IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT

advertisement
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT
PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA
PALEMBANG,SUMATERA SELATAN
Erwin Nofyan1, Moch Rasyid Ridho1, Riska Fitri1
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya-Inderalaya Sumatera Selatan1
[email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi dan prevalensi ektoparasit dan endoparasit
pada ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.) di kolam budidaya Palembang, pada bulan
April sampai Juni 2014. Identifikasi parasit dilakukan di Laboratorium Parasitologi Balai
Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan Palembang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ektoparasit dan endoparasit yang ditemukan dan
mengetahui tingkatan prevalensi parasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.) serta
mengetahui hubungan inang ikan nila terhadap parasit di kolam budidaya. Berdasarkan
hasil identifikasi yang telah dilakukan didapatkan empat filum parasit pada ikan nila yaitu
filum Cilliophora (Trichodina
sp dan Ichthyophthirius multifiliis), Platyhelminthes
(Dactylogyrus sp), Acanthocephala (Acanthocephalus sp) dan Arthropoda (Lernea sp).
Rata-rata nilai prevalensi tertinggi ikan nila sebesar 19,99% pada ikan ukuran 18-18,9 cm
dan nilai prevalensi terendah sebesar 7,56% pada ikan ukuran 14-14,9 cm.
Kata kunci : Parasit, Identifikasi, Prevalensi, Oreochromis niloticus
1. PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus Linn) merupakan ikan air tawar yang di budidayakan
karena mengandung gizi yang sangat tinggi, memiliki rasa lezat, disukai konsumen,
sehingga nilai ekonominya relatif cukup tinggi. Budidaya ikan nila cukup mudah dipelihara,
pertumbuhannya sangat cepat dan daya adaptasi terhadap lingkungan cukup baik.
Budidaya
ikan nila,
tidak
luput
dari permasalahannya
yang
dihadapi,
seperti
penanggulangan penyakit pada ikan yang disebabkan parasit, bakteri, virus dan jamur.
Parasit
yaitu
endoparasit
dan
ektoparasit
merupakan
organisme
yang
dapat
menyebabkan kematian pada ikan. Perkembangbiakan parasit dapat terjadi pada kolam,
jika kolam tersebut kurang perawatannya, pakan yang berlebihan, perubahan lingkungan
yang dapat menurunkan resistensi ikan tersebut.
19
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
Parasit yang menyerang ikan budidaya akan mempengaruhi kelangsungan hidup
seperti terhambatnya pertumbuhan ikan. Pengaruh yang muncul diawali dengan
terganggunya sistem metabolisme tubuh hospes sampai merusak organ (seperti insang,
lambung dan usus), sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Daur hidup parasit yang menginfeksi ikan budidaya dapat
diketahui melalui hubungan antara hospes yaitu bikan budidaya, parasit serta lingkungan
hospes tersebut hidup, sehingga para peternak dapat mengantisipasi keadaan yang
timbul akibat parasit tersebut.
Informasi mengenai penelitian identifikasi dan prevalensi
ektoparsit dan
endoparasit pada ikan, khususnya pada ikan nila sebagai ikan budidaya informasinya
masih terbatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul : “Identifikasi dan Prevalensi
Ektoparasit dan Endoparasit
Pada
Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn) di Kolam
Budidaya Palembang Sumatera Selatan“.
2. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif berupa metode purposive
sampling. Sampel yang digunakan adalah ikan nila (O. niloticus Linn), sebanyak 15 ekor
per kolam yang berasal dari 3 kolam Budidaya yang ada di Palembang.
2.1 Pemeriksaan Sampel
Sampel Ikan nila dimatikan dengan cara menusukkan jarum tepat pada bagian
medulla oblongata [1]. Kemudian diambil organ-organ tubuh khususnya pada bagian yang
terdapat ektoparasit seperti sirip, lender dan insang, serta bagian yang terdapat
endoparasit pada bagian alat pencernaan.
a) Pemeriksaan Ektoparasit
Pemeriksaan Insang dengan cara menggunting operkulum sehingga lembaran
insang jelas kelihatan. Lembaran insang diambil, kemudian setiap lembar diletakkan di
kaca objek ditetesi larutan garam fisiologis, selanjutnya dilihat di bawah lensa mikroskop.
