band)
sebagaimana tercantum dalam Tabel 9. Yang dimaksud dengan
jenjang durasi adalah tabel yang disusun berdasarkan
pengelompokkan durasi dari suatu surat berharga atau
instrumen derivatif.
b) Dalam melakukan proses perhitungan beban modal dengan
metode ini dilakukan dengan memperhatikan modified duration
dan estimasi pergerakan harga dari setiap posisi serta
memetakannya pada zona maturitas (maturity zones) yang
sesuai dengan Tabel 9.
Tabel 9
Skala Waktu dan Assumed Changes in Yield
Skala Waktu
Zona 1
< 1 bulan
> 1 – 3 bulan
> 3 – 6 bulan
> 6 – 12 bulan
Zona 2
> 1 – 1,9 tahun
> 1,9– 2,8 tahun
> 2,8– 3,6 tahun
Zona 3
> 3,6– 4,3 tahun
> 4,3– 5,7 tahun
> 5,7– 7,3 tahun
> 7,3– 9,3 tahun
> 9,3–10,6tahun
> 10,6–12 tahun
> 12 – 20 tahun
> 20 tahun
Assumed
Changes in
Yield (%)
1.00
1.00
1.00
1.00
0.90
0.80
0.75
0.75
0.70
0.65
0.60
0.60
0.60
0.60
0.60
168
183
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
c) Proses perhitungan beban modal dengan Metode Jangka
Waktu (Duration Method) pada prinsipnya sama dengan
Metode Jatuh Tempo (Maturity Method), kecuali pengenaan
bobot beban modal untuk Vertical Disallowance, yaitu 5% dari
posisi matched dalam setiap skala waktu.
10)
Instrumen derivatif baik dalam rangka trading maupun lindung
nilai atas instrumen surat berharga dalam Trading Book dilaporkan
dengan pendekatan two legged approach.
Contoh:
a) Pembelian (long position) Forward Rate Agreement (FRA) yang
dilakukan pada akhir bulan April dan jatuh tempo akhir bulan
Juni dengan suku bunga SBI 3 bulan harus dilaporkan sebagai
posisi long dengan jangka waktu 5 bulan dan posisi short
dengan jangka waktu 2 bulan.
b) suatu transaksi interest-rate swap yang dilakukan Bank dengan
menerima suku bunga mengambang (floating) dan membayar
untuk suku bunga tetap (fixed) harus dilaporkan sebagai posisi
long untuk instrumen suku bunga mengambang sesuai jangka
waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya
dan sebagai posisi short untuk instrumen suku bunga tetap
sesuai sisa jatuh tempo transaksi swap tersebut.
d. Proses saling hapus untuk transaksi derivatif dalam perhitungan Risiko
Spesifik dan Risiko Umum:
1)
Secara umum posisi long dan short dapat saling hapus sepanjang
instrumen keuangan tersebut bersifat identik, yaitu terdapat
kesamaan dalam hal penerbit (issuer), coupon rate, jenis valuta,
jatuh tempo dan hal-hal lainnya.
2)
Dalam hal Bank melakukan proses saling hapus, maka posisi
tersebut tidak perlu dilaporkan namun Bank wajib melakukan
dokumentasi yang memadai atas seluruh proses saling hapus
tersebut.
3)
Transaksi forward dapat saling hapus dengan instrumen yang
mendasarinya (underlying instrument). Namun posisi dengan sisa
jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kontrak forward tetap
harus dilaporkan karena Bank masih memiliki eksposur suku bunga
sampai pada saat surat berharga tersebut diserahkan kepada
pihak pembeli.
Dalam hal kontrak forward menggunakan berbagai jenis surat
berharga pada saat penyelesaian transaksi, maka saling hapus
hanya dapat dilakukan apabila Bank memiliki posisi long atas surat
berharga dan posisi short forward berdasarkan underlying surat
berharga dimaksud.
169
184
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
4)
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Yang dimaksud dengan hal-hal lainnya sebagaimana dimaksud
dalam angka 1) yang digunakan dalam menentukan posisi yang
identik dalam proses saling hapus yaitu:
a) Untuk transaksi swap dan forward rate agreement (FRA)
adalah identik dalam hal referensi suku bunga (untuk posisi
bersuku bunga mengambang, misalnya JIBOR dan LIBOR) dan
perbedaan suku bunga/kupon setinggi-tingginya sebesar
0,15% (15 basis point);
b) Untuk transaksi swap, forward rate agreement (FRA) dan
forward adalah identik dalam hal tanggal penetapan suku
bunga berikutnya, atau bagi instrumen dengan suku bunga
tetap atau transaksi forward adalah sisa jangka waktu jatuh
tempo dengan memenuhi batasan sebagai berikut:
(1)
jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah
satu posisi transaksi derivatif sampai dengan 1 bulan,
maka proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila
sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kedua
posisi tersebut adalah sama;
(2)
jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah
satu posisi transaksi derivatif lebih dari 1 bulan sampai
dengan 1 tahun, maka proses saling hapus hanya dapat
dilakukan apabila sisa jangka waktu sampai dengan
jatuh tempo dari masing-masing posisi tersebut adalah
tidak lebih dari 7 hari;
(3)
jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah
satu posisi transaksi derivatif lebih dari 1 tahun, maka
proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa
waktu sampai dengan jatuh tempo kedua posisi tersebut
tidak lebih dari 30 hari.
c) Untuk posisi option, proses saling hapus adalah sebagaimana
diatur dalam angka 4 (Pedoman Umum dan Perhitungan Modal
terhadap Transaksi Option).
e. Perlakuan Terhadap Transaksi Repo
1)
Surat berharga yang diserahkan kepada counterparty sebagai
collateral dalam transaksi Repo dicatat dalam Trading Book karena
masih berada dalam penguasaan Bank dan dicatat sebagai posisi
long dalam perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum.
2)
Perhitungan Risiko Spesifik
Perhitungan Risiko Spesifik ditentukan dari kategori penerbit surat
berharga tersebut serta sisa jatuh tempo (khusus untuk kategori
“qualifying”).
170
185
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
3)
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Perhitungan Risiko Umum
Perhitungan Risiko Umum didasarkan pada sisa jatuh tempo untuk
surat berharga berbunga tetap atau sisa jangka waktu sampai
penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk surat berharga
berbunga mengambang.
f. Perlakuan Terhadap Transaksi Reverse Repo dalam rangka kegiatan
perdagangan (trading)
Apabila surat berharga yang menjadi agunan transaksi reverse repo
diperdagangkan maka Bank harus membukukan transaksi tersebut
sebagai posisi short dalam Trading Book, sehingga terekspos Risiko
Pasar.
1)
2)
Perhitungan Risiko Spesifik
Perhitungan Risiko Spesifik ditentukan dari kategori penerbit surat
berharga tersebut serta sisa jatuh tempo (khusus untuk kategori
kualifikasi/”qualifying”).
Perhitungan Risiko Umum
Perhitungan Risiko Umum didasarkan pada sisa jatuh tempo untuk
surat berharga dengan suku bunga tetap atau sisa jangka waktu
sampai penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk surat
berharga dengan suku bunga mengambang.
g. Perlakuan terhadap Transaksi Reksa dana
1)
Reksa dana dapat dilaporkan dalam Banking Book atau Trading
Book, tergantung dari tujuan (intention) kepemilikannya.
