aliran panas dan arus dalam thermistor jenis ptc pada rangkaian listrik

advertisement
Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
ALIRAN PANAS DAN ARUS DALAM THERMISTOR JENIS PTC PADA
RANGKAIAN LISTRIK
Zumrotus Sya’diyah
Staf Pengajar FKIP Universitas Darussalam-Ambon
Diterima 27-2-2012 Diterbitkan 25-3-2012
ABSTRACT
Thermistor is an important electrical component. Many electrical instruments use it as the one of their
composing part. Thermistor usually consists of semiconductor material which gives a high resistance
of change by a low heat of change. For this purpose, the heat flow in a thermistor is very important to
be studied. In this paper, we will construct the mathematical modeling to represent the heat flow in a
thermistor, especially thermistor in a electrical circuit. This kind of heat flow is devided in 3 phases.
They are cold, warm and hot phase. Furthermore, we also give the analytical solution of the model
along with the geometrical representation, i.e graphically, of electrical potential and the temperature in
the thermistor.
Keywords: Thermistor, mathematical modeling, analytical solution, electrical potential, temperatur.
memanfaatkan thermistor sebagai pelindung
terhadap panas yang berlebihan. Keberadaan
thermistor dalam kedua alat inilah yang
menyebabkan televisi dan hairdrayer mati
sementara ketika dicapai suhu yang terlalu
panas. Terdapat beberapa sebab yang
melatarbelakangi analisis terhadap aliran panas
dan arus dalam thermistor. Diantaranya adalah
sifat-sifat thermistor seperti waktu alat mati
sebagai reaksi terhadap gelombang arus
berdasarkan parameter-parameter fisika. Selain
itu, terdapat juga berbagai permasalahan dalam
quality control. Beberapa thermistor dapat rusak
karena perluasan termal yang cepat disebabkan
karena perubahan suhu yang tinggi terlalu
menekan bahan material.
Konstruksi penurunan model ini telah
dilakukan sebelumnya dalam [2]. Model ini
merupakan suatu pemodelan matematika yang
merepresentasikan aliran panas di dalam
termistor, terutama termistor yang berada dalam
rangkaian tertutup.Namun, terdapat beberapa
penurunan formula yang tidak lengkap dan butuh
kajian
yang
lebih
mendalam
untuk
memahaminya. Dalam makalah ini formula
tersebut akan dilengkapi. Sehingga tidak
terdapat loncatan langkah pengerjaan yang
dapat
menyebabkan
sulitnya
proses
pemahaman. Selain itu, akan diberikan pula
gambaran geometris melalui grafik dari
penyelesaian analitik keadaan setimbangnya.
Dalam artikel ini akan diturunkan model aliran
PENDAHULUAN
Thermistor adalah resistor dengan besar
hambatan yang diberikannya bergantung pada
tinggi
rendahnya
temperatur.
Thermistor
biasanya tersusun dari material atau bahan
semikonduktor
yang
dapat
memberikan
perubahan resistansi yang tinggi melalui
perubahan panas yang cukup kecil. Bagian yang
khas dari sebuah thermistor adalah bagian yang
berbentuk koin dari sebuah bahan keramik
khusus, bertebal Kira-kira 1 mm dengan jari-jari
5 mm, dan bersinggungan dengan logam pada
permukaan datar.
Terdapat dua macam termistor, yaitu NTC
(Negative Temperature Coefficient) dan PTC
(Positive Temperature Coefficient). Tetapi,
dalam paper ini hanya akan dibahas mengenai
thermistor jenis PTC untuk lebih memudahkan
proses penurunan model. Thermistor jenis ini
dapat memberikan penambahan resistansi
ketika suhunya meningkat. Jika arus melewati
2
thermistor, hasil pemanasan Ohmic (I R)
meningkatkan resistansi (hambatan) sehingga
pada suatu waktu tertentu dapat memutus arus
jika dicapai suhu yang maksimal. Kemudian
ketika arus tidak mengalir (hilang), thermistor
dapat mendingin dan bekerja dengan normal
kembali[1].
Thermistor banyak digunakan sebagai salah
satu komponen penting dalam berbagai alat
elektronika. Seperti televisi dan hairdrayer yang
* Korespondensi: [email protected]
382
1
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
panas dan arus dalam thermistor pada suatu
rangkaian listrik. Namun sebelumnya, perlu
dijelaskan terlebih dahulu mengenai beberapa
teori dan beberapa bahasan lain yang nantinya