Pemeriksaan sirip , setiap sirip yang ada, termasuk sirip dada dan sirip ekor juga
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menggunting seluruh sirip ikan, kemudian
dimasukkan ke gelas piala yang di dalamnya sudah ada larutan garam fisiologis.
Kemudian sirip yang tipis tersebut diletakkan di atas kaca objek dan dilihat di bawah lensa
mikroskop.
Pemeriksaan mukus atau lendir, setelah ikan nila mati, tubuhnya akan
mengeluarkan lendir. Lendir yang terdapat dipermukaan tubuhnya dikerok dari kepala ke
arah ekor, kemudian dibuat preparat ulas tipis lendir di atas kaca objek yang telah diberi
larutan garam fisiologis, lalu diperiksa di bawah lensa mikroskop.
20
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
b) Pemeriksaan Endoparasit
Ikan nila dibedah, organ pencernaan yaitu lambung dan usus dimasukkan ke
dalam
masing–masing cawan petri
yang berisi larutan garam fisiologis NaCl 0,9 %
selama 5 menit, lalu digunting dan disayat tipis, kemudian diletakkan di kaca objek, di
amati di bawah lensa mikroskop.
2.2 Pembuatan Preparat Parasit
a) Protozoa
Preparat basah dibiarkan kering di udara, lalu difiksasi menggunakan formalin 10
% selama 3 – 5 menit . Kemudian diwarnai dengan cara direndam dalam larutan Giemsa
5 % selama 20 menit. Lalu preparat dicaci dengan air kran yang mengalir, kemudian
preparat dibiarkan mengering. Preparat diidentifikasi di bawah lensa mikroskop.
b) Cestoda
Jenis dari Cestoda yang ditemukan pada suatu organ usus dan lambung di ambil,
kemudian dipres di antara dua buah kaca objek, lalu di fiksasi dengan alkoho 70 %
selama 5 – 30 menit. Pengawetan preparat menggunakan gliserin alkohol 70 % ,
kemudian diidentifikasi.
c) Monogenea
Parasit difiksasi dengan formalin 10 % selama 5- 10 menit, kemudian direndam
dengan aceto-carmine selama 5 menit, preparat dihidrasi menggunakan alcohol 70 %.
Kemudian preparat diclearing menggunakan Xylol, preparat ditutup menggunakan
entellan dan preparat siap diidentifikasi.
2.3 Identifikasi Parasit
Pengamatan parasit dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler dan
Identifikasi parasit menggunakan buku panduan yang ditulis oleh [2].
2.4 Parameter dan Perhitungan
Parameter dari penelitian ini adalah jenis-jenis ektoparasit dan endoparasit yang
terdapat pada ikan Nila budidaya.
Prevalensi parasit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Prevalensi parasit =
Jumlah ikan yang terserang parasit
Jumlah ikan yang diperiksa
X 100 %
Data yang diperoleh dari hasil penelitian meliputi jenis parasit (ektoparasit dan
endoparasit) danalisis secara deskriptif.
Data yang disajikan dalam bentuk tabel,
disajikan secara deskriptif dengan mendeskripsikan karakter- karakter morfologi jenisjenis ektoparasit dan endoparasit yang ditemukan serta dilampirkan dalam bentuk
gambar.
21
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jenis-Jenis Ektoparasit dan Endoparasit yang Ditemukan pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus Linn.)
Hasil
identifikasi terhadap
parasit yang
ditemukan
dapat
dikelompokkan
menjadi empat filum yaitu Cilliophora, Platyhelminthes, Acanthocephala dan Arthropoda.
Parasit
yang
ditemukan
pada ikan diperiksa,
intensitasnya. Jenis-jenis parasit yang ditemukan
dihitung
pada
tingkat
ikan
nila
prevalensi dan
(Oreochromis
niloticus Linn.) tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil identifikasi ektoparasit dan endoparasit pada ikan nila (Oreochromis
niloticus Linn.) di kolam Di kolam budidaya Palembang sumatera selatan.
