1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Hal ini menyebabkan terumbu karang memilki spesies yang amat beragam. Terumbu karang menempati areal yang cukup luas dan terdiri atas berbagai bentuk asosiasi yang kompleks, dengan sejumlah tipe habitat yang berbedabeda, dan semuanya berada di suatu sistem yang terjalin dalam hubungan fungsional yang harmonis. Spesies yang paling banyak dijumpai adalah ikan (Dahuri 2003). Di Perairan Taman Nasional Kepulauan Seribu banyak dijumpai berbagai jenis ikan karang (ikan hias) yang hidup di sekitar daerah terumbu karang, serta jenis-jenis ikan konsumsi yang hidup di sekitar perairan agak dalam. Ikan-ikan di daerah ini, memiliki keanekaragaman baik jenis, warna maupun ukuran. Berdasarkan hasil pengamatan Departemen Kehutanan dan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (2004) terdapat jenis-jenis ikan karang di Perairan Taman Nasional Kepulauan Seribu sebanyak 31 famili dengan 232 spesies. Salah satu jenis ikan karang yang dominan di Perairan Kepulauan Seribu adalah ikan ekor kuning (Caesio cuning). Produksi ikan ekor kuning pada tahun 2006 sebanyak 1,064 ton (sebesar 82.4 % dari total produksi), dengan total nilai produksi sebanyak Rp 6,016,800,000.00 dan produksi ikan ekor kuning pada tahun 2005 sebanyak 955.9 ton (sebesar 78.6 % dari total produksi), dengan total nilai produksi 5,421,983,000.00, maka produksi ikan mengalami peningkatan sebesar 3.8 % dari tahun 2005 ke tahun 2006. Jenis alat tangkap yang dominan digunakan untuk menangkap ikan ekor kuning antara lain bubu (Portable traps) dan muroami (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta 2007). Sumberdaya ikan pada umumnya bersifat open access, yang menyebabkan setiap orang dapat berpartisipasi dan tidak ada batasan mengenai besarnya upaya penangkapan yang dikerahkan atau sumberdaya ikan yang boleh ditangkap. Sumberdaya ikan termasuk sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources), tetapi penangkapan yang terus meningkat tanpa adanya pembatasan akan menyebabkan terkurasnya sumberdaya tersebut. Naamin (1984) diacu dalam Suman (2004) menyatakan bahwa penambahan jumlah upaya penangkapan pada batas tertentu akan menyebabkan peningkatan produksi, tetapi apabila terus terjadi penambahan upaya, maka pada suatu saat 2 akan terjadi penurunan stok. Dengan demikian, apabila kondisi pola pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning yang ada saat ini tetap berjalan, maka diduga dalam jangka panjang akan dapat menyebabkan sumberdaya ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu terancam dan akan mengalami kepunahan. Melihat fenomena tersebut di atas, maka di Perairan Kepulauan Seribu ini harus dilakukan upaya-upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning yang lebih baik, sehingga sumberdaya ikan ekor kuning yang ada masih dapat menjadi modal bagi perbaikan (recovery) stok dalam kaitan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Menurut Monintja (2000) yang dimaksud dengan pengelolaan sumberdaya keberlanjutan antara lain dengan cara (1) hasil tangkapan tidak boleh melebihi jumlah yang boleh dimanfaatkan, (2) menggunakan bahan bakar lebih sedikit, (3) secara hukum alat tangkap legal, (4) investasi yang dibutuhkan rendah dan (5) produk mempunyai pasar yang baik. Agar pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu dapat dilakukan secara berkelanjutan, maka pengelolaannya harus didasarkan pada pengetahuan tentang keadaan stok, aspek biologi, aspek ekonomi dan teknologi penangkapannya, sehingga potensi lestari dan optimasi pemanfaatan dapat ditentukan. Dengan demikian, pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu merupakan pola pemanfaatan yang menjamin kelestarian sumberdaya ikan ekor kuning dalam jangka panjang. Untuk melakukan pengelolaan terhadap usaha penangkapan ikan ekor kuning digunakan suatu model yang disebut dengan model bio-nomi. Model bio-nomi atau pun bio-ekonomi merupakan perpaduan antara dinamika biologi sumberdaya perikanan dan faktor ekonomi yang mempengaruhi perikanan tangkap, sedangkan untuk aspek tekniknya berupa penyesuaian ukuran alat tangkap dan teknologi yang digunakan dengan ukuran ikan ekor kuning yang akan ditangkap dan bagaimana metode pengoperasian yang dilakukan. Apabila hal tersebut berhasil dilakukan, maka kerusakan sumberdaya ikan ekor kuning dapat dicegah dan mendorong terciptanya operasi penangkapan ikan ekor kuning dengan keberhasilan yang tinggi tanpa merusak kelestarian serta memberikan hasil tangkapan dan rente ekonomi yang maksimum. 3 1.2 Perumusan Masalah Sifat dasar sumberdaya ikan adalah milik bersama (common property), dimana pemanfaatannya dapat digunakan pada waktu bersamaan oleh lebih dari satu individu atau satu satuan ekonomi (open access) (Christy dan Scott 1986 diacu dalam Suryana 2003). Sifat dasar inilah yang memudahkan keluar masuknya individu/pelaku usaha dalam upaya pemanfaatan sumberdaya ikan. Ikan ekor kuning (Caesio cuning) merupakan jenis ikan konsumsi yang banyak terdapat di Perairan Kepulauan Seribu yang memiliki nilai ekonomis penting. Dengan semakin meningkatnya permintaan akan komoditas ini dan semakin bertambahnya angkatan kerja di sektor penangkapan mengakibatkan semakin meningkatnya tekanan penangkapan terhadap sumberdaya ikan karang ini. Dalam jangka panjang kondisi ini akan mengakibatkan penurunan stok sumberdaya dan bahkan dapat punah apabila tidak dikelola dan dimanfaatkan secara