akan digunakan dalam penurunan model.
dan R adalah besarnya hambatan atau
resistansi dari konduktor dengan satuan ohm (
 ). Dalam aplikasinya pada ilmu fisika, hukum
ohm juga mengalami beberapa perluasan. Salah
satunya adalah:
j E
Thermistor
Thermistor adalah resistor yang besar
hambatan yang diberikannya bergantung pada
tinggi
rendahnya
temperatur.
Thermistor
biasanya tersusun dari material atau bahan
semikonduktor
yang
dapat
memberikan
perubahan resistansi yang tinggi melalui
perubahan panas yang cukup kecil karena
dalam badan thermistor terdapat beberapa lapis
elektroda tipis yang semuanya dihubungkan oleh
bahan semikonduktor.
Thermistor digunakan untuk menjaga
rangkaan elektronik dari gelombang daya yang
biasanya muncul ketika alat yang “dingin” mulai
digunakan dan berangsur-angsur menjadi
panas. Ketika alat diaktifkan pertama kali, listrik
yang mengalir sangat kuat. Hal ini menyebabkan
komponen elektronik dalam alat menerima
muatan
yang
terlalu
berat.
Thermistor
mengurangi dan mengontrol gelombang ini.
Selain itu, thermistor juga membatasi gelombang
muatan ini dengan menambah input secara
berangsur-angsur. Cara ini jauh lebih baik
daripada membiarkan gelombang listrik masuk
sekaligus[4]. Suhu yang terjadi dalam thermistor
bisa mencapai nilai yang sangat tinggi, namun
thermistor ini dirancang sedemikian hingga suhu
didalam
thermistor
tidak
mempengaruhi
rangkaian di luar thermistor itu sendiri[8].
Terdapat dua macam termistor, yaitu NTC
(Negative Temperature Coefficient) dan PTC
(Positive Temperature Coefficient). Tapi, dalam
makalah ini akan digunakan termistor jenis PTC
untuk lebih memudahkan proses penurunan
formula.
Dengan j adalah kerapatan arus pada area
material resistif yang diberikan, E adalah
perubahan medan magnet pada area tersebut,
sedangkan  adalah parameter bergantung dari
material yang disebut konduktifitas (konduktifitas
listrik).
Hukum Kirchoff
Kirchoff adalah hukum yang menelaah kuat
arus pada rangkaian, baik tertutup atau pada
percabangan. Terdapat dua Hukum Kirchoff.
Yang pertama membahas tentang arus yang
mengalir pada sebuah rangkaian bercabang,
sedangkan yang kedua membahas tentang arus
pada suatu rangkaian tertutup. Berikut akan
dijelaskan tentang Hukum Kirchoff I dan II.
Hukum Kirchoff I
Pada pertengahan abad 19 Gustav Robert
Kirchoff (1824 – 1887) menemukan cara untuk
menentukan arus listrik pada rangkaian
bercabang yang kemudian di kenal dengan
Hukum Kirchoff. Hukum ini berbunyi “ Jumlah
kuat arus yang masuk dalam titik percabangan
sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari
titik percabangan”. Yang kemudian di kenal
sebagai hukum Kirchoff I. Hukum ini dapat
dinyatakan dengan persamaan matematika,
yaitu:
I masuk  I keluar
atau
I
masuk
  I keluar
Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian
bercabang maka akan diperoleh sebagai berikut:
Hukum Ohm
Bahan telaah hukum ini cenderung pada
arus yang mengalir pada konduktor yang
memiliki
beda
potensial.
Hukum
Ohm
menyatakan bahwa besar arus yang mengalir
pada suatu konduktor pada suhu tetap
sebanding dengan beda potensial antara kedua
ujung-ujung konduktor. Pernyataan ini dapat
ditulis secara matematis menjadi:
Gambar 2.1 Gambaran penerapan Hukum
Kirchoff pada rangkaian bercabang
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff, gambar
diatas menunjukkan bahwa besarnya arus yang
masuk adalah sama dengan besarnya jumlah
arus yang keluar dari ketiga cabang pada
rangkaian[3]. Pernyataan ini dapat ditulis secara
matematis sebagai berikut:
V
I
R
Dengan I menyatakan besar arus yang mengalir
pada konduktor dengan satuan Ampere (A), V
adalah beda potensial dengan satuan Volt (V)
383
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
kapasitas pemanasan volumetris pada cairan
berbeda dengan pengukurannnya pada benda
padat.
Dalam
pembahasan
nanti
akan
digunakan salah satu pengukuran terhadap
benda padat yaitu dengan menggunakan
metode DPHP (dual-probe heat-pulse). Metode
ini melibatkan pengukuran kenaikan suhu
maksimal pada suatu jarak tertentu. Impuls pnas
dilepaskan
