Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu bagian dari fungsi manajerial
yang terdapat pada perusahaan, yang memiliki peranan yang penting. Di samping
fungsi manajerial lainnya dalam perusahaan seperti manajeman pemasaran,
manajemen sumber daya manusia, manajemen operasional, manajemen strategik,
dan lain sebagainya. Manajemen keuangan menitikberatkan pada pengelolaan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan atau pihak lain, dengan tujuan untuk
mendapatkan laba yang maksimal.
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan
yang sangat penting di samping fungsi operasional lainnya seperti Manajemen
Pemasaran, Manajemen Operasional, dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat,
membuat laporan, mengendalikan posisi kas, dan mencari dana. Akan tetapi,
manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur
kombinasi sumber dana, serta pendistribusian dana dalam rangka meningkatkan
nilai perusahaan.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat dari Irawati (2006 : 1),
bahwa manajemen keuangan dapat diartikan sebagai berikut :
“Seluruh aktivitas atau kegiatan perusahaan yang berhubungan
dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan
meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dan pengalokasian
dana
tersebut
perusahaan.”
secara
efisien
dalam
memaksimalkan
nilai
Sedangkan manajemen keuangan menurut Prawironegoro (2006 : 1) :
“Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh
sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif,
seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.”
Sedangkan menurut Gitman (2005:4), adalah :
“ Managerial finance is concerned with the duties of the financial
manager in the business firm. Financial managers actively manage the
financial affairs of any type of business-financial and non financial,
private and public, large and small, profit-seeking and non-for-profit.
They perform such varied financial tasks as planning, extending credit
to customers, evaluating proposed large expenditures, and raising money
to fund the firm;s operations”.
Menurut pengertian diatas manajemen keuangan adalah menyangkut tugas
manajer keuangan di dalam perusahaan. Manajer keuangan secara aktif mengatur
urusan dari berbagai macam tipe dari bisnis keuangan dan bukan keuangan,
pribadi dan masyarakat, besar dan kecil, mencari keuntungan ataupun tidak
mencari keuntungan. Mereka melakukan berbagai macam perencanaan keuangan,
perpanjangan kredit kepada pelanggan, penilaian usulan penggunaan beban yang
besar dan meningkatkan dana untuk membiayai perusahaan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan
adalah aktivitas perusahaan yang biasa dilakukan oleh manajer keuangan guna
mendapatkan
dana
untuk
membiayai
jalannya
perusahaan,
kemudian
menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana dalam perusahaan
maupun dana dari luar perusahaan ke dalam berbagai bentuk investasi. Keputusan
investasi ini yang diharapkan dapat memperoleh laba. Selain itu, aktivitas
perusahaan juga meliputi keputusan mengenai kebijakan deviden, dimana
keputusan ini menentukan persentase dari keuntungan neto yang akan dibayarkan
sebagai cash dividend, penentuan stock dividend, dan pembelian kembali saham.
Manajer keuangan juga mengatur berbagai urusan dalam perusahaan untuk
memperlancar jalannya perusahaan khususnya dalam bidang keuangan.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Prinsip manajemen keuangan perusahaan menuntut agar baik dalam
memperoleh maupun dalam menggunakan dana harus didasarkan pada
perkembangan efisiensi dan efektivitas. Dengan demikian manajemen keuangan
tidak lain adalah menyangkut kegiatan perencacnaan, analisis dan pengendalian
yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana.
Fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2001:5) adalah:
a. Keputusan investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan
harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang
akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.
b. Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut
untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumbersumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai
kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
c. Keputusan dividen, deviden merupakan bagian keuntungan yang
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu,
dividen ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para
pemegang saham.
2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang
saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam
wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari
keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Maka tujuan
dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu
mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan
yaitu kemakmuran para pemegang saham (Sutrisno, 2003:5).
2.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan. Proses akuntansi adalah suatu proses
pengumpulan
data
keuangan
perusahaan.
Dalam
proses
akuntansi
diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan
ekonomi didalam perusahaan melalui perngukuran, pencatatan, penggolongan dan
pengikhtisaran sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang relevan dan
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan mampu memberikan
gambaran secara layak tentang keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan
yang akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan.
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan
keuangan, berikut dikemukakan pengertian laporan keuangan menurut Myer
dalam bukunya Financial Statement Analysis yang diterjemahkan oleh Munawir
(2002:5) :
“Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk
suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau
daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba.
Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanperseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus
atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan)”.
