analisis kinerja keuangan berdasarkan early warning system pada

advertisement
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN
EARLY WARNING SYSTEM PADA
PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG
Maria Indah Agustina
Jurusan Akuntansi
POLTEK PalComTech Palembang
Abstrak
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang dapat digunakan untuk
membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang
berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Asuransi bertujuan memberikan
perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan/financial loss, yang
ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya/fortuitious event.
Untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, kita dapat mengetahuinya
melalui laporan keuangan yang terdiri dari neraca (balance sheet) dan laporan
rugi-laba (income statement), khususnya pada perusahaan asuransi dapat diukur
dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The National
Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau yang dikenal dengan
analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS).
Rasio Early Warning System pada penelitian ini digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan pada perusahaan asuransi dengan menggunakan rasio
keuangan yang terkandung di dalamnya berupa rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan rasio underwriting. Perhitungan Early Warning System
digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan
asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan “peringatan
dini’ (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan
dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi. Di samping itu,
sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan
keuangan dan operasional perusahaan asuransi di masa yang akan datang.
Kata Kunci : Analisis, Kinerja Keuangan, Early Warning System.
PENDAHULUAN
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis
asuransi. Asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian
keuangan/financial loss, yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya/fortuitious event. Perusahaan asuransi menghimpun dana yang cukup besar
dimana dana tersebut merupakan pengelolaan keuangan yang mendasar dalam sebuah
perusahaan. Hal ini dikarenakan dari dana inilah digunakan untuk seluruh kegiatan
operasional perusahaan asuransi seperti pendapatan premi, beban klaim, maupun penawaran
surat berharga perusahaan di pasar modal dilakukan. Selain untuk kegiatan operasional,
pengelolaan keuangan juga merupakan salah satu faktor utama dalam penilaian performa
1
perusahaan. Baik atau tidaknya pengelolaan keuangan perusahaan menjadi indikasi penilaian
terhadap perusahaan tersebut.
Berdasarkan hal diatas maka dirasakan sangat perlu untuk memperhatikan kinerja
keuangan suatu perusahaan. Untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, kita dapat
mengetahuinya melalui laporan keuangan yang terdiri dari neraca (balance sheet) dan laporan
rugi-laba (income statement). Selain itu juga laporan keuangan dapat menjadi sumber
informasi bagi pemakainya untuk pengambilan keputusan. Kinerja keuangan dari suatu
perusahaan merupakan gambaran dari laporan keuangan sebuah perusahaan, karena di dalam
laporan keuangan ini terdapat perkiraan-perkiraan seperti aktiva, kewajiban, modal dan profit
dari perusahaan. Perbandingan antara satu perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling
berhubungan sehingga hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui kinerja keuangan
perusahaan. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, khususnya perusahaan asuransi
dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The National
Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau yang dikenal dengan analisis rasio
keuangan Early Warning System (EWS). Rasio pada penelitian ini digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan pada perusahaan asuransi, dimana dengan perhitungan rasio ini kita dapat
mengetahui bagaimana kinerja keuangan (financial performance) suatu perusahaan asuransi.
LANDASAN TEORI
Pengertian Asuransi
Menurut Darmawi (2006:3), asuransi adalah transaksi pertanggungan yang melibatkan
dua pihak tertanggung dan penanggung, dimana penanggung menjamin pihak kepada
tertanggung bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian. Penanggung
berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada
tertanggung, sedangkan tertanggung membayar secara periodik kepada penanggung. Jadi,
tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran
tertentu yang relatif kecil.
Menurut Purba (2006:40), asuransi ditinjau dari sudut pandang ekonomi merupakan
suatu lembaga keuangan sebab melalui asuransi dapat dihimpun dana besar, yang dapat
digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang
berpartisipasi dalam bisnis asuransi, karena sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan
perlindungan (proteksi) atas kerugian keuangan (financial loss) yang ditimbulkan oleh
peristiwa yang tidak terduga sebelumnya.
Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2007:81), kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak
keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen keuangan. Oleh
karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis keuangan, yang
selanjutnya dikatakan bahwa analisis kinerja perusahaan didasarkan pada data keuangan yang
dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat sesuai prinsip akuntansi.
Menurut Husnan (2007:68), kinerja keuangan adalah alat untuk menilai prestasi dan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dimana seorang analisis keuangan memerlukan ukuran
tertentu. Ukuran yang seringkali digunakan adalah rasio atau indeks yang menunjukkan
hubungan antara dua/lebih data keuangan. Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan
memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada
analisis yang hanya mengemukakan data laporan keuangan saja.
2
Pengertian Analisis Kinerja Keuangan
Menurut Husnan (2007:70), diantara alat-alat analisis kinerja keuangan yang selalu
digunakan untuk mengukur kelemahan atau kekuatan yang yang dihadapi oleh perusahaan
dibidang keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio pada dasarnya merupakan kejadian
masa lalu, oleh karena itu faktor-faktor yang mungkin ada pada periode yang akan datang,
akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha di masa yang akan datang. Untuk itu
seorang analis dituntut agar dapat memberikan hasil analisis dan interprestasi yang baik dan
cermat, sebab hasil analisis akan bermanfaat dalam menentukan kebijakan manajemen
keuangan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
Menurut Munawir (2007:81), mengemukakan bahwa menganalisis kinerja keuangan
memerlukan rasio keuangan yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan
(mathematical relationship) antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Kinerja
keuangan yang menggunakan alat analisis berupa rasio keuangan, akan dapat menjelaskan
atau memberikan gambaran kepada analis tentang kondisi perusahaan terutama apabila angka
rasio tersebut mengalami perubahan setiap tahun.
Pengertian Web
Menurut Rianto (2007:2), web adalah fasilitas hypertext yang mampu menampilkan data
berupa teks, gambar, suara, animasi dan multimedia lainnya, dimana diantara data-data
tersebut saling terkait dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk memudahkan dalam
membaca data tersebut dibutuhkan sebuah browser seperti internet eksplorer, netscape, opera
ataupun mozila firefox.
Pengertian Early Warning System
Menurut Satria (2006:12), Early Warning System adalah salah satu alat yang dapat
digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi
yang berguna untuk dijadikan suatu sistem pengawasan bagi kinerja keuangan perusahaan
asuransi yang bersangkutan.
Menurut Munawir (2007:82), Early Warning System merupakan suatu sistem yang
menghasilkan rasio-rasio keuangan dari perusahaan asuransi yang dibuat berdasarkan
informasi dari laporan keuangan perusahaan dan bertujuan untuk untuk memudahkan
melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yang berkaitan dengan kinerja keuangan
perusahaan.
ANALISIS
1. Analisis Masalah
Penelitian ini dilakukan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang. PT.
Asuransi Central Asia Cabang Palembang adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pelayanan jasa asuransi dengan menyediakan berbagai jenis produk asuransi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT. Asuransi Central Asia Cabang
Palembang berdasarkan Early Warning System ditinjau dari rasio keuangan berupa rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio underwriting. Pada bab ini penulis akan melakukan
analisis terhadap laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi
untuk periode tahun 2008, 2009, dan 2010.
Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang pengukuran kinerja keuangan
suatu perusahaan maka diperlukan analisis terhadap laporan keuangan. Pengukuran kinerja
keuangan berdasarkan Early Warning System bertujuan agar dapat mengelola keuangan
3
dengan baik dan mengendalikan jalannya kegiatan operasional perusahaan asuransi secara
lebih efektif. Dengan menganalisis laporan keuangan akan didapat seberapa besar kinerja
keuangan yang dihasilkan telah memenuhi standar tingkat batas yang ditetapkan, sehingga
hasil yang dicapai dapat menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi tersebut.