dari
penguji
panas
dengan
melewatkan arus listrik pada kabel. Kemudian
kenaikan suhu dipantau dengan menggunakan
thermocouple atau thermistor. Pada tahun 1991
Campbell mengembangkan hubungan antara
kenaikan maksimum suhu dengan kapasitas
pemanasan volumetris[5]. Bentuk matematis dari
hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai:
I masuk  I1  I 2  I 3
Hukum Kirchoff II
Setelah dijelaskan mengenai Hukum
Kirchoff I yang berlaku pada suatu rangkaian
bercabang, maka akan dibahas juga mengenai
Hukum Kirchoff II yang dipakai untuk
menentukan kuat arus yang mengalir pada
rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup
(saklar dalam keadaan tertutup). Perhatikan
gambar berikut:
c 
 c adalah kapasitas pemanasan
3
1
volumetris pada benda padat ( J m c ), q
adalah cuantiítas panas per satu satuan panjang
Hukum Kirchoff 2 menyatakan bahwa
dalam rangkaian tertutup, jumlah gaya gerak
(GGL),
  E  0  dan
q
e r 2Tm
Dengan
Gambar 2.2 Rangkaian tertutup dengan dua
sumber tegangan dan tiga resistor
listrik
1
1
( J m ), r adalah jarak antara pemanas dengan
penguji (m), dan
jumlah
Tm adalah kenaikan maksimal
suhu ( c ).
penurunan potensial sama dengan nol.
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama
dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang
hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti
semua energi listrik bisa digunakan atau
diserap[3].
Dari Gambar 2.2, kuat arus yang mengalir
dapat
ditentukan
dengan
menggunakan
beberapa aturan sebagai berikut :
1) Tentukan arah putaran arusnya untuk
masing-masing loop.
2) Arus
yang
searah
dengan
arah
perumpamaan dianggap positif.
3) Arus yang mengalir dari kutub negatif ke
kutub positif di dalam elemen dianggap
positif.
4) Pada loop dari satu titik cabang ke titik
cabang berikutnya kuat arusnya sama.
5) Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka
arah perumpamaannya benar, bila negatif
berarti arah arus berlawanan dengan arah
pada perumpamaan [3].
Hukum Pendinginan Newton
Dari pengamatan experimental, diketahui
(pendekatan yang lebih baik) bahwa suhu
permukaan dari objek pengamatan berubah
sebanding dengan temperatur relatifnya. Yaitu,
beda antara temperatur sistem dengan
temperatur lingkunga sekitar. Jika T (t )
adalahsuhu objek pada waktu t, maka diperoleh
persamaan:
dT
  k T  Ta 
dt
dengan Ta adalah temperatur lingkungan sekitar
dan k adalah konstanta. Studi kualitatif terhadap
perbedaan suhu ini akan menunjukkan bahwa
k  0 . Tanda minus (  ) menandakan adanya
proses pendinginan yang berarti bahwa terjadi
penurunan suhu.
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dipaparkan tentang
penurunan model aliran panas dan arus dalam
thermistor pada suatu rangkaian listrik.
Didalamnya nanti akan digunakan beberapa
hukum yang telah dibahas dalam bab
sebelumnya.
Kapasitas Pemanasan Volumetris dari Benda
Padat
Pemanasan volumetris artinya bahwa
material atau bahan dapat menyerap energi di
dalam
sistem
secara
langsung
dan
mengubahnya menjadi panas. Pengukuran
384
1
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
V2
VI 
 I 2R
R
Model Sederhana
Penurunan model aliran panas dan arus
dalam thermistor pda rangkaian listrik dimulai
dengan menurunkan model aliran panas dan
arus dalam thermistor itu sendiri. Pemodelan
dimulai dengan penetapan kondisi awal yaitu
tegangan V0 digunakan pada t  0 . Lalu
sehingga diperoleh angka lokal dari produksi
panas dengan menggunakan teori pemanasan
volumetrik dimana material atau bahan dapat
menyerap energi di dalam sistem secara
langsung dan mengubahnya menjadi panas.
kemudian dapat ditulis menjadi:
permasalahan diperluas dengan menempatkan
thermistor dalam suatu rangkaian sederhana.
Dalam penurunannya, perlu ditinjau terlebih
dahulu tentang bagaimana arus listrik mengalir
melewati benda padat. Untuk itu, dibutuhkan
generalisasi dari Hukum Ohm
V  I R 
j  E   
2
Persamaan ini muncul sebagai suku awal
dalam persamaan aliran panas untuk temperatur
T ( x, t ) . Artinya persamaan (2) muncul sebagai
suku penambah dalam persamaan heat transfer
untuk
 T

