manajemen keuangan

advertisement
1.1.
PENGANTAR KE MANAJEMEN KEUANGAN
Ketika berhadapan dengan istilah “manajemen keuangan” maka hal yang selalu cepat
terlintas dalam benak pikiran adalah identik dengan “uang”, memang pernyataan ini tidaklah
salah sepenuhnya, walaupun jika dipikirkan lebih jauh, siapakah yang sesungguhnya yang
mengambil keputusan Keuangan? Maka pastilah jawabannya adalah manajer keuangan. Lalu
bagaimana manajer keuangan mengambil keputusan? Tentunya “informasi”lah yang diperlukan
bagi manajer keuangan tersebut. Itulah sebabnya mempelajari manajemen keuangan tidaklah
terlepas dari dua sisi yang tidak terpisahkan yakni : uang dan manusianya. Sehingga
penjelasan dibawah ini diharapkan akan mampu membawa pengertian terhadap manajemen
keuangan yang melihat selain sisi uang juga peranan manusia dalam mengolah informasi yang
diperoleh dalam mengambil keputusan dibidang keuangan..
Dalam menjalankan sebuah bisnis, sesungguhnya setiap pelaku bisnis menghadapi
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan :
1. Investasi apakah yang harus saya kerjakan? (Ini menunjukkan bisnis apakah yang
anda kerjakan dan selain itu juga menyangkut tanah, gedung, mesin produksi dan
lainnya). Ketika pertanyaan pertama dijawab maka selanjutnya timbul pertanyaan :
2. Darimana sumber pembiayaan (financing) jangka panjang yang dapat diperoleh
untuk dipakai membiayai investasi yang akan dilakukan, apakah berhutang atau
mengajak partner lain untuk bekerjasama membiayai bisnis tersebut selain dari
modal sendiri yang anda keluarkan.
3. Bagaimana pengelola keuangan sehari-hari dalam menjalankan bisnis tersebut
seperti membayar para supplier, menagih hutang dating, membayar pekerja,dll.
Jadi dari tiga pertanyaan tersebut memberikan gambaran besar tentang bisnis dari
sudut manajemen keuangan, menunjukkan bahwa manajemen keuangan adalah sebuah study
untuk menjawab tiga gambaran besar tersebut.
1.2.
KEPUTUSAN-KEPUTUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
Dari ketiga pertanyaan yang memberikan gambaran besar tentang Manajemen
Keuangan tersebut, maka akan diketahui keputusan apa yang diambil oleh Pengelola/ Manajer
Keuangan untuk memberi jawab terhadap ketiga pertanyaan tersebut, yaitu :
1. Capital Budgeting (Penganggaran Modal)
Pertanyaan pertama yang diajukan dijawab dengan capital budgeting menunjukkan
sebuah proses dari perencanaan dan pengelola investasi perusahaan sedemikian rupa
sehingga menjadi lebih bernilai dibanding biaya yang dipakai untuk mendapatkannya
(arus kas yang dihasilkan dari investasi tersebut melebihi biayanya). Adapun factor
ukuran perusahaan dan resiko yang dihadapi untuk menghasilkan arus kas masuk
kedepan juga menjadi factor yang harus diperhitungkan.
2. Capital Structure (Struktur Modal)
Pertanyaan kedua yang diajukan dan dijawab dengan keputusan struktur modal
menunjukkan bagaimana perusahaan melakukan komposisi yang optimal antara
penggunaan hutang atau modal sendiri dalam usaha untuk membiayai investasi yang
akan dilakukan oleh perusahaan tersebut. Komposisi yang dilakukan antara hutang dan
modal sendiri pada gilirannya nanti akan mempengaruhi resiko yang dihadapi
perusahaan dan nilai dari perusahaan tersebut.
3. Working Capital Management ( Manajemen Modal Kerja)
Pertanyaan ketiga yang diajukan dan dijawab dengan keputusan pengelola modal kerja
(working capital management) menunjukkan bagaimana perusahaan dalam hal ini
manajer keuangan menghadapi aktivitas rutin untuk menjalankan roda bisnis
perusahaan agar tetap bergerak maju seperti: uang kas dan persediaan yang harus
tersedia agar tidak terjadi kekurangan atau kewajiban jangka pendeknya, utang kepada
pihak “supplier”nya.