2)
Perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum terhadap surat
berharga reksa dana yang masuk dalam Trading Book harus
mencerminkan bobot risiko dari seluruh aset yang terkandung
dalam unit reksa dana.
3)
Perhitungan Risiko Spesifik dapat dilakukan dengan 2 pendekatan,
yaitu berdasarkan:
a) Peringkat reksa dana
Dalam hal reksa dana tersebut memiliki peringkat
sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia,
dikenakan bobot risiko 1,6%.
b) Kategori penerbit dan/atau peringkat dari setiap aset dalam
reksa dana
Dalam menghitung Risiko Spesifik berdasarkan pendekatan ini,
Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi
mengenai rincian aset-aset reksa dana tersebut berdasarkan
penerbit dan/atau peringkat. Berdasarkan informasi tersebut,
Bank dapat melakukan langkah-langkah perhitungan untuk
171
186
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
mendapatkan nilai yang akan dikenakan beban modal adalah
sebagai berikut:
(1)
menghitung persentasi komponen dari setiap aset
yang terkandung dalam reksa dana.
(2)
nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dikalikan
dengan nilai pasar unit reksa dana yang dimiliki Bank.
(3)
nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dicatat
sesuai kategori penerbit surat berharga.
4)
Dalam hal ke-2 pendekatan sebagaimana dimaksud dalam angka
3) tidak dapat dilakukan, maka surat berharga reksa dana akan
digolongkan dalam kategori “Lainnya” dan dikenakan beban modal
sebesar 8%.
5)
Perhitungan Risiko Umum dapat dilakukan dengan 2 pendekatan,
yaitu berdasarkan:
a)
Sisa jatuh tempo dari setiap aset reksa dana.
Dalam menghitung Risiko Umum berdasarkan pendekatan ini,
Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi
mengenai rincian seluruh aset dari reksa dana tersebut
berdasarkan sisa jatuh tempo. Proses perhitungan untuk
mendapatkan nilai yang akan dikenakan beban modal adalah
sebagai berikut:
(1) menghitung persentasi komponen dari setiap aset yang
terkandung dalam reksa dana.
(2) nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dikalikan
dengan nilai pasar unit reksa dana yang dimiliki Bank.
(3) nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dicatat
sesuai skala waktu.
b)
6)
Rata-rata durasi (average duration) dari seluruh aset reksa
dana
Dalam menghitung Risiko Umum berdasarkan pendekatan ini,
Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi
mengenai rata-rata durasi dari reksa dana. Penetapan ratarata durasi aset reksa dana dilakukan dengan menghitung
durasi dari setiap aset reksa dana dan dikalikan dengan
besarnya pangsa/komposisi setiap aset reksa dana terhadap
total aset reksa dana.
Apabila Bank menggunakan Metode Jatuh Tempo untuk
menghitung Risiko Umum, sementara untuk reksa dana Bank
hanya memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai ratarata durasi dari aset reksa dana, maka Bank dapat menggunakan
pendekatan rata-rata durasi tersebut untuk menghitung Risiko
Umum reksa dana.
172
187
Lanjutan
12
LampiranLampiran
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
7)
Dalam hal dua pendekatan sebagaimana dimaksud dalam angka
5) tidak dapat dilakukan, maka surat berharga reksa dana tersebut
dianggap memiliki sisa jatuh tempo 10 – 15 tahun dan dikenakan
bobot risiko sebesar 4,5%.
8)
Informasi mengenai Nilai Aktiva Bersih (liquidation value) reksa
dana yang diperoleh dari Manajer Investasi harus merupakan Nilai
Aktiva Bersih yang disesuaikan setiap hari.
9)
Seluruh informasi mengenai reksa dana yang diperoleh dari
Manajer Investasi, misalnya rincian aset reksa dana berdasarkan
penerbit dan atau peringkat, sisa jatuh tempo dan rata-rata durasi
dapat digunakan untuk periode 1 bulan.
Contoh:
Pada tanggal 15 Januari 200X, Manajer Investasi dapat
menyediakan informasi mengenai sisa jatuh tempo atau rata-rata
durasi dari seluruh aset reksa dana. Informasi tersebut dapat
digunakan oleh Bank untuk periode 1 bulan, khususnya untuk
laporan perhitungan Risiko Pasar pada posisi 31 Januari 200X.
Selanjutnya, laporan perhitungan Risiko Pasar posisi 28 Februari
200X harus menggunakan informasi yang tersedia maksimal satu
bulan sebelumnya.
10)
3.
Seluruh informasi yang diperoleh dari Manajer Investasi wajib
didokumentasikan oleh Bank untuk kepentingan jejak audit (audit
trail).
Perhitungan Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Risk)
a. Perhitungan Risiko Nilai Tukar dilakukan terhadap semua posisi Bank baik
Trading Book dan Banking Book dalam valuta asing termasuk emas.
Posisi terhadap emas diperhitungkan sama dengan valuta asing dengan
pertimbangan bahwa pergerakan harga emas hampir sama dengan
pergerakan nilai tukar valuta asing dan Bank memperlakukan transaksi
emas sama dengan transaksi valuta asing.
b. Posisi suatu instrumen yang memiliki denominasi dalam valuta asing
selain terkena Risiko Nilai Tukar, juga memungkinkan Bank terkena Risiko
Suku Bunga (misalnya untuk cross-currency swaps). Dalam kasus
tersebut maka eksposur Risiko Suku Bunga juga harus diperhitungkan
sebagaimana dijelaskan dalam angka 2 (Perhitungan Risiko Suku Bunga).
c. Perhitungan beban modal untuk Risiko Nilai Tukar dari posisi valuta asing
dibebankan sebesar 8% terhadap Posisi Devisa Neto yang dimiliki Bank.
d. Posisi Devisa Neto adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai
absolut untuk jumlah dari:
1)
Selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta
173
188
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
asing; ditambah dengan
2)
Selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan
komitmen maupun kontijensi dalam rekening administratif untuk
setiap valuta asing;
yang semuanya dinyatakan dalam Rupiah.
e. Perlakuan terhadap Posisi Struktural
1)
Bank dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia
untuk dapat mengecualikan Posisi Struktural dalam valuta asing
dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
2)
Posisi Struktural adalah posisi yang sekurang-kurangnya
memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam ketentuan yang
berlaku tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum.
3)
Bila Bank memilih untuk mengecualikan Posisi Struktural tersebut
maka pengecualian tersebut harus dilakukan secara konsisten dan
memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.
4)
Dalam rangka memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, Bank
wajib menyampaikan dokumen pendukung yang terkait dengan
status dari Posisi Struktural dan bukti pembukuan transaksi.
Contoh:
Posisi Struktural berupa aktiva tetap di luar negeri perlu didukung
antara lain dengan dokumen yang berupa bukti kepemilikan, bukti
pembayaran dan dokumen pembukuan.
5)
4.