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan dalam Bab I sebagai
pedoman dalam analisis terhadap permasalahan pada laporan tugas akhir ini, penulis akan
mencoba untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan masalah pokok
yang dihadapi perusahaan adalah laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan cenderung tidak stabil. Perkembangan keuangan perusahaan yang mengalami
penurunan secara signifikan ditambah dengan belum diterapkannya pengukuran kinerja
keuangan berdasarkan Early Warning System, maka PT. Asuransi Central Asia Cabang
Palembang hendaknya memerlukan perencanaan dan pengawasan terhadap permasalahan ini
dan mengetahui sehat atau tidaknya perusahaan asuransi di setiap tahunnya.
Permasalahan yang akan dibahas sesuai batasan masalah adalah membatasi analisis
pada kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio keuangan yang
terkandung didalamnya sesuai data yang disajikan pada laporan keuangan perusahaan
asuransi. Dalam melakukan analisa terhadap kinerja keuangan yang dihasilkan oleh
perusahaan, maka penulis menggunakan laporan keuangan periode tiga tahun untuk
menghitung nilai rasio keuangan, yang kesimpulannya akan menunjukkan perolehan tingkat
batas sebagai perbandingan standar kesehatan perusahaan tersebut.
2. Analisis Rasio Keuangan Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan seberapa besar jumlah kewajiban yang mampu dipenuhi
oleh perusahaan dari penggunaan seluruh kekayaan yang diperkenankan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan No.11/PMK.010/2011 mengenai kekayaan yang diperkenankan
(admitted assets), maka untuk menghitung jenis kekayaan tersebut sebelum dilakukan
pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio likuiditas dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1
Nilai Jenis Kekayaan Yang Diperkenankan
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Tahun 2008 – 2010
(dalam Rupiah)
Jenis
Investasi
Keterangan
Deposito
Sertifikat BI
Penyertaan langsung
Non
Investasi
Jumlah
Kas dan bank
Piutang premi
Piutang reasuransi
Aktiva tetap
2008
Tahun
2009
2010
97.889.626.551
8.862.000.000
380.000.000
2.647.484.383
25.355.706.289
101.157.449
2.323.770.985
137.559.745.657
87.179.058.000
9.075.775.996
380.000.000
3.436.610.150
20.865.296.820
276.176.893
2.932.341.369
124.145.259.198
76.974.675.992
14.000.000.000
380.000.000
2.666.893.643
13.200.505.943
498.792.880
2.636.717.128
110.357.585.586
Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang
4
Selanjutnya setelah diketahui nilai dari jenis kekayaan yang diperkenankan untuk
digunakan sebagai pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa
rasio likuiditas, maka akan disajikan perhitungan pada Tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 2. Nilai Rasio Likuiditas
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Tahun 2008 – 2010
(dalam Rupiah)
Keterangan
Jumlah Kewajiban
Total Kekayaan
Yang Diperkenankan
Rasio Likuiditas
Kelompok
Tahun
2008
2009
72.398.589.023
59.642.462.973
2010
55.753.756.546
137.559.745.657 124.145.259.198
110.357.585.586
52%
48%
50%
Sehat
Sehat
Sehat
Sumber : Hasil Pengolahan dari PT. ACA Cabang Palembang
Dari perhitungan pada tabel 2 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah kewajiban dan total
kekayaan yang diperkenankan setiap tahun terjadi penurunan. Hasil perolehan terbesar jumlah
kewajiban diraih pada tahun 2008 sebesar Rp. 72.398.589.023,00 sedangkan total kekayaan
yang diperkenankan diraih juga pada tahun 2008 sebesar Rp. 137.559.745.657,-. Adapun posisi
yang menunjukkan nilai rasio likuiditas pada tahun 2008 adalah 52%, pada tahun 2009 adalah
48%, dan pada tahun 2010 adalah 50% dengan perolehan secara keseluruhan per tahun
dibawah 120%, maka dapat termasuk dalam kelompok sehat. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam pemenuhan kewajiban perusahaan termasuk piutang premi dan piutang reasuransi tidak
perlu dikhwatirkan lagi, karena besarnya aset yang dimiliki oleh PT. Asuransi Central Asia
Cabang Palembang. Seiring bertambahnya tahun mengakibatkan kondisi keuangan
perusahaan pada tahun 2009-2010 menjadi kurang baik. Meskipun masih terdapat penurunan
jumlah kewajiban, hal ini juga memicu keputusan perusahaan untuk mengurangi dana ke
jumlah investasi. Jumlah investasi yang kurang memuaskan pada tahun 2009 sebesar Rp.
