5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Dalam buku Reeve, Warren, dan Duchac (2012, p3) “Accounting can be defined as an information system that provides reports to users about the economic activities and condition of a business”. Brett, Alison, Karin, Yvette, dan Deker (2012, p10) mengatakan bahwa “System can be defined as something that take input, applies a set of rules or process to the input and generates output”. Sedangkan O’Brien yang bukunya diterjemahkan oleh Dewi dan deny (2006, p29) “Sistem kebanyakan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk satu kesatuan. Sistem juga merupakan sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur”. George H. Bodnar & William S. HopWood (1996, p1) menerangkan “Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Sistem adalah kumpulan sumberdaya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi akuntansi (SIA) adalah kumpulan sumberdaya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.” Mulyadi (2001, p2-3) menerangkan bahwa “sistem pada dasarnya kelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya. Yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang di koordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen atau unsur yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan, informasi merupakan data yang sudah diolah yang memberikan output untuk pengguna, dan akuntansi adalah seni mencatat keuangan perusahaan yang menghasilkan laporan-laporan untuk mendukung kegiatan 6 perusahaan. Sehingga sistem informasi akuntasi merupakan memproses datadata mulai dari identifikasi hingga menjadi laporan yang menginformasikan ekonomi perusahaan menggunakan berbagai teknologi. 2.1.2 Internal dan Eksternal Arus Informasi James A. Hall menejelaskan dalam bukunya di edisi 7 (2011, p4) Gambar 2.1 : Internal dan External Flows of Information Dari yang digambarkan oleh James A. Hall dapat dikatan bahwa semakin tinggi jabatan yang dimiliki, informasi yang didapatkan semakin tidak rinci karena pada top manajement (biasa pemegang saham) hanya membutuhkan seberapa besar laba atau rugi dari usahanya dan apa sebab dari laba atau ruginya, dari informasi ini maka tugas top manajement untuk membuat rencana strategis dengan jangka waktu yang panjang. Sebaliknya semakin rendah level manajement maka informasi yang didapat lebih renci untuk membuat rencana taktik dan operasional dengan jangka waktu yang singkat. Pemakai informasi akuntansi dapat dibagi dalam dua kelompok besar eksternal dan internal. Pemakai eksternal mencakup pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, pelanggan, pemasok, pesaing, serikat pekerja, dan masyarakat secara keseluruhan. Pemakai internal mencakup semua lapisan manajement dari tingkat tinggi hingga tingkat rendah, serta semua karyawan dan buruh yang bekerja diperusahaan. 7 2.1.3 Kerangka Berpikir Sistem Informasi Dijelaskan Hall (2011, p7) bahwa “The information system is the set of formal procedures by which data are collected, processed into information, and distributed to users” Hall juga membagi transaksi dalam dua kelas (2011, p7) yaitu: a) Transaksi keuangan, adalah sebuah peristiwa ekonomi yang mempengaruhi asset dan ekuitas di organisasi, direfleksikan dalam akunakunnya, dan diukur dalam satuan moneter. b) Transaksi non-keuangan, termasuk dalam sebuah peristiwa yang diproses sistem organisasi yang tidak memenuhi definisi sempit dari transaksi keuangan. Contohnya menambah pemasok baru untuk bahan baku ke dalam list pemasok langganan. Gambar 2.2 Proses Transaksi Oleh Sistem Informasi Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan keputusan maka dibutuhkan informasi yang bersumber dari transaksi keuangan dan transaksi non-keuangan yang dikelolah oleh sistem informasi. 8 Gambar 2.3: Framework of Information Systems 2.1.4 Karakteristik Informasi Hall (2011, p13-14) mengemukakan bahwa ada lima karakteristik dari informasi yang berguna a) Relevan, konten didalam sebuah laporan harus memiliki tujuan, maka informasi yang diberikan apakah mendukung (berhubungan) dengan data dilaporan. b) Tepat waktu, umur dari informasi merupakan faktor penting untuk kegunaan. Informasi tidak boleh melebihi dari waktu untuk mendukung sebuah kegiatan. c) Akurat, informasi yang diberikan harus bebas dari material yang salah. d) Kelengkapan, tidak ada satu bagian informasi yang penting untuk mengambil keputusan atau pekerjaan yang hilang. e) Ringkas, informasi harus dikumpukan sesuai dengan kebutuhan pengguna. 