baik. Secara ekonomis, penurunan hasil tangkapan ini akan mengurangi pula keuntungan usaha nelayan secara keseluruhan, karena penerimaan yang diperoleh tidak lagi sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Hilangnya keuntungan yang diperoleh pada pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning juga dapat disebabkan oleh besarnya biaya penangkapan per satuan upaya penangkapan. Dengan biaya penangkapan yang tinggi, maka otomatis keuntungan akan berkurang walaupun hasil tangkapan yang diperoleh belum melebihi tingkat MSY (Maximum Sustainable Yield). Disisi lain, sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan pemanfaatan meski pun tergolong sumberdaya dapat pulih, namun apabila pemanfaatannya melebihi kemampuan pulih dari sumberdaya tersebut secara alamiah, maka hal tersebut dapat pemanfaatannya mengancam secara kelestariannya. optimal diperlukan Oleh karena penentuan itu tingkat agar upaya penangkapan optimum. Kompleksnya permasalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu memerlukan pengkajian secara menyeluruh dan terintegrasi, dengan mempertimbangkan aspek-aspek biologi, teknik dan ekonomi. Aspek biologi berkaitan dengan sumberdaya ikan ekor kuning yang menjadi target penangkapan dan aspek teknik yang berhubungan dengan keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan serta aspek ekonomi menyangkut efisiensi biaya operasional yang berdampak kepada keuntungan 4 usaha. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dipecahkan adalah: 1) Apakah pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning (Caesio cuning) dengan menggunakan bubu dan muroami sudah optimal? 2) Apakah pengoperasian bubu dan muroami telah memberikan keuntungan bagi nelayan yang mengusahakannya? 3) Bagaimana kelayakan investasi dari usaha perikanan ikan ekor kuning (Caesio cuning) dimasa yang akan datang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menentukan pengaruh aktivitas pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning terhadap nilai biomas, produksi dan rente sumberdaya pada kondisi aktual, open access dan sustainable. 2) Menganalisis tingkat alokasi optimal dinamik sumberdaya ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu. 3) Menentukan tingkat keuntungan dan tingkat kelayakan usaha perikanan ekor kuning. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan dan pemanfaatan ikan ekor kuning (Caesio cuning) secara berkelanjutan di Perairan Kepulauan Seribu. Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning tersebut dapat dilakukan dalam jangka panjang dengan tetap menjamin kelestariannya serta sebagai bahan dan informasi bagi para nelayan dalam melakukan usahanya, guna menghindari investasi atau penggunaan modal yang berlebihan. 1.5 Kerangka Pemikiran Eksploitasi yang semakin meningkat dalam kegiatan usaha penangkapan ikan ekor kuning (Caesio cuning) pada setiap tahunnya akan mengakibatkan penurunan stok, hal ini disebabkan laju pertumbuhan alami sumberdaya ikan tidak sejalan dengan laju peningkatan upaya penangkapan, sehingga memerlukan adanya pengkajian secara menyeluruh. Untuk mengkaji hal tersebut dalam pola pengelolaan dan pemanfaatan ikan ekor kuning di Perairan 5 Kepulauan Seribu, maka digunakanlah analisis bio-tenik, anailsis bio-ekonomi dan analisis finansial. Analisis bio-teknik digunakan untuk mengetahui kondisi potensi sumberdaya ikan ekor kuning, kondisi optimum dari tingkat upaya penangkapan ikan ekor kuning serta untuk mengetahui apakah pengoperasian unit penangkapan ikan ekor kuning (bubu dan muroami) efektif dan efisien. Untuk menetapkan tingkat upaya pemanfaatan maksimum lestari ikan ekor kuning secara ekonomi, maka didigunakan analisis bio-ekonomi. Pendekatan ini dilakukan untuk memaksimumkan keuntungan. Analisis finansial dimaksudkan untuk menentukan kelayakan usaha atau kemungkinan pengembangan usaha unit penangkapan ikan ekor kuning (bubu dan muroami). Analisis finansial dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbang penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio), payback period dan analisis tingkat pengembalian investasi (return of investment analysis). Analisis kriteria investasi yang dilakukan meliputi net present value (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C) dan internal rate of return (IRR). Melalui analisis finansial, maka akan diperoleh bagaimana pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu, sehingga keberlanjutan usaha penangkapan ikan ekor kuning tersebut dapat terjaga. Diagram alir kerangka pemikiran pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning (Caesio cuning), disajikan pada Gambar 1. 6 Sumberdaya Ikan Ekor Kuning di Perairan Kepulauan Seribu Usaha Perikanan Ekor Kuning di Kepulauan Seribu Aspek teknik: Aspek biologi: Aspek Ekonomi: untuk mengetahui apakah pengoperasian unit penangkapan ikan ekor kuning efektif dan efisien mengetahui kondisi potensi sumberdaya ikan ekor kuning, kondisi optimum dari tingkat upaya penangkapan ikan ekor kuning Untuk menetapkan tingkat upaya pemanfaatan maksimum lestari ikan ekor kuning agar memaksimumkan keuntungan Untuk menentukan kelayakan usaha Analisis bio-teknik Analisis bio-ekonomi Analisis finansial Pola Rezim Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning di Kepulauan Seribu Implikasi Kebijakan Gambar 1 Kerangka pemikiran pola rezim pengelolaan dan pemanfaatan ikan ekor kuning (Caesio cuning) di Perairan Kepulauan Seribu