Laporan keuangan menurut Bambang Riyanto (2001:327) yaitu:
“Laporan
finansial
(Financial
Statement),
meberikan
ikhtisar
mengenai keadaan finansiil suatu perusahaan, dimana neraca
(Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri
pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi dan laba (Income
Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu
periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun”.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan
merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu,
yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Bernestein dikutip oleh Harahap
(2004:194) sebagai berikut:
1. Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2. Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3. Forecasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa
yang akan datang.
4. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah
yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain
dalam perusahaan.
5. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan.
Disamping tujuan di atas, laporan keuangan juga memiliki fungsi sebagai
pertangggungjawaban bagi manajemen kepada semua pihak yang menanamkan
dan mempercayakan pengelolaan dananya dalam perusahaan tersebut terutama
kepada pemilik.
2.2.3 Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Laporan keuangan tidak dapat menyediakan seluruh informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Maka ada pihakpihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, yaitu:
1. Investor
Penanam modal berisiko dan penasehat-penasehat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dan investasi yang
mereka
lakukan.
Mereka
membutuhkan
informasi
untuk
membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.
Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai perusahaan
dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan
mereka dalam memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada
saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama apabila mereka terlihat dalam perjanjian jangka
panjang atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya,
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk
mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar
untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dan berbagai cara. Misalnya
perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional,
termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada peranan
modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.4 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Agar laporan keuangan dapat mencapai tujuannya dalam memenuhi
kebutuhan pemakai, cara penyajiannya harus berdasarkan prinsip akuntansi yang
diterima umum. Adapun jenis-jenis laporan keuangan menurut Harahap
(2002:106) sebagai berikut:
1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu
tanggal tertentu.
2. Pehitungan Laba Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan Laba
Rugi pada perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
4. Laporan Arus Kas dalam satu periode
5. Laporan Harga Pokok Produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa
yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang
6. Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan
kepada pemilik saham.
7. Laporan Perubahan Modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham
dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan
8. Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan . Laporan ini
menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi
kas.
2.2.5 Analisis Laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna,
apabila hanya dilihat secara sepintas saja. Laporan keuangan baru dapat
memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu
perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis
tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi
keuangan serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan.
2.2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Salah satu tugas manajemen setelah akhir tahun adalah menganalisis
laporan keuangan perusahaannya. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan
yang sudah disusun dan sebaiknya laporan keuangan itu adalah laporan yang
diyakini kewajarannya.
Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan
keuangan. Untuk menjelaskan kata ini, maka penulis dapat menjelaskannya dari
arti masing-masing kata. Menurut Harahap (2002:189) pengertian analisis
laporan keuangan adalah:
“Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit
menjadi berbagai unit terkecil”.
“Sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laba rugi, dan arus kas
(dana)”.
Jika kedua pengertian ini digabungkan maka anilisis laporan keuangan
menurut Harahap (2002:190) adalah:
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik
antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.
Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data
yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih
berguna, lebih mendalam, dan tajam, dengan teknik tertentu. Oleh karena itu
kegunaan atau manfaat analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada
kemampuan dan keterampilan analisisnya dalam mengintepretasikannya.
2.2.5.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan.
Salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan
keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan
untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Analisis ini
didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun.
Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan menurut Harahap
(2002:195) sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada dalam
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern
laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari
luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan perusahaan, baik posisi
keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa
yang akan datang.
Sedangkan menurut Munawir (2002:31) tujuan dari analisis laporan
keuangan adalah untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan posisi
keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang
bersangkutan. Data-data yang disajikan dalam laporan keuangan akan lebih
bermakna jika disajikan untuk dua periode atau bahkan lebih dari dua periode. Hal
ini dilakukan sebagai bahan perbandingan diantara tahun-tahun sebelumnya,
sehingga akan diperoleh data yang dapat mendukung dalam pengambilan
keputusan.
2.3 Rasio Keuangan
Seorang penganalisa laporan keuangan dapat menggunakan rasio
keuangan
untuk
mengukur
besarnya
kemampuan
perusahaan.
Dengan
membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan-perusahaan
lain yang sejenis selama beberapa periode, penganalisa dapat membuat penilaian
atau pendapat yang lebih realistis.
2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis di bidang manajemen
keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi-kondisi keuangan suatu
perusahaan pada saat tertentu maupun hasil-hasil usaha perusahaan pada satu
periode tertentu dengan membandingkan dua variabel yang diambil dari laporan
keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba-rugi.
Menurut Bambang Riyanto (2001:329) :
“Ukuran yang sering digunakan dalam analisa financial adalah
“rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang
dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data financial”.
