PENGARUH RETURN ON ASSET DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PRODUKSI SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 – 2015 TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh : DIANA SISKA DARISA HANI NIM. 12000764 PROGRAM STUDI AKUNTANSI AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016 1 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return on Asset terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan pengaruh Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel menggunakan dengan metode total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan triwulan masing-masing perusahaan. Analisis data menggunakan uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda dan hipotesis diuji dengan t tes dan F tes dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Teknik analisis data yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda terlebih dahulu diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik untuk mengetahui bahwa antara variabel independen dan dependen lolos uji asumsi klasik. Hasil uji t pada data sekunder menunjukkan variabel ROA berpengaruh positif tetapi secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham dan DER berpengaruh negatif tetapi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham, sedangkan secara simultan ROA dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Kata Kunci : Return on Asset, Debt to Equity Ratio, Return Saham 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan informasi mendorong pertumbuhan dan persaingan di dunia industri semakin kuat. Perusahaanperusahaan yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi baru. Perusahaan ini tidak terbatas pada perusahaan internasional saja, tetapi juga perusahaan domestik, besar maupun kecil. Dalam perekonomian seperti ini, tidak satu pasar pun yang selamanya aman dari persaingan, baik global maupun lokal. Keputusan seorang investor dalam menanamkan investasinya pada suatu perusahaan haruslah benar-benar tepat, karena seorang investor tidak ingin mengalami kerugian dalam menginvestasikan dananya, namun sebaliknya investor mengharapkan imbalan berupa return atas dana yang diinvestasikan tersebut sesuai dengan karakter investasi yang dipilih. Sebelum investor memutuskan untuk memiliki suatu saham, maka perlu dilakukan berbagai kebijakan, salah satunya adalah analisis terhadap saham dan kondisi keuangan perusahaan tempatnya menanam modal. Analisis ini bertujuan untuk menghindari kerugian yang tinggi bagi seorang investor, kerugian yang dimaksud adalah bahwa seseorang investor bisa saja melakukan kekeliruan dalam memilih saham dengan return yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan return saham lainnya, padahal saham-saham tersebut memiliki 2 nilai yang sama. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian atau analisis terlebih dahulu terhadap saham yang akan dibeli. Ada dua faktor yang mempengaruhi return saham yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi return saham bisa dari pengumuman laporan keuangan seperti laba sebelum akhir tahun fiskal dan akhir tahun fiskal, Earning per share (EPS), Dividen per share (DPS) Price Earning Ratio (PER), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Investment (ROI), dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi return saham antara lain bisa dari pengumuman dari pemerintah seperti suku bunga tabungan dua deposito, kurs valuta asing serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah, pengumuman hukum, pengumuman industri sekuritas, tingkat resiko, agio saham dan juga bisa dari gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga mempengaruhi return saham sebagai salah satu faktor kunci dalam perdagangan saham. Investor dapat mengetahui apakah perusahaan mengalami keuntungan ataupun kerugian pada periode sebelumnya dengan melihat laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini merupakan hasil dari proses akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan perusahaan, aliran kas, dan informasi lainnya yang terkait dengan keputusan investasi. Bagi investor, informasi dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan, apakah mereka akan 3 membeli, menahan, atau menjual surat berharga yang dimilikinya. Mencari keuntungan dari pembelian atau penjualan saham adalah tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor di pasar modal. Salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh para investor dalam menginvestasikan dananya adalah profitabilitas perusahaan tersebut. Profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan perbandingan antara aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Laba dalam hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yeng dimiliki perusahaan. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi. Jadi setiap investasi dalam pembelian saham baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return saham baik langsung maupun tidak langsung (Ang, 1997: 38). Return saham terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Berdasarkan uraian diatas, maka rasio profitabilitas dan solvabilitas merupakan pilihan yang tepat sebagai variabel independen dalam penelitian ini. Rasio profitabilitas dan solvabilitas dipilih karena, dapat digunakan untuk menjadi indikator penilaian kinerja suatu perusahaan itu baik atau tidak, dengan melihat kemampuan perusahaan tersebut dapat menghasilkan laba yang tinggi dan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang yang dimiliki baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. 4 Menurut Wahyudiono (2014:83) Return on Asset (ROA) yaitu yang menunjukkan berapa banyak laba bersih setelah pajak dapat dihasilkan dari rata-rata seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Setiap perusahaan berusaha agar nilai dari ROA mereka tinggi. Semakin besar nilai dari ROA menjelaskan bahwa semakin baik perusahaan menggunakan asetnya untuk mendapatkan laba. Dengan meningkatnya nilai ROA, maka profitabilitas dari perusahaan semakin meningkat. Hal ini membuat investor menjadi tertarik untuk membeli saham perusahaan serta berdampak pada harga saham yang meningkat dan diikuti dengan tingkat pengembalian return saham yang tinggi. Menurut Prihantini dalam Kesuma, I Ketut (2015 :12) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio leverage atau solvabilitas yang sering dihubungkan dengan return saham. DER menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang ditunjukkan pada beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Tingkat DER yang kurang dari 50% adalah tingkat yang aman. Semakin rendah nilai DER maka lebih baik atau semakin aman kewajiban yang harus dipenuhi oleh modal sendiri. Investor akan lebih tertarik apabila suatu perusahaan memiliki DER yang kecil, sehingga berdampak pada harga saham yang akan meningkat. PT. Holcim Indonesia, Tbk, PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dan PT. Semen Indonesia (PERSERO) Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan semen dan menjadi pelopor di Indonesia. Perusahaanperusahaan ini selalu menciptakan produk yang berkualitas dan termasuk perusahaan yang tergolong stabil, cenderung tidak mudah terpengaruh pada 5 musim dan kondisi perekonomian. Begitu juga dilihat dari segi investasi, para investor menilai perusahaan produksi semen ini merupakan salah satu perusahaan yang paling cepat mengembalikan modal yang diinvestasikan mereka. Adapun rata-rata return saham perusahaan produksi semen yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 adalah sebagai berikut : Tabel 1 Return Saham, ROA dan DER Studi kasus pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di BEI Pada tahun 2011-2016 Nama Perusahaan PT. Holcim Indonesia, Tbk PT. Indocement Prakarsa, Tbk PT. Semen Indonesia (PERSERO) Tbk Tahun 2011 Return Saham ROA DER 0.287 0.266 0.095 0.098 0.010 0.115 0.323 0.192 0.155 0.126 0.109 0.134 0.127 0.075 0.126 0.097 0.111 0.063 0.038 0.010 0.198 0.209 0.188 0.183 0.157 0.201 0.185 0.173 0.162 0.118 0.454 0.445 0.697 0.963 1.049 0.153 0.171 0.157 0.175 0.158 0.345 0.463 0.412 0.372 0.390 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber : www.idx.co.id dan data diolah Berdasarkan Tabel 1 diatas terlihat bahwa perkembangan return saham perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 ini mengalami fluktuasi, dimana PT Holcim Indonesia, Tbk mengalami penurunan return saham dari tahun 2011 sampai dengan tahun 6 2015, dan terjadi penurunan ROA secara drastis dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Dan DER mengalami penurunan pada tahun 2012 kemudian naik lagi hingga tahun 2015. Pada PT. Indocement Prakarsa, Tbk return saham mengalami kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013 sampai tahun 2015. Begitu juga ROA yang mengalami kenaikan pada tahun 2012 kemudian menurun sampai tahun 2015. DER pada PT. Indocement Prakarsa, Tbk mengalami fluktuasi yaitu terjadi kenaikan pada tahun 2012 dan turun pada tahun 2013 kemudian naik lagi pada tahun 2014 dan turun lagi pada tahun 2015. Sama halnya return saham pada PT. Semen Indonesia (PERSERO) Tbk naik pada tahun 2012, kemudian mengalami penurunan hingga tahun 2014, dan naik lagi pada tahun 2015. Namun ROA mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga tahun 2015. DER pada PT. Semen Indonesia (PERSERO) Tbk juga mengalami fluktuasi terlihat dengan adanya kenaikan pada tahun 2012 kemudian turun hingga tahun 2014 dan naik lagi pada tahun 2015. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Feny Wulandari (2012:88) menunjukkan ROA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham. Farhan dan Ika (2012:80) dalam penelitiannya menunjukkan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian D. Agus Harjito dan Rangga Aryayoga dalam Prasetya (2015:88) yang menyebutkan bahwa ROA tidak berpengaruh positif secara parsial terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Subekti Puji dalam Anggun (2012:26) menyimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif 7 terhadap return saham. Penelitian mengenai return saham telah banyak dilakukan mengingat pentingnya faktor fundamental dalam mempengaruhi nilai return saham. Namun berdasarkan bukti empiris yang menghubungkan faktor-faktor fundamental dengan return saham masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan bagaimana pengaruh kedua faktor fundamental tersebut (ROA dan DER) terhadap return saham terutama pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali dengan judul “Pengaruh Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham studi kasus pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain : 1. Belum konsistennya hasil penelitian terdahulu mengenai aspek yang mempengaruhi return saham 2. Return saham PT. Holcim Indonesia, Tbk mengalami penurunan, tetapi penurunan return saham ini tidak diikuti dengan penurunan ROA karena terdapat satu kali ROA mengalami kenaikan. Namun, pada DER mengalami penurunan dan kemudian naik lagi sementara ROA sudah menurun. 8 3. Return saham PT. Indocement Prakarsa, Tbk mengalami fluktuasi sama halnya dengan ROA. Namun apabila ROA dan return saham mengalami penurunan DER pada tahun tersebut juga ikut mengalami penurunan. 4. Return saham PT. Semen Indonesia (PERSERO) Tbk mengalami fluktuasi sama halnya dengan ROA. Namun pada saat return saham perusahaan ini mengalami kenaikan DER juga mengalami kenaikan. C. Batasan Masalah Agar lebih terarah dan terfokus karena dibatasi biaya dan waktu, maka fokus masalah dibatasi pada masalah pengaruh ROA dan DER pada Return Saham dan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan produksi semen yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan masalah didalam penelitian ini adalah : 1. Seberapa besar pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Seberapa besar pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Seberapa besar Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 9 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return on Asset terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi dan memberikan sumbangan pengetahuan untuk peneliti di masa yang akan datang yang akan melakukan penelitian yang lebih tentang Pengaruh Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham. 10 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut : a) Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai kebijakan faktorfaktor fundamental seperti Return on Asset dan Debt to Equity Ratio dalam teori dengan praktek yang terjadi dilapangan dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Diploma di Akademi Akuntansi Permata Harapan Batam. b) Bagi Perusahaan Dapat dijadikan sebagai tambahan bahan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja dan kualitas manajemen pada operasi perusahaan selanjutnya, sehingga perusahaan dapat terus bertahan dan mempunyai return yang besar. c) Bagi Pembaca Hasil Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi para peneliti lainnya yang ingin membahas masalah yang sama serta bahan kepustakaan. d) Bagi Akademisi / Institusi / Kampus Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya di masa yang akan datang dan untuk menambah kepustakaan di institusi dibidang keuangan. BAB II KAJIAN TEORI HIPOTESIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teori 1. Return Saham a. Pengertian Return Saham Dalam kegiatan investasi, salah satu faktor yang memotivasi investor yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Menurut Jogiyanto dalam Nurfitasari (2012: 47) Return adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi. Return terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Dimana return total ini merupakan keseluruhan return yang diperoleh dari suatu investasi pada periode tertentu. Menurut Ang dalam Iskandar (2011 :37) Return Saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh investor atas hasil dari suatu saham yang dilakukannya. Return dapat dikatakan sebagai salah satu faktor untuk memotivasi investor agar berinvestasi. Return yang dihasilkan berasal dari dua sumber yaitu pendapatan (arus kas) dan peningkatan harga dari investasi (capital gain dan capital loss). Husnan (2005:228) menyebutkan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah laba yang akan diterima oleh pemodal atas investasinya pada perusahaan emiten dalam waktu yang akan datang dan 11 12 tingkat keuntungan ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Return adalah tingkat pengembalian yang dinikmati oleh investor dari kelebihan investasi yang dilakukan. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi. Perhitungan Return Saham menurut Jogiyanto dalam Iskandar (2011: 38) adalah : Return Saham = Keterangan : P1 = Price, yaitu harga untuk waktu t P0 = Price, yaitu harga untuk waktu sebelumnya Menurut Tendelilin dalam Erari (2014:174) komponen-komponen yang menjadi dasar pada hasil return, yaitu : 1) Yield, yaitu komponen Return yang mencerminkan aliran kas yang didapat secara periodik dari investasi yang dilakukan 2) Capital Gain, yaitu penurunan dan peningkatan dari harga saham yang bisa memberikan keuntungan bagi investor. Dengan kata lain, capital gain juga bisa diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. Dari penjelasan komponen-komponen tersebut yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) ialah perbedaan harga atau selisih antara harga jual dan harga beli suatu 13 investasi. Bila harga jual < harga beli, maka terjadi capital loss dan sebaliknya. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham menurut Foster et all dalam Iskandar (2011: 40) adalah : 1) Price Earning Ratio (PER) Untuk menilai murah atau mahal sebuah saham biasanya digunakan analisis rasio ini untuk menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. 2) Debt to Equity Ratio (DER) DER adalah rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki. 3) Return on Equity (ROE) Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila di ukur dari modal pemilik, semakin besar ROE maka akan semakin bagus. 4) Book Value (BV) Book Value pada dasarnya nilai riil suatu saham nilai buku suatu perusahaan dapat diperoleh dengan cara membagi seluruh modal sendiri perusahaan dengan semua saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh. 14 Menurut Tandelilin (2001:240), dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan, salah satunya adalah Return on Asset (ROA). Indikator ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana aktiva yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba yang nantinya akan mempengaruhi harga saham dan mampu memberikan return yang sesuai tingkat yang diinginkan investor. 2. Return on Asset (ROA) a. Pengertian Return on Asset (ROA) Menurut Wahyudiono (2014:83) Return on Asset (ROA) yaitu yang menunjukkan berapa banyak laba bersih setelah pajak dapat dihasilkan dari rata-rata seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Menurut Machfoedz (1998) ROA menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat, atau semakin meningkatnya harga maupun return saham. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Return on Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang 15 bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu digunakan angka laba setelah pajak dan rata-rata kekayaan perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Menurut Tandelilin dalam Kurniawan (2012:17) ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : o l Keterangan : ROA = Return on Asset NIAT = Net Income After Tax (pendapatan bersih setelah pajak) Average Total Asset = Rata-rata jumlah aset awal dan akhir tahun b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return on Asset (ROA) Menurut Horne (2005:121) faktor-faktor yang mempengaruhi Return on Asset (ROA) : 1) Rasio Cepat (Quick Ratio) yaitu mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang lebih likuid yaitu tanpa memasukkan unsur persediaan dibagi dengan kewajiban lancar 2) Net Profit Margin merupakan rasio laba bersih yang didapat dari penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan 16 3) Ukuran perusahaan (Firm Size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. 3. Debt to Equity Ratio (DER) a. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Kasmir (2010:112) Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang. Menurut Wahyudiono (2014:75) DER menunjukkan perbandingan antara total hutang dan modal sendiri. Total hutang merupakan penjumlahan dari total kewajiban lancar dan hutang jangka panjang. Semakin rendah rasio ini, berarti semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar perlindungan bagi kreditor, jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar. Dari kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung hutang dan modal, yang dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Debt 17 to Equity Ratio pada setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus oleh Wahyudiono (2014:75) yaitu : o u n mod l o l u n od l b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Debt to Equity Ratio (DER) Faktor-faktor yang mempengaruhi Debt to Equity Ratio (DER) menurut Brigham dan Houston (2009:135) : 1) Likuiditas Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan hutang-hutangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan hutang dalam jumlah yang besar. 2) Struktur Aktiva Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan. Secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan 18 3) Price Earning Ratio Price Earnings Ratio (PER) merupakan perbandingan harga suatu saham dengan Earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Kegunaan dari PER adalah melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercermin oleh EPS-nya. Semakin besar PER suatu saham maka akan menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya 4) Profitabilitas Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah, dan sebaliknya. Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa Likuiditas, Price Earning Ratio dan Profitabilitas sebagai faktor yang mempengaruhi DER sangat berpengaruh untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang. Setelah perusahaan diketahui dapat membayar hutangnya maka dapat dihitung perolehan laba bersih yang didapat untuk investor. Selanjutnya, ketika perusahaan tersebut akan meminjam dana kepada kreditor, maka kreditor akan bersedia menyediakan tanpa takut perusahaan akan menunggak. 