96.634.833.966,00 menjadi sebesar Rp. 91.354.675.992,00 pada tahun 2010 mengakibatkan
kerugian dari tingkat keuntungan perusahaan. Untuk perbandingan kinerja keuangan
berdasarkan Early Warning System berupa rasio likuiditas dapat dilihat melalui Gambar 1 :
5
Rasio Likuiditas
53%
Tingkat Batas
52%
51%
50%
49%
52%
50%
48%
47%
48%
46%
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 1. Grafik Rasio Likuiditas
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Berdasarkan gambar 1 diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT.
Asuransi Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun 2008 – 2010 dinyatakan sehat
karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 120%. Hal ini menunjukkan
bahwa perhatian yang cukup serius atas hak penagihan atau piutang kepada tertanggung, agen
dan reasuradur dapat teratasi/dimanage dengan cara seefisien mungkin. Misalnya dalam hal
perusahaan memberikan diskon premi kepada tertanggung atau agen, maka diskon tersebut
langsung dikurangkan dari piutang preminya. Demikian juga dalam hal terdapat uang muka
pembayaran klaim dari/ke pihak reasuradur (cash loss), maka jumlah tersebut langsung
dikurangkan dalam piutang reasuransinya.
Di samping itu, investasi pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang yang
merupakan sumber dana atas penghasilan dana-dana yang belum digunakan/idle cash dapat
digunakan untuk pengeluaran yang tidak terduga, sehingga dengan demikian mengurangi
risiko “krisis likuiditas”. Bilamana perusahaan menyadari bahwa jumlah investasi yang
dimilikinya sudah besar maka akan diambil sebagian untuk ditanamkan dalam jenis investasi
yang dapat memberikan penghasilan kepada perusahaan asuransi dalam bentuk bunga.
Berkaitan dengan bunga, hal tersebut juga dapat terlihat dari janji untuk membayar di
kemudian hari, yang dalam arti bahwa janji itu terkandung suatu kesanggupan untuk
mengembangkan dana (premi) yang diterima dari masyarakat. Misalnya dalam menetapkan
tingkat premi telah diperhitungkannya unsur bunga yang akan dibayarkan kepada tertanggung
atau pemegang polis pada saat terjadi klaim. Dengan demikian, sudah teroptimalnya taksiran
pada hutang klaim yang dihasilkan oleh perusahaan. Adapun pada hutang reasuransi yang
mengalami penurunan setiap tahun disebabkan karena adanya pembayaran hutang reasuransi
tersebut.
Sejalan dengan karakteristik usaha asuransi, PT. Asuransi Central Asia Cabang
Palembang telah mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku saat ini bahwa perusahaan
asuransi bukan hanya didorong untuk melakukan invested assets yang aman dan
menguntungkan melainkan juga agar dalam melakukan investasi terdapat diversifikasi. Untuk
itu pengaturan diversifikasi dibagi menjadi jenis investasi yang termasuk dalam jenis
kekayaan yang diperkenankan. Berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, PT.
Asuransi Central Asia Cabang Palembang menghindari pengelolaan keuangan seperti hutang
6
jangka panjang yang dikaitkan dengan tingginya risiko tingkat bunga. Apabila tingkat bunga
pada masa mendatang diperkirakan akan meningkat, maka pihak kreditur akan mengenakan
beban bunga yang tinggi. Hal ini mendasari PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
untuk berasumsi bahwa semakin lama jangka waktu hutang tersebut, maka akan semakin
besar ketidakpastian untuk dapat melunaskannya. Hutang jangka panjang yang dimaksud
seperti hutang obligasi, kredit investasi dan hutang hipotik.