Bank Indonesia dapat meminta tambahan dokumen kepada Bank
untuk memastikan kelayakan dari suatu Posisi Struktural yang
akan dikecualikan dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
Pedoman Umum dan Perhitungan Modal terhadap Transaksi Option
a. Ketentuan Umum
1)
Bank yang melakukan transaksi option dengan tujuan trading atau
lindung nilai atas suatu instrumen tertentu yang berada dalam
Trading Book (misalnya surat berharga yang masuk dalam Trading
Book) wajib melaporkan posisi option beserta underlying asset dan
melakukan perhitungan kebutuhan modal atas posisi option
tersebut.
2)
Bank yang akan melakukan transaksi option harus memiliki staf
pelaksana dan pendukung seperti trading, back-office, risk
management termasuk sistem pemantauan risiko dan accounting
174
189
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
yang dapat menangani transaksi option tersebut.
3)
Bank yang akan menerbitkan option harus mengukur setiap faktor
risiko perubahan harga option yang tercermin pada parameter
delta, gamma, vega, theta dan rho. Namun mengingat transaksi
option yang dilakukan perbankan di Indonesia masih relatif
sederhana (plain vanilla), maka faktor risiko yang dapat
diperhitungkan oleh Bank adalah parameter delta.
4)
Bank harus memiliki batasan (limit) terhadap parameter faktor
risiko tersebut.
5)
Uraian persyaratan pada angka 1) sampai dengan angka 4) di atas
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam Kebijakan dan
Pedoman Trading Book.
6)
Perhitungan risiko dari transaksi option selain plain vanilla options,
yang diperdagangkan di Over The Counter (OTC) ataupun di
bursa, wajib dilakukan dengan menggunakan pendekatan deltaplus yaitu yang tercermin pada parameter delta, gamma, vega,
theta dan rho.
b. Metode Simple Delta
1)
Bank wajib menggunakan Metode Simple Delta terhadap posisi
option yang memiliki underlying asset berupa instrumen yang
terkait dengan suku bunga (Trading Book) dan/ atau valuta asing
(Banking Book dan Trading Book), sepanjang tidak dinyatakan lain
oleh Bank Indonesia.
2)
Dalam metode sebagaimana dimaksud dalam angka 1), option
diperhitungkan dengan cara melakukan perkalian antara nilai
underlying asset dengan nilai delta option.
3)
Perolehan nilai delta option oleh Bank dilakukan sesuai dengan
Romawi III.1.e.1) dan 2).
4)
Bila nilai delta option sebagaimana dimaksud dalam angka 3)
tersebut tidak tersedia, Bank dapat memperhitungkan nilai delta
option dengan menggunakan option pricing model seperti
standard Cox, Ross, Rubinstein atau a Black and Scholes type
algorithm atau model lain yang dapat dibandingkan dan setara
dengan algoritma.
5)
Posisi option dapat saling hapus terhadap posisi yang bersifat
identik dari suatu underlying asset sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ada dalam pedoman ini.
175
190
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
c. Option suku bunga
1)
Perhitungan Risiko Spesifik
Bila underlying dari option adalah instrumen hutang/surat
berharga, maka delta weighted position dari underlying tersebut
harus dikalikan dengan bobot risiko sebagaimana dimaksud dalam
Tabel 7.
2)
Perhitungan Risiko Umum
a) Dalam perhitungan Risiko Umum, transaksi option yang
tercatat pada Trading Book harus dilaporkan dengan
pendekatan two legged approach, yaitu sebagai posisi long dan
short dengan jangka waktu sampai saat penyerahan atau
realisasi kontrak, ditambah dengan jangka waktu instrumen
yang mendasari. Posisi option tersebut diperhitungkan
berdasarkan skala waktu dalam jenjang maturitas.
b) Transaksi option tersebut harus dilaporkan dengan
menggunakan nilai wajar dari underlying instrument, serta nilai
delta weighted, yaitu nilai wajar dari underlying instrument
dikalikan dengan besarnya delta dari setiap posisi option
tersebut.
c) Posisi option yang diperhitungkan dengan menggunakan nilai
delta option adalah seluruh posisi option Bank, yaitu posisi
option yang diterbitkan Bank (Bank sebagai writer) dan posisi
option yang dibeli Bank (Bank sebagai holder).
d) Seluruh atau sebagian posisi option sebagaimana dimaksud
dalam huruf c) dapat saling hapus dengan posisi option lainnya
sepanjang memenuhi persyaratan berikut:
a) memiliki underlying yang sama, yaitu mata uang yang
sama;
b) bersifat simetris dengan posisi option yang akan dilindung
nilai.
Contoh posisi yang bersifat simetris adalah apabila Bank
menerbitkan call option (Bank sebagai writer) maka posisi
simetris adalah posisi :
(1)
pembelian call option (Bank sebagai holder); atau
(2)
penjualan put option (Bank sebagai writer).
e) Posisi long atau short yang timbul dari beberapa transaksi
option (penjualan call dan put option maupun pembelian call
dan put option) dapat saling hapus sepanjang bersifat identik,
yaitu memiliki kesamaan dalam hal instrumen yang mendasari
(underlying instrument), tanggal pelaksanaan (exercise date),
176
191
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
harga yang disepakati (strike price), jenis option, serta jenis
mata uang.
Contoh:
Bank melakukan transaksi penjualan put option atas interest
rate JIBOR 3 bulan yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 2003.
Sementara itu, Bank juga melakukan transaksi pembelian put
option atas interest rate JIBOR 3 bulan yang akan jatuh tempo
pada 31 Juli 2003. Mengingat kedua transaksi yang
menimbulkan posisi long dan short tersebut bersifat identik,
maka dapat dipastikan memiliki nilai delta yang sama sehingga
dapat dilakukan saling hapus.
f) Saling hapus dapat dilakukan antara posisi option dengan surat
berharga dan derivatif lainnya, dimana posisi yang match pada
saat saling hapus akan dikenakan beban modal, yaitu :
(1)
sebesar 10% untuk posisi surat berharga dan derivatif
(diluar option) yang mengacu kepada proses vertical
disallowance;
(2)
sebesar 20% untuk posisi option yang diperdagangkan
di bursa; dan
(3)
sebesar 30% untuk posisi option yang diperdagangkan
secara Over the Counter (OTC).
g) Posisi match (matched position) didasarkan
pada posisi
terkecil antara surat berharga dan derivatif (di luar option)
dengan posisi option.
d. Option valuta asing
1)
2)
3)
Setiap posisi option long dan short yang dilaporkan wajib
dikonversi dengan menggunakan nilai delta dan dilakukan saling
hapus untuk memperoleh posisi option neto.
Posisi option yang diperhitungkan dengan menggunakan nilai delta
option adalah seluruh posisi option Bank, yaitu posisi option yang
diterbitkan Bank (Bank sebagai writer) dan posisi option yang
dibeli Bank (Bank sebagai holder).
Seluruh atau sebagian posisi option sebagaimana dimaksud dalam
angka 2) dapat saling hapus dengan posisi option lainnya
sepanjang memenuhi persyaratan berikut:
a) memiliki underlying yang sama, yaitu mata uang yang sama;
b) bersifat simetris dengan posisi option yang akan dilindung nilai.