 k  2T  .


t


sebuah resistor. Diasumsikan bahwa terdapat
versi lokal dari Hukum Ohm yang berkaitan
dengan kerapatan arus
Sehingga
didapatkan
persamaan 3 sebagai berikut:
j  (t ) E
dengan  (t ) adalah sifat bahan yang disebut
dengan konduktifitas, yang bergantung pada
suhu T. Di dalam rangkaian juga terdapat
potencial listrik  dengan E    dan bahwa
c
T
2
 k  2T   
t
dengan  adalah kerapatan c adalah kapasitas
panas khusus dan k adalah konduktivitas termal.
Tapi,  c biasanya disebut dengan kapasitas
pemanasan volumetris pada benda padat.
Kondisi batas untuk persamaan (3)
diperoleh dari penggunaan Hukum Pendinginan
Newton pada sisi thermistor, yaitu:
arus bersifat kekal (tetap). Sehingga   j  0 .
Oleh karena itu, diperoleh persamaan eliptik
berikut:
j  (t )
 j  0
    (t )   0
k
   (t )   0
dengan
   (t )   0
T
 h T  Ta 
n
Ta adalah suhu lingkungan dan h
adalah koefisien aliran panas. Diharapkan
bahwa model efek pendinginan dari penghantar
pada permukaan atas dan bawah dengan
penghantar
pada
kabel
dan
paterinya
mempunyai kondisi yang sama. Tapi, dengan
nilai h yang lebih besar. Karena persamaan
aliran panas adalah parabolik maju, maka
didapat kondisi awalnya sebagai berikut:
Jika, penampang atas dan bawah dari
thermistor dilapisi kondukor yang baik, maka
potensial akan mendekati konstan. Sementara
tidak ada arus yang melewati sisi tersebut.
sedangkan untuk t  0 diperoleh:
  0 pada z  H ,   0 pada z  0 dan

 0 pada r  a
n
T ( x, 0)  Ta ( x)
Nondimensionalisasi
Diberikan skala r dan z dengan ketebalan
H, dan dikalikan dengan skala konduksi panas,
dengan r,z adalah elemen koordinat polar dari
silindris dengan titik asal pada pusat thermistor
di permukaan bawah. H adalah ketebalan dan r
adalah jari-jari silinder.
Perlu
dituliskan
pula
model
untuk
pembangkit panas dan konduksi. Artinya
dibutuhkan versi lokal dari hukum pembangkitan
daya dalam resistor, yaitu:
H2
c
dengan K =
adalah difusifitas termal.
K
k
menyatakan kerapatan, c
Sedangkan 
menyatakan kapasitas panas khusus dan k
adalah konduktivitas termal. Konduktivitas harus
berubah menjadi fungsi perubahan temperatur
T . Dengan menggunakan V0 sebagai skala
385
1
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
   0,1
 dan nilai “dingin” dari konduktivitas
dinyatakan dengan  0 , untuk  (T ) , maka
dari
2.
dengan menggunakan
Newton diperoleh:
 *   0
pada
hukum
z   0,1 yang
r 
dan
pendinginan
u
hH
  u  0 dengan  
n
k
 *  V0
1 *
4. t 
t
K
3.
Dimisalkan
  5.6  10 3 , c  540 J Kg K 1 , k  2 Wm 1 K 1 ,  0  2  1m 1 ,
 T  100 K , V0  250 K , r  5  10  3 m , H  10 3 m ,
dan dengan mengubah pemberian lambang
pada persamaan (3), diperoleh persamaan:
c

