PEMBUATAN P.O.P.O.P UNTUK DIGUNAKAN PADA SINTILATOR CAI RAN Oleh: LlEM SENG KWIE dan DEI BAN LIANG Laboratorium Kimia Organik Institut Teknologi Bandung dan Pusat Reaktor Atom Bandung PEMBUATAN P.O.P.O.P. P.O. P.O. P. atau 1,4_di 2_(5_feniloksazolil) benzena digunakan sebagai sin.ilator netron don dapat dibuat dengan mereaksikan fenasilamina hidrochlorida dengan tereftalil chlorida, dimana akan terbentuk difenasil tereftalamida. Siklisasi difenasil tereftalamida dengan fosfor oksichlorida menghasilkan P.O.P.O.P. Baik tereftalil chlorida maupun fenasilamina tidak tersedia sehingga harus dibuat sendiri. Tereftalil chlorida akan dibuat dari p_silena dengan mengoksidasikan p-silena tersebut men_ jadi asam tereftalat. Pada reaksi antara asam tereftalat dengan tionil chlorida akan terbentuk tereftalil chlorida. Penasil amino dapat dibuat dengan berbagai_bagai cora yang semuanya menggunakan asetofenon. Jika asetofenon direaksikan dengan amonium format menurut reaksi leuckart, akan dibentuk _feniletil amina dan ini akan menghasilkan fenasil amina jika di_ reaksikan dengan t_butil hipochlorit. Dari asetofenon dapat juga dibentuk w_bromoasetafenan yang pada reaksi dengan heksamin akan menghasilkan fenasil amina. Pada cora ketiga aseto_ fenon direaksikan dengan asam nitrit menghasilkan isonitroasetofenon yang pada reduksi dengan stanno chlorida akan membentuk fenasil amino. Ketiga cara pembuatan ini telah/sedang di_ laksanakan untuk menentukan cara yang terbaik dan termurah. PENGANTAR P.O. P.O. P. atau 1.4_di [2_ (5-fenilaksazalil) ) benzena ialah salah satu komponen atau zat terlarut sekunder, yang dipergunakan dalam sintilator cairan dan berfungsi sebagai penggeser (Shifter) panjang gelombang. Seperti biasanya sintilator cairan, ter_ diri atas tiga komponen yaitu : pelarut; zat terlarut primer dipergunakan sebagai zat aktip; zat terlcrut sekunder _ dipergunakan untuk mempertinggi efisiensi, karena zat ini dapat mengubah panjang gelombang foton yang dipancarkan oleh sintilator primer kepanjang gelombang yang lebih sesuai dengan tabung pelipat ganda foton yang di_ pergunakan, sehingga deteksi dan pengukuran dapat dilakukan dengan lebih efisien. Biasanya P.O.P.O.P. digunakan pada sintilator cairan dalam jumlah yang kedl, tetapi senyawa tersebut harus benar_benar murni, karena pada umumnya detektor sinti_ lasi sangat sensitip. Selain senyawa tersebut diatas masih ada senyawa_senyawa organik lain, yang dapat dipergunakan untuk sintilator cairan seperti p_terfenil; 2,5_difenil oksazol dan senyawa_senyawa poliaril yang terbentuk dari inti_inti aromatik yang saling 34 berikatan don mempunyai konfigurasi linier. Sebagai pelarutnya dapat dipergunakan alkibenzen (seperti toluen, ksil en); dioksan; naftalen don jenis_jenis pelarut lain_ nyo, bergantung kepada kebutuhannya. P.O.P.O.P. dibuat dengan melalui ~eberapa tingkat reaksi. Pertama_tama dengan mereaksikan fenasilamina hidrochlorida dengan tereftalil chlorida don menggunakan piridin sebagai pelarut pada suhu refluks untuk beberapa soot, dimana akan terbentuk N, N'-difenasil tereftalamida. Persamaan reaksi: o 0 H2 OC-CH2-N.HCI II hidrochlorida o 0) r " H2 CI-C-Q-C-CI II II + fenasilamina ~ 0 tereftaliJ H 0 + 0 C'4.N-CH2-CD II~ chlorida fenasiJamin 0 H 0 hidrochlorida -,--- Oil ~_'\ C-CH2-N-C-oC-N-CH2-CV_" ~II OH II~ N, N'-difenasiJ OH OH H tereftalamida H OH ' ~ o-C=C-N=C-Q-~=N-t=~-o iso _ N, N'-difenasil tereftalamida N, N'_difenasil tereftalamida bertautomerisasi dengan iso_N, N'-difenasiJ tereftalamida. Dengan senyawa yang terakhir ini dilakukan siklisasi dengan menambahkan fosforoksi _ chlorida, kemudian campuran direfluks selama beberapa jam. Akhirnya akan dihasilkan P.O.P.O.P. atau 2.4_di [2_(5-feniloksazoliJ)] benzen. 0-,,' OH H OH OH H OH I' I ~_'\ C=C-N=C-Q-C=N-C=C-o iso _ N, N'_difenasil N POCI3 tereftalamida N o-[]-Q-QJ-o o 2.4_di [2_(5_feniloksazolil)] 0 benzen Baik tereftalil chlorida maupun fenasilamina hidrachlorida harus dibuat dulu. Tereftalil chlorida dapat dibuat dari p-ksilen. p-ksilen dioksidasi dengan campuran Natrium di_ chromat don asam sulfat pekat menjadi asam tereftalat, kemudian asam tereftalat dire_ aksikan dengan tianil chlorida akan menghasilkan tereftalil chlorida. Finasilamina dapot dibuat dengan berbagai_bagai cora yang semuanya menggunakan asetofenon : 1. melalui cora a_ feniletil amino; 2. melalui cora w_ bromoasetofenon; 3. melalui isonitrosoasetofenon. Finasilamina yang dibuat melalui cora a -feniletilamina telah dikerjakan, hanya hasilnya masih kurang murni, don akan disel idiki lebih lanjut, ~ehingga mencapai tingkat kemur_ nian yang diinginkan. Ketiga cora pembuatan fenasilamina sedang dilanjutkan don di_ selidiki, untuk menentukan cora yang terbaik don termurah. Detektor sintilasi baru akhir_akhir ini dipergunakan secara luas setelah perkembang_ an tabung pelipat ganda foton. Tabung tersebut agak peka don sanggup mencatat lebih dari sejuta denyut tiap detik. Jelaslah bahwa detektor sintilasi mempunyai kelebihan_ kelebihannya dibandingkan dengan detektor_detektor lainnya. Selain itu detektor sintilasi 35 dapat membedakan bermacam_macam jenis radiasi, mengukur enersi radiasi, sedangkan bcntuk don ukuronnya dapat disesuaikan derean efisiensi detektor yang di ingi nkan. Seperti lazimnya, bahwa sintilator dapat digunakan dalam bentuk kristal atau larut_ an. Salah satu kelebihan sintilator cairan dibandingkan terhadap sintilator kristal ialah kemungkinan memperoleh voluma besar, yang sukar dilakukan dengan kristal. Selain itu efisiensi pencacahan dapat dipertinggi dengan jalan melarutkan cuplikan kedalam larutan sintilator. Terutama untuk sumber beta lemak (seperti pada H3, C14, S35), cara ini sangat menguntungkan, karena faktor _ faktor seperti serap sendiri dan geometris dapat dikurangi. Selain itu karena persentuhan langsung antara sintilator dan sumber, maka efisiensi akan mendekati 100%. Sedangkan keburukannya pada pelarutan langsung ini ialah : 1. tidak semua zat dapat larut dalam pelarut. 