BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bagian dari fungsi manajerial yang terdapat pada perusahaan, yang memiliki peranan yang penting. Di samping fungsi manajerial lainnya dalam perusahaan seperti manajeman pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen operasional, manajemen strategik, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan menitikberatkan pada pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan atau pihak lain, dengan tujuan untuk mendapatkan laba yang maksimal. 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting di samping fungsi operasional lainnya seperti Manajemen Pemasaran, Manajemen Operasional, dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, dan mencari dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana, serta pendistribusian dana dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat dari Irawati (2006 : 1), bahwa manajemen keuangan dapat diartikan sebagai berikut : “Seluruh aktivitas atau kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dan pengalokasian dana tersebut perusahaan.” secara efisien dalam memaksimalkan nilai Sedangkan manajemen keuangan menurut Prawironegoro (2006 : 1) : “Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.” Sedangkan menurut Gitman (2005:4), adalah : “ Managerial finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non financial, private and public, large and small, profit-seeking and non-for-profit. They perform such varied financial tasks as planning, extending credit to customers, evaluating proposed large expenditures, and raising money to fund the firm;s operations”. Menurut pengertian diatas manajemen keuangan adalah menyangkut tugas manajer keuangan di dalam perusahaan. Manajer keuangan secara aktif mengatur urusan dari berbagai macam tipe dari bisnis keuangan dan bukan keuangan, pribadi dan masyarakat, besar dan kecil, mencari keuntungan ataupun tidak mencari keuntungan. Mereka melakukan berbagai macam perencanaan keuangan, perpanjangan kredit kepada pelanggan, penilaian usulan penggunaan beban yang besar dan meningkatkan dana untuk membiayai perusahaan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah aktivitas perusahaan yang biasa dilakukan oleh manajer keuangan guna mendapatkan dana untuk membiayai jalannya perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana dalam perusahaan maupun dana dari luar perusahaan ke dalam berbagai bentuk investasi. Keputusan investasi ini yang diharapkan dapat memperoleh laba. Selain itu, aktivitas perusahaan juga meliputi keputusan mengenai kebijakan deviden, dimana keputusan ini menentukan persentase dari keuntungan neto yang akan dibayarkan sebagai cash dividend, penentuan stock dividend, dan pembelian kembali saham. Manajer keuangan juga mengatur berbagai urusan dalam perusahaan untuk memperlancar jalannya perusahaan khususnya dalam bidang keuangan. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Prinsip manajemen keuangan perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun dalam menggunakan dana harus didasarkan pada perkembangan efisiensi dan efektivitas. Dengan demikian manajemen keuangan tidak lain adalah menyangkut kegiatan perencacnaan, analisis dan pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana. Fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2001:5) adalah: a. Keputusan investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. b. Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumbersumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. c. Keputusan dividen, deviden merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu, dividen ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. 2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Maka tujuan dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham (Sutrisno, 2003:5). 2.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Proses akuntansi adalah suatu proses pengumpulan data keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi didalam perusahaan melalui perngukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang relevan dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan yang akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, berikut dikemukakan pengertian laporan keuangan menurut Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis yang diterjemahkan oleh Munawir (2002:5) : “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanperseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan)”. Laporan keuangan menurut Bambang Riyanto (2001:327) yaitu: “Laporan finansial (Financial Statement), meberikan ikhtisar mengenai keadaan finansiil suatu perusahaan, dimana neraca (Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi dan laba (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun”. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut Bernestein dikutip oleh Harahap (2004:194) sebagai berikut: 1. Screening Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. 3. Forecasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. 4. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan. 5. Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Disamping tujuan di atas, laporan keuangan juga memiliki fungsi sebagai pertangggungjawaban bagi manajemen kepada semua pihak yang menanamkan dan mempercayakan pengelolaan dananya dalam perusahaan tersebut terutama kepada pemilik. 