BAB V PENUTUP 5.1 SIMPULAN Berdasarkan perhitungan dan analisis time-series yang telah dilakukan terhadap rasio-rasio profitabilitas perusahaan manufaktur dapat diketahui bahwa kepatuhan pajak perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan selama periode 2009 sampai dengan 2012. Berikut hasil evaluasi kepatuhan tersebut: Jumlah perusahaan yang tidak patuh berdasarkan analisis rasio marjin laba kotor atau gross profit margin (GPM) mengalami penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010. Dengan kata lain, tingkat kepatuhan pajak perusahaan berdasarkan rasio GPM megalami kenaikan. Namun, ditahun 2011 dan 2012, tingkat kepatuhan mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya jumlah perusahaan yang tidak patuh dikedua periode tersebut. Hasil analisis rasio marjin laba bersih atau net profit margin (NPM) menunjukkan penurunan tingkat kepatuhan pajak dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang tidak patuh yang semakin bertambah setiap tahunnya. Menurut hasil analisis rasio berry yang dilakukan terhadap perusahaan sampel, tingkat kepatuhan pajak ditahun 2010 48 mengalami kenaikan dibanding tahun 2009. Sementara itu, tingkat kepatuhan mengalami penurunan ditahun 2011 dan 2012. Tingkat kepatuhan pajak ditinjau dari analisis rasio EBIT memiliki tren menurun dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah perusahaan yang memiliki perbandingan kurang dari 25% terhadap rata-rata industrinya. Hasil analisis rasio return on equity (ROA) menunjukkan peningkatan jumlah perusahaan yang tidak patuh setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa tingkat kepatuhan pajak mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sementara itu, analisis cross-section menunjukkan hasil sebagai berikut: Pada tahun 2009, perusahaan yang memiliki tingkat kepatuhan pajak tertinggi secara umum adalah Indocement Tunggal Perkasa (INTP). Sementara itu, secara spesifik, Darya-Varia Laboratoria (DVLA) berada diposisi tertinggi dari aspek rasio GPM, Surabaya Agung Industry Pulp (SAIP) dari aspek rasio NPM dan EBIT, Asiaplast Industries (APLI) dari aspek rasio Berry, dan Multi Bintang Sejahtera (MLBI) dari aspek rasio ROA. Ditahun 2010, secara umum Multi Bintang Indonesia (MLBI) memiliki tingkat kepatuhan yang paling tinggi. Namun, berdasar analisis rasio GPM, Darya-Varia Laboratori (DVLA) menempati posisi yang paling tinggi. Selanjutnya, dari sisi analisis rasi NPM, 49 Berry, EBIT, dan ROA perusahaan yang memiliki kepatuhan pajak tertinggi berturut-turut adalah Indocement Tunggal Perkasa (INTP), Surya Toto Indonesia (TOTO), Toba Pulp Lestari (INRU), dan Multi Bintang Indonesia (MLBI). Perusahaan yang memiliki tingkat kepatuhan paling tinggi secara umum ditahun 2011 adalah Multi Bintang Indonesia (MLBI). Sementara itu, secara spesifik, Darya-Varia Laboratoria (DVLA) berada diposisi tertinggi dari segi rasio GPM, Surabaya Agung Industry Pulp (SAIP) unggul dari segi rasio NPM dan rasio EBIT, Surya Toto Indonesia (TOTO) tertinggi dari segi rasio berry, dan Multi Bintang Indonesia (MLBI) dari segi rasio ROA. Pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki tingkat kepatuhan pajak tertinggi secara umum adalah Multi Bintang Indonesia (MLBI). MLBI juga berada diposisi tertinggi dari analisis rasio GPM, NPM, EBIT, dan ROA. Perusahaan yang berada diposisi tertinggi dalam analisis rasio berry adalah Surya Toto Indonesia (TOTO). 5.2 KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu: 1. Hanya menggunakan satu teknik analisis kepatuhan yaitu analisis data keuangan melalui analisis rasio. 2. Hasil analisis rasio tidak dianalisis lebih lanjut. 5.3 SARAN 50 Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis kepatuhan pajak, sebaiknya menggunakan lebih dari satu teknik analisis. Menurut OECD, beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kepatuhan pajak adalah: Audit Based Studies, Changes in Tax Return Items, Surveys, Direct Observation, Analytical Modelling, Laboratory/ Field Experiments. Hasil analisis rasio harus dianalisis lebih lanjut untuk mengkonfirmasi adanya temuan karena analisis rasio mungkin memberikan tanda adanya kejanggalan, tetapi tidak memberikan informasi lain terkait perusahaan dan bisnisnya. 51