BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah 19 perusahaan BUMN yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan perusahaan go public. Sehingga, laporan keuangan perusahaan tersebut dapat diakses secara langsung untuk mendapatkan informasi yang valid. Penelitian ini difokuskan pada periode tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 karena tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari diwajibkannya penerapan GCG pada perusahaan BUMN dengan tahun penelitian 2011-2012 yang dibandingkan dengan tahun 2009-2010 sebelum diwajibkannya penerapan GCG. 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif, yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Karakteristik masalah yang dibahas mengklasifikasikan penelitian ini sebagai penelitian yang bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan tipe masalah berupa pengaruh antara dua variabel atau lebih dengan mengidentifikasikan fakta atau peristiwa tersebut sebagai variabel dependen (variabel terikat) dan melakukan penyelidikan terhadap variabel independen (variabel bebas). Penelitian ini menggunakan hipotesis sebagai pedoman dan arah untuk menentukan metode-metode penelitian yang digunakan dalam pengujian fakta. Penelitian terhadap beberapa subjek dan objek penelitian yang ada difokuskan pada situasi dalam beberapa tahun berjalan, maka dapat disimpulkan horizon waktu 45 penelitian ini adalah studi time series. Penelitian ini juga menggunakan skala rasio dan nominal untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti. 3.2.1 Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari data historis Bursa Efek Indonesia (BEI) dan website perusahaan yang dijadikan sampel. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau diperoleh dari pihak ketiga. Data tersebut dapat diperoleh dengan cara mengunduh melalui website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id yang berupa laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh auditor independen. Data sekunder lainnya yaitu berupa referensi atau literatur dari berbagai buku atau media, dan website saham OK, biz yahoo finance, Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), serta Bank Indonesia (BI). Pengambilan data dalam laporan keuangan difokuskan pada informasi non keuangan, seperti kepemilikan saham institusional dan manajerial yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan dan informasi komite audit yang mengesahkan laporan keuangan hasil audit tersebut, serta tahun diterbitkannya laporan keuangan. Selain itu, diperlukan pula informasi non keuangan berupa data Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang telah diolah oleh IICG dan disajikan kembali oleh www.mitrariset.com. 3.2.2 Penentuan Jumlah Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode 46 purposive sampling untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria pemilihan sampel tersebut meliputi: 1. Perusahaan yang telah go public dan merupakan perusahaan BUMN. 2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit (audited financial statement) pada periode tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012. Sampel yang terpilih berdasarkan kriteria tersebut adalah 19 perusahaan BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Tabel 3.1 menyajikan 19 sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kode ADHI ANTM BBNI BBRI BBTN BMRI GIAA INAF JSMR KAEF KRAS PGAS PTBA PTPP SMGR TINS TLKM WIKA WSKT Nama Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Krakatu Steel Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Pembangunan Perumahan Tbk PT Semen Indonesia (Persero) Tbk PT Timah (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk PT Waskita Karya (Persero) Tbk 47 3.2.3 Metode Pengumpulan Sampel Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak berdasarkan populasi yang dijadikan sampel penelitian dan memenuhi kriteria tertentu. Data juga diperoleh dengan menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah berbagai literatur, seperti artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mengolah sumber–sumber dokumenter seperti laporan keuangan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. 3.2.4 Metode Analisis Data Analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung tingkat pengembalian aktual tahunan dengan informasi harga saham dari biz yahoo finance selama periode tahun 2009-2012 berdasarkan data mingguan. 