11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1

advertisement
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, Komunikasi adalah
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan
menggunakan simbol-simbol (kata-kata), gambar, figur, grafik, dan sebagainya.
Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. 15
Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa. Komunikasi
massa adalah suatu kegiatan komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak dan
tidak dikenal (anonim) selain itu sifat dari massa yang heterogen dalam latar
belakang ekonomi, budaya dan pendidikan. 16
Menurut Tan dan Wright, dalam Liliweri 1991, komunikasi massa
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak,
bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek
tertentu. 17
Salah satu definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa
dirumuskan Bittner (1980) yang menyebutkan, “Mass communication is messages
communicated through a mass medium to a large number of people (Komunikasi
15
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005,
hal 62
16
Astrid S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1984, hal 39
17
Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005, hal 3
11
12
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah
besar orang)”. 18 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa
adalah komunikasi yang harus menggunakan media massa yakni surat kabar dan
majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; radio dan televisi, yang disebut
sebagai media elektronik; dan media film. Film berperan sebagai sarana baru yang
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu,
serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya
kepada masyarakat umum. 19
Komunikasi massa diartikan umum sebagai proses penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media baik cetak
maupun elektronik. 20 Jadi, sekalipun pesan yang terkandung dalam proses
komunikasi disampaikan kepada khalayak banyak, seperti pada rapat akbar di
sebuah ruangan atau lapangan tertentu yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak
menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.
Jalalludin
Rakhmat
dalam
bukunya
“Psikologi
Komunikasi”,
mendefinisikan komunikasi massa yaitu sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat. 21
Menurut Gerbner (1967), “Mass communication is the technologically and
institutionally based production and distribution of the most broadly shared
18
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
1998, hal 188
19
Denis McQuail, op.cit., hal 13
20
Heri Budianto, Modul Sosiologi Komunikasi
21
Jalaluddin Rakhmat, op.cit, hal 189
13
continousflow messages in industrial societies”. Komunikasi massa adalah
produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan
yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. 22 Dari
definisi tersebut tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan sebuah
produk berupa informasi, pesan-pesan komunikasi yang di produksi dengan
menggunakan teknologi, tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan
sebuah lembaga yang terdiri dari individu-individu yang ahli, kemudian produk
tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus
dalam jangka waktu yang tetap, sehingga komunikasi massa akan banyak
dilakukan oleh masyarakat industri.
Jadi, komunikasi massa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
proses komunikasi yang menggunakan media massa sebagai salurannya, baik
media cetak maupun elektronik, yang disampaikan atau didistribusikan kepada
khalayak luas yang anonim dan heterogen.
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Terdapat lima ciri komunikasi massa, seperti yang disebutkan oleh Prof.
Dr. Onong U. Effendy, M.A dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek”, yaitu: 23
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Tidak seperti komunikasi antarpersonal yang berlangsung dua
arah. Komunikator pada komunikasi massa menyampaikan pesan
22
23
Ibid., hal 4
Onong Uchjana Effendy, op.cit., hal 20-25
14
secara satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima
(khalayak) biasanya berlangsung secara tertunda.
b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan
lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator dalam
komunikasi massa disebut komunikator kolektif karena pesan yang
dihasilkan merupakan hasil kerjasama sejumlah kerabat kerja.
c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarluaskan pada komunikasi massa ditujukan
untuk umum dan mengenai kepentingan umum pula, jadi tidak
ditujukan kepada perseorangan atau pada sekelompok orang tertentu.
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk
menimbulkan keserempakan (stimultanaeity) pada pihak khalayak
yang menonton televisi, khalayak secara serentak dan sesaat menerima
pesan yang diberikan oleh media massa tersebut.
e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota
masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai
sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Khalayak ini
dalam keberadaannya terpencar-pencar, tidak saling mengenal dan
tidak memiliki kontak pribadi, dan masing-masing berbeda dalam
15
berbagai hal yakni jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan
dan sebagainya.