2. Kemungkinan terjadinya pemadaman (quenching), karena sumber meresap kembali foton yang dipancarkan oleh sintilator. Seringkali efek pemadaman ini dapat dikurangi dengan memilih pelarut yang tepat dan menambahkan zat lain untuk mengurangi pengaruh pemadaman. Prosedur pembuatan Seperti telah dijelaskan diatas, dalam pembuatan P.O.P.O.P. ini, harus melalui beberapa tingkat. Disini hanya akan diberikan prosedur pembuatan dua tingkat terakhir, karena dianggap bahwa dua tingkat terakhir tersebut adalah yang paling penting dan perlu diuraikan. N,N'-difenasil tereftalamida Kedalam larutan 12,5 gr (0,062 mol) tereftalil chlorida dalam 150 ml piridin kering ditambahkan perlahan-Iahan 21,5 gr (0.125 mol) fenasilamina hidrochlorida sambil di_ aduk. Campuran ini direfluks selama 20 menit, kemudian dibiarkan sampai dingin dan diencerkan dengan air. Hasil yang masih kotor tersebut disaring, dikeringkan dan di_ rekristalisasi dengan piridin. Hasilnya sebanyak 6,9 gr. N.N'_difenasii tereftalamida. 1.4-di 2-(5-fenilaksazolil) benzena (P.O.P.O.P) Campuran 6.75 gr. (0.017 mol) N.N'_difenasii tereftalamida dengan 250 ml fosfor oksiehlorida direfluks selama 16 jam, kemudian fosfor oksiehlorida yang kelebihan di_ suling sebanyak mungkin dari eampuran reaksi. Sisanya ditambahkan periahan_lahan kedalam air, zat padatnya disaring, dieuei dengan air, dikeringkan dan direkristalisasi dengan piridin. Hasil akhir sebanyak 4.2 gr. P.O.P.O.P. atau l.4-di 2_(5_feniloksa_ zolil) benzen. Kemurnian TITIK LELEH Nama zat fenasilamina tereftalil hidrochlorida Chlorida P.O.P.O.P. Hasil pembuatan Pustaka 179° _182.50C 179° _ 1820 C 186.6°C dee. 80° _ 820 C 80° _ 83.5° C 2080 _215° C 205° _214°C PENELAAHAN Dalam sintesa P.O.P.O.P. ada beberapa senyawa antara misalnya Ci _feniletil amina, dan tert _ butil hipochlorit yang sangat peka terhadap udara, eahaya, dan terhadap propkaret. M~ka seharusnya pembuatan P.O.P.O.P. dikerjakan den3an menggunakan 36 clot_olot yong serbo gelos don tertutup, sehinggo sedopat mungkin tak berhubungan dengan udara. Pula untuk menyimpan senyawa antara, sebelum dipergunakan sebaiknya dipergunakan botol_botol gelas yang berwarna, untuk mengurangi pengaruh cahaya. Dalam mengerjakan pembuatan P.O. P •O. P• tersebut, sedapat mungki n diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat yang telah diuraikan diatas. DAFT AR PUST AKA 1. Dr. A. AMIRUDDIN, Kimia inti Radiokimia don penggunaan Radioisotop, I.T.B., 1965, P.P.118, 144, 146,147. 2. R. M. ACHESON, An Introduction to the Chemistry of Heterocylic Compounds, Interscience Publischer, Inc., New York, 1960, PP. 270_272. 3. "Beilsteins Handbuch der Organischen Chemie ", 4 aufl, 1 Erg_Werk., Bd., XIV, PP.49,368. 4. "Beilsteins Handbuch der Organischen Chemie", 4 auff, 1 Erg_Werk., Bd., VII, P. 671. 5. DONALD G. ATT, et 01., J. Am. Chem. Soc., 79, 5448 (1957). H. FRIEDLANDER and J. W. KENEDY, Nuclear and Radiochemistry, Wiley, 6. New York, 1960, P.238. 7. F. N. HAYES, et 01., J. Am. Chem. Soc., 74 1106 (1952). 8. MARTIN D., et 01., J. Am. Chem. Soc., 82, 2282 (1960). 9. F. NEWTON NAYES, et 01., J. Am. Chem. Soc., 77,1850 (1955). 10. E. RAYALS, Advanced Organic Chemistry, 4th printing, 1959, PP. 650, 651. 11. H. M. TEETER, et. 01., Organic Synthoses, 32, 20 (1952). 12. I. VOGEL, Practical Organic Chemistry, 3rd ed, Longmans London 1961, PP. 714, 721, 567. c. DISKUSI PRIJANA Koreksi: sintillator P.O.PoO.P. tidak hanya dipergunakan sebagai penggeser gelombang cairan tetapi iuga pada sintillator padat (seperti polystyrene). padc 37