WORKING CAPITAL
MANAGEMENT
(MANAJEMEN MODAL
KERJA)
CAIPTAL STRUCTURE
( STRUKTUR MODAL)
CAPITAL BUDGETING
(PENGANGGARAN MODAL)
MANAJEMEN
Gambar 1.1. Keputusan- keputusan Manajemen Keuangan
1.3.
BENTUK-BENTUK ORGANISASI BISNIS
Secara umum, sebuah organisasi bisnis memiliki tiga bentuk usaha yang biasa dikenal
sebagai berikut :
1.3.1. Perusahaan perorangan
Perusahaan ini dimiliki oleh perorangan. Ketika memulai sebuah bisnis biasanya
seseorang akan memulai dari tipe awal ini karena sangat simple( sederhana) dan tidak
terlalu banyak aturan dalam mengelolanya, baru setelah semakin besar usaha atau
bisnis tersebut, biasanya akan melangkah kepada tahap selanjutnya dan bentuk
organisasi bisnis lainnya. Keuntungan dari bentuk ini adalah segala laba dan usaha
dimiliki pemilik, tetapi konsekuensinya segala tanggungan perusahaan menjadi
tanggungjawab pribadi pemilik, artinya kekayaan personal juga ikut menjadi tanggungan
ketika usaha bermasalah ( tidak ada pemisahan yang tegas antara harta pribadi dengan
harta bisnis). Biasanya umur perusahaan juga tergantung pada usia si pemilik. Selain itu
kemampuan perusahaan untuk bertumbuh dengan menggunakan modal sendiri juga
terbatas, karena tergantung dengan kekayaan pemilik.
1.3.2. Persekutuan (Partnership)
Dalam bentuk organisasi bisnis ini, perbedaan yang terjadi dengan perusahaan
perseorangan adalah terdapat dua atau lebih pemilik (sekutu). Pada persekutuan umum
(General partnership), maka semua sekutu akan berbagi keuntungan atau berbagi
kerugian serta semua sekutu juga memiliki kewajiban tidak terbatas atas seluruh
kewajiban persekutuan tersebut. Adapun praktek pembagian keuntungan biasanya akan
dijelaskan dalam perjanjian, bisa dilakukan secara sangat informal atau juga bisa
melalui dokumen yang formal dan lengkap. Bentuk usaha ini biasa dikenal sebagai
Firma (dari bahasa Belanda Venootschap onder firm) yang secara harafiah diartikan
sebagai perserikatan dagang antara beberapa perusahaan atau sering disebut Fa.
Pada persekutuan terbatas (Limited partnership) adalah persekutuan yang
didirikan oleh seorang atau beberapa orang yang mempercayakan uang atau barang
kepada seseorang atau beberapa orang yang menjalankan perusahaan dan bertindak
sebagai pemimpin. Jadi disini yang disebut sekutu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sekutu aktif atau sekutu komplementer, adalah sekutu yang menjalankan usaha dan
berhak melakukan perjanjian dengan pihaklain, dengan demikian semua kebijakan
bisnis atau usaha dijalankan oleh sekutu aktif yang juga disebut pesero kuasa atau
pesero pengurus.
b. Sekutu pasif atau sekutu komenditer, adalah sekutu yang hanya menyertakan
modalnya kedalam usaha tersebut. Konsekuensinya, kalau ada kerugian yang
diderita oleh perusahaan, maka sekutu jenis ini hanya bertanggungjawab secara
proporsional dengan modal yang disertakan, hal sebaliknya juga terjadi jika usaha
tersebut mengalami keuntungan. Sekutu ini tidak ikut campur dalam kepengurusan,
pengusahaan maupun aktivitas bisnis dari usaha tersebut, sekutu ini juga disebut
pesero diam.
Jenis usaha bisnis ini dikenal juga sebagai commanditaire vennootschap atau CV,
selanjutnya berdasarkan perkembangannya bentuk perseroan komanditer ada tiga
bentuk, yakni :
a. Persekutuan komanditer murni, bentuk persekutuan komanditer yang pertama dan
ada hanya satu sekutu komplementer sedangkan yang lainnya sekutu komanditer
b. Persekutuan komanditer campuran, bentuk usaha ini umumnya berasal dari bentuk
firma ketika firma membutuhkan tambahan modal, disini sekutu firma menjadi sekutu
komplementer, sedangkan sekutu lainnya menjadi sekutu tambahan atau sekutu
komanditer.
c. Persekutuan komanditer bersaham, persekutuan komanditer bentuk ini mengeluarkan
sejenis saham yang tidak diperjualbelikan dan setiap sekutu komplementer maupun
sekutu komanditer mengambil satu saham atau lebih, hal ini dilakukan karena
dengan saham dapat terjadi proses perpindahan modal antar sekutu jika ada sekutu
yang akan keluar atau menarik modal.
