Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap

advertisement
IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
9.1. Ringkasan Hasil
Dari hasil deskripsi, analisis dan pembahasan tentang dampak kebijakan
desentralisasi fiskal terhadap penerimaan, pengeluaran dan perekonomian daerah
maka dapat diringkas sebagai berikut :
1. Komponen penerimaan terbesar sebelum desentralisasi fiskal bersumber dari
dana transfer pusat (92.56%) dan setelah desentralisasi fiskal sebesar
(89.26%), sementara itu penerimaan dari komponen potensi daerah (pajak dan
retribusi daerah) relatif kecil. Sebelum desentralisasi fiskal, pengeluaran
daerah yang dialokasikan untuk rutin (64.18%) dan untuk pembangunan
(35.81%), setelah desentralisasi fiskal pengeluaran rutin meningkat (78.44%)
dan untuk pembangunan (21.56%). Alokasi pengeluaran pembangunan untuk
sektor Pertanian (5%), Pendidikan (10%), Kesehatan dan kesra (6%),
sedangkan untuk sektor Industri masih kurang dari 1%.
2. Kebutuhan fiskal setelah desentralisasi meningkat (hampir 100%), kapasitas
fiskal meningkat (100-150%), dan kesenjangan fiskal semakin besar (81137%). Kemampuan fiskal daerah yang diindikasikan dengan rasio kapasitas
fiskal dan kebutuhan fiskal masih di bawah 10%, kondisi ini menujukkan
kemampuan daerah masih rendah, dan kesenjangan pendapatan antar
Kabupaten dan Kota setelah desentralisasi fiskal semakin buruk.
3. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi komponen penerimaan daerah
adalah aktifitas ekonomi yang diindikasikan oleh besarnya PDRBS,
kesenjangan fiskal, jumlah penduduk, luas daerah, dan jumlah kendaraan
bermotor.
Sedangkan
yang
secara
nyata
mempengaruhi
komponen
215
pengeluaran daerah (rutin, dan pembangunan sektoral) adalah total
penerimaan daerah, pengeluaran tahun lalu, luas tanamaan pangan, kredit
pertanian, populasi ternak, dan jumlah tempat pelelangan ikan.
4. Penerimaan daerah yang bersumber dari pajak, retribusi, DAU, maupun bagi
hasil tidak responsif terhadap perubahan aktifitas ekonomi yang sifatnya
jangka pendek ataupun jangka panjang.
5. Pengeluaran daerah baik rutin maupun pembangunan secara nyata dipengaruhi
oleh besarnya penerimaan daerah. Pengeluaran daerah responsif terhadap
perubahan penerimaan daerah yang sifatnya jangka pendek maupun jangka
panjang. Semakin besar penerimaan daerah maka pengeluaran daerah untuk
pengeluaran rutin maupun pembangunan akan semakin besar.
6. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi produksi sektor Pertanian
adalah pengeluaran subsektor Tanaman pangan, Perkebunan, Peternakan, dan
Perikanan. Variabel lain yang secara nyata berpengaruh adalah kredit
pertanian, jumlah tenaga kerja pertanian, dan produksi tahun sebelumnya.
Sedangkan yang secara nyata mempengaruhi produksi sektor non Pertanian
adalah pengeluaran pembangunan masing-masing sektor, produktivitas tenaga
kerja, besarnya investasi, pendapatan per kapita, dan produksi tahun
sebelumnya. Dalam jangka pendek dan jangka panjang faktor-faktor tersebut
tidak elastis.
7. Sedangkan faktor yang secara nyata mempengaruhi tenaga kerja sektoral
adalah produksi sektoral, upah minimum provinsi, upah tenaga kerja sektoral,
dan jumlah tenaga kerja tahun sebelumnya. Dapat diartikan bahwa untuk
mengurangi jumlah pengangguran di daerah, selain peningkatan aktifitas
sektor Pertanian, juga perlu peningkatan aktifitas investasi di bidang Industri.
216
Pengembangan aktifitas di sektor Industri masih berpeluang besar mengingat
masih banyaknya potensi Industri kecil yang belum tergarap secara intensif.
8. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi kredit investasi dan investasi
Industri adalah aktifitas ekonomi, pendapatan per kapita, tingkat suku bunga,
dan investasi tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek maupun jangka
panjang aktivitas investasi sangat responsif terhadap perubahan aktivitas
ekonomi (PDRBS) dan pendapatan per kapita.
9. Skenario kebijakan peningkatan DAU 10% setelah desentralisasi fiskal
berdampak positif terhadap kinerja fiskal yaitu meningkatnya penerimaan
transfer, kapasitas fiskal, dan total pengeluaran, serta kesenjangan fiskal
semakin baik dibandingkan sebelum desentralisasi fiskal. Dampak terhadap
kinerja
perekonomian
adalah
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi,
pendapatan per kapita, mengurangi jumlah pengangguran dan distribusi
pendapatan semakin merata. Kondisi ini menunjukkan bahwa fungsi DAU
sebagai dana penyeimbang keuangan daerah sangat berperan dalam
perekonomian daerah.
10. Skenario kebijakan peningkatan pajak dan retribusi bersamaan dengan
peningkatan
pengeluaran
pembangunan
setelah
desentralisasi
fiskal
meningkatkan kapasitas fiskal, pengeluaran pembangunan, PDRBS sektor
Pertanian dan sektor lainnya, PDRBK, investasi, dan penyerapan tenaga kerja.
Namun demikian, dampak kebijakan ini masih lebih kecil dibandingkan
dengan dampak kebijakan peningkatan DAU terhadap kinerja fiskal dan
perekonomian daerah.
11. Skenario kebijakan peningkatan pengeluaran pembangunan sektor Pertanian,
dan kebijakan realokasi pengeluaran rutin ke sektor pertanian berdampak
217
positif pada kapasitas fiskal daerah, kesenjangan fiskal semakin membaik,
serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, penyerapan
tenaga kerja dan distribusi pendapatan. Kebijakan ini relevan dilaksanakan di
Kabupaten Bengkulu Utara, Rejang Lebong dan Bengkulu Selatan, namun
tidak relevan dilaksanakan di kota Bengkulu.
12. Skenario kebijakan peningkatan pengeluaran Infrastruktur berdampak positif
pada kapasitas fiskal daerah, kesenjangan fiskal semakin membaik, serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, penyerapan
tenaga kerja tetapi distribusi pendapatan semakin tidak merata di semua
Kabupaten. Di kota Bengkulu kebijakan ini mampu mengurangi penerimaan
transfer, meningkatkan kapasitas fiskal, pertumbuhan ekonomi, pendapatan
per kapita tetapi tidak berdampak mengurangi pengangguran.
13. Ramalan peningkatan DAU sebesar 16% berdampak pada peningkatan
transfer pusat dan total penerimaan daerah yang selanjutnya berdampak cukup
besar terhadap pengeluaran rutin, namun terhadap pengeluaran pembangunan
dampaknya relatif kecil (30%). Kondisi ini mengindikasikan bahwa
pembiayaan pembangunan di semua Kabupaten dan Kota yang berasal dari
anggara APBD masih relatif kecil sehingga peningkatan kapasitas fiskal
daerah juga relatif kecil, sedangkan kesenjangan fiskalnya semakin besar.
Kebijakan peningkatan DAU terhadap kinerja perekonomian daerah
berdampak positif.
14. Kebijakan peningkatan penerimaan pajak dan retribusi diimbangi dengan
peningkatan pengeluaran pembangunan sektor lainnya berdampak positif
terhadap kinerja fiskal daerah sedangkan terhadap kinerja perekonomian
daerah berdampak positif kecuali pada kredit investasi.
218
15. Skenario peningkatan pengeluaran sektor Pertanian maupun Infrastruktur
berdampak positif terhadap kinerja fiskal maupun kinerja perekonomian
daerah. Dampak kebijakan realokasi pengeluaran rutin ke sektor Pertanian
maupun Infrastruktur terhadap PAD meningkat sehingga kapasitas fiskal juga
meningkat. Namun kebijakan ini berdampak menurunnya penerimaan DAU
dan transfer pusat, sedangkan terhadap kinerja perekonomian daerah
berdampak positif. Hal ini sesuai dengan program revitalisasi Pertanian
khususnya untuk peningkatan produksi Tanaman pangan, perluasan areal
Perkebunan, intensifikasi usaha Peternakan, peningkatan produksi Perikanan,
dan revitalisasi penyuluhan.