9 2.1.5 Metodologi Pengembangan Sistem Mulyadi (2001, p39-53) Metodologi Pengembangan Sistem adalah langkah-langkah yang dilalui oleh analis sistem dalam mengembangkan sistem informasi. Pengembangan sistem akuntansi dilaksanakan dalam 3 tahap utama berikut ini : 1. Analisis sistem (System Analysis) Dalam tahap ini, analisis sistem membantu pemakai informasi dalam mengidentifikasi informasi yang diperlukan oleh pemakai untuk melaksanakan pekerjaannya. Kegagalan analisis sistem dalam mengidentifikasi jenis informasi yang diperlukan oleh pemakai informasi akan mengakibatkan desain sistem yang tidak bermanfaat bagi pemakai informasi. Oleh karena itu, tahap analisis sistem merupakan tahap yang paling menentukan dalam keseluruhan tahap pengembangan sistem informasi. Analisis sistem dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu: analisis pendahuluan, penyusunan usulan pelaksanaan analis sistem, pelaksanaan analis sistem, dan penyusunan laporan hasil analisis sistem. 2. Desain sistem (System Design) adalah proses penterjemahan kebutuhan pemakai informasi kedalam alternatif rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan. Tahap sistem ini dibagi menjadi enam tahap: desain sistem secara garis besar, penyusunan usulan desain sistem secara garis besar, evaluasi sistem, penyusunan laporan final desain sistem secara garis besar, desain sistem secara rinci, penyusunan laporan final desain sistem secara rinci. 3. Implementasi sistem (System Implementation) Pendidikan dan pelatihan pemakai informasi, pelatihan dan koordinasi teknisi yang akan menjalankan sistem, pengujian sistem yang baru, dan pengubahan yang dilakukan untuk membuat sistem informasi yang telah dirancang menjadi dapat dilaksanakan secara operasional. Puncak segala kegiatan pengembangan dan perancangan sistem informasi adalah teletak pada tahap implementasi. 10 2.1.6 Kegunaan Sistem Informasi dan Sistem Informasi Akuntansi Kegunaan atau tujuan dari sistem informasi menurut Hall (2011, p14) 1. Untuk mendukung fungsi kepengurusan manejemen. 2. Untuk mendukung pengambilan keputusan manejemen. 3. Untuk mendukung operasional sehari-hari perusahaan. Kegunaan sistem informasi akuntansi menurut Jones dan Rama (2006, p6-7) merupakan : 1. Menghasilkan External Report Yaitu menghasilkan laporan untuk pihak-pihak luar yang berkempentingan seperti investor, keditor, dan petugas pajak. 2. Mendukung aktivitas rutin Sistem informasi akuntansi digunakan sebagai alat untuk menangani masalah-masalah dalam siklus operasi perusahaan. Contohnya pemesanan barang, pengiriman barang, penagihan, dan penerimaan kas. 3. Pengambilan keputusan Sebagai alat untuk mengambil keputusan di semua level manajemen. 4. Perencanaan dan pengendalian Sistem informasi akuntansi digunakan sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas dalam organisasi secara baik. Contohnya rencana dan pengendalian anggaran dalam suatu organisasi. 5. Implementasi internal control Sistem informasi akuntansi, kebijakan dan prosedur digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan dari kerugian yang memungkinkan terjadi. 11 2.1.7 Peranan Akuntan Dalam Mengembangkan Sistem Hall (2011, p31-32) menerangkankan bahwa betapa pentingnya peran akuntan dalam mengembangkan sistem, karena akuntan akan berperan sebagai: 1. Akuntan sebagai pengguna 2. Akuntan sebagai system designers 3. Akuntan sebagai system auditors 2.2 Teknik Dokumentasi Romney dan Steinbert (2003, p155) menerangkan bahwa dokumentasi meliputi bentuk naratif, bagan alir (flowchart), diagram, dan materi tertulis lainnya, yang menjelaskan bagaimana sebuah sistem bekerja. Informasi ini meliputi siapa, apa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana data dimasukkan, diproses, disimpan, menghasilkan informasi, serta bagaimana mengendalikan sistemnya. Alat-alat untuk pendokumentasian sebagai berikut: 1. Data flow diagram (DFD), sebuah deskripsi grafis atas sumber data dan tujuan data, yang memperlihatkan arus data dalam suatu organisasi, proses yang dilakukan atas data tersebut, serta bagaimana data tersebut disimpan. DFD dibagi kedalam subdivisi hingga ke tinggat yang rendah, untuk menyediakan kemungkinan peningkatan jumlah rincian, karena jarang sekali sistem yang dapat dibuat diagramnya secara lengkap dengan menggunakan hanya satu halaman saja. Para pemakai memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, jadi variasi tingkat dapat lebih memuaskan permintaan mereka. DFD dengan tingkat tertinggi disebut sebagai diagram konteks (context diagram). Context diagram memberikan pandangan secara ringkas kepada pembaca atas suatu sistem. Dari diagram konteks dapat dirinci ke level 12 lebih rendah atau level 0. Dari DFD level 0 dapat dibuat lebih rinci di level 1. 