1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian
Ibu (AKI). Kematian ibu masih merupakan tantangan kesehatan masyarakat di
seluruh dunia. Jumlah angka kematian ibu di Indonesia tertinggi diantara negara
ASEAN lainnya seperti Singapura hanya 3 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia
5 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 8-10 per 100.000 kelahiran hidup dan
Vetnam 50 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 359 per 100.000
kelahiran hidup BPS et al. (2012). Penurunan kematian ibu merupakan prioritas
kesehatan masyarakat dunia dan menjadi salah satu target dalam kerangka
Millennium Development Goals (Murray et al., 2007). Akselerasi penurunan
kematian ibu merupakan fokus dari strategi global untuk kesehatan perempuan
dan anak yang telah diluncurkan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa
Bangsa (Hogan et al., 2010).
Departemen Kesehatan (2011), mengemukakan faktor yang berkontribusi
terhadap kematian ibu yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, secara garis
besar dapat di kelompokan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung berkaitan dengan kondisi saat melahirkan seperti perdarahan,
hipertensi atau tekanan darah tinggi saat kehamilan (eklampsia), infeksi, partus
lama dan komplikasi keguguran, penyebab langsung tersebut diperburuk oleh
status kesehatan dan gizi ibu yang kurang baik. Sementara itu penyebab tidak
langsung antara lain adalah rendahnya taraf pendidikan perempuan, kurangnya
pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi, kedudukan
dan peranan ibu yang tidak menguntungkan dalam keluarga, kuatnya tradisi dan
budaya lokal dalam menyikapi proses persalinan, serta kurangnya ketersediaan
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (KB).
Menyadari kondisi di atas, telah dilaksanakan Making Pregnency Safer
(MPS) dengan tiga pesan kunci yaitu: 1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih; 2) setiap komplikasi ditangani secara adekuat; dan 3) setiap
2
wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Prawirohardjo, 2010). Target
MPS pertama ditetapkan tahun 2010 adalah meningkatkan cakupan persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan terampil menjadi 90%. Strategi untuk
mencapai target tersebut di atas ialah meningkatkan akses dan cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas cost-efective dan berdasarkan buktibukti. Cara lain yang juga dapat mengurangi jumlah kematian ibu yaitu membuat
rencana kelahiran termasuk mengerti tanda bahaya, merencanakan penolong
persalinan, rencana tempat persalinan dan menabung untuk transportasi atau
biaya. Kesehatan reproduksi dapat ditingkatkan jika wanita hamil menerima
perawatan yang diawasi oleh tenaga kesehatan dari hamil hingga persalinan dan
seterusnya (Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012, proposi
kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis profesional meningkat dari 73% pada
SDKI 2007 menjadi 83% di SDKI 2012. Kelahiran yang ditolong oleh dukun
masih berperan, terutama di daerah pedesaan 20%, ibu tidak pernah sekolah 34%,
ibu dengan urutan kelahiran tinggi 34%, dan 32% ibu dengan kuantil kekayaan
terendah. Lebih dari sembilan dalam sepuluh kelahiran di daerah perkotaan
dibantu oleh tenaga medis dibandingkan 75% kelahiran di daerah perdesaan (BPS
et al., 2012).
Salah satu strategi yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan ibu
adalah
perawatan
antenatal
(ANC),
dimana
ANC
adalah
kunjungan
berkesinambungan yang dilakukan ibu hamil selama masa kehamilan ke
pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi secara dini adanya ketidaknormalan
atau komplikasi kehamilan, memantau kemajuan kehamilan, mempersiapkan
persalinan aman dan menerima kelahiran bayi. ANC menyediakan promosi
kesehatan dan pelayanan kesehatan preventif, dimana petugas ANC akan
memberikan informasi mengenai tanda-tanda dan gejala komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan postpartum yang membutuhkan perawatan oleh tenaga
kesehatan serta rencana kelahiran yang aman (Kementrian Kesehatan RI 2012).
3
Jumlah kunjungan ANC bervariasi tiap negara, di Eropa Barat dan
Amerika Utara ANC meliputi 12 sampai 16 kunjungan ke pelayanan kesehatan.