19 B. Penelitian Terdahulu Tabel 2 Penelitian Terdahulu No 1 2 3 Nama Peneliti, Judul Tahun IG. K. A. Analisis Ulupui, 2005 Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas terhadap Return Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI M. Yunanto, Pengaruh 2009 ROA dan DER terhadap Return Saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Leon F, 2011 Pengaruh ROA, NPM, EPS, DER, dan PBV terhadap Return Saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Variabel Kesimpulan X1 : CR X2 : DER X3 : ROA X4 : TAT Y : Return Saham Hasil analisis ini adalah CR dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan DER menunjukkan pengaruh positif, tetapi tidak signifikan. Dan TAT menunjukkan pengaruh negatif dan tidak signifikan X1: ROA X2: DER Y: Return Saham Variabel ROA dan DER secara bersamasama dan secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return Saham dan hubungannya tidak signifikan, kecuali DER mempunyai hubungan yang signifikan secara parsial terhadap Return Saham X1: ROA ROA, dan NPM secara X2: NPM parsial tidak X3: EPS berpengaruh signifikan X4: DER terhadap Return Saham, X5 : PBV sedangkan EPS, DER, Y: Return PBV berpengaruh Saham signifikan terhadap Return Saham 20 4 Asbi Rachman Analisis Faried, 2008 pengaruh faktor fundamental dan nilai kapitalisasi pasar terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI X1: ROA X2: PBV X3: DER X4: NPM X5 : Nilai Kapitalisasi Y: Return Saham Variabel bebas berpengaruh terhadap return saham secara parsial, hanya ROA, PBV dan Nilai Kapitalisasi pasar yang berpengaruh signifikan. Sedangkan NPM dan DER tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham 5 Tika Maya Pengaruh Pribawanti, Rasio 2007 keuangan terhadap Return Saham pada perusahaan industri manufaktur yang membagikan dividen di BEI X1 : ROA X2 : DTA X3 : QAI X4 : DER X5 : NPM X6 : EPS Y : Return Saham Hasil dari penelitian ini adalah NPM, ROA, DTA, DER dan EPS berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan QAI tergantung pada perusahaan mengenai kebijakan pembagian dividen C. Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya mengenai Pengaruh Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta penelitian terdahulu yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham, maka dapat disusun kerangka pemikiran yang dapat digambarkan sebagai berikut : 21 Gambar 2 Kerangka Berpikir H1 Return On Asset (ROA) H3 Return Saham Debt to Equity Ratio (DER) H2 D. Hubungan Antar Variabel 1. Hubungan antara Return on Asset (ROA) terhadap Return Saham Return on Asset adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang digunakannya. Semakin tinggi ROA mnunjukkan semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba bersih. Hal ini akan menarik investor untuk memiliki saham tersebut karena peningkatan profitabilitas ini akan dinikmati juga oleh pemegang saham. Ketertarikan investor ini akan meningkatkan permintaan saham perusahaan maka harga saham akan cenderung meningkat yang diikuti dengan return saham yang meningkat pula. 2. Hubungan antara Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. DER memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal sendiri perusahaan yang digunakan sumber pendanaan usaha. Semakin besar nilai DER menandakan bahwa struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang 22 relatif terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER mencerminkan resiko perusahaan yang lebih tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki DER tinggi. DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi harga saham. DER yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi menandakan beban bunga perusahaan akan semakin besar dan mengurangi keuntungan. Sehingga semakin tinggi hutang (DER) cenderung menurunkan return saham. 3. Hubungan antara Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dengan ROA yang besar, investor percaya bahwa manajemen perusahaan telah menggunakan aktiva perusahaan secara efektif untuk menghasilkan laba bagi para pemiliknya. Dengan tingginya laba yang diterima, tingginya laba per lembar saham yang didapat para investor serta tingginya perputaran persediaan maka para investor akan tertarik untuk menginvestasikan dana mereka ke perusahaan tersebut dan return saham akan semakin tinggi. Debt to Equity Ratio yang tingi menunjukkan pendanaan perusahaan lebih banyak dilakukan dengan menggunakan hutang. Semakin besar DER perusahaan berarti laba perusahaan juga besar yang digunakan untuk 23 pembayaran hutangnya dan daya tarik perusahaan akan menurun di mata investor karena hal tersebut dapat berarti bahwa proporsi hutang perusahaan bertambah besar sehingga perusahaan mempunyai beban yang semakin berat dan dapat menimbulkan terjadinya penurunan return saham. E. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan dan positif terhadap Return Saham H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan dan positif terhadap Return Saham H3 : Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan dan positif terhadap Return Saham BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Abdullah (2015:123) Penelitian asosiatif adalah penelitian untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal bertujuan untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen dan variabel dependen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Guna memperoleh data dalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul “P n u Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return S m”, m k p nul m n d k n p n l n p d P u n Produksi Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20112015. Adapun waktu penelitian direncanakan selama 1 (satu) bulan yaitu pada bulan Juli 2016. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2011: 61) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti. 24 25 Adapun perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2011 – 2015 yaitu sebanyak 3 perusahaan. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2011:62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan data, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili. Seluruh populasi yang menjadi sampel disebut dengan sampel sensus. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Menurut Abdullah (2015:234) Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100 maka, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Dengan demikian maka peneliti mengambil data populasi laporan keuangan triwulan pada perusahaan produksi semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 menjadi sampel sebanyak 60 data. 26 D. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi dokumentasi, yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan dan menganalisis data sekunder yang terkait dengan lingkup penelitian ini. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu : a. Tahap pertama, dilakukan melalui studi pustaka yakni pengumpulan data pendukung berupa penelitian terdahulu dan laporan-laporan keuangan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti. b. Tahap kedua, dilakukan melalui pengumpulan data sekunder melalui fasilitas internet dengan mengakses situs resmi yang berisi laporan keuangan perusahaan produksi semen yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. E. Variabel Penelitian Menurut Indriantono dan Supomo (2002:20) Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Dependen (variabel Y) dan variabel independen (variabel X) yaitu : 1. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akib k n d ny b l nd p nd n b b .” V b l dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Return saham yang 27 digunakan adalah return irealisasi (actual return) yang merupakan capital gain / capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini dengan periode sebelumnya. 2. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen k ”. V b l nd p nd n d l m p n l n n d l Return on Asset dan Debt to Equity Ratio. F. Definisi Operasional Menurut J,Supranto (2003:322) Definisi Operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam paradigm penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Teori ini dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab. Definisi Operasional pada penelitian ini yaitu : 1. Return Saham Return adalah tingkat pengembalian yang dinikmati oleh investor dari kelebihan investasi yang dilakukan. Rumus Return Saham : Return Saham = 28 2. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan b b o l 3. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan rasio total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri atau ekuitas o l u n ku G. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Sugiyono (2011:169) Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Adapun macam-macam analisis deskriptif adalah : a. Ukuran Pemusatan Ukuran pemusatan atau ukuran lokasi adalah bebrapa ukuran yang menyatakan dimana distribusi data tersebut terpusat. Ukuran pemusatan berupa nilai tunggal yang bisa mewakili suatu kumpulan data dan karakteristiknya (menunjukkan pusat dari nilai data). Jenis- 29 jenis Ukuran Pemusatan antara lain Rata-rata (Mean), Nilai Tengah (Median) dan Modus. b. Ukuran Penyebaran data Ukuran Penyebaran adalah suatu ukuran baik parameter atau statistika untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan data. Melalui ukuran penyebaran dapat diketahui seberapa jauh data-data menyebar dari titik pemusatannya. Jenis-jenis ukuran penyebaran data yaitu Rentang (Range=R), Variansi (S2 atau ) dan Simpangan Baku (s atau ). 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk menganalisis data penelitian sebelum uji hipotesis. Uji asumsi klasik dilakukan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Maka beberapa metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2011:130) Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Ghozali (2011:133) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan : 30 1) Analisis grafik Pada prinsipn normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan dengan manggunakan analisis grafik adalah : a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal yaitu mengikuti atau mendekati bentuk lonceng, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal yaitu tidak mengikuti atau mendekati bentuk lonceng, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2) Uji Kolmogorov-Smirnov Untuk menentukan uji ini didasarkan kepada Kolmogorov-Smirnov Test terhadap model yang diuji. Uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis : H0 : Data residual terdistribusi normal, apabila sig. 2-tailed > . Ha : Data residual terdistribusi normal, apabila sig. 2-tailed < . 