No
1
2
3
4
5
6
Phylum
Cilliophora
Class
Oligomenophorea
Aspirigira
Platyhelminthes
Acanthocephala
Arthropoda
Trematoda
Palaescanthocephala
Crustacea
Spesies
Trichodina sp
Ichtyophthirius multifiliis
Dactylogyrus sp
Gyrodactylus sp
Acanthocephalus sp
Lernea sp
3.2 Deskripsi parasit yang ditemukan
1. Trichodina sp
Bentuk tubuh Trichodina besar agak cekung dengan adoral ciliari melingkar lebih
dari 400ᵒ, berukuran 50-100 μm. Tubuh dikelilingi oleh border membran, bagian tengah
adhesive membentuk bulatan-bulatan, dentikel
blade melengkung
tajam
dengan
bagian menonjol pada sisi anterior dan meruncing pada sisi posterior blade. Menurut [2]
secara individual parasit ini tidak berbahaya, akan tetapi dalam jumlah yang banyak
dapat mengiritasi ikan akibat gerakan parasit.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Cilliophora
Class
: Oligomonophorea
Ordo
: Sessilina
Family
: Trichodinidae
Genus
: Trichodina
Species
: Trichodina sp (Kabata, 1985)
22
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
2. Ichthyophthirius multifillis
Ichthyophthirius multifiliis Parasit ini memiliki bentuk oval, diameter 50 µm, silia
seragam dan memiliki makronukleus berbentuk tapal kuda yang transparan dan
mikronukleus yang menempel pada makronukleus. Parasit ini dikenal dengan nama “ich”
adalah yang paling virulen dari parasit protozoa pada ikan. Menurut Hoffman (1967)
Ichthyophthirius multifiliis dewasa berkembangbiak dengan cara melepaskan diri dari
inang dan berenang mencari daerah yang tenang. Parasit ini melekatkan diri pada suatu
substrat dan ditutupi dalam kista yang kemudian terjadi pembelahan selama ± 24 jam.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Cilliophora
Class
: Aspirigira
Ordo
: Holotricha
Family
: Trichodinidae
Genus
: Ichthyophthirius
Species
: Ichthyophthirius multifillis
(Kabata, 1985)
3. Dactylogyrus sp
Dactylogyrus
sp
berbentuk
pipih, pada bagian anterior terdapat pharynx,
pada bagian posterior terdapat disk (lempengan) yang berisi beberapa jangkar, dua pada
bagian tengah dan 14
pada bagian sisi. Bentuk dan ukuran jangkar tengah yang
berfungsi sebagai alat pengcengkram beserta plat penghubungnya merupakan organ
penting dalam identifikasi spesies.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class
: Trematoda
Ordo
: Dactylogyridae
Family
: Dactylogyridae
Genus
: Dactylogyrus
Species
: Dactylogyrus sp (Kabata, 1985)
4. Gyrodactylus sp
Gyrodactylus
sp memiliki bentuk tubuh kecil, memanjang, transparan, tanpa titik
23
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
mata dan pada bagian anteriornya terdapat dua tonjolan. Pada bagian posteriornya
terdapat sepasang jangkar yang dihubungkan oleh sebuah plat. Terdapat 16 jangkar
kecil pada sisi piringan (opisthaptor). Pada stadia dewasa di dalam uterusnya terdapat
embrio yang ditunjukkan dengan adanya jangkar pada bagian depan dan belakang.
Pada gilirannya embrio tersebut yang akan berisi embrio generasi berikutnya.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class
: Trematoda
Ordo
: Gyrodactylidea
Family
: Gyrodactylidae
Genus
: Gyrodactylus
Species
: Gyrodactylus sp (Kabata, 1985)
5. Acanthocephalus sp
Acanthocephalus sp disebut cacing kepala berduri. Hal ini dikarenakan cacing
Acanthocephalus memiliki kait-kait yang mirip duri pada probiosisnya. Acanthocephalus
sp merupakan cacing yang berbentuk silinder, agak pipih, mempunyai probiosis yang
dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari tubuhnya yang berada di ujung anterior tubuh.