0
n
mengakibatkan
diperoleh scalling sebagai berikut:
1. T  Ta  T u ( x, t )  T  T u ( x, t )  Ta
pada
h  10  sisi  ke 10 2  atas W m 2 K  1
2
T
 k  2T   *  *
*
t
maka diperoleh
dan   625 .Terlihat bahwa terdapat tiga
parameter tak berdimensi, dua diantaranya
adalah parameter yang besar dan satu yang lain
adalah parameter bernilai kecil. Ratio  yang
besar mengesankan bahwa model satu
dimensional merupakan model yane lebih baik.
Dan dugaan ini diperkuat dengan kenyataan
bahwa  bernilai sangat kecil pada sisi alat.
Yang berarti bahwa banyak panas yang akan
hilang pada permukaan atas dan bawah
thermistor.
Kenyataan bahwa  bernilai sangat
besar menunjukkan bahwa pemberian skala
pada variabel waktu kemungkinan salah, paling
tidak pada waktu awal suhu dinaikkan. Meskipun
begitu, alat tetap bekerja, sehingga penurunan
konduktivitas yang diikuti dengan kenaikan suhu
akan menghentikan pemanasan dengan cepat.
Jika dilakukan pen-skala-an ulang pada variabel
Kemudian substitusikan scalling 1 sampai 4
pada persamaan diatas. Sehingga
2
 c T
*
2


T

 *
*
k t
k
*
2
T

 K *   2T 
 *
t
k
  T u  Ta 

2
K
  2  T u  Ta   0 V0
*
t
k
  T u  Ta 
V 2 
2
 T  2u  0 0 
k
1 
  t* 
K


V 2 
T u
2

 T  2u  0 0 
k
t

maka didapatkan persamaan
V2
u
2
  2 u  0 0  
t
T k
 0V0

T k
waktu, yaitu:
2
dengan memisalkan
  5 ,   102 sampai 101
t


, maka:
u
2
  2u   
t
u
2

  2u   

, persamaan
diatas berubah menjadi:
u
2
  2u   
t
V2
a
Dengan
dan

  0 0 . Untuk
H
k T
a
0  z  1, 0  r    , kondisi batasnya
H
Persamaan (4) menjadi:
u 1 2
2
  u   
 
Diasumsikan bahwa pada kondisi awal,
suhu di seluruh permukan thermistor adalah nol
(0). Sedangkan pada ujung-ujungnya terdapat
perbedaan suhu. Pada ujung yang merupakan
titik masuknya arus memiliki suhu yang juga
sama dengan nol (0).
menjadi:
386
1
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
  (t )   0
Thermistor dalam Rangkaian Listrik
Pada aplikasinya, thermistor merupakan
salah sat6u bagian dari rangkaian listrik, seperti
tampak pada Gambar 3.2, dimana komponen
rangkaian
yang
lain
merepresentasikan
resistansi luar R0 . Hal ini memberikan beberapa
,
u 1 2
2
  u   
 
komplikasi kecil, yaitu tegangan dalam
thermistor turun, tetapi dari sinilah didapatkan
hubungan antara tegangan dengan arus yang
mengalir dalam alat.
a
,
H
0  z  1, 0  r   
Untuk
  0,1

batasnya menjadi
yang mengakibatkan
n
u
  u  0.
n
kondisi
z   0,1
pada
 0 pada r   dan
Dengan nondimensinalisasi tersebut dapat
diturunkan nilai untuk  adalah sebagai berikut:
a
  V0  2 R0 
Gambar 3.1 Thermistor dalam rangkaian listrik
sederhana. Sakelar ditutup pada
saat t  0
Diasumsikan bahwa pada t  0 , potensial listrik
di seluruh permukaan hermistor adalah nol (0).
Kemudian pada permukaan atas dan bawah
thermistor diberikan:
  0 , z  0 dan
0
a
H
 1  H 2 R0 
Misalkan
 menjadi:
Nilai
V0  V (t )  I (t ) R0

2
 2
parameter

z
 0
0
a


0

dr
r
dr
z 1

z
r
dr
z 1
, maka diperoleh nilai

z
r
dr
z 1
dengan
mengambil
R0  400  adalah 101 , yang merupakan nilai
 V0  I (t ) R0  V (t )
yang sangat kecil. Perlu diketahui bahwa dengan
mengambil nilai  menuju  menunjukkan
bahwa dalam rangkaian tidak terdapat hambatan
luar. Pernyataan ini dapat ditulis secara
matematis menjadi:
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff
yang mengatakan bahwa jumlah tegangan di
dalam rangkaian tertutup adalah bernilai nol.
Dapat juga dikatakan bahwa arus I (t ) sama
dengan arus yang mengalir melalui thermistor.
Sehingga diperoleh kondisi batas berikut:
Pada z  H didapatkan
0
a
H
2
 HR0 0 2
  1
rangkaian, sehingga diperoleh:
  V0  2 R0 

r
zH
 0
2
 1  H 2 R0 2

diketahui.
Untuk
menyelesaikannya dapat digunakan Hukum
Ohm pada resistor untuk menetapkan bahwa
tegangan yang Turín adalah senilai dengan
I (t ) R0 , dengan I (t ) adalah arus dalam