1.3.3. Perseroan (Corporation)
Bentuk organisasi bisnis ini adalah badan hukum yang terpisah dan berbeda dari
para pemiliknya. Konsekuensi sebagai badan hukum adalah usaha bisnis ini akan
membuat akta pendirian serta anggaran dasar perusahaan ini.
Di Indonesia, usaha ini disebut sebagai Perseroan Terbatas (PT), dulu dikenal
sebagai Naamloze Vennotschap (NV), adalah persekutuan untuk menjalankan usaha
yang memiliki modal terdiri daari saham-saham yang pemilikannya memiliki porsi
kepemilikan sesuai dengan banyaknya saham yang dimilikinya. Itulah sebabnya karena
modal
yang
dimiliki
oleh
perusahaan
ini
terdiri
dari
saham-saham
ydapat
diperjualbelikan, maka perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu
membubarkan perusahaan.
Di Indonesia, untuk badan usaha perseroan terbatas diatur dalam undangundang no 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas (UU PT) yang berlaku secara
efektif sejak tanggal 16 Agustus 2007. Ada dua jenis perseroan terbatas, yaitu :
a. Perseroan terbatas tertutup; yaitu perseroan terbatas yang modalnya berasal dari
kalangan tertentu, misalnya pemegang saham hanya pada lingkaran keluarga saja
dan saham tidak dijual kepada umum atau di bursa efek.
b. Perseroan terbatas terbuka; yaitu perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada
masyarakat melalui pasar modal (go public). Jadi sahamnya ditawarkan kepada
umum, diperjualbelikan melalui bursa saham sehingga masyarakat diberi kesempatan
untuk memiliki saham perusahaan tersebut.
Dalam upaya untuk mendirikan PT, maka haruslah dilakukan dengan
menggunakan akta resmi, artinya akta tersebut dibuat resmi oleh notaries dimana
dicantumkan nama, modal, bidang usaha, alamat perusahaan dan sebagainya.
Selanjutnya akta ini harus disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Menhukum dan HAM)
Dari hal tersebut, terlihat bahwa Perseroan Terbatas memiliki keuntungan,
antara lain : adanya kewajiban terbatas, dimana dimaksud pemegang saham tidak
memiliki kewajiban untuk obligasi atau hutang yang dilakukan perusahaan perusahaan
karena merupakan subyek hukum yang berbeda, selain itu asset perusahaan bisa
melewati batas usia dari pemegang sahamnya, sehingga faktor kestabilan akan
melewati masa yang panjang dan yang terakhir adanya efisiensi manajemen sehingga
perusahaan mampu bertumbuh dengan cepat, terutama adanya pengelolaan modal
yang efisien akan membuat efisien manajemen dan berekspansi, walaupun diakui untuk
pendirian Perseroan Terbatas tidaklah mudah, memerlukan akta yang dilakukan
notaries, adanya proses perijinan khusus untuk usaha tertentu dan birokrasi organisasi
bantuk usaha ini juga membutuhkan biaya yang signifikan.