Contoh posisi yang bersifat simetris adalah apabila Bank
menerbitkan call option (Bank sebagai writer) maka posisi
simetris adalah posisi :
(1)
pembelian call option (Bank sebagai holder); atau
(2)
penjualan put option (Bank sebagai writer).
177
192
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Contoh:
Bank melakukan transaksi penjualan call option
USD
50.000 dengan strike price Rp. 8.800,- yang akan jatuh tempo
pada 31 Juli 200X (Bank sebagai writer). Sementara itu, Bank
juga melakukan transaksi penjualan put option USD 40.000
dengan strike price Rp. 8.750,- yang akan jatuh tempo pada 31
Juli 200X (Bank sebagai writer) dan transaksi pembelian call
option USD 20.000 dengan strike price Rp. 8.850,- yang akan
jatuh tempo pada 31 Juli 200X (Bank sebagai holder).
Berdasarkan perhitungan nilai delta, diasumsikan bahwa ketiga
transaksi option tersebut masing-masing memiliki nilai delta 0,5
, 0,6 dan 0,8. Dengan demikian, perhitungan risiko option
adalah sebagai berikut :
0,5 x USD 50.000 = USD 25.000 (short)
0,6 x USD 40.000 = USD 24.000 (long)
0,8 x USD 20.000 = USD 16.000 (long)
USD 15.000 (long)
4)
Selanjutnya, risiko option sebesar USD 15.000 tersebut harus
dikonversikan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs
penutupan, yaitu kurs tengah sesuai dengan Reuters pukul
16.00 WIB.
Saling hapus dapat dilakukan antara posisi option dan posisi
transaksi valuta asing (selain option), dimana posisi yang match
pada saat saling hapus akan dikenakan beban modal yaitu:
a) sebesar 8% untuk posisi surat berharga dan derivatif (diluar
option);
b) sebesar 20% untuk posisi option yang diperdagangkan di
bursa; dan
c) sebesar 30% untuk posisi option yang diperdagangkan secara
Over the Counter (OTC).
IIIA. PERALIHAN
1. Selama pelaporan Risiko Spesifik sebagaimana dimaksud dalam
Formulir I.a Lampiran 4 ketentuan ini belum dapat dilakukan secara
online melalui Laporan Berkala Bank Umum, laporan disampaikan
secara offline.
2. Laporan secara offline sebagaimana dimaksud pada angka 1
disampaikan secara bulanan untuk posisi setiap akhir bulan dan
disampaikan pada periode penyampaian I sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai laporan
berkala bank umum.
178
193
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
3.
4.
5.
a.
b.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Dalam hal tanggal penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 jatuh pada hari Sabtu, Minggu, dan/atau hari libur, maka
penyampaian laporan dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2 disampaikan pertama
kali untuk posisi akhir bulan Agustus 2012 yang disampaikan pada
periode penyampaian I di bulan September 2012.
Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2 disampaikan kepada
Bank Indonesia dengan alamat:
Departemen Pengawasan Bank terkait, Jalan M.H. Thamrin No. 2,
Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor
pusat Bank Indonesia; atau
Kantor Perwakilan Bank Indonesia, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia, dengan tembusan
kepada Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan, Jalan M.H.
Thamrin No. 2, Jakarta 10350.
IIIB. PENGENAAN SANKSI
Dalam penyampaian secara offline sebagaimana dimaksud dalam Bab IIIA,
Bank yang tidak menyampaikan laporan atau menyampaikan laporan tidak
sesuai dengan ketentuan, dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam
Pasal 36 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tanggal 24
September 2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum.
IV.
PERHITUNGAN
(KPMM)
1.
KEWAJIBAN
PENYEDIAAN
MODAL
MINIMUM
Perhitungan KPMM dengan memperhitungkan Risiko Kredit dan Risiko
Pasar dilakukan dengan formula sebagai berikut:
KPMM = (Tier 1+Tier 2+Tier 3)- Penyertaan
= 8%
(minimum) ATMR (Risiko Kredit) + 12,5 x beban modal untuk Risiko Pasar
2.
Sebelum mengalokasikan beban modal untuk Risiko Pasar sebagaimana
dimaksud dalam angka 1, Bank wajib memenuhi KPMM untuk Risiko
Kredit yaitu minimal sebesar 8% sesuai ketentuan yang berlaku dengan
formula:
KPMM =
3.
(Tier 1+Tier 2)- Penyertaan
ATMR (Risiko Kredit)
= 8% (minimum)
Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1,
179
194
LampiranLampiran
12
Lanjutan
12
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP
2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
Bank harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko
Kredit sesuai ketentuan yang berlaku.
b.
Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis Risiko Pasar
yang terdiri dari Risiko Suku Bunga, Risiko Nilai Tukar termasuk
Risiko perubahan harga option.
c.
Untuk menghindari duplikasi perhitungan Risiko terhadap surat
berharga, eksposur yang termasuk dalam Trading Book yang telah
diperhitungkan Risiko Spesifik untuk Risiko Suku Bunga, seperti
obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta dikeluarkan dari
perhitungan ATMR berdasarkan Risiko Kredit.
d.
Menghitung eksposur tertimbang menurut Risiko Pasar (market
risk-weighted exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah
beban modal untuk seluruh jenis Risiko Pasar sebagaimana
dimaksud dalam huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR (dikalikan
dengan angka 12,5, yaitu 100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk Risiko
tertimbang menurut Risiko Pasar.
f.
Kredit
dengan
eksposur
Menghitung modal Bank yang terdiri atas Modal Inti (tier 1), Modal
Pelengkap (tier 2), dan Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang
dialokasikan untuk menutup Risiko Pasar setelah dikurangi
Penyertaan.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud dalam huruf f dengan
jumlah ATMR dan eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud
dalam huruf e, yang hasilnya dinyatakan dalam persentase.
4.
Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan
rasio KPMM adalah sebesar yang dibutuhkan untuk menutup Risiko
Pasar.
5.
Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan
namun tidak digunakan dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana
dimaksud dalam angka 4, dihitung sebagai rasio kelebihan Modal
Pelengkap Tambahan (excess tier 3 capital ratio), dengan formula:
Rasio kelebihan
Modal Pelengkap
Tambahan
6.
=
kelebihan Modal Pelengkap Tambahan
ATMR (Risiko Kredit) + ATMR (Risiko Pasar)
Perhitungan KPMM dengan memperhitungkan Risiko Pasar berlaku
efektif 18 bulan sejak Peraturan Bank Indonesia tentang KPMM Bank
Umum dengan memperhitungkan Risiko Pasar (Market Risk) ditetapkan.
180
195
Lampiran Peraturan Bank Indonesia No.12/10/PBI/2010 tanggal 1 Juli 2010
Lampiran 13
No. Ref.
*) Kepada Yth:
Direktorat Pengawasan Bank
Kantor Pusat Bank Indonesia Jl.
M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta
10350
**)Kepada Yth:
Pemimpin Bank Indonesia .................................
Jl. ..........................................
No.
1
2
Jam terjadinya
pelanggaran
Nama Bank
Tanggal
Laporan
Besarnya PDN Setiap 30 (tiga puluh) menit
(dalam % Modal)
.
.
Nama Bank
Tanggal Laporan
No.
