1 AKSI BULLYING DI KALANGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS WILAYAH SURAKARTA TAHUN 2014/2015 Tika Dianita Sari K8411065 Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon korban terhadap aksi bullying verbal yang dialami, kondisi korban pasca bullying verbal,respon dari teman sebaya, danrespon dari pihak sekolah terhadap aksi bullying verbal di kalangan siswa SMA wilayah Surakarta tahun 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus. Teknik pengambilan data angket, Focus Group Discussion, wawancara mendalam, dan penelusuran data online. Sumber data penelitian berasal dari data primer yaitu siswa dan guru serta data sekunder seperti media cetak media online serta dokumen angket yang telah tersebar di empat sekolah. Dalam penelitian ini korban dan teman sebaya mayoritas memilih diam dan tidak melaporkan aksi bullying verbal ke pihak sekolah. Pasca bullying verbal terdapat tiga kondisi, yang pertama korban menjadi ketergantungan akan aksi tersebut, kedua korban yang awalnya di-bully akhirnya menjadi pelaku bullying verbal dan ketiga akan timbul struktur aksi baru yaitu aksi bullying fisik. Guru yang mengetahui aksi ini merespon dengan memberi nasehat dan arahan agar siswa tidak mengulangi aksi bullying tersebut. Penelitian menggunakan analisis strukturasi yaitu dualitas struktur dalam melihat aksi bullying verbal di kalangan siswa SMA di Surakarta. Terdapatketerkaitan fenomena satu dengan fenomena yang lain, serta di dalam bullyingverbal ini terdapat kekuasaan yang tidak terdistribusi secara merata, terdapat fasilitas dan dominasi kekuasaan yang terjadi di antara siswa yang kemudian menciptakan pembiasaan aksibullying verbal di sekolah. Kata Kunci : bullying verbal, dualitas struktur, respon. ABSTRACT This research is aimed to find the victim’s response towards the experienced verbal bullying act, the victim’s condition after getting verbal bullying, the response from peers, and also the response from the school to the action of verbal bullying among high school students in Surakarta in the academic year of 2014/2015. This research is a qualitative research with case-study.The technique of collecting the data used was through questionnaire, Focus Group Discussion, in- 2 depth interview, and online data investigation.The data source of this research was derived from primary data whichare students and teachers, secondary data which was printed mass media, online media, and from the questionnaire that had been submitted to four schools. According to the result of this research, in majority, the victims and their peers or friends tended not to do anything and did not report the act of verbal bullying to the school. There are three conditions after the verbal bullying as follows: the victim will have the dependence behavior towards the action, the victims will turn into the subject of verbal bullying, and there will be a new structure of action which is physical bullying when the situation of the students becomes very emotional. The teachers who were aware of this action gave their response by giving advice and guidance for the students so they do not repeat the bullying action. This research uses structuration analysis which is duality structures in observing the acts of verbal bullying among high school students in surakarta. There is a correlation between one phenomenon and the other phenomenon. Besides, in vebal bullying there is in authority which is maldistributed, there is a facility and authority domination which happen among the students who then create a habituation of acts of bullying in the school. Key words: verbal bullying, duality of structure, response. 