2. Menghitung cost of equity berdasarkan rumus CAPM (Capital Asset Pricing Model) dengan nilai Risk Free Rate yang diambil dari BI Rate, Market Risk dari tingkat pengembalian aktual perusahaan, dan nilai β (beta) yang diperoleh dari aplikasi fungsi slope dalam microsoft excel. 3. Menentukan kriteria penilaian kualitas audit, periode waktu, dan corporate governance perception index sebagai variabel dummy. 4. Menghitung kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berdasarkan informasi yang tersedia dalam catatan atas laporan keuangan. 48 5. Membuat model regresi dan melakukan pengujian hipotesis dengan statistik deskriptif, uji outlier, uji asumsi klasik (uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi), uji wilcoxon signed rank test, uji F, uji t, dan uji koefisien determinasi. 3.2.5 Metode Penyajian Data Penyajian data dilakukan secara deskriptif melalui penjabaran dan penjelasan dari hasil penelitian. Selain itu, untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian, data disajikan ke dalam dua bentuk berikut: 1. Tabel : Tabel digunakan untuk menunjukkan data–data yang sifatnya tabular. 2. Grafik : Grafik digunakan untuk menunjukkan sebuah kondisi atau hasil analisis agar memudahkan pemahaman pembaca. 3.2.6 Alat Uji Statistik 3.2.6.1 Statistik Deskriptif Menurut Sugiyono (2008), statistik deskriptif mendeskripsikan data sampel dalam bentuk tabel untuk hasil perhitungan seperti nilai rata-rata, nilai tengah, atau standar deviasi. Statistik deskriptif berhubungan dengan cara penguraian data melalui keterangan-keterangan mengenai suatu data, keadaan, atau fenomena. Ruang lingkup statistik deskriptif mencakup distribusi frekuensi, angka indeks, deret waktu, korelasi, dan regresi sederhana. Analisis statistik deskriptif dapat mentransformasikan data-data penelitian dalam bentuk tabulasi agar mudah dipahami dan diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif yang melakukan uji secara bersamaan antara data berskala rasio dan data berskala nominal. Ukuran yang digunakan data 49 berskala rasio adalah nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi, sedangkan pengujian data berskala nominal menggunakan hal yang sama dengan skala rasio, namun diuji lebih lanjut lagi dengan uji frekuensi dan persentase. 3.2.6.2 Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Priyatno (2009), analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan positif atau negatif antar variabel independen untuk memprediksi nilai variabel dependen bila variabel independen mengalami peningkatan atau penurunan nilai. Penelitian ini menggunakan model penelitian berikut: COE = α + β1CGPI + β2MO+ β3INST + β4KA + β5TP + ε Keterangan: COE : Biaya ekuitas (Cost of Equity) dihitung dengan rumus CAPM CGPI : Skor GCG yang diperoleh perusahaan berdasarkan list score dari www.mitrariset.com dengan kategori kinerja perusahaan yang sangat terpercaya dan terpercaya (nilai indeks >70%) MO : Kepemilikan manajerial INST : Kepemilikan institusional KA : Kualitas Audit merupakan dummy variable yang diberi nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 yaitu PWC, EY, Deloitte, dan KPMG TP : Periode waktu merupakan dummy variable yang diberi nilai 1 jika periode analisis tergolong tahun 2011-2012 (sesudah GCG wajib 50 diterapkan) dan bernilai 0 jika tergolong tahun 2009-2010 (sebelum GCG wajib diterapkan). α : Konstanta β : Koefisien regresi variabel independen ε : Error 3.2.6.3 Uji Outlier Uji outlier adalah uji yang dilakukan untuk melihat nilai dari data yang menyimpang cukup jauh dari nilai rata-ratanya, sehingga mengakibatkan data terdistribusi tidak normal. Uji ini dilakukan dengan dua cara, yaitu uji univariat dan multivariat. Deteksi outlier dilakukan dengan menentukan nilai batas yang dikategorikan sebagai data outlier dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam skor standardized atau z-score yang memiliki nilai rata-rata nol dan standar deviasi sama dengan satu (Ghozali, 2007:36). Data dikatakan outlier apabila nilai z yang dihitung lebih besar dari +3 atau lebih kecil dari -3. Selanjutnya, uji multivariat dilakukan denga menggunakan angka SDR (Studentized Deleted Residual). Nilai absolut SDR yang lebih besar dari 1,96 mengindikasikan bahwa data termasuk data outlier (menyimpang). 3.2.6.4 Uji Asumsi Klasik Sebelum data diproses lebih lanjut, uji asumsi klasik perlu dilakukan terlebih dahulu dengan tujuan mendapatkan model penelitian yang valid dan dapat digunakan sebagai estimasi. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. 51 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. 