Dari keterangan diatas, dapat diartikan bahwa rasio keuangan berguna
untuk mengungkap kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan, serta untuk
menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk selama suatu
waktu. Hal ini akan membantu bagi investor, kreditor dan pemakai lainnya yang
potensial dalam menilai ketidakpastian penerimaan dari dividend dan bunga di
masa yang akan datang. Maka manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun
para investor akan dapat melakukan tindakan, setelah menilai kinerja perusahaan
yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan melakukan penilaian terhadap nilai
saham perusahaan.
2.3.2 Jenis Rasio Keuangan
Rasio
dapat
dilihat
menurut
kebutuhan
penganalisa,
termasuk
pengelompokkan rasio keuangan. Ada dua penggolongan jenis-jenis rasio
keuangan menurut Bambang Riyanto (2001:330) yaitu:
1. Ditinjau dari sumber data
a. Financial Analysis Ratio (Balance Sheet Ratios)
b. Operating Analysis Ratio (Income Statement Ratios)
c. Operating Financial Analysis Ratio (Inter-Statement Ratios)
2. Ditinjau dari tujuan/ informasi kondisi keuangan
a. Rasio Likuiditas
b. Rasio Profitabilitas
c. Rasio Leverage
d. Rasio Aktivitas
e. Rasio Penilaian
2.3.3 Analisis Rasio Keuangan
Setelah mengadakan pengukuran terhadap laporan keuangan dan diperoleh
rasio-rasio yang akan diinterpretasikan, analisis laporan keuangan dalam
mengadakan analisis rasio keuangan perusahaan menurut Bambang Riyanto
(2001:329) dapat dilakukan dengan 2 macam cara pembandingan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktuwaktu yang lalu (histories ratios) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan
untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company
ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau
industri (rasio industri/rasio rata-rata/ratio standarad) untuk waktu yang sama.
2.3.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Dalam melakukan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu
perusahaan. Penganalisis memerlukan alat bantu untuk mengukur kelemahan atau
hambatan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan. Alat bantu yang
digunakan salah satunya adalah analisis rasio.
Analisis rasio merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan yang
paling banyak digunakan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi
keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu dari berbagai
alat analisis keuangan yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan atau
kekuatan perusahaan di bidang keuangan.
2.3.3.2 Rasio Sebagai Alat Analisis
Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasiorasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan
dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan
laba rugi saja, atau pada neraca dan laba rugi.
Penggolongan rasio yang digunakan untuk mengukur rasio keuangan
perusahaan, menurut Sutrisno (2003:247) analisis rasio dibagi menjadi lima
bagian, yaitu:
1. Rasio Likuiditas atau Liquidity Ratios
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang-hutang jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage atau Leverage Ratios
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai dengan hutang.
3. Rasio Aktivitas atau Activity Ratios
Rasio-rasio untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan
sumber dananya.
4. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratios
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan
dalam mendapatkan keuntungan.
5. Rasio Penilaian atau Valuation Ratios
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar
agar melebihi biaya modalnya.
2.4 Profitabilitas
2.4.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,
profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Menurut Susan Irawati (2006:25):
“Rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan
untuk
mengukur
sampai
seberapa
efektivitas
perusahaan
dalam
mendapatkan keuntungan”.
Sedangkan Bambang Riyanto (2001:331), berpendapat bahwa:
“Rasio-rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir
dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (Profit Margin On
Sales, Return On Total Assets, Return On Net Worth dan lain sebagainya)”.
Kemampulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai
kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan
jawaban akhir tentang afektivitas manajemen perusahaan, rasio ini member
gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Agnes Sawir,
2003:17).
2.4.2 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang
dapat diperoleh oleh perusahaan, semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan
semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Agnes Sawir
(2005:31) rasio profitabilitas terdiri dari:
1. Return On Assets (ROA)
Analisis Return On Assets dalam analisa keuangan mempunyai arti yang
sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh
(komprehensif).
ROA
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu (Mamduh, 2004:42).
Return On Assets =
x 100 %
2. Return On Equity (ROE)
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
net income ditinjau dari sudut Equity Capital-nya. Semakin tinggi rasio, semakin
baik hasilnya. Menurut Gitman (2000:145), ROE dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Return on Equity =
x 100%
3. Return On Investment (ROI)
Yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto (Bambang Riyanto, 2001:335).
‘ Return On Investment =
x 100%
4. Net Profit Margin
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
net income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari sudut operating income-nya.
Semakin tinggi rasio, semakin baik hasil yang ditunjukkannnya.
Net Profit Margin =
x 100%
4. Operating Profit Margin
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba kotor dari pendapatan usaha.
Operating profit Margin =
x 100%
5. Gross Profit Margin
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari operasi usahanya yang murni. Semakin tinggi rasionya, maka semakin
baik hasilnya.