3 dan verbal (Harian Joglosemar, Edisi PENDAHULUAN Psikolog Anak RS Dr Oen Surakarta,Yulia Eka Sari menjelaskan, fenomena kekerasan di lingkungan sekolah saat ini mulai marak terjadi. Bullying bisa terjadi pada semua tingkatan sekolah dari TK sampai dengan SMA, bahkan bisa sampai perguruan tinggi. Hasil penelitian KPAI pada tahun 2013 tercatat 181 kasus berujung pada kematian, 141 kasus korban menderita luka berat, dan 97 kasus dengan luka ringan. Hasil riset National Association of School Psychologist menunjukkan bahwa bullying menempati pertama yang peringkat menimbulkan ketakutan siswa di sekolah. Kasus bullying pada anak sekolah memang cukup tinggi mulai dari usia TK hingga perguruan semuanya ada. dilakukan dengan tinggi Bullying kontak hampir dapat fisik Rabu 27 Agustus 2014). Baru-baru kembali atau bisa juga berupa pelecehan seksual yang berbentuk agresi fisik kasus terdengar bullying yang menimpa salah satu siswi kelas VIII SMP Al Jannah, Jakarta Timur. Nadhira Fajriani Ramadhan, atau lebih sering disapa dengan Nadhira dikabarkan kabur dari rumah pada 7 Maret 2015. Alasan Nadhira kabur adalah karena gadis belia tersebut mengaku telah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan oleh teman-teman di sekolahnya dan minta untuk keluar dari sekolah tersebut. Sempat terdengar kabar bahwa terdapat kasus bully yang menimpa Nadhira di sekolahnya. Yenny, selaku ibu Nadhira memaparkan anak keduanya tersebut sempat diinjak, dijambak oleh diludahi dan teman-temannya. (Okezone online, edisi Kamis 12 Maret 2015). Kekerasan langsung, kontak verbal langsung, perilaku non-verbal tidak langsung, ini bentuk penindasan verbal yang adalah paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun laki-laki. Aksi 4 dapat dilakukan oleh orang dewasa merupakan atau teman sebaya tanpa terdeteksi dengan (Coloroso,2007:47). Penindasan kualitatif merupakan penelitian yang verbal dapat berupa julukan nama, menggali informasi yang sedalam- celaan, dalamnya dengan responden guna fitnah, kritik kejam, penelitian studi penghinaan baik penghinaan bersifat mendapatkan pribadi bertujuan maupun rasial dan kualitatif kasus. data untuk Penelitian yang valid, menggambarkan, pernyataan-pernyataan bernuansa meringkas berbagai kondisi, berbagai ajakan pelecehan situasi, seksual (Coloroso, 2007:48). Dalam realitas aksi ini terdapat kaitan dengan teori masyarakat (Bungin, 2008:68).Yin strukturasi, (2002:1) menyatakan bahwa studi seksual atau teori strukturasi atau berbagai sosial yang merupakan konsep-konsep struktur, kasus sistem, dan dualitas struktur yang ada pendekatan di pertanyaan-pertanyaan masyarakat. Struktur sebagai fenomena merupakan yang ada strategi sesuai di atau apabila suatu perangkat aturan dan sumber daya penelitian berkenaan dengan how yang diorganisasikan secara rekrusif, atau berada di luar ruang dan waktu, penelitian terletak pada fenomena disimpan kontemporer (masa kini). dalam kesegarannya memori koordiansi sebagai dan dan why, jejak-jejak ditandai “ketidakberdayaan oleh subyek” Data pengisian dan bilamana diperoleh angket,Focus terhadap empat .METODE PENELITIAN bimbingan konseling ini mengambil melalui Group Discussion, wawancara mendalam (Giddens,2003:30). Penelitian fokus orang di guru masing masing SMA, dan penelusuran data sampel di SMA N 3 Surakarta, SMA online. N 4 Surakarta, SMA N 6 Surakarta, informan menggunakan purposive SMA Batik 2 Surakarta dengan sampling subyek penelitian siswa yang pernah pengambilan informan. Purposive atau sampling masih melakukan bullying verbal di sekolah. Penelitian ini Teknik pengambilan sebagai merupakan teknik teknik pengambilan informan sumber data 5 dengan pertimbangan tertentu. HASIL PENELITIAN DAN Penulis mengambil 60 orang melalui PEMBAHASAN sistem acak sebagai sampel pengisi Respon Korban Terhadap bullying angket verbal yang Dialami dari 4 sekolah. Setelah melakukan pengisian angket, penulis a. Merasa Senang Saat di-Bully mengambil 14 orang dengan kriteria tertentu untuk dijadikan narasumber dalam proses FGD guna mewakili siswa SMA wilayah Surakarta. Dalam penelitian ini menggunakan menggunakan proses focus group discussion sebagai uji validitas data. Dimana dalam proses ini terdapat beberapa informan yang berstatus sebagai memberikan informasi siswadan sejumlah sumber yang dapat digunakan sebagai data. Dan ketika terdapat data yang kurang atau belum benar akan diverivikasi atau dilengkapi oleh informan lain. Analisis model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013: 337 345) dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh peneliti. Analisis dimulai dengan pengumpulan data berikut reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan (verifikasi data). Sebagian besar siswa diejek, diolok-olok, dan dipanggil dengan sebutan buruk. Penindasan atau bullying secara verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik, dan masih ada banyak lagi macam penindasan verbal seperti penghinaan rasial atau pelecehan seksual (Coloroso, 2007:48). Para korban mayoritas merespon aksi bullying yang mereka alami dengan senang hati saat mejadi korban bully di sekolah. Korban yang merasa senang saat di-bully oleh teman lain mengetahui alasan bahwa ternyata hal tersebut dilakukan oleh temannya untuk memenuhi kepuasan diri dalam berteman. Kesenanagan lain timbul karena mereka hanya tahu tentang praktik saling membully antar siswa karena mereka merasa bingung akan bermain apa dengan teman temannya untuk memecah kelengangan saat berada di lingkungan sekolah. Bullying verbal dinilai menjadi aksi 6 yang biasa dilihat dan dilakukan mengetahui bahwa siswanya tengah dalam lingkungan sekolah, karena melakukan mereka merasa tidak ada hiburan lain dalam interaksi sessama teman di selain menjadikan teman mereka sekolah. praktik menyimpang bahan olok olokan. Sehingga dari olok olokan atau bullying vebal ini akan memecah tawa yang dapat memudarkan tingkat 2. Kondisi Korban Pasca Bullying Verbal yang Dialami a. Ketergantungan pada Bullying kelengangan verbal suasana di sekolah. siswa bahwa mengejek dilakukan untuk b. Tidak Melapor Pihak Sekolah Dalam banyak situasi, bullying verbal selalu mengundang respon sikap bagi para korban maupun siswa yang menyaksikan bullying. Sikap-sikap yang ditunjukan menandakan sejauh mana mereka memahami aksi bullying dan kemungkinan akibat yang dapat terjadi. Sikap yang paling tinggi diambil di lingkungan sekolah adalah sikap diam. Sikap tidak melapor ke pihak sekolah dilatar belakangi rasa keengganan korban yang merasa bahwa ia tidak tega melaporkan temannya sendiri ke pihak guru. Tidak adanya laporan terhadap guru pada akhirnya minimnya berdampak informasi pada menurunkan tingkat stres saat berada di lingkungan sekolah. Karena hampir setiap hari bully ini terjadi, korban seperti memiliki rasa ketergantungan akan aksi ini. Mereka mulai menikmati dan menjadikan mengejek sebagai rutinitas. Suasana tegang dan bosan membuat siswa memilih untuk melakukan bullying verbal untuk memecah suasana setelah KBM berlangsung. Bahkan seorang siswa yang akan lulus pun menuturkan ia merindukan masa masa saling membully saat masih duduk di bangku sekolah. b. Bertransformasi dan Menciptakan Aksi Baru di Stephenson dan Smith (Trevi, sekolah, utamanya bullying vebal. 2010 dalam Levianti, 2008:4) bahwa Sehingga ada tiga kecenderungan tipe pelaku mayoritas bullying mengungkapkan guru tidak 7 bullying yaitu (1) Pelaku yang percaya diri mempunyai fisik yang kuat, menyukai agresi atau 3. Respon Teman Sebaya Pasca Bullying Verbal Teman sebaya adalah kekerasan, selalu merasa aman dan kelompok ketiga dari para pemain mempunyai popularitas. (2) Pelaku aksi bullying, mereka adalah peran merasa cemas karena merasa lemah pendukung dalam nilai akademiknya, kosentrasi mendorong rendah, kurang terkenal dan juga tindakan berlangsung. Mereka bisa kurang aman. (3) Pelaku mengincar berdiam diri dan memandangi saja, korban dalam situasi tertentu dan mendorong penindas secara aktif pelaku juga pernah di bully oleh atau bergabung menjadi salah satu orang lain.Dalam temuan penelitian dari gerombolan penindas (Coloroso, kali ini, tipe aktor/pelaku termasuk 2007:128). Teman sebaya mayoritas pada tipe ketiga yaitu pelaku bullying memilih mengincar bullying verbal ini kepada pihak korban dalam situasi yang membantu dan penindas tidak selama melaporkan tertentu dan pelaku juga pernah di sekolah.Selain bully faktanya ternyata menjadi melakukan bullying verbal terhadap pelaku bully agar masalah tersebut korban. Rupa-rupanya teman sebaya selesai. Pada kasus ini, terdapat pun turut merespon dengan mem- korban dan pelaku yang saling bully akibat pengaruh teman lain terlibat aksi bully verbal satu sama yang menjadi pelaku bullying verbal lain. Yang menarik pada bagian aksi sebelumnya. mengejek, ternyata dimungkinkan 4. Respon Pihak Sekolah sebelumnya.Pada korban