2.2.3 Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Laporan keuangan tidak dapat menyediakan seluruh informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Maka ada pihakpihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, yaitu: 1. Investor Penanam modal berisiko dan penasehat-penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dan investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka dalam memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama apabila mereka terlihat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya, berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dan berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada peranan modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 2.2.4 Jenis-jenis Laporan Keuangan Agar laporan keuangan dapat mencapai tujuannya dalam memenuhi kebutuhan pemakai, cara penyajiannya harus berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum. Adapun jenis-jenis laporan keuangan menurut Harahap (2002:106) sebagai berikut: 1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2. Pehitungan Laba Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan Laba Rugi pada perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana 4. Laporan Arus Kas dalam satu periode 5. Laporan Harga Pokok Produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang 6. Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan Perubahan Modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan 8. Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan . Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas. 2.2.5 Analisis Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna, apabila hanya dilihat secara sepintas saja. Laporan keuangan baru dapat memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan. 2.2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Salah satu tugas manajemen setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahaannya. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun dan sebaiknya laporan keuangan itu adalah laporan yang diyakini kewajarannya. Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan keuangan. Untuk menjelaskan kata ini, maka penulis dapat menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Menurut Harahap (2002:189) pengertian analisis laporan keuangan adalah: “Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil”. “Sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laba rugi, dan arus kas (dana)”. Jika kedua pengertian ini digabungkan maka anilisis laporan keuangan menurut Harahap (2002:190) adalah: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan tajam, dengan teknik tertentu. Oleh karena itu kegunaan atau manfaat analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada kemampuan dan keterampilan analisisnya dalam mengintepretasikannya. 2.2.5.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan. Salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan menurut Harahap (2002:195) sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada dalam terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Munawir (2002:31) tujuan dari analisis laporan keuangan adalah untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan posisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data-data yang disajikan dalam laporan keuangan akan lebih bermakna jika disajikan untuk dua periode atau bahkan lebih dari dua periode. Hal ini dilakukan sebagai bahan perbandingan diantara tahun-tahun sebelumnya, sehingga akan diperoleh data yang dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. 2.3 Rasio Keuangan Seorang penganalisa laporan keuangan dapat menggunakan rasio keuangan untuk mengukur besarnya kemampuan perusahaan. Dengan membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis selama beberapa periode, penganalisa dapat membuat penilaian atau pendapat yang lebih realistis. 2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis di bidang manajemen keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maupun hasil-hasil usaha perusahaan pada satu periode tertentu dengan membandingkan dua variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba-rugi. Menurut Bambang Riyanto (2001:329) : “Ukuran yang sering digunakan dalam analisa financial adalah “rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial”. Dari keterangan diatas, dapat diartikan bahwa rasio keuangan berguna untuk mengungkap kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan, serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk selama suatu waktu. Hal ini akan membantu bagi investor, kreditor dan pemakai lainnya yang potensial dalam menilai ketidakpastian penerimaan dari dividend dan bunga di masa yang akan datang. Maka manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun para investor akan dapat melakukan tindakan, setelah menilai kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan melakukan penilaian terhadap nilai saham perusahaan. 