3.
Analisis Rasio Keuangan Solvabilitas
Rasio solvabilitas menekankan pada jumlah modal yang dapat melindungi kelebihan
penerimaan premi dari pengaruh yang tidak menguntungkan. Rasio ini sangat penting bagi
pemilik perusahaan. Sebelum dilakukan pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early
Warning System berupa rasio solvabilitas, terlebih dahulu akan dilakukan perhitungan untuk
premi neto sebagai bagian dari nilai rasio solvabilitas. Pengertian premi neto menurut
penjelasan pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2008 adalah premi yang
dihasilkan setelah dikurangi dengan premi bruto dan premi reasuransi.
Berikut ini tabel nilai premi neto pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang :
Tabel 3. Nilai Premi Neto
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Tahun 2008 – 2010
(dalam Rupiah)
Keterangan
Premi bruto
Premi reasuransi
Jumlah
Tahun
2009
2008
144.419.143.366
(45.243.469.097)
99.175.674.269
106.780.371.000
(27.585.819.941)
79.194.551.059
2010
115.470.831.799
(37.459.151.828)
78.011.679.971
Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang
Setelah nilai dari premi neto selesai ditentukan dan dihitung, berikutnya sebagai
pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio solvabilitas,
maka akan disajikan perhitungan pada Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Nilai Rasio Solvabilitas
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Tahun 2008 – 2010
(dalam Rupiah)
Keterangan
Jumlah Modal
Premi Neto
Rasio Solvabilitas
Kelompok
Tahun
2009
2008
2010
66.613.239.718
60.350.271.134
55.800.337.367
99.175.674.269
79.194.551.059
78.011.679.971
67%
76%
71%
Tidak sehat
Tidak sehat
Tidak sehat
Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang
Dari perhitungan pada tabel 3.4 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah modal dan premi
neto setiap tahun terjadi penurunan. Perkembangan keuangan PT. Asuransi Central Asia
Cabang Palembang yang mendapat hasil perolehan terbesar dari segi jumlah modal diraih
pada tahun 2008 sebesar Rp. 66.613.239.718,00 sedangkan hasil dari perhitungan premi neto
7
pada laporan laba rugi diraih juga pada tahun 2008 sebesar Rp. 99.175.674.269,00. Adapun
posisi yang menunjukkan nilai rasio solvabilitas pada tahun 2008 adalah 67%, pada tahun
2009 adalah 76%, dan pada tahun 2010 adalah 71% dengan perolehan secara keseluruhan per
tahun masih belum cukup diatas 120%, maka dapat termasuk dalam kelompok tidak sehat.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah modal yang dihasilkan oleh perusahaan meliputi dana
pemegang saham semakin berkurang dan menandakan berkurangnya kemampuan keuangan
perusahaan dalam menunjang kewajiban yang mungkin timbul dari penutupan risiko. Seiring
bertambahnya tahun mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan pada tahun 2009-2010
menjadi kurang baik. Premi yang merupakan pendapatan murni dari usaha asuransi menjadi
bagian dalam perkembangan keuangan perusahaan asuransi yang tercermin dari pendapatan
premi. Meskipun masih terdapat penurunan premi neto, hal ini mengindikasikan terbatasnya
kesiapan perusahaan ketika menghadapi pertumbuhan premi yang tinggi.