2. Document flowchart, sebuah deskripsi grafis atas arus dokumen dan informasi antar-departemen atau bidang tanggung jawab dalam sebuah organisasi. 3. System flowchart, sebuah deskripsi grafis atas hubungan input, pemroresan dan output dalam sebuah sistem informasi. 4. Program flowchart, sebuah deskripsi grafis atas urutan pengoperasian logis (logical operation) yang dilakukan komputer saat menjalan kan sebuah program. Hall (2011, p53-66) juga memaparkan empat teknik dokumentasi sebagai berikut: 1. Entity Relationship Diagram, A documentation technique to represent the relationship between entities in a system. 2. Data Flow Diagram, use symbols to represent the processes, data sources, data flows, and entities in a system; represent the logical elements of the system; do not represent the physical system. 3. System Flowchart, illustrate the relationship among processes and the documents that flow between them; contain more details than data flow diagrams; clearly depict the separation of functions in a system 13 Gambar 2.4 : Contoh Flowchart 4. Program Flowchart, illustrate the logic used in programs. Shows the relationship between computer programs, the files they use, and the output they produce. 2.3 Siklus Transaksi Siklus transaksi dibagi menjadi tiga bagian dan 2 subsistem disetiap bagian oleh Hall (2011, p42-44) yaitu 1. Expenditure cycle (Siklus pengeluaran) a) Physical component (seperti pembelian barang) b) Financial component (pengeluaran kas untuk membayar pemasok) 2. Conversion cycle (Siklus konversi) a) The production system (merencanakan, mengontrol produk dari proses manufacturing) menjadwalkan, dan 14 b) The cost accounting system (memonitor arus biaya yang berhubungan dengan produksi) 3. Revenue cycle (Siklus pendapatan) a) Physical component (proses jual) b) Finacial component (menerima pembayaran dari pelanggan) Gambar 2.5 : Menjelaskan Hubungan Antara Siklus Transaksi 2.3.1 Sikus Pendapatan Hall (2011, p154-176) menjelaskan adanya tiga konseptual beserta pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan konseptual di siklus pendapatan yaitu: 1. Prosedur permintaan penjualan, dengan pekerjaan yang berhubungan yaitu: menerima permintaan (order), mengecek hutang pelanggan, mengambil barang, mengirim barang, menagih barang, memperbarui catatan persediaan, memperbarui piutang usaha, post ke buku besar (general ledger). 2. Prosedur retur penjualan, dengan pekerjaan yang berhubungan yaitu: menyiapkan slip pembelian, menyiapkan memo kredit, 15 memperbarui jurnal pernjualan, memperbarui pencatatan persediaan dan piutang usaha, memperbarui buku besar. 3. Prosedur penerimaan kas, dengan pekerjaan yang berhubungan yaitu : open mail and prepare remittance advice, mencatat dan menyimpan cek, memperbarui piutang usaha, memperbarui buku besar, merekonsiliasi penerimaan kan dan penyimpanan. 2.3.2 Siklus Pengeluaran Hall (2011, p218-286) menjelaskan adanya lima konseptual beserta pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan konseptual di siklus pendapatan yaitu: 1. Proses pembelian, dengan pekerjaan yang terkait yaitu : Menjaga pencacatan persediaan, menyiapkan pemesanan pembelian, menerima barang, memperbarui pencacatan persediaan, memperbarui hutang usaha. 2. Sistem voucher payable, dengan pekerjaan yang terkait yaitu : menggunakan voucher pengeluaran kas, setiap voucher dicatat dalam voucher register, memindahkan ke buku besar. 3. Sistem pengeluaran kas, dengan pekerjaan yang terkait yaitu : mengidentifikasi tanggal jatuh tempo hutang, menyiapkan pengeluaran kas, memperbarui pencatatan hutang usaha, memindahkan ke buku besar. 4. Sistem Penggajian, dengan pekerjaan yang terkait yaitu : department personalia menyiapkan memperbarui akun dan barang memasukkan dalam daftar proses, pekerja aktif, menyiapkan gaji, mendistribusikan cek pembayaran, menyiapkan akun hutang, membuat pengeluaran kas, memperbarui buku besar. 