31 b. Uji Heterokedastisitas Menurut Ghozali (2011:139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance d du l u p n m n k p n m n y n l n”. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas heteroskedastisitas. Model regresi dan jika yang berbeda baik adalah disebut yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). Cara yang paling umum yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SDRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SDRESID dan ZPRED. Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan scatterplot yaitu : 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu, yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka heteroskedastisitas. mengindikasikan telah terjadi 32 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastistitas. c. Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2011:140) Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode (t-1) dalam model regresi. Jika terdapat korelasi maka model tersebut mengalami masalah autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson (DW Test), karena jumlah pengamatan dalam penelitian ini berjumlah dibawah 100 yaitu hanya 60 pengamatan. Menurut Ghozali (2011:140), pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson Hipotesis Nol Keputusan Tidak ada autokorelasi positif Tolak Tidak ada autokorelasi positif No Decision Tidak ada korelasi negative Tolak Tidak ada korelasi negative No Decision Tidak ada korelasi positif atau negative Tidak Ditolak Jika 33 d. Uji Multikolineritas Menurut Ghozali (2011:145) uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabelvariabel bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas / variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara variabel bebasnya sama dengan nol. Ada beberapa cara yang multikolineritas, akan tetapi digunakan untuk untuk mendeteksi mendeteksi ada tidaknya multikolineritas dalam model regresi dalam penelitian ini dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Adapun pemilihan tolerance value atau variance inflation factor (VIF) dalam penelitian ini karena cara ini merupakan cara umum yang dilakukan dan dianggap lebih handal dalam mendeteksi ada-tidaknya multikolineritas dalam model regresi serta pengujian dengan tolerance value atau variance inflation factor (VIF) lebih lengkap dalam menganalisis data. Dasar pengambilan keputusan dengan tolerance value atau variance inflation factor (VIF) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Jika nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variabel independen dalam model regresi 34 2) Jika nilai tolerance < 0.1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolineritas antar variabel independen dalam model regresi 3. Uji Inferensial Data a. Analisis Regresi Berganda Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk meramal bagaimana keadaan atau pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi tersebut adalah : Keterangan: Y = Return Saham a = Konstanta b = Koefisien persamaan regresi prediktor = Variabel Return on Asset (ROA) = Variabel Debt to Equity Ratio (DER) e = , Faktor pengganggu (error) 4. Pengujian Hipotesis Menurut Margono (2004:80) Hipotesis berasal dari kata hypo dan tesis. Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi, Hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau 35 salah dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya. a. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Pengujian ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang terbaik dalam analisis regresi dalam hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel independen akan mampu menjelaskan variabel dependennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar faktor fundamental. Nilai koefisien R2 mempunyai interval nol sampai satu . Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan jika mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. b. Uji Parsial (t.test) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan derajat keyakinan yang digunakan sebesar begitu pula sebaliknya bila 36 thitung < ttabel maka menerima Ho dan menolak Ha, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. c. Uji Simultan (F.test) Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Bila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya semua variabel bebas secara bersamasama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Bila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya semua variabel bebas secara bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. 37