Untuk perbandingan kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio
solvabilitas dapat dilihat jelas melalui Gambar 3.2 berikut :
Gambar 2. Grafik Rasio Solvabilitas
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Rasio Solvabilitas
78%
Tingkat Batas
76%
74%
72%
70%
76%
68%
71%
66%
64%
67%
62%
2008
2009
2010
Tahun
Berdasarkan dari gambar 2, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT. Asuransi
Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun 2008 – 2010 dinyatakan tidak sehat
karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut belum berada diatas 120%. Ketidakstabilan rasio
solvabilitas ini disebabkan karena PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang belum
terampil didalam mengontrol jumlah modal pemegang saham (stockholder) yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik dalam meningkatkan
dana kekayaan kedudukan pemegang saham. Namun pada kenyataannya jumlah modal lebih
kecil daripada premi neto yang berasal dari tertanggung, agen atau reasuradur. Setiap
perusahaan asuransi memiliki prospek pertumbuhan keuangan yang berbeda, karenanya
meskipun nilai modal yang dihasilkan rendah tidak selalu berarti bahwa perusahaan tersebut
undervalued. Nilai modal yang rendah dapat disebabkan karena laba perusahaan asuransi
yang bersangkutan tidak mengalami pertumbuhan keuangan, mengalami perlambatan
pertumbuhan keuangan atau bahkan mengalami kesulitan finansial. Dalam hal ini berarti
kekurangan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang adalah mengalami
perlambatan pertumbuhan keuangan yang disebabkan kondisi keuangan setiap tahun
8
menunjukkan penurunan, menjadikan nilai modal yang telah dikumpulkan masih belum
cukup mengimbangi lajunya premi neto yang dihasilkan. Hubungan antara modal dengan
premi neto adalah tingkat pendapatan/income usaha asuransi yang dananya berasal dari
perbedaan kepemilikan tetapi bersama-sama memiliki kepentingan dalam menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan.
Kerugian dari pengaruh premi yang tidak menguntungkan mengakibatkan beberapa hal
seperti penerapan tingkat premi yang sedemikian rendah menyebabkan tidak sebanding
dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi, penerapan tingkat premi yang
berlebihan menyebabkan rusaknya kompetisi underwriting yang sehat antar perusahaan
asuransi, dan penerapan tingkat premi mempunyai nilai bersifat diskriminatif apabila
tertanggung dengan luas penutupan asuransi serta tingkat risiko yang sama dikenakan tingkat
premi yang berbeda. Pemberlakuan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang disini
adalah penerapan tingkat premi yang rendah dibandingkan dengan perusahaan asuransi lain,
yang mengakibatkan gejolak tidak stabilnya premi neto yang diterima. Seyogyanya PT.
Asuransi Central Asia Cabang Palembang hendaknya mengubah pemberlakuan tingkat premi
tersebut dengan cara premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi berdasarkan
ketentuan didalam polis asuransi agar premi yang dikenakan dapat dirasakan manfaatnya
sehingga dapat dijadikan acuan untuk memberikan asumsi terbaik bagi pemegang polis
maupun perusahaan asuransi sendiri.
Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi dalam
rasio solvabilitas yaitu :
1. Komitmen dari manajemen keuangan untuk mencapai target kinerja keuangan yang baik
dengan melihat pertumbuhan keuangan dari hasil laba yang diperoleh dan pengembangan
asset-aset yang dimilikinya.
2. Fokus penempatan modal pada perusahaan karena biasanya pemegang saham (stockholder)
ingin mengetahui return (tingkat pengembalian) yang diperoleh pemilik perusahaan atas
modal yang diinvestasikan.
3. Pemanfaatan pengaruh peranan nasabah yang masih tetap mempercayakan dananya
disimpan di perusahaan asuransi yang bersangkutan.
4. Kemandirian perusahaan dalam mengurangi peranan reasuransi sebagai pertanggungan
ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi.
a. Analisis Rasio Keuangan Underwriting
Rasio underwriting merupakan penentu pokok dari posisi laba usaha perusahaan
asuransi. Peningkatan keuntungan usaha asuransi tersebut sebagai usaha utama perusahaan.
Untuk menghitung seberapa besar hasil underwriting diatas pendapatan premi, maka
pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio underwriting
akan disajikan perhitungan data nilai rasio pada Tabel 3.5 sebagai berikut :
9
Tabel 5. Nilai Rasio Underwriting
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Tahun 2008 – 2010
(dalam Rupiah)
Keterangan
Tahun
2008
Hasil Underwriting
Pendapatan Premi
Rasio Underwriting
Kelompok
26.119.742.359
22.871.420.606
25.430.484.668
94.964.058.774
77.572.808.861
74.275.664.106
27%
29%
34%
Tidak sehat
Tidak sehat
Tidak sehat
2009
2010
Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang
Pendapatan premi adalah sejumlah uang yang dihimpun dari nasabah yang
memiliki/membeli polis asuransi dari perusahaan asuransi. Dari perhitungan pada tabel 3.5
diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan premi setiap tahun terjadi penurunan. Hasil
perolehan terbesar dari segi hasil underwriting diraih pada tahun 2008 sebesar Rp.