5. Sistem pengendalian aktiva tetap, dengan pekerjaan yang terkait yaitu : Akuisisi aset, perawatan aset, pembuangan aset. 16 2.3.3 Siklus Konversi Menurut Hall (2011, p305) siklus konversi merupakan mengubah sumber daya, seperti bahan baku utama, pekerja, dan pengeluaran tambahan menjadi barang jadi atau jasa siap dijual. G ambar 2.6 : Siklus Konversi Yang Saling Terhubung Dengan Siklus Lain 2.4 Formulir Mulyadi (2001, p75-76) menjelaskan bahwa formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang untuk diisi. Faktur penjualan tunai merupakan contoh formulir, yang berupa secarik kertas yang akan diisi dengan informasi tanggal penjualan, nama wiraniaga dengan kodenya, nomor urut, nama barang dan kodenya, kuantitas, harga satuan, harga total setiap barang, harga total semua barang, dan tanda tangan wiraniaga. Di samping informasi ini, formulir tersebut berisi informasi yang telah tercetak, misalnya nomor urut formulir dan nama formulir. Formulir sering pula disebut dengan dokumen. Definisi diatas dibuat ketika komputer belum digunakan dalam bisnis. Dengan meluasnya pemakaian komputer untuk menjalankan bisnis, pemakaian formulir elektronik menjadi umum dan meluas dalam bisinis. Formulir eletronik 17 merupakan ruang yang ditayangkan dalam layar komputer yang digunakan untuk menangkap data yang akan diolah dalam pengolahan data elektronik. Mulyadi (2001, p78) Dalam perusahaan, formulir bermanfaat untuk: 1. Menetapkan tanggung jawab timbulnya transaksi bisnis perusahaan. 2. Merekam data transaksi bisnis perusahaan. 3. Mengurangi kemungkinan kesalahan dengan cara menyatakan semua kejadian dalam bentuk tulisan. 4. Menyampaikan informasi pokok dari orang satu ke orang lain didalam organisasi yang sama atau ke organisasi lain. Mulyadi (2001, p90) menjelaskan dalam merancang suatu formulir, seorang analis sistem harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini : 1. Siapa yang memerlukan atau akan mendapat informasi yang dicatat didalam formulir tersebut? Hal ini akan menentukan berapa lembar formulir tersebut harus dibuat. 2. Adakah formulir lain yang sekarang dirancang atau sekarang digunakan berisi informasi yang sama? Jika ya, apakah adakah kemungkinan menyatukan informasi didalam formulir yang dirancang ini dengan formulir lain tersebut? Banyak perusahaan yang membuat faktur penjualan, surat muat (bill of lading), slip pembungkus (packing slip) dan surat order pengiriman dalam satu kali penulisan. 3. Apakah elemen-elemen yang harus dicantumkan di dalam formulir telah disusun menurut urutan yang logis? Hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengisian formulir dan akan mengurangi waktu pengisian dan penggunaan formulir. 4. Apakah formula tersebut akan memerlukan penulisan dengan tangan atau pemrosesan dengan mesin, atau kedua-duanya? Hal ini akan menentukan lebar spasi dan penggunaan garis atau dengan spasi saja. 18 5. Apakah formulir tersebut akan diisi dengan pensil, tinta, mesin ketik, atau mesin khusus atau dengan proses penggandaan yang lain? Hai ini akan menetukan jenis dan mutu kertas yang akan digunakan serta jumlah ruang yang akan disediakan untuk memungkinkan pencatatan informasi. 6. Apakah formulir tersebut akan disimpan dalam suatu arsip? Hal ini akan menetukan mutu kertas yang harus digunakan, ukuran kertas, dan preforasi yang harus dibuat, jika hal ini diperlukan. Formulir yang digunakan oleh perusahaan perlu ditinjau secara periodic untuk menentukan perlu tidaknya diadakan penyempurnaan, penggantian, atau penghentian pemakaian formulir yang sekarang digunakan. 2.5 Flat-File & Database Approach Hall (2011, p398) menerangkan bahwa Flat-File merupakan salah satu metode dalam menyimpan data, dimana data dibuat dan disimpan dalam satu aplikasi. Karena itu flat-file memiliki kelemahan dengan adanya redudansi data dan data updating. Gambar 2.7 : Flat-File Data Management Database merupakan kumpulan data yang tersimpan di dalam komputer secara sistematik. Hall (2011, p400) menerangkan kelebihan dari pendekatan database yaitu: 1. Tidak adanya redudansi data. Setiap elemen data yang yang disimpan hanya di satu tempat sehingga tidak adanya redudansi data dan mengurangi biaya penyimpanan data. 19 2. Single update. Karena setiap elemen data disimpan dalam satu tempat maka jika terjadi perubahan hanya sekali pembaruan, sehingga dapat menghemat waktu. 3. Current value, setiap perubahan yang dibuat satu pemakai maka pemakai lain mendapat data yang telah diubah. 