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan
paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan (ANC),
menurut jadwal 1-1-2 yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester
pertama, sekali kunjungan dalam trimester kedua, dan dua kali kunjungan dalam
trimester ketiga (Kementrian Kesehatan RI 2012). Survei menunjukkan bahwa
kunjungan ANC dengan frekuensi 1-1-2 lebih mungkin untuk diselesaikan oleh
wanita hamil di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Berdasarkan statistik
WHO hanya 81% dari perempuan di Indonesia menghadiri empat kali kunjungan
antenatal (Villar et al., 2001).
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia menyajikan 74% ibu hamil
memenuhi jadwal yang dianjurkan pemerintah, yaitu paling sedikit sekali di
trimester pertama, sekali di trimester kedua, dan dua kali di trimester ketiga (BPS
et al., 2012). Ibu hamil di perkotaan cenderung lebih melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan (1-1-2) 80% dibandingkan dengan ibu hamil tinggal di
perdesaan 68% (BPS et al., 2007).
Penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa pemanfaatan ANC
masih rendah karena berbagai faktor antara lain sosial demografi, pengetahuan,
dukungan sosial dan pelayanan ANC (Simkhada et al., 2008). Kesehatan ibu dan
anak tidak hanya terkait dengan pelayanan yang diberikan baik pemerintah
maupun swasta, namun juga terkait dengan pendidikan, status ekonomi, budaya,
lingkungan, dan tenaga yang profesional. Penelitian di Provinsi Xien Khouang
Lao menunjukkan bahwa prediktor signifikan dari pemanfaatan ANC adalah
tingkat pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, jarak ke layanan,
ketersediaan angkutan umum, biaya transportasi, dan biaya jasa (Ye et al., 2010).
Selanjutnya, persalinan oleh dukun di negara berkembang masih dominan,
terutama di daerah perdesaan. Di Uganda, dukun dipilih sebagai penolong
persalinan pertama karena alasan biaya, keyakinan yang sama, toleransi terhadap
waktu selama perawatan setelah persalinan (Tuguminize, 2006, Barageine et al.,
2014).
4
Di negara maju, 98% dari wanita hamil menerima perawatan prenatal dan
kelahiran di bawah pengawasan petugas kesehatan terampil dan sejumlah besar
wanita hamil di Afrika dan Asia tidak menerima perawatan prenatal yang
memadai serta masih rendah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
(Zanconato et al., 2006). Sedangkan di Indonesia, bidan diperlukan jika ada
masalah pada kandungannya, wanita hamil lebih nyaman bersalin dengan dukun
karena lebih banyak waktu, toleransi terhadap sistem pembayaran, murah, dan
wanita hamil tidak memiliki keyakinan pada bidan baru karena muda dan belum
berpengalaman. Menurut Serilaila (2010) faktor-faktor yang berkaitan dengan
pemilihan dukun sebagai penolong persalinan pada Suku Banjar adalah faktor
ekonomi, ketenteraman, serta hubungan sosial dukun pada masyarakat.
Data Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013, ibu hamil sebanyak 64.389
dengan cakupan K1 62.138 (96,50%) dan cakupan K4 58.783 (91,23%) serta
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 97,88% (Departemen Kesehatan, 2013).
Kabupaten Natuna merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi
Kepulauan Riau, dimana cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan belum
mencapai standar nasional.
Data
yang
diperoleh
dari
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Natuna
menunjukkan tahun 2013 jumlah sasaran ibu hamil 1.719 jiwa, ibu bersalin 1.641
orang, cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan (ANC) tahun 2013 K1 yakni
81.50% dan K4 62.30%. Angka tersebut masih dibawah standar nasional, cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan 1.244 (75.82%) dan persalinan oleh tenaga non
kesehatan 397 (24,18%), angka kematian ibu sebanyak 7 ibu serta angka kematian
bayi sebanyak 15 bayi. Kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten Natuna banyak
terjadi di rumah yang mana persalinan ditolong oleh dukun, dan penyebab
kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dan partus lama. Dari 106 orang
dukun yang ada di Kabupaten Natuna, hanya 71 orang yang terlatih dan bermitra.
Dari dua belas kecamatan di Kabupaten Natuna, hanya dua kecamatan yang
cakupan persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan memenuhi standar nasional
yaitu Kecamatan Bunguran Timur dan Pulau Laut, sedangkan sebelas kecamatan
lainnya masih dibawah standar nasional (Dinkes Kabupaten Natuna, 2013).