3.2.6.4.1 Uji Normalitas Uji normalitas merupakan pengujian tentang kenormalan distribusi data yang bertujuan untuk menguji ketepatan model regresi dari variabel residual yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Data yang terdistribusi secara normal adalah data yang berpusat pada nilai rata-rata dan median. Uji normalitas memiliki dua cara untuk mendeteksi residual yang berdistribusi normal atau tidak normal, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Grafik distribusi dapat digunakan sebagai bentuk distribusi data, karena bentuk data yang terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal yang memiliki bentuk grafik mengikuti bentuk lonceng. Selain itu, data juga dikatakan terdistribusi normal bila titik-titiknya tersebar mendekati dan mengikuti garis lurus diagonal yang dalam penelitian ini digambarkan melalui grafik P-P plots. Normalitas data dalam penelitian ini tidak hanya disajikan dalam bentuk grafik P-P plots, namun juga dengan metode kolmogorov-smirnov test. Kolmogorovsmirnov test merupakan metode pengujian normalitas yang umum dan banyak digunakan untuk menguji normalitas data. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah signifikansi > 0.05 menunjukkan data berdistribusi normal dan signifikansi < 0.05 menunjukkan data tidak berdistribusi normal. 52 3.2.6.4.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui hubungan korelasi antar variabel independen yang menjelaskan suatu model regresi. Jika terdapat multikolinearitas diantara variabel terikat, maka estimasi kesalahan standar estimasi akan meningkat seiring dengan bertambahnya variabel terikat. Model penelitian yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi diantara variabel bebasnya. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai varians inflation factor (VIF) dan tolerance pada model regresi. Tolerance dihitung berdasarkan rumus berikut ini: Tolerance = 1 – R2 Keterangan: R2 adalah koefisien determinasi Sementara VIF dihitung dengan rumus berikut ini : Dasar pengambilan keputusan atas dilakukannya uji multikolinearitas adalah jika tolerance lebih dari 0.1 dan VIF kurang dari 10, maka data terbebas dari masalah multikolinearitas (Ghozali, 2011:108). 3.2.6.4.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika varians residual satu pengamatan sama dengan pengamatan lainnya, maka terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang terbebas dari heteroskedastisitas atau dengan kata lain merupakan homokedastisitas. Menurut Priyatno (2009) ada beberapa cara yang dapat dilakukan 53 untuk melakukan pengujian heteroskedastisitas, yaitu dengan melakukan Uji Park, Uji Glejser, melihat pola grafik regresi (scatterplot) dan uji koefisien kolerasi spearman. Penelitian ini menggunakan uji koefisien korelasi spearman dan grafik scatterplot untuk menilai ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam variabel yang digunakan. Uji koefisien korelasi spearman dilakukan dengan mengkorelasikan variabel independen dengan nilai unstandardized residual. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0.05, maka data yang ada tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Uji scatterplot menunjukkan prediksi atas terjadinya heteroskedastisitas pada suatu model regresi yang terlihat pada pola grafik residual yang dihasilkan. Dasar penilaian pola grafik residual adalah: 1. Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.2.6.4.4 Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi dapat mengakibatkan: 1. Varians sampel tidak dapat menggambarkan populasi secara keseluruhan. 2. Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel terikat dari variabel bebas yang telah ditentukan. 54 3. Varians dari koefisiennya menjadi tidak efisien sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat. 4. Uji t tidak berlaku lagi, namun jika uji t tetap digunakan maka kesimpulan yang diperoleh salah. Pendeteksian terhadap penyimpangan asumsi klasik autokorelasi dapat dilihat pada besarnya nilai Durbin Watson (DW). Ketentuan uji DW adalah sebagai berikut (Ghozali, 2002): 1. Angka DW di bawah -2, menunjukkan adanya autokorelasi positif. 2. Angka DW di antara -2 sampai +2, menunjukkan tidak ada autokorelasi. 3. Angka DW di atas +2, menunjukkan adanya autokorelasi negatif. 