Dari ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam komunikasi
massa harus ada media massa yang berperan sebagai saluran dalam
menyampaikan pesan yang bersifat umum, berlangsung satu arah, respon atau
arus balik dari komunikan bersifat tertunda, didistribusikan secara serempak oleh
komunikator yang melembaga, kepada khalayak yang heterogen.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Joseph R. Dominick dalam bukunya “The Dynamics of Mass
Communication”, fungsi komunikasi massa dapat dibagi menjadi lima, yaitu: 24
a. Pengawasan (surveillance)
Fungsi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan
informasi kepada kita mengenai bencana alam, krisis ekonomi,
ancaman terhadap negara, dan sebagainya.
2) Pengawasan Instrumental (instrumental surveillance)
Pengawasan jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran
informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Contohnya
berita tentang film-film di bioskop, harga kebutuhan pokok, dan
sebagainya.
24
Joseph R. Dominick, The Dynamics of Mass Communication, hal 29-31
16
b. Interpretasi (interpretation)
Fungsi ini erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan.
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data tetapi juga
informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.
Contohnya seperti komentar radio atau siaran televisi, rencana surat
kabar, dan sebagainya.
c. Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang
terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara
langsung oleh saluran perseorangan.
d. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of
values) yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi
perilaku dan nilai-nilai suatu kelompok. Media massa menyajikan
penggambaran masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan, dan
menonton
maka
seseorang
mempelajari
bagaimana
khalayak
berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.
e. Hiburan
Tampak jelas pada televisi, film, dan rekaman suara. Media
massa lainnya seperti surat kabar dan majalah memiliki rubrik hiburan
seperti cerita pendek, cerita panjang, dan cerita bergambar.
17
2.2 Televisi Sebagai Media Massa
2.2.1 Pengertian Televisi
Keberadaan perkembangan arus informasi berjalan secara alamiah sesuai
dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Alfin Tofler dalam bukunya
“The Third Wave”, menjabarkan siklus peradaban manusia dalam tiga kategori
utama, yaitu pertama ditandai dengan penemuan-penemuan di bidang pertanian,
kedua dengan revolusi industri, dan ketiga dikembangkannya revolusi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. 25
Siaran televisi pertama kali dioperasikan di Eropa oleh seorang ilmuwan
bernama Denes Von Mihaly (Jerman) tahun 1928. Ia mengoperasikan televisi
pertama yang diberi nama “Telehor” (tele=berjarak, jauh; horen=mendengar). 26
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus
1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olah raga se-Asia IV
atau Asean Games di senayan. 27 Sejak itu pula stasiun-stasiun televisi mulai
berkembang di Indonesia. Baik stasiun televisi publik, swasta, komunitas, juga
berlangganan.
Siaran televisi adalah pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan
gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara.
Pancaran sinyal ini diterima oleh antena televisi untuk kemudian diubah kembali
menjadi gambar dan suara. Untuk menyelenggarakan siaran televisi maka
diperlukan tiga komponen yang disebut trilogi televisi yaitu studio dengan
25
Ciptono Setyobudi, Pengantar teknik Broadcasting Televisi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005,
hal 1
26
Mila Day, Buku Pinter Televisi, Trilogos Library, Jakarta, 2004, hal 13
27
Heri Budianto, Tayangan Televisi: Antara Kebutuhan dan Kebuntuan Logika,
MediaKom Jurnal Ilmiah, Februari 2008, Volume 1 nomor 1, hal 20
18
berbagai sarana penunjangnya, pemancar atau transmisi dan pesawat penerima
yaitu televisi. 28
Televisi secara harafiah artinya melihat dari jauh. Namun demikian, dalam
pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar
televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (view)
bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima
oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua, televisi
penerima yang menangkap sinyal-sinyal tersebut dan mengubahnya kembali
sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat dan
didengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pesawat televisi adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat dan mendengar
dari tempat yang jauh. 29
Menurut Fred Wibowo dalam bukunya “Dasar-dasar Produksi Program
Televisi”, televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual baru merupakan
medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian
baru masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya
perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah
terpencil. Unsur esensial dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa
verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu, seperti pesan,
informasi, pengajaran, ilmu, dan hiburan. 30
Televisi sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai
waktu. Artinya, televisi dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancarannya
28
Ibid., 20-21
Ciptono Setyobudi, op.cit., hal 2
30
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, Grasindo, Jakarta, 1997, hal 1
29
19
(menguasai ruang) tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai
waktu). 31 Hal tersebut berarti bahwa meskipun televisi mampu memberikan
informasi secara global, serempak kepada khalayak luas, namun televisi tidak bisa
menguasai waktu, atau mengulang proses komunikasi massa yang sudah terjadi
pada waktu tertentu.