4. Task-data independence, pemakai dapat mengakses penuh domain data yang tersedia ke perusahaan. Gamb ar 2.8 : Konsep Database Hall (2011, p400) mengatakan bahwa database managent system (DBMS) bertujuan untuk mengendalikan akses ke database. Database manajement system adalah sebuah sistem software yang di program untuk mengetahui elemen data mana saja yang pemakai dapat akses. Pemakai akan mengirin permintaan data ke DBMS. 20 Gambar 2.9 : Konsep Database Menggunakan DBMS 2.6 Jurnal Mulyadi (2001, p101-108) menerangkan bahwa setelah suatu transaksi direkam dalam formulir, pencatatan akuntansi yang pertama kali dilakukan adalah dalam jurnal. Dibanding dengan pencatatan akuntansi yang lain, pencatatan didalam jurnal ini biasanya lebih lengkap dan lebih rinci, serta menurut urutan tanggal kejadian transaksi. Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan. Oleh sebab itu, dalam sistem akuntansi, jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi satu transaksi pun yang tidak dicatat; catatan yang dilakukan di dalamnya lengkap dengan penjelasan, tanggal, dan informasi lain, agar catatan tersebut mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya. Jika jenis transaksi perusahaan masih sedikit, jurnal umum dengan dua kolom, debit, dan kredit, sudah cukup memadai sebagai catatan akuntansi pertama. Jika usaha perusahaan bertambah besar dan jenis transaksi menjadi lebih banyak, jurnal umum tesebut menjadi tidak mampu lagi menampung berbagai transaksi yang timbul, yang frekuensi terjadinya semakin tinggi. Dalam hal ini mulai diperlukan jurnal khusus. 21 Jenis jurnal yang biasanya terdapat dalam perusahaan yang relatif besar adalah sebagai berikut: 1. Jurnal penjualan. 2. Jurnal pembelian. 3. Jurnal penerimaan kas. 4. Jurnal pengeluaran kas. 5. Jurnal umum. 2.6.1 Analisis Transaksi 2.6.1.1 Menggunakan Akun Untuk Mencatat Transaksi Reeve, Warren, dan Duchac (2012, p52) menerangkan bahwa “Dengan persamaan akuntansi yang sederhana akan sulit untuk digunakan mencatat ribuan transaksi tiap hari, sistem akuntansi didisain untuk menunjukan kenaikan dan penurunan di setiap elemen persamaan akuntansi sebagai record terpisah. Record inilah yang disebut akun (perkiraan) ”. Reeve, Warren, dan Duchac (2012, p52) juga menerangkan tiga karakteristik akun : nama akun, tempat untuk mencatat kenaikan nilai, dan tempat untuk penurunan nilai. Reeve, Warren, dan Duchac (2012, p54) menerangkan bahwa “semua bisnis menggunakan double-entry accounting system, dimana setiap transaksi bisnis harus dicatat minimal dua akun dan total debit yang telah tercatat harus sama dengan total kredit yang telah tercatat.” 22 Gambar 2.10 : Peraturan Debit dan Kredit, Saldo Normal Akun 2.6.1.2 Menjurnal Kasus: 1 Maret Tuan Olimo menyerahkan uang Rp 450.000.000 untuk modal awal. Analisis persamaan akuntansinya adalah kas (aset) perusahaan bertambah dan modal PT Olimo (Modal) perusahaan bertambah masingmasing senilai Rp 450.000.000 Jurnal : Journal Tanggal 2015 Maret Keterangan 1 Kas Page 1 Post. Ref Debit Rp Modal PT Olimo Investasikan kas ke PT Olimo Credit 450,000,000 Rp 450,000,000 Kasus : 3 Maret PT Olimo membeli tanah untuk membangun gedung perusahaan senilai Rp 250.000.000 secara tunai. Analisis dalam persamaan akuntansinya adalah kas (aset) perusahaan berkurang dan tanah (aset) bertambah Jurnal : 23 3 Tanah Kas Membeli tanah untuk bangunan Rp 250,000,000 Rp 250,000,000 Kasus : 4 Maret PT Olimo membeli barang dagang senilai Rp 89.000.000 secara kredit kepada CV Abadi. Analisis dalam persamaan akuntansinya adalah Pembelian (aset) bertambah dan hutang dagang (hutang) bertambah. Jurnal : 4 Pembelian Hutang Dagang Membeli persediaan barang dagang secara kredit di CV Abadi Rp 89,000,000 Rp 89,000,000 Kasus : 5 Maret PT Olimo membeli kertas, pulpen, dan pensil untuk keperluan kantor secara tunai sebesar Rp. 2.300.000. Analisis persamaan akuntansinya adalah persediaan kantor (aset) bertambah dan kas (aset) berkurang. Jurnal : 5 Persediaan Kantor Kas Membeli kertas, pulpen, dan pensil Rp 2,300,000 Rp 2,300,000 Kasus : 9 Maret PT Olimo menjual barang dagang secara tunai sebesar Rp 8.700.000. Analisis persamaan akuntansinya adalah kas (aset) bertambah dan modal PT Olimo (modal) bertambah. Jurnal : 9 Kas Rp Penjualan Penjualan tunai dari pembeli 8,700,000 Rp 8,700,000 Kasus : 12 Maret melakuan transaksi penjualan ke CV Amir secara kredit seninlai Rp. 12.300.000. Analisis persamaan akuntansinya adalah piutang dagang (aset) bertambah dan modal PT Olimo (modal) bertambah. 