Probiosis berbentuk bulat atau silindris serta dilengkapi baris-baris kait (spina) yang
membengkok dan berguna untuk meletakkan tubuh cacing tersebut pada usus inang.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Acanthocephala
Class
: Palaeacanthocephala
Ordo
: Echinorhynchidea
Family
: Rhadinorhynchidae
Genus
: Acanthocephalus
Species
: Acanthocephalus sp (Kabata, 1985)
6. Lernea sp
Lerneasis merupakan penyakit
diantara
parasit
Crustacea
air
yang disebabkan oleh ektoparasit Lernaea,
tawar Lernaea merupakan parasit yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian ikan pada semua stadia. Parasit ini
dapat dilihat dengan mata kasar, mempunyai bentuk seperti lidi halus dibagian kepala
yang berbentuk jangkar yang
digunakan
untuk
menghujam
ke dalam daging
24
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
inangnya dan pada bagian posteriornya terdapat abdomen.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Crustacea
Ordo
: Cyclopoida
Family
: Lernaeidae
Genus
: Lernea sp
Species
: Lernea sp (Kabata, 1985).
3.3 Prevalensi Serangga Parasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.)
Pada penelitian ini dihubungkan prevalensi rata-rata parasit dengan ukuran
panjang tubuh ikan. Untuk ikan budidaya dikarenakan habitat terbatas sehingga ikan pada
habitat terbatas dapat saja terserang parasit. Hal ini dapat disebabkan karena ikan stress
(sakit) maka parasit akan berkembang cepat karena proses imunitas dalam tubuh ikan
menurun sedangkan
apabila
ikan
tersebut
tidak stress (sehat) maka kehadiran
parasit tidak berpengaruh besar dikarenakan imunitas dalam tubuh ikan stabil sehingga
parasit yang menyerang ikan membutuhkan waktu untuk menurunkan imunitas tubuh
ikan. Hasil prevalensi dapat dilihat pada tabel 2.
Pada ikan nila (Oreochromis niloticus
Linn.)
nilai
prevalensi
parasit yang
menyerang ikan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran tubuh ikan.
Nilai prevalensi tertinggi pada ikan nila ukuran 18-18,9 cm sebesar 19,99 % dan nilai
prevalensi terendah pada ikan nila ukuran 14-14,9 cm sebesar 7,56 %. Hal ini dapat
terjadi selain faktor ukuran, faktor umur sangat mempengaruhi karena ikan yang memiliki
umur lebih tua mempunyai tingkat
adaptasi dan hidup yang lebih lama, sehingga
organisme penyakit lebih dulu menyerang dibandingkan ikan yang masih berumur muda.
Amirullah
(2012)
menambahkan
bahwa
kemampuan parasit
menginfeksi
inang
dipengaruhi oleh faktor ekologi, moroflogi, fisiologi dan kemampuan mekanisme
pertahanan inang.
25
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
Tabel 2. Tingkat Prevalensi parasit pada ikan nila di kolam budidaya sofandi Ciancur II
Lemabang Palembang Sumatra Selatan.
No
Ukuran ikan
(cm)
Organ yang
diserang
Kulit
1
2
14-14,9
15-15,9
Sirip dada
Sirip ekor
Insang
Usus
Hati
Kulit
Sirip dada
Sirip ekor
Insang
Usus
Hati
Kulit
3
16,16,9
Sirip dada
Sirip ekor
Insang
Usus
Hati
Kulit
Sirip dada
4
17-17,9
Sirip ekor
Insang
Usus
Hati
Kulit
Sirip dada
5
18,89
Sirip ekor
Insang
Usus
Hati
Jenis Parasit
Trichodina sp
Dactylogyrus sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Gyrodactylus sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Dactylogyrus sp
Trichodina sp
Gyrodactylus sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Dactylogyrus sp
Trichodina sp
Gyrodactylus sp
Ichthyophthirius multifillis
Trichodina sp
Dactylogyrus sp
Lernaea sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Dactylogyrus sp
Acanhocephalus sp
Trichodina sp
Gyrodactylus sp
Trichodina sp
Dactylogyrus sp
Trichodina sp
Trichodina sp
Dactylogyrus sp
Acanhocephalus sp
-
Tingkat
Prevalensi
(%)
8,89
2,22
8,89
8,89
8,89
11,11
2,22
11,11
11,11
11,11
6,67
13,33
2,22
13,33
13,33
13,33
8,89
33,33
17,78
6,67
33,33
4,44
2,22
33,33
33,33
20
4,44
33,33
6,67
33,33
2,22
33,33
33,33
15,56
2,22
-
Rerata
prevalensi
(%)
7,56
8,88
10,73
18,88
19,99
26
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
3.4 Hubungan Prevalensi dengan Panjang Tubuh Ikan Nila (Oreochromis niloticus
Linn.)