2.3 Program Televisi
2.3.1 Pengertian Program Televisi
Kata ‘program’ berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang
berarti
acara
atau
rencana.
Undang-undang
penyiaran
Indonesia
tidak
menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah ‘siaran’ yang
didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai
bentuk. Namun, kata ‘program’ lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di
Indonesia, daripada kata ‘siaran’ untuk mengacu kepada pengertian acara.
Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi
kebutuhan pemirsanya. 32
Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang
atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini pemirsa dan
pemasang iklan. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang
sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan
dalam dunia penyiaran, yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar
31
32
Heri Budianto, op.cit., hal 21
Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakasa,
Tangerang, Agustus 2005, hal 27
20
atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan
mendapatkan pendengar ataupun penonton. 33
Secara umum, program merupakan siaran televisi, sehingga program
adalah benda abstrak yang sangat potensial untuk dipergunakan mencapai tujuan
yang bersifat idil, materil dan komersil. Produksi siaran atau program merupakan
produksi massal yang memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, hiburan
dan pendidikan kepada sebagian besar khalayak dengan biaya yang cukup besar.
Oleh karena pembuatan sebuah program membutuhkan biaya yang cukup besar,
maka sebisa mungkin orang-orang kreatif yang berada dibalik layar televisi harus
berpikir keras untuk membuat sebuah program yang berkualitas, dapat menarik
minat masyarakat, sehingga dapat ‘dijual’ kepada sang pemasang iklan.
Program acara yang disuguhkan di televisi memang sangat bervariasi, hal
tersebut ditujukan untuk memenuhi selera pemirsanya yang beragam. Namun,
mata acara yang ditayangkan di televisi saat ini lebih didominasi oleh program
dalam bentuk hiburan, karena Menurut Dominick kekuatan dominan pada televisi
adalah sebagai medium hiburan.34
Berdasarkan penjelasan di atas, program dapat diartikan yakni sebuah
faktor yang membuat pemirsa merasa tertarik untuk mengikuti siaran yang
dipancarkan oleh stasiun penyiaran, baik radio maupun televisi. Karena program
adalah segala sesuatu yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi
kebutuhan audiensnya, maka keberadaan televisi tidak akan lengkap tanpa
kehadiran program televisi. Dengan sifat televisi yang dapat menghasilkan output
33
34
Ibid., hal 97-99
Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting, Media Pressindo, Yogyakarta, hal 18
21
berupa audio-visual, program-program televisi mampu mengidentifikasi khalayak
pada pesan, informasi dan cerita serta adegan-adegan yang membuat mereka
merasa ‘masuk’ ke dalam situasi secara emosional yang sengaja dibangun oleh
adegan-adegan yang ada di dalam program tersebut.
2.3.2 Jenis-jenis Program Televisi
Stasiun televisi menyajikan berbagai jenis program yang beragam dan
sangat banyak jumlahnya. Pada dasarnya, apa saja bisa dijadikan program untuk
ditayangkan di televisi selama program tersebut dapat menarik minat masyarakat
atau khalayak untuk menonton, tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan
atau peraturan yang berlaku. Dalam membuat sebuah program acara, masingmasing individu yang ada di dalam staff produksi dituntut untuk memiliki
kreativitas yang tinggi agar mampu menghasilkan sebuah program yang menarik
dan terbilang baru atau tidak hanya ikut-ikutan saja.
