Krisis Ekonomi dalam Perspektif Islam

advertisement
Kelompok E :
Didin Wahyudin
Dinar Sifa Pauzia
Hida Supriyanto
Moh. Samsul Maryandi
Puteri Mulia
Krisis
Ekonomi
Konvensional
Kerapuhan Fundamental Ekonomi
Islam
Ekonomi Ribawi
"Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca
pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan,
kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang
tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan
pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan
kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi
negara ke dalam krisis ekonomi". - Michael Camdessus (1997), Direktur
International Monetary Fund (IMF)
Konvensional
Defisit neraca pembayaran (deficit balance of payment), beban hutang luar
negeri (foreign debt-burden) yang membengkak--terutama sekali hutang
jangka pendek, investasi yang tidak efisien (inefficient investment), dan
banyak indikator ekonomi lainnya telah berperan aktif dalam mengundang
munculnya krisis ekonomi.
Penyebab??
Depresiasi rupiah lebih dari 300 persen terhadap US dollar itu sendiri dipicu
oleh berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi. Secara ekonomi depresiasi
ditimbulkan oleh terus naiknya defisit neraca transaksi berjalan Indonesia dari
1,5% tahun 1993 menjadi 3,9% tahun 1997. Menurut Dr. Munawar Ismail
(Krisis Nilai Tukar Rupiah, Sebab dan Solusinya, 1998), defisit neraca
transaksi berjalan setidaknya mencerminkan ekspor lebih kecil daripada
impor dan atau aliran pendapatan yang masuk lebih kecil daripada aliran
pendapatan yang yang keluar (berarti kebutuhan dollar sebagai alat
pembayaran luar negeri lebih besar dari yang diterima). Di samping itu,
depresiasi rupiah terhadap dollar juga dipicu tingginya utang luar negeri
sektor swasta yang sampai waktu itu ditaksir berjumlah 65 milyar dollar AS.
Untuk menjaga agar rupiah tidak terus jatuh, BI ketika itu menarik jumlah
rupiah yang beredar dan memperketat likuiditas, yang menyebabkan
langkanya rupiah di pasaran. Naiknya suku bunga SBI, dan keinginan
menjaga agar likuiditas bank tidak terganggu mendorong bank-bank
menaikkan suku bunga simpanan, yang mendorong naiknya pula suku bunga
pinjaman. Akibatnya, rangkaian krisis itu akhirnya memukul hampir semua
sektor ekonomi.
 Pihak swasta harus terus memburu dollar untuk membayar
hutang-hutangnya itu. Apalagi sebanyak 9,1 milyar US dollar
hutang mereka akan jatuh tempo pada bulan Maret 1998 (saat
krisis justru tengah memuncak).
 Bagi Perbankan: Terjadinya kekurangan likuiditas. Pemilik
bank yang sebagian besar adalah konglomerat lengser ketika
krisis 1997/1998 menyerang negeri ini. Perubahan
kepemilikan terjadi lagi karena banyak bank yang tidak
dilikuidasi beralih kepemilikan ke tangan asing.
 Krisis ekonomi tahun 1997 dan tahun 2008 menyebebkan
lonjakan inflasi, sehingga membuat bank Indonesia membuat
kebijakan menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga ini
membuat bank umum selektif dan hati –hati dalam
memberikan kredit untuk mengantisipasi lonjakan NPL.
 Terjadi PHK besar-besaran.
Nov-48
Jul-53
Aug-57
Jangka
Waktu
11 Bulan
10 Bulan
8 Bulan
Apr-60
Dec-69
10 Bulan
11 Bulan
Nov-73
Jan-80
16 Bulan
6 Bulan
Jul-81
16 Bulan
Awal
Jul-90
Mar-01
Jul-07
8 Bulan
8 Bulan
???