3.2.6.5 Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test dan uji regresi linier berganda. Uji wilcoxon signed rank test dilakukan karena ada isu yang diyakini dapat mempengaruhi nilai biaya ekuitas, setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 yang mewajibkan penerapan GCG pada perusahaan BUMN. Hasil uji wilcoxon signed rank test akan menunjukkan signifikan atau tidaknya perubahan nilai biaya ekuitas setelah diwajibkannya penerapan GCG, serta besar rata-rata nilai biaya ekuitas sebelum dan sesudah GCG wajib diterapkan. Sementara, uji regresi linier berganda dilakukan karena data dalam penelitian ini mempunyai variabel independen lebih dari satu dan dianalisis secara bersamaan. Uji regresi linier berganda digunakan untuk menguji besarnya kontribusi dan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. 55 Untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini, maka dibuatlah persamaan regresi yang terdiri dari biaya ekuitas (COE) sebagai variabel dependen dan variabel independen yang meliputi (Corporate Governance Perception Index) CGPI, kepemilikan manajerial (MO), kepemilikan institusional (INST), kualitas audit (KA), serta variabel kontrol yaitu periode waktu (TP). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Package for The Social Sciences) versi 18 dengan melihat hasil uji wilcoxon signed rank test, uji F, uji t dan uji koefisien determinasi. 3.2.6.5.1 Uji Wilcoxon Signed Rank Test Uji wilcoxon signed rank test atau dikenal juga dengan istilah uji peringkat bertanda Wilcoxon, pertama kali diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon pada tahun 1940. Uji ini digolongkan dalam uji non parametrik yang digunakan untuk data bertipe interval atau rasio, namun data yang ada tidak terdistribusi normal. Pengujian ini bertujuan untuk membandingkan antara dua kelompok data yang saling berhubungan, sehingga dapat diketahui data tersebut berbeda atau tidak setelah adanya perlakuan tertentu. Dasar pengambilan keputusan dalam menentukan hasil uji ini adalah: H0 : asymp. Sig > 0.05 tidak ada perbedaan signifikan H1 : asymp. Sig < 0.05 ada perbedaan signifikan Penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk melihat signifikansi perbedaan nilai biaya ekuitas sebelum dan sesudah diwajibkannya penerapan GCG pada perusahaan BUMN. Uji tersebut dilakukan dengan cara membandingkan nilai biaya ekuitas tahun 2009-2010 (sebelum GCG wajib diterapkan) dengan tahun 2011-2012 (setelah GCG wajib diterapkan). 56 3.2.6.5.2 Uji F Uji simultan atau uji statistik F adalah pengujian model secara keseluruhan untuk menguji ketepatan model dalam mewakili pengaruh variabel bebas dan terikat dalam penelitian yang dilakukan. Pengujian model ini melibatkan seluruh nilai koefisien secara bersama-sama dengan menggunakan distribusi F. Nilai probabilitas F merupakan tingkat signifikansi utama dari F-statistics. Jika nilai probabilitas F kurang dari nilai alpha (α), maka hipotesa Ho diterima. Dasar analisis dapat digambarkan dalam angka signifikansi alpha yang harus bernilai lebih kecil atau kurang dari 0.05 dengan tingkat keyakinan 0.95, maka dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan sudah baik. Uji F dalam penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi keseluruhan mekanisme GCG terhadap biaya ekuitas. Mekanisme GCG dalam penelitian ini diwakili oleh variabel CGPI, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit. Selain itu, untuk mengontrol signifikansi pengaruh dari variabelvariabel yang ada, maka digunakan variabel kontrol yaitu periode waktu yang mewakili tahun diwajibkannya penerapan GCG dalam mempengaruhi biaya ekuitas. Hasil uji F akan menunjukkan signifikansi atau ketepatan model regresi yang digunakan dalam menilai pentingnya mekanisme GCG dalam mempengaruhi biaya ekuitas. 3.2.6.5.3 Uji t Uji t atau uji parsial digunakan untuk melihat signifikansi setiap koefisien regresi. Penarikan kesimpulan dalam uji t dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu: 57 1. Membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hasil uji dengan nilai thitung > ttabel menunjukkan bahwa H1 diterima, sebaliknya jika nilai thitung < ttabel maka H0 diterima. 2. Melihat tingkat probabilitas (p-value) yaitu jika p-value > 0.05, maka H0 diterima dan jika p-value < 0.05, maka H1 diterima atau menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. 3.2.6.5.