24 Jurnal : 12 Piutang Dagang Penjualan Penjualan secara kredit oleh CV Amir Rp 12,300,000 Rp 12,300,000 Kasus : 15 Maret membayar hutang kepada CV abadi atas transaksi pada tanggal 4 Maret. Analisis persamaan akuntansinya adalah hutang dagang (hutang) berkurang dan kas (aset) berkurang. Junal : 15 Hutang dagang Kas Membayar hutang kepada CV Abadi Rp 50,000,000 Rp 50,000,000 Kasus : 16 Maret Tuan Olimo mengambil kas dari perusahaan untuk keperluan pribadi. Analisis persamaan akuntansinya adalah Prive Olimo (modal) berkurang dan kas (aset) berkurang. Jurnal : 16 Prive Olimo Kas Tuan Olimo mengambil kas untuk keperluan pribadi Rp 2,000,000 Rp 2,000,000 Kasus : 24 Maret membeli premi asuransi senilai Rp 9.000.000 untuk 6 bulan. Analisis persamaan akuntansinya adalah asuransi dibayar dimuka (aset) bertambah dan kas (aset) berkurang. Jurnal : 24 Asuransi Dibayar Dimuka Kas Asuransi dibayar dimuka untuk 6 bulan Rp 9,000,000 Rp 9,000,000 Kasus : 25 Maret PT Olimo menerima pembayaran hutang dari CV AMIR senilai Rp 12.300.000. Analisis persamaan akuntansinya adalah Kas (aset) bertambah dan piutang dagang (aset) berkurang. 25 Jurnal : 25 Kas Rp 12,300,000 Piutang Usaha Menerima kas dari CV Amir untuk pelunasan piutang Rp 12,300,000 Kasus : 28 Maret PT Olimo membeli rak besi dari CV Sentosa secara kredit sebesar Rp 4.600.000. Analisis persamaan akuntansinya adalah peralatan (aset) bertambah dan hutang dagang (hutang) bertambah. Jurnal : 28 Peralatan Hutang Dagang Membeli rak besi dari CV Sentosa secara kredit Rp 4,600,000 Rp 4,600,000 Kasus : 30 Maret PT Olimo menilai persediaan akhir kantor senilai Rp 1.800.000. Analisa persamaan akuntansinya adalah modal PT Olimo(modal) berkurang dan persediaan kantor (aset) berkurang Jurnal : 30 Beban Persediaan Kantor Persediaan Kantor Persediaan akhir kantor Rp 1.800.000 Rp 500,000 Rp 500,000 Kasus : 31 Maret PT Olimo membayar gaji karyawan sebesar Rp 3.800.000, membayar tagihan listrik, air, dan telepon sebesar Rp 2.500.000, dan beban lain-lain sebesar Rp 450.000.000. Analisis persamaan akuntansinya adalah modal PT Olimo (modal) berkurang dan kas (aset) berkurang. Jurnal : 30 Beban Gaji Beban Listrik, Air, dan Telepon Beban Lain-Lain Kas Membayar beban-beban Rp Rp Rp 3,800,000 2,500,000 450,000 Rp 6,750,000 26 2.7 Metode Pencatatan Ada dua metode pencatatan yang dikenal dalam akuntansi. Metode tersebut dikenal dengan nama cash basis dan akrual basis. 2.7.1 Akrual Basis Akrual Basis adalah pengeluaran dan biaya-biaya yang diakui dan dibukukan pada periode tersebut berdasarkan pembayaran tunai serta pengeluaran/ penerimaan tidak tunai yang jatuh tempo pada periode tersebut. Contoh komponen biaya pada akrual basis misalnya biaya penyusutan, biaya sewa, biaya dibayar di muka, biaya yang sudah jatuh tempo tapi pembayarannya belum diterima. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) Board (IFAC, 2003: halaman 7) memberikan kesimpulan tentang beberapa keuntungan dari penerapan basis akrual dalam akuntansi dan penyusunan laporan keuangan di sektor publik, yaitu: a) Basis akrual dapat menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya dan memenuhi kebutuhan kasnya b) Basis akrual memungkinkan pembaca laporan keuangan mengevaluasi kemampuan pemerintah untuk membiayai aktivitasaktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban dan komitmenkomitmennya c) Akuntansi berbasis akrual menunjukkan posisi keuangan/kekayaan pemerintah dan perubahan atas posisi keuangan tersebut. d) Memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan mengelola sumber daya yang dimiliki e) Berguna dalam melakukan evaluasi atas kinerja pemerintah melalui service cost, efisiensi, dan pencapaian kinerja Pada 1 Mei 2014 PT. Milik Kita Bersama membayar sewa gedung sebesar Rp 10.000.000 untuk dua bulan sewa. Dalam pencatatannya ditulis: 1 Mei 2014 : Sewa dibayar dimuka pada Kas sebesar Rp 10.000.000 27 Jurnal pada akrual basis memperlihatkan pembayaran yang dilakukan terhadap sewa gedung tersebut dengan nominal Rp 10.000.000 tidak dikategorikan sebagai beban yang terjadi. Pengeluaran itu dianggap masih bagian dari harta perusahaan. Hal itu disebabkan karena perusahaan belum menerima manfaat dari aktivitas sewa gedung itu walaupun telah melakukan pembayaran terhadap penyewaan gedung. Untuk itu, perusahaan kemudian membuat jurnal penyesuaian (adjustment), guna menyesuaikan biaya yang dikeluarkan. Jurnal penyesuaian ini dibuat pada waktu tutup buku bulanan, yaitu tanggal 31 Mei dan tanggal 30 Juni dengan format sebagai berikut: 31 Mei 2014: Beban sewa pada Sewa dibayar dimuka sebesar Rp 5.000.000 30 Juni 2014: Beban sewa pada Sewa dibayar dimuka sebesar Rp 5.000.000 Pada jurnal yang dicatatkan di tanggal 31 Mei dan 30 Juni dapat terlihat, bahwa PT. Milik Kita Bersama melaporkan adanya beban sewa yang terjadi pada periode Mei dan Juni sebesar Rp 5.000.000. Nilai Rp 5.000.000 diperoleh dengan membagi pos sewa dibayar dimuka yang dikeluarkan pada tanggal 1 Mei sebesar Rp 10.000.000 dibagi masa manfaat penyewaan selama 2 bulan. 