9.2. Simpulan
1. Setelah desentralisasi fiskal penerimaan daerah di semua Kabupaten dan Kota
sebagian besar bersumber dari dana transfer pusat khususnya DAU, sedangkan
pendapatan asli daerah (PAD) sangat kecil yang menunjukkan kemampuan
fiskal daerah masih rendah dan ketergantungan pada pusat masih tinggi.
Pengeluaran daerah dari APBD masih terfokus pada pengeluaran rutin
sehingga aktifitas pembangunan memperoleh anggaran yang terbatas dan
distribusi pendapatan antar Kabupaten/Kota semakin tidak merata.
2. Aktifitas ekonomi yang diindikasikan dengan PDRBS meningkatkan
penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, total bagi hasil, dan menurunkan
penerimaan DAU, tetapi respon penerimaan daerah terhadap perubahan
PDRBS relatif kecil (tidak elastis). Penerimaan daerah yang digunakan untuk
pengeluaran pembangunan akan meningkatkan produksi sektoral sehingga
penyerapan tenaga kerja akan meningkat, dalam jangka pendek maupun
219
jangka panjang pengeluaran daerah responsif terhadap perubahan penerimaan
daerah.
3. Aktifitas ekonomi di daerah yang diindikasikan dengan PDRBS akan
mendorong peningkatan investasi, hal sebaliknya akan terjadi bila suku bunga,
pajak daerah, dan retribusi meningkat. Dalam jangka pendek maupun jangka
panjang aktivitas investasi sangat responsif terhadap perubahan aktivitas
ekonomi (PDRBS) dan pendapatan per kapita.
4. Realokasi pengeluaran rutin ke pengeluaran pembangunan sektor Pertanian
yang dilakukan sebelum dan setelah desentralisasi fiskal berdampak paling
besar terhadap kinerja fiskal dan perekonomian daerah di semua Kabupaten.
Sedangkan untuk Kota Bengkulu, dampak yang terbesar pada kinerja fiskal
dan perekonomian daerah adalah kebijakan peningkatan DAU dan
peningkatan pengeluaran Infrastruktur.
5. Peningkatan DAU tahun 2007 – 2010 berdampak cukup besar terhadap
pengeluaran rutin tetapi berdampak relatif kecil terhadap pertumbuhan
ekonomi, pendapatan per kapita, jumlah pengangguran dan distribusi
pendapatan di semua Kabupaten dan Kota.
6. Kebijakan peningkatan pajak dan retribusi yang diimbangi peningkatan
pengeluaran pembangunan tahun 2007-2010 berdampak paling besar terhadap
peningkatan kapasitas fiskal daerah sehingga penerimaan transfer daerah
semakin kecil. Sedangkan peningkatan sarana Infrastruktur akan mendorong
investasi di daerah sehingga aktifitas perekonomian daerah (PDRBS)
meningkat.
220
7. Peningkatan pengeluaran pembangunan sektor Pertanian untuk pelaksanaan
peningkatan produksi Tanaman pangan, perluasan lahan Perkebunan,
intensifikasi usaha Peternakan, peningkatan produksi Perikanan, dan
revitalisasi penyuluhan berdampak positif terhadap kinerja fiskal dan
perekonomian daerah. Demikian pula kebijakan realokasi pengeluaran rutin ke
pengeluaran sektor Pertanian dan Infrastruktur khususnya untuk perbaikan
sarana irigasi, pengembangan cargo melalui darat, pelabuhan laut dan udara
akan meningkatkan kinerja fiskal dan perekonomian daerah.
9.3. Implikasi Kebijakan
1. Agar kinerja perekonomian daerah dan kapasitas fiskal daerah meningkat
sampai tahun 2010, sebaiknya pemerintah daerah di semua Kabupaten dan
Kota melakukan efisiensi penggunaan pengeluaran rutin untuk dialokasikan ke
pengeluaran
pembangunan,
serta
efisiensi
penggunaan
pengeluaran
pembangunan dengan cara mengurangi kebocoran penggunaan anggaran.