26.119.742.359,00 sedangkan dari segi pendapatan premi diraih juga pada tahun 2008 sebesar
Rp. 94.964.058.774,00. Adapun posisi yang menunjukkan nilai rasio likuiditas pada tahun
2008 adalah 27%, pada tahun 2009 adalah 29%, dan pada tahun 2010 adalah 34% dengan
perolehan secara keseluruhan per tahun masih belum cukup diatas 40%, maka dapat termasuk
dalam kelompok tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa hasil underwriting yang dihasilkan
oleh perusahaan kurang mampu dalam mengalami proses underwriting sehingga jumlah
beban yang dimiliki cukup besar dapat mengurangi laba perusahaan. Seiring bertambahnya
tahun mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan pada pendapatan premi untuk tahun 20092010 menjadi kurang baik. Padahal dari pendapatan premi inilah suatu perusahaan asuransi
memperoleh keuntungan. Keuntungan inilah yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari. Untuk perbandingan kinerja keuangan berdasarkan Early
Warning System berupa rasio underwriting dapat dilihat jelas melalui Gambar 3.3 berikut :
Gambar 3. Grafik Rasio Underwriting
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Tingkat Batas
Rasio Underwriting
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
27%
29%
2008
2009
34%
2010
Tahun
Berdasarkan dari gambar 3 diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT.
Asuransi Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun 2008 – 2010 dinyatakan tidak
10
sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 40%. Meskipun nilai rasio
underwriting menunjukkan tingkat batas yang tidak sehat tetapi setidaknya PT. Asuransi
Central Asia Cabang Palembang mulai menunjukkan kemampuannya dalam misi
menciptakan perusahaan
asuransi yang sehat, dimana peranan perusahaan untuk
meningkatkan pelayanan underwriting harus selalu diupayakan. Dokumen dasar dalam
melakukan suatu pertanggungan adalah surat permohonan tertulis atau aplikasi yang diajukan
tertanggung kepada perusahaan asuransi disebut dengan formulir pengajuan asuransi. Di
dalam formulir tersebut memuat ketentuan informasi lengkap antara lain mengenai jenis
produk asuransi, tarif premi yang dikenakan, jumlah premi yang akan dibayar, dan informasi
lainnya mengenai timbulnya kerugian. Ketentuan informasi inilah bagi perusahaan asuransi
digunakan untuk tujuan underwriting dan indentifikasi klaim.
Faktor penyebab belum tercapainya tingkat batas yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kesehatan perusahaan asuransi, jika dilihat dari kekurangan PT. Asuransi Central Asia Cabang
Palembang adalah ketidakmampuan dalam memaksimalkan laba melalui penentuan seleksi
risiko yang diperkirakan akan mendatangkan laba bersih bagi perusahaan. Tanpa underwriting
yang cermat, perusahaan asuransi tidak mampu bersaing karena dalam prakteknya untuk
menarik nasabah harus ada ketelitian mengenai risiko yang baik dan risiko yang kurang
menguntungkan dalam obyek yang diasuransikan, sesuai dengan informasi data yang
diperoleh. Di samping itu, masih bertumpunya fungsi pemasaran dalam penjualan polis
asuransi yang menekan biaya komisi.
Upaya yang dilakukan oleh PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang dalam
menstabilkan tingkat keuntungan dari usaha asuransi adalah menghindari pertanggungan yang
melebihi batas kemampuan (own retention) asuransi tersebut, baik dari harga pertanggungan
maupun tingkat/kualitas risikonya (degree quality of risk). Hal ini perlu dilakukan karena
mengingat adanya pengelolaan keuangan perusahaan asuransi yang merupakan pengelolaan
dana hasil underwriting akan menentukan seberapa besar tingkat pertumbuhan dan
pencapaian laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Namun keberhasilan ini kurang
memiliki arti apabila tingkat hasil underwriting yang dapat diperoleh tidak dikelola secara
optimal.
Lebih lanjut dikatakan bahwa hasil underwriting sebagai hasil yang didapat atas
kegiatan operasional perusahaan asuransi meliputi komponen berupa pendapatan
underwriting (premi) dan beban underwriting (beban klaim dan beban komisi). Dengan kata
lain, diharapkan PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang agar lebih bisa
mengoptimalkan kegiatan operasionalnya melalui perkiraan seleksi risiko yang tepat
dilakukan oleh bagian underwriting, untuk kegiatan pemasaran produk asuransi tidak
bergantung kepada agen/broker sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal
bagi perusahaan.
b. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Early Warning System
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengukuran kinerja keuangan perusahaan
asuransi sesuai data yang diperoleh dalam laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba
rugi selama periode tahun 2008 – 2010 dalam mengelola keuangannya dan mengendalikan
jalannya kegiatan operasional perusahaan asuransi secara lebih efektif dengan menggunakan
tiga indikator rasio keuangan, meliputi rasio likuiditas, solvabilitas dan underwriting.
Berdasarkan data yang diperoleh untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan
perusahaan maka pada Tabel 3.6 dapat dilihat kinerja keuangan berdasarkan Early Warning
System pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang dengan menggunakan tiga rasio
keuangan.
11
Tabel 6. Nilai Early Warning System
PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang
Rasio Keuangan
Tahun
Likuiditas Solvabilitas Underwriting
52%
67%
27%
2008
48%
76%
29%
2009
50%
71%
34%
2010
Kelompok Sehat
Tidak sehat Tidak sehat
Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang
PENUTUP
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai Analisis Kinerja Keuangan
Berdasarkan Early Warning System pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang untuk
tahun 2008 – 2010, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Perhitungan rasio likuiditas selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan kelompok
yang termasuk sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 120%.
Hal ini disebabkan karena pengendalian efisiensi baik hutang-piutang yang dapat dikelola
dengan baik oleh perusahaan. Selain itu, pemanfaatan dari jumlah investasi yang dimiliki
terealisasi sebagian sebagai simpanan yang nantinya dapat digunakan sebagai pengalihan
apabila perusahaan mengalami krisis likuiditas. Demikian juga, dalam tindakan prinsip
kehati-hatian seperti hutang jangka panjang tidak diperlukan bagi perusahaan dikarenakan
risiko tingkat bunga yang tinggi.
2. Perhitungan rasio solvabilitas selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan
kelompok yang termasuk tidak sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut belum
berada diatas 120%. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman sumber daya
manusia mengenai pemanfaatan modal perusahaan ditambah juga penerapan pada tingkat
premi yang rendah menyebabkan dampak yang berpengaruh besar karena pendapatan
premi yang dihasilkan tidak dirasakan manfaatnya bagi perusahaan.
3. Perhitungan rasio underwriting selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan
kelompok yang termasuk tidak sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada
dibawah 40%. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan bagian underwriting
dalam menentukan seleksi risiko dan ditambah dengan ketergantungan perusahaan untuk
menjual polis asuransinya kepada agen/broker.
12
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. 2006. Manajemen Asuransi. Bumi Aksara. Jakarta.
Husnan, Suad. 2007. Manajemen Keuangan Asuransi, Teori dan Terapan. Jilid Pertama,
Rineka Cipta. Jakarta.
Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi. Cetakan Kedua, Liberty.
Yogyakarta.
Purba, Radiks. 2006. Memahami Asuransi di Indonesia. Edisi Baru, Aditya Media.
Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar Keuangan Perusahaan Asuransi. Cetakan Ketujuh,
BPFE. Yogyakarta.
13
Download