1.4. TUJUAN DARI MANAJEMEN KEUANGAN
Seringkali dengan mudah ketika bertanya tentang tujuan dari perusahan didirikan adalah
memaksimumkan laba, kelihatan hal tersebut logis, bukankah pada dasarnya pemilik
perusahaan ingin perusahaan yang didirikan akan menghasilkan keuntungan, tetapi jika
dicermati dengan baik maka ada hal yang perlu dipertanyakan lagi yakni : Jika memaksimum
laba maka pertanyaan selanjutnya ialah laba tahun berapa? Saat ini atau tahun depan? Bisa
saja perusahaan akan memaksimukan laba tahun ini dan melakukan efisiensi dengan
memotong biaya promosi besar-besaran, hal ini belum tentu bisa diterima pemilik perusahaan
jika mereka harus menerima laba jangka pendek tapi dalam jangka panjang akan dirugikan
karena upaya promosi tidak maksimal atau jikkalau perusahaan melakukannya agar terdapat
laba maksimum untuk tahun depan dengan cara membayarkan dividen tahun ini dengan
minimum atau malahan tidak membayarkan dan memaksimumkan arus kas bebas tersebut
sebagai laba yang ditahan agar dapat dipakai sebagai pendanaan internal maka tentulah tidak
akan diterima pemilik jika ternyata tingkat pengembalian investasi selanjutnya yang dihasilkan
amat rendah.(Breale,dkk.2007)
Jadi, jikalau dikatakan bahwa pemilik perusahaan atau boleh juga disebut sebagai para
pemilik saham menginvestasikan uangnya pada perusahaan yang didirikannya, tentulah
karena ingin mendapatkan keuntungan secara maksimum, sehingga yang diinginkan para
pemilik adalah memaksimumkan nilai perusahaan, dalam hal ini tentu adalah memaksimukan
nilai saham
atau boleh juga disebut sebagai memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham. Konsekwensi dari memaksimumkan nilai saham adalah pengelola perusahaan perlu
mempelajari bagaimana memahami dan mengidentifikasi investasi yang menguntungkan dan
mencari sumber pendanaan yang relative murah serta pengelolaan modal kerja yang optimal
agar memberikan dampak yang menguntungkan dan meningkatkan nilai saham. Jadi tidaklah
mengherankan bahwa dalam keuangan perusahaan akan dilakukan suatu kajian terhadap
relasi antara keputusan-keputusan bisnis ( investasi, pendanaan dan modal kerja) dengan
peningkatan nilai saham pada perusahaan.
Selanjutnya ada suatu pertanyaan : Apakah tujuan ini berlaku kalau bentuk usaha yang
didirikan pemilik usaha atau investor bukan dalam bentuk perusahaan yang memiliki saham
yang diperdagangkan ( tentu saja peningkatan nilai saham bagi perusahaan yang sahamnya
diperdagangkan dapat dilihat melalui bursa efek tempat saham tersebut diperdagangkan
bahkan dengan situasi real time) sehingga sulit untuk mengetahui nilai saham pada satu waktu
tertentu.
Persoalan diatas dapat dijelaskan melalui pemahaman bahwa sebenarnya total nilai
saham disuatu perusahaan perseroan secara sederhana adalah sama dengan nilai ekuitas
pemilik, sehingga secara umum tujuan dari suatu usaha yang didirikan pemiliknya adalah :
Memaksimumkan nilai pasar dari ekuitas pemilik yang ada. Hal ini akan menjelaskan bahwa
tidaklah maslah apakah perusahaan tersebut perusahaan perseorangan, persekutuan ataupun
perseroan, karena apapun yang dilakukan pengelola usaha (baik perseorangan, persekutuan
dan perseroan) pasti pada gilirannya dapat meningkatkan nilai ekuitas pemilik atau
menurunkannya.
1.5 AGENCY PROBLEM (PROBLEM KEAGENAN)
Jikalau sebuah usaha didirikan, bisa saja terjadi dalam menjalankan usaha tersebut
sang pemilik sendiri sekaligus juga pengelola (baca: manajer keuangan) maka tentu saja tidak
ada konflik kepentingan dalam mengelola usaha tersebut, pemilik bekerja untuk diri sendiri,
adapun hasil yang diterima berasal dari kerja yang dilakukannya sendiri, sehingga kekayaan
yang diterima melekat dengan nilai perusahaan atau ekuitas perusahaan, tetapi adakalanya
ketika pemilik perusahaan memperkerjakan orang lain-manajer-(agen) untuk mewakili
kepentingannya dalam mengelola perusahaan, kondisi ini memunculkan sebuah hubungan
keagenan (agency relationship).
Persoalan timbul jikalau sebuah perusahaan besar biasanya kepemilikan perusahaan
tersebar kepada pemegang saham yang sangat banyak,sehingga manajer secara praktis
adalah yang mengendalikan perusahaan,disinilah terjadi manajer belum tentu melakukan yang
terbaik bagi kepentingan pemegang saham tetapi bisa saja mengejar apa yang menjadi
kepentingannya sendiri seperti dengan cara memperbesar skala perusahaan atau ekspansi
agar tidak ambil alih perusahaan lain agar tetap bertahan di perusahaan dan lain
sebagainya,kondisi informasi yang tidak utuh atau lengkap dan sangat tidak pasti inilah akan
memicu konflik kepentingan diantara pemilik dan agen inilah yang disebut masalah keagenan
(agency problem) yang meliputi adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah
kondisi dimana posisi pemilik atau pemegang saham tidak memdapatkan informasi secara
cermat mengenai kinerja manajemen dalam penetapan renumerasi atau kompensasi bagi
pengelola
atau
manajer,
sedangkan
moral
hazard
berhubungan
dengan
kondisi
pemilik/pemegang saham tidak mendapatkan kepastian bahwa pengelola atau manajer telah
berusaha keras dan maksimal bagai kepentingan mereka.