2.7.2 Kas Basis Kas Basis adalah sistem pembukuan, dimana seluruh pengeluaran dan biaya-biaya diakui sebagai pengeluaran dan biaya-biaya pada periode tersebut berdasarkan realitas pembayaran tunai. Sehingga segala pengeluaran dan biayabiaya serta penerimaan yang sudah diterima tunainya sajalah yang akan dimasukkan dalam perhitungan cash basis. a) Dalam metode kas basis, pendapatan diakui ketika kas diterima sedangkan beban diakui pada saat kas dibayarkan, artinya perusahaan mencatat beban didalam transaksi jurnal entry ketika kas dikeluarkan atau dibayarkan dan pendapatan dicatat ketika kas masuk atau diterima. 28 b) Didalam metode kas basis beban tidak diakui sampai uang dibayarkan walaupun beban terjadi terjadi pada bulan itu. Demikian juga dengan pendapatan, tidak diakui sampai dengan uang diterima. Sehingga metode kas basis tidak mencerminkan besarnya uang yang ada sebenarnya Pada 1 Mei 2014 PT. United membayar sewa gedung sebesar Rp 10.000.000 untuk dua bulan sewa. Untuk pencatatannya ditulis: 1 Mei 2014: Beban sewa pada Kas sebesar Rp 10.000.000 Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa penggunaan metode kas basis dilakukan dengan prinsip bahwa setiap transaksi dicatatkan berdasarkan jumlah nominal yang diterima. Pengakuan keuntungan secara kas basis biasanya banyak digunakan oleh bisnis atau perusahaan berskala kecil, dengan pertimbangan kemudahan dalam perhitungan dan kepraktisannya. Walaupun demikian, pengakuan keuntungan berdasarkan akrual basis ini bukan berarti jauh lebih sulit, namun memang membutuhkan keahlian dan pengalaman dari yang menyusunnya, karena perhitungannya juga lebih rumit dan lebih banyak komponen biaya yang dihitung, namun hasilnya lebih akurat. Dengan demikian, akrual basis lebih banyak digunakan oleh bisnis atau perusahaan berskala menengah dan besar, yang lebih membutuhkan hasil pengakuan keuntungan yang lebih komprehensif, sebagai dasar perencanaan strategi perusahaan di masa datang. 2.8 Laporan Keuangan Reeve, Warren, dan Duchac (2012, p15) menerangkan bahwa setelah transaksi dicatat dan diringkas, laporan-laporan akan disiapkan untuk pengguna. Laporan akuntansi yang menyediakan informasi ini disebut financial statement. 29 Tabel 2.1 Urutan Laporan Keuangan Urutan yang Disiapkan Laporan Keuangan Deskripsi Laporan 1 Income Statement (Laporan Laba/Rugi) Ringkasan dari pendapatanpendapatan dan beban-beban untuk jangka waktu tertentu, contoh bulan atau tahun 2 Statement of Owners Equity (Laporan Perubahan Modal) Ringkasan dari perubahan modal yang terjadi untuk jangka waktu tertentu, contoh bulan atau tahun 3 Balance Sheet (Neraca) Daftar aset, hutang, dan modal untuk jangka waktu tertentu, biasanya pada hari akhir bulan atau tahun 4 Statement of Cash Flows (Laporan Arus Kas) Ringkasan dari penerimaan kas dan pengeluaran kas untuk jangka waktu tertentu, contoh bulan atau tahun 2.9 Inventory 2.9.1 Deskripsi Persediaan Mulyadi (2001, p553) menjelaskan bahwa dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari: persediaan produk jadi, pesediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan habis pakai pabrik, persediaan suku cadang. Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan barang dagang, yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuan dijual kembali. 2.9.2 Control of Inventory Menurut Reeve, Warren, dan Duchac (2012, p312) “Two primary objetictives of control over inventory are as follows: 1. Safe guarding the inventory from damage or theft. Some examples of security measures inckuded the following: 1. Storing inventory in areas that are restricted to only authorized employees. 2. Locking high-priced inventory in cabinets. 30 3. Using two-way mirrors, cameras, security tags, and guards. 