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) Secara umum, koefisien determinasi adalah bagian dari variasi total dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen. Uji ini menunjukkan variabilitas data yang dijelaskan oleh model regresi dan menjelaskan hubungan antar variabel dengan faktor lain yang mempengaruhi hubungan tersebut (Sarwono, 2012:204). Pengelompokkan hasil pengujian koefisien determinasi (R2) yaitu: R2 > 0.5 : hubungan variabel dependen dan independen kuat R2 = 0.5 : hubungan variabel dependen dan independen tidak berhubungan R2 < 0.5 : hubungan variabel dependen dan independen lemah 3.2.7 Operasionalisasi Variabel Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau dapat pula didefinisikan sebagai variabel penyebab (X), sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau terikat oleh variabel independen dan umumnya disimbolkan dengan huruf Y. 58 3.2.7.1 Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya ekuitas (cost of equity) yang dihitung dengan menggunakan model capital asset pricing model (CAPM). Fama dan French (1992) mengembangkan tiga model pembiayaan aset termasuk beta, ukuran, dan market to book dalam menggambarkan CAPM. CAPM atau tingkat pengembalian harapan dihitung dengan cara menambahkan tingkat pengembalian bebas risiko yang berasal dari BI rate dengan nilai beta yang dikalikan dengan tingkat pengembalian yang diharapkan dari pasar dikurangi tingkat pengembalian bebas risiko. Model untuk menghitung CAPM, yaitu: = 3.2.7.2 Variabel Independen Penelitian ini melibatkan beberapa variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen seperti: 1. Corporate Governance Perception Index (CGPI) CGPI adalah peringkat GCG yang dikeluarkan oleh IICG. IICG merupakan lembaga independen yang melakukan penilaian atas praktek GCG perusahaanperusahaan di Indonesia. IICG melakukan penilaian secara konsisten sejak tahun 2005 terhadap penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di BEI. Perusahaan yang mengikuti survei CGPI menunjukkan kemauannya untuk menjadi perusahaan yang terbuka dan terpercaya. Penelitian ini menggunakan CGPI sebagai variabel dummy dengan penilaian 1 pada perusahaan yang memiliki skor GCG dalam kategori sangat terpercaya dan terpercaya, namun perusahaan dengan kategori lain akan diberi nilai 0. Informasi 59 skor GCG perusahaan diperoleh dari mitrariset.com yang merangkum informasi skor GCG dari IICG dengan periode tahun 2009-2012. 2. Kepemilikan Manajerial (MO) Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh direktur dan manajerial baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu perusahaan (Alves, 2012). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan. Penelitian ini menghitung proporsi kepemilikan manajerial berdasarkan penelitian Kenniady (2011): 3. Kepemilikan Institusional (INST) Kepemilikan institusional merupakan persentase saham perusahaan yang dimiliki atau ditahan oleh institusi lain (Fayoumi et al., 2010 dan Alves, 2012). Kepemilikan institusional dapat pula didefnisikan sebagai kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional, seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya (Juniarti dan Sentosa, 2009). Penelitian ini menghitung proporsi kepemilikan institusional berdasarkan penelitian Kenniady (2011): 60 4. Kualitas Audit (KA) Fernando et al. (2008), spesialisasi auditor dan industri auditor akan diperiksa dalam menentukan biaya modal suatu perusahaan. Mukti dan Wardhani (2012) menggunakan kualitas audit yang diukur dengan variable dummy dalam penelitiannya untuk mengukur mekanisme tata kelola perusahaan. Perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP) big four akan diberi nilai 1, sementara perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four akan diberi nilai 0. Dopuch dan Simunic (1982) yang dikutip oleh Azizkhani (2007) menyatakan bahwa investor lebih meyakini KAP big four sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi, karena KAP big four memiliki karakter yang terlihat berhubungan dengan kualitas, seperti kualitas kontrol dan pelatihan khusus. 3.2.7.3 Variabel Kontrol Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode waktu yang dinilai dengan dummy variable. Dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 yang mewajibkan perusahaan BUMN di Indonesia untuk menerapkan GCG pada tahun 2011, menjadi alasan dilakukannya analisis dengan variabel periode waktu. Variabel ini akan dinilai dengan skor 1 apabila periode analisis data dilakukan pada tahun 2011-2012 atau dua periode setelah GCG diwajibkan. Sebaliknya, skor 0 diberikan untuk analisis data tahun 2009-2010 atau dua tahun sebelum GCG diwajibkan. Hasil analisis variabel ini akan memperkuat dugaan dalam uji wilcoxon signed rank test atas perbandingan pengaruh wajibnya GCG terhadap biaya ekuitas. 61