bertransformasi akan muncul aksi lain seperti aksi merespon aksi teman Sekolah sebaya merupakan diam, turut wadah kekerasan atau bullying fisik sebagai pembentukan karakter siswa, dan tindak lanjut. Kasus-kasus ini terjadi guru adalah salah satu komponen dalam situasi dimana interaksi antara yang paling vital dalam hal ini. pelaku dan korban menjadi sangat Kasus bullying verbal yang terjadi di emosional SMA wilayah Surakarta memang sarat dari hukuman dan luput dari 8 sorotan pihak sekolah. Mayoritas mendominasi dan guru hanya memberikan arahan dan mempengaruhi teman nasehat tanpa memberi sanksi tegas lainnya. terhadap siswa, arahan dan himbauan kemampuan ini hasil, dinilai sudah sepatutnya akhirnya Kekuasaan untuk entah sebaya merupakan mewujudkan hasil-hasil dilakukan. Namun dengan arahan berhubungan dan himbauan dinilai masih kurang. yang murni golongan ataukah tidak Ada pula guru yang memberikan sesungguhnya tidak ada sangkut pendidikan karakter terhadap siswa, pautnya sehingga ketika ada pelanggaran di (Giddens, sekolah guru memberikan arahan dan kekuasaan untuk menjadi sebuah pendekatan dengan siswa dan tidak reproduksi struktur baru tentulah memberikan sistem poin sebagai harus ada unsur dominasi. Tidak sanksi. menutup kemungkinan ketika siswa 5. Bullying Verbal dalam Dalam hal ini, pelaku atau agen pelaku kepentingan dengan definisinya 2010:401). Dalam menjadi pelaku terdapat dominasi aksi untuk mempengaruhi siswa Strukuturasi Giddens merupakan dengan tersebut struktur lainnya untuk menjadi pelaku baru. dan Kekuasaan yang terealisasi secara mereproduksi struktur lalu muncul terus menerus maka akan menjadi struktur yang baru. Struktur bukanlah suatu dominasi sikap dari pelaku besifat “eksternal” bagi individu- yang individu (Giddens, 2003: 30). Hal ini bullying verbal di dunia pendidikan. bersesuaian dengan temuan data PENUTUP akan melanggengkan aksi yangmenyatakan aksi bullying verbal Berdasarkan hasil penelitian dapat yang dilakukan siswa kemungkinan ditarik kesimpulan bahwa praktik menimbulkan kekerasan bullying verbal di kalangana siswa baru berupa kekerasan fisik. Teman SMA di Surakarta adalah hal yang sebaya turut melakukan bullying biasa dan wajar dilakukan. Aksi verbal bullying struktur akibat terpengaruh oleh verbal antar teman di pelaku. Hal ini mendakan bahwa sekolah dianggap biasa dan wajar pelaku karena telah mengalami pembiasaan. memiliki kekuasan yang 9 Selain itu, ada pula pengaruh dari dan Ilmu Sosial Lainnya. pelaku bullying yang menyebabkan Jakarta : Prenada Media korban Group. bertransformasi menjadi pelaku dan teman sebaya turut Coloroso, Barbara. (2007). “ Stop melakukan aksi bullying ini. Adanya Bullying : Memutus Rantai kekuasaan Kkekerasan dalam diri pelaku Anak Dari akhirnya mendominasi di setiap diri Prasekolah Hingga SMU”. siswa untuk melakukan aksi bullying Jakarta : Ikrar Mandiriabadi vebal. Giddens, Dalam hal ini telah terjadi Anthony.(2003). Constitution The of Society pergeseran, dimana aksi bullying Teori Strukturasi untuk verbal bukan lagi dilihat sebagai analisis sosial. Pasuruan: perbuatan yang melanggar nilai dan Pedati norma, melainkan dilihat sebagai hal K.Yin, Robert.(2002). Studi Kasus : yang wajar dilakukan. Dari adanya Desain dan Metode. Jakarta bullying verbal ini, ketika para : Raja Grafindo pelaku tengah terlibat aksi yang emosional maka tidak menutup Levianti.(2008). “Konformitas dan Bullying Pada Siswa”, kemungkinan akan terjadi bullying Jurnal Psikologi, Vol 6 betuk fisik yang dapat melukai fisik No.1, 2008 : 1-9. siswa. Sebaiknya sekolah utamnya Sugiyono. (2013).Metode Penelitian guru mampu meningkatkan kontrol Pendidikan. sosial dan membeikan pendidikan Bandung bahaya bullying secara dini terhadap Alfabeta. : siswa sehingga dapat meminimalisir Okezone online, edisi Senin 16 aksi Maret 2015, SMP AL Jannah Bnatah bullying vebal dan meminimalisir munculnya aksi baru. Ada Bullying Terhadap Nadhira DAFTAR PUSTAKA http://news.okezone.com/read/2015/0 Bungin, Burhan. (2008). Penelitian 3/15/338/1118860/smp-al-jannah- Kualitatif : Komunikasi, ekonomi, Kebijakan publik, bantah-ada-bullying-terhadap- 10 nadhira Diakses pada tanggal 20 mei 2015 19.46 WIB.