2.3.2 Jenis Rasio Keuangan Rasio dapat dilihat menurut kebutuhan penganalisa, termasuk pengelompokkan rasio keuangan. Ada dua penggolongan jenis-jenis rasio keuangan menurut Bambang Riyanto (2001:330) yaitu: 1. Ditinjau dari sumber data a. Financial Analysis Ratio (Balance Sheet Ratios) b. Operating Analysis Ratio (Income Statement Ratios) c. Operating Financial Analysis Ratio (Inter-Statement Ratios) 2. Ditinjau dari tujuan/ informasi kondisi keuangan a. Rasio Likuiditas b. Rasio Profitabilitas c. Rasio Leverage d. Rasio Aktivitas e. Rasio Penilaian 2.3.3 Analisis Rasio Keuangan Setelah mengadakan pengukuran terhadap laporan keuangan dan diperoleh rasio-rasio yang akan diinterpretasikan, analisis laporan keuangan dalam mengadakan analisis rasio keuangan perusahaan menurut Bambang Riyanto (2001:329) dapat dilakukan dengan 2 macam cara pembandingan yaitu: 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktuwaktu yang lalu (histories ratios) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/ratio standarad) untuk waktu yang sama. 2.3.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Dalam melakukan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan. Penganalisis memerlukan alat bantu untuk mengukur kelemahan atau hambatan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan. Alat bantu yang digunakan salah satunya adalah analisis rasio. Analisis rasio merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu dari berbagai alat analisis keuangan yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan atau kekuatan perusahaan di bidang keuangan. 2.3.3.2 Rasio Sebagai Alat Analisis Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasiorasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laba rugi. Penggolongan rasio yang digunakan untuk mengukur rasio keuangan perusahaan, menurut Sutrisno (2003:247) analisis rasio dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1. Rasio Likuiditas atau Liquidity Ratios Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. 2. Rasio Leverage atau Leverage Ratios Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. 3. Rasio Aktivitas atau Activity Ratios Rasio-rasio untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. 4. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratios Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. 5. Rasio Penilaian atau Valuation Ratios Rasio ini mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya. 2.4 Profitabilitas 2.4.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Susan Irawati (2006:25): “Rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan”. Sedangkan Bambang Riyanto (2001:331), berpendapat bahwa: “Rasio-rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (Profit Margin On Sales, Return On Total Assets, Return On Net Worth dan lain sebagainya)”. Kemampulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban akhir tentang afektivitas manajemen perusahaan, rasio ini member gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Agnes Sawir, 2003:17). 2.4.2 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan, semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Agnes Sawir (2005:31) rasio profitabilitas terdiri dari: 1. Return On Assets (ROA) Analisis Return On Assets dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu (Mamduh, 2004:42). Return On Assets = x 100 % 2. Return On Equity (ROE) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income ditinjau dari sudut Equity Capital-nya. Semakin tinggi rasio, semakin baik hasilnya. Menurut Gitman (2000:145), ROE dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Return on Equity = x 100% 3. Return On Investment (ROI) Yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto (Bambang Riyanto, 2001:335). ‘ Return On Investment = x 100% 4. Net Profit Margin Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari sudut operating income-nya. Semakin tinggi rasio, semakin baik hasil yang ditunjukkannnya. Net Profit Margin = x 100% 4. Operating Profit Margin Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari pendapatan usaha. Operating profit Margin = x 100% 5. Gross Profit Margin Rasio ini untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari operasi usahanya yang murni. Semakin tinggi rasionya, maka semakin baik hasilnya. Gross Profit Margin = x 100% 6. Earning per Share (EPS) EPS adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan. Earning Per Share = ! 2.5 Likuiditas 2.5.1 Pengertian Likuiditas Struktur kekayaan suatu perusahaan sangat erat hubungannya dengan struktur modal. Jika kita menghubungkan antara aktiva dengan pasiva, maka banyak diperoleh gambaran tentang keadaan finansial suatu perusahaan dan dapat diketahui keadaan atau tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jenis alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kekuatan membayar, semuanya tergantung pada manajemennya masing-masing. Penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu hal yang vital, karena tingkat likuiditas perusahaan ini dapat mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Agar lebih jelas dan memahami lebih lanjut tentang arti likuiditas, maka berikut ini ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan tentang arti dari likuiditas. Bambang Riyanto (2001:26) berpendapat bahwa: “Likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu pihak dengan jumlah utang lancar di lain pihak (likuiditas badan usaha), juga dengan pengeluaran-pengeluaran untuk menyelenggarakan perusahaan di lain pihak (likuiditas perusahaan)”. Sedangkan menurut Sutrisno (2003:247) sebagai berikut: “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi”. Menurut pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansial dalam jangka pendeknya yang akan jatuh tempo tepat pada waktunya, sehingga kondisi suatu perusahaan yang likuid dapat diketahui dengan melihat kemampuan mempertahankan jumlah aktiva lancar yang lebih besar jika dibandingkan dengan kewajibannya. 2.5.2 Jenis-jenis Likuiditas Likuiditas dapat dilihat dari kewajiban kepada kreditur dan kewajiban kepada proses produksi. Bambang Riyanto (2001:26) menjelaskan bahwa likuiditas ada dua jenis, yaitu: 1. Likuiditas Badan Usaha 2. Likuiditas Perusahaan Suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “likuid”, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban finansialnya adalah “ilikuid”. Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada kreditur dinamakan “likuiditas badan usaha”. Dengan demikian maka likuiditas badan usaha berarti kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban finansial untuk menyelenggarakan proses produksi, maka dinamakan “likuiditas perusahaan”. 2.5.3 Rasio Likuiditas Rasio-rasio likuiditas berguna untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan tersebut. Menurut Bambang Riyanto (2001:332), rasio likuiditas dapat diukur dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: 1. Current Ratio Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Mengingat bahwa current ratio adalah angka perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar, maka setiap transaksi yang mengakibatkan perubahan jumlah aktiva lancar atau utang lancar baik masing-masing atau keduanya akan dapat mengakibatkan perubahan current ratio, yang akan mengakibatkan perubahan tingkat likuiditas. Current Ratio = "# x 100% 2. Cash Ratio Yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini hanya membandingkan antara kas, efek dan utang lancar. Cash Ratio = !$%&# "# x 100% Semakin besar rasio kas (cash ratio) berarti jumlah uang tunai yang tersedia semakin besar, tetapi bila rasio kas terlalu tinggi akan mengurangi produktivitas perusahaan dalam meningkatkan rate of return. 3. Quick Ratio Yaitu rasio yang memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan untuk membiayai hutang dengan tidak memperhitungkan persediaan. Quick Ratio = ' "# x 100% Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. 4. Working Capital to Total Assets Ratio Yaitu rasio yang menentukan posisi dari besarnya modal kerja yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan. Working Capital to Total Assets Ratio = "# x 100 % 2.6 Saham Salah satu instrumen pasar modal yang diperdagangkan di pasar modal adalah saham, saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup popular diperjualbelikan di pasar modal. 2.6.1 Pengertian Saham Saham secara sederhana dapat didefinisikan sebagai salah satu dana yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus memberikan kontra terhadap modal keuangan dalam bentuk dividend dan apresiasi harga saham. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001:5) : “Saham adalah sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut”. Sedangkan menurut Sutrisno (2001:114) : “Saham adalah surat bukti kepemilikan memberikan penghasilan tidak tetap”. perusahaan yang Berdasarkan pengertian diatas, saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan dimana keuntungan yang akan diterima pemegang saham tidak pasti. 2.6.2 Jenis-jenis Saham Saham terdiri dari saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Mishkin dan Eakins (2000:297) menjelaskan bahwa: “There are two types of stock, common and preferred. A share of common stock in a firm represent an ownership in that firm. Common stockholders vote, receive dividends, and hope that the price of their stock will rise… Preferred stock is a form of equity from legal and tax standpoint”. Dari penjelasan diatas, menyatakan bahwa ada dua jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen. Pembagian saham biasa dalam perusahaan menunjukkan suatu kepemilikan dalam perusahaan tersebut. Pemilik saham biasa dalam perusahaan tersebut berkeinginan menerima dividend dan berharap bahwa harga saham mereka akan meningkat. Sedangkan saham preferen adalah bentuk dari ekuitas dari sudut pandang hukum dan pajak. Menurut Fabozi (2000:522) jenis saham terdiri dari: 1. Saham Biasa 2. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual karena mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi. 3. Saham Preferen Kumulatif Adalah istilah apabila perusahaan penerbit saham (emiten) tidak melakukan pembayaran dividen saham preferen dalam waktu tertentu maka dividen akan dibayarkan di waktu yang akan datang. Dalam hal ini pembayaran dividen dapat ditangguhkan hingga sepenuhnya dibayarkan. 4. Saham Preferen non Kumulatif Berbeda dengan saham preferen kumulatif, pemegang saham dalam hal ini tidak akan memperoleh bayaran dividen. Jadi, apabila dividen tidak dapat diberikan pada saat ini, maka pembayaran dividen tidak diperhitungkan di waktu yang akan datang. Jadi secara umum, saham dibedakan menjadi dua jenis, yaitu saham biasa dan saham preferen. Dimana pemegang saham preferen mempunyai beberapa hak istimewa yang menjadikan para pemegangnya lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa dan biasanya pemegang saham preferen dijanjikan dividen yang jumlahnya tetap. 2.6.3 Nilai Saham Nilai saham sesungguhnya ditentukan oleh kondisi fundamental perusahaan. Investor membuat keputusan menanamkan uangnya dengan membeli saham setelah mempertimbangkan laba emiten, pertumbuhan penjualan, aktiva selama kurun waktu tertentu dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Menurut Fabozzi (2000:523) dalam suatu saham, terdapat nilai-nilai yang memiliki arti tersendiri sebagai berikut: 1. Nilai Par atau nilai nominal (par value/ face value) Nilai par adalah nilai yang tercantum di dalam sertifikat suatu saham dan biasanya sudah ditentukan pada saat saham tersebut diterbitkan. Nilai Par (par value), digunakan untuk menunjukkan nilai nominal, yakni nilai akuntansi yang tercatat dalam sertifikat saham dan menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang saham. Pengertian par value menurut Helfert (2000:447): “Par value is the nominal value established by the issuer of a security, as contrasted with the market value of the security”. Artinya, nilai par adalah nilai nominal yang dihasilkan dari penerbit saham, seperti yang dibandingkan dengan nilai pasar dari sekuritas. 2. Nilai Buku (book value) Nilai buku adalah jumlah modal saham biasa (firm’s total common equity) ditambah kelebihan modal yang disetor dan akuntansi laba yang ditahan lalu dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku (book value) menunjukkan besarnya penyertaan-penyertaan pemegang saham (stockholders equity’s) di perusahaan. Menurut Van Horne (2007:375): “Nilai buku per lembar saham biasa adalah ekuitas pemegang saham – total aktiva dikurangi total kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum dalam neraca – dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar”. 3. Nilai Intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai yang ditetapkan untuk sebuah saham biasa jika faktor-faktor utama dari nilai perusahaan dipertimbangkan. 4. Nilai Pasar Nilai pasar adalah harga saham biasa yang terjadi pada pasar modal. Harga pasar satu lembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjual dan pembeli saat saham hendak akan dijual atau ditransaksikan antara emiten dengan investor. Menurut Van Horne (2007:375) : “Nilai pasar per lembar adalah harga perdagangan saham saat ini. Untuk saham yang diperdagangkan secara tidak aktif, kuotasi harga pasar telah tersedia”. 2.6.4 Harga Saham Perubahan harga saham dipengaruhi oleh persepsi investor tentang nilai wajar (intrinsic value) dari suatu perusahaan terhadap nilai pasarnya (market value). Jika hasil perhitungan nilai wajar berbeda dengan nilai pasar berarti ada peluang investasi, yaitu: 1. Apabila nilai wajar > nilai pasar (undervalue), maka investor yang telah memiliki saham sebaiknya mempertahankan saham tersebut, sedangkan bagi investor yang belum memiliki saham tersebut dapat melakukan transaksi beli. 2. Apabila nilai wajar < nilai pasar (overvalue), maka investor yang telah memiliki saham sebaiknya menjual saham tersebut untuk mendapatkan capital gain. 2.6.5 Analisis Saham Suatu pelaku pasar modal memerlukan suatu analisis untuk membantu dalam mengambil keputusan membeli atau menjual suatu saham. Meneurut Suad Husnan (2003:349) analisis dari pemilihan saham yaitu dengan digunakannya analisis teknikal dan analisis fundamaental. Hal ini juga dijelaskan oleh Kamaruddin (2004:81), terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam analisis sekuritas, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 2.6.5.1 Analisis Fundamental Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan melakukan analisa perusahaan, analisa ekonomi dan kondisi pasar serta analisa industri. Menurut Kamaruddin (2004:81) : “Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keuangan perusahaan”. Sedangkan menurut Suad Husnan (2003:315) : “Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham”. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara: 1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang. 2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Dalam membuat model peramalan harga saham, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya kebijakan dividen yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Menurut Kamaruddin, 2004:81 ada dua pendekatan yang biasa digunakan di dalam melakukan penilaian terhadap nilai intrinsik saham, yaitu: 1. Pendekatan nilai sekarang (present value) Pendekatan nilai sekarang atau disebut juga dengan kapitalisasi laba (capitalization of income method), melibatkan proses kapitalisaasi nilai-nilai masa depan yang di diskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai perusahaan bergantung pada prospek perusahaan di masa datang dan prospek ini merupakam kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masa depan, maka nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskontokan nila-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang. 2. Pendekatan Price Earnings Ratio (PER) Alternatif lain selain menggunakan arus kas atau dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang popular adalah dengan menggunakan nilai pendapatan untuk memperkirakan nilai intrinsik adalah dengan pendekatan PER (Price Earnings Ratio), atau disebut juga dengan earnings multiplier. Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu, diikuti dengan analisis industri dan akhirnya analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisis fundamental didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktor-faktor eksternal (yaitu kondisi ekonomi dan industri). 2.6.5.2 Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah analisis yang berdasar pada pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu. Para analisis teknikal percaya bahwa mereka dapat mengetahui pola-pola pergerakan harga saham di masa yang akan datang dengan berdasar kepada observasi pergerakan harga saham di masa yang lalu. Menurut Suad Husnan (2003:349) “Analisis teknikal meruupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi pasar) di waktu yang lalu”. Sedangkan Kamaruddin (2004:79) mengatakan bahwa analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal. Asumsi dasar analisis teknikal, yaitu: (Kamaruddin, 2004:79) 1. Harga pasar ditentukan penawaran dan permintaan. 2. Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik rasional maupun tidak. 3. Harga saham bergerak dalam trend terus-menerus dan berlangsung cukup lama, meskipun ada fluktuasi kecil pasar. 4. Perubahan trend disebabkan permintaan dan penawaran. 5. Pergeseran permintaan dan penawaran, tidak menjadi masalah mengapa terjadi, dapat dideteksi lambat atau cepat melalui chart transaksi. 6. Beberapa pola chart berulang dengan sendirinya. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut diwaktu yang lalu. Keputusan investasi di dalam analisis teknikal mendasarkan diri kepada data-data pasar di masa lalu, seperti data harga saham dan volume penjualan saham sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa yang akan datang. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah: 1. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan. 2. Informasi tersebut ditujukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu. 3. Perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang 2.7 Return Saham Setiap investor yang menginvestasikan sahamnya di suatu perusahaan tentu mengharapkan imbalan atas apa yang telah dikorbankannya. Imbalan itu bisa berupa dividen dan capital gain, atau dengan kata lain kedua imbalan tersebut merupakan return saham yang akan diterima oleh pemegang saham. 2.7.1 Pengertian Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2003:109). Return merupakan salah satu variabel kunci di dalam berinvestasi, return memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual maupun keuantungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada berbagai tingkatan pengembalian yang diinginkan. Selain itu, return juga memiliki peran yang sangat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham. Definisi return saham menurut Finnerty dan Emery (2004:277) adalah sebagai berikut: “An assets expected return is the mean of its future possible returns”. Artinya, suatu hasil yang diharapkan dari asset untuk kemungkinan pengembalian di masa yang akan datang. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati pemodal atas investasi yang dilakukannya. Return tersebut memiliki dua komponen, yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current income (keuntungan lancar) berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya keuntungan berupa dividen yang merupakan bentuk dari hasil kinerja fundamental perusahaan. Sedangkan menurut Veno Ajie (2003:178): “Return saham adalah keuntungan yang diterima dari investasi saham selama periode pengamatan”. Return saham atau tingkat pengembalian merupakan tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham ditambah dengan perubahan harga pasar saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal investasi. Jadi, return ini berasal dari dua sumber, yaitu pendapatan (dividen) dan perubahan harga pasar saham (capital gain loss). Adapun analisa yang dapat dipergunakan dalam menentukan nilai sebuah saham, yaitu melalui analisa fundamental, dimana analisa ini mencoba untuk membentuk opini investor mengenai harga saham di masa mendatang melalui penyelidikan mendalam terhadap kondisi keuangan dari suatu perusahaan (likuiditas asset, jumlah utang, profit margin, pertumbuhan earnings dan prospek masa depan) dan perilaku sahamnya sendiri. 2.7.2 Pengukuran Return Saham Return saham perlu diukur untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian saham perusahaan kepada investor. Terdapat beberapa pengukuran return yang banyak digunakan menurut Jogiyanto (2000:107), yaitu: 1. Return Total (total return) Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam sautu periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut: Return = Capital Gain (Loss) + Yield x 100% = () ()*+ ()*+ + Yield x 100% Keterangan: Yield = % dividen harga saham periode sebelumnya Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar Dt rupiah per lembarnya, maka yield adalah sebesar. Dt / Pt-1 dan return total dapat dinyatakan sebagai berikut: Return Saham = () ()*+ ()*+ + ,) ()*+ = () ()*+ $,) ()*+ 2. Relatif return (return relative) Relatif return (relative return) digunakan untuk menambah nilai terhadap nilai return total sebagai berikut: Relative Return = () ()*+$,) $()*+ ()*+ 3. Kumulatif return (return cumulative) Return total mengukur perubahan kemakmuran yaitu perubahan harga dari saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Untuk mengetahui total kemakmuran, indeks kemakmuran kumulatif dapat digunakan IKK (Indeks Kemakmuran Kumulatif) mengukur akumulasi semua return mulai dari kemakmuran awal (KKo) yang dimiliki sebagai berikut: IKK = KKo (I+Rt)(1+R2)…(1+Rn) Dimana: KKo = kekayaan awal, biasanya digunakan nilai Rp.1 Rt = return period ke – t, mulai dari awal periode (t=1) sampai akhir periode (t=n) 4. Return yang disesuaikan (adjusted return) Return yang disesuaikan (adjusted return) digunakan untuk mempertimbangkan tingkat daya beli dari nilai uang tersebut. Return ini disebut dengan return ril (real return) atau return yang disesuaikan dengan inflasi (inflation adjusted return), sebagai berikut: RiIA = -.$/0 -.$120 -1 Dimana : RIA = return disesuaikan dengan tingkat inflasi R = return nominal IF = tingkat inflasi Menurut Veno Ajie (2003:178) Return saham yang matematis diperoleh dengan rumus: Rit = (34(3-4.0 (3-4.0 Dimana: Rit = return saham i waktu ke t Pit = harga saham i waktu ke t Pi(t-1) = harga saham i waktu ke t-1 2.8 Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Return Saham Alat analisis keuangan terpenting yang diperuntukan sebagai bahan pertimbangan return saham adalah analisis untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan baik dari segi keuangan intern maupun kemampuan perusahaan untuk mempertahankan perusahaannya. Sesit (2001) dalam jurnal The Wall Street, yang diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman mengemukakan: “Menariknya pasar-pasar yang sedang berkembang ini bergantung sepenuhnya pengembalian pada yang usaha tinggi investor untuk untuk menemukan investasi mereka. tingkat Tingkat pengembalian yang lebih tinggi berarti sekuritas berharga semakin mahal seiring berjalannya waktu merupakan tujuan utama semua investor”. Oleh karena itu keberhasilan seorang manajer dalam menjalankan operasi perusahaan melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya dapat dilihat dari keberhasilan dalam memaksimumkan kekayaan pemiliknya. Dengan demikian biasanya seorang investor akan memilih perusahaan yang dapat memaksimumkan nilai pasar kekayaannya melalui harga saham yang tinggi dan kemampuan perusahaan memberikan dividen. Tingkat kesejahteraan pemegang saham mencerminkan nilai kepuasan dan keuntungan yang diperoleh pemegang saham atas hasil yang didapatnya dari hasil menginvestasikan dananya dalam bentuk kepemilikan saham di perusahaan tersebut. Ukuran kesejahteraan yang paling umum bagi para pemegang saham adalah dari dividen yang diterimanya dan dari capital gain atau kenaikan harga saham. 2.8.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham Dalam perhitungan rasio profitabilitas terdapat beberapa rasio dapat dipergunakan, seperti Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Asset, Return On Equity, Earning Per Share, Gross Profit Margin , dan Operating Profit Margin. Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur return saham, sehingga profitabilitas memiliki pengaruh terhadap return saham. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan (2004) yang menyatakan bahwa ternyata Earning Per Share memiliki pengaruh yang lebih nyata (signifikan) terhadap return saham. Dan juga penelitian Andersen (1999) yang membuktikan bahwa ROA dan ROE mempunyai hubungan yang positif dengan return saham. Pada hakekatnya Return On Asset dan Return On Equity perusahaan yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh tingkat pendapatan investasi yang tinggi pula. Dengan demikian semakin baik tingkat Return On Asset dan Return On Equity perusahaan tersebut, maka semakin tinggi pula harga saham perusahaan. Hal ini berarti akan semakin besar pula keuntungan yang dinikmati oleh para pemegang sahamnya. Atas dasar keterangan diatas, maka disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap return saham. 2.8.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Return Saham Analisis likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan lancar atau tidaknya suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar (berupa aktiva lancar) yang jumlahnya harus lebih besar dari seluruh kewajibannya (utang lancar). Semakin besar jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan seluruh kewajiban yang harus segera dipenuhi berarti semakin besar pula tingkat likuiditas perusahaan. Penelitian Admin (2007) menjelaskan likuiditas perusahaan yang seringkali diukur menggunakan rasio lancar (current ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakikn tinggi nilai rasio lancar maka semakin baik posisi pinjaman. Dengan keadaan perusahaan yang memiliki likuiditas baik, maka akan memungkinkan pembayaran dividen dengan lebih baik pula kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan bentuk return (pengembalian) dari perusahaan atas saham atau modal yang disimpan oleh investor di dalam perusahaan. Dari keterangan diatas , rasio likuiditas dapat digunakan untuk mengukur return saham berdasarkan penelitian Kumianny (2004) yang membuktikan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terdapat tingkat pengembalian saham. Maka hal ini menjelaskan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap return saham.