Selanjutnya masalah keagenan (agency problem) terjadi juga antara pemegang saham
dan kreditur. Kreditur menganggap memiliki hak atas sebagian laba dalam bentuk bunga dan
sebagian atas asset perusahaan apabila terjadi kebangkrutan sehingga harus ikut serta dalam
pengendalian perusahaan, dilain pihak pemilik/pemegang saham adalah pihak yang memegang
pengendalian perusahaan yang akan menentukan bagaimana perusahaan beroperasi agar
memperoleh laba dan juga konsekwensi resiko yang dihadapi.
Untuk menjamin agar manajer atau pengelola bertindak sesuai dengan tujuan pemilik
atau pemegang saham maka tentulah sang pemilik harus melakukan berbagai upaya agar
manajer atau pengelola bertidak dalam koridor yang diinginkan pemilik atau pemegang saham,
tentu saja tindakan ini memerlukan biaya yang disebut biaya keagenan (agency cost), biaya ini
muncul dalam upaya pemilik melakukan pemantauan terhadap aktivitas pengelola dan biaya
untuk menerapkan mekanisme deficit terhadap pengelola. Adapun bentuk mekanisme control
tersebut antara lain: pembentukan dewan komisaris (board of director), renumerasi yang
berkaitan dengan prestasi perusahaan, opsi saham bagi manajer. Walaupun demikian, masalah
perbedaan tujuan tersebut tidak dapat diselesaikan seluruhnya yang artinya pemilik atau
pemegang saham dengan demikian tetap mempunyai kerugian yang dikenal sebagai kerugian
sisa (residual loss).
1.6. PASAR KEUANGAN
Perusahaan sebagai sebuah lembaga bisnis dalam aktivitas keuangannya akan terlibat
secara intensif dengan pasar keuangan karena pasar ini menyediakan suatu mekanisme
penciptaan dan pertukaran keuangan. Secara sederhana pasar keuangan adalah pasar tempat
sekuritas diterbitkan dan diperdagangkan. Adapun sekuritas adalah asset keuangan yang
diperdagangkan. Di pasar keuangan akan terlaksana transaksi dimana pihak deficit (pihak yang
kekurangan dana) akan memperoleh dari pihak surplus dana (pihak yang kelebihan dana),
Pada pasar ini akan terjadilah pergerakan atau perpindahan dana secara besar-besaran
(massif). Meskipun terlihat dua pihak utama yang terlibat dalam pasar keuangan, tetapi agar
terjadi proses perpindahan antara para pihak utama tersebut secara efisien
maka ada
beberapa pihak yang terlibat dalam memfasilitasi, yang disebut sebagai lembaga perantara (
financial intermediaries). Hal ini dapat diperjelas dari gambar dibawah ini:
P
Aktiva
lancar
Inves
tasi
E
Menerbitkan
sekuritas
R
PASAR
Membeli sekuritas
(DANA)
FINANSIAL:
U
-PasarUang
S
(Jgk pendek)
N
V
Menjual sekuritas
capital gain/loss dana
Aktiva
tidak
lancar
Arus
Kas
I
E
A
Re-
S
H
inve
T
A
Arus kas
Arus kas
A
O
-Pasar Modal
(jgk panjang)
N
Deviden &
Pelunasan hutang
R
PEMERINTAH & STAKEHOLDER
LAINNYA
Gambar 1.2 Aliran Dana antara Perusahaan dan Pasar Keuangan
Adapun pasar keuangan dapat dilihat dari berbagai pengelompokan, antara lain berdasarkan
klaim keuangan adalah sebagai berikut :
Klaim berjumlah
Instrumen utang
Pasar penghasilan
Pasar utang
Klaim residual atau
Saham biasa
Saham preferen
Pasar ekuitas
Pasar saham
Gambar 1.3 Pasar Keuangan berdasarkan Klaim (Fabozzi,1999)
Dari Gambar diatas, terlihat bahwa pasar keuangan yang memperdagangkan aktiva
keuangan yang disebut instrument hutang disebut pasar hutang, sedangkan pasar yang
memperdagangkan pasar ekuitas adalah pasar ekuitas atau bursa saham. Adapun saham
preferen merupakan klaim ekuitas dan hal ini memberikan hak kepada pemegang saham untuk
menerima serangkaian pembayaran secara periodik dalam jumlah tetap. Pada umumnya,
instrument hutang dan saham preferen dikelompokkan sebagai pasar penghasilan tetap,
sedangkan pasar yang memperdagangkan ekuitas disebut pasar saham biasa (common stock).