1
2
Jam terjadinya
pelanggaran
Besarnya PDN Keseluruhan
(dalam % Modal)
.
.
............. (nama kota), ............. (tanggal)
(Nama Pejabat Eksekutif)
(Jabatan)
*) Alamat Kantor Bank Indonesia bagi Kantor Pusat Bank yang berada di wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia
**) Alamat Kantor Bank Indonesia bagi Kantor Pusat Bank yang berada di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia
181
196
LAMPIRAN I
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 16/2 /DPM TANGGAL
28 JANUARI 2014
PERIHAL
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
Lampiran 14
Contoh Nilai Nominal Underlying yang Dinyatakan dalam Kontrak
Lindung Nilai
1. Kontrak Lindung Nilai dengan Underlying berupa Pinjaman Luar
Negeri dengan Penarikan Pinjaman Secara Langsung
0
1
USD10 juta
2
3
USD10 juta
USD10 juta
Bank yang memiliki Pinjaman Luar Negeri sebesar USD10,000,000.00
(sepuluh juta dolar Amerika Serikat) dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun
akan mengajukan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat) dan
akan melakukan perpanjangan setiap tahun dengan nilai nominal
sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat)
pada
setiap perpanjangan, maka underlying yang dicantumkan dalam Kontrak
Lindung Nilai adalah sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar
Amerika Serikat) dengan jangka waktu Kontrak Lindung Nilai selama 3
(tiga) tahun.
2. Kontrak Lindung Nilai dengan Underlying berupa Pinjaman Luar
Negeri Milik Bank dengan Penarikan Secara Bertahap
Pinjaman Luar Negeri USD30 juta
Penarikan
KLN 1
Swap 1
KLN 2
Swap 2
0
USD10 juta
1
USD10 juta
2
USD10 juta
3
KLN 1 th USD10
USD 10juta
KLN 1 th USD20 juta
USD 20juta
KLN 1 th USD30 juta
KLN 3
USD30 juta
Swap 3
Full movement
Full movement
Berdasarkan …
197
2
Lanjutan Lampiran 14
Berdasarkan skenario di atas, Bank A memiliki Pinjaman Luar Negeri
senilai USD30,000,000.00 (tiga puluh juta dolar Amerika Serikat) dari
kreditur X di luar negeri dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun. Penarikan
pinjaman tersebut dilakukan setiap tahun dengan masing-masing
nominal penarikan sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar
Amerika Serikat). Bank A melakukan Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia atas Pinjaman Luar Negeri tersebut dengan
mekanisme sebagai berikut:
Tahun ke-1
: Pada tanggal 3 Februari 2014 Bank A mengajukan
Kontrak Lindung Nilai dengan underlying transaksi
berupa Pinjaman Luar Negeri
yang
diterima dari
kreditur X sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta
dolar Amerika Serikat) dan akan jatuh waktu pada 5
Februari 2015 dengan setelmen secara full movement.
Nilai nominal underlying yang dapat dinyatakan pada
Kontrak
Lindung
Nilai
adalah
sebesar
USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat)
dan jangka waktu Kontrak Lindung Nilai adalah 1 (satu)
tahun.
Tahun ke-2
: Pada bulan Januari 2015 Bank A melakukan penarikan
di tahun ke-2 atas Pinjaman Luar Negeri yang diterima
dari kreditur X sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh
juta dolar Amerika Serikat). Atas pinjaman tersebut
Bank A mengajukan Kontrak Lindung Nilai pada tanggal
3 Februari 2015 dengan underlying transaksi berupa
Pinjaman Luar Negeri yang diterima dari kreditur X
sebesar
USD20,000,000.00
(dua
puluh
juta
dolar
Amerika Serikat) dan akan jatuh waktu pada 5 Februari
2016 dengan setelmen secara full movement. Nilai
nominal
Kontrak
underlying
Lindung
yang
dapat
Nilai
dinyatakan
adalah
pada
sebesar
USD20,000,000.00 (dua puluh juta dolar Amerika
Serikat) dan jangka waktu Kontrak Lindung Nilai adalah
1 (satu) tahun.
Tahun ke-3
: Pada bulan Januari 2016 Bank A melakukan penarikan
di …
198
3
Lanjutan Lampiran 14
di tahun ke-3 atas Pinjaman Luar Negeri yang diterima
dari kreditur X sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh
juta dolar Amerika Serikat). Atas pinjaman tersebut
Bank A mengajukan Kontrak Lindung Nilai pada tanggal
3 Februari 2016 dengan underlying transaksi berupa
Pinjaman Luar Negeri yang diterima dari kreditur X
sebesar
USD30,000,000.00
(tiga
puluh
juta
dolar
Amerika Serikat) dan akan jatuh waktu pada 6 Februari
2017 dengan setelmen secara full movement. Nilai
nominal
Kontrak
underlying
yang
Lindung
dapat
Nilai
dinyatakan
adalah
pada
sebesar
USD30,000,000.00 (tiga puluh juta dolar Amerika
Serikat) dan jangka waktu Kontrak Lindung Nilai adalah
1 (satu) tahun.
3. Kontrak Lindung Nilai dengan Underlying berupa Transaksi Swap
Bank dengan Nasabah atas Pinjaman Luar Negeri Milik Nasabah yang
Penarikannya Dilakukan Secara Bertahap
PT B memiliki Pinjaman Luar Negeri senilai USD30,000,000.00 (tiga
puluh juta dolar Amerika Serikat) dari kreditur Y di luar negeri dengan
jangka waktu 3 (tiga) tahun. Penarikan pinjaman tersebut dapat
dilakukan setiap tahun dengan masing-masing nominal penarikan
sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat). PT B
melakukan transaksi swap beli kepada Bank C atas Pinjaman Luar
Negeri tersebut. Selanjutnya Bank C melakukan Transaksi Swap
Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dengan underlying transaksi
berupa swap jual antara Bank C dengan PT B, dengan mekanisme
sebagai berikut:
Alternatif …
199
Lanjutan Lampiran 14
Alternatif 1
Pinjaman Luar Negeri USD30 juta
KLN 1
Swap 1
0
USD10 juta
1
USD10 juta
2
USD10 juta
3
KLN 1 th USD10
juta
USD10 juta
KLN 2
KLN 1 th USD20
juta
Swap 2
USD 20 juta
KLN 1 th USD30
juta
KLN 3
USD30 juta
Swap 3
Full movement
Tahun ke-1
Full movement
: Pada tanggal 3 Februari 2014 Bank C mengajukan
Kontrak Lindung Nilai dengan underlying transaksi
berupa swap jual antara Bank C dengan PT B sebesar
USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat)
dan akan jatuh waktu pada 5 Februari 2015 dengan
setelmen secara full movement. Nilai nominal underlying
yang dapat dinyatakan pada Kontrak Lindung Nilai
adalah sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar
Amerika Serikat) dan jangka waktu Kontrak Lindung
Nilai adalah 1 (satu) tahun.