2. Untuk mengurangi ketergantungan dengan pemerintah pusat dan kesenjangan
fiskal semakin baik, kebijakan yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah
daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan sampai tahun 2010 adalah peningkatan
pengeluaran pembangunan sektor Pertanian. Di Kabupaten Rejang Lebong
dan Bengkulu Utara kebijakan yang sebaiknya dilaksanakan adalah efisiensi
penggunaan anggaran Rutin melalui mekanisme realokasi pengeluaran Rutin
ke pengeluaran sektor Pertanian. Untuk Kota Bengkulu kebijakan yang
sebaiknya dilakukan adalah realokasi pengeluaran Rutin ke pengeluaran
221
Infrastruktur yang diprioritaskan untuk peningkatkan pelayanan cargo melalui
pelabuhan laut, bandara udara, dan darat.
3. Agar penggunaan anggaran dapat meningkatkan produksi sektoral daerah
maka kebijakan yang sebaiknya dilakukan pemerintah di Kabupaten Rejang
Lebong, Bengkulu Utara, dan Kota Bengkulu sampai tahun 2010 adalah
realokasi pengeluaran Rutin ke sektor Pertanian. Sedangkan di Kabupaten
Bengkulu Selatan kebijakan yang sebaiknya dilakukan adalah realokasi
pengeluaran Rutin ke sektor Pertanian dan Infrastruktur.
4. Untuk meningkatkan Investasi daerah sampai tahun 2010 dapat dilakukan
kebijakan peningkatan pengeluaran Infrastruktur khususnya di Kota Bengkulu
sebagai ibukota Provinsi meningkatkan aktifitas cargo melalui pelabuhan laut
dan bandara udara, sedangkan di semua Kabupaten peningkatan sarana jalan,
jaringan telephon, dan listrik.
5. Apabila pemerintah daerah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka
kebijakan yang sebaiknya dilakukan di semua Kabupaten dan Kota sampai
tahun 2010 adalah kebijakan realokasi pengeluaran Rutin ke sektor Pertanian
dan Infrastruktur dengan cara efisiensi penggunaan anggaran.
6. Untuk meningkatkan pendapatan per kapita dan mengurangi jumlah
pengangguran di Kabupaten Rejang Lebong dan Bengkulu Utara sampai tahun
2010 dapat dilakukan kebijakan realokasi pengeluaran Rutin ke sektor
Pertanian. Sedangkan untuk Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu
kebijakan yang sebaiknya dilaksanakan sampai tahun 2010 adalah realokasi
pengeluaran Rutin ke sektor Pertanian dan Infrrastruktur dengan cara efisiensi
penggunaan anggaran.
222
7. Agar distribusi pendapatan di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Utara dan
Kota semakin merata maka kebijakan yang dapat dilakukan sampai tahun
2010 adalah realokasi pengeluaran rutin ke pengeluaran Infrastruktur.
Sedangkan di Kabupaten Bengkulu Selatan kebijakan yang sebaiknya
dilakukan sampai tahun 2010 adalah realokasi pengeluaran rutin ke sektor
Pertanian dan Infrastruktur.
9.4. Saran Penelitian Lanjutan
1. Hasil studi menunjukkan kecilnya anggaran APBD yang dialokasikan untuk
pembangunan. Di sisi lain PDRBS dan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke
tahun menunjukkan peningkatan, hal ini menunjukkan adanya anggaran di
luar APBD yang tidak terdeteksi dalam penelitian ini dan berpengaruh pada
perekonomian. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang
pengaruh penggunaan dana dekonsentrasi dan anggaran yang bersumber dari
pihak luar (khususnya investasi swasta) yang disalurkan ke Kabupaten dan
Kota yang pada akhirnya berdampak pada perekonomian daerah.
2. Pembahasan studi ini terbatas pada PDRBS di sisi produksi sedangkan dari
sisi Permintaan Agregat yang menggambarkan kinerja konsumsi, ekspor dan
impor tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu diperlukan penelitian lanjutan
yang membahas dua sisi yaitu sisi produksi (Penawaran Agregat) dan sisi
pengeluaran agregat (Permintaan Agregat).
3. Keterbatasan aspek yang dibahas pada studi ini antara lain belum tercakupnya
aspek politik, kelembagaan, dan administrasi yang dalam implementasi
desentralisasi sangat berperanan penting. Oleh karena itu diperlukan penelitian
lanjutan pada aspek tersebut.
Download