z

z
0
  V (t ) , z  H
dengan
belum
V (t )
a

r
 (1, t )  1, t  0
Sehingga model (6) menjadi:
  (t )   0
,
u 1 2
2
  u   
 
dr
zH
Efek dari hambatan luar dalam model nondimensional adalah membawa parameter lain
untuk kondisi batas  . Model non-dimensional
yang telah didapatkan adalah:
Dengan kondisi batas untuk suhunya adalah
persamaan (7):
u
 0 , untuk z  0,   0
z
387
1
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
u ( z , 0)  0
0  z 1,
untuk
u
  u  0 , untuk z  1,   0
z
Sedangkan kondisi batas untuk
listriknya adalah:
 (0, t )  0 untuk   0
produksi panas dalam thermistor dan  adalah
koefisien transfer panas permukaan.
Sedangkan potensial listrik diberikan oleh
persamaan:
dan
potensial
   

0
z  z 
Dengan kondisi awal dan batasnya adalah:
 (0, t )  0 untuk t  0 ,  ( z , 0)  0
 ( z , 0)  0 untuk 0  z  1 , dan
 (1, t )  1,   0
untuk 0  z  1 , dan  (1, t )  1, t  0
dengan  adalah konduktifitas. Misalkan,
Dengan sedikit merubah penotasian, model
diatas dapat juga ditulis sebagai berikut:
   

0
z  z 
u  2u

 2  
t z
z
  1    1 s ,
,
s adalah area penghubung
dan nilai khusus dari

5
adalah sekitar 10 .
2
Solusi Eksak Keadaan Setimbang
Dengan kondisi batas untuk suhunya adalah:
u
 0 , untuk z  0, t  0
z
u ( z , 0)  0 untuk 0  z  1 , dan
u
  u  0 , untuk z  1, t  0
z
Sedangkan kondisi batas untuk
listriknya adalah:
 (0, t )  0 untuk t  0
Gambar 3.2 konfigurasi keadaan seimbang: (a)
fase dingin, (b) fase hangat, (c) fase panas
potensial
dan
kemonotonan profil suhu sehingga titik z  0
akan selalu menjadi titik terpanas dan selalu
menjadi titik pertama yang mencapai suhu kritis
(misal uc  1 ). Sehingga pada akhirnya, laju
 ( z , 0)  0 untuk 0  z  1 , dan
 (1, t )  1, t  0
Solusi Model Nondimensional
Thermistor jenis Positive Themperature
Cofficient (PTC) dibuat dari sebuah bahan
semikonduktor (seperti keramik BaTiO3) yang
memiliki sifat bahwa hambatan (resistansi) akan
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu.
Dari pembahasan sebelumnya, telah diperoleh
model kinerja thermistor, yaitu:
Transfer panas diberikan oleh persamaan:
u  2u

 2  
t z
z
Karena suhu awal thermistor adalah nol (0)
  0 , dapat diasumsikan bahwa
hilangnya panas pada z  1 akan sama dengan
pembangkitan panas internal dan keseimbangan
akan dicapai. Jadi, keadaan seimbang
merupakan salah satu dari ketiga gambar di
atas.
Dari
persamaan
potensial
listrik,
didapatkan:
   

0
z  z 
 2
 2 0
z
2

 2 0
z


 c1
z
   c1 z  c2
2
Dengan kondisi awal dan batasnya adalah:
u
 0 , untuk z  0, t  0 , u ( z , 0)  0 untuk
z
u
0  z  1 , dan
  u  0 , untuk z  1, t  0
z
Dengan u adalah temperatur,  adalah
potensial listrik,  adalah rasio dari tingkat
388
1
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
Dengan memasukkan kondisi awal dan batas
diperoleh
 z 0  0  c2  0
 z 1  1  c1  1 .
1
u  z, t     z 2  0  
2
dan

 ( z , t )  z 0  z  1, t  0 .
Sehingga
persamaan
 1 1 z2 
    
 2 2 
 1 1 z2 
, 0  z 1
  
2 

menjadi
Sedangkan untuk persamaan suhu sedikit
berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya tiga
fase dalam kenaikan suhu.
Dalam fase dingin s  0 sehingga
  1 , diperoleh:
u  2u

 2  
t z
z
0

2
 2u

z 2
0
 2u
 
z 2
u

  z  c1
z
1
 u    z 2  c1 z  c2
2
(9)
0  s  1 sehingga
2
 2u
  1    1 s 
z 2
 2u
  1    1 s 
z 2
u