Tahun ke-2
: Pada bulan Januari 2015 PT B melakukan transaksi
swap beli kepada Bank C dengan underlying berupa
penarikan di tahun ke-2 atas Pinjaman Luar Negeri
yang diterima PT B sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh
juta dolar Amerika Serikat). Atas transaksi tersebut
pada tanggal 3 Februari 2015 Bank C mengajukan
Kontrak Lindung Nilai dengan underlying transaksi
berupa swap jual antara Bank C dengan PT B sebesar
USD20,000,000.00 (dua puluh juta dolar Amerika
Serikat) dan akan jatuh waktu pada 5 Februari 2016
dengan …
200
4
Lanjutan Lampiran 14
dengan setelmen secara full movement.
Nilai nominal
underlying yang dinyatakan pada Kontrak Lindung Nilai
adalah sebesar USD20,000,000.00 (dua puluh juta
dolar Amerika Serikat) dan jangka waktu Kontrak
Lindung Nilai adalah 1 (satu) tahun.
Tahun ke-3
: Pada bulan Januari 2016 PT B melakukan transaksi
swap beli kepada Bank C dengan underlying berupa
penarikan di tahun ke-3 atas Pinjaman Luar Negeri
yang diterima PT B sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh
juta dolar Amerika Serikat). Atas transaksi tersebut
pada tanggal 3 Februari 2016 Bank C mengajukan
Kontrak Lindung Nilai dengan underlying transaksi
berupa swap jual antara Bank C dengan PT B sebesar
sebesar
USD30,000,000.00
(tiga
puluh
juta
Dolar
Amerika Serikat) dan akan jatuh waktu pada 6 Februari
2017 dengan setelmen secara full movement. Nilai
nominal underlying yang dinyatakan pada Kontrak
Lindung Nilai adalah sebesar USD30,000,000.00 (tiga
puluh juta dolar Amerika Serikat) dan jangka waktu
Kontrak Lindung Nilai adalah 1 (satu) tahun.
Alternatif 2
Pinjaman Luar Negeri USD30 juta
0
USD10
juta
1
USD10
juta
2
USD10
juta
3
KLN USD10 juta, 3 tahun
Roll-over
Roll-over
KLN USD10 juta, 2 tahun
Roll-over
KLN USD10 juta, 1 tahun
Tahun ke-1
: Pada tanggal 3 Februari 2014 Bank C mengajukan
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
dengan underlying transaksi berupa swap jual antara
Bank C dengan PT B sebesar USD10,000,000.00
(sepuluh juta dolar Amerika Serikat) dan akan jatuh
waktu …
201
5
6
Lanjutan Lampiran 14
waktu pada 5 Februari 2015. Nilai nominal underlying
yang dinyatakan pada Kontrak Lindung Nilai adalah
sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika
Serikat) dan jangka waktu Kontrak Lindung Nilai adalah
3 (tiga) tahun. Bank C dapat melakukan Transaksi
Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dengan
nilai USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika
Serikat) selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
setiap
tahun
setelmen
sampai
secara
dengan
netting.
Pada
tahun
akhir
ke-3
dengan
tahun
ke-3
setelmen transaksi dilakukan secara full movement.
Tahun ke-2
: Pada bulan Januari 2015 PT B melakukan transaksi
swap beli kepada Bank C dengan underlying berupa
penarikan di tahun ke-2 atas Pinjaman Luar Negeri
yang diterima PT B sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh
juta dolar Amerika Serikat). Atas transaksi tersebut
pada tanggal 3 Februari 2015 Bank C melakukan
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
dengan underlying transaksi berupa swap jual antara
Bank C dengan PT B sebesar USD10,000,000.00
(sepuluh juta dolar Amerika Serikat) dan akan jatuh
waktu pada 5 Februari 2016. Nilai nominal underlying
yang dinyatakan pada Kontrak Lindung Nilai adalah
sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika
Serikat) dan jangka waktu Kontrak Lindung Nilai adalah
2 (dua) tahun. Bank C dapat melakukan Transaksi
Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia dengan
nilai USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika
Serikat) selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
setiap
tahun
setelmen
sampai
secara
dengan
netting.
Pada
tahun
akhir
ke-2
dengan
tahun
ke-2
setelmen transaksi dilakukan secara full movement.
Tahun ke-3
: Pada bulan Januari 2016 PT B melakukan transaksi
swap beli kepada Bank C dengan underlying berupa
penarikan di tahun ke-3 atas Pinjaman Luar Negeri
yang …
202
7
Lanjutan Lampiran 14
yang diterima PT B sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh
juta dolar Amerika Serikat). Atas transaksi tersebut
pada tanggal 3 Februari 2016 Bank C melakukan
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
dengan underlying transaksi berupa swap jual antara
Bank C dengan PT B sebesar USD10,000,000.00
(sepuluh juta dolar Amerika Serikat) dan akan jatuh
waktu pada 6 Februari 2017. Nilai nominal underlying
yang dinyatakan pada Kontrak Lindung Nilai adalah
sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta dolar Amerika
Serikat) dengan jangka waktu Kontrak Lindung Nilai
adalah 1 (satu) tahun. Bank C dapat melakukan
Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
dengan nilai USD 10,000,000.00 (sepuluh juta dolar
Amerika Serikat) selama 1 (satu) tahun dengan setelmen
secara full movement.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
203
Lampiran 15 8
LAMPIRAN II
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 16/ 2 /DPM TANGGAL
28 JANUARI 2014
PERIHAL
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
Contoh Pernyataan Bank Mengenai Pemenuhan Persyaratan Transaksi
Swap Lindung Nilai kepada Bank Indonesia
Bersama ini Bank D menyatakan bahwa Transaksi Swap Lindung Nilai
kepada Bank Indonesia telah memenuhi seluruh persyaratan yang diatur
dalam ketentuan mengenai Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
204
Lampiran 16 9
LAMPIRAN III
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 16/ 2 /DPM TANGGAL
28 JANUARI 2014
PERIHAL
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal yang Sama
pada Setiap Perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia
KONTRAK LINDUNG NILAI
1. Nominal Kontrak Lindung Nilai: USD20 juta.
2. Jangka waktu Kontrak Lindung Nilai: 2 tahun.
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
1. Jangka waktu:12 bulan.
2. Nominal: USD20 juta.
3. Tanggal transaksi: 11 Februari 2014.
4. Tanggal valuta (setelmen 1st leg swap 1): 13 Februari 2014.
5. Kurs JISDOR 11 Februari 2014: Rp12.000,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp900,00.
7. Tanggal valuta jatuh waktu (setelmen 2nd leg swap 1): 13 Februari 2015.
8. Kurs setelmen 2nd leg swap 1: Rp12.900,00.
PERPANJANGAN TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK
INDONESIA
1. Jangka waktu perpanjangan: 12 bulan.
2. Nominal: USD20 juta.
3. Tanggal transaksi perpanjangan: 11 Februari 2015.
4. Tanggal valuta perpanjangan (setelmen 1st leg swap 2): 13 Februari
2015.
5. Kurs JISDOR 11 Februari 2015 : Rp12.500,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp950,00.
SETELMEN
INDONESIA
TRANSAKSI
SWAP
LINDUNG
NILAI
KEPADA
BANK
Perhitungan Setelmen
1. Saat Transaksi Swap jatuh waktu, perhitungan setelmen 2nd leg swap 1
pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan mengembalikan ke Bank: USD20 juta.
b. Bank akan mengembalikan ke Bank Indonesia: (Rp12.000,00 +
Rp900,00) x USD20 juta = Rp258 milyar.