Berbagai jenis program tersebut dapat dikelompokan menjadi dua bagian
besar berdasarkan jenisnya, yaitu:
a. Program informasi (news)
Dalam pengertian sederhana program news berarti suatu sajian
laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berita (unusual,
factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik.
Pengertian penyajian fakta dan kejadian di dalam berita bersifat
objektif. 35 Program news dapat dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu: 36
35
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, Pinus Book Publisher, Yogyakarta, 2007,
22
1. Hard news (berita keras)
Hard news adalah berita yang mengandung konflik dan
memberi sentuhan-sentuhan emosional serta melibatkan tokoh
masyarakat atau orang termahsyur (high political tension, very
unusual, dan controversial).
2. Soft news (berita lunak)
Soft news adalah berita-berita yang bersangkut-paut dengan
kejadian-kejadian umum yang penting di masyarakat (human
interest).
b. Program hiburan (entertainment)
Program
hiburan
meliputi
beberapa
macam
program
entertainment baik berupa musik, drama, permainan (game show),
pertunjukan (variety show). Setting atau tempat penyajian program
dapat indoor, di dalam studio khusus atau gedung pertunjukan, dapat
juga outdoor, di lapangan terbuka dengan panggung pertunjukan. 37
2.4 Program Musik
Program musik merupakan salah satu jenis dari program hiburan. Dimana
program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur
audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. 38
hal 132
Ibid., hal 135-136
37
Ibid., hal 58
38
Morissan, op.cit., hal 219
36
23
Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip atau
konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor)
ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat
ditentukan dengan kemampuan artis menarik audien. Tidak saja dari kualitas
suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi
lebih menarik. 39
Menurut Vane-Gross dalam buku Morisson, programmer yang ingin
menyajikan pertunjukan musik haruslah cermat. Mereka harus memilih artis yang
memiliki daya tarik demografis yang luas, menyajikan sebanyak mungkin
dukungan visual, dan tidak membiarkan suatu gambar ditampilkan terlalu lama. 40
Dengan demikian, programmer yang ingin menyajikan acara musik harus
mempertimbangkan beberapa hal agar acara itu bisa mendapatkan sebanyak
mungkin audien, yaitu: 41
a. Pemilihan artis yang memiliki daya tarik demografis yang besar,
misalnya artis yang memiliki banyak penggemar pria atau artis yang
digandrungi para wanita, kelompok remaja (ABG), kalangan orang
tua.
b. Pengambilan gambar yang menarik secara visual. Televisi harus
menampilkan sebanyak mungkin gambar pendukung dan tidak
membiarkan suatu pengambilan gambar (sekuen) yang terlalu lama.
c. Pertunjukan
adalah
program
yang
menampilkan
kemampuan
(performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik
39
Ibid., hal 219
Ibid
41
Ibid
40
24
distudio ataupun diluar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun
diluar ruangan (outdoor).
2.5 Model S-O-R
Model S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari
psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu
manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen yaitu sikap, opini, perilaku,
kognitif, afektif, dan kognitif. Menurut stimulus response ini efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang
dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan.
Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah Pesan (Stimulus, S) Komunikan
(Organis, O) Efek (Response, R). Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa
sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menempa benar-benar melebihi
semula. Mengutip pendapat Hovland, Jnis dan Kelley yang menyatakan bahwa
dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel yaitu, perhatian, pengertian,
dan penerimaan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan
mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komuniasi akan berlangsung jika ada
perhatian dari komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah
komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk
mengubah sikap. 42
42
Prof. Deddy Mulyana, M. A., Ph. D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2008. Hal 143- 145
25
2.6 Riset Khalayak (Audience Research)
Secara terminologis, research berarti mencari. Pengertian operasionalnya
adalah upaya untuk mencari data yang dapat diinterprestasikan menjadi informasi
yang dibutuhkan. Sedangkan audience adalah masyarakat yang menggunakan
media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bemedianya. Jadi, audience
research adalah upaya untuk mencari data tentang khalayak (sebagai pengguna
media massa). Adapun data yang dicari melalui riset khalayak dikelompokan ke
dalam audience profile, media exposer, audience rating, efek komunikasi
bermedia. 43
2.6.1 Profil Audiens (Audiece Profile)
Data mengenai profile audiens mencakup variabel-variabel :
1. Sex (Jenis Kelamin)
Pencarian data pemirsa melalui jenis kelamin, laki-laki atau perempuan.