Ada juga yang melakukan pengelompokkan pasar keuangan berdasarkan jatuh
temponya seperti contoh gambar yang ada dibawah ini, untuk pasar keuangan yang
memperdagangkan instrumen hutang jangka pendek disebut pasar uang (money market),
adapun instrument keuangan jangka pendek adalah instrument keuangan yang jatuh temponya
kurang dari atau sama dengan satu tahun, dan untuk pasar yang memperdagangkan instrumen
keuangan dengan jatuh tempo yang lebih panjan, adalah instrument keuangan yang
diperdagangkan denan masa jatuh temponya lebih dari satu tahun disebut pasar modal (capital
market). Dari penjelasan diatas maka instrument keuangan yang disebut sebagai utang dapat
dikategorikan sebagai pasar uang ataupun pasar modal berdasarkan masa jangka waktu jatuh
temponya, sedangkan instrument keuangan yang disebut sebagai saham dikarenakan bersifat
perpetuitas/tidak memiliki jatuh tempo maka dikelompokkan sebagai pasar modal.
Instrumen utang
Jatuh tempo
kurang dari atau
sama dengan
satu tahun
Pasar uang
Saham biasa dan saham
Jatuh
tempo
kurang dari
Pasar Modal
Gambar 1.4 Pasar Keuangan Berdasarkan Jatuh tempo (Maturity)(Fabozzi,1999)
Ada juga cara pengelompokkan pasar keuangan berdasarkan waktu penerbitan
instrument keuangan tersebut. Adapun istilah pertama adalah pasar primer atau perdana
(primary market) menjelaskan pada penjualan sekuritas untuk pertama kalinya oleh
perusahaan, sedangkan isilah kedua adalah pasar sekunder (secondary market) menjelaskan
tentang pasar dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan setelah penjualan pertama terjadi.
Sebelum
Internal
Perusahaan
Sesudah
Emisi
BAPEPAM
1. Pernyataan
1. Rencana go
pendaftaran
public
2. Expose
2. RUPS
terbatas di
3. Penunjukkan :
BAPEPAM
• Underwriter
3. Tanggapan
(jika ada)
atas:
• Profesi
• Kelengkapan
penunjang
dokumen
• Lembaga
• Kecukupan &
penunjang
kejelasan
4.
informasi
Mempersiapka
• Keterbukaan
n dokumen(aspek hukum,
dokumen
akuntansi,
5. Konfirmasi
keuangan, &
sebagai Agen
manajemen)
penjualan oleh
4. Komentar
penjamin emisi
tertulis dalam
6. Kontrak
30 hari
pendahuluan
5. Pernyataan
dengan bursa
pendaftaran
efek
dinyatakan
7. Public Expose
efektif
8. Penandatanganan
perjanjian
Pasar
Perdana
Pasar
Sekunder
1. Penawaran
oleh Sindikasi
Penjamin Emisi
& Agen
Penjualan
2. Penjatahan
kepada
investor oleh
sindikasi
penjamin emisi
dan emiten
3. Pengembalian
dana (refund)
4. Distribusi efek
kepada
investor secara
elektronik
1. Emiten
mencatatkan
sahamnya di
Bursa Efek
2. Perdagangan
efek di Bursa
Efek
Pelaporan
1. Laporan
berkala,
misalnya
laporan
tahunan &
laporan
tengah
tahunan
2. Laporan
kejadian
penting &
relevan,
misalnya
akuisisi,
pergantian
direksi, dll
Gambar 1. 5. Pasar Keuangan Berdasarkan Tahapan di Bursa Efek Indonesia
Download