BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan
untuk membiayai pengeluaran negara. Untuk melaksanakan pembangunan
dibutuhkan dana yang tidak sedikit, dan ditopang melalui peneriman pajak.
Oleh karena itu, pajak sangat dominan dalam menopang pembangunan
nasional. Pemungutan pajak tercantum dalam UUD 1945 yang dalam tataran
pelaksanaannya melalui pembentukan undang-undang. Hal ini dimaksudkan
dalam aspek hukum melahirkan suatu norma yang disepakati dan dipatuhi
bersama (kemenkeu.go.id, 2015).
Pemerintah menggunakan pajak untuk membiayai keperluan negara
seperti kesehatan, melaksanakan pembangunan nasional seperti membangun
infrastruktur dan transportasi, dan untuk mencapai kemakmuran rakyatnya.
Namun dari sisi masyarakat, pajak adalah beban karena mengurangi
penghasilan mereka, terlebih lagi tidak mendapatkan imbalan langsung ketika
membayar pajak. Hal tersebut yang menyebabkan masyarakat ataupun
perusahaan melakukan penghindaran pajak.
Penghindaran pajak lazim dilakukan perusahaan global dengan cabang
di berbagai negara dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya
adalah melalui cara pembayaran biaya manajemen royalti atas HAKI (Hak
Atas Kekayaan Intelektual) atas logo dan merek kepada perusahaan induk
sehingga kemudian peningkatan royalti akan meningkatkan biaya yang pada
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
akhirnya mengurangi laba bersih sehingga PPh badan juga turun. Kemudian
kasus untuk di Indonesia peningkatan pembayaran royalti ke perusahaan induk
(parent company) berpotensi mengurangi PPh badan yang harus dibayar
perusahaan. Dari laporan keuangan di BEI, sebuah perusahaan consumer goods
harus membayar royalti kepada holding company di Belanda, dari 3,5 persen
meningkat ke 5 sampai 8 persen mulai tahun 2013-2015. Asumsi omset tahun
2013-2015, consumer goods tersebut stagnan di angka Rp. 27 trilyun, dengan
kenaikan royalti dari 3,5 persen menjadi 8 persen, berarti ada kenaikan royalti
sebesar 4,5 persen dikalikan Rp.27 trilyun atau sekitar Rp.1,215 trilyun.
Potensial loss PPh badan tahun 2015 adalah Rp.1,215 trilyun dikalikan 25
persen atau sebesar Rp.303 milyar.
Hal ini menurut aturan adalah legal namun kurang adil jika dilihat dari
sisi pajak bagi negara sumber penghasilan, karena 8 persen harga produk
dibayar rakyat Indonesia lari ke royalti holding company. Sehingga sangat
mungkin terjadi penghindaran pajak di Indonesia, karena banyak perusahaan
global yang juga beroperasi di Indonesia (pajak.go.id, 2013).
Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan, khususnya
menyangkut
transaksi
internasional
yang
dilakukan
oleh
korporasi
multinasional. Dari sisi pemerintah, transfer pricing berpotensi mengurangi
penerimaan pajak negara karena perusahaan multinasional cenderung
menggeser kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif
pajak tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak
lebih rendah (low tax countries). Sistem Transfer pricing sering digunakan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
perusahaan-perusahaan multinasional untuk meminimalkan jumlah pajak yang
dibayar melalui rekayasa harga yang ditransfer antar divisi. Untuk mencegah
terjadinya praktik penghindaran pajak melalui transfer pricing, dapat dilakukan
melalui ketentuan anti penghindaran pajak dalam peraturan pelaksanaan
perpajakan yang ketat (detik.com, 2015). Karena sampai pada saat ini praktik
transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya perusahaan
multinasional sering tidak sesuai dengan apa yang seharusnya mereka lakukan
atau tidak sesuai dengan mekanisme sistem harga transfer yang sesungguhnya.
Dimana perusahaan melakukan praktik transfer pricing ini hanya untuk
menghindari pungutan pajak dalam negeri supaya penghasilan perusahaan atau
pemegang saham menjadi lebih tinggi.
Korporasi yang menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan akan
mendapat insentif pengurangan pajak yang nantinya hal tersebut akan
meningkatkan kuantitas dan kualitas aktivitas tanggung jawab sosial
perusahaan. Hal tersebut yang bisa dijadikan celah oleh perusahaan dalam
meminimalisir pajak perusahaannya.