2. Age (Umur)
Pencarian data pemirsa melalui tingkatan umur.
3. Education Level (Tingkat Pendidikan)
Pencarian data pemirsa melalui tingkatan pendidikan.
4. Income (Pendapatan)
Pencarian data pemirsa melalui besar kecilnya pendapatan.
5. Occupation (Kedudukan / Jabatan)
Pencarian data pemirsa melalui tingkatan kedudukan atau jabatan.
43
Endang S. Sari, Audiece Research, Pengantar Studi Penelitian Terhadap Pembaca, Pendengar,
dan Pemirsa, Yogyakarta, 1993, hlm. 28-30
26
6. Media Ownership (Pemilikan Media)
Pencarian data pemirsa melalui kepemilikan media, media apa saja yang
dimiliki sebagai sarana mendapatkan informasi. 44
Dari data tersebut dapat diketahui gambaran audience suatu media massa
atau audiece suatu acara tertentu, dan dari berbagai variabel dalam audience
profile ini dapat di korelasikan dengan variabel-variabel lainnya sesuai dengan
kepentingan penelitian sehingga tujuan peneliti dapat dicapai.
2.6.2 Terpaan Media (Media Exposure)
Terpaan Media (Media Exposure) berusaha mencari data audience tentang
penggunaan media, baik jenis media, frekensi penggunaan, maupn durasi
penggunaan (longevity). Penggunaan jenis media meliputi media audio, audiovisual, print media, kombinasi media, audio dan media audio-visual, media dan
print media. Frekuensi penggunaan media mengumplkan data adien tentang
berapa kali (hari) sesorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk
meneliti program harian), berapa kali (minggu) seseorang menggunakan media
dalam satu bulan (untuk program mingguan dan tengah bulanan), serta berapa kali
(bulan) seseorang menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulan).
Dari ketiga pola ini yang sering dilakukan adalah pengukuran frekuensi program
harian (berapa kali dalm seminggu). Sedangkan pengukuran variabel durasi
penggunaan media menghitung berapa lama audien bergabung dengan suatu
44
Ibid
27
media (berapa jam perhari), atau berapa lama audien mengikuti suatu program
(berapa menit audien mengikuti suatu acara / audience’s share on a program). 45
2.6 Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh mengineraan.penginderaan
adalah merupakan suatu proses diterimanya stmulus oleh individu melalui alat
penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti disitu saja. Pada
umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan
syaraf, dan proses selanjtnya meraupakan proses persepsi.karena itu proses
persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, proses penginderaan
merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan
terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai
dirinya melalui alat indera. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian
diorganisasikan, di interpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang
diinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. 46 Persepsi secara
umum dipengaruhi oleh asumsi (sering dalam kondisi tidak sadar), harapan
budaya, kebutuhan, suasana hati, dan perilaku. 47
Proses persepsi, terdapat dua tahapan, antara lain perhatian (attention) dan
penafsiran (interpretation). Kemudian setelah tahap tersebut akan muncul suatu
respon yang disebut kognitif.
45
Ibid
Walgito. Psikologi Sosial, Yogyakarta, 2003, hal 53
47
Werner J. Severin & James W. Tankard, Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan di
Dalam Media Massa, Jakarta, 2008, hal 89
46
28
A. Perhatian (attention)
Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian (attention)
perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli
menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat
indera yang lain. 48
Manusia akan lebih memperhatikan hal-hal yang dianggap menarik dari
pada yang tidak menarik. Apa yang menjadi perhatian kita, kadang-kadang
dapat lolos dari perhatian orang lain. Kita cenderung memperhatikan halhal tertentu yang penting dan diminati saja. Kita cenderung menonton
program atau acara di televisi atau film tertentu, hal-hal seperti ini akan
menentukan kita untuk menaruh perhatian.