  1    1 s  z  c1
z
1
 u    1    1 s  z 2  c1 z  c2
2

 u  1    s  1 z 2  c1 z  c2
2

z  0 diketahui bahwa
u
0
z
c1  0 . Sedangkan untuk
u
z  1 diketahui bahwa
  u  0 sehingga
z
sehingga didapatkan
Untuk
dapat dilakukan operasi berikut:
z  0 diketahui bahwa
u
0
z
c1  0 . Sedangkan untuk
u
z  1 diketahui bahwa
  u  0 sehingga
z
sehingga didapatkan
u
 u  0
z
  z  c1   u  0, z  1, c1  0
dapat dilakukan operasi berikut:
u
 u  0
z
  1    1 s  z  c1   u  0, z  1, c1  0
    u  0

u

1 2
Dimana u    z  c1 z  c2 sehingga
2
  1    s  1   u  0

 u  1    1 s 

1

  z 2  c2  , z  1
2

 
 c2  
 2
Sehingga dengan substitusi nilai
c1 dan c2
diperoleh Persamaan (10):
1
u  z , t     1    1 s  z 2  c1 z  c2 , c1  0, z  1
2
1

 1     1 s     1  1    s  z 2  c2
2

1

 c2  1    1 s    1    1 s 
2

 1 1
 c2     
 2
Sehingga dengan substitusi nilai
Dalam fase hangat
 1  (  1)s , diperoleh:
u  2u

 2  
t z
z

Untuk
 1 1
  2


c1 dan c2
diperoleh:
389
1
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
1
 1 1
u  z, t     z 2  0     
2
 2
2
1 1 z 
     
 2 2 
 1 1
  1    1 s     , 0  z  1
 2
Sehingga dengan substitusi nilai c1 dan c2
diperoleh Persamaan (11):
 1 1

u  z, t   1    s  1 z 2  0   1    1 s    
2
 2
 1 1

  1  1    s  z 2   1    1 s    
2
  2
 1 1 z2 
   
, 0  z 1
2 

Persamaan (9), (11) dan (12) adalah
penyelesaian dari masing-masing fase suhu.
Selanjutnya, perlu ditetapkan area penghubung,
s. Tampak pada Gambar 3.3 (b) bahwa kondisi
batas untuk z  s adalah u ( z )  1 . Sehingga
diperoleh fungsi kuadrat dalam s berikut:
 1 1 z2 
  1    1 s     
 2 2 
 
 1 1 z2  , 0  z  1
  1    1 s   

2 

Dalam fase panas s  1 sehingga
, diperoleh:
u  2u

 2  
t z
z
0

f ( s )  as 2  bs  c

2
a    1, b  1   1   (  1) dan
 
2 2
c   1 .
Sehingga
untuk
nilai
 
b 2  4ac  0 , fungsi diatas mempunyai dua
2
Dengan
 2u
 
z 2
 2u
 
z 2
penyelesaian. Meskipun demikian, hanya satu
dari kedua penyelesaian tersebut yang berada
u
  z  c1
z
1
 u    z 2  c1 z  c2
2
b  b 2  4ac
. Hal
2
b
ini disebabkan karena 
 1, f (0)  c  0
2a
dan f (1)  a  b  c  0 .

Untuk
pada domain (0,1), yaitu
z  0 diketahui bahwa
u
0
z
Misalkan
diambil
nilai
parameterparameter
  0.01  [0.01,0.1], z  [0,1],
c1  0 . Sedangkan untuk
u
z  1 diketahui bahwa
  u  0 sehingga
z
sehingga didapatkan
  0.1, dan   625 , maka diperoleh hasil
suhu yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
dapat dilakukan operasi berikut:
Tabel 3.1 Nilai suhu masing-masing fase
u
 u  0
z
  z  c1   u  0, z  1, c1  0
Suhu Fase
Dingin
(s=0)
1
0
62812.5
6281.25
102384.375
2
0.1
62753.125
6275.3125
102287.5938
3
0.2
62700
6270
102201
4
0.3
62653.125
6265.3125
102124.5938
5
0.4
62612.5
6261.25
102058.375
6
0.5
62578.125
6257.8125
102002.3438
7
0.6
62550
6255
101956.5
8
0.7
62528.125
6252.8125
101920.8438
9
0.8
62512.5
6251.25
101895.375
No.
    u  0