2. Saat perpanjangan Transaksi Swap, perhitungan setelmen 1st leg swap 2
pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan menerima transfer dari Bank: USD20 juta.
b. Bank akan menerima dari Bank Indonesia: Rp12.500,00 x USD20 juta
= Rp250 milyar.
Setelmen Transaksi
Setelmen netting pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Setelmen USD = USD20 juta – USD20 juta = USD0.
b. Setelmen Rp = Rp258 milyar – Rp250 milyar = Rp8 milyar.
Berdasarkan …
205
Lanjutan Lampiran 16
Berdasarkan hasil perhitungan setelmen secara netting, maka Bank
Indonesia akan mendebet rekening giro Rupiah Bank pada tanggal 13
Februari 2015 sebesar Rp8 milyar.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
206
10
Lampiran 1711
LAMPIRAN IV
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 16/2 /DPM TANGGAL
28 JANUARI 2014
PERIHAL
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal yang Sama
pada Setiap Perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia
KONTRAK LINDUNG NILAI
1. Nominal Kontrak Lindung Nilai: USD20 juta.
2. Jangka waktu Kontrak Lindung Nilai: 2 tahun.
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
1. Jangka waktu:12 bulan.
2. Nominal: USD20 juta.
3. Tanggal transaksi: 11 Februari 2014.
4. Tanggal valuta (setelmen 1st leg swap 1): 13 Februari 2014.
5. Kurs JISDOR 11 Februari 2014 : Rp12.000,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp900,00.
7. Tanggal valuta jatuh waktu (setelmen 2nd leg swap 1): 13 Februari 2015.
8. Kurs setelmen 2nd leg swap 1: Rp12.900,00.
PERPANJANGAN TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK
INDONESIA
1. Jangka waktu perpanjangan: 12 bulan.
2. Nominal: USD20 juta.
3. Tanggal transaksi perpanjangan: 11 Februari 2015.
4. Tanggal valuta perpanjangan (setelmen 1st leg swap 2): 13 Februari
2015.
5. Kurs JISDOR 11 Februari 2015: Rp13.000,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp950,00.
SETELMEN
INDONESIA
TRANSAKSI
SWAP
LINDUNG
NILAI
KEPADA
BANK
Perhitungan Setelmen
1. Saat Transaksi Swap jatuh waktu, perhitungan setelmen 2nd leg swap 1
pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan mengembalikan ke Bank: USD20 juta.
b. Bank akan mengembalikan ke Bank Indonesia: (Rp12.000,00 +
Rp900,00) x USD20 juta = Rp258 milyar.
2. Saat perpanjangan Transaksi Swap, perhitungan setelmen 1st leg swap
2 pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan menerima transfer dari Bank: USD20 juta.
b. Bank akan menerima dari Bank Indonesia: Rp13.000,00 x USD20
juta = Rp260 milyar.
Setelmen Transaksi
Setelmen netting pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Setelmen USD = USD20 juta – USD20 juta = USD0.
b. Setelmen Rp = Rp258 milyar – Rp260 milyar = (Rp2 milyar).
Berdasarkan …
207
12
Lanjutan Lampiran 17
Berdasarkan hasil perhitungan setelmen secara netting, maka Bank
Indonesia akan mengkredit rekening giro Rupiah Bank pada tanggal 13
Februari 2015 sebesar Rp2 milyar.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
208
Lampiran 1813
LAMPIRAN V
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 16/ 2 /DPM TANGGAL
28 JANUARI 2014
PERIHAL
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal yang Lebih
Kecil pada Setiap Perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia
KONTRAK LINDUNG NILAI
1. Nominal Kontrak Lindung Nilai: USD20 juta.
2. Jangka waktu Kontrak Lindung Nilai: 2 tahun.
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
1. Jangka waktu:12 bulan.
2. Nominal: USD20 juta.
3. Tanggal transaksi: 11 Februari 2014.
4. Tanggal valuta (setelmen 1st leg swap 1): 13 Februari 2014.
5. Kurs JISDOR 11 Februari 2014: Rp12.000,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp900,00.
7. Tanggal valuta jatuh waktu (setelmen 2nd leg swap 1): 13 Februari 2015.
8. Kurs setelmen 2nd leg swap 1: Rp12.900,00.
PERPANJANGAN TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK
INDONESIA
1. Jangka waktu perpanjangan: 12 bulan.
2. Nominal: USD15 juta.
3. Tanggal transaksi perpanjangan: 11 Februari 2015.
4. Tanggal valuta perpanjangan (setelmen 1st leg swap 2): 13 Februari
2015.
5. Kurs JISDOR 11 Februari 2015: Rp12.500,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp950,00.
SETELMEN
INDONESIA
TRANSAKSI
SWAP
LINDUNG
NILAI
KEPADA
BANK
Perhitungan Setelmen
1. Saat Transaksi Swap jatuh waktu, perhitungan setelmen 2nd leg swap 1
pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan mengembalikan ke Bank: USD20 juta.
b. Bank akan mengembalikan ke Bank Indonesia: (Rp12.000,00 +
Rp900,00) x USD20 juta = Rp258 milyar.
2. Saat perpanjangan Transaksi Swap, perhitungan setelmen 1st leg swap
2 pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan menerima transfer dari Bank: USD15 juta.
b. Bank akan menerima dari Bank Indonesia: Rp12.500,00 x USD15
juta = Rp187,5 milyar.
Setelmen Transaksi
Setelmen netting pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Setelmen USD = USD20 juta – USD15 juta = USD5 juta.
b. Setelmen Rp = Rp258 milyar – Rp187,5 milyar = Rp70,5 milyar.
Berdasarkan hasil perhitungan setelmen secara netting, maka:
a. Bank …
209
14
Lanjutan Lampiran 18
a. Bank Indonesia akan mentransfer ke rekening Bank di bank
koresponden sebesar USD5 juta.
b. Bank Indonesia mendebet rekening giro Rupiah Bank sebesar Rp70,5
milyar.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
210
Lampiran 1915
LAMPIRAN VI
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 16/ 2 /DPM TANGGAL 28 JANUARI 2014
PERIHAL
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai Nominal yang Lebih
Kecil pada Setiap Perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada
Bank Indonesia
KONTRAK LINDUNG NILAI
1. Nominal Kontrak Lindung Nilai: USD20 juta.
2. Jangka waktu Kontrak Lindung Nilai: 2 tahun.
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
1. Jangka waktu:12 bulan.
2. Nominal: USD20 juta.
3. Tanggal transaksi: 11 Februari 2014.
4. Tanggal valuta (setelmen 1st leg swap 1): 13 Februari 2014.
5. Kurs JISDOR 11 Februari 2014: Rp12.000,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp900,00.
7. Tanggal valuta jatuh waktu (setelmen 2nd leg swap 1): 13 Februari 2015.
8. Kurs setelmen 2nd leg swap 1: Rp12.900,00.
PERPANJANGAN TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK
INDONESIA
1. Jangka waktu perpanjangan : 12 bulan.
2. Nominal: USD19 juta.
3. Tanggal transaksi perpanjangan: 11 Februari 2015.
4. Tanggal valuta perpanjangan (setelmen 1st leg swap 2): 13 Februari
2015.