Menurut UU No 36/2008, aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR) yang bisa mendapat insentif pajak, antara lain, sumbangan untuk
penanggulangan bencana, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
pembangunan infrastruktur sosial, pembinaan olahraga, serta sumbangan
fasilitas pendidikan. (kompasdata.id, 2015).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menemukan indikasi
penyimpangan dana tanggung jawab sosial di industri migas hulu 2000-2006.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Sepanjang tahun itu, ada penyimpangan Rp 18 triliun dari keseluruhan
anggaran Rp 122,68 triliun (BPK, 2007). Akhirnya, Kementerian ESDM
menerbitkan Peraturan Menteri No 22/2008 yang mengeluarkan biaya
community development dari daftar tanggungan negara dalam bentuk cost
recovery (kompasdata.id, 2015).
Arthur Andersen adalah sebuah perusahaan jasa akuntansi yang
didirikan oleh Arthur Andersen pada tahun 1913. Pada tahun 2002, perusahaan
ini secara sukarela menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan
Publik setelah dinyatakan bersalah dan terlibat dalam skandal Enron
(wikipedia.org, 2014).
Kasus ini mempunyai dampak terhadap pembaharuan tatanan kondisi
maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat. Salah satunya yang
berhubungan langsung dengan auditor eksternal yaitu peraturan yang menjamin
independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non audit kepada
perusahaan yang diaudit.
Bila melihat kasus Enron tersebut bisa dikatakan bahwa sudah keluar
dari
prinsip
good
corporate
governance.
Terbongkarnya
praktek
persekongkolan tingkat tinggi ini menjadi bukti bahwa praktek bisnis yang
bersih dan transparan akan lebih langgeng (sustainable). Prinsip-prinsip tata
kelola korporasi yang baik (good corporate governance) harus dijaga dan
dipelihara. Pengelolaan haruslah dilakukan secara transparan, fair, akuntabel,
serta menjaga keseimbangan lingkungan (detik.com, 2006).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Kasus mengenai Komite Audit masih berhubungan dengan kasus Enron
dimana terjadi pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di
Amerika Serikat salah satunya adalah membutuhkan persetujuan dari audit
committee perusahaan sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki
audit committee karena definisinya diperluas, sehingga jika disuatu perusahaan
tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.
Pengadopsian prinsip-prinsip GCG sekaligus penerapannya di suatu
negara menjadi sesuatu yang urgen. Salah satu unsur kelembagaan dalam
konsep GCG yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam
level penerapannya adalah Komite Audit. Keberadaannya diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan serta mampu
mengoptimalkan mekanisme check and balances, yang pada akhirnya
bertujuan memberikan perlindungan yang maksimal kepada pemegang saham
atau pemodal (bpkp.go.id, 2004).
Berdasarkan lima fenomena diatas dan dimotivasi oleh banyaknya
kasus penghindaran pajak kemudian juga terdapat inkonsistensi penelitianpenelitian terdahulu. Sehingga peneliti ingin meneliti lebih lanjut dengan judul
“ PENGARUH PROFITABILITAS, PENGUNGKAPAN CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY,
DAN
GOOD
CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE” Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2011-2015.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
2. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh
terhadap Tax Avoidance?
3. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
4. Apakah Kualitas Audit berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan di
atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap tax avoidance.
b. Untuk menguji pengaruh pengungkapan corporate social responsibility
terhadap tax avoidance.
c. Untuk menguji pengaruh good corporate governance yang diproksikan
dengan komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance.
d. Untuk menguji pengaruh good corporate governance yang diproksikan
dengan kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
2. Kontribusi Penelitian
a. Praktik
Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
referensi untuk instansi atau badan perpajakan mengetahui konsep lebih
dalam mengenai penerapan meminimalkan penghindaran pajak terkait
keadaan
sebenarnya
dilapangan
supaya
lebih
meningkatkan
pengawasan. Kemudian untuk wajib pajak diharapkan selalu melakukan
kewajiban
perpajakannya
dengan
benar
dan
tidak
melakukan
penghindaran pajak karena bisa menjadi salah satu faktor tidak
tercapainya penerimaan pajak negara.
b. Akademik
Secara akademik penelitian ini diharapkan bisa memberikan
sumbangan pemikiran bagi penelitian kedepannya terhadap masalah
yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung dan juga
diharapkan bermanfaat sebagai suatu bahan referensi yang dapat
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah
wawasan mengenai pengaruh profitabilitas, pengungkapan corporate
sosial responsibility, dan good corporate governance terhadap
avoidance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tax
Download