2. Reporting inventory in the financial statement” Hall (2011, p314) juga memaparkan pentingnya pengendalian persediaan, pertama dapat menetapkan perencanaan produksi dan mengendalikan status laporan persediaan barang jadi dan bahan baku. Kedua, terlibat terus-menerus pembaruan pencatatan persediaan bahan baku utama dari permintaan bahan, kelebihan permintaan barang, dan pengembalian bahan. Ketiga, setelah menerim perintah kerja dari pekerjaan terakhir, pengendalian persediaan mencatat seberapa banyak produksi yang komplit oleh perbaruan pencatatan persediaan barang jadi. Tujuan lain adalah untuk mengetahui seberapa banyak barang yang harus dibeli dengan melihat sisi penjualan, model persediaan untuk mengetahui besar barang yang harus dibeli dengan economic order quantity (EOQ) model. Model ini hanya dapat dipakai jika: 1) Permintaan diketahui dan stabil. 2) Jeda waktu pemesanan diketahui dan stabil. 3) Tidak adanya diskon jumlah barang. 4) Total biaya pertahun berbanding terbalik dengan jumlah barang. 5) biaya penyimpanan berbanding lurus dengan kuantitas. 6) Persediaan datang diwaktu yang sama. Rumus EOQ = Dimana : D = Permintaan tahunan dalam unit S = Biaya tetap pemesanan dalam perunit H = Biaya menyimpan perunit pertahun Contoh: sebuah perusahaan memiliki permintaan tahunan sebanyak 350 unit dengan biaya pemesanan perunit Rp 750.000,- dan biaya pergudangan perunit adalah Rp 5.000,Maka EOQ = EOQ = EOQ = 324 unit 31 Menyambung soal diatas, diketahui permintaan harian 1 unit dan lead time 30 hari, tentukan reorder point (ROP) ROP = I x D Dimana : I = Lead time D = Permintaan harian dalam unit ROP = 1 x 30 = 30 Kesimpulannya, ketika persediaan tersisa 30 maka perusahaan harus memesan sebanyak 324 unit. 2.9.3 Metode Pencatatan dan Metode Penilaian Persediaan Reeve, Warren, dan Duchac (2012, p257) menerangkan bahwa ada dua sistem pencatatan persediaan dalam akuntasi yaitu periodic inventory system dan perpetual inventory system. Perbedaan metode periodik dan perpetual adalah pada metode periodik harga pokok penjualan diketahui pada saat akhir periode dengan cara menghitung fisik persediaan. Sedangkan pada perpetual, setiap pembelian dan penjualan barang dagang maka dicatat di persediaan dan harga pokok penjualannya, dengan begitu nilai persediaan yang tersedia dan nilai harga pokok penjualannya secara terus-menerus diperbarui di pencatatan persediaan. Berikut perbedaan penjurnalan saat terjadi transaksi: Jurnal pada metode periodik Saat pembelian: Pembelian xxx Kas / Hutang Dagang xxx Saat retur pembelian: Kas / Hutang dagang xxx Retur Pembelian xxx Saat penjualan: Kas / Piutang Dagang Penjualan Saat retur penjualan: xxx xxx 32 Retur Penjualan xxx Kas / Piutang Dagang xxx Saat penyesuaian akhir periode: Harga Pokok Penjualan xxx Persediaan (awal) xxx Persediaan (akhir) xxx Harga Pokok Penjualan xxx Jurnal pada metode perpetual Saat pembelian: Persediaan Barang dagang xxx Kas / Hutang Dagang xxx Saat retur pembelian: Kas / Hutang dagang xxx Persediaan Barang Dagang xxx Saat penjualan: Kas / Piutang Dagang xxx Penjualan Harga Pokok Penjualan xxx xxx Persediaan Barang Dagang xxx Saat retur penjualan: Retur Penjualan xxx Kas / Piutang Dagang Persediaan Barang Dagang xxx xxx Harga Pokok Penjualan xxx Saat penyesuaian akhir periode: Tidak ada Ada tiga metode penilaian persediaan (inventory costing method) menurut Reeven, Warren, dan Duchac (2012, p313) yaitu: 1. Firts-in, first-out: harga barang yang pertama kali dibeli diasumsikan yang terjual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir adalah barang yang terakhir dibeli. 33 2. Last-in, first-out: harga barang yang terakhir kali dibeli diasumsikan yang terjual terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir adalah barang yang pertama dibeli. 3. Average cost: harga barang yang terjual dan persediaan akhir adalah rata-rata harga beli barang. 2.9.4 Inventory Turnover (Perputaran Persediaan) Menurut Gitman dan Zutter (2012, p73) “inventory turnover commonly measure the activity, or liquidity, of a firm’s inventory. It is calculated as follows: Inventory turnover = cost of goods sold ÷ inventory” Sebagai contoh cogs dalam setahun sebesar Rp 987.000.000 dengan persediaan rata-rata Rp 69.000.000 maka: Rp 987.000.000 ÷ Rp69.000.000 = 14,3 Artinya dalam satu tahun persediaan berputar sebanyak 14,3 kali. Berputar maksudnya sejak persediaan masuk ke gudang sampai keluar dari gudang, masuk dan keluar dihitung satu putaran. Semakin cepat putaran persediaan semakin efisien dan efektif. Average age of inventory (rata-rata umur persediaan) dapat dihitung dengan 365 hari ÷ inventory turnover. Melanjut contoh diatas menjadi 365 ÷ 14,3 = 25,5 (26), artinya lama persediaan didalam gudang 26 hari. Semakin cepat barang terjual membuktikan bahwa barang laku dipasaran. 34 2.10 Kerangka Berpikir