B. Penafsiran (interpretation)
Persepsi juga sering disebut dengan tindakan memberi makna melalui
indera-indera kita untuk menafsirkan suatu informasi dalam bentuk yang
lebih berarti. Penafsiran merupakan proses dimana penerima memberi arti
terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan
melihat konteksnya, dan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten
dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi.49
Setiap makna yang timbul akan berbeda-beda dengan individu lainnya
dalam
menafsirkan
informasi.
Hal
ini
karena
setiap
individu
mengorganisasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan kenyataan
48
Ibid. Hal 146
David A. Aaker and John G Mayer. Advertising Management. New Jersey: Prentice Hall Inc.
1996. hal 218
49
29
yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, ragam penafsiran akan muncul
pada setiap individu walaupun stimulinya sama.
C. Pengetahuan (kognitif)
Kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsikan khalayak. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. 50
Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu
khalayak
dalam
mempelajari
informasi
yang
bermanfaat
dan
mengembangkan keterampilan pengetahuannya (kognitif), melalui media
massa, dapat diperoleh berbagai informasi tentang tempat yang belum
pernah dikunjungi orang, teknologi baru atau benda. Pada saat
mempersepsikan, hal ini berkaitan dengan kebutuhan kognitif, yaitu usaha
untuk memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang
lingkungan eksternal.
2.7 Khalayak
2.7.1 Pengertian khalayak
Khalayak (audience) merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi.
Ukuran keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan adalah apabila pesanpesan yang disampaikan melalui saluran / medium yang diterima sampai pada
50
Elvinaro Ardianto & Lukiati K. M. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. hal 52
30
khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif dalam arti sesuai
dengan harapan komunikator. 51
Dengan demikian pengertian khalayak disini adalah sekumpulan orang
yang terorganisir pada waktu dan tempat tertentu, dimana masing-masing secara
sukarela datang ke suatu tempat tertentu, dimana masing-masing secarta sukarela
datang ke suatu tempat tertentu, memiliki perhatian yang sama serta tujuan yang
lebih kurang sama, yaitu ingin memperoleh kesenangan. 52
2.7.2 Krakteristik Khalayak
Khalayak memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.
Khalayak sebagai Penggarap Informasi
Pada dasarnya proses pengolahan informasi yang terjadi pihak penerima
bersifat selektif. Pihak penerima pesan pada saat berhadapan dengan
bentuk informasi tentu akan melakukan decoding. Isi pesan tidak akan
dicerna atau diolah karena tidak masuk dalam kerangka pengetahuan dan
pengalaman hidupnya atau karena dipandang tidak sesuai dengan
keperluan, minat dan keinginannya.
2.
Khalayak Sebagai “Problem Solver”
Khalayak jelas tidak terlepas dari permaslahan kehidupan yang mereka
hadapi. Mereka juga akan selalu berupaya mencari cara pemecahannya.
Dengan demikian informasi atau pesan uang dipandang tidak membantu
51
52
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Jakarta, 2009, Graha Ilmu, hal 139
Ibid
31
mereka dalam memecahkan masalah atau mungkin penambah kesulitan
baru, jelas tak akan dapat perhatian mereka.
3.
Khalayak Sebagai mediator
Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada khalayak
sasaran secara langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran
informasi bisa melalui barebagai tahap dan barisan.
4.
Khalayak yang Mencari Pembela
Seseorang memilih suatu medium tertentu dengan alasan bahwa informasi
yang di peroleh dari medium tersebut mampu mendukung atau
memperkuat keyakinannya.
5.
Khalayak Sebagai Anggota Kelompok
Sebagai makhluk sosial, seorang individu juga terikat oleh nilai-nilai
kelompok yang diikutinya, baik secra formal maupun informal.
6.
Khalayak Sebagai Kelompok
Penyajian informasi/pesan dengan sendirinya akan disesuaikan dengan
kondisi dan karakteristik dari kelompok khalayak sasaran.
7.
Selera Khalayak
32
Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya, terlebih dahulu perlu
diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan
dituju. Selera khalayak ini biasa berubah-ubah. 53
53
Ibid
Download