Grafik 1. Memperlihatkan bahwa semakin panjang ukuran tubuh ikan maka akan
semakin tinggi tingkat prevalensi parasit. Bertambahnya tingkat prevalensi parasit diduga
karena ikan yang ukurannya kecil memiliki luas penampang yang lebih kecil daripada ikan
besar, maka parasit yang hidup dan menempel lebih sedikit dan peluang kontak antara
parasit dengan inang lebih sedikit pula. Selain itu lamanya pemeliharaan ikan juga dapat
mengakibatkan tingginya tingkat prevalensi.
Prevalensi (%)
25
20
19,99
18,88
15
10,73
10
8,88
7,56
5
14-14,9
16-16,9
15-15,9
17-17,9
18-18,9
Ukuran Ikan (Cm)
Grafik 1. Hubungan prevalensi total dengan panjang tubuh ikan nila
Nilai prevalensi pada ikan yang berukuran 14-14,9 cm adalah jenis parasit
Trichodina sp sebesar 8,89 % dan Dactylogyrus sp sebesar 2,22 %. Pada ikan yang
berukuran 15-15,9 cm terdapat jenis
parasit
Trichodina
sp
sebesar
11,11 %.
Gyrodactylus sp sebesar 2,22 % dan Dactylogyrus sp sebesar 6,67 %. Nilai prevalensi
pada ikan yang berukuran
16-16,9
cm
terdapat
jenis parasit Trichodina sp sebesar
13,33 %, Gyrodactylus sp sebesar 2,22 % dan Dactylogyrus sp sebesar 8,89 %.
Nilai
prevalensi
pada
ikan
yang berukuran
17-17,9
cm
terdapat
jenis
parasit Trichodina sp sebesar 33,33 %, Gyrodactylus sp sebesar 17,78 %, Ichthyophthirius
multifiliis sebesar 6,67 %, Dactylogyrus sp sebesar 12,22 %, Lernaea sp sebesar 2,22 %
27
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura Pontianak
Hal 19 - 28
dan Acanthocephalus sp sebesar 4,44 %. Nilai prevalensi pada ikan
4. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Jenis-jenis parasit yang ditemukan pada ikan nila dapat dikelompokkan menjadi
empat filum yaitu Cilliophora (Trichodina sp dan Ichthyophthirius multifiliis),
Platyhelminthes
(Dactylogyrus
sp.
Dan
Gyrodactylus
sp.),
Acanthocephala
(Acanthocephalus sp) dan Arthropoda (Lernaea sp).
2. Nilai
prevalensi
pada
ikan
nila cenderung meningkat seiring dengan
bertambahnya ukuran tubuh ikan, ini disebabkan karena ikan kecil memiliki luas
penampang yang lebih kecil dibandingan dengan ikan besar dan lamanya
pemeliharaan dapat menyebabkan tingginya tingkat prevalensi.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Pemilik kolam budidaya ikan nila di Ciancur II
Lemabang Palembang Sumatra Selatan yang telah menyediakan ikan nila sebagai bahan
penelitian ini dan Ketua Balai Karantina IkanJurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya
yang telah memfasilitasi Laboratorium Fisiologi Hewan.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1].
Hadiroseyani, Y. P. Hariyadi dan Nuryati, S. 2006. Inventarisasi Parasit
Dumbo
(Clarias
Lele
sp) Di Daerah Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5 (2): 167-
177.
[2].
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases Of Fish Cultured In The Tropics.
Taylor and Frances. London and Philadelphia. 318 hal.
[3].
Hoffman, J.J. 1967. Parasites of North American Freshwater Aquarium Fish.
University of California Press. Los Angeles. 486 hal.
[4].
Amirullah, S. Dhahiyat, Y dan Rustikawati, I. 2012. Intensitas dan Prevalensi
Ektoparasit pada Ikan di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut Jawa Barat. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, Vol.3, No.4 : 271-282.
[5].
Zaman, V. 2004. Atlas Parasitologi Kedokteran. Edisi ke 4. Hipokrates. Jakarta.
28
Download