Gross Profit Margin =
x 100%
6. Earning per Share (EPS)
EPS adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata
tertimbang jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang
dilakukan.
Earning Per Share =
!
2.5 Likuiditas
2.5.1 Pengertian Likuiditas
Struktur kekayaan suatu perusahaan sangat erat hubungannya dengan
struktur modal. Jika kita menghubungkan antara aktiva dengan pasiva, maka
banyak diperoleh gambaran tentang keadaan finansial suatu perusahaan dan dapat
diketahui keadaan atau tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu.
Jenis alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari
perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan
membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus
segera dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu
mempunyai kekuatan membayar, semuanya tergantung pada manajemennya
masing-masing.
Penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu hal
yang vital, karena tingkat likuiditas perusahaan ini dapat mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus
segera dipenuhi. Agar lebih jelas dan memahami lebih lanjut tentang arti
likuiditas, maka berikut ini ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan
tentang arti dari likuiditas.
Bambang Riyanto (2001:26) berpendapat bahwa:
“Likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang
tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di
satu pihak dengan jumlah utang lancar di lain pihak (likuiditas badan
usaha),
juga
dengan
pengeluaran-pengeluaran
untuk
menyelenggarakan perusahaan di lain pihak (likuiditas perusahaan)”.
Sedangkan menurut Sutrisno (2003:247) sebagai berikut:
“Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi”.
Menurut pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansial dalam jangka
pendeknya yang akan jatuh tempo tepat pada waktunya, sehingga kondisi suatu
perusahaan
yang
likuid
dapat
diketahui
dengan
melihat
kemampuan
mempertahankan jumlah aktiva lancar yang lebih besar jika dibandingkan dengan
kewajibannya.
2.5.2 Jenis-jenis Likuiditas
Likuiditas dapat dilihat dari kewajiban kepada kreditur dan kewajiban
kepada proses produksi. Bambang Riyanto (2001:26) menjelaskan bahwa
likuiditas ada dua jenis, yaitu:
1. Likuiditas Badan Usaha
2. Likuiditas Perusahaan
Suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk membayar
sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya
yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “likuid”,
dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban
finansialnya
adalah
“ilikuid”.
Apabila
kemampuan
membayar
tersebut
dihubungkan dengan kewajiban kepada kreditur dinamakan “likuiditas badan
usaha”.
Dengan demikian maka likuiditas badan usaha berarti kemampuan
perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sehingga dapat memenuhi
kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Apabila kemampuan membayar tersebut
dihubungkan dengan kewajiban finansial untuk menyelenggarakan proses
produksi, maka dinamakan “likuiditas perusahaan”.
2.5.3 Rasio Likuiditas
Rasio-rasio likuiditas berguna untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan
tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan tersebut.
Menurut Bambang Riyanto (2001:332), rasio likuiditas dapat diukur dengan
menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1. Current Ratio
Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini
menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh
aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan
jatuh tempo utang.
Mengingat bahwa current ratio adalah angka perbandingan antara aktiva
lancar dengan utang lancar, maka setiap transaksi yang mengakibatkan perubahan
jumlah aktiva lancar atau utang lancar baik masing-masing atau keduanya akan
dapat mengakibatkan perubahan current ratio, yang akan mengakibatkan
perubahan tingkat likuiditas.
Current Ratio =
"#
x 100%
2. Cash Ratio
Yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini hanya membandingkan antara kas, efek
dan utang lancar.
Cash Ratio =
!$%&#
"#
x 100%
Semakin besar rasio kas (cash ratio) berarti jumlah uang tunai yang
tersedia semakin besar, tetapi bila rasio kas terlalu tinggi akan mengurangi
produktivitas perusahaan dalam meningkatkan rate of return.
3. Quick Ratio
Yaitu rasio yang memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan
untuk membiayai hutang dengan tidak memperhitungkan persediaan.
Quick Ratio =
'
"#
x 100%
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena
persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas
dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas,
walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang.
4. Working Capital to Total Assets Ratio
Yaitu rasio yang menentukan posisi dari besarnya modal kerja yang
digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan.
Working Capital to Total Assets Ratio =
"#
x 100 %
2.6 Saham
Salah satu instrumen pasar modal yang diperdagangkan di pasar modal
adalah saham, saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset
perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham perusahaan, maka
investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan,
setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham
merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup popular diperjualbelikan di pasar
modal.
2.6.1 Pengertian Saham
Saham secara sederhana dapat didefinisikan sebagai salah satu dana yang
berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus memberikan
kontra terhadap modal keuangan dalam bentuk dividend dan apresiasi harga
saham.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001:5) :
“Saham adalah sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut”.