u

Sehingga dengan substitusi nilai
z
c1 dan c2
diperoleh Persamaan (12):
390
Suhu Fase
Panas
(s=1)
Suhu Fase
Hangat
(s=0.7)
1
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
10
0.9
11
1
62503.125
6250.3125
101880.0938
62500
6250
101875
(b). Grafik suhu thermistor pada fase
panas
Data z yang ditampilkan dalam Tabel 3.1
bukanlah data yang sebenarnya. Data ini
dibangkitkan dimana satu nilai z dengan nilai z
berikutnya mempunyai beda (selang) yang
sama. Pembangkitan data z ini dimaksudkan
untuk menampilkan banyaknya kemungkinan
suhu yang bisa terjadi dalam suatu thermistor.
Sedangkan data suhu tiap fase merupakan data
hasil eksekusi program, dalam hal ini digunakan
Matlab 7.8.0 (2009a). Selanjutnya, data yang
diperoleh dalam Tabel 3.1 ditampilkan dalam
bentuk grafik suhu termistor beserta potensial
listrik untuk setiap fase, yaitu fase dingin, hangat
dan panas.
Gambar 3.5 (a). Grafik potensial listrik dalam
thermistor pada fase hangat ,
(b). Grafik suhu thermistor pada
fase hangat
Tampak dari Gambar 3.3, Gambar 3.4 dan
Gambar 3.5 bahwa grafik potensial listrik dalam
thermistor pada semua fase berupa suatu garis
lurus. Sedangkan grafik dari suhu dalam
thermistor berbentuk lebih landai. Hal ini
disebabkan karena fungsi suhu pada tiap fase
bukan berbentuk persamaan linier.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tentang aliran
panas dan arus dalam thermistor pada
rangkaian listrik diperoleh pendekatan yang lebih
baik dari model non-dimensional, yaitu model
non dimensional sebagaimana dituliskan berikut:
Gambar 3.3 (a). Grafik potensial listrik dalam
thermistor pada fase dingin,
(b). Grafik suhu thermistor pada fase dingin
   

0
z  z 
u  2u

 2  
t z
z
,
2
Dengan kondisi batas untuk suhunya adalah:
u
 0 , untuk z  0, t  0 , u ( z , 0)  0 untuk
z
u
0  z  1 , dan
  u  0 , untuk z  1, t  0
z
Sedangkan kondisi
listriknya adalah:
batas
untuk
potensial
 (0, t )  0 untuk t  0 ,  ( z , 0)  0
untuk 0  z  1 , dan  (1, t )  1, t  0
Dengan penyelesaian eksak pada keadaaan
seimbangnya adalah:
Gambar 3.4 (a). Grafik potensial listrik dalam
thermistor pada fase panas ,
391
Zumrotus S. / Bimafika, 2012, 3, 382 - 392
 ( z , t )  z 0  z  1, t  0
1
Ikiru.2009. Hk. Ohm danHk. Kirchoff. Blog Fisika
Dasar. www.facebook.com
Sedangkan untuk suhunya dibagi menjadi tiga
fase, yaitu:
1. Fase dingin, dengan penyelesaiannya:
Lee, Byoung Kwon dan Young-Je Cho.2001.The
Principal Of Microwave Oven And
Microwave
Heating.
Department
of
Electrical and Electronic Engineering,
Yonsei University
 1 1 z2 
u ( z, t )    
,
2 

0  z  1, t  0
2. Fase hangat, dengan penyelesaiannya:
Weisstein, Eric.2009. Newton’s Law of Cooling.
www.scienceworld.wolfram.com
 1 1 z2 
u ( z , t )   1    1 s   
,
2 

0  z  1, t  0
www.wikimediafoundation.org .Ohm’s Law. 2009
Karns, Kristie. 2009. How Do Thermistors
Work?.
United
States.
eHow,Inc.<www.ehow.com>
3. Fase panas, dengan penyelesaiannya:
 1 1 z2 
u ( z , t )    
,
2 

0  z  1, t  0
Wallener, David. 2009. What are Thermistor?.
www.wisegeek.com
www.electronics-manufacturers.com .Thermistor.
2009.
DAFTAR PUSTAKA
Bahadir, A.R. 2002. Steady-State SolutionOf The
PTC ThermistorProblem Using a Quadratic
Spline Finite Element Method. Departments
of Mathematics, Faculty of Arts and
Science, Inonu Univercity, Turkey.
Howison,
Sam.2003.
Practical
Applied
Mathematics
Modelling,
Analysis,
Approximation.
Mathematical
Institute.Oxford University
392
Download