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna tahun 2013
menyatakan bahwa persentase pemeriksaan kehamilan terus meningkat, namun
persentase kelahiran yang ditolong oleh dukun masih cukup tinggi. Berdasarkan
latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah penelitian yang dapat
dikemukakan adalah “Apakah terdapat hubungan
antara kepatuhan antenatal
dengan pemilihan penolong persalinan di Kabupaten Natuna?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan kepatuhan antenatal care (ANC) dengan
pemilihan penolong persalinan di Kabupaten Natuna.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui jumlah ibu yang tidak patuh memeriksakan kehamilan (ANC).
b. Diketahui penolong persalinan yang dipilih oleh ibu yang tidak patuh
memeriksakan kehamilan.
c. Diketahui hubungan kepatuhan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan
pemilihan penolong persalinan.
d. Diketahui faktor luar terhadap hubungan kepatuhan antenatal care dengan
pemilihan penolong persalinan (umur, pendidikan ibu, jarak kepelayanan
kesehatan dan paritas).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Pengembangan program Kesejahteraan Ibu dan Anak, khususnya programprogram yang ada di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna,
memberi gambaran dan masukan dalam merencanakan, menyusun dan
mengevaluasi efektifitas dan efisiensi program kesehatan ibu dan anak.
6
b. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan khususnya tentang
antenatal care (ANC) dan persalinan.
2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam bidang
ilmu kesehatan ibu dan anak khususnya tentang antenatal care dan
persalinan.
b. Sebagai
bahan
masukan
bagi
penelitian
selanjutnya
untuk
mengembangkan penelitian yang terkait dengan antenatal care.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian serupa pernah dilakukan antara lain:
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Penelitian
Asundep et
al, (2013)
Van Eijk et
al. (2006)
Asamoah et
al. (2014)
Penelitian
Perbedaan
Tempat
penelitian:
Kumasi, Ghana
Variabel luar
Judul
Determinan of
access to antenatal
care and a birth
outcome in Kumasi,
Ghana
Persamaan
Disain
Penelitian
Use of antenatal
services and
delivery care
among women in
rural western
Kenya: a
community based
survey
Disain
penelitan:
Cross
Sectional
Magnitude and
trends of
inequalities in
antenatal care and
delivery under
skilled care among
different sociodemographic
groups in Ghana
from 1988 – 2008
Variabel
independen
Hasil
Biaya, paritas dan jarak
terbukti mempengaruhi
kehadiran ANC yang
dikaitkan dengan hasil
kehamilan yang
merugikan.
Tempat
penelitian:
Kenya
Faktor bermakna
dikaitkan dengan
melahirkan di luar
fasilitas kesehatan dan
pemilihan dukun
adalah: usia 30 tahun,
paritas 5, Sosial
ekonomi rendah,
pendidikan rendah, dan
jarak.
Desain
penelitian
Kesenjangan
pendidikan antara desa
dan kota berhubungan
dengan ketidaksetaraan
pemamfaatan antenatal
care dan persalinan
oleh tenaga kesehatan
Variabel
luar: Umur,
jarak,
paritas,
tingkat
pendidikan.
Variabel
dependenden
Tempat
penelitian:
Ghana
7
Lanjutan Tabel 1
Penelitian
Yenita
(2011)
Theresia
(2003)
Judul
Faktor determinan
pemilihan penolong
persalinan
diwilayah kerja
Puskesmas Desa
Baru Kabupaten
Pasaman Barat
Persamaan
Desain
Penelitian:
Cross
Sectional
Hubungan
kopetensi bidan
dalam ANC dengan
pemilihan penolong
persalinan
Variabel
terikat
Penelitian
Perbedaan
Tempat
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel Bebas
dan desain
penelitian
Hasil
Ada hubungan
aksesibilitas, faktor
budaya, pengaruh
suami dengan
pemilihan tenaga
penolong persalinan
Hasil peluang dukun
dibanding bidan untuk
dipilih sebagai
penolong persalinan
oleh ibu hamil yang
ANC dengan bidan
berkompetensi kurang
dan biaya persalinan
yang rendah adalah
lebih besar.
Download