Sedangkan menurut Sutrisno (2001:114) :
“Saham adalah surat bukti kepemilikan
memberikan penghasilan tidak tetap”.
perusahaan
yang
Berdasarkan pengertian diatas, saham merupakan surat bukti kepemilikan
perusahaan dimana keuntungan yang akan diterima pemegang saham tidak pasti.
2.6.2 Jenis-jenis Saham
Saham terdiri dari saham biasa (common stock) dan saham preferen
(preferred stock). Mishkin dan Eakins (2000:297) menjelaskan bahwa:
“There are two types of stock, common and preferred. A share of
common stock in a firm represent an ownership in that firm. Common
stockholders vote, receive dividends, and hope that the price of their
stock will rise… Preferred stock is a form of equity from legal and tax
standpoint”.
Dari penjelasan diatas, menyatakan bahwa ada dua jenis saham, yaitu
saham biasa dan saham preferen. Pembagian saham biasa dalam perusahaan
menunjukkan suatu kepemilikan dalam perusahaan tersebut. Pemilik saham biasa
dalam perusahaan tersebut berkeinginan menerima dividend dan berharap bahwa
harga saham mereka akan meningkat. Sedangkan saham preferen adalah bentuk
dari ekuitas dari sudut pandang hukum dan pajak.
Menurut Fabozi (2000:522) jenis saham terdiri dari:
1. Saham Biasa
2. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual karena
mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan
asset telah dipenuhi.
3. Saham Preferen Kumulatif
Adalah istilah apabila perusahaan penerbit saham (emiten) tidak melakukan
pembayaran dividen saham preferen dalam waktu tertentu maka dividen akan
dibayarkan di waktu yang akan datang. Dalam hal ini pembayaran dividen
dapat ditangguhkan hingga sepenuhnya dibayarkan.
4. Saham Preferen non Kumulatif
Berbeda dengan saham preferen kumulatif, pemegang saham dalam hal ini
tidak akan memperoleh bayaran dividen. Jadi, apabila dividen tidak dapat
diberikan pada saat ini, maka pembayaran dividen tidak diperhitungkan di
waktu yang akan datang.
Jadi secara umum, saham dibedakan menjadi dua jenis, yaitu saham biasa
dan saham preferen. Dimana pemegang saham preferen mempunyai beberapa hak
istimewa yang menjadikan para pemegangnya lebih diprioritaskan daripada
pemegang saham biasa dan biasanya pemegang saham preferen dijanjikan dividen
yang jumlahnya tetap.
2.6.3 Nilai Saham
Nilai saham sesungguhnya ditentukan oleh
kondisi fundamental
perusahaan. Investor membuat keputusan menanamkan uangnya dengan membeli
saham setelah mempertimbangkan laba emiten, pertumbuhan penjualan, aktiva
selama kurun waktu tertentu dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
Menurut Fabozzi (2000:523) dalam suatu saham, terdapat nilai-nilai yang
memiliki arti tersendiri sebagai berikut:
1. Nilai Par atau nilai nominal (par value/ face value)
Nilai par adalah nilai yang tercantum di dalam sertifikat suatu saham dan
biasanya sudah ditentukan pada saat saham tersebut diterbitkan. Nilai Par (par
value), digunakan untuk menunjukkan nilai nominal, yakni nilai akuntansi yang
tercatat dalam sertifikat saham dan menjadi dasar penilaian kewajiban hukum
pemegang saham.
Pengertian par value menurut Helfert (2000:447):
“Par value is the nominal value established by the issuer of a security, as
contrasted with the market value of the security”.
Artinya, nilai par adalah nilai nominal yang dihasilkan dari penerbit saham,
seperti yang dibandingkan dengan nilai pasar dari sekuritas.
2. Nilai Buku (book value)
Nilai buku adalah jumlah modal saham biasa (firm’s total common equity)
ditambah kelebihan modal yang disetor dan akuntansi laba yang ditahan lalu
dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku (book value)
menunjukkan besarnya penyertaan-penyertaan pemegang saham (stockholders
equity’s) di perusahaan.
Menurut Van Horne (2007:375):
“Nilai buku per lembar saham biasa adalah ekuitas pemegang saham –
total aktiva dikurangi total kewajiban dan saham preferen seperti yang
tercantum dalam neraca – dibagi dengan jumlah lembar saham yang
beredar”.
3. Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai yang ditetapkan untuk sebuah saham biasa jika
faktor-faktor utama dari nilai perusahaan dipertimbangkan.
4. Nilai Pasar
Nilai pasar adalah harga saham biasa yang terjadi pada pasar modal. Harga
pasar satu lembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjual dan
pembeli saat saham hendak akan dijual atau ditransaksikan antara emiten dengan
investor.