Penyebab
Inflasi tinggi
Pembatasan atas kredit hipotik dan konstruksi
diperlonggar
Resesi
Pemogokan Buruh Industri Baja. Inflasi tinggi
Kekalahan Perang Vietnam. Kenaikan Hargaharga
Oil Embargo
The Fed menaikkan suku bunga diskonto yang
menyebabkan kepanikan pasar keuangan
OPEC menaikkan harga minyak dan
membatasi produksi
Iraq menginvasi Kuwait.
Penurunan produksi minyak OPEC
Subprime Mortgage
bersumber dari sektor keuangan (berdampak pada kinerja pasar modal dan nilai
tukar) dan dan sektor riil.
Pengaruh kondisi perekonomian Global ke Indonesia dapat melalui :
1. Pasar Uang: gejolak volatilitas di pasar valas (menurunnya capital inflow,
import minyak akan tetap tinggi) (Q4 2007)
2. Pasar Modal: Sentimen negatif pemodal asing pada gejolak pasar di AS dan
regional (Q3 2007)
3. APBN: funding requirement/pembiayaan APBN 2008 mahal dan sulit (Q1
2008)
4. Ekspektasi Inflasi Meningkat karena volatilitas pasar uang dan harga
komoditas internasional (Q1 2008)
5. FDI: akan tersedot untuk menginjeksi pasar modal di AS dan Eropa
6. Bantuan Negara Maju: akan menurun karena kebijakan fiskal defisit di AS
dan Eropa
7. Perdagangan: Daya beli AS menurun, global trade slowdown <7%. Dari 34
negara di Asia, pasar barang barang dari AS turun di 27 negara (Q3 2008)
8. Perbankan akan lebih berhati-hati karena risiko berusaha meningkat
9. Sektor riil mengalami masalah kenaikan biaya transpor, bahan baku dan
biaya bunga mahal.
 Hingga kini tidak jelas apakah pasar Asia dapat mengatasi keadaan ekonomi
global jika krisis ekonomi AS mengarah ke selatan.
 Apakah China, India dan negara Asia lainnya dapat menjadi penggerak
perekonomian global jika terjadi resesi di AS dan Eropa terjadi pelemahan
pertumbuhan Ekonomi. (Decoupling)
Kita tahu bahwa krisis utang Eropa berasal dari Yunani,
yang kemudian merembet ke Irlandia dan Portugal. Ketiga
negara tersebut memiliki utang yang lebih besar dari GDPnya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran
negara lebih besar dari GDP). Krisis mulai terasa pada
akhir tahun 2009, dan semakin seru dibicarakan pada
pertengahan tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF
akhirnya menyetujui paket bail out (pinjaman) sebesar
€110 milyar untuk Yunani, €85 milyar untuk Irlandia, dan
€78 milyar untuk Portugal. Kemudian kekhawatiran akan
terjadinya krisis pun berhenti sejenak. Efek dari krisis
Eropa ini cukup berdampak kepada IHSG, yang ketika itu
anjlok besar-besaran dari posisi 2,971 ke posisi 2,514.
Krisis Yunani kemungkinan merupakan buah dari
kesalahan kebijakan pemerintahnya di masa lalu. Pada
tahun 1974, Yunani memasuki babak baru pemerintahan,
dari junta militer menjadi sosialis (kalau di Indonesia seperti
peralihan dari pemerintah orde lama ke orde baru).
Pemerintah baru ini kemudian mengambil banyak utang
untuk membiayai subsidi, dana pensiun, gaji PNS, dll.
Utang tersebut terus saja menumpuk hingga pada tahun
1993, posisi utang Yunani sudah diatas GDP-nya, dan
sampai sekarang pun masih demikian. Saat ini utang
Yunani diperkirakan telah mencapai 120% dari posisi GDPnya, dimana banyak analis yang memperkirakan bahwa
data yang sesungguhnya kemungkinan lebih besar dari itu.
Terjadinya krisis ekonomi dalam Islam tidak terlepas dari praktek-praktek atau
aktivitas ekonomi yang dilakukan bertentangan dengan nilai-nilai keislaman,
seperti tindakan mengkonsumsi riba, monopoli, korupsi, dan tindakan malpraktek
lainnya. Bila pelaku ekonomi telah terbiasa bertindak di luar tuntunan ekonomi
Ilahiah, maka tidaklah berlebihan bila krisis ekonomi yang melanda kita adalah
suatu malapetaka yang sengaja diundang kehadirannya akibat ulah tangan jahil
manusia sendiri.
Q.S Ar-Rum ayat 40: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mareka sebahagian dari (akibat) perbuatan mareka, agar
mareka kembali
(ke jalan yang benar)".
Merugikan diri
sendiri
Melanggar
syariat islam
Merusak sendi-sendi
ekonomi umat
Setiap aturan
Illahiah
mengandung
kemaslahatan
umat
Krisis ekonomi adalah merupakan salah satu contoh
malapetaka atau cobaan Tuhan terhadap makhluk-Nya yang
telah terlalu jauh melaksanakan aktivitas ekonomi
melenceng dari rel al-Qur'an dan Sunnah, seperti
melegalkan riba merajelala berlaku di tengah-tengah
ekonomi umat
Open Market
Operation
Discount Factor
Reserve Requirement
Moral Suasion
Kebijakan moneter islam menurut Chapra:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Target pertumbuhan M dan M0
Saham publik terhadap deposito atas unjuk/uang giral
(public share of demand deposit)
Cadangan wajib resmi (statutory reserve requirements)
Pembatasan kresit (credit ceilings)
Alokasi kredit yang berorientasi pada nilai
Teknik lain (government deposit, mengatur nilai mata uang
asing, common pool, equity-base instruments, change in the
profit and loss sharing ratio, refinance ratio, lending ratio)
No
Konvensional
Islam
1
Fiat Money
Full Bodied Money
2
Fractional Reserve Banking
System
100% Reserve Banking
3
Interest Rate
Profit Loss Sharing
Fiat
Money
sesuatu (biasanya dalam bentuk kertas atau koin) yang diakui
sebagai alat tukar yang sah di suatu negara karena ditetapkan
oleh pemerintahnya yang tidak memiliki nilai atau back up sesuai
nilai nominalnya.
fiat money memberikan keuntungan yang tidak adil, yang biasa disebut
seigniorage, bagi pihak yang diberi kuasa untuk menerbitkannya.
ownership
risk (ghurmi)
Riba
(Ibnu Arabi)
value added
(ikhtiyar)
liability
(daman)
Tanpa „iwad
(countervalue)
Dalam sistem ekonomi Islam yang menggunakan uang jenis ini, otoritas negara
yang diberi kewenangan untuk menerbitkan uang tidak mendapatkan
keuntungan seigniorage, malahan harus mengeluarkan biaya untuk
pencetakannya. Jumlah uang yang diterbitkan dan ditambahkan dalam
perekonomian disesuaikan dengan pertumbuhan value added-nya, sehingga
secara umum dalam ekonomi Islam tidak bersifat inflatoir dan cenderung stabil.
DINAR DAN DIRHAM
“kecuali kita menstandarisasi uang kita dan menstabilkan nilainya, dengan
membiarkan nilai obyek yang kita ukur berfluktuasi, perekonomian tidak akan
dapat dipertahankan dalam keadaan baik dan sehat”.
Hanya dengan standar uang emas (dinar) dan perak (dirham) nilai mata uang
bisa stabil.
Fractional
reserve
banking
system
Kewajiban bank untuk menyimpan
cadangan dalam persentase tertentu
dari dana simpanan yang dihimpun 
5%-20%
Simpanan berlipat
(multiple deposit creation)
Contoh: Jika cadangan wajib ditetapkan 10%, simpanan Rp1 juta,
pertama-tama dibukukan sebagai Simpanan di sisi liability dan
cadangan tunai di sisi asset. Karena cadangan wajib ditetapkan 10%,
maka bank dapat memberikan pinjaman sebesar Rp9 juta, sehingga
total simpanan menjadi Rp10 juta.
fractional reserve banking system memberikan keuntungan seigniorage yang
tidak adil bagi pihak bank yang melalui sistem ini diberi kuasa untuk
menciptakan uang baru.
Hal ini juga mengakibatkan daya beli uang secara agregat akan turun (atau
terjadi inflasi) sesuai dengan persentase uang yang ditambahkan dalam
perekonomian.
Pihak yang dirugikan oleh penerbitan fiat money baru oleh bank adalah juga
seluruh rakyat yang memegang uang.
100%
reserve
banking
system
100 percent reserve banking system tidak memberikan
peluang bagi bank untuk menciptakan uang baru, karena
100 persen cadangan harus disimpan/dikembalikan ke
bank sentral.
Bank maksimum hanya dapat menyalurkan pembiayaan
sampai sebesar simpanan awal saja. Dengan demikian,
tidak ada daya beli baru yang diciptakan (tidak ada
seigniorage), sehingga tidak mengandung unsur riba, tidak
menimbulkan efek inflasi, dan tidak ada pihak yang
dirugikan.
Contoh: simpanan Rp1 juta, pertama-tama dibukukan sebagai
simpanan di sisi liability dan cadangan tunai di sisi asset. Karena
cadangan wajib ditetapkan 100%, maka bank hanya dapat
memberikan pinjaman sebesar Rp1 juta juga, sehingga di sisi
asset cadangan berubah menjadi pinjaman Rp1 juta.
Bank konvensional, sistem return-nya adalah sistem bunga yaitu persentase
terhadap dana yang disimpan ataupun dipinjamkan dan ditetapkan diawal
transakasi sehingga berapa nilai nominal rupiahnya akan dapat diketahui
besarnya dan kapan akan diperoleh dapat dipastikan tanpa melihat laba rugi
yang akan terjadi nanti.
Bank syari‟ah sistem return-nya adalah sistem bagi hasil (profit loss sharing)
yaitu nisbah (persentase bagi hasil) yang besarnya ditetapkan diawal transaksi
yang bersifat fixed tetapi nilai nominal rupiahnya belum dapat diketahui dengan
pasti melainkan melihat laba rugi yang akan terjadi nanti.
Sistem bunga
(Konvensional)
eksploitatori
predatori
intimidasi
Sistem bagi hasil
(islam)
Pada kondisi ekonomi sedang berkinerja buruk.
debitur mendapat keuntungan yang rendah atau
bahkan
mengalami
kerugian
tetapi
tetap
diharuskan membayar bunga yang tinggi. Pada ini
dapat terjadi proses predatori (yang kuat memakan
yang lemah) dan intimidasi (memaksa membayar
bunga walaupun tidak memungkinkan) kepada
debitur. Pada kondisi kinerja ekonomi membaik
umumnya suku bunga rendah maka pada kondisi
ini pihak krediturlah yang dieksploitasi, debitur
mendapat keuntungan yang tinggi tetapi krediur
hanya mendapat bagian (bunga) yang rendah.
Sistem syari‟ah tidak ada yang dieksplotasi dan
tidak ada yang mengeksploitasi, risiko yang
merupakan kondisi yang tidak pasti dimasa akan
datang ditanggung bersama dan apabila
mendapat keuntungan yang tinggi juga dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan diawal.
Sistem ekonomi ribawi menimbulkan ketidakadilan dalam
masyarakat terutama bagi para pemberi modal (bank) yang
pasti menerima keuntungan tanpa mau tahu apakah para
peminjam dana tersebut memperoleh keuntungan atau tidak.
Sistem ekonomi ribawi juga merupakan penyebab utama
berlakunya ketidakseimbangan antara pemodal dengan
peminjam.
Sistem ekonomi ribawi akan menghambat investasi karena
semakin tingginya tingkat bunga dalam masyarakat, maka
semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi
“Crisis for Capitalism or liberalism is, what have we seen, if that
comprehensive barrier of extreme capitalism, extreme capitalism which now
turn government to prevent systemic failure.” -Perdana Menteri Australia,
Kevin Rudd
greediness
Masalah
Moral
speculation
consumerism
Masalah
Moral
3 hal penting:
1. Regulation : Akibat kebijakan penurunan suku bunga rendah dari tahun
2001 menimbulkan peningkatan kredit tanpa dibarengi dengan
pendapatan yang tinggi.
2. Spekulasi dan Konsumerisme : Data statististk menunjukan bahwa
data M3, M2, M1 semakin menurun. Ini menggambarkan bahwa
transaksi-transaksi riil semakin lemah dan transaksi yang yang sifatnya
spekulatif dan bubble meningkat. Dari sisi konsumerisme, pada saat
saving rate mereka turun, kredit (konsumerisme) mereka yang naik.
3. Greediness : Greediness adalah keserakahan yang ditimbulkan akibat
dari kelemahan moral manusia yang semakin materialis.
Kita dapat melihat dengan jelas bahwa ekonomi Islam adalah
satu-satunya solusi terbaik untuk menghindarkan krisis ekonomi
berlaku. Ekonomi Islam yang terbebas dari nilai-nilai bunga (riba),
tenyata terbukti merupakan sebagai rahmat Allah swt yang sering
terlupakan dalam mengatasi krisis ekonomi. Di samping bahaya
bunga (riba) dan hutang luar negeri terhadap perjalanan ekonomi
sesebuah negara, ternyata nilai-nilai akhlaqul karimah pemerintah
dan pelaku bisnis sangat memainkan peranan penting dalam
usahanya untuk menghindari dan mengatasi krisis ekonomi umat.
 Salah satu rekomendasi yang paling
signifikan adalah penggunaan gold dinar,
sebagai mata uang internasional.
 Selama penggunaannya, gold dinar dinilai
lebih stabil dan memiliki tingkat inflasi dan
fluktuasi yang lebih sedikit dibandingkan
dengan uang fiat. Gold dinar berperan
mempermudah perdagangan dan
mengurangi hambatan perdagangan,
seperti spekulasi, fluktuasi nilai tukar yang
tajam, dan berbagai hambatan lainnya
(Meera, 2004).
 Penerapan uang dinar dalam perdagangan langkah
awal untuk mewujudkan uang dinar menjadi mata
uang tunggal negara-negara Muslim dan sebagai
mata uang global (Mahathir Mohammad, 2003).
 Langkah pembentukan pasar bersama ini bisa
dimulai dari pembangunan kawasan sesama negaranegara Islam. Pembentukan kawasan bebas
perdagangan bisa dirintis dari sub-sub regional,
seperti di Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan, dan
Asia Tenggara sehingga akan memudahkan tahapan
integrasi berikutnya. Hubungan perdagangan ini
diharapkan saling menguntungkan dan
mengoptimalkan keunggulan sumber daya dan
produksi masing-masing (Azis, 2006).
 Keberpihakan sangat penting dalam mengutamakan
produk dan jasa dari anggota pakta perdagangan ini
karena selama ini belum optimal. Perdagangan
sesama negara OKI hanya sekitar 12 persen dari total
semua perdagangan negara OKI.
 Total perdagangan OKI hanya tujuh persen dari total
perdagangan dunia. Padahal, sekitar 60 persen
sumber daya alam di dunia ini berada di negaranegara Muslim. Kondisi ini tidak terlepas dari masih
sedikitnya perdagangan sesama negara OKI dan
besarnya ketergantungan terhadap perdagangan
dengan negara-negara non-Muslim.
 Langkah selanjutnya adalah negara Islam perlu
segera membangun sistem keuangan Islam yang
terintegrasi, baik perbankan, pasar modal, dan
institusi keuangan syariah lainnya. Kita
membutuhkan penguatan pendanaan dan peran
Islamic Development Bank (IDB) sebagai World Banknya dunia Islam.
 Kita juga membutuhkan Dana Moneter Islam
Internasional (semacam IMF) yang skema
pembiayaannya bebas bunga. Dengan demikian
integrasi sistem perekonomian akan semakin kokoh.
Download