5. Kurs JISDOR 11 Februari 2015: Rp14.000,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp950,00.
SETELMEN
INDONESIA
TRANSAKSI
SWAP
LINDUNG
NILAI
KEPADA
BANK
Perhitungan Setelmen
1. Saat Transaksi Swap jatuh waktu, perhitungan setelmen 2nd leg swap 1
pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan mengembalikan ke Bank: USD20 juta.
b. Bank akan mengembalikan ke Bank Indonesia: (Rp12.000,00 +
Rp900,00) x USD20 juta = Rp258 milyar.
2. Saat perpanjangan Transaksi swap, perhitungan setelmen 1st leg swap 2
pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan menerima transfer dari Bank: USD19 juta.
b. Bank akan menerima dari Bank Indonesia: Rp14.000,00 x USD19
juta = Rp266 milyar.
Setelmen Transaksi
Setelmen netting pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Setelmen USD = USD20 juta – USD19 juta = USD1 juta.
b. Setelmen Rp = Rp258 milyar – Rp266 milyar = (Rp8 milyar).
Berdasarkan hasil perhitungan setelmen secara netting, maka:
a. Bank …
211
Lanjutan Lampiran 1916
a. Bank Indonesia akan mentransfer
koresponden sebesar USD1 juta.
ke
rekening
Bank
di
bank
b. Bank Indonesia mengkredit rekening giro Rupiah Bank sebesar Rp8
milyar.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
212
Lampiran 20 17
LAMPIRAN VII
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 16/ 2 /DPM TANGGAL 28 JANUARI 2014
PERIHAL
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
Contoh Perhitungan Setelmen Netting untuk Nilai nominal yang sesuai
dengan nilai outstanding Pinjaman Luar Negeri Bank pada setiap
periode perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai kepada Bank
Indonesia
KONTRAK LINDUNG NILAI
1. Jadwal pembayaran cicilan Pinjaman Luar Negeri Bank:
USD10 juta setiap tahun selama 2 tahun.
2. Nominal Kontrak Lindung Nilai:
a. USD20 juta untuk tahun pertama.
b. USD10 juta untuk tahun kedua.
3. Jangka waktu Kontrak Lindung Nilai: 2 tahun.
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
1. Jangka waktu: 12 bulan.
2. Nominal: USD20 juta.
3. Tanggal transaksi: 11 Februari 2014.
4. Tanggal valuta (setelmen 1st leg swap 1): 13 Februari 2014.
5. Kurs spot 11 Februari 2014: Rp12.000,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp900,00.
7. Tanggal valuta jatuh waktu (setelmen 2nd leg swap 1): 13 Februari 2015.
8. Kurs setelmen 2nd leg swap 1: Rp12.900,00.
PERPANJANGAN TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA
BANK INDONESIA
1.
2.
3.
4.
Jangka waktu perpanjangan: 12 bulan.
Nominal: USD10 juta.
Tanggal transaksi perpanjangan: 11 Februari 2015.
Tanggal valuta perpanjangan (setelmen 1st leg swap 2): 13 Februari
2015.
5. Kurs spot 11 Februari 2015: Rp12.500,00.
6. Premi swap 12 bulan: Rp950,00.
SETELMEN TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA
BANK INDONESIA
Perhitungan Setelmen
1. Saat Transaksi Swap jatuh waktu, perhitungan setelmen 2nd leg swap 1
pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan mengembalikan ke Bank: USD20 juta.
b. Bank akan mengembalikan ke Bank Indonesia: (Rp12.000,00 +
Rp900,00) x USD20 juta = Rp258 milyar.
3. Saat perpanjangan Transaksi Swap, perhitungan setelmen 1st leg swap 2
pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Bank Indonesia akan menerima transfer dari Bank: USD10 juta.
b. Bank akan menerima dari Bank Indonesia: Rp12.500,00 x USD10
juta = Rp125 milyar.
Setelmen …
213
Lanjutan Lampiran 20 18
Setelmen Transaksi
Setelmen netting pada tanggal 13 Februari 2015:
a. Setelmen USD = USD20 juta – USD10 juta = USD10 juta.
b. Setelmen Rp = Rp258 milyar – Rp125 milyar = Rp133 milyar.
Berdasarkan hasil perhitungan setelmen secara netting, maka:
a. Bank Indonesia akan mentransfer ke rekening Bank di bank
koresponden sebesar USD10 juta.
b. Bank Indonesia mendebet rekening giro Rupiah Bank sebesar Rp133 milyar.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
214
Lampiran 21 19
LAMPIRAN VIII
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 16/ 2 /DPM TANGGAL
28 JANUARI 2014
PERIHAL
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
Contoh Format Deal Conversation di RMDS
Pengajuan Kontrak Lindung Nilai dan Transaksi Swap Awal
BERSAMA INI BANK XXXX MENYATAKAN BAHWA TRANSAKSI SWAP
LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA TELAH MEMENUHI SELURUH
PERSYARATAN YANG DIATUR DALAM KETENTUAN MENGENAI TRANSAKSI
SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA
KONTRAK LINDUNG NILAI
A. NAMA BANK BANK XXXX
B. JANGKA WAKTU 2 TAHUN
C. UNDERLYING KONTRAK TRANSAKSI SWAP BANK XXXX DENGAN PT
XYZ ATAS PINJAMAN LUAR NEGERI PT XYZ
D. NILAI NOMINAL USD500 JUTA
TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI
A. NAMA BANK BANK XXXX
B. KONTRAK LINDUNG NILAI 2 TAHUN UNTUK USD500 JUTA
C. TANGGAL TRANSAKSI 14 FEBRUARI 2014
D. TANGGAL VALUTA 18 FEBRUARI 2014
E. JANGKA WAKTU 12 BULAN
F. TANGGAL JATUH WAKTU 18 FEBRUARI 2015
G. NILAI NOMINAL USD100 JUTA
H. NOMOR
REKENING
USD
FED
RESERVE
BK
OF
NY,
NY
AC
02108XXXXX BIC CODE FRNYUSXX
Selanjutnya Bank Indonesia akan memberikan nomor referensi Kontrak
Lindung Nilai kepada Bank
NOMOR REFERENSI XXXX14021415B-0001
Contoh Pengajuan Perpanjangan Transaksi Swap Lindung Nilai
PERPANJANGAN TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI
A. NAMA BANK BANK XXXX
B. KONTRAK …
215
20
Lanjutan Lampiran 21
B. KONTRAK LINDUNG NILAI 2 TAHUN UNTUK USD500 JUTA
C. TANGGAL TRANSAKSI 14 FEBRUARI 2014
D. TANGGAL VALUTA 18 FEBRUARI 2014
E. JANGKA WAKTU 12 BULAN
F. TANGGAL JATUH WAKTU 18 FEBRUARI 2015
G. NILAI NOMINAL USD100 JUTA
H. NOMOR
REKENING
USD
FED
RESERVE
BK
OF
NY,
NY
AC
02108XXXXX BIC CODE FRNYUSXX
I.
NOMOR REFERENSI XXXX14021415B-0001
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
216
Download