Menurut Van Horne (2007:375) :
“Nilai pasar per lembar adalah harga perdagangan saham saat ini.
Untuk saham yang diperdagangkan secara tidak aktif, kuotasi harga
pasar telah tersedia”.
2.6.4 Harga Saham
Perubahan harga saham dipengaruhi oleh persepsi investor tentang nilai
wajar (intrinsic value) dari suatu perusahaan terhadap nilai pasarnya (market
value). Jika hasil perhitungan nilai wajar berbeda dengan nilai pasar berarti ada
peluang investasi, yaitu:
1. Apabila nilai wajar > nilai pasar (undervalue), maka investor yang telah
memiliki saham sebaiknya mempertahankan saham tersebut, sedangkan bagi
investor yang belum memiliki saham tersebut dapat melakukan transaksi beli.
2. Apabila nilai wajar < nilai pasar (overvalue), maka investor yang telah
memiliki saham sebaiknya menjual saham tersebut untuk mendapatkan capital
gain.
2.6.5 Analisis Saham
Suatu pelaku pasar modal memerlukan suatu analisis untuk membantu
dalam mengambil keputusan membeli atau menjual suatu saham. Meneurut Suad
Husnan (2003:349) analisis dari pemilihan saham yaitu dengan digunakannya
analisis teknikal dan analisis fundamaental. Hal ini juga dijelaskan oleh
Kamaruddin (2004:81), terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam analisis
sekuritas, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
2.6.5.1 Analisis Fundamental
Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan melakukan analisa
perusahaan, analisa ekonomi dan kondisi pasar serta analisa industri.
Menurut Kamaruddin (2004:81) :
“Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung
nilai intrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data
keuangan perusahaan”.
Sedangkan menurut Suad Husnan (2003:315) :
“Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa
yang
akan
datang
dengan
mengestimasi
nilai
faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan
datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham”.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan cara:
1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham dimasa yang akan datang.
2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham.
Dalam membuat model peramalan harga saham, langkah yang penting
adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan
penjualan, biaya kebijakan dividen yang diperkirakan akan mempengaruhi harga
saham.
Menurut Kamaruddin, 2004:81 ada dua pendekatan yang biasa
digunakan di dalam melakukan penilaian terhadap nilai intrinsik saham, yaitu:
1. Pendekatan nilai sekarang (present value)
Pendekatan nilai sekarang atau disebut juga dengan kapitalisasi laba
(capitalization of income method), melibatkan proses kapitalisaasi nilai-nilai masa
depan yang di diskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa
nilai perusahaan bergantung pada prospek perusahaan di masa datang dan prospek
ini merupakam kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masa
depan, maka nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskontokan nila-nilai
arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.
2. Pendekatan Price Earnings Ratio (PER)
Alternatif lain selain menggunakan arus kas atau dividen dalam
menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan
menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang
popular adalah dengan menggunakan nilai pendapatan untuk memperkirakan nilai
intrinsik adalah dengan pendekatan PER (Price Earnings Ratio), atau disebut juga
dengan earnings multiplier.
Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan
analisis ekonomi terlebih dahulu, diikuti dengan analisis industri dan akhirnya
analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisis fundamental
didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi
faktor internal tetapi juga faktor-faktor eksternal (yaitu kondisi ekonomi dan
industri).
2.6.5.2 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah analisis yang berdasar pada pola-pola pergerakan
harga saham dari waktu ke waktu.
Para analisis teknikal percaya bahwa mereka
dapat mengetahui pola-pola pergerakan harga saham di masa yang akan datang
dengan berdasar kepada observasi pergerakan harga saham di masa yang lalu.
Menurut Suad Husnan (2003:349)
“Analisis teknikal meruupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham
(kondisi pasar) di waktu yang lalu”.
Sedangkan Kamaruddin (2004:79) mengatakan bahwa analisis teknikal
menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya,
permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari
pemodal.
Asumsi dasar analisis teknikal, yaitu: (Kamaruddin, 2004:79)
1. Harga pasar ditentukan penawaran dan permintaan.
2. Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik rasional
maupun tidak.
3. Harga saham bergerak dalam trend terus-menerus dan berlangsung cukup
lama, meskipun ada fluktuasi kecil pasar.
4. Perubahan trend disebabkan permintaan dan penawaran.
5. Pergeseran permintaan dan penawaran, tidak menjadi masalah mengapa
terjadi, dapat dideteksi lambat atau cepat melalui chart transaksi.
6. Beberapa pola chart berulang dengan sendirinya.
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
dengan mengamati perubahan harga tersebut diwaktu yang lalu. Keputusan
investasi di dalam analisis teknikal mendasarkan diri kepada data-data pasar di
masa lalu, seperti data harga saham dan volume penjualan saham sebagai dasar
untuk mengestimasi harga saham di masa yang akan datang. Pemikiran yang
mendasari analisis teknikal adalah:
1. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
2. Informasi tersebut ditujukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu.
3. Perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang
2.7 Return Saham
Setiap investor yang menginvestasikan sahamnya di suatu perusahaan
tentu mengharapkan imbalan atas apa yang telah dikorbankannya. Imbalan itu bisa
berupa dividen dan capital gain, atau dengan kata lain kedua imbalan tersebut
merupakan return saham yang akan diterima oleh pemegang saham.
2.7.1 Pengertian Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi
yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2003:109).
Return merupakan salah satu variabel kunci di dalam berinvestasi, return
memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual
maupun keuantungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada
berbagai tingkatan pengembalian yang diinginkan. Selain itu, return juga
memiliki peran yang sangat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah
saham.
Definisi return saham menurut Finnerty dan Emery (2004:277) adalah
sebagai berikut:
“An assets expected return is the mean of its future possible returns”.
Artinya, suatu hasil yang diharapkan dari asset untuk kemungkinan
pengembalian di masa yang akan datang. Return (kembalian) adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati pemodal atas investasi yang dilakukannya. Return
tersebut memiliki dua komponen, yaitu current income dan capital gain. Bentuk
dari current income
(keuntungan lancar) berupa keuntungan yang diperoleh
melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya keuntungan berupa dividen
yang merupakan bentuk dari hasil kinerja fundamental perusahaan.
Sedangkan menurut Veno Ajie (2003:178):
“Return saham adalah keuntungan yang diterima dari investasi
saham selama periode pengamatan”.
Return saham atau tingkat pengembalian merupakan tingkat pengembalian
untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas yang diterima akibat
kepemilikan suatu saham ditambah dengan perubahan harga pasar saham lalu
dibagikan dengan harga saham pada saat awal investasi. Jadi, return ini berasal
dari dua sumber, yaitu pendapatan (dividen) dan perubahan harga pasar saham
(capital gain loss).
Adapun analisa yang dapat dipergunakan dalam menentukan nilai sebuah
saham, yaitu melalui analisa fundamental, dimana analisa ini mencoba untuk
membentuk opini investor mengenai harga saham di masa mendatang melalui
penyelidikan mendalam terhadap kondisi keuangan dari suatu perusahaan
(likuiditas asset, jumlah utang, profit margin, pertumbuhan earnings dan prospek
masa depan) dan perilaku sahamnya sendiri.
2.7.2 Pengukuran Return Saham
Return saham perlu diukur untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pengembalian saham perusahaan kepada investor. Terdapat beberapa pengukuran
return yang banyak digunakan menurut Jogiyanto (2000:107), yaitu:
1. Return Total (total return)
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam sautu
periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total
terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut:
Return = Capital Gain (Loss) + Yield x 100%
=
() ()*+
()*+
+ Yield x 100%
Keterangan:
Yield = % dividen harga saham periode sebelumnya
Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar Dt rupiah per
lembarnya, maka yield adalah sebesar. Dt / Pt-1 dan return total dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Return Saham =
() ()*+
()*+
+
,)
()*+
=
() ()*+ $,)
()*+
2. Relatif return (return relative)
Relatif return (relative return) digunakan untuk menambah nilai terhadap
nilai return total sebagai berikut:
Relative Return =
() ()*+$,) $()*+ ()*+
3. Kumulatif return (return cumulative)
Return total mengukur perubahan kemakmuran yaitu perubahan harga dari
saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Untuk mengetahui
total kemakmuran, indeks kemakmuran kumulatif dapat digunakan IKK (Indeks
Kemakmuran Kumulatif) mengukur akumulasi semua return mulai dari
kemakmuran awal (KKo) yang dimiliki sebagai berikut:
IKK = KKo (I+Rt)(1+R2)…(1+Rn)
Dimana:
KKo = kekayaan awal, biasanya digunakan nilai Rp.1
Rt
= return period ke – t, mulai dari awal periode (t=1) sampai akhir periode
(t=n)
4.
Return yang disesuaikan (adjusted return)
Return
yang
disesuaikan
(adjusted
return)
digunakan
untuk
mempertimbangkan tingkat daya beli dari nilai uang tersebut. Return ini disebut
dengan return ril (real return) atau return yang disesuaikan dengan inflasi
(inflation adjusted return), sebagai berikut:
RiIA =
-.$/0
-.$120
-1
Dimana :
RIA = return disesuaikan dengan tingkat inflasi
R
= return nominal
IF
= tingkat inflasi
Menurut Veno Ajie (2003:178) Return saham yang matematis diperoleh
dengan rumus:
Rit =
(34(3-4.0
(3-4.0
Dimana:
Rit
= return saham i waktu ke t
Pit
= harga saham i waktu ke t
Pi(t-1) = harga saham i waktu ke t-1
2.8 Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Return Saham
Alat analisis keuangan terpenting yang diperuntukan sebagai bahan
pertimbangan return saham adalah analisis untuk mengukur kesehatan suatu
perusahaan baik dari segi keuangan intern maupun kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan perusahaannya.
Sesit (2001) dalam jurnal The Wall Street, yang diterjemahkan oleh
Chaerul D. Djakman mengemukakan:
“Menariknya pasar-pasar yang sedang berkembang ini bergantung
sepenuhnya
pengembalian
pada
yang
usaha
tinggi
investor
untuk
untuk
menemukan
investasi
mereka.
tingkat
Tingkat
pengembalian yang lebih tinggi berarti sekuritas berharga semakin
mahal seiring berjalannya waktu merupakan tujuan utama semua
investor”.
Oleh karena itu keberhasilan seorang manajer dalam menjalankan operasi
perusahaan melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya dapat dilihat dari
keberhasilan dalam memaksimumkan kekayaan pemiliknya. Dengan demikian
biasanya seorang investor akan memilih perusahaan yang dapat memaksimumkan
nilai pasar kekayaannya melalui harga saham yang tinggi dan kemampuan
perusahaan memberikan dividen.
Tingkat kesejahteraan pemegang saham mencerminkan nilai kepuasan dan
keuntungan yang diperoleh pemegang saham atas hasil yang didapatnya dari hasil
menginvestasikan dananya dalam bentuk kepemilikan saham di perusahaan
tersebut. Ukuran kesejahteraan yang paling umum bagi para pemegang saham
adalah dari dividen yang diterimanya dan dari capital gain atau kenaikan harga
saham.
2.8.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham
Dalam perhitungan rasio profitabilitas terdapat beberapa rasio dapat
dipergunakan, seperti Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Asset,
Return On Equity, Earning Per Share, Gross Profit Margin , dan Operating Profit
Margin.
Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur return saham,
sehingga profitabilitas memiliki pengaruh terhadap return saham. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan (2004)
yang menyatakan bahwa ternyata Earning Per Share memiliki pengaruh yang
lebih nyata (signifikan) terhadap return saham. Dan juga penelitian Andersen
(1999) yang membuktikan bahwa ROA dan ROE mempunyai hubungan yang
positif dengan return saham.
Pada hakekatnya Return On Asset dan Return On Equity perusahaan yang
baik akan menghasilkan laba yang tinggi. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap
investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi pada suatu
perusahaan dengan harapan akan memperoleh tingkat pendapatan investasi yang
tinggi pula.
Dengan demikian semakin baik tingkat Return On Asset dan Return On
Equity perusahaan tersebut, maka semakin tinggi pula harga saham perusahaan.
Hal ini berarti akan semakin besar pula keuntungan yang dinikmati oleh para
pemegang sahamnya. Atas dasar keterangan diatas, maka disimpulkan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap return saham.
2.8.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Return Saham
Analisis likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan lancar
atau tidaknya suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, perusahaan harus
mempunyai alat-alat untuk membayar (berupa aktiva lancar) yang jumlahnya
harus lebih besar dari seluruh kewajibannya (utang lancar). Semakin besar jumlah
aktiva lancar dibandingkan dengan seluruh kewajiban yang harus segera dipenuhi
berarti semakin besar pula tingkat likuiditas perusahaan.
Penelitian Admin (2007) menjelaskan likuiditas perusahaan yang
seringkali diukur menggunakan rasio lancar (current ratio) menunjukkan
kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat
anggapan bahwa semakikn tinggi nilai rasio lancar maka semakin baik posisi
pinjaman.
Dengan keadaan perusahaan yang memiliki likuiditas baik, maka akan
memungkinkan pembayaran dividen dengan lebih baik pula kepada para
pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan bentuk return (pengembalian)
dari perusahaan atas saham atau modal yang disimpan oleh investor di dalam
perusahaan. Dari keterangan diatas , rasio likuiditas dapat digunakan untuk
mengukur return saham berdasarkan penelitian Kumianny (2004) yang
membuktikan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terdapat
tingkat